Pengaruh Kompensasi (upah) Dan Fasilitas Sosial Terhadap Produktivitas Pekerja Langsung Di PT. Sipatex Putri Lestari Bandung
NAMA
: BERRI ALHARI
TGL LAHIR
: 15 AGUSTUS 1988
TEMPAT LAHIR
: CIANJUR
PENDIDIKAN
SD NEGERI IV CIPANAS
SMP NEGERI I CIPANAS
SMA NEGERI I SUKARESMI
(2)
Ismi, Munandar., Usulan Penetapan Upah Perangsang Untuk Operator Di Bagian Printing Section Berdasarkan hsil kerja (Produksi) Di PT. Plasindo Lestari Cikampek. 2008
Rucky, Ahmad S, 2001, Manajemen Penggajian dan pengupahan untuk Karyawan Perusahaan, Penerbit PT Gramedia Pustak Utama, jakata.
Jonatan, Sarwono., Panduan cepat Dan Mudah SPSS 14, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006.
Handoko, T.H.(1987). Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia. Edisi ke-2. Yogyakarta:PBFE Universitas Gadjah Mada. Winarni dan Sugiyarso., “Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja”, Rineka Cipta Jakarta 2008.
(3)
(4)
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
LEMBAR PERUNTUKAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
Bab 1 Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Pembatasan Masalah ... 3
1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... 4
Bab 2 Landasan Teori ... 5
2.1. Kompensasi Langsung ... 6
2.1.1. Gaji dan Upah ... 7
2.1.1.1. Arti Penting Gaji Dan Upah ... 7
2.1.1.2. Definisi Upah & Gaji ... 9
2.1.2. Insentif ... 11
2.1.2.1. Tujuan Insentif ... 12
2.1.2.2. Macam-Macam Tujuan Insentif ... 13
2.1.3. Bonus ... 13
2.1.4. Rencana Upah Perangsang ... 14
2.1.4.1. Pemberian Upah Perangsang Menurut Hari Kerja ... 14
(5)
vii
2.1.4.1.2. Measure Day Rate ... 16
2.1.4.2. Pemberian Upah Perangsang Menurut Hasil Kerja ... 16
2.1.4.2.1. Berdasarkan Tarif Satuan Murni ... 17
2.1.4.2.2. Rencana Tarif Satuan Yang Dijamin . 17 2.1.4.2.3. Berdasarkan Tarif Potongan Berbeda Taylor ... 18
2.1.4.2.4. Berdasarkan Pola Upah Tugas & Bonus Gant ... 20
2.1.4.2.5. Rencana Upah Berganda Dari Merrick ... 21
2.1.4.2.6. Rencana Efisiensi Dari Emerson ... 22
2.1.4.3. Pemberian Upah Perangsang Menurut Waktu Yang Dihemat ... 23
2.1.4.3.1. Pola Premi Menurut Hasley ... 23
2.1.4.3.2. Pola Premi Menurut Rowan ... 24
2.1.4.3.3. Pola Upah Bedaux ... 25
2.2. Kompensasi Tidak Langsung ... 26
2.2.1. Tunjangan Dan Fasilitas (Fringe Benefit) ... 27
2.2.1.1. Tujuan Diberikan Tunjangan ... 28
2.2.1.2. Jenis-Jenis Tunjangan ... 29
2.3. Produkvifitas Kerja ... 31
2.3.1. Konsep Produktivitas Secara Umum ... 31
2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Kerja ... 35
2.3.3. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Upaya peningkatan Produktivitas ... 37
2.3.4. Hubungan Produktivitas, Upah, Harga & Keuntungan ... 38
2.4. Metodologi Penelitian ... 39
2.4.1. Kuesioner ... 39
2.4.2. Teknik Pengukuran ... 41
(6)
viii
2.4.4. Tipe Skala pengukuran ... 43
2.4.5. Uji Validitas ... 47
2.4.6. Uji Rehabilitas ... 47
2.4.7. Regresi Linier Ganda ... 48
Bab 3 Metodologi Penelitian ... 49
3.1. Flowchart Pemecahan Masalah... 49
3.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 51
3.2.1. Studi Lapangan ... 51
3.2.2. Studi Pustaka ... 51
3.2.3. Identifikasi Masalah ... 51
3.2.4. Tujuan penelitian ... 51
3.2.5. Pengumpulan Data ... 52
3.2.6. Rancangan Kuesioner ... 52
3.2.7. penentuan Sampel Awal ... 53
3.2.8. Uji Validitas Dan Uji Rehabilitas ... 53
3.2.9. Penyebaran Kuesioner Sesuai Sampel ... 54
3.2.10. Pengolahan Data ... 55
3.2.10.1. Regresi Linier Berganda ... 55
3.2.10.2. Metode Upah Perangsang ... 56
3.2.10.2.1. Berdasarkan Tarif Satuan Murni ... 56
3.2.10.2.2. Berdasarkan Tarif Satuan Yang Dijamin ... 56
3.2.10.2.3. Sistem Upah Dengan Tarif Potongan Menurut Taylor ... 57
3.2.10.2.4. Berdasarkan Pola Upah Tugas & Bonus Menurut Gant ... 57
3.2.10.2.5. Rencana Upah Berganda Dari Merick ... 58
3.2.10.2.6. Rencana Efisiensi Dari Emerson ... 59
3.2.11. Analisis ... 59
(7)
ix
Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 60
4.1. Pengumpulan Data ... 60
4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 60
4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 62
4.1.2.1. Tingkat Direksi ... 62
4.1.2.2. Divisi Pabrik ... 63
4.1.2.3. Tingkat Departemen ... 65
4.1.3. Aktivitas Usaha & Tingkat Produksi ... 70
4.1.3.1. Lapangan Usaha Perusahaan ... 70
4.1.3.2. Bahan Baku ... 70
4.1.3.3. Proses Produksi ... 70
4.1.4. Jumlah Pekerja Di Bagian Weaving & Waktu Kerja ... 75
4.1.5. Penentuan Standar Produksi ... 75
4.1.6. Data Out Put mesin Weaving ... 75
4.1.7. Pemberian Upah Di Perusahaan ... 76
4.1.7.1. Penetapan Upah Yang Diterapkan Perusahaan .. 76
4.1.8. Penetapan Upah Perangsang ... 78
4.1.9. Kuesioner Penelitian ... 80
4.2. Pengolahan Data ... 81
4.2.1. Rancangan Kuesioner ... 81
4.2.1.1. Uji Validitas ... 82
4.2.1.2. Uji Rehabilitas ... 89
4.2.1.2.1. Uji Rehabilitas Kompensasi ... ` 89
4.2.1.2.2. Uji Rehabilitas Fasilitas Sosial ... 90
4.2.1.2.3. Uji Rehabilitas Produktivitas Kerja .... 90
4.2.1.3. Penentuan Sampel ... 91
4.2.1.4. Regresi Berganda ... 91
4.2.2. Pemberian Upah Perangsang Berdasarkan Hasil Kerja .... 96
4.2.2.1. Berdasarkan Tarif Satuan Murni ... 96
4.2.2.2. Berdasarkan Tarif Satuan Yang Dijamin ... 98
4.2.2.3. Berdasarkan Tarif Potongan Berbeda Taylor ... 102 4.2.2.4. Berdasarkan Pola Upah Tugas Dan Bonus
(8)
x
Gant ... 107
4.2.2.5. Rencana Upah Berganda Dari Merick ... 117
4.2.2.6. Rencana Efisiensi Dari Emerson ... 122
Bab 5 Analisis ... 125
5.1. Analisis Uji Validitas ... 125
5.2. Analisis Uji Reliabilitas ... 127
5.3. Analisis Regresi Berganda ... 128 5.3.1. Analisis Pengaruh Variabel X1 (kompensasi)
(9)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Efisiensi Emerson ... 22
Tabel 3.1. Efesiensi Emerson ... 59
Tabel 4.1. Laporan Output Mesin weaving bulan Agustus 2010 ... 75
Tabel 4.2. Data Upah Karyawan ... 77
Tabel 4.3. Penetapan Upah Perangsang Diperusahaan ... 79
Tabel 4.4. Ketentuan Penilaian Persepsi Responden ... 81
Tabel 4.5. Perhitungan uji Validitas Kuesioner Kompensasi ... 82
Tabel 4.6. Perhitungan uji Validitas Kuesioner Fasilitas sosial ... 84
Tabel 4.7. Perhitungan uji Validitas Kuesioner Produktivitas Kerja ... 86
Tabel 4.8. Perbandingan R Hitung Dengan R tabel ... 88
Tabel 4.9. Case Processing Sumary Kompensasi ... 89
Tabel 4.10. Reability Statistic Kompensasi ... 89
Tabel 4.11. Case Processing Sumary Fasilitas Sosial ... 90
Tabel 4.12. Reability Statistic Fasilitas Sosial ... 90
Tabel 4.13. Case Processing Sumary Produktivitas ... 90
Tabel 4.14. Reability Statistic Produktivitas ... 90
Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ... 91
Tabel 4.16. Output Korelasi Dengan Menggunakan Software SPSS ... 92
Tabel 4.17. Output Determinasi Dengan Menggunakan Software SPSS ... 93
Tabel 4.18. Output Model Regresi Dengan Menggunakan Software SPSS ... 94
Tabel 4.19. Output ANOVA Dengan Menggunakan Software SPSS ... 94
Tabel 4.20. Pemberian Upah Berdasarkan Tarif Satuan Murni ... 96
Tabel 4.21. Rencana Taris Satuan Yang Dijamin Untuk Upah Dibawah Standar ... 98
(10)
xii
Tabel 4.22. Rencana Taris Satuan Yang Dijamin Untuk Upah Diatas
Standar ... 99
Tabel 4.23. Total Jumlah Untuk Satuan Yang Dijamin 101 Tabel 4.24. Rencana Tarif Potongan Berbeda Taylor Untuk Upah Dibawah Standar ... 102
Tabel 4.25. Rencana Tarif Potongan Berbeda Taylor Untuk Upah Diatas Standar ... 104
Tabel 4.26. Total Jumlah Upah yang Diterima Untuk Tarif Potongan Berbeda Taylor ... Tabel 4.27. Perhitungan Pola Upah Tugas & Bonus Gant Untuk Upah dibawah Standar ... 107
Tabel 4.28. Perhitungan Pola Upah Tugas & Bonus Gant Dengan Bonus 10% ... 108
Tabel 4.29. Perhitungan Pola Upah Tugas & Bonus Gant Dengan Bonus 15% ... 110
Tabel 4.30. Perhitungan Pola Upah Tugas & Bonus Gant Dengan Bonus 20% ... 111
Tabel 4.31. Total Upah Tugas & Bonus Gant (a & b) ... 113
Tabel 4.32. Total Upah Tugas & Bonus Gant (a & c) ... 114
Tabel 4.33. Total Upah Tugas & Bonus Gant (a & d) ... 115
Tabel 4.34. Perhitungan untuk pekerja yang mempunyai Prestasi Antara 83% Sampai 100% ... 118
Tabel 4.35. Perhitungan Upah Untuk pekerja Yang mempunyai Prestasi Diatas 100% ... 119
Tabel 4.36. Total Upah Berganda Dari Merick ... 121
Tabel 4.37. Skala Bonus Efesiensi Emerson ... 122
(11)
DI PT. SIPATEX PUTRI LESTARI - BANDUNG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Strata 1 Pada Fakultas Teknik & Ilmu Komputer
Universitas Komputer Indonesia
Oleh: BERRI ALHARI
1.03.06.001
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK & ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
(12)
LESTARI – BANDUNG
TUGAS AKHIR
Asked to take Strata 1 Degree Exams At the Faculty of Engineering & Computer Science
University Computer Indonesia
By: BERRI ALHARI
1.03.06.001
INDUSTRIAL ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF ENGINEERING & COMPUTER SCIENCE
UNIVERSITY COMPUTER INDONESIA BANDUNG
(13)
144 bab 6
Kesimpulan Dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian serta analisis dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, pad bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari hasil peneltian di PT. SIPATEX , dimana hasil peneltian tersebut mengenai upaya menigkatkan produktivitas tenaga kerja melalui pendekatan kompensasi (upah perangsang) dan penyediaan fasilitas sosial, adapun kesimpulannya sebagai berikut :
a. hubungan antara kompensasi terhadap produktivitas tenaga kerja di PT. SIPATEX merupakan suatu hubungan yang positif dengan tingkat hubungan relatif sangat kuat, produktivitas tenaga kerja yang dipengaruhi kompensasi adalah sebesar 0.965
b. hubungan antara fasilitas sosial terhadap produktivitas tenaga kerja di PT. SIPATEX merupakan suatu hubungan yang positif dengan tingkat hubungan relatif sangat kuat, produktivitas tenaga kerja yang dipengaruhi fasilitas sosial adalah sebesar 0.766.
