PEMANFAATAN RIMPANG JAHE DALAM PENYIMPANAN BENIH LENGKENG (Dimorcarpus longan Lour)

(1)

commit to user

PEMANFAATAN RIMPANG JAHE DALAM PENYIMPANAN

BENIH LENGKENG (Dimorcarpus longan Lour)

Skripsi

Program Studi/Jurusan Agronomi

Disusun oleh : DITA SURYA FITRIANA

H0106048

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

PEMANFAATAN RIMPANG JAHE DALAM PENYIMPANAN

BENIH LENGKENG (Dimorcarpus longan Lour)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Jurusan/ Program Studi : Agronomi

Disusun oleh : DITA SURYA FITRIANA

H0106048

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

PEMANFAATAN RIMPANG JAHE DALAM PENYIMPANAN

BENIH LENGKENG (Dimorcarpus longan Lour)

yang dipersiapkan dan disusun oleh DITA SURYA FITRIANA

H010607

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Salim Widono, SP, MP NIP. 196707181994121001

Anggota I

Dr. Ir. Supyani, MP NIP. 196610161993021001

Anggota II

Ir. Suharto Pr, MP NIP.1949101019761110011

Surakarta, April 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003


(4)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan yang berjudul “Pemanfaatan Rimpang

Jahe Dalam Penyimpanan Benih Lengkeng (Dimorcarpus Longan Lour)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya bimbingan, bantuan, dan pengarahan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Wartoyo SP., MS selaku Ketua Jurusan Program Studi Agronomi FP UNS .

3. Salim Widono SP, MP selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi atas segala bimbingan, masukan, dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Supyani, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi atas masukan maupun koreksinya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ir. Suharto Pr, MP selaku Dosen Pembahas.

6. Ir. Pardono, MS selaku Pembimbing Akademik.

7. Kedua orang tua dan adik tercinta Rona K.H. atas doa dan dukungannya. 8. Teman-teman yang telah membantu Mei, Yani, Arum, D’zoras yang selalu

memberi semangat dan motivasi.

9. Teman-teman Agronomi angkatan 2006 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2011 Penulis


(5)

commit to user

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Hipotesis... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Lengkeng (Dimocarpus longan L) ... 4

B. Jahe (Zingiber officinale) ... 6

C. Penyimpanan Benih Rekalsitran ... 7

D. Cendawan Tular Benih... 10

III.METODE PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 14

C. Cara Kerja Penelitian ... 14

1. Rancangan Penelitian ... 14

2. Pelaksanaan Penelitian ... 16

3. Variabel Pengamatan ... 17

4. Analisis Data ... 19

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Jenis dan Presentase Infeksi Cendawan ... 20

B. Presentase Benih Terinfeksi ... 26

C. Kecepatan Tumbuh ... 27


(6)

commit to user

E. Daya Kecambah ... 31

F. Pemanfaatan Rimpang Jahe dalam Penyimpanan Benih Lengkeng ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(7)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Spora Aspergillus spp. yang ditemukan menginfeksi benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe ... 20

2. Makrokonidia dan mikrokonidia Fusarium spp. yang ditemukan

menginfeksi benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi

rimpang jahe ... 21

3. Persentase infeksi Aspergillus spp. dan Fusarium spp. pada uji blotter test terhadap benih lengkeng hasil penyimpanan dengan

aplikasi rimpag jahe (dengan perendaman alkohol) ... 22 4. Persentase infeksi Aspergillus spp. dan Fusarium spp. pada uji

blotter test terhadap benih lengkeng hasil penyimpanan dengan

aplikasi rimpag jahe (dengan perendaman alkohol) ... 24 5. Persentase benih lengkeng terinfeksi pada uji blotter test setelah

perlakuan penyimpanan dengan proporsi rimpang jahe ... 26 6. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan terhadap

kecepatan tumbuh benih lengkeng (Dimocarpuslongan Lour) ... 27

7. Pengaruh lama simpan terhadap keserempakan tumbuh benih

lengkeng (Dimocarpuslongan Lour) ... 29

8. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan terhadap panjang

akar benih lengkeng (Dimocarpuslongan Lour) ... 29 9. Pengaruh lama simpan terhadap panjang hipokotil benih lengkeng

(Dimocarpuslongan Lour) ... 30 10. Pengaruh proporsi rimpang jahe terhadap daya kecambah benih


(8)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil rata-rata kecepatan tumbuh benih lengkeng dengan perlakuan

proporsi rimpang jahe dan lama simpan ... 38 2. Hasil analisis ragam pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama

simpan terhadap kecepatan tumbuh benih lengkeng ... 38

3. Hasil rata-rata keserempakan tumbuh benih lengkeng dengan

perlakuan proporsi rimpang jahe dan lama simpan ... 39 4. Hasil analisis ragam pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama

simpan terhadap keserempakan tumbuh benih lengkeng ... 39 5. Hasil rata-rata panjang akar benih lengkeng dengan perlakuan

proporsi rimpang jahe dan lama simpan ... 40 6. Hasil analisis ragam pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama

simpan terhadap panjang akar benih lengkeng ... 40 7. Hasil rata-rata panjang hipokotil benih lengkeng dengan perlakuan

proporsi rimpang jahe dan lama simpan ... 41 8. Hasil analisis ragam pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama

simpan terhadap panjang hipokotil benih lengkeng ... 41 9. Hasil rata-rata daya kecambah benih lengkeng dengan perlakuan

proporsi rimpang jahe dan lama simpan ... 42 10. Hasil analisis ragam pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama

simpan terhadap daya kecambah benih lengkeng ... 42 11. Hasil rata-rata persentase benih terinfeksi pada uji blotter test

terhadap benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe ... 43 12. Hasil rata-rata persentase infeksi cendawan pada uji blotter test

terhadap benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe ... 44 13. Kriteria kecambah normal benih lengkeng pada uji blotter test

terhadap benih Lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe ... 45 14. Benih Lengkeng yang terinfeksi Aspergillus spp. pada uji blotter

test terhadap benih Lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe ... 45 15. Benih Lengkeng yang terinfeksi Fusarium spp. pada uji blotter test

terhadap benih Lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe ... 46


(9)

commit to user

PEMANFAATAN RIMPANG JAHE DALAM PENYIMPANAN

BENIH LENGKENG (Dimorcarpus longan Lour)

DITA SURYA FITRIANA H0106048

RINGKASAN

Benih Lengkeng merupakan benih rekalsitran yaitu benih yang menghendaki kadar air yang tetap tinggi selama penyimpanan. Kadar air yang tinggi ini perlu dipertahankan agar viabilitas benihnya tetap tinggi, jika kadar air benih menurun maka benih akan kehilangan viabilitasnya. Kendala yang menyebabkan penurunan kualitas benih salah satunya adalah terdapat cendawan yang menyerang benih. Benih yang tidak sehat mengakibatkan lama simpan benih menjadi berkurang, sehingga untuk mengatasi masalah ini perlu perlakuan khusus selama disimpan agar tidak terserang cendawan selama penyimpanan. Perlakuan khusus yang dilakukan yaitu dengan bahan alami antara lain dengan rimpang jahe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi berat rimpang jahe yang tepat untuk memperpanjang masa simpan benih Lengkeng dan mengkaji jenis cendawan yang menyerang benih lengkeng dalam penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas maret Surakarta pada bulan Mei sampai Agustus 2010.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial, terdiri atas dua faktor perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu berat rimpang jahe terdiri atas 4 taraf (tanpa penambahan rimpang jahe; proposi rimpang jahe:berat benih =1:3; proposi rimpang jahe:berat benih =2:3; proposi rimpang jahe:berat benih =4:5). Faktor kedua yaitu lama penyimpanan terdiri atas 5 taraf (tanpa penyimpanan; lama penyimpanan 2 minggu; lama penyimpanan 4 minggu, lama penyimpanan 6 minggu, lama penyimpanan 8 minggu), sehingga diperoleh 20 kombinasi perlakuan. Variabel pengamatan meliputi jenis cendawan dan persentase infeksi, persentase benih terinfeksi, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya kecambah. Data hasil penelitian dianalisis berdasarkan uji F dengan taraf 5%. Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan proporsi rimpang jahe berpengaruh pada kecepatan tumbuh, panjang akar, dan daya kecambah benih lengkeng. Lama penyimpanan sangat berpengaruh pada kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, panjang akar, panjang hipokotil dan daya kecambah benih lengkeng. Tidak terjadi Interaksi pada semua variabel pengamatan. Perlakuan penyimpanan dengan proporsi berat rimpang jahe 4:5 mampu mempertahankan viablitas benih sampai penyimpanan 6 minggu. Ada 2 jenis cendawan yang ditemukan yang menyerang benih lengkeng pada uji blotter test yaitu Aspergillus spp. dan Fusarium spp


(10)

commit to user

The Use of the Ginger Rhizome In a Place for Storing Longan Seed (Dimorcarpus longan Lour)

DITA SURYA FITRIANA H0106048

SUMMARY

Longan seed classified as a recalcitrant seed that require a permanent high water content during storage. This high water content should be maintained for seed viability remained high, if the seed moisture content decreased, the seeds will be lost of viability. One of the constraints which cause a loss of seed quality is fungi which attack the seed. Unhealthy seed result the degradation periode of seed storage, so to overcome this problem needs special treatment to prevent fungi attacked during storage. Special treatment is done that is with natural ingredients such as ginger rhizome.

