Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah : Studi kasus di Sentra Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH :
STUDI KASUS DI SENTRA KERAJINAN UKIR KAYU
BALANTRAX ARTSHOP HANDYCRAFT JATINANGORSUMEDANG, JAWA BARAT

MUKHLIS WIBAWA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Usaha Kecil Menengah : Studi kasus di Sentra Kerajinan Ukir Kayu Balantrax
Artshop Handycraft Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013

Mukhlis Wibawa
NIM E24090096

i

i

ABSTRAK
MUKHLIS WIBAWA. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah : Studi
kasus di Sentra Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft JatinangorSumedang, Jawa Barat. Dibimbing oleh BINTANG C.H. SIMANGUNSONG.
Kabupaten Sumedang dikenal sebagai salah satu daerah kerajinan kayu
tertua di Jawa Barat. Hampir sebagian besar kerajinan ukir di Sumedang
dihasilkan oleh unit usaha kecil menengah (UKM). Salah satu diantaranya adalah
UKM Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft yang telah berorientasi
ekspor serta menjadi pelopor kerajinan kayu di tanah sunda. Berbagai masalah

yang sering dihadapi UKM ini perlu ditemukan solusinya. Oleh karena itu strategi
pengembangan usaha ini perlu dilakukan. Analisis Strength, Weakness,
Opportunity and Threat (SWOT) digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman)
perusahaan. Hasil analisis SWOT kemudian digunakan untuk menentukan strategi
dan kebijakan yang akan dikembangkan oleh perusahaan beserta prioritasnya
menggunakan metode proses hierarki analitis (AHP). Hasil penelitian
menunjukkan SWOT UKM Balantrax Artshop Handycraft berada pada kuadran
empat yang berarti UKM Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft
memiliki usaha dalam kondisi lemah dan menghadapi banyak tantangan besar.
Strategi yang diperlukan adalah memperbaiki kelemahan agar dapat menghindari
ancaman. Beberapa strategi pengembangan yang terpilih diantaranya
meningkatkan keterampilan serta kesejahteraan pengrajin, inovasi produk
kerajinan, memperbaiki sistem manajemen usaha dan meningkatkan kapasitas
pegawai.
Kata kunci: usaha kecil menengah (UKM), kerajinan ukir kayu, analisis
SWOT, proses hierarki analitis (AHP).

ABSTRACT
MUKHLIS WIBAWA. A Development Strategy of Small Medium Enterprise: a

Case Study at Central Handycraft wood Balantrax Artshop Handycraft JatinangorSumedang, West Java. Supervised by BINTANG C.H. SIMANGUNSONG.
The city of Sumedang is known as the oldest wooden handicrafts centres in
West Java. Most wood-carving companies in Sumedang were small medium
enterprises (SMEs). One of them is the SMEs Crafts Wood Carving Handicraft
Balantrax Artshop, an export-oriented and a pioneer wooden handicrafts in the
land of Sunda. However, various problems often faced by this industry needs
solution and strategies to develop its business. Analysis of Strength, Weakness,
Opportunity and Threat (SWOT) was used to identify the internal environment
( strengths and weaknesses ) and external environment (opportunities and threats)
of company. The results of the SWOT analysis were then used to determine
strategies and its priority using analytical hierarchy process (AHP) method. The

ii

SMEs Balantrax Artshop Handicraft was in the fourth quadrant, which mean the
companies was weak and faced many great challenges. Several strategies such as .
improving artisan skill and welfare, improving business management system and
improving employe capacity as well as handycraft product innovation should
implemented.
Keywords: small medium enterprise, wood handycraft, SWOT analysis,

Analytical Hierarchy Process (AHP).

i

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH :
STUDI KASUS DI SENTRA KERAJINAN UKIR KAYU
BALANTRAX ARTSHOP HANDYCRAFT JATINANGORSUMEDANG, JAWA BARAT

MUKHLIS WIBAWA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

ii

Judul Skripsi: Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah : Studi kasus di
Sentra Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft
Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat
Nama
: Mukhlis Wibawa
: E24090096
NIM

Disetujui oleh

Ir. Bintan

MS Ph.D
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

1 2 DEC 2013

iii

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah : Studi kasus di
Sentra Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft
Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat
Nama
: Mukhlis Wibawa
NIM
: E24090096

Disetujui oleh


Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS, Ph.D
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof.Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli Hingga September
2013 adalah Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah : Studi kasus di
Sentra Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft Jatinangor-Sumedang,
Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Bintang C.H.