c. hubungan antara kompensasi & fasilitas sosial secara bersama terhadap produktivitas tenaga kerja di PT. SIPATEX merupakan suatu hubungan yang positif dengan tingkat hubungan relatif sangat kuat, produktivitas tenaga kerja yang dipengruhi kompensasi & fasilitas sosial secara bersama adalah sebesar 0.966.
d. dari ke enam metode perhitungan upah perangsang yang dilakukan yaitu perhitungan upah berdasarkan hasil kerja (produksi), maka terpilih tugas dan bonus dari gant, upah berganda dari merrick dan pola efisiensi dari emerson karena metode lain tidak mengalami kenaikan jumlah total upah yang berlaku sekarang di perusahaan.
e. jumlah total penetapan upah yang di usulkan yaitu sebesar Rp. 1,776,430.00 dengan kenaikan dari jumlah total upah yang berlaku sekarang diperusahaan Rp. 1,683,355 maka kenaikannya yaitu sebesar Rp. 93.075
(14)
145
f. penetapan upah perangsang yang di usulkan yaitu berdasarkan metode tugas dan bonus daru gant cukup dirasakan adil bagi setiap pekerja, karena didasarkan pada prestasi kerja yang dihasilkan operator. Penetapan upah perangsang yang baru harus diimbangi pula dengan peningkatan disiplin kerja serta penigkatan kesadaran dan tanggung jawab operator terhadap pekerja mereka.
g. kenaikan penetapan upah yang di usulkan diperoleh dari 10% gaji pokok yang diterapkan sekarang ini di PT.SIPATEX, karena dengan kenaikan berdasarkan gaji pokok maka pekerja atau dalam hak ini operator diharapakan nantinya akan lebih termotivasi untuk bekerja sebaik- baiknya.
6.2. Saran
berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penulis dapat mengusulkan beberapa saran terhadap pihak perusahaan sebagai berikut :
a. diharapkan adanya penelitian lanjut untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan hubungan variabel lain.
b. penetapan upah perangsang yang direncanakan sebaik apapun harus dicoba untuk diterapkan dilapangan (diimplementasikan), tidak sedikit sistem yang terencana dengan baik diatas kertas ternyata mengalami kegagalan yang diakibatkan ketidakmampuan meramalkan respon dari pihak-pihak yang terkait didalamnya, dalam hal ini para pekerja di bagian weaving. penetapan upah perangsang dapat dicoba dan disempurnakan setelah mengamati tanggapan dari para pekerja.
(15)
Bab 5 Analisis
Setelah semua data yang terkumpul sudah diolah dan didapatkan hasilnya, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah analisis terhadap hasil pengolahan data bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), pada bab 5 (lima) ini akan menganalisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan antara lain analisis perhitungan pada uji validitas, uji reliabilitas, persamaan regresi serta kelengkapannya,analisis penetapan upah perangsang di perusahaan, analisis upah berdasarkan tarif satuan murni, analisis upah berdasarkan tarif satuan yang dijamin, analisis upah berdasarkan tarif potongan berbeda Taylor, analisis upah berdasarkan Gant, analisis upah berdasarkan Merrick, serta analisis upah berdasarkan pola efisiensi Emerson.
5.1. Analisis Uji Validitas
Untuk dapat mengukur besarnya nilai dari satu variable yang ingin diteliti, diperlukan alat ukur berupa skala atau tes yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan sebenarnya. Berdasarkan data yang telah dihitung pada bab sebelumnya hasil perhitungan uji validitas kuisioner kompensasi semua nilai koefisien korelasinya (r) diatas 0.361, ini berarti data faktor kompensasi sudah valid dan dapat diterima karena telah memenuhis syarat r hitung ≥ r tabel. Berdasarkan data yang telah dihitung pada bab sebelumnya hasil perhitungan uji validitas kuisioner fasilitas sosial semua nilai koefisien korelasinya (r) diatas 0.361, ini berarti data faktor kompensasi sudah valid dan dapat diterima karena telah memenuhi syarat r hitung ≥ r tabel. Berdasarkan data yang telah dihitung pada bab sebelumnya hasil perhitungan uji validitas kuisioner produktivitas semua nilai koefisien korelasinya (r) diatas 0.361, ini berarti data faktor kompensasi sudah valid dan dapat diterima karena telah memenuhi syarat r hitung ≥ r tabel. Berikut hasil perhitungan uji validitas
(16)
Tabel 5.1 Perbandingan R Hitung Dengan R table
Item R hitung Kompensasi
R hitung Fasilitas
Sosial
R hitung Produktivitas
Pekerja
R table keterangan
X1 0.689 0.597 0.400 0.361 valid
X2 0.883 0.749 0.809 0.361 valid
X3 0.760 0.815 0.563 0.361 valid
X4 0.753 0.722 0.759 0.361 valid
X5 0.808 0.672 0.533 0.361 valid
X6 0.924 0.567 0.841 0.361 valid
X7 0.883 0.872 0.623 0.361 valid
X8 0.874 0.692 0.866 0.361 valid
X9 0.619 0.674 0.660 0.361 valid
X10 0.689 0.789 0.719 0.361 valid
5.2. Analisis Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatan petunjuk ketepatan atau kecocokan alat ukur. Besarnya nilai α bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Makin besar nilai keandalan maka semakin tinggi keandalan alat ukur yang digunakan, berdasarkan data yang sudah dihitung di bab sebelumnya, uji reliabilitas pada faktor kompensasi dapat dikatakan sangat kuat dimana nilai α sebesar 0.9331 (mendekati nilai 1). Pada tabel yang sama yaitu uji reliablitas pada faktor fasilitas sosial
dengan nilai α di bawah faktor kompensasi yaitu sebesar 0.897 dengan tingkat reliabilitasnya digolongkan sangat kuat, kemudian pada uji reliabilitas pda faktor
produktivitas tenaga kerja dengan nilai α sebesar 0.870 dengan tingkat reliabilitasnya digolongkan sangat kuat. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji reliablitas kuisoner dengan tingkat reliabilitasnya.
(17)
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Kuisoner Nilai Reliabilitas Kuisoner Tingkat Reliabilitas
Kompensasi 0.931 Sangat kuat
Fasilitas sosial 0.889 Sangat kuat
Produktivitas pekerja 0.870 Sangat kuat
Berdasarkan analisis diatas, variabel – variabel tersebut layak untuk digunakan sebagai alat ukur pengaruh kompensasi & fasilitas sosial terhadap produktivitas pekerja langsung di PT. SIPATEX, karena variabel-variabel tersebut valid dan reliabel.
5.3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui bentuk, hubungan, dan besarnya pengaruh variabel independen {kompensasi (X1) & fasiltas sosial (X2)} terhadap variabel dependen {produktivitas (Y)} baik secara bersama-sama maupun secara parsial yang ditunjukkan oleh koefisisen regresi, Sarwono (2006). 5.3.1. Analisis Pengaruh Variabel X1 (kompensasi) Terhadap Variable Y
(Produktivitas Tenaga Kerja)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi sebesar 0.966 yang mempunyai maksud pengaruh antara variabelkompensasi (X1) dengan variabel produktivitas tenaga kerja (Y) sangat kuat. Korelasi kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.00 < 0.05. Hubungan antara kompensasi dengan produktivitas tenaga kerja sangat kuat artinya jika kita ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerja maka kita harus memperhatikan aspek kompensasi (gaji) yaitu dengan cara pemberian insentif atau tambahan gaji.
(18)
5.3.2. Analisis Pengaruh Variabel X2 (Fasilitas Sosial) Terhadap Variable Y
(Produktivitas Tenaga Kerja)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi sebesar 0.768 yang mempunyai maksud pengaruh antara variabelfasiltas sosial (X2) dengan variabel produktivitas tenaga kerja (Y) sangat kuat. Korelasi kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.00 < 0.05. Hubungan antara fasiltas sosial dengan produktivitas tenaga kerja sangat kuat artinya jika kita ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerja maka kita harus memperhatikan aspek fasiltas sosial yaitu dengan cara pemberian fasilitas yang memadai.