This study aims to determine the best proportion of ginger rhizome weight to extend the storage period of Longan seeds and Assessing the type of fungus that attacks the Longan seeds in storage. This research was conducted in the Laboratory of Ecology and Crop Production Management and Plant Pest and Disease Laboratory, Faculty of Agriculture University of Surakarta Eleven march in May to August 2010.

This research used Completely Randomized Design (CRD) made a factorial, consisting of two factors as a treatment, with 3 replications. The first factor is the weight of ginger rhizome consists of 4 levels (without the addition of ginger rhizome; the ginger rhizome proportion:seed weight = 1:3; the ginger rhizome proportion:seed weight = 2:3; the ginger rhizome proportion:seed weight = 4:5). The second factor is storage age consists of 5 levels (without storage; storing age 2 weeks; storing age 4 weeks; storing age 6 weeks; storing age 8 weeks), obtained 20 combinations of treatment. Variable observed were fungus kind, infection percentage and infected seed percentage, growing velocity, growing unison, germinating capacity,. Data observed analized with F test in 5 % and will be continued with DMRT in 5% for the significant different.

The results showed that treatment proportion of ginger rhizome serve a significant effect on growing velocity, root length, and germinating capacity of Longan seed. Storing age serve very significant effect on growing velocity, growing unison, root length, hypocotyls length and germinating capacity. Interaction does not occurred on all variables observed. Storing treatment using proportion 4:5 of ginger rhizome able to maintain viability of seed up to 6 weeks. There are 2 kinds of fungus found damaging Longan seed, they are Aspergillus spp. and Fusarium spp.


(11)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah Lengkeng banyak digemari konsumen dan memiliki kandungan gizi yang baik (286 kal.45 mg kalsium dan 196 mg fosfor). Disamping itu buah lengkeng memiliki khasiat obat, misalnya untuk penyakit radang tenggorokan, luka bakar, memar, insomnia dan untuk memulihkan stamina wanita sehabis melahirkan. Tanaman buah seperti lengkeng cocok ditanam pada lahan sempit maupun luas, dan dapat membantu memperbaiki lahan rusak ataupun terlantar (Yuliandri, 2008).

Lengkeng (Dimocarpus longan L.) merupakan tanaman buah

berbentuk pohon yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak disukai oleh masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus meningkat. Di Indonesia buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari Thailand. Bertitik tolak dari perkembangan keadaaan tanaman lengkeng di Thailand maka pengembangan tanaman lengkeng di Indonesia sebaiknya berkembang pesat, minimal sebagai imbangan terhadap impor buah lengkeng selama ini (Kuntarsih et al., 2005).

Di seluruh dunia telah terjadi pengurangan varietas lokal karena telah digantikan oleh varietas yang direkayasa. Jenis baru yang telah ada sangat tergantung dengan bahan-bahan kimia murni dengan teknik hibrida dan rekayasa genetika. Pada abad terakhir kita telah kehilangan tiga per empat varietas lokal dari seluruh dunia. Perusahaan produsen benih rekayasa tersebut mengambil untung besar yang dahulunya merupakan keuntungan dari petani-petani lokal (Anonim, 2010a).

Pengembangan lengkeng saat ini terkendala oleh mahalnya harga bibit, berkisar antara Rp. 75.000 – Rp. 200.000 untuk satu tanaman sambung pucuk dengan tinggi 30-80 cm, dan ketersediaannya pun masih terbatas akibat bahan tanaman yang terbatas. Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat ada beberapa permintaan dari pemilik nurseri agar pengembangan bibit ini lebih cepat dilakukan. Kebutuhan batang bawah tanaman lengkeng tidak


(12)

commit to user

hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga di luar daerah baik antar pulau maupun antar negara. Biaya pengiriman bibit yang lebih besar dibandingkan dengan pengiriman benih menjadi kendala dalam pengusahaan. Penyimpanan benih jangka panjang merupakan strategi konservasi yang penting untuk jenis yang terancam punah (Cochrane et al., 2002).

Benih lengkeng termasuk benih rekalsitran, biasanya benih rekalsitran dimiliki oleh tanaman pohon-pohonan dan semak-semak di daerah tropis dan daerah beriklim sedang yang lembab, serta beberapa tanaman termasuk yang hidup pada kondisi aquatik. Pada golongan ini adalah benih-benih tropis yang berukuran besar dan tanaman tahunan serta tanaman penghasil kayu. Pengetahuan dalam usaha memperpanjang daya hidup benih rekalsitran masih sangat terbatas. Daya simpan benih dapat sedikit diperpanjang dengan pengemasan benih yang baik (Hasanah dan Mariska, 2005).

Cendawan yang terbawa benih pada saat penyimpanan (storage fungi) adalah cendawan yang menyerang benih pada waktu penyimpanan, bila keadaannya memungkinkan untuk perkembangannya maka cendawan akan tumbuh cepat dan mengadakan infeksi pada benih (Sutopo, 1985). Penggunaan bahan kimiawi untuk melindungi benih dari cendawan terbawa benih dapat menyebabkan terjadinya toksik pada benih atau meracuni benih itu sendiri. Benih yang telah diberi fungisida kimiawi harus diberi warna agar benih tidak dikonsumsi atau agar petani berhati-hati dalam mengunakan benih ini sehingga tidak menyebabkan keracunan (Kuswanto, 2003).

Penggunanan fungisida nabati dari kelompok zingiberaceae

diharapkan mampu melindungi benih dari cendawan yang dapat merusak benih selama penyimpanan. Kandungan zat kurkumin yang terdapat dalam empon-empon mampu menghambat pertumbuhan organisme, khususnya jamur dan bakteri. Jahe mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kampera, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, felandren. disamping itu juga terdapat pati, damar, asam-asam organik, vitamin A, B, dan C serta senyawa flavanoid dan poliferol (Adrianto, 1997).


(13)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Benih Lengkeng merupakan benih rekalsitran yaitu benih yang menghendaki kadar air yang tetap tinggi selama penyimpanan. Kadar air yang tinggi ini perlu dipertahankan agar viabilitas benihnya tetap tinggi, jika kadar air benih menurun maka benih akan kehilangan viabilitasnya. Kendala yang menyebabkan penurunan kualitas benih salah satunya adalah terdapat cendawan yang menyerang benih. Benih yang tidak sehat mengakibatkan lama simpan benih menjadi berkurang, sehingga untuk mengatasi masalah ini perlu perlakuan khusus selama disimpan agar tidak terserang cendawan selama penyimpanan. Perlakuan khusus yang dilakukan yaitu dengan bahan alami antara lain dengan rimpang jahe. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang dapat mencegah pertumbuhan cendawan.

Perlakuan dengan rimpang jahe diharapkan dapat melindungi benih dari serangan cendawan selama penyimpanan benih sehingga dapat memperpanjang umur simpan benih serta dapat mempertahankan viabilitas benih. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai berat rimpang jahe dan lama penyimpanan yang sesuai untuk mempertahankan viabilitas benih dan melindungi benih dari serangan cendawan selama benih disimpan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menentukan proporsi berat rimpang jahe yang tepat untuk memperpanjang

masa simpan benih Lengkeng

2. Mengkaji jenis cendawan yang menyerang benih lengkeng dalam

penyimpanan.

D. Hipotesis

Perlakuan pemberian rimpang jahe sebagai fungisida nabati pada benih akan memperpanjang lama simpan benih lengkeng serta dapat menekan jenis dan persentase infeksi cendawan sehingga mampu mempertahankan viabilitas benih lengkeng.


(14)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkeng (Dimocarpus longan Lour)

Sistematika tanaman Lengkeng adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermathophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Sapindales

Suku : Sapindaceae

Marga : Dimocarpus

Jenis : Dimocarpus longan Lour (Tjitrosoepomo, 1981).

Lengkeng merupakan tanaman yang dapat hidup sampai lebih dari 50 tahun. Batang tanaman berkayu keras dan tinggi pohon mencapai lebih dari 15 meter. Memiliki banyak percabangan dan membentuk tajuk yang rimbun seperti payung. Kulit batang agak tebal dan berwarna hijau sampai kecoklatan. Lengkeng adalah tanaman berdaun majemuk yang tersusun dalam tangkai, terletak berhadap-hadapan dan berjumlah 7-8 helai. Permukaan bagian atas berwarna hijau tua mengkilap, sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau. Daun berukuran panjang 10 cm dan lebar 3,5 cm dengan tepi daun rata dan ujung daun runcing. Berdasarkan jenis kelamin bunga, tanaman lengkeng dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) pohon lengkeng yang berupa jantan, (2) pohon yang hanya berbunga betina dan (3) pohon yang berbunga sempurna atau mempunyai kelamin jantan dan betina (hermaprodit). Tanaman lengkeng berbunga jantan tidak menghasilkan buah. Buah lengkeng berbentuk bulat-bundar sampai bulat pesek dan terdiri dari kulit buah, daging buah serta biji. Kulit buah tipis dan berwarna hijau kecoklatan sampai dengan coklat. Daging buah tebal, berwarna putih bening, beraroma harum khas lengkeng dan berasa manis. Biji berbentuk bulat kecil dan berwarna coklat sampai hitam (Kuntarsih et al., 2005).