Simangunsong, MS. Ph.D selaku pembimbing yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan berupa ilmu, petunjuk dan motivasi. Selain itu,
penghargaan penulis disampaikan pula kepada ibunda dan ayah tercinta yang
telah memberikan dukungan, tenaga dan doa sepanjang raga ini bernafas, kakakkakak beserta Istrinya masing-masing (A Gugun dan Teh Iza, A Teguh dan Teh
Enab), Ponakan Kecilku Ghifaldy PS serta Tri Agustiarty Wardhany beserta
keluarganya yang selalu memberikan semangat dan doanya. Teman-teman seluruh
THH46 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Teman- Teman E46 yang selalu
saling mendoakan disaat suka dan duka. Dosen-dosen Departemen Hasil Hutan
atas ilmu yang telah diberikan, staff dan keluarga besar DHH.
Bang Ferry Prihardiputra yang telah menginspirasi penulis untuk menyusun
judul skripsi ini. Keluarga besar bapak Ahmad, Bapak Mumuh beserta keluarga
dan pengrajin dari UKM Kerajinan Ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft yang
telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di UKM miliknya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

Mukhlis Wibawa

v


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu Penelitian

2

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SWOT UKM Balantrax Artshop Handycraft

4
4

Faktor Kekuatan

6

Faktor Kelemahan

6

Faktor Ancaman

8

Faktor Peluang

8

Strategi Alternatif Kebijakan untuk Pengembangan UKM Balantrax Artshop
Handycraft
11
SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

44

vi

DAFTAR TABEL
1 Matriks Analisis SWOT UKM Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop
Handycraft
2 Perkalian faktor internal-eksternal UKM Balantrax Artshop Handycraft
3 Prioritas alternatif strategi pengembangan

5
9
12

DAFTAR GAMBAR
1 Showroom UKM kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
2 Workshop pribadi para pengrajin ukir kayu
3 Jenis Produk yang dijual di Balantrax Artshop Handycraft
4 Berbagai Produk Kerajinan Ukiran kayu di Sentra Ukir Kayu Balantrax
artshop Handycraft
5 Peralatan dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi
6 Proses pengeringan dan jenis bahan yang dipakai
7 Proses pembentukan kerajinan
8 Tahap finishing kerajinan ukir kayu

39
39
40
40
41
42
42
43

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
2 Jenis, data, cara pengumpulan dan sumber data
3 Para Ahli Kehutanan Serta UKM dari dinas terkait sebagai Sumber
Data Primer AHP
4 Gambar kuadran analisis SWOT (Pearce dan Robinson 1997)
5 Cara perhitungan Analisis SWOT
6 Model Hierarki pada UKM kerajinan Kayu Balantrax Artshop
Handycraft
7 Skala banding secara berpasangan
8 Nilai Konsistensi AHP
9 Cara Perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)
10 Alur proses pembuatan kerajinan kayu ukir
11 Matriks kekuatan (IFE) UKM kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft
12 Matriks kelemahan (IFE) UKM kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft
13 Matriks peluang (EFE) UKM kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft
14 Matriks ancaman (EFE) UKM kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft
15 Matriks Hasil AHP
16 Daftar Isian Kuesioner
17 Dokumentasi

