C. spinata
Matano, Towuti, Mahalona, Masapi dan WawontoaLantoa.
Dikatakan “si cantik” karena memiliki warna dan corak yang
sangat indah, dan bernilai ekonomis tinggi. “Si cantik” ini
berukuran kecil hanya berkisar 2 – 2,5 cm dan sangat indah.
Biasanya udang hias ini sangat menarik apabila dipelihara di
dalam akuarium dalam jumlah banyak. “Si cantik” penghuni
Danau Towuti hampir semua merupakan jenis endemik von
Rintelen dan Cai, 2009. Beberapa jenis udang hias
penghuni Danau Towuti dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel
1.
Tabel 1. Beberapa jenis udang hias yang terdapat di Danau
Towuti
N o
Nama lokalNa
ma dagang
Nama latin
Habitat 1
Red orchid
Caridina glaubrec
hti Kerikil dan batuan besar
boulders 2
Black tiger
C. holthuisi
Banyak di bawah serasah dan tanaman
air 3
Lama’ C.
lanceolat a
Batu, kerikil, serasah, kayu terendam dan
tanaman air 4
Udang coklat
C. lingkona
e Berbagai macam
substrat 5
Yellow C.
Bebatuan dan kerikil
14
Warta Limnologi – No. 47Tahun
XXIV
Desember 2011
C. wolterechae
C. lingkonae C. loehae
Gambar 1. “Si cantik” penghuni Danau Towuti Sumber gambar von
Rintelen dan Chai 2009
C. striata
strip loehae
6 Udang
masapi C.
masapi Serasah dan tanaman
air 7
Pinokio C.
profundi cola
Bebatuan dan serasah 8
Yellow check
C. spinata
Bebatuan 9
Udang garis
tiga C.
spongico la
Spesifik sponge
1 Liris
kecil C. striata
Batu besar dan kerikil 1
1 Celebes
beauty C.
wolterec kae
Batuan besar dan kerikil
1 3
- C.
parvula Bebatuan
1 4
- C.
tenuirost ris
Bebatuan dan kayu terendam
1 5
Udang coklat
susu Caridina
sp. Banyak di bawah
serasah dan batuan
Potensi Ekonomi
Banyak kalangan
pembudidaya ikan yang haus akan hewan baru untuk diperjual
belikan dan dibudidayakan terlebih dahulu. Begitupun pada
awalnya “si cantik” ini dikomersialkan
mendapat penawaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas udang-udang yang lainnya.
Patokan harga “si cantik” ini dari nelayan adalah Rp 700ekor, di
pengumpul Rp. 3000ekor dan di pengecer berkisar antara Rp.
7000 - Rp. 10000ekor yang disesuaikan dengan jenisnya. Di
negeri sakura Jepang satu ekor udang yang super paling bagus,
mendapat tawaran sampai dua juta yen, yaitu jenis-jenis tertentu
seperti
black bee atau red bee http:www.kaskus.us
showthread.php .
Pada umumnya penangkapan “si cantik” ini dilakukan pada
hari-hari tertentu. Misalnya, ada permintaan udang hias dari
Jakarta melalui Makassar, maka nelayan siap mengambil udang
sesuai jumlah pesanan. Tidak melakukan pengumpulan, karena
akan mengeluarkan biaya untuk pakannya. Umumnya nelayan
udang hias di Danau Towuti sudah
mengerti makna
konservasi, karena hanya menangkap “si cantik” yang
berukuran besar, sedangkan yang berukuran kecil apabila
tertangkap
langsung dikembalikan ke dalam danau
karena ukuran kecil berhak untuk hidup dan bereproduksi
untuk menghasilkan anakan yang baru.
Proses pengambilan dan pengumpulan udang dilakukan
dengan menggunakan perahu motor ke lokasi habitat udang.
Penangkapan dilakukan dengan cara menyelam pada kedalaman
0,5-2,0 m dimana udang-udang tersebut berkumpul di bawah
serasah daun, batu ataupun kayu. Alat yang digunakan untuk
menangkap “si cantik” yaitu seser tangguk, kayu yang
berwarna gelap dan telah di susun sedemikian rupa sebagai
shelter, baskom besar dan sendok untuk menyortir.
Mengingat “si cantik” ini adalah jenis endemik dan untuk
memperolehnya
masih mengandalkan penangkapan di
alam di Danau Towuti, maka perlu dilindungi dan harus ada
upaya penangkaran, sehingga keberadaan “si cantik” tetap
berkelanjutan lestari.
15
Warta Limnologi – No. 47Tahun
XXIV
Desember 2011
Daftar Pustaka: Haffner, G.D., P.E. Hehanussa
dan D. I. Hartoto. 2001. The Biology
and Physical
Processes of Large Lakes of Indonesia: Lakes Matano and
Towuti. In M. Munawar and R.E. Hecky eds.. The Great
Lakes of The World GLOW: Food-web, health, and
integrity. Netherlands. p:183- 192.
Nasution, S.H. 2008. Ekobiologi dan dinamika stok sebagai
dasar pengelolaan ikan endemik
Bonti-bonti Paratherina striata di Danau
Towuti, Sulawesi Selatan. Disertasi. 152 hal.
Nasution, S.H., D.I. Hartoto dan Sulastri. 2009. Sumber Daya
Ikan Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Biologi. Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto, 12 Desember 2009. Hal. 984-
989.
Nasution, S.H., D.I. Hartoto, Sulastri, S. Aisyah, T. Tarigan,
H. Fauzi dan Sugiarti. 2010. Laporan Akhir Tahun 2010
Program Insentif Penelitian dan Perekayasa LIPI Tahun
2010. 127 hal.
von Rintelen, K. dan Y. Cai. 2009. Radiation of endemic
species flocks in ancient lakes: Systematic Revision of
the freshwater shrimp
Caridina H. Milne Edwards, 1837 Crustacea: Decapoda:
Atyidae from the ancient lakes of Sulawesi, Indonesia,
with the description of eight new species. Raffles Bull
Zool., 572:343-452. Sumber
harga: http:www.kaskus.us
showthread.php?t=5598215, diakses tanggal 10 Juli 2011.
BAHAYA TOKSISITAS PESTISIDA
Dichloro Diphenyl Trichlorethane
M. Suhaemi Syawal, Puslit Limnologi-LIPI