(15)

commit to user

Buah lengkeng yang baik, bagian luar agak berlekuk dalam kulitnya licin, halus, berwarna kuning coklat. Pohon lengkeng yang kualitasnya baik, mempunyai daun yang relatif lebih panjang dan lebar, sedangkan yang kualitasnya kurang baik, daunnya berukuran kecil-kecil. Pada jenis yang baik, kulit luarnya tipis, bagian buah sekitar tangkai agak berlekuk dan lekukannya lebih dalam. Dibawah kulit luar, terdapat kulit kedua yang tipis berwarna putih. Kulit kedua ini melekat erat pada kulit luar,sehingga ketika lengkeng dikupas, kulit kedua akan ikut terkelupas menjadi satu dengan kulit luar. Biji lengkeng berbentuk bulat sedikit lonjong. Permukaannya licin berwarna kehitaman. Biji yang masih muda berwarna putih, lalu berubah menjadi kuning, coklat dan kehitaman pada biji tua. Pada ujung atas biji yang dekat dengan tangkai buah terdapat bagian yang berwarna putih. Pada lengkeng dari jenis lokal yang baik, biji berukuran kecil (Rukmana, 1985).

Persiapan tanam Lengkeng antar lain : untuk bibit ukuran besar disiapkan lubang 0,75m x 0,75m x 0,75m sedang untuk bibit yang kecil disiapkan lubang ukuran 0,5m x 0,5m x 0,5m dengan media campuran 1:1:1 masing-masing untuk tanah : pasir atau sekam : pupuk kandang. Campuran media dibiarkan dalam lubang selama seminggu kemudian digunakan untuk menanam. Hal ini supaya mikroba dari pupuk kandang dapat menyebar dengan baik sehingga media lebih gembur dan juga memberikan waktu adaptasi bagi bibit yang akan ditanam terhadap kondisi lingkungan sekitar. Pada saat penanaman, bagian bawah dari karung atau polybag di sobek. Apabila perawatannya baik, tanaman dari stek akan mulai berbunga dan berbuah pada umur 8-12 bulan. Tanaman yang berasal dari biji bisa mulai berbuah pada umur 21-24 bulan. Penyiraman dan penyemprotan pupuk sebaiknya dilakukan pada malam hari atau pagi hari sebelum matahari terbit, hal ini lebih efektif karena pada saat itulah stomata pada daun terbuka (Anonim, 2010b).


(16)

commit to user

B. Jahe (Zingiber officinale)

Klasifikasi dari tanaman jahe adalah sebagai berikut,

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Zingiber

Jenis : Zingiber officinale Rosc (Tjitrosoepomo, 1981).

Tanaman jahe memiliki batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang itu terdiri dari seludang daun tanaman dan pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua dihiasi titik-titik berwarna putih. Batang ini basah dan banyak mengandung air sehingga tergolong tanaman herba. Daun jahe berbentuk lonjong dan lancip. Daun itu sebelah menyebelah berselingan dengan tulang daun sejajar. Pada bagian atas daun lebar dengan ujung agak lancip, bertangkai pendek, berwarna hijau tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda dan berbulu halus. Panjang daun sekitar 5-25 cm dengan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul dengan panjang 5-25 cm dan lebar 1-3 cm. Ujung daun agak tumpul, dengan panjang lidah 0,3-0,6 cm. Apabila daun mati maka pangkal tangkai tetap hidup dalam tanah, lalu bertunas dan menjadi akar rimpang baru. Bunga terletak pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur, lonjong ,runcing atau tumpul. Panjangnya berkisar 2-2,5 cm dan lebar 1-1,5 cm (Murhananto dan Paimin, 1991).

Rimpang Jahe mengandung 0,8-3,3 % minyak atsiri dan 3 % oleoresin, tergantung kepada klon jahe yang bersangkutan. Adapun zat-zat yang terkandung di dalam rimpang antara lain: Vitamin A, B1, dan C, lemak, protein, pati, dammar, asam organik, oleoresin (gingerin) dan minyak terbang (zingeron, zingerol, zingeberol, zingiberin, borneol, sineol, dan feladren). Bagian terpenting pada tanaman jahe adalah rimpangnya. Rimpang yang telah


(17)

commit to user

dipotong akan terlihat warna daging rimpang yang bervariasi, mulai putih kekuningan, kuning / jingga tergantung pada klonnya. Pada umumnya rasa jahe pedas karena mengandung senyawa gliserol. Aromanya merangsang namun harum. Kandungan gliserol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat setempat dimana tanaman jahe tumbuh. Sedangkan aroma jahe disebabkan minyak atsiri yang umumnya berwarna kuning dan sedikit kental (Santoso, 2005).

Empon-empon dapat menghambat pertumbuhan jamur karena mengandung zat kurkumin. Bau empon-empon tidak disenangi oleh hama, karena sifat tersebut maka tanaman empon-empon dapat digunakan sebagai bahan pengawet benih. Empon-empon yang digunakan sebagai bahan pengawet adalah kencur, temulawak, jahe, dan bangle. Cara penggunaan empon-empon dengan di parut atau dipotong-potong lalu dicampurkan dengan benih dan disimpan di tempat yang tertutup (Kusnaedi, 1999). Benih yang diaplikasikan dengan empon-empon mampu disimpan sampai 6 minggu, sedangkan benih yang tanpa perlakuan empon-empon hanya mampu bertahan sampai 4 minggu. Benih mengalami kebusukan karena di dalam ruang penyimpanan lingkungan sangat lembab sehingga memacu pertumbuhan cendawan (Nugraheni, 2007).

C. Penyimpanan Benih Rekalsitran

Penyimpanan bertujuan untuk menyediakan benih dengan kualitas yang tetap baik untuk musim tanam yang akan datang. Penyimpanan juga dilakukan apabila benih yang diproduksi tidak dapat dipakai untuk usaha tani dan benih yang diproduksi tidak semua laku terjual. Kondisi lingkungan sebelum benih dipanen dan setelah benih diproses, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan benih dalam penyimpanan. Kondisi lingkungan sebelum benih dipanen sangat mempengaruhi kualitas benih saat panen, karena hal ini akan mempengaruhi aktivitas pembentukan benih. Seperti dilihat, 95% dari berat benih adalah berupa cadangan makanan yang antara lain digunakan untuk mempertahankan kehidupan benih selama


(18)

commit to user

dalam penyimpanan dan untuk proses perkecambahan benih sampai tanaman dapat memproduksi fotosintat sendiri untuk kelangsungan hidupnya. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi status cadangan makanan dalam benih. Apabila benih disimpan dalam suhu tinggi, maka proses deteriorasi akan

berjalan, sehingga daya simpan benih menjadi lebih pendek

(Kuswanto, 2003).

Biji benih banyak spesies tropika adalah rekalsitran, yaitu tidak toleran terhadap pengeringan dan suhu yang rendah. Sifat rekalsitran ini menjadikan biji benih ini tidak sesuai di simpan dalam bank biji benih sebagaimana biji benih ortodoks yang toleran pengeringan dan suhu sejuk beku. Biji benih rekalsitran umumnya terdiri dari buah-buahan tropika utama seperti manggis, langsat dan rambai (daripada spesies Garcinia seperti G. mangostana, G. cowa dan G. hombroniana, Lansium domesticum dan Baccaurea motleyana). Sementara itu, genus Citrus mempunyai biji benih ortodoks (C. aurantifolia), rekalsitran (C. suhuuiensis) dan perantara (C. madurensis) (Noor, 2010).

Kamil (1982) mengatakan pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, suhu, oksigen, dan cahaya dipenuhi, biji bermutu tinggi akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal. Salah satu faktor luar yang mempengaruhi adalah adanya infeksi jamur atau mikroorganisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa di dalam biji, atau biji bermutu rendah, kemungkinan kecambah yang dihasilkan tidak normal. Klasifikasi kecambah yang terinfeksi fungi sebagai berikut :

1. Infeksi primer sedikit oleh fungi, dianggap sebagai kecambah normal, kecuali apabila terdapat pembusukan pada struktur esensial sehingga kecambah tidak bisa tumbuh baik kembali.

2. Infeksi primer banyak oleh fungi, sehingga kecambah menjadi lemah atau

busuk, satu atau lebih struktur esensial, dianggap kecambah abnormal. 3. Infeksi sekunder disebabkan penularan dari kecambah atau biji sebelahnya

yang terinfeksi, tetapi tidak terdapat pembusukan yang disebabkan tidak baiknya pelaksanaan pengujian, kecambah tersebut termasuk kecambah normal.


(19)

commit to user

Perkecambahan biji awal adalah masalah utama dalam penyimpanan biji rekalsitran. Biji rambutan sering berkecambah selama dalam penyimpanan. Usaha yang telah dilakukan untuk mencegah perkecambahan

selama penyimpanan adalah dengan menurunkan suhu hingga 0-50C.

penurunan suhu selain untuk menghambat perkecambahan juga dapat mengurangi kegiatan organisme. Dormansi secara alami pada biji rekalsitran akan memungkinkan penyimpanan dalam keadaan basah, akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah sifat biji yang peka terhadap suhu rendah. Pada umumnya biji-biji semacam ini berasal dari daerah tropik yang lembab yang tidak membutuhkan pengeringan sebelum disebar di persemaian. Penyebab lain dari dormansi biji adalah kulit yang tebal. Kulit yang tebal pada benih citrus akan mempercepat perkecambahannya(Panggabean, 1981).