5.3.3. Analisis Pengaruh Variabel X1 (kompensasi) dan X2 (Fasilitas Sosial)
Secara Bersama Terhadap Variable Y (Produktivitas Tenaga Kerja)
Besarnya pengaruh variable frekuensi kompensasi dan fasilitas sosial terhadap peningkatan produktivitas pekerja sebesar 0.935 atau sama dengan 93.5 %, mendekati angka satu, hal ini menunjukan pengaruh kompensasi dan fasiltas sosial terhadap peningkatan produktivitas sangat kuat, sedangkan pengaruh sebesar 6.5% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini
5.3.4. Analisis Persamaan Regresi
Dari proses pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16, dapat dilihat nilai Unstandardized Coefficients (B) sebagai patokan dalam membuat persamaan regresi, dengan melihat nilai tersebut didapat persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 9.595 + 0.747 X1+ 0.048 X2 dimana :
Y = Produktivitas Tenaga Kerja X1 = Kompensasi
(19)
Arti dari persamaan regresi tersebut adalah:
Konstanta sebesar 9.595 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel independen kompensasi dan fasiltas sosial maka nilai produktivitas sebesar 9.595.
Koefisien regresi kompensasi sebesar 0.747 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai 1, maka nilai variabel kompensasi akan meningkatkan rata-rata produktivitas tenaga kerja sebesar 0.747
Koefisien regresi fasilitas sosial sebesar 0.048 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai 1, maka nilai variabel fasilitas sosial akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebesar 0.048
(20)
5.3.6. Analisis penetapan perupahan di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI PT. sipatex merupakan perusahaan yang bergerak di bidang textile, dengan produk utamanya adalah kain polyester. Berdasarkan besarnya pengaruh kompensasi terhadap produktivitas dengan demikian dalam penlitian ini mengusulkan suatu penetapan pemberian upah perangsang bagi pekerja langsung.
Penetapan upah perangsang yang berlaku sekarang di PT. SIPATEX kepada pekerja tetap atau dalam hal ini operator mesin weaving. Dilakukan dengan cara jika operator mampu menyelesaikan output melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 240 meter, maka output lebih yang yang dihasilkan dikalikan dengan upah per meter yaitu Rp. 186,3. Sedangkan jika operator tidak bisa mencapai standar output yang telah ditetapkan tidak akan mendapatkan upah perangsang.
Tabel 5.3 Penetapan Perupahan di Perusahaan Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan makan Rp 175,000.00
Tunjangan transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
ASKES Rp 2,000.00
ATM BCA Rp 1,000.00
Total upah di perusahaanyangditerima bulan
agusutus 2010 Rp 1,647,000.00
Upah perangsang berdasarkan output lebih
yang dihsailkan Rp 36,355.00
(21)
5.3.7. Analisis Penetapan Upah Persangsang Berdasarkan Hasil Kerja (produksi)
Metode upah perangsang yang dapat ditetapkan untuk para pekerja tetap atau operator dalam pembuatan kain di bagian weaving di PT. SIPATEX yaitu dilihat berdasarkan pada jumlah hasil kerja (produksi) yang dihasilkan, metode upah perangsang yang berdasarkan hasil kerja (produksi) tersebut adalah :
a. Berdasarkan tarif satuan murni
b. Berdasrkan rencana tarif satuan yang dijamin c. Berdsarkan rencana tarif potongan berbbeda taylor d. Berdasarkan rencana tugas dan bonus daru gant e. Berdasarkan rencana upah berganda dari merrick f. Berdasarkan rencana efisiensi dari emerson
5.3.7.1. Analisis Upah Berdasarkan Tarif Satuan Murni
Pada metode tarif persatuan murni, kulitas produksi yang dihasilkan operator kurang atau tidak diperhatikan, karena yang dipentingkan adalah jumlah produk yang dihasilkan harus sebanyak – banyaknya. Bila terjadi gangguan pada proses produksi, maka operator akan dirugikan
Pembayaran upah berdasarkan metode tarif satuan murni ini, upah ditetapkan per unit produksi, upah yang akan diterima oleh operator hanya akan melebihi upah yang akan diberikan oleh perusahaan selama ini jika produksi yang dihasilkan operator tersebut melebihi output standar, jumlah kelebihan output itu dilakukan dengan jumlah upah yang ditetapkan per unit produksinya. Jika jumlah output seorang operator dibawah standar maka upah yang akan diterimanya akan lebih kecil dari upah yang biasa diterima.
Dari hasil perhitungan upah berdasarkan hasil kerja (produksi) khususnya dalam hal ini upah perangsang berdasarkan metode satuan murni pada bab sebelumnya. Maka diperoleh perbandungan hasil perhitungan upah yang dapat diterima operator yaitu :
(22)
Tabel 5.4 Penetapan Upah Berdasarkan Tarif Satuan Murni Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan makan Rp 175,000.00
Tunjangan transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
ASKES Rp 2,000.00
ATM BCA Rp 1,000.00
Total upah di perusahaan yang diterima bulan
agusutus 2010 Rp 1,647,000.00
Upah perangsang berdasarkan output lebih yang
dihsailkan Rp 36,514.00
Total upah Rp 1,683,355.00
Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(berdasarkan tariff satuan murni) Rp 1,680,893.00
Dalam metode tarif satuan murni ini, kualitas produk tidak diperhatikan, pekerja dimotivasi sedemikan rupa sehingga dapat menghasilkan jumlah produk sebanyak mungkin, dan jika terjadi gangguan pada proses produksi, pekerja tetap menerima upah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan sehingga sisitem ini terasa kurang aman bagi pekerja.
Berdasarkan tabel diatas pada penetapan upah tarif satuan murni ini total uang diperoleh operator dari metode ini sbesar Rp 1,680,893.00, dengan demikian motode ini tidak cocok untuk diberlakukan penetapan upah yang telah diberlakukan sekarang di PT.SIPATEX yaitu sebesar Rp 1,683,355.00
(23)
5.3.7.2. Analisis Upah Berdasarkan Tarif Satuan Yang Dijamin
Metode berdasarkan tarif satuan yang dijamin adalah merupakan metode rencana yang diperbaharui dari rencana tarif satuan yang dijamin, yang memberikan upah perangsang kepada operator dengan cara memberi jaminan kepada para operator tersebut. Apabila operator menghasilkan output dibawah standar maka para operator akan dibayar denga tarif dasar menurut jam kerja. Sedangkan untuk yang berhasil mencapai output diatas standar maka operator akan dibayar dengan tarif satuan, ouput yang dihasilkan sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Dari hasil perhitungan upah berdasrkan metode satuan yang dijamin pada bab sbelumnya. Mka diperoleh perbandingan hsail perhitungan upah yang dapat diterima operator yaitu :
Tabel 5.5 Penetapan Upah Berdasarkan Tarif Satuan yang dijamin Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan makan Rp 175,000.00
Tunjangan transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
ASKES Rp 2,000.00
ATM BCA Rp 1,000.00
Total upah di perusahaan yang diterima bulan
agusutus 2010 Rp 1,647,000.00
Upah perangsang berdasarkan output lebih yang di
hasilkan Rp 36,514.00
Total upah Rp 1,683,355.00
Jumlah upah untuk output dibawah standar Rp 223,600.00 Jumlah upah untuk output diatas standar Rp 1,154,355.00 Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(24)
Kelebihan metode penetapan berdasarkan tarif satuan yang dijamin ini, operator akan tetap diberikan jaminan upah dibawah standar, apabila operator ridak bisa mencapai output dari standar yang telah ditetapkan mak seorang operator tetap medapatkan jaminan upah per hari, dan juga pada rencana ini adil karena pekerja tetap diberikan hak yang sesuai dengan yang diinginkan yaitu tetap mendapatkan jaminan upah meskipun tidak berhasil menghasilkan output diatas standar.
Sedangkan kelemahan dari metode ini untuk pemberian upah berdasarkan output lebih yang dihasilkan tidak mengalami kenaikan, atau sama saja dengan penetapan upah standar perusahaan. Dengan demikan metode ini tidak cocok untuk diberlakukan penetapan upah perangsang karena tidak adanya kenaikan upah peransang.
5.3.7.3. Analisis Upah Perangsang Berdasarkan Tarif Potongan Berbeda Taylor
pada upah perangsang berdasarkan tarif potongan berbed Taylor, untuk pemberian upah dibawah standar tarif yang diberikan 50% dari standar upah perusahaan, sedangkan untuk pemberian upah diatas standar upah yang diberikan berdasarkan output lebih yang dihasilkan dikalikan dengan upah standar perusahaan.
Tabel 5.6 Penetapan Upah Berdasarkan Tarif Potongan Berbeda Taylor Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan makan Rp 175,000.00
Tunjangan transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
ASKES Rp 2,000.00
ATM BCA Rp 1,000.00
(25)
Upah perangsang berdasarkan output lebih yang
Dihasilkan Rp 36,355.00
Total upah Rp 1,683,355.00
Jumlah upah untuk output dibawah standar Rp 110,569.00 Jumlah upah untuk output diatas standar Rp 930,754.00 Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(berdasarkan tarif potongan berbeda taylor) Rp 1,570,324.00
kelebihan metode penetapan upah berdasarkan rencana tarif potongan berbeda Taylor sesuia dengan namanya berbeda, operator akan diberikan upah yang berbeda untuk pemberian upah diatas dan dibawah standar, dimana untuk pemberian upah diatas standar diberikan upah yang tinggi karena telah menghsailkan output sama dengan standar atau lebih dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan tabel diatas pada penetapan upah berdasarkan tarif potongan berbeda Taylor total upah yang diperoleh operator dari metode ini sbesar Rp. 1.570.324 dengan demikian motode ini tidak cocok untuk diberlakukan penetapan upah yang telah diberlakukan sekarang di PT.SIPATEX yaitu sebesar Rp 1,683,355.00
5.3.7.4. Analisis Upah Perangsang Berdasarkan Rencana Tugas Dan Bonus dari Gant
Pada rencana upah perangsang berdasarkan rencana tugas dan bonus dari gant, operator yang menghasilkan output dibawah standar yang telah ditentukan maka akan mendapatkan jaminan upah per hari.
Sedangkan untuk pemberian upah diatas output standar yang telah ditetapkan diberikan tambahan bonus yang tinggi bila mencapai hasil output yang lebih tinggi atau sama dengan output standar, pemberian bonus tersebut dibagi menjadi tiga , usulan bonus 10%, usulan bonus 15%, usulan bonus 20%.
