d. Bahan-bahan yang digunakan baik bahan untuk operasional alat-alat maupun bahan untuk produksi;
e. Limbah yang akan dihasilkan; f. Rencana Pengelolaan limbah;
g. Produk yang dihasilkan; dan h. Tenaga Kerja yang dibutuhkan.
3 Pada saat sosialisasi harus dihadiri masyarakat di sekitar lokasi usaha, pejabat setempat Kepala DesaKepala Kelurahan,Ketua RTKetua RW dan Dinas
Instansi terkait serta dibuatkan daftar hadir. 4 Hasil sosialisasi dituangkan kedalam Berita Acara yang memuat Kesepakatan
bersama antara pengusaha dengan masyarakat, saran dan pendapat hasil musyawarah .
Bagian Kedua
Pengaduan
Pasal 11 1 Warga masyarakat yang berdekatan dengan lokasi usaha danatau terkena
dampak langsung yang diakibatkan dari pelaksanaan kegiatan usaha dapat menyampaikan pengaduan berupa keberatan terhadap rencana pendirian
usaha 2 Atas kegiatan usaha yang telah memiliki izin gangguan masyarakat dapat
mengajukan keberatan apabila dampak lingkungan dan pengelolaannya ternyata tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat antaera pengusaha
dengan masyarakat 3 Pengaduan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2 disampaikan kepada
DinasInstansi yang membidangi Lingkungan Hidup.
BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12 Dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Izin
Gangguan, Bupati dapat membentuk Tim Pengawasan atau Pejabat tertentu dengan tugas operasional yang telah ditetapkan.
BAB IX RETRIBUSI IZIN GANGGUAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 13 Dengan nama Retribusi Izin Gangguan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pemberian izin gangguan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya kerugian dan gangguan masyarakat serta kelestarian
lingkungan.
Pasal 14 1 Obyek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usahakegiatan
kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dangangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan
usaha secara terus menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan
memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja. 2 Tidak termasuk obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah
tempat usaha atau kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur atau Pemerintah Daerah
Pasal 15 1 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin
gangguan dari Pemerintah Daerah 2 Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Daerah
ini diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Izin Gangguan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 16 Retribusi Izin Gangguan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.
Bagian Ketiga
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 17 1 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis usaha, luas ruang tempat
usaha, dan indeks gangguan.
2 Luas ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah luas bangunan yang dihitung berdasar jumlah luas setiap lantai.
3 Penentuan Indeks Gangguan didasarkan pada besar kecilnya gangguan dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Gangguan sangat tinggi dengan Indeks : 5 b. Gangguan tinggi dengan Indeks : 4
c. Gangguan sedang dengan Indeks : 3 d. Gangguan rendah dengan Indeks : 2
e. Gangguan sangat rendah dengan Indeks : 1 4 Komponen yang dipakai dalam penentuan Indeks Gangguan adalah :
a. jenis usaha ; b. kesesuaian lokasi ;
c. peruntukan lahan ; d. kepadatan penduduk ;
e. prosesalat yang digunakan ; dan f. bahan baku yang digunakan ;
5 Indeks gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini, dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini. 6 Indeks gangguan bagi jenis usaha yang belum termasuk dalam Peraturan
Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati
Bagian Keempat
Prinsip Dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur Dan Besarnya Tarif
Pasal 18 1. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya retribusi didasarkan
pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin gangguan;
2 Biaya penyelenggaraan izin sebagaimana dimaksud ayat 1 meliputi biaya pengecekan dan pengukuran ruangtempat usaha, biaya pemeriksaan dan biaya
transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian, biaya penerbitan dokumen, penegakan hukum, biaya penatausahaan, dan biaya dampak negatif
dari pemberian izin gangguan.
Bagian Kelima
Struktur Dan Besarnya Tarif
Pasal 19 1 Struktur dan besarnya tarif retribusi Izin Gangguan ditentukan oleh :
a. Luas tempat usaha b. Jenis Usaha
c. Indeks gangguan 2 Struktur dan besarnya tarif retribusi izin gangguan tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Daerah ini, dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
3 Setiap her-registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 dikenakan tarif sebesar 50 lima puluh persen dari tarif retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat 2.
Bagian Keenam
Tata Cara Perhitungan Retribusi
Pasal 20 Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 dengan tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2.
Bagian Ketujuh
Wilayah Pemungutan
Pasal 21 Retribusi Izin Gangguan di pungut di wilayah daerah tempat izin usaha diberikan
Bagian Kedelapan
Tata Cara Pembayaran
Paragraf 1 Penentuan Pembayaran
Pasal 22 1 Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD.
2 Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. 3 Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disetor secara
bruto ke Kas Daerah.
Pasal 23 1 Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.
2 Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 lima belas hari sejak diterbitkannya SKRD.
3 Tata cara pembayaran, penyetoran, dan tempat pembayaran retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 24
1 Atas pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, diberikan
tanda bukti pembayaran. 2 Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
3 Bentuk isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran Retribusi akan diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 2 Tempat Pembayaran
Pasal 25 1 Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
sesuai waktu yang ditentukan. 2 Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil
penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh Bupati.
Paragraf 3 Penagihan
Pasal 26 1 Pengeluaran Surat Teguranperingatansurat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 tujuh hari sejak jatuh tempo pembayaran.
2 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal Surat Teguran peringatan surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
3 Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Wajib Retribusi belum melunasi retribusi yang terutang, maka diterbitkan STRD.
4 Surat Teguran dan STRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3, dikeluarkan oleh Pejabat yang membidangi perijinan.
5 Bentuk-bentuk dokumen yang dipergunakan untuk melaksanakan Penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, akan diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kesembilan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pasal 27 1 Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Bupati. 2 Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan, sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus memberikan keputusan.
3 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian
pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan.
4 Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut. 5 Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 dua bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
6 Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 dua bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 dua persen
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
7
Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kesepuluh
Kedaluwarsa Penagihan
Pasal 28 1 Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 tiga tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
2 Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun
tidak langsung.
3 Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran
tersebut. 4 Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
2 huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah
Daerah. 5 Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 29 1 Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. 2 Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 3 Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kesebelas
Pemanfaatan Retribusi Dan Insentif Pemungutan
Pasal 30 1 Pemanfaatan dari penerimaan retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan
yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan Izin Gangguan. 2 Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
Pasal 31 1 Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu. 2 Besarnya insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan sebesar 5
lima persen. 3 Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 32 Tata cara pemanfaatan retribusi dan insentif pemungutan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB X SANKSI ADMINISTRASI