Pengeringan atau proses penurunan kadar air dapat meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan kadar air yang terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih. Proses penurunan kadar air benih dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut memerlukan waktu cukup lama untuk menurunkan kadar air sampel, bahkan sampai beberapa hari. Hal ini dapat mengganggu viabilitas itu sendiri terutama bagi benih yang termasuk rekalsitran dan intermediate (Djam’an et al., 2006).

Perlakuan penyimpanan benih duku (Lansium domesticum Corr.) dengan pemanfaatan rimpang kencur menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan berat rimpang kencur 5 gram mampu menekan jumlah serangan cendawan sampai penyimpanan 6 minggu, sedangkan pada penyimpanan dengan berat rimpang kencur 15 gram benih telah busuk dan mati saat disimpan (Septia, 2010).

Pada penyimpanan benih jeruk (Citrus sp.) dengan aplikasi ekstrak temulawak menunjukkan bahwa ekstrak temulawak 100 % dapat memperpanjang umur simpan benih selama 4 minggu. Cendawan yang menyerang benih saat dalam penyimpanan adalah Aspergillus spp. dan Penicillium spp.. Serangan cendawan tersebut mengakibatkan penurunan


(20)

commit to user

kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya kecambah benih jeruk (Citrus sp.) (Zulaehah, 2005)

D. Cendawan Penyimpanan

Aspergillus niger umumnya dijumpai dalam ruang simpan dan mempunyai kisaran inang yang luas, terutama terhadap produk pasca panen yang disimpan. Koloni jamur ini tumbuh cepat, dengan diameter 5-6 cm dalam waktu 2 minggu. Misellium berwarna kekuning-kuningan yang dengan cepat dapat berubah warna menjadi hitam sampai cokelat tua. Konidium lebih kurang berbentuk bulat, dengan permukaan yang sering sangat kasar, umumnya berdiameter 4-5 mµ, dan berwarna sangat gelap. Konidiofornya lembut, tanpa warna atau agak kecokelatan berdiameter 15-20 mµ. Vesikelnya berbentuk bulat atau agak bulat, berdiameter sampai 75 mµ, tetapi sering berukuran kecil subur di seluruh permukaannya, serta dihasilkan fialid dan metulae di semua kepalanya (Soesanto, 2006).

Cendawan gudang merupakan salah satu penyebab kemunduran mutu benih. Benih akan mengalami perubahan warna dan tidak berkecambah, serta kemungkinan timbul zat beracun (toksik). Cendawan gudang utama adalah species dari genus Aspergillus dan Penicillium. Pada umumnya cendawan tersebut aktif pada kadar air benih 13-19% tergantung dari jenis benih. Selain kadar air benih suhu penyimpanan juga berpengaruh terhadap perkembangan cendawan gudang (Sukarman dan Hasanah, 2003).

Patogen tanaman dapat terbawa oleh benih karena benih dapat terinfeksi patogen saat masih di tanaman induk, terkontaminasi pada waktu di simpan dan saat dalam rantai pemasaran. Patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan benih menjadi :

1. berubah secara fisik dan kimiawi

2. berkecambah secara abnormal

3. tidak dapat berkecambah

4. kecambahnya tidak mampu muncul ke permukaan lahan


(21)

commit to user

Cendawan merupakan jasad renik yang paling banyak terbawa dan menginfeksi benih. Pada golongan cendawan ini antara lain :

1. Patogen terdapat di dalam embrio yang kemudian menginfeksi tanaman berikutnya (sistemik)

2. Patogen berada di dalam endosperm atau daun lembaga yang kemudian menginfeksi tanaman berikutnya secara sistemik

3. Patogen terdapat di antara biji dan kulit biji yang kenmudian menginfeksi tanaman berikutnya secara sistemik

4. Patogen menempel pada permukaan benih sebagai kontaminan, kemudian

hidup sebagai saprofit dan menjadi sumber infeksi

5. Patogen berada dalam biji yang kemudian mengubah seluruh biji menjadi

sklerotia dan bercampur dengan benih (Kuswanto, 1997)

Ada berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi patogen yang terbawa benih, yaitu:

1. Pemeriksaan benih kering

Benih diperiksa secara kering, apakah tercampur dengan kotoran-kotoran seperti sisa tanaman, sklerotia, gall, insekta, dan lain-lain. Selain cara tersebut bisa dilakukan dengan memperhatikan gejala atau tanda penyakit pada benih, seperti tumbuh buah cendawan, miselia, spora dan lain-lain. Dapat pula di deteksi adanya bercak-bercak pada benih dan kerusakan mekanis yang dapat menyebabkan kebusukan pada benih atau kecambah.

Untuk melaksanakan pemeriksaan ini dipergunakan mikroskop

stereokopik (perbesaran 10-40 kali).

2. Pemeriksaan dengan cara pencucian benih

Metode ini digunakan untuk mendeterminasi cendawan yang melekat atau tumbuh pada permukaan benih, seperti Pyrucularia spp, Drchsclera spp, Fusarium, Alternaria dan lain-lain. Caranya dengan memasukkan sejumlah benih dalam air kemudian digoyang-goyangkan untuk waktu tertentu. Air cucian tersebut dapat diperiksa langsung dengan mikroskop


(22)

commit to user

stereokopik (perbesaran 20-40 kali) atau setelah disentrifugal terlebih dahulu.

3. Pemeriksaan dengan cara inkubasi

a. Metode kertas

Cara ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum dan kecambah. Dengan cara ini dapat dilihat macamnya patogen yang menyerang benih. Pengamatan benih dan kecambah dilakukan setelah diinkubasikan pada medium kertas. Prosedur: benih disemaikan di atas

substrat kertas yang telah dibasahi dalam sebuah petridish (diameter 9cm). Benih yang digunakan biasanya sebanyak 400 butir

benih dalam pengujian ini. Kemudian diinkubasikan pada 200-280C +- 20 selam 7-8 hari. Tempat inkubasi sebaiknya dilengkapi

dengan lampu near ultra violet (NUV), masing-masing 12 jam secara bergantian penerangan dan penggelapan.

b. Metode agar

Pengujian dengan metode agar lebih didasarkan pada pertumbuhan inokulum. Untuk keperluan media biasa dipergunakan Maltose Extract

Agar (MEA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Untuk benih

berukuran kecil dapat diuji 10 butir benih dalam tiap petridish (diameter 10 cm), sedangkan benih yang besar 5-7 butir per petridish.

Inkubasi yang berasal dari daerah tropis dilakukan antara 200-280C +-20C selama 5-8 hari.

c. Metode inkubasi dengan media batu bata, pasir, tanah

Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari serangan patogen di lapangan, maka digunakan medium batu bata, pasir atau tanah. Sebelum ditanami harus terlebih dahulu disterilkan.


(23)

commit to user d. Metode ‘Growing on Test’

Pengujian ini didasarkan pada pertumbuhan tanaman setelah melewati

masa kecambahnya dengan memperlihatkan gejala penyakit. Cara pengujian ini dapat pula digunakan untuk menguji benih-benih


(24)

commit to user

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman dan Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih lengkeng, rimpang jahe, alkohol, spirtus, aquades, dan kertas buram.

2. Alat

Alat yang digunakan Laminar Air Flow Cabinet, petridish, pinset, timbangan analitik, saringan, ember besar, botol air mineral 330 ml, karet gelang mikroskop binocular, autoklaf, beker glass, Erlenmeyer, jarum preparat, sprayer, lampu benzene.

C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri atas dua faktor perlakuan dengan 3 ulangan sebagai berikut :

a. Faktor pertama yaitu berat rajangan rimpang jahe dengan 4 taraf yaitu, dengan proporsi berat rimpang jahe : berat benih lengkeng per gram

K0 : Tanpa penambahan rimpang jahe

K1 : Proporsi rimpang jahe : berat benih = 1 : 3 K2 : Proporsi rimpang jahe : berat benih = 2 : 3 K3 : Proporsi rimpang jahe : berat benih = 4 : 5

b. Faktor kedua yaitu Lama penyimpanan benih terdiri 4 taraf, yaitu : L0 : Tanpa penyimpanan


(25)

commit to user L2 : Lama penyimpanan 4 minggu L3 : Lama penyimpanan 6 minggu L4 : Lama penyimpanan 8 minggu

Sehingga diperoleh 20 kombinasi perlakuan, yaitu :