(26)
Tabel 5.7 Penetapan Upah Berdasarkan Tugas & Bonus Gant Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan makan Rp 175,000.00
Tunjangan transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
ASKES Rp 2,000.00
ATM BCA Rp 1,000.00
Total upah di perusahaan yang diterima bulan agusutus 2010 Rp 1,647,000.00 Upah perangsang berdasarkan output lebih yang dihsailkan Rp 36,355.00
Total upah Rp 1,683,355.00
Jumlah upah untuk output dibawah standar Rp 223,600.00 Jumlah upah untuk output diatas standar (usulan 10%) Rp 1,023,830.28 Jumlah upah untuk output diatas standar (usulan 15%) Rp 1,070,368.02 Jumlah upah untuk output diatas standar (usulan 20%) Rp 1,116,905.02
Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(berdasarkan metode upah dari Gant dengan usulan 10%) Rp 1,776,430.00 Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(berdasarkan metode upah dari Gant dengan usulan 15%) Rp 1,822,968.00 Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(berdasarkan metode upah dari Gant dengan usulan 20%) Rp 1,869,505.00 Berdasarkan tabel diatas pada penetapan upah berdasarkan bonus dari Gant total upah yang diperoleh operator dari metode ini berdasarkan usulan 10% sebesar Rp 1,776,430.00, berdasarkan usulan 15% sebesar Rp. 1,822,968.00 dan berdasarkan usulan 20% sebesar Rp. 1,869,505.00 dengan demikian motode ini cocok untuk diberlakukan penetapan upah di PT.SIPATEX karena upah yang dihsailkan lebih besar dibandingkan dengan penetapan upah yang telah diberlakukan sekarang di PT.SIPATEX yaitu sebesar Rp 1,683,355.00
(27)
5.3.7.5. Analisis upah perangsang berdasarkan upah berganda dari merrrick Pada rencana upah perangsang berdasarkan upah berganda dari merrick dibagi beberapa perincian sebagai berikut :
Pemberian upah untuk operator yang mempunyai prestasi dibawah 83% dari standar yang ditetapkan.di bagi ke dalam 2 skenario persen bonus yang diberikan masing – masing, scenario 1 upah diberi bonus 50% scenario 2 upah diberi bonus 80%.Pemberian upah untuk operator yang mempunyai prestasi dibawah 83% - 100% d dari standar yang ditetapkan diberi bonus 100 %. Sedangkan pemberian upah untuk operator yang mempunyai prestasi 100 atau lebih dari standar diberi bonus 120%.
Tabel 5.8 Penetapan Upah Berdasarkan upah Berganda dari Merrick Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan makan Rp 175,000.00
Tunjangan transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
ASKES Rp 2,000.00
ATM BCA Rp 1,000.00
Total upah di perusahaan yang diterima bulan
agusutus 2010 Rp 1,647,000.00
Upah perangsang berdasarkan output lebih yang
dihasilkan Rp 36,355.00
Total Upah Rp 1,683,355.00
Jumlah upah untuk prestasi antara 83% - 100% Rp 221,139.00 Jumlah upah untuk output antara 100% atau lebih Rp 1,116,905.00 Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(28)
Kelebihan metode dari rencan berganda dari merrick ini adalah rencan ini cukup baiak untuk merangsang kemampuan pekerja secara bertahap, kaena pemberian upah diberikan berbeda dab berthap antara operator yang berhsail mencapai 83%, antara 83% - 100%, dan 100% atau lebih.
Berdasarkan dari tabel di atas pada penetapan upah berdasarkan rencana beganda dari merrick , total yang diperoleh operator dari metode inin sebesar Rp 1,867,044.00, dengan demikian metode ini cocok untuk diberlakukan penetapan upah di PT. sipatex karena upah yang di hasilkan lebih besar dibandingkan dengan penetapan upah yang telah diberlakukan sekarang di PT. sipatex yaitu sebesar Rp 1,683,355.00
5.3.7.6. Analisis upah perangsang berdasarkan pola efisiensi emerson
Pada rencana upah perangsang berdasarkan pola efisiensi Emerson ini operator yang menghsailkan ouput dibawah standar yang telah ditentukan atau dibawah 67%, akan medapatkan upah jaminan. Sedangkan apabila operator menghasilkan ouput diatas standar dari output standara yang telah ditetapkan maka akan mendapat bonus, presentase bonus tersebut akan bertambah dengan naiknya efisiensi para operaot sesuai dengan tabel yang disusun oleh Emerson untuk pemberian upah diatas standar atau yang mencapai prestasi 67% dari output standar
Tabel 5.9 Penetapan Upah Berdasarkan upah pola efisiensi Emerson Agustus 2010
Jam kerja 8
Hari kerja 25
Output standar (meter) 240
Upah per hari Rp 44,720.00
Upah per jam Rp 5,590.00
Upah per meter Rp 186.30
Tunjangan Makan Rp 175,000.00
Tunjangan Transportasi Rp 125,000.00
Premi hadir Rp 250,000.00
(29)
ATM BCA Rp 1,000.00
Total upah di perusahaan yang diterima bulan
agusutus 2010 Rp 1,647,000.00
Upah perangsang berdasarkan output lebih yang
dihasilkan Rp 36,355.00
Total Upah Rp 1,683,355.00
Total upah yang diterima bulan agustus 2010
(berdasarkan pola efisiensi emerson) Rp 1,848,240.00 Kelebihan metode ini adalah memberikan bonus yang ditetakan sesuai dengan tabel dari emerson apabila seorang operator mampu mennghasilkan output lebih dari standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan dari tabel di atas pada penetapan upah berdasarkan pola efisiensi emerson, total yang diperoleh operator dari metode inin sebesar Rp 1,848,240.00, dengan demikian metode ini cocok untuk diberlakukan penetapan upah di PT. sipatex karena upah yang di hasilkan lebih besar dibandingkan dengan penetapan upa yang telah diberlakukan sekarang di PT. sipatex yaitu sebesar Rp 1,683,355.00
5.10 perbandingan total jumlah upah berdasarkan hasil kerja (produksi)
No. metode berdasarkan hsail kerja
(produksi) jumlah upah
1 tarif satuan murni Rp 1,680,893.00
2 tarif satuan yang di jamin Rp 1,683,355.00 3 tarif potongan berbeda taylor Rp 1,570,324.00
4 tugas dan bonus dari gant
usulan bonus 10% Rp 1,776,430.00
usulan bonus 15% Rp 1,822,968.00
usulan bonus 20% Rp 1,869,505.00
5 upah berganda dari merrick Rp 1,867,044.00 6 pola efisiensi dari emerson Rp 1,848,240.00
(30)
5.3.8. Usulan
Dari tabel perbandingan total jumlah upah diatas yaitu berdasarkan hasil kerja (produksi) dengan penetapan upah yang berlaku di PT. SIPATEX pada saat ini yang berjumlah Rp 1,683,355.00, maka terpilih ada tiga metode yang memiliki kenaikan jumlah total upah melebihi total upah yang diberlakukan sekarang di PT. SIPATEX yaitu metode berdasarkan tugas & bonus dari Gant, upah berganda dari Merrick, dan pola efisiensi dari Emerson. maka setelah mengetahui selisih upah kemudian peneliti dapat menetukan jumlah yang diusulkan.
Dari hasil perbandingan tabel diatas, berdasarkan metode hsil kerja (produksi) maka diperoleh metode yang akan diusulkan yaitu metode tugas dan bonus dari Gant dengan pemberian bonus 10% tambahan bonus 10% tersebut dapat meningkatkan penghasilan operator, dari perhitungan berdasarkan PT. SIPATEX Rp. 1,683,355.00 dibandingkan dengan perhitungan upah berdasarkan tugas dan bonus 10% dari gant Rp. 1,776,430.00 maka di dapatkan selisih sebesar Rp. 93.075 tambahan tersebut cukup adil antara operator dengan perusahaan karena tidak terlalu besar dan dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil output yang dihasilkan operator mesin weaving tersebut. sehingga perusahaan merasa diuntungkan karena meningkatnya output yang dihsailkan oleh operator.
Untuk menentukan usulan peneliti membagi kedalam tiga bagian agar pemilihan usulan bisa adil antara perusahaan dengan operator, yaitu sebagai berikut :
a. Jika kenaikan yang di usulkan sebesar 10% dari gaji pokok sekarang di perusahaan Rp. 1.118.000 (gaji pokok), yaitu :
10% Rp. 1.118.000 = Rp. 118.000
Rp. 1.118.000 + Rp.36.355 + Rp.175.000 + Rp. 125.000 + Rp. 250.000 + Rp. 118.000 – Rp. 20.000 – Rp. 1.000
= Rp. 1.801.355
batas kenaikan untuk 10% dari gaji pokok sekarang di PT. SIPATEX, yaitu : antara Rp 1,683,355.00 sampai Rp. 1.801.355
(31)
Jadi untuk alternatif usulan kenaikan total jumlah upah pertama 10% dari gaji pokok di perusahaan untuk penetapan upah yang di usulkan yaitu dengan menggunakan metode tarif bonus dari Gant dengan premi 10% total jumlah upah yaitu sebesar Rp. 1,776,430.00
b. jika kenaikan yang di usulkan sebesar 15% dari gaji pokok sekarang di perusahaan Rp. 1.118.000 (gaji pokok), yaitu :
15% Rp. 1.118.000 = Rp. 167.700
Rp. 1.118.000 + Rp.36.355 + Rp.175.000 + Rp. 125.000 + Rp. 250.000 + Rp. 167.700 – Rp. 20.000 – Rp. 1.000
= Rp. 1.801.355
batas kenaikan untuk 15% dari gaji pokok sekarang di PT. SIPATEX, yaitu : antara Rp 1,683,355.00 sampai Rp. 1.851.055
Jadi untuk alternatif usulan kenaikan total jumlah upah kedua 15% dari gaji pokok di perusahaan untuk penetapan upah yang di usulkan yaitu dengan menggunakan metode tarif bonus dari Gant dengan premi 15% total jumlah upah yaitu sebesar Rp 1,822,968.00 dan pola efisiensi dari Emerson dengan total jumlah upah yaitu sebesar Rp 1,848,240.00.
c. Jika kenaikan yang di usulkan sebesar 20% dari gaji pokok sekarang di perusahaan Rp. 1.118.000 (gaji pokok), yaitu :
20% Rp. 1.118.000 = Rp. 223.600
Rp. 1.118.000 + Rp.36.355 + Rp.175.000 + Rp. 125.000 + Rp. 250.000 + Rp. 223.600 – Rp. 20.000 – Rp. 1.000
= Rp. 1.906.955
batas kenaikan untuk 20% dari gaji pokok sekarang di PT. SIPATEX, yaitu : antara Rp 1,683,355.00 sampai Rp. 1.906.955
(32)
Jadi tidak ada usulan untuk kenaikan total jumlah upah ketiga 20% dari gaji pokok di perusahan, karena tidak ada yang termasuk dalam batas kenaikan 20% dari gaji pokok yaitu batas nya Rp 1,683,355.00
(33)
Bab 4
Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. SIPATEX didirikan sejak bulan Juni 1976, dengan nama PT. SINAR PADASUKA TEXTILE, yang pada awalnya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertenunan saja. Seiring dengan lajunya teknologi pertextilan yang ada di Indonesia, perusahaan ini dari tahun ke tahun memperoleh banyak kemajuan.