14
15
16
17
17
18
19
19
20
22
23
24
25
26
27
38
39

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri usaha kecil merupakan bagian industri nasional yang memiliki misi
untuk menyerap tenaga kerja, memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menjadi penyedia barang dan jasa baik untuk
keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri (BPS 2000). Industri usaha kecil
atau sering disebut sebagai UKM ( Usaha Kecil dan Menengah) dapat membantu
peningkatan perekonomian daerah dan upaya pemerataan pembangunan suatu
daerah. Salah satu industri usaha kecil yang bergerak dalam bidang kehutanan
adalah industri kerajinan ukir kayu. Kerajinan ukir kayu merupakan kegiatan
menggores atau memahat huruf dan gambar pada kayu sehingga menghasilkan
bentuk timbul dan cekung atau datar sesuai dengan gambar rencana serta estetika
keindahan (Sudarmono dan Sukidjo 1979). Purnama (2005) menjelaskan
walaupun kualitas bahan baku yang digunakan untuk industri kerajinan ukir kayu
tidak selalu bagus namun dapat menghasilkan nilai tambah produk yang tinggi.
Keberadaan industri ukir kayu dinilai cukup penting, sebab selain memberikan
nilai tambah yang tinggi dapat pula membantu mengolah kayu yang menjadi
limbah bagi industri hulu. Industri ini dapat pula menyerap jumlah tenaga kerja
yang banyak. Hal tersebut berperan penting dalam peningkatkan perekonomian
serta pemerataan pembangunan daerah setempat.
Sentra industri kerajinan kayu di Indonesia umumnya terpusat di pulau
Jawa. Salah satu produksi kerajinan kayu tertua di Jawa Barat berlokasi di
Kabupaten Sumedang. Kabupaten Sumedang merupakan wilayah yang sejak
dahulu terkenal sebagai salah satu sentra kerajinan kayu, yaitu kerajinan ukir
kayu. Pengrajin kayu di Sumedang ini telah menyumbang 25 persen dari total
pendapatan UKM terhadap laju pertumbuhan ekonomi kabupaten tersebut. Omset
yang telah dihasilkan tahun 2007 mencapai sekitar Rp 5,7 miliar yang memiliki
190 anggota pengrajin di Kecamatan Jatinangor (Dinas Koperasi dan UKM
Sumedang 2007).
Hampir sebagian besar kerajinan ukir di Sumedang dihasilkan oleh unit
usaha kecil menengah (UKM). Berbagai kendala dan permasalahan banyak
dihadapi oleh UKM dalam menjalankan usahanya, beberapa permasalahan yang
dihadapi UKM diantaranya: kesulitan mendapatkan modal, kesulitan memperoleh
bahan baku, manajemen usaha yang masih sederhana, dan permasalahan dalam
memasarkan produk (Prihardiputra 2012). Pengelola UKM di Jatinangor juga
menghadapi permasalahan tersebut sehingga memerlukan strategi dalam
menjalankan usahanya. Strategi ini diperlukan agar UKM dapat bertahan bahkan
berkembang dalam situasi persaingan dengan produk dari berbagai daerah bahkan
negara lain. Untuk mendapatkan strategi pengembangan perusahaan yang tepat
diperlukan berbagai langkah dalam mengidentifikasi posisi dan kondisi usahanya.
Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi ancaman, peluang,
kekuatan dan kelemahan. Berbagai strategi yang dipilih berdasarkan posisi dan
kondisi usaha tersebut kemudian ditentukan prioritasnya menggunakan teknik
AHP.