K0L0 : Benih tanpa penyimpanan dan tanpa pemberian rimpang jahe

K0L1 : Benih disimpan 2 minggu dan tanpa pemberian rimpang jahe

K0L2 : Benih disimpan 4 minggu dan tanpa pemberian rimpang jahe

K0L3 : Benih disimpan 6 minggu dan tanpa pemberian rimpang jahe

K0L4 : Benih disimpan 8 minggu dan tanpa pemberian rimpang jahe

K1L0 : Benih tanpa penyimpanan dengan penambahan rimpang jahe

1/3 berat benih lengkeng

K1L1 : Benih disimpan 2 minggu dengan penambahan rimpang jahe

1/3 berat benih lengkeng

K1L2 : Benih disimpan 4 minggu dengan penambahan rimpang jahe

1/3 berat benih lengkeng

K1L3 : Benih disimpan 6 minggu dengan penambahan rimpang jahe

1/3 berat benih lengkeng

K1L4 : Benih disimpan 8 minggu dengan penambahan rimpang jahe

1/3 berat benih lengkeng

K2L0 : Benih tanpa penyimpanan dengan penambahan rimpang jahe

2/3 berat benih lengkeng

K2L1 : Benih disimpan 2 minggu dengan penambahan rimpang jahe

2/3 berat benih lengkeng

K2L2 : Benih disimpan 4 minggu dengan penambahan rimpang jahe

2/3 berat benih lengkeng

K2L3 : Benih disimpan 6 minggu dengan penambahan rimpang jahe

2/3 berat benih lengkeng

K2L4 : Benih disimpan 8 minggu dengan penambahan rimpang jahe

2/3 berat benih lengkeng

K3L0 : Benih tanpa penyimpanan dengan penambahan rimpang jahe


(26)

commit to user

K3L1 : Benih disimpan 6 minggu dengan penambahan rimpang jahe

4/5 berat benih lengkeng

K3L2 : Benih disimpan 6 minggu dengan penambahan rimpang jahe

4/5 berat benih lengkeng

K3L3 : Benih disimpan 6 minggu dengan penambahan rimpang jahe

4/5 berat benih lengkeng

K3L4 : Benih disimpan 6 minggu dengan penambahan rimpang jahe

4/5 berat benih lengkeng

Kemudian masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. 2. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Rajangan empon-empon

Rimpang jahe yang digunakan adalah rimpang induk maupun rimpang cabang. Rimpang dikupas dan dibersihkan kemudian dilakukan perajangan rimpang. Ukuran rajangan rimpang sekitar 1mm berbentuk bulat.

b. Persiapan Benih Lengkeng

Benih Lengkeng yang digunakan adalah varietas batu berasal dari Ambarawa. Benih berukuran seragam dalam 1 varietas yaitu dengan cara mengambil hasil panen dalam 1 pohon. Benih diambil secara manual dengan mengupas buahnya. Benih yang sudah diambil dibersihkan lendirnya.

c. Penyimpanan Benih

Rajangan dari empon-empon dimasukkan dalam botol air mineral kosong yang telah terisi benih sebanyak 15 benih kemudian ditutup rapat. Gelas air mineral diletakkan pada ember besar yang berisi air untuk menjaga kelembaban.

d. Uji Cendawan Benih

Uji Cendawan yang ada dalam penyimpanan benih dan pengamatan lengkeng dengan metode pemeriksaan benih kering dan metode inkubasi dengan blotter test. Pengujian dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sterilisasi alkohol dan tanpa alkohol.


(27)

commit to user

Langkah-langkah pengujian cendawan dengan blotter test yaitu : 1) Kertas buram sebanyak 4 lembar dicetak seperti alas cawan

kemudian disemprotkan aquades steril. Kertas buram tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri steril sebagai dasar petri. Cawan Petri yang telah di isi kertas buram tersebut di sterilisasi dengan autoklaf yang bertekanan 1 atm selama 20 menit.

2) Benih lengkeng yang diberi perlakuan tanpa alkohol diambil sebanyak 3-4 buah kemudian meletakkannya satu demi satu di atas kertas buram dan diatur satu dengan yang lainnya agar tidak bersinggungan pada tepi cawan petri, setelah itu benih diinkubasikan selama 7-8 hari.

3) Benih yang diberi perlakuan sterilisasi alkohol dilakukan dengan cara mencelupkan biji lengkeng ke dalam alkohol selama 1 menit sebelum di lakukan isolasi, setelah itu benih diinkubasikan selama 7-8 hari.

4) Setelah itu dilakukan pengamatan jenis dan persentase infeksi masing-masing cendawan yang menyerang benih dan dihitung persentase benih terinfeksi.

e. Uji Perkecambahan Benih

Uji perkecambahan benih sebanyak 10 benihsetiap ulangan. Benih lengkeng ditanam di petridish yang dilapisi 2 kertas buram. Uji perkecambahan benih diulang 3 kali.

3. Variabel Pengamatan

a. Jenis cendawan dan persentase infeksinya

Diamati dan dicatat jenis dan persentase infeksi cendawan yang menyerang dengan menggunakan mikroskop. Jenis cendawan dapat diketahui dari bentuk spora, letak spora pada konidiofor, dan warna spora. Sedangkan persentase infeksi dari masing-masing cendawan yang menginfeksi benih dihitung dengan cara membandingkan jumlah jenis cendawan tertentu dengan jumlah benih yang diinkubasi kemudian dikalikan 100%.


(28)

commit to user b. Persentase benih terinfeksi

Persentase benih terinfeksi dihitung dengan membandingkan jumlah benih yang terinfeksi dan jumlah benih yang diinkubasikan kemudian dikalikan 100%.

c. Kecepatan tumbuh

Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah normal. Pengamatan kecepatan tumbuh dilakukan setiap 3 hari sampai 30HST.

Kecepatan tumbuh (%/ etmal) = B1 + B2 + ………+Bn T1 T2 Tn Keterangan :

B = persentase kecambah normal

T = waktu perkecambahan (24jam : 1 etmal) n = akhir perkecambahan (hari ke-n )

(Rini et al., 2005)

d. Keserempakan tumbuh

Keserempakan tumbuh ditentukan berdasarkan penilaian terhadap kecambah normal yang kuat atau lemah, diukur panjang akar dan panjang hipokotilnya kemudian hasilnya dirata-ratakan. (Sadjad, 1993).

Kst = ´100%

å

å

kan dikecambah yang

benih

kuat tumbuh yang

normal kecambah

e. Daya kecambah

Daya kecambah dihitung dengan cara membandingkan jumlah kecambah normal pada hari ke 14 dengan jumlah seluruh benih yang dikecambahkan kemudian dikalikan 100%.

DK = -14´100%

å

å

kan dikecambah yang

benih

ke hari normal kecambah


(29)

commit to user 4. Analisis Data

Analisis hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5%.


(30)

commit to user

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Cendawan dan Persentase Infeksinya

Pengujian benih dengan metode blotter test dari penelitian ini dapat mengidentifikasi dua jenis cendawan terbawa benih lengkeng yaitu Aspergillus spp dan Fusarium spp. pengujian ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu tanpa alkohol dan menggunakan alkohol. Tujuan dari perlakuan tersebut untuk membedakan darimana tempat serangan cendawan tersebut berasal. Tempat cendawan yang menyerang benih, bisa di dalam embrio, dalam endosperm, di antara biji dan kulit biji, menempel pada permukaan benih sebagai kontaminan dan yang berada dalam biji (Kuswanto, 1997).

a. Aspergillus spp., memiliki ciri : konidiofor dibentuk secara bebas, ujungnya menggembung. Pada ujung ini terletak phialid (sel “pembawa” spora-spora dengan ujung berbentuk tabung) secara langsung atau terdapat satu lapisan sel-sel penyangga. Konidia berangkai-rangkai, jumlahnya banyak, dan keseluruhannya merupakan bentuk “kepala” yang bulat, seringkali berwarna jika banyak jumlahnya, terletak dengan sterigmata primer atau sekunder (Streets, 1972).

konidiofor Spora/konidia

Gambar 1. Spora Aspergillus spp. yang ditemukan menginfeksi benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe


(31)

commit to user

b. Fusarium spp., memiliki ciri : konidiofor bervariasi, sederhana dan ramping, atau pendek, bercabang-cabang dengan tegap, atau mengandung sekelompok lingkaran phialid, berdiri sendiri atau berkelompok membentuk sporodochia. Conidia hyaline, dan terdiri dari dua jenis : (1) Makrokonidia yang bersel banyak, lekukannya tergantung pada macam spesiesnya. Ujung conidia agak meruncing dan dasarnya berbentuk seperti sepatu; (2) Mikrokonidia yang bersel satu, bulat telur atau lonjong, terbentuk secara tunggal atau berangkai; (3) beberapa macam konidia bersifat intermediet : bersel satu atau dua, serta berbentuk lonjong atau agak melengkung (Streets, 1972).

makrokonidia mikrokonidia

Gambar 2. Makrokonidia dan mikrokonidia Fusarium spp. yang ditemukan menginfeksi benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe


(32)

commit to user 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 K 0 L 0 K 1 L 0 K 2 L 0 K 3 L 0 K 0 L 1 K 1 L 1 K 2 L 1 K 3 L 1 K 0 L 2 K 1 L 2 K 2 L 2 K 3 L 2 K 0 L 3 K 1 L 3 K 2 L 3 K 3 L 3 K 0 L 4 K 1 L 4 K 2 L 4 K 3 L 4 Perlakuan % I n fe k s i C e n d a w a n Aspergillus spp Fusarium spp Keterangan :

K0L0 = tanpa penyimpanan + tanpa pemberian rimpang jahe K1L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L1 = disimpan 2 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L2 = disimpan 4 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L3 = disimpan 6 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L4 = disimpan 8 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih

Gambar 3. Persentase infeksi Aspergillus spp.dan Fusarium spp. pada uji blotter test terhadap benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe (dengan perendaman alkohol)


(33)

commit to user

Pada perlakuan dengan alkohol cendawan yang menyerang lebih di dominasi oleh Aspergillus spp. Persentase infeksi cendawan Aspergillus spp. tertinggi terlihat pada benih yang di simpan selama 2 minggu. Setelah benih disimpan selama 6 minggu dan 8 minggu, persentase infeksi Aspergillus spp. dan Fusarium spp. semakin tinggi. Tingginya persentase infeksi cendawan disebabkan karena kadar air yang tinggi pada benih dan kondisi lingkungan penyimpanan yang lembab.