Luas area yang dimiliki oleh PT. SIPATEX sekitar 12 hektar termasuk luas bangunan yang ada didalamnya. Hal tersebut tercantum bentuk surat rekomendasi untuk persetujuan permohonan lokasi dan izin pembebasan tanah kurang lebih 80.000 m2 yang terletak di desa Padamulya, kecamatan Majalaya, pada tanggal 20 Mei 1991 No. 21/-SFT/V/1991, dengan bidang usaha meliputi pertenunan dan penyempurnaan pertenunan atas nama PT. SIPATEX dalam hal ini, Bapak Frans Leonardi selaku pemilik perusahaan sekaligus Direktur utama menunjuk Masri Husaen, SH sebagai kuasa hukum perusahaan. Permodalan PT. SIPATEX berasal dari dana pribadi Bapak Frans Leonardi ditambah dengan bantuan dari Bank Swasta. Adapun bentuk badan hukum PT. SIPATEX adalah perseroan terbatas yang disebut PT.
PT. SINAR PADASUKA TEXTILE ( PT. SIPATEX ) merupakan perusahaan swasta PMDN ( Penanaman Modal Dalam Negeri ) yang bergerak dalam bidang textile, dengan produk utamanya adalah kain polyester. Perusahaan ini dimiliki oleh Bapak Frans Leonardi yang lokasi kantor pusat di Jl. Putri No. 6 Bandung, sedangkan lokasi pabriknya di Jl. Raya Laswi No. 101 Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Adapun status penanaman modal dalam negeri tersebut berdasarkan izin usaha industri No. 246/T/INDUSTRI/90 yang dikeluarkan oleh ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ).
(34)
Perusahaan dimulai dengan 28 sets mesin tenun bekas yang merupakan pembayaran dari seorang langganan yang tidak dapat dipenuhi kewajiban membayar hutang atas pembelian onderdil mesin dari Bapak Frans Leonardi pada tahun 1976. Diatas tanah seluas 1499 m2 dan luas bangunan 700 m2, perusahaan mulai bergerak dalam bidang weaving dengan hanya dua orang karyawan. Pada waktu itu perusahaan mendapat Kredit Modal Kerja ( KMK ) DARI bni 1946 sebesar Rp. 10.000.000,-. Mulai tahun 1977 mulai ada penambahan mesin tenun sebanyak 32 sets menjadi 60 sets dan BNI 1946 menambah bantuannya sebanyak Rp. 15.000.000,- sehingga totalnya menjadi Rp. 25.000.000,-. PT. SIPATEX disahkan secara hukum berdasarkan Akte pendirian No. 33 tanggal 12 Oktober 1977 oleh Notaris Masri Husaen, SH.
Selanjutnya pada tahun 1978, perusahaan mengadakan restruktuasi dengan melakukan penambahan maupun pengurangan mesin – mesin yang sudah ada, dan pada tahun 1990 sampai dengan sekarang PT. SIPATEX sudah mampu bergerak dalam bidang Sizing, Texturizing, Weaving, Printing, Dyeing dan Finishing dengan peralatan mesin – mesin modern. Usaha pemasaran merupakan hal yang terpenting dalam menjalankan roda perusahaan. PT. SIPATEX memasarkan produknya 90% di export ke luar negeri diantaranya ke Timur Tengah, Singapura, Jepang serta Negara Asia Tenggara lainnya. Sedangkan sisanya dipasarkan di dalam negeri sekitar 10% diantaranya Jakarta, Bandung, Jawa Timur dan daerah – daerah lainnya.
Sampai dengan saat ini PT. SIPATEX telah memiliki karyawan sebanyak kurang lebih 1227 orang dan dikantor pusat kurang lebih 115 orang, pabrik yang awalnya setengah hektar luas tanahnya sekarang menjadi 8 hektar dengan luas bangunan kurang lebih 50.000 m2. Begitu juga dengan penambahan mesin dan perluasan bangunan perkantoran serta fasilitas lainnya seperti poliklinik, kantin, masjid, koperasi dan bangunan sarana olahraga.
Dalam upaya peningkatan peran serta koperasi, maka pada tahun 2005 telah mengadakan program Kemitraan Usaha dengan koperasi karyawan PT. SIPATEX
(35)
dengan pelimpahan 200 mesin tenun untuk dikelola oleh koperasi karyawan PT. SIPATEX.
4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. SIPATEX PUTRI LESTARI Bandung menggunakan organisasi lini atau garis, artinya otorisasi atau kekuasaan mengalir dari pihak pimpinan organisasi sampai kepada unit organisasi yang ada dibawahnya. Begitu pula dengan pertanggungjawaban pekerjaan yang menjadi kewajibannya sebagai karyawan harus dilaporkan secara mengalir dari unit yang berada dibawahnya sampai pada tingkat yang paling atas berdasarkan tingkat jabatan yang dipegangnya, adapun struktur organisasi PT. SIPATEX PURI LESTARI sebagai berikut :
4.1.2.1 Tingkat Direksi a. Direksi
Direksi mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
Menentukan misi, tujuan, sasaran dan strategi perusahaan.
Mengkoordinasikan kegiatan perusahaan untuk mencapai misi dan tujuan yang diterapkan.
Menentukan dan merumuskan kebijakan perusahaan.
Mengangkat dan memberhentikan karyawan pada posisi – posisi penting.
Menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.
Memantau perkembangan usaha dan perkembangan perusahaan.
Mengambil keputusan mengenai hal – hal strategis seperti : penempatan investasi, hutang piutang, penjualan aktiva tetap, Acquisition, dan Marger.
Menetapkan dan mengevaluasi anggaran tahunan.
b. Corporate Secretary
Corporate secretary mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
Berhubungan dengan instansi luar negeri sebagai wakil resmi perusahaan.
(36)
Melakukan fungsi hubungan masyarakat untuk menjaga citra perusahaan yang baik.
Mengatur dan mengawasi kegiatan protokoler perusahaan.
Mengikuti perkembangan peraturan pemerintah yang relevan bagi perusahaan.
c. Internal Audit
Internal audit mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
Bertindak atas nama direksi dalam memeriksa semua bidang perusahaan.
Mengadakan pemeriksaaan disertai usul, pendapat dan perbaikan-perbaikan kepada direksi.
Membuat system dan prosedur baru yang diperlukan sebagai alat pengawasan secara efektif dan efisien.
Melakukan tinjauan efektivitas penerapan system dan prosedur yang berlaku.
Memberikan saran kepada direksi berkenaan dengan system pengawasan intern.
4.1.2.2 Divisi pabrik
Divisi pabrik mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
Merencanakan kegiatan pabrik secara keseluruhan.
Menentukan target mencapai kegiatan pabrik.
Membuat, mengusulkan dan menerapkan kebijakan pabrik.
Melakukan koordinasi kegiatan terkait antara production planning dan controlling industrial enggenering.
Melakukan evaluasi kegiatan pabrik secara keseluruhan
Berkomunikasi dengan marketing berkenaan dengan order penjualan dan keuangan akuntansi umum dan personalia.
Bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan pabrik dan karyawan.
(37)
Divisi pabrik membawahi beberapa sub divisi yaitu : a. Sub divisi Produksi
Sub divisi produksi mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut :
Bersama-sama dengan pemimpin pabrik merencanakan dan menentukan target pencapaian pabrik secara menyeluruh.
Bersama-sama dengan pemimpin pabrik, Production Planning & Controlling Indusrtial Engginering merencanakan kegiatan produksi secara keseluruhan.
Merencanakan target produksi.
Membuat, mengusulkan dan menetapkan kebijaksanaan yang berkenaan dengan kegiatan terkait antara departemen weaving,dyeing, finishing, printing dan quality control.
Mempertimbangkan usulan supplier mengenai teknologi baru, bahan baku dan yang lain-lainnya dengan pabrik.
Berkomunikasi dengan marketing berkenaan dengan order penjualan dan dengan keuangan & Administrasi berkenaan dengan pembelian, keuangan, akutansi, personalia dan umum.
b. Production Planning & Control
Production planning & control mempunyai kewajiban dan wewenang sebagai berikut :
Membuat rencana produksi berdasarkan informasi order dari marketing dan kepala pabrik dan dengan mempertimbangkan pemenuhan order dan pemenuhan lainnya.
Memberikan informasi kepada marketing berkenaan dengan penjadwalan order produksi.
Merencanakan kebutuhan material dan tingkat inventorinya.
Menurunkan order produksi ke department terkait.
Memantau posisi order di lapangan.
Memberikan informasi kesiapan order kepada marketing/ekspor berkenaan dengan rencan kiriman.
(38)
Berkomunikasi dengan industrial engenering berkenaan dengan kapasitas produksi dan routing.
c. Industrial Engeneering
Industrial engeneeringmempunyai kewajiban dan wewenang sebagai berikut :
Memantau perkembangan pencapaia produksi terhadap target produksi.
Memantau standart dan produktivitas produksi.
Menghitung tingkat persediaan barang yang paling optimal.
Melakukan evaluasi kegiatan produksi terhadap rencana produksi.
Menganalisa sebab akibat kegagalan pencapaian produksi untuk disampaikan kepada manajement.
Membuat laporan evaluasi produksi untuk manajement.
Membuat studi kelayakan proyek-proyek dalam skala kecil di pabrik.
Melakukan koordinasi bersama accounting berkenaan dengan penyusutan anggaran pabrik.
Melakukan perhitungan Standard Cost Engeneering Menentukan standarisasi perhitungan overhead cost.
4.1.2.3 Tingkat Departemen
Tingkatan Departemen pada PT. SIPATEX merupakan operasional produksi. Pembagian tingkatan departemen sebagai berikut :
a. Marketing
Tugas dan wewenang bagian marketing sebagai berikut :
Mengkoordinasi kegiatan penjualan ekspor, desain serta gudang distribusi.
Melakukan analisis pasar (Studi Kelayakan Pasar)
Menjalin hubungan baik dengan pembeli.
Menyusun dan melaksanakan program marketing secara berkala.
Melaksanakan strategi penjualan yang telah digariskan.
Mengkoordinasikan penanganan order dengan bagian produksi.
Menyusun jadwal pengiriman.
(39)
Menjajaki adanya potensial konsumen.
Memantau harga persaing.
Menyusun dan merekomendasikan kegiatan advertising dan program penawaran penjualan melalui bonus, quality discount, dan lain-lain.