2
Penelitian ini dilaksanakan di industri sentra kerajinan ukir kayu Balantrax
Artshop Handycraft Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Pemilihan lokasi ini
karena UKM telah berorientasi ekspor serta menjadi pelopor kerajinan kayu di
tanah sunda dan seperti UKM pada umumnya belum memiliki strategi
pengembangan usaha.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi posisi dan kondisi usaha, melalui indentifikasi lingkungan
internal dan eksternal perusahaan.
2. Menentukan beberapa alternatif strategi pengembangan bagi perusahaan
berdasarkan posisi di kuadran.
3. Menentukan prioritas strategi berdasarkan alternatif strategi yang telah dipilih.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada usaha kecil
menengah dibidang kerajinan, khususnya pada UKM Balantrax Artshop
Handycraft maupun pengusaha kerajinan lain di wilayah Kabupaten Sumedang
untuk dapat merumuskan strategi manajemen usaha demi tercapainya industri
kerajinan yang berkembang dan berdaya saing tinggi.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di UKM Kerajinan Kayu Balantrax Artshop
Handycraft Jl. Pengrajin No. 46 RT 02 / RW 04 Desa Cibeusi, Kecamatan
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung pada
bulan Juli dan Agustus 2013. Tata waktu pelaksanaan penelitian selengkapnya
disajikan dalam Lampiran 1.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
data primer dan sekunder. Data primer yaitu data utama yang diperoleh dari hasil
wawancara, kuesioner, pengukuran dan pengamatan langsung berupa nilai
preferensi dari tujuan dan strategi alternatif pengembangan perusahaan. Data
sekunder merupakan data hasil kutipan dari literatur Perusahaan. Secara lebih
lengkap mengenai jenis, cara pengumpulan dan sumber data dapat dilihat pada
Lampiran 2. Pemegang kepentingan (stake holders) yang berkaitan dengan
penelitian ini diantaranya Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sumedang, BAPPEDA
Kabupaten Sumedang serta Perum Perhutani KPH Sumedang. Jumlah responden
yang diambil sebanyak sebelas orang. Melalui uji konsistensi diperoleh beragam
tingkat konsistensi pada setiap hasil repondensi. Mengenai sumber data seperti
lingkungan, nama serta jabatan para stake holders di bidang UKM dan kehutanan
terdapat pada lampiran 3.

3
Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis Strength, Weakness,
Opportunity and Threat (SWOT). SWOT adalah singkatan dari lingkungan
internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan
threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT merupakan salah satu alat,
cara, dan instrumen dalam mengambil suatu keputusan terutama keputusan
strategis agar organisasi dapat menjalankan misi, program, tujuan, dan sasaran
organisasi dengan tepat (Rangkuti, 2006). Analisis lingkungan dijabarkan menjadi
dua bagian yaitu internal dan eksternal. Analisis lingkungan internal merupakan
faktor di dalam perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan seperti manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan
(litbang), serta sistem informasi manajemen (David dan Fred 2009). Analisis
lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor di luar kendali perusahaan yang
dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi dan proses
internal perusahaan seperti peluang dan ancaman (Pearce dan Robinson 1997).
Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan.
Pearce dan Robinson (1997) mengembangkan matriks SWOT yang
menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi atau
organisasi yang dihadapkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi SO,
strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Kuadran matriks SWOT memberikan
empat kemungkinan posisi yang ditempati oleh organisasi (Pearce dan Robinson
1997). Kuadran pertama (+,+), menandakan organisasi kuat dan berpeluang.
Rekomendasi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi
prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Kuadran
kedua (+,-), menandakan organisasi kuat namun menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategis yang diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat,
sehingga diperkirakan organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar
bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Kuadran ketiga (-,+), Menandakan
organisasi tersebut lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah
strategi sebelumnya, sebab strategi lama sangat sulit untuk dapat menangkap
peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Kuadran keempat
(-,-), menandakan organisasi tersebut lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategis yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi
internal organisasi yang lemah yang dihadapkan pada situasi eksternal yang sulit
menyebabkan organisasi berada pada pilihan dilematis. Strategi ini dipertahankan
sambil terus membenahi diri. Gambar kuadran dan tahap penyusunan analisis
SWOT dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Hasil analisis SWOT ini kemudian
digunakan untuk menentukan strategi yang akan dikembangkan oleh perusahaan
beserta prioritasnya menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Saaty (1993) menjelaskan Analisis Proses Hirarki didefinisikan sebagai
suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria,