Sebelum masak fisiologis tanaman tumbuh aktif dan dapat beroperasi untuk mempertahankan diri terhadap infeksi oleh patogen. Setelah masak fisiologis, kemampuan untuk mempertahankan diri dari serangan patogen itu menurun. Ini dicerminkan dalam tipe patogen yang menyerang benih selama fase pematangan, mereka bersifat patogenik kepada benih hanya dibawah kondisi lingkungan yang sesuai. Kondisi ini biasanya yang berhubungan dengan kondisi lingkungan. Patogen yang tergolong ke dalam kategori ini salah satunya adalah Fusarium (Mugnisjah, 1990).


(34)

commit to user 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 K 0 L 0 K 1 L 0 K 2 L 0 K 3 L 0 K 0 L 1 K 1 L 1 K 2 L 1 K 3 L 1 K 0 L 2 K 1 L 2 K 2 L 2 K 3 L 2 K 0 L 3 K 1 L 3 K 2 L 3 K 3 L 3 K 0 L 4 K 1 L 4 K 2 L 4 K 3 L 4 Perlakuan % I n fe k s i C e n d a w a n Aspergillus spp Fusarium spp Keterangan :

K0L0 = tanpa penyimpanan + tanpa pemberian rimpang jahe K1L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L1 = disimpan 2 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L2 = disimpan 4 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L3 = disimpan 6 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L4 = disimpan 8 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih

Gambar 4. Persentase infeksi Aspergillus spp. dan Fusarium spp. pada uji blotter test terhadap benih lengkeng hasil penyimpanan dengan aplikasi rimpang jahe (tanpa perendaman alkohol)


(35)

commit to user

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aspergillus spp. dan Fusarium spp. menyerang semua benih (lihat gambar 4). Persentase infeksi Aspergillus spp. terendah pada perlakuan benih disimpan 6 minggu dan tanpa pemberian rimpang (K0L3) sedangkan persentase Fusarium spp. terendah pada perlakuan benih yang disimpan 6 minggu dengan penambahan 4/5 berat benih (K3L2). Serangan cendawan ini disebabkan karena ketahanan benih terhadap infeksi cendawan semakin berkurang dengan bertambahnya umur benih.

Pada perlakuan dengan menggunakan alkohol dan tanpa alkohol terlihat bahwa jenis cendawan yang menyerang sama yaitu Fusarium spp. dan Aspergillus spp. Hal ini menunjukkan bahwa cendawan tersebut merupakan cendawan kontaminan, yaitu cendawan yang terdapat pada permukaan benih. Aspergillus spp. termasuk cendawan yang biasanya berada di udara dalam jumlah yang banyak atau mengendap pada permukaan benda yang terdapat dalam penyimpanan benih. Aspergillus spp. menyerang dan merusak benih pada kisaran 40-450C serta kelembaban nisbi antara 65-100 %. Aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi fisik, vitalitas, kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi lingkungan dari tempat penyimpanan (Justice, 1990).


(36)

commit to user 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 % B e n ih T e ri n fe k s i K 0 L 0 K 1 L 0 K 2 L 0 K 3 L 0 K 0 L 1 K 1 L 1 K 2 L 1 K 3 L 1 K 0 L 2 K 1 L 2 K 2 L 2 K 3 L 2 K 0 L 3 K 1 L 3 K 2 L 3 K 3 L 3 K 0 L 4 K 1 L 4 K 2 L 4 K 3 L 4 Perlakuan

B. Persentase benih terinfeksi

Cendawan dapat menyerang dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara langsung cendawan menyerang bagian benih seperti endosperm, embrio, dan bagian benih lainnya sehingga mengganggu metabolisme perkecambahan (Sutakaria, 1984 cit. Zulaehah, 2010).

Keterangan :

K0L0 = tanpa penyimpanan + tanpa pemberian rimpang jahe K1L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L0 = tanpa penyimpanan + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L1 = disimpan 2 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L1 = disimpan 2 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L2 = disimpan 4 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L2 = disimpan 4 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L3 = disimpan 6 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L3 = disimpan 6 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih K0L4 = disimpan 8 minggu + tanpa pemberian rimpang jahe K1L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 1/3 berat benih K2L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 2/3 berat benih K3L4 = disimpan 8 minggu + rimpang jahe 4/5 berat benih

Gambar 5. Persentase benih lengkeng terinfeksi pada uji blotter test setelah perlakuan penyimpanan dengan proporsi rimpang jahe


(37)

commit to user 42,13 a 19,6 b 24,8 b 31,73 ab 0 10 20 30 40 50 K e c e p a ta n T u m b u h ( % /e tm o l)

0 1;3 2;3 4;5

Proporsi 95,33 a 45 b 0 c 7,5 c 0 c 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 K e c e p a ta n T u m b u h ( % /e tm o l)

0 2 4 6 8

Lama Simpan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua benih terinfeksi cendawan dan persentase infeksi mencapai 100 % setelah perlakuan lama simpan selama 4 minggu. Persentase infeksi benih terendah pada perlakuan benih tanpa penyimpanan dengan penambahan 1/3 berat benih (K1L0) yaitu sebesar 13,33 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan proporsi rimpang berpengaruh terhadap infeksi cendawan. Kurkumin dan minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan organisme khususnya jamur dan bakteri (Kusnaedi, 1999). Menurut Santoso (2005) aroma jahe disebabkan minyak atsiri yang umumnya berwarna kuning dan sedikit kental. Kandungan minyak atsiri dalam jahe itu yang menyebabkan jahe efektif untuk menghambat pertumbuhan cendawan.

C. Kecepatan tumbuh

Kecepatan tumbuh menurut Sadjad (1993) adalah tolok ukur benih untuk mengukur cepatnya benih berkecambah normal. Berdasar hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan proporsi berat rimpang jahe mempengaruhi kecepatan tumbuh benih lengkeng. Pada perlakuan lama simpan sangat mempengaruhi kecepatan tumbuh benih lengkeng.

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 6. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan

terhadap kecepatan tumbuh benih lengkeng


(38)

commit to user

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan benih tanpa rimpang menunjukkan hasil yang paling baik terhadap kecepatan tumbuh yaitu sebesar 42,13 %/etmal (lihat gambar 6). Benih pada perlakuan proporsi 4:5 menunjukkan hasil kecepatan tumbuh yang paling tinggi dibandingkan pada proporsi yang lain yaitu sebesar 31,73 %/etmal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi rimpang yang diberikan pada benih maka kecepatan tumbuh benih lengkeng semakin tinggi.

Hasil uji jarak berganda Duncan benih lengkeng yang tanpa disimpan terlebih dahulu memiliki kecepatan tumbuh tertinggi yaitu sebesar 95,33 %. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan pemberian rimpang jahe hanya mampu memperpanjang masa simpan benih lengkeng selama 2 minggu (lihat gambar 6). Pada penyimpanan 8 minggu, benih telah mengalami kebusukan karena serangan cendawan. Infeksi Cendawan yang ada selama penyimpanan benih mengakibatkan cadangan makanan dalam benih berkurang sehingga viabilitasnya menurun. Menurut Sutopo, viabilitas benih dipengaruhi oleh kandungan cadangan makanan. Apabila kandungan cadangan makanan yang terdapat pada jaringan biji sedikit jumlah dan macamnya maka viabilitas benih tersebut rendah.

D. Keserempakan tumbuh

Keserempakan tumbuh adalah persentase kecambah normal kuat dalam kondisi optimum pada waktu tertentu (Sadjad, 1993). Pengamatan terhadap kecambah normal kuat dapat dilakukan dengan menghitung panjang akar dan panjang hipokotil. Berdasar hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan proporsi berat rimpang jahe tidak mempengaruhi keserempakan tumbuh benih lengkeng. Pada perlakuan lama simpan sangat mempengaruhi keserempakan tumbuh benih lengkeng.


(39)

commit to user 83,33 a

36,66 b

8,33 bc 8,33 c 0 c 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K e s e re m p a k a n T u m b u h ( % )

0 2 4 6 8

Lama Simpan

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 7. Pengaruh lama simpan terhadap keserempakan tumbuh benih lengkeng (Dimocarpus longan Lour)

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa benih lengkeng pada perlakuan tanpa penyimpanan menunjukkan hasil keserempakan tumbuh tertinggi dibanding yang lainnya yaitu sebesar 83,33 %. Setelah dilakukan penyimpanan 2, 4, 6, dan 8 minggu, persentase keserempakan tumbuh benih terus mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi keserempakan tumbuh adalah perbedaan ukuran, berat benih serta tingkat kemasakan fisiologis dari benih. Hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam kandungan bahan organik di dalam benih yang sangat berguna pada perkecambahannya (Mugnisjah, 1990).