Berkomunikasi dengan bagian pabrik dan PPC berkenaan dengan order yang diterima.
Berkomunikasi dengan bagian keuangan dan administrasi berkenaan dengan order yang diterima.
Berkomunikasi dengan bagian keuangan dan administrasi berkenaan dengan masalah keuangan, akuntansi umum, dan personalia.
b. Sarana Produksi
Tugas dan wewenang bagian sarana produksi sebagai berikut :
Mendukung kegiatan produksi dalam pemenuhan kebutuhan material dan perawatan alat-alat produksi
Melakuan koordinasi kegiatan material control dan maintenance.
Merencanakan alokasi bahan dalam proses dan kekegiatan maintenance terhadap rencana produksi.
Memberikan informasi secara dini berkenaan dengan kekurangan bahan dalam proses terhadap kesesuaian rencana produksi.
Memperkirakan alokasi kegiatan maintenance rutin dan overall terhadap rencana produksi.
Melakukan evaluasi kegiatan material conrol dan maintenance
Bekerjasama dengan bagian produksi berkenaan dengan penyediaan fasilitas maintenance dan alat penunjang produksi
Bertanggung jawab atas kegiatan pergudangan dan maintenance secara keseluruhan.
(40)
c. Weaving
Tugas dan wewenang bagian weaving sebagai berikut :
Melakukan kordinasi kegiatan persiapan weaving.
Menyusun rencana induk produksi sesuai dengan keadaan laporan.
Menyusun laporan produksi weaving
Memantau dan mengupayakan peningkatan efisiensi dan kualitas hasil produksi.
Bekerjasama denagn produksi dan bagian PPC serta sarana produksi dalam hal pengaturan produksi, penyedian bahan dan persiapan weaving. Memberikan petunjuk atau pedoman pengarahn untuk bagian persiapan
dan weaving.
d. Dyeing/Finishing/Printing
Tugas dan wewenang bagian dyeing, finishing, printing sebagai berikut :
Melakukan koordinasi pretreatment finishing, dyeing, printing dan colour mixing strike off.
Menyesuaikan rencana induk produksi sesuai dengan keadaan laporan.
Memantau dan mengupayakan peningkatan efisiensi dan kualitas hasil produksi.
Bekerjasama denagn produksi, bagian PPC serta sarana produksi dalam hal pengaturan produksi, penyediaan bahan dan persiapan mesin.
Melakukan evaluasi kegiatan pretreatment finishing, dyeing dan printing. Memberikan petunjuk atau pedoman pengarahan untuk bagian dyeing,
finishing dan printing.
e. Quality Control
Tugas dan wewenang bagian quality control sebagai berikut :
Mengkoordinasikan kegiatan inspecting, classifty dan rolling and packing agar produk yang dihasilkan sesuai denagn standar kualitas yang di tentukan.
Bekerjasama dengan semua bagian produksi untuk penanggulangan cacat produksi.
(41)
Menerapkan disiplin kerja untuk bagian quality control.
Melakukan peneguran berkenaan dengan tindakan karyawan yang indisipliner.
Mengusulkan kebutuhan tenaga kerja berkala.
f. Impor dan Pembelian
Tugas dan wewenang bagian impor dan pembeliansebagai berikut :
Mengkoordinasikan permintaan dengan masing-masing bagian.
Melaksanakan negoisasi harga dengan pemasok atau importer.
Melaksankan strategi pembeliaan yang telah digariskan.
Melakukan adjustment terhadap rencana kebuthan barang yang dibuat PPC sesuai denagn jumlah lot nominal yang di tentukan.
Menyiapkan dokumen pembelian barang.
Memperbaharui datar pemasok.
Membuat L/C untuk impor barang.
Melakukan prosedur impor sesuai dengan regulasi yang ada.
Menyiapkan laporan pendukung untuk pelaksanaan kegiatan impor.
Menanggulangi masalah berkenaan dengan pembelian dan impor dengan pihak terkai atau instasi luar.
Mengurus klaim barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
Menjaga hubungan baik dengan instasi yang berkaitan dengan impor.
g. Keuangan dan Administrasi
Tugas dan wewenang bagian keuangan dan administrasisebagai berikut :
Membuat, mengusulkan dan menerapkan kebijakan keuangan.
Mengusulkan kepada direksi rencara di bidang keuangan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Merencanakan dan menyusun anggaran perusahaan.
Mengontrol kegiatan dan keuangan dan administrasi secara keseluruhan.
Mengawasi pengeluaran-pengeluaran biaya agar tetap sesuai dengan batas kewajaran.
(42)
Mengevaluasi laporan keuangan untuk mengetahui posisi liquiditas perusahaan dan langkah-langkah perbaikan penggunaan data.
Berkomunikasi dengan direksi untuk masalah keuangan penting, dengan marketing berkenaan dengan order penjualan, dengan pabrik berkenaan dengan produksi.
h. Personalia
Tugas dan wewenang bagian personalia sebagai berikut :
Mengoordinasi kegiatan personalia pabrik.
Mengkoordinasi kegiatan man power planning berdasarkan masukan seluruh departemen.
Membina dan mengarahkan unit organisasi dalam bidang personalia.
Menyelesaikan masalah tenaga kerja.
Sarana aktif mengikuti perkembangan peraturan ketenaga kerjaan.
Menyusun program pelatihan.
Mengadakan orientasi bagi pegawai baru.
Menjaga hubungan baik dengan instansi resmi personalia.
Menjalin hubungan baik dengan sumber ketenagakerjaan yang bisa diandalkan.
Melaksanakan pendataan dan penyusunan laporan personalia secara keseluruhan.
Mengkoordinasi kegiatan yang bersifat umum sepeti transportasi dan pemeliharaan lingkungan.
Mengkoordinasi penyediaan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja.
Mengkoordinasi pemasangan iklan ketenagakerjaan bila diperlukan.
(43)
4.1.3. aktivitas usaha dan proses produksi 4.1.3.1 Lapangan Usaha Perusahaan
PT. SIPATEX yang berkantor pusat di Jl. Putri No. 6 Bandung dengan luas tanah 40.000 m2 dan pabrik dengan luas tanah 120.000 m2 yang berdomisili di Jl. Raya Laswi Majalaya Kabupaten Bandung.
Benang polyester merupakan bahan baku utama produk PT. SIPATEX untuk menghasilkan kain polyester yang berjenis Tissue Faile, Tissue Velvet, Tissue Palace, Jacquard, Chiffon, Ottomen dan Moscrepe.dalam proses produksinya tersebut digunakan mesin berteknologi tinggi, untuk memastikan kualitas produk dan memperkecil pemborosan bahan material. Sebagian mesin – mesin ini dibeli dari Jerman, Swiss, Taiwan dan Korea.
PT. SIPATEX merupakan perusahaan yang relative komperatif, artinya harga atau cost produksi yang rendah memungkinkan perusahaan untuk menawarkan harga yang bersaing dengan perusahaan lain, dengan cara menekan harga produksi, pengawasan, keefisienan operasi dan penghematan energi.
4.1.3.2 Bahan Baku
Perusahaan ini membeli bahan baku berupa benang polyester dari perusahaan Polyester Spinning Mills Indonesia berjenis benang Polyester Filamen dan benang Polyester bertekstur. Bahan baku ini telah banyak diproduksi oleh perusahaan dalam negeri. Oleh karena itu perusahaan tidak mempunyai masalah dalam persediaan bahan baku.
4.1.3.3 Proses Produksi
Proses produksi dimulai dengan benang, ditenun memanjang atau dengan penggabungan dua benang yang berbeda ( Twisting ). Setelah menjadi kain, selanjutya dilakukan pemotongan untuk proses pencetakan ( Printing ) dan pencelupan ( Dyeing ). Berikut ini adalah proses produksi yang dilakukan oleh PT. SIPATEX dimulai dari :
(44)
a. Penganjian (sizing)
Benang dari gudang dibawa ke unit sizing, setelah benang pasang di creel, benang di gulung, dimesin warping dan kemudian dilakukan penggabungan di mesin beaming. Setelah di beam dibawa ke unit weaving, pada umumnya benang twist menggunakan proses ini sedangkan untuk benang non twist, sebelum masuk ke mesin beaming dilakukan proses sizing yaitu pemberian kanji untuk menambah kekuatan benang, daya tahan gesekan pada waktu proses tenun dan untuk mengurangi jumlah benang yang putus sehingga mutu kain dapat dijaga dengan baik.
Gambar 4.1 Non Sized Yarn
Gambar 4.2 Sized Yarn
b. Pertenunan ( Weaving )
Pada bagian ini benang dari bagian sizing ditenun sehingga menjadi kain saat ini perusahaan sedang merintis unit weaving kea rah otomatisasi dengan menggunakan mesin waterjet.
c. Pencelupan ( Dyeing )
Unit jenis kain TR, setelah proses desizing yaitu pembuangan kanji agar tidak mengganggu proses pemasakan, pengeluntangan, pencelupan, masuk ke proses scouring yaitu proses pemasakan untuk menghilangkan zat – zat yang merupakan kotoran serat seperti lemak dan lain – lain. Setelah melalui proses bleaching yaitu penghilangan warna – warna yang tidak diinginkan, baru kemudian masuk ke proses dyeing yaitu pencelupan dengan melarutkan zat – zat warna dalam air
Inventory Creel Warving Beaming Weaving
(45)
kemudian memasukan bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.
Gambar 4.3 TR Fabrics
Jenis kain All polyester, prosesnya dari weaving langsung masuk ke scouring dan selanjutnya sama dengan proses TR.
Gambar 4.4 All Polyester
Finishing Dyeing
Printing
Weaving Singeing Desizing Scouring
Bleaching
Weaving Scouring
Dyeing
Printing
(46)
Printing yaitu proses pemberian warna setempat pada kain sehingga memberikan corak tertentu. Penyempurnaan (finishing), proses ini dilakukan dengan menggunakan suatu mesin khusus, mesin ini memproses kain dengan cara memberikan tekanan panas tertentu, tujuan proses ini adalah agar bentuk kain menjadi tetap proses ini menggunakan bahan kimia sebagai pengawet.
Terdapat dua jenis tipe mesin untuk proses pencetakan, tipe mesin yang pertama digunakan untuk satu kali pencetakan ( Rottary Print ) dan jenis yang kedua adalah pencetakan yang dilakukan berulang – ulang ( Flat Screen Print ). Pada pencelupan juga terdapat dua jenis tipe mesin, tipe mesin yang pertama adalah Jet Dyeing dan yang kedua adalah Thromosol Dyeing atau Pencelupan Bersambung. Setelah dilakukan Printing atau Dyeing dilanjutkan dengan proses finishing dilakukan penghalusan bahan dan diteliti untuk dilakukan pengepakan.
d. Pemasaran Produk
Penjualan produk di PT. SIPATEX dapat dibagi kedalam dua kelompok penjualan yaitu :
Penjualan berdasarkan pesanan
Yang dimaksud dengan penjualan berdasarkan pesanan adalah penjualan yang dilakukan berdaarkan order atau pesanan pelanggan dengan jenis barang yang dipesan merupakan barang yang belum tersedia di gudang primer.