4
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan
hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Penjelasan gambar
hirarki, nilai numerik banding berpasangan, dan indeks konsistensi dapat dilihat
pada lampiran 6, 7, dan 8. Selain itu, adanya konsensus dalam pengambilan
keputusan kelompok memperbaiki konsistensi pertimbangan dan meningkatkan
keakuratan AHP sebagai alat pengambilan keputusan (Saaty 1993). Tahap
penyusunan AHP dilihat pada lampiran 9. Untuk pengolahan dan analisis data
secara kuantitatif statistik dalam penelitian ini menggunakan software Microsoft
Office Excel 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SWOT UKM Balantrax Artshop Handycraft
Sumedang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki banyak UKM yang potensial, namun pengelolaannya belum optimal.
Berdasarkan data yang dipublikasikan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa
Barat sebagai hasil analisis dari Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI)
ITB tahun 2010 terhadap sentra UKM di Jawa Barat, sebesar 17% sentra UKM
terkonsentrasi di Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2011 jumlah UKM di
Kabupaten sumedang sebanyak 4.466 unit (Diskukm Jabar 2012). Sentra
Kerajinan UKM di Kabupaten Sumedang yang berbahan dasar kayu dan bambu
terkonsentrasi di wilayah kecamatan Jatinangor. Salah satu UKM yang masih
bertahan saat ini yaitu UKM Balantrax Artshop Handycraft.
UKM Balantrax Artshop Handycraft berdiri pada tahun 1950, Berawal dari
pemilik utama bapak Alm.Ahmad sebagai pendiri Balantrax Artshop Handycraft
ini. Beliau merupakan salah satu pengrajin kayu ukir yang mempertahankan
tradisi kayu ukir di daerah Jatinangor ini. Bapak Alm. Ahmad wafat pada tahun
1977 selanjutnya usaha ini diturunkan ke 5 orang anaknya. 3 anaknya yang hingga
sekarang masih meneruskan usaha kerajinan kayu ini yaitu Bapak Herman, Bapak
Cecep dan Bapak Mumuh. Sebelum dikenal oleh para supplier, anak-anak Bapak
alm.Ahmad ini pernah berkeliling untuk menjajakan patung-patung ukir buatan
mereka. Berawal dengan modal patung 6 buah mereka menjajakan patung
dagangannya ke daerah Jawa dan Sumatera. mereka menjajakan patungnya door
to door ke perumahan elit yang dihuni oleh warga asing. Daerah proyek Industri
asing di Sumatera seperti Medan, Palembang, dan Lampung. Mereka menyuplai
di daerah-daerah pariwisata pada toko kerajinan disana.
Mulai tahun 1990 Balantrax Artshop Handycraft berkembang cukup pesat,
perusahaan ini mendapat tanggapan dari pecinta patung-patung yang berada di
daerah jatinangor ataupun luar daerah, kebanyakan pelanggan yang berada di luar
daerah seperti dari Bandung, Bali, Jakarta, Sukabumi, dan kota-kota lainnya.
Jumlah pengrajin yang bekerja saat itu mencapai 28 orang. Perusahaan ini sering
mengikuti pameran yang rutin diadakan pemerintah dan swasta. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan penjualan serta memperluas pemasaran hingga ke
mancanegara.

5
Sistem ketenagakerjaan pengrajin yang digunakan yaitu terbagi menjadi
dua sistem yaitu borongan dan permanen. Lama waktu kerja para pengrajin tetap
yaitu 7 jam per hari dengan enam hari kerja serta libur pada hari minggu. Jumlah
pengrajin yang bekerja saat ini berjumlah 23 orang. Tenaga kerja permanen hanya
berjumlah 3 orang dengan rutin membuat aneka produk kerajinan tanpa sistem
pesanan. Untuk tenaga kerja borongan berjumlah 20 orang. Rata-rata umur para
pekerja pada daerah ini berkisar antara 18-30 tahunan sedangkan untuk tingkat
pendidikan sendiri rata-rata merupakan lulusan SMP. Kebanyakan pengrajin
merupakan laki-laki sedangkan untuk bagian finishing umumnya dilakukan oleh
ibu rumah tangga beserta anaknya. Mereka merupakan keluarga pengrajin yang
telah lama bekerja sebagai pengrajin kayu ukir dan menjadi partner kerja
Balantrax ArtShop Handycraft selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah Tabel
matriks analisis SWOT kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft berupa
berbagai faktor dan strategi yang telah didapatkan.
Tabel 1 Matriks Analisis SWOT UKM Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop
Handycraft
Analisis internal