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 8. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan terhadap panjang akar benih lengkeng (Dimocarpus longan Lour)

2,15 a 0,73 b 1,03 b 1,52 ab 0 0,5 1 1,5 2 2,5 P a n ja n g A k a r (c m )

0 1;3 2;3 4;5

Proporsi

3,78 a

2,13 b

0,47 c 0,41 c 0 c 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 P a n ja n g A k a r (c m )

0 2 4 6 8


(40)

commit to user 3,72 a

2,22 a 0,74 b

0,37b 0 b 0

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

P

an

ja

n

g

H

ip

o

ko

ti

l

(c

m

)

0 2 4 6 8

Lama Simpan

Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan terhadap panjang akar, benih yang tanpa perlakuan proporsi menunjukkan hasil tertinggi yaitu sebesar 2,15 cm. Panjang akar tertinggi di dapat pada benih dengan perlakuan proporsi rimpang jahe pada perlakuan proporsi 4:5 yaitu sebesar 1,52 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi rimpang jahe yang diberikan maka semakin tinggi pertumbuhan akarnya.

Pada benih dengan perlakuan tanpa penyimpanan menunjukkan panjang akar tertinggi yaitu sebesar 3,78 cm. Setelah penyimpanan 2 minggu panjang akar mengalami penurunan dan pada lama simpan 8 minggu benih telah mengalami kematian. Semakin lama benih disimpan, maka kondisi benih semakin menurun karena mengalami kemunduran benih. Sadjad menyebutkan bahwa kemunduran benih berlangsung secara kumulatif terutama pada benih rekalsitran. Benih yag mengalami kemunduran akan menghasilkan bibit yang bervigor rendah dan tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal.

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 9. Pengaruh lama simpan terhadap panjang hipokotil benih lengkeng (Dimocarpus longan Lour)

Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, hanya pada perlakuan lama simpan yang menunjukkan pengaruh terhadap panjang hipokotil. Panjang hipokotil tertinggi pada perlakuan tanpa penyimpanan yaitu setinggi 3,72 cm dan terus mengalami penurunan sampai penyimpanan 6 minggu. Pada lama simpan 8 minggu, benih telah mengalami kematian. Harrington (1963) cit. Panggabean (1981) menyatakan bahwa biji yang disimpan pada kadar air


(41)

commit to user 50,66 a

19,33 b 24,66 b

31,33 b 0 10 20 30 40 50 60 D a y a K e c a m b a h ( % )

0 1;3 2;3 4;5

Proporsi

95 a

45,83 b

8,33 c 8,33 c 0 c 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 D a y a K e c a m b a h ( % )

0 2 4 6 8

Lama Simpan

lebih dari 10-13 %, daya tumbuhnya akan mengalami penurunan dengan cepat karena serangan jamur.

E. Daya Kecambah

Daya Kecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal dan mampu berproduksi normal dalam keadaan yang optimum. Berdasar hasil sidik ragam menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan proporsi berat rimpang jahe mempengaruhi daya kecambah benih lengkeng. Pada benih dengan perlakuan lama simpan diketahui sangat mempengaruhi daya berkecambah benih lengkeng. Chai et al., (1998), benih yang baru dipanen mempunyai potensi tinggi untuk berkecambah.

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 10. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan terhadap daya kecambah benih (Dimocarpus longan Lour)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan tanpa rimpang menunjukkan hasil yang paling baik yaitu sebesar 50,66 % (lihat gambar 10). Perlakuan benih dengan proporsi 1:3 menunjukkan hasil yang paling rendah yaitu sebesar 19,33 %. Daya kecambah terbaik dengan perlakuan proporsi pada perlakuan proporsi 4:5 yaitu sebesar 31,33 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi yang diberikan, daya kecambahnya semakin tinggi.


(42)

commit to user

Hasil uji jarak berganda Duncan benih lengkeng yang tanpa disimpan terlebih dahulu memiliki daya berkecambah tertinggi yaitu sebesar 95 %. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2, 4, 6, dan 8 minggu daya berkecambah benih mengalami penurunan. Hal ini diduga karena benih yang telah mengalami penyimpanan, jumlah kadar air dan cadangan makanannya mengalami penurunan sehingga kemampuan benih untuk berkecambah juga menurun. Menurut Kamil (1979) bahwa kadar air dalam benih sangat berpengaruh terhadap perkecambahan benih, sedangkan cadangan makanan merupakan energi bagi benih untuk melakukan perkecambahan. Pengaruh perlakuan proporsi berat rimpang jahe dan lama simpan yang menunjukkan hasil terbaik terhadap daya berkecambah benih lengkeng adalah pada K0L0 yaitu tanpa perlakuan (95 %) dan tanpa penyimpanan (50,66 %).

F. Pemanfaatan Rimpang Jahe dalam penyimpanan Benih Lengkeng

(Dimocarpus longan Lour)

Empon-empon dapat menghambat pertumbuhan jamur sehingga dimanfaatkan sebagai bahan pengawet benih. Kurkumin dan minyak atsiri yang terkandung dalam empon-empon dapat menghambat pertumbuhan

organisme khususnya jamur dan bakteri (Kusnaedi, 1999). Menurut Santoso (2005) rimpang Jahe mengandung 0,8-3,3 % minyak atsiri, sehingga

dalam penelitian ini rimpang jahe dimanfaatkan untuk penyimpanan benih lengkeng.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rimpang jahe dalam penyimpanan mempengaruhi daya kecambah, kecepatan tumbuh, dan panjang akar pada benih lengkeng yang disimpan. Semakin besar proporsi rimpang jahe yang diberikan menunjukkan semakin baik bagi pertumbuhan benih yang disimpan. Pada penelitian ini benih yang disimpan dengan proporsi rimpang jahe 4:5 menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan dengan benih dengan perlakuan proporsi rimpang jahe yang lebih kecil yaitu 1:3 dan 2:3. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian rimpang jahe bermanfaat dalam penyimpanan benih lengkeng untuk mengendalikan serangan cendawan.


(43)

commit to user

Benih Lengkeng adalah benih rekalsitran yang menghendaki kadar air tetap tinggi selama penyimpanan agar dapat mempertahankan viabilitas benih. Viabilitas benih adalah kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang optimum. Apabila kadar air benih turun maka benih akan mengalami penurunan viabilitas. Kadar air yang tinggi pada benih rekalsitran ini menjadi masalah dalam penyimpanan yaitu mendorong tumbuhnya cendawan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa cendawan yang menginfeksi benih adalah Aspergillus spp. dan Fusarium spp.

Pengamatan jenis dan persentase infeksi cendawan dilakukan dengan uji blotter test. Pengujian ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu tanpa alkohol dan menggunakan alkohol. Berdasarkan hasil pengamatan pada kedua perlakuan tersebut, terlihat jenis cendawan yang menyerang benih lengkeng sama, yaitu . Aspergillus spp dan Fusarium spp. Hal ini menunjukkan bahwa cendawan tersebut merupakan cendawan kontaminan, yaitu cendawan yang terdapat pada permukaan benih. Aspergillus spp. termasuk cendawan yang biasanya berada di udara dalam jumlah yang banyak atau mengendap pada permukaan benda yang terdapat dalam penyimpanan benih. Aspergillus spp. menyerang dan merusak benih pada kisaran 40C-450C serta kelembaban nisbi antara 65-100 %. Aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi fisik, vitalitas, kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi lingkungan dari tempat penyimpanan (Justice dan Bass, 1990).

Serangan cendawan dapat menyebabkan benih mengalami penurunan kualitas. Menurut Kuswanto (1997) penurunan kualitas benih dapat terlihat dari kecambah yang abnormal, benih yang tidak dapat berkecambah, perubahan benih secara fisik dan kimiawi yang ditandai dengan warna benih yang menghitam dan berbau tidak sedap. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa benih dengan aplikasi rimpang jahe dapat disimpan selama 6 minggu.


(44)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Proporsi rimpang jahe yang tepat untuk memperpanjang masa simpan benih Lengkeng adalah 4:5.

2. Aplikasi proporsi rimpang jahe dalam penyimpanan benih lengkeng dapat memperpanjang umur simpan benih selama enam minggu

3. Jenis cendawan yang menyerang benih lengkeng dalam penyimpanan adalah Aspergillus spp. dan Fusarium spp.

4. Kecepatan tumbuh tertinggi pada penyimpanan benih lengkeng dengan

aplikasi proporsi rimpang jahe 4:5 yaitu sebesar 31,73 %/etmal.

5. Daya kecambah terbaik pada penyimpanan benih lengkeng dengan

aplikasi proporsi rimpang jahe 4:5 yaitu sebesar 31,33%.

B. SARAN

1. Saran yang dapat diberikan yaitu petani dapat mengaplikasikan proporsi rimpang jahe 4:5 untuk penyimpanan benih lengkeng

2. Perlu dilakukan penelitian penyimpanan benih dengan aplikasi

proporsi rimpang jahe dan benih lengkeng yang lebih tinggi.


(1)

commit to user

83,33 a

36,66 b

8,33 bc 8,33 c 0 c 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K e s e re m p a k a n T u m b u h ( % )

0 2 4 6 8

Lama Simpan

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 7. Pengaruh lama simpan terhadap keserempakan tumbuh benih lengkeng (Dimocarpus longan Lour)

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa benih lengkeng pada perlakuan tanpa penyimpanan menunjukkan hasil keserempakan tumbuh tertinggi dibanding yang lainnya yaitu sebesar 83,33 %. Setelah dilakukan penyimpanan 2, 4, 6, dan 8 minggu, persentase keserempakan tumbuh benih terus mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi keserempakan tumbuh adalah perbedaan ukuran, berat benih serta tingkat kemasakan fisiologis dari benih. Hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam kandungan bahan organik di dalam benih yang sangat berguna pada perkecambahannya (Mugnisjah, 1990).