Penjualan berdasarkan persediaan
Yang dimaksud dengan penjualan berdasarkan persediaan adalah penjualan yang dilakukan berdasarkan persediaan barang yang ada di gudang pabrik. Dengan demikian pengiriman dapat dilakukan setiap saat.
Sistem penjualan yang dilakukan oleh perusahaan adalah penjualan tunai dan penjualan kredit. Pada umumnya penjualan tunai dilakukan untuk barang yang dijual lokal untuk jangka waktu pembayaran 1-3 bulan. Semua penjualan diikat dengan kontrak penjualan ( Sales Contract ) Dalam kontrak penjualan ini disebutkan antara lain :
(47)
1. Jenis Barang 2. Harga Satuan 3. Syarat Pembayaran
4. Waktu Pengiriman ( Delivery time )
Penjualan yang dilakukan oleh PT. SIPATEX tersebut dibagi lagi kedalam dua daerah penjualan yaitu :
1. Penjualan Lokal
Penjualan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan barang yang dijual berupa :
Kain Grey, yaitu untuk penjualan ke pabrik – pabrik tekstil.
Kain Jadi, baik yang sudah dicelup ataupun dicetak, yaitu untuk penjualan garment dan distributor ( partai besar )
2. Penjualan Ekspor
Penjualan ekspor yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan luar negeri yang dilakukan melalui agen, baik yang ada dalam negeri maupun luar negeri. Adapun produk – produk yang dijual oleh PT. SIPATEX adalah kain Grey dan Kain Jadi ( kain dyeing dan kain printing ) dengan jenis – jenis seperti :
Polyester Georgette Polynosic
Fujette Peach Skin Creapon Cally
(48)
4.1.4. Jumlah Pekerja di bagian Weaving & Waktu Kerja
Pekerja yang diteliti adalah pekerja dibagian weaving dengan jumlah pekerja sebanyak 300 orang. Waktu kerja dibagi menjadi dua shift, shift pertama 150 karyawan bekerja mulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00 dan shift kedua 150 karyawan bekerja mulai pukul 15.00 sampai pukul 23.00, waktu kerja dalam 1 bulan adalah 25 hari.
4.1.5. Penetuan Standar Produksi
Target produksi kain tiap bulan sebanyak 1.800.000 meter kain dengan mesin weaving yang digunakan sebanyak 150 mesin, 1 orang karyawan menangani 1 mesin, untuk mengetahui panjang kain yang diproduksi dalam satu 1 shift (8jam) adalah sebagai berikut :
Produksi kain dalam 1 hari
1.800.000 / 25 hari kerja = 72.000 meter
Jumlah kain yang dihasilkan 1 mesin dalam 1 hari 72.000 / 150 mesin = 480 meter
Jumlah kain yang dihasilkan 1 mesin dalam 1 shift 480 / 2 = 240 meter
Dari hasil yang didapatkan maka standar produksi kain yang harus dihasilkan oleh 1 orang pekerja dengan 1 mesin dalam 1 shift bekerja adalah 240 meter kain.
4.1.6. Data Output Mesin Weaving
Berikut data output mesin weaving yang diperoleh dari salah satu operator. Data berikut akan dijadikan acuan untuk perhitungan upah perangsang.
Tabel 4.1 Laporan output mesin weaving bulan agustus 2010
Hari Kerja Standar Produksi / Hari Output Produksi / Hari
2/8/2010 240 meter 256 meter
3/8/2010 240 meter 235 meter
4/8/2010 240 meter 242 meter
5/8/2010 240 meter 248 meter
(49)
Hari Kerja Standar Produksi / Hari Output Produksi / Hari
7/8/2010 240 meter 258 meter
9/8/2010 240 meter 249 meter
10/8/2010 240 meter 237 meter
11/8/2010 240 meter 239 meter
12/8/2010 240 meter 241 meter
13/8/2010 240 meter 245 meter
14/8/2010 240 meter 246 meter
16/8/2010 240 meter 251 meter
18/8/2010 240 meter 248 meter
19/8/2010 240 meter 249 meter
20/8/2010 240 meter 253 meter
21/8/2010 240 meter 252 meter
23/8/2010 240 meter 250 meter
24/8/2010 240 meter 245 meter
25/8/2010 240 meter 239 meter
26/8/2010 240 meter 241 meter
27/8/2010 240 meter 237 meter
28/8/2010 240 meter 252 meter
30/8/2010 240 meter 259 meter
31/8/2010 240 meter 256 meter
Jumlah 6000 meter 6183 meter
4.1.7. pemberian upah di perusahaan
4.1.7.1. Penetapan Upah Yang Diterapkan Oleh PT. SIPATEX
pt sipatex memberikan upah kepada operator mesin weaving diberikan dalam jangka waktu per bulan, kisaran gaji yang diberikan PT.siaptex yaitu sebesar :
(50)
Tabel 4.2 Data upah karayawan Bandung
Depart emen Personalia & Umum
Divisi Weaving Perincian Gaji
B.044 ATM
NOM OR 8
BULAN 2010 AGUST 31
NAM A Sakim
HARI KERJA 25
gaji pokok Rp. 1.118.000
TUNJANGAN M AKAN Rp. 175.000 TUNJANGAN TRANPORTASI Rp. 125.000
PREM I HADIR Rp. 250.000
LEM BUR 0
LAIN-LAIN 0
GAJI BRUTO Rp. 1.668.000
POT. UTANG 0
GAJI NETTO Rp. 1.668.000
KOPERASI BANDUNG 0
KOPERASI BANDUNG 0
ASTEK Rp. 20.000
BCA ATM Rp. 1000
GAJI BAYAR Rp. 1.647.000
TERIM A BAYAR
SISA PIUTANG 0
h.hadir 25
h. kerja 25
Untuk mengetahui upah operator per hari dapat diketahui dengan rincian sebagai berikut :
Upah per hari = gaji pokok
Jumlah hari kerja dalam 1 bulan = 1.118.000
25
= Rp. 44.720 per hari
Untuk mengetahui upah operator per jam dapat diketahui dengan rincian sebagai berikut :
(51)
Upah per jam = Upah per hari
Jumlah hari kerja dalam 1 hari = 44.720
8
= Rp. 5.590 per jam
Untuk mengetahui upah operator per meter dapat diketahui dengan rincian sebagai berikut :
Upah per meter = upah per hari Standar output per hari
= 44720 240
= Rp. 186.3 per meter
4.1.8. Penetapan Upah Perangsang
Upah perangsang yang diberikan oleh perusahaan kepda operator adalah berdasarkan kelebihan output yang dihasilkan, yaitu apabila dalam satu hari operator mampu menghasilkan output melebihi dari input yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka jumlah ouput yang melebihi target tersebut dikalikan dengan upah perangsang sebesar Rp. 186.3 per meter, jika perkerja berhasil menyelesaikan ouput diatas jumlah standar produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 240 meter per hari , maka pekerja tersebut akan mendapatkan gaji pokok seta mendapatkan upah perangsang. Sedangkan jika pekerja yang tidak berhasil menghasilkan output yang telah ditetapkan sebanyak 240 meter per hari (tidak mencapai standar), maka pekerja tersebut tidak akan mendaptakan upah perangsang, tetapi tetap hanya mendapatkan gaji pokok saja. Pemberian upah perangsang diberikan sesuai dengan hari kerja dalam satu bulan
Hari atau tanggal untuk yang mendaptkan upah perangsang karena telah meghasilkan output melebihi input yang telah ditetapkan perusahaan pada bulan agustus 2010 yaitu :
(52)
Hari atau tanggal untuk yang mendaptkan upah perangsang karena telah meghasilkan output melebihi input yang telah ditetapkan perusahaan pada bulan agustus 2010 yaitu : Tanggal 6,12,19,20,21.
Hari atau tanggal libur pada bulan agustus 2010, yaitu : Tanggal 1,8,15,17,22,29
Tabel 4.3 Penetapan upah perangsang di perusahaan
No Tanggal Standar Produksi / Hari (meter) Output Produksi / Hari (meter) Output lebih (meter) Upah per meter Upah Perangsang
1 2/8/2010 240 256 16 Rp. 186.3 Rp. 2980.8
2 3/8/2010 240 235
3 4/8/2010 240 242 2 Rp. 186.3 Rp. 372.6
4 5/8/2010 240 248 8 Rp. 186.3 Rp. 1490.4
5 6/8/2010 240 255 15 Rp. 186.3 Rp. 2794.5
6 7/8/2010 240 258 18 Rp. 186.3 Rp. 3353.4
7 9/8/2010 240 249 9 Rp. 186.3 Rp. 1676.7
8 10/8/2010 240 237
9 11/8/2010 240 239
10 12/8/2010 240 241 1 Rp. 186.3 Rp. 186.3
11 13/8/2010 240 245 5 Rp. 186.3 Rp. 931.5
12 14/8/2010 240 246 6 Rp. 186.3 Rp. 1117.8
13 16/8/2010 240 251 11 Rp. 186.3 Rp. 2049.3
14 18/8/2010 240 248 8 Rp. 186.3 Rp. 1490.4
15 19/8/2010 240 249 9 Rp. 186.3 Rp. 1676.7
16 20/8/2010 240 253 13 Rp. 186.3 Rp. 2421.9
17 21/8/2010 240 252 12 Rp. 186.3 Rp. 2235.6
18 23/8/2010 240 250 10 Rp. 186.3 Rp. 1863
19 24/8/2010 240 245 5 Rp. 186.3 Rp. 931.5
20 25/8/2010 240 239
21 26/8/2010 240 241 1 Rp. 186.3 Rp. 186.3
22 27/8/2010 240 237
23 28/8/2010 240 252 12 Rp. 186.3 Rp. 2235.6
24 30/8/2010 240 259 19 Rp. 186.3 Rp. 3539.7
25 31/8/2010 240 256 16 Rp. 186.3 Rp. 2980.8
(53)
Total jumlah upah yang diterima operator dalam satu bulan
E = upah 1 bulan (25 hari kerja) + upah perangsang + T. makan + T. transportasi + premi hadir – ASKES – BCA ATM
E = Rp. 1.118.000 + Rp.36.355 + Rp.175.000 + Rp. 125.000 + Rp. 250.000 – Rp. 20.000 – Rp. 1.000
E = Rp. 1.683.355
4.1.9. Kuesioner penelitian
Kuesioner yang disebarkan kepada responden dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi beberapa pertanyaan terbuka yang berkaitan dengan data umum responden. Pertanyaan-pertanyaan di bagian ini bertujuan untuk mengetahui data umum dari responden yang mengisi kuesioner. Bagian kedua merupakan kuesioner tertutup, yang berisi pernyataan-pernyataan untuk mengetahui persepsi dan penilaian responden terhadap variabel-variabel independen yang akan diukur pada penelitian ini. Jumlah pernyataan mengenai kompensasi sebanyak 10 pernyataan, jumlah pernyataan mengenai fasilitas sosial sebanyak 10 pernyataan dan jumlah pernyataan mengenai produktivitas pekrja sebanyak 10 pernyataan.