Analisis eksternal

Kekuatan
Kelemahan
1.
Produk UKM telah banyak dikenal 1.
Manajemen perusahaan masih
dan bermutu baik.
sederhana
2.
Pelanggan tetap
2.
Kemampuan bahasa pegawai
3.
Kredit lancar
perusahaan kurang
4.
Sudah memiliki outlet di luar kota.
3.
Tidak memiliki pasokan kayu
5.
Warisan budaya sunda
yang baik sebagai sumber bahan
baku
4.
Belum adanya visi dan misi yang
jelas
5.
Produk yang diproduksi belum
memiliki dokumentasi yang jelas
6.
Masih menggunakan peralatan
yang konvensional
7.
Kecukupan Modal
8.
Umumnya produk yang
ditawarkan produk sekunder &
kurang fungsional
9.
Desain kemasan
10. Tidak memiliki ciri khas pada
kerajinannya

Strategi SO :
Peluang
1.
Penggunakan alat mekanis dalam
Optimalisasi potensi UKM untuk
mengembangkan usaha dengan
proses produksi
berbagai inovasi produk ( S1,S3, S5,
2.
Adanya permintaan produk dengan
O1, O2, O4,O7, O8)
model baru dari pelanggan berbagai
Meningkatkan keterampilan
daerah
pengrajin dan promosi dengan
3.
Pemberian dukungan dari
bantuan pemerintah melalui
pemerintah kepada para pengusaha
pelatihan serta pameran. (S4, O3,
O7)
dan pengrajin
Pengembangan pasar dengan
4.
Sistem informasi dan akses Internet memanfaatkan Internet dan
5.
Perkembangan pasar di luar daerah
membuka outlet baru di kawasan
6.
Menghasilkan produk yang khas
wisata di dalam maupun luar daerah
7.
Kawasan pendidikan yang strategis
(S4,O4,O5,08)
8.
Pinjaman kredit bagi UKM
semakin banyak
9.
Peluang mendapatkan sertifikasi
produk dan proses (ISO)

Strategi WO :
Evaluasi dan perbaikan sistem
manajemen perusahaan. (W1, W2,
O3, O7)
Menambah jaringan dengan mitra
di berbagai wilayah di Indonesia
(W3, W4, W5, O3, O4, O5,O7)
Peningkatan mutu dan
produktivitas (W1,W5,W6,
O1,O3,O7,O9)
Menciptakan ciri khas produk
ukir Sumedang
(W8,W10,O2,,O6,O7)
Membuat kemasan produk yang
menarik (W9,O1, O3,07,O9)

-

6
Ancaman
1.
Banyaknya pesaing yang memasuki
bisnis ini.
2.
Minat generasi penerus pengrajin
yang semakin berkurang
3.
Ekonomi yang sedang lesu dan
mengalami penurunan
4.
Penghargaan terhadap produk seni
dan budaya kurang
5.
Produk dianggap kurang aplikatif
6.
Teknologi yang lebih baik dan
modern dari para pesaing
7.
Bank kurang tertarik pada Industri
Kreatif
8.
Pasokan bahan baku sedikit dan
mahal di daerah sekitar pengrajin

Strategi ST :
Membuat brand produk UKM
kerajinan ukir kayu dengan kualitas
terbaik dan inovatif (S1, S5, T1, T2)
Meningkatkan fasilitas bagi
kesejahteraan pengrajin (S3,S5,
T2,T4)
Mengembangkan HTR sebagai
salah satu solusi pemenuhan bahan
baku yang berkualitas serta
murah .(S1, S3, T8)
Menjadikan Kerajinan Ukir kayu
sebagai salah satu oleh-oleh khas
daerah (S5, T2, T4),

-

Strategi WT :