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 8. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan terhadap panjang akar benih lengkeng (Dimocarpus longan Lour)

2,15 a 0,73 b 1,03 b 1,52 ab 0 0,5 1 1,5 2 2,5 P a n ja n g A k a r (c m )

0 1;3 2;3 4;5

Proporsi

3,78 a

2,13 b

0,47 c 0,41 c 0 c 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 P a n ja n g A k a r (c m )

0 2 4 6 8


(2)

commit to user

3,72 a

2,22 a

0,74 b 0,37b

0 b 0

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

P

an

ja

n

g

H

ip

o

ko

ti

l

(c

m

)

0 2 4 6 8

Lama Simpan

Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan terhadap panjang akar, benih yang tanpa perlakuan proporsi menunjukkan hasil tertinggi yaitu sebesar 2,15 cm. Panjang akar tertinggi di dapat pada benih dengan perlakuan proporsi rimpang jahe pada perlakuan proporsi 4:5 yaitu sebesar 1,52 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi rimpang jahe yang diberikan maka semakin tinggi pertumbuhan akarnya.

Pada benih dengan perlakuan tanpa penyimpanan menunjukkan panjang akar tertinggi yaitu sebesar 3,78 cm. Setelah penyimpanan 2 minggu panjang akar mengalami penurunan dan pada lama simpan 8 minggu benih telah mengalami kematian. Semakin lama benih disimpan, maka kondisi benih semakin menurun karena mengalami kemunduran benih. Sadjad menyebutkan bahwa kemunduran benih berlangsung secara kumulatif terutama pada benih rekalsitran. Benih yag mengalami kemunduran akan menghasilkan bibit yang bervigor rendah dan tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal.

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 9. Pengaruh lama simpan terhadap panjang hipokotil benih lengkeng

(Dimocarpus longan Lour)

Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, hanya pada perlakuan lama simpan yang menunjukkan pengaruh terhadap panjang hipokotil. Panjang hipokotil tertinggi pada perlakuan tanpa penyimpanan yaitu setinggi 3,72 cm dan terus mengalami penurunan sampai penyimpanan 6 minggu. Pada lama simpan 8 minggu, benih telah mengalami kematian. Harrington (1963) cit. Panggabean (1981) menyatakan bahwa biji yang disimpan pada kadar air


(3)

commit to user

50,66 a

19,33 b 24,66 b

31,33 b 0 10 20 30 40 50 60 D a y a K e c a m b a h ( % )

0 1;3 2;3 4;5

Proporsi

95 a

45,83 b

8,33 c 8,33 c 0 c 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 D a y a K e c a m b a h ( % )

0 2 4 6 8

Lama Simpan

lebih dari 10-13 %, daya tumbuhnya akan mengalami penurunan dengan cepat karena serangan jamur.

E. Daya Kecambah

Daya Kecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal dan mampu berproduksi normal dalam keadaan yang optimum. Berdasar hasil sidik ragam menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan proporsi berat rimpang jahe mempengaruhi daya kecambah benih lengkeng. Pada benih dengan perlakuan lama simpan diketahui sangat mempengaruhi daya berkecambah benih lengkeng. Chai et al., (1998), benih yang baru dipanen mempunyai potensi tinggi untuk berkecambah.

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda (DMRT) 5 %

Gambar 10. Pengaruh proporsi rimpang jahe dan lama simpan terhadap daya kecambah benih (Dimocarpus longan Lour)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa benih dengan perlakuan tanpa rimpang menunjukkan hasil yang paling baik yaitu sebesar 50,66 % (lihat gambar 10). Perlakuan benih dengan proporsi 1:3 menunjukkan hasil yang paling rendah yaitu sebesar 19,33 %. Daya kecambah terbaik dengan perlakuan proporsi pada perlakuan proporsi 4:5 yaitu sebesar 31,33 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi yang diberikan, daya kecambahnya semakin tinggi.


(4)

commit to user

Hasil uji jarak berganda Duncan benih lengkeng yang tanpa disimpan terlebih dahulu memiliki daya berkecambah tertinggi yaitu sebesar 95 %. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2, 4, 6, dan 8 minggu daya berkecambah benih mengalami penurunan. Hal ini diduga karena benih yang telah mengalami penyimpanan, jumlah kadar air dan cadangan makanannya mengalami penurunan sehingga kemampuan benih untuk berkecambah juga menurun. Menurut Kamil (1979) bahwa kadar air dalam benih sangat berpengaruh terhadap perkecambahan benih, sedangkan cadangan makanan merupakan energi bagi benih untuk melakukan perkecambahan. Pengaruh perlakuan proporsi berat rimpang jahe dan lama simpan yang menunjukkan hasil terbaik terhadap daya berkecambah benih lengkeng adalah pada K0L0 yaitu tanpa perlakuan (95 %) dan tanpa penyimpanan (50,66 %).

F. Pemanfaatan Rimpang Jahe dalam penyimpanan Benih Lengkeng

(Dimocarpus longan Lour)

Empon-empon dapat menghambat pertumbuhan jamur sehingga dimanfaatkan sebagai bahan pengawet benih. Kurkumin dan minyak atsiri yang terkandung dalam empon-empon dapat menghambat pertumbuhan

organisme khususnya jamur dan bakteri (Kusnaedi, 1999). Menurut Santoso (2005) rimpang Jahe mengandung 0,8-3,3 % minyak atsiri, sehingga

dalam penelitian ini rimpang jahe dimanfaatkan untuk penyimpanan benih lengkeng.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rimpang jahe dalam penyimpanan mempengaruhi daya kecambah, kecepatan tumbuh, dan panjang akar pada benih lengkeng yang disimpan. Semakin besar proporsi rimpang jahe yang diberikan menunjukkan semakin baik bagi pertumbuhan benih yang disimpan. Pada penelitian ini benih yang disimpan dengan proporsi rimpang jahe 4:5 menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan dengan benih dengan perlakuan proporsi rimpang jahe yang lebih kecil yaitu 1:3 dan 2:3. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian rimpang jahe bermanfaat dalam penyimpanan benih lengkeng untuk mengendalikan serangan cendawan.


(5)

commit to user

Benih Lengkeng adalah benih rekalsitran yang menghendaki kadar air tetap tinggi selama penyimpanan agar dapat mempertahankan viabilitas benih. Viabilitas benih adalah kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang optimum. Apabila kadar air benih turun maka benih akan mengalami penurunan viabilitas. Kadar air yang tinggi pada benih rekalsitran ini menjadi masalah dalam penyimpanan yaitu mendorong tumbuhnya cendawan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa cendawan yang menginfeksi benih adalah

Aspergillus spp. dan Fusarium spp.

Pengamatan jenis dan persentase infeksi cendawan dilakukan dengan uji blotter test. Pengujian ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu tanpa alkohol dan menggunakan alkohol. Berdasarkan hasil pengamatan pada kedua perlakuan tersebut, terlihat jenis cendawan yang menyerang benih lengkeng sama, yaitu . Aspergillus spp dan Fusarium spp. Hal ini menunjukkan bahwa cendawan tersebut merupakan cendawan kontaminan, yaitu cendawan yang terdapat pada permukaan benih. Aspergillus spp. termasuk cendawan yang biasanya berada di udara dalam jumlah yang banyak atau mengendap pada permukaan benda yang terdapat dalam penyimpanan benih. Aspergillus spp. menyerang dan merusak benih pada kisaran 40C-450C serta kelembaban nisbi antara 65-100 %. Aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi fisik, vitalitas, kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi lingkungan dari tempat penyimpanan (Justice dan Bass, 1990).

Serangan cendawan dapat menyebabkan benih mengalami penurunan kualitas. Menurut Kuswanto (1997) penurunan kualitas benih dapat terlihat dari kecambah yang abnormal, benih yang tidak dapat berkecambah, perubahan benih secara fisik dan kimiawi yang ditandai dengan warna benih yang menghitam dan berbau tidak sedap. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa benih dengan aplikasi rimpang jahe dapat disimpan selama 6 minggu.


(6)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Proporsi rimpang jahe yang tepat untuk memperpanjang masa simpan benih Lengkeng adalah 4:5.

2. Aplikasi proporsi rimpang jahe dalam penyimpanan benih lengkeng dapat memperpanjang umur simpan benih selama enam minggu

3. Jenis cendawan yang menyerang benih lengkeng dalam penyimpanan adalah Aspergillus spp. dan Fusarium spp.

4. Kecepatan tumbuh tertinggi pada penyimpanan benih lengkeng dengan aplikasi proporsi rimpang jahe 4:5 yaitu sebesar 31,73 %/etmal.

5. Daya kecambah terbaik pada penyimpanan benih lengkeng dengan aplikasi proporsi rimpang jahe 4:5 yaitu sebesar 31,33%.

B. SARAN

1. Saran yang dapat diberikan yaitu petani dapat mengaplikasikan proporsi rimpang jahe 4:5 untuk penyimpanan benih lengkeng

2. Perlu dilakukan penelitian penyimpanan benih dengan aplikasi proporsi rimpang jahe dan benih lengkeng yang lebih tinggi.