(54)
4.2. Pengolahan Data 4.2.1. Kuesioner
Dalam persiapan data mentah dilakukan dengan mentabulasikan atau mengorganisasikan data sedemikan rupa sehingga siap untuk diolah dengan metode-metode pengolahan data yang telah ditetapkan. Untuk menghasilkan data mentah ini, jawaban responden dinyatakan ke dalam Likert Type dengan skala penilaian yang berkisar antara 1 sampai dengan 5. Kuesioner berisi pernyataan mengenai persepsi responden terhadap faktor-faktor tentang Gaya kepemimpinan dan Komitmen Organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan. Skor penilaian dalam setiap pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.4. Ketentuan Penilaian Persepsi Responden Persepsi Responden Skor atau Nilai
Pernyataan Sangat Setuju
Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
(1)
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat saat ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia perindustrian, hal ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang yang memaksa setiap perusahaan harus dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif, dan produktif. Tingkat kompetisi yang tinggi ini memacu tiap perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasinya, maka perusahaan harus dapat terus berjalan dan memenuhi kebutuhan para anggota organisasi dan kebutuhan konsumen.
Perusahaan dapat bersaing dengan keunggulan yang dimilikinya. Keunggulan yang dimiliki perusahaan bisa berasal dari faktor produksi perusahaan yaitu material, mesin, sumber daya manusia, modal dan lain-lain. Selain itu perusahaan harus memperhatikan salah satu faktor yang sangat menunjang kegiatan operasi perusahaan yaitu sumber daya manusia.
Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga mereka mengharapkan dengan bekerja mereka akan mendapatkan balas jasa yang setimpal yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya tesebut. Adanya balas jasa yang adil dan layak yang diterima oleh karyawan, maka karyawan akan termotivasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab karena kebutuhannya terpenuhi sehingga produktivitas meningkat. Semakin meningkatnya produktivitas akan semakin menguntungkan bagi perusahaan maupun karyawan.
PT. SIPATEX PUTRI LESTARI merupakan perusahaan swasta PMD ( Penanaman Modal Dalam Negeri ) yang bergerak dalam bidang textile, seiring
(2)
2
1
perusahaan yang efektif dan efisien, agar dapat memproduksi barang yang berkualitas maka banyak faktor yang terlibat, salah satunya adalah sumber daya manusia. Seorang karyawan agar dapat berkarya dengan baik perlu ada motivator. Upah atau gaji merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam manajemen tenaga kerja, karena upah merupakan satu unsur motivator dalam bentuk imbalan terhadap prestasi yang dihasilkan pekerja. Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Jika masalah upah tidak ditangani secara baik dan adil dapat menimbulkan konflik antara pihak pekerja dengan manajemen perusahaan. Selain itu penyediaan fasilitas sosial (kantin, masjid, transportasi,dll) bisa menjadi bentuk motivator agar tenaga kerja menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya. (Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja , 2001 : 74)
Berdasarkan uraian diatas, menjelaskan bahwa upah serta fasilitas sosial berhubungan dengan tingkat produktivitas karyawan dan upah serta fasilitas sosial bisa meningkatkan produktivitas karyawan, maka penelitian dilakukan dengan judul: “Pengaruh Kompensasi dan Fasilitas Sosial Terhadap Produktivitas Pekerja Langsung di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI “.
1.2. Identifikasi Masalah
Seperti diuraikan diatas, perusahaan perlu mendorong para karyawannya untuk dapat bekerja dengan baik, karyawan akan bekerja dengan baik bila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan karyawannya. Salah satu cara perusahaan memenuhi kebutuhan karyawan adalah dengan memberikan kompensasi yang adil dan wajar, memberikan kompensasi tambahan serta memberikan fasilitas kerja yang memadai, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas para karyawannya.
(3)
Sesuai uraian diatas penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap produktivitas pekerja di PT.
SIPATEX PUTRI LESTARI ?
2. Bagaimana pengaruh fasilitas sosial terhadap produktivitas pekerja di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI ?
3. Bagaimana pengaruh kompensasi dan fasilitas sosial secara bersama terhadap produktivitas di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI ?
4. Bagaimana salah satu unsur dari kompensasi yaitu upah perangsang, metode apakah yang cocok diterapkan di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai agar dapat bermanfaat dan memberikan makna terhadap kegiatan penelitian. Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis pengaruh kompensasi terhadap produktivitas di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI.
2. Menganalisis pengaruh fasilitas sosial terhadap produktivitas di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI.
3. Menganalisis pengaruh kompensasi dan fasilitas sosial secara bersama terhadap produktivitas di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI.
4. Mengusulkan penetapan upah perangsang.
1.4. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas, dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di PT. SIPATEX PUTRI LESTARI, hanya di bagian weaving saja.
2. Penelitian hanya dibatasi pekerja (operator) mesin weaving pada waktu shift 1 3.
(4)
4
1 1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, identifikasi masalah, Tujuan penelitian, Pembatasan Masalah dan asumsi serta Sistematika Penulisan Laporan.
Bab 2 Landasan Teori
Bab ini berisikan tentang teori-teori penunjang yang digunakan untuk melandasi permasalahan yang akan diteliti dan untuk memecahkan masalah yang diteliti.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Bab ini berisikan tentang langkah-langkah pemecahan masalah, serta pendekatan konsep atau teori yang akan digunakan guna pemecahan masalah.
Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Berisikan penyajian hasil pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang selanjutnya diolah berdasarkan ketentuan dan tujuan penelitian.
Bab 5 Analisis
Bab ini berisikan analisis dan pembahasan (output) dari pemecahan masalah guna mendapatkan hasil akhir untuk menunjang tercapainya usaha-usaha pencapaian tujuan penelitian.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian serta saran-saran untuk implementasi.
(5)
PRODUKTIVITAS PEKERJA LANGSUNG DI PT. SIPATEX PUTRI LESTARI – BANDUNG
Oleh Berri Alhari
1.03.06.001
Pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat saat ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia perindustrian, hal ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang yang memaksa setiap perusahaan harus dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif, dan produktif. PT. SIPATEX PUTRI LESTARI-BANDUNG merupakan perusahaan yang bergerak di bidang textile, dengan produk utamanya adalah kain polyester, dengan pekerja yang dilibatkan oleh perusahaan ini adalah operator (pekerja langsung).
Upah atau gaji merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam manajemen tenaga kerja, karena upah merupakan satu unsur motivator dalam bentuk imbalan terhadap prestasi yang dihasilkan pekerja. Selain itu penyediaan fasilitas sosial (kantin, masjid, transportasi,dll) bisa menjadi bentuk motivator agar tenaga kerja menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dengan menggunakan uji regresi berganda, dan metode upah perangsang berdasarkan hasil kerja (produksi), metode-metodenya yaitu tarif satuan murni, tarif satuan yang dijamin, tarif potongan berbeda Taylor, tugas & bonus dari Gant, upah berganda dari Merrick, dan efisiensi dari Emerson.
Melalui perhitungan yang diperoleh ternyata ada hubungan yang positif antara kompensasi dan penyediaan fasilitas sosial terhadap produktivitas tenaga kerja, dimana hasil korelasi kompensasi terhadap produktivitas sebesar 0.966, korelasi fasilitas sosial terhadap produktivitas sebesar 0.768 dan korelasi kompensasi dan fasilitas sosial secara bersama-sama terhadap produktivitas sebesar 0.967.hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan menaikkan variabel kompensasi dan fasilitas sosial. Penetapan upah berdasarkan hasil kerja (produksi), metode rencana upah tugas dan bonus gant (Rp. 1.776.430) terpilih sebagai usulan karena dibandingkan dengan kenaikan Rp. 93.075 dari total upah sekarang yang ditetapkan perusahaan sebesar (Rp 1.683.355). kenaikan upah tersebut dirasakan cukup terjangkau untuk perusahaan karena kenaikannya tidak terlalu besar, sedangkan bagi operator kenaikan tersebut
(6)
ABSTRACT
EFFECT OF COMPENSATION AND SOCIAL FACILITIES TO DIRECT LABOUR PRODUCTIVITY IN PT. SIPATEX PUTRI
LESTARI – BANDUNG
By Berri Alhari
1.03.06.001
Economic growth and rapid industrial currently lead the world with increasing competition in the industry, this led to high competition in all areas that forced every company should be able to work more efficient, effective, and productive. PT. SIPATEX PUTRI LESTARI BANDUNG is a company engaged in the field of textile, with its main products are polyester fabric, with workers who were engaged by this company is the operator (direct employees).
Wages or salaries is one very important factor in the management of labor, since wages are one element of a motivator in the form of achievement resulting benefits of workers. In addition, the provision of social facilities (canteen, mosque, transportation, etc.) can be a motivator for workers to be more enthusiastic in carrying out its work.
The method used in this study is parametric statistics using multiple regression test, and incentive wage methods based on the work (production), his methods are pure unit rates, unit rates are guaranteed, discount rates vary Taylor, tasks and a bonus of Gant, multiple wage of Merrick, and efficiency of Emerson.
Through the estimates obtained there was a positive relationship between compensation and the provision of social facilities on labor productivity, where the results of correlation compensation to productivity by 0966, the correlation of social facilities on the productivity of 0768 and the correlation between compensation and social facilities together towards productivity by 0967 . this shows that the increase in labor productivity can be done by increasing the variable compensation and social facilities. Wage determination on the basis of the work (production), the method of assignment of wages and bonus plan Gant (IDR 1,776,430) was selected as the proposal because compared with the increase of Rp. 93,075 of the total wages determined by the company now for (USD 1,683,355). wage increases are felt quite affordable for the company because of the increase is not too large, while for operators increase is enough to raise their income, thereby increasing the total wage of the operator is expected to bemotivated and will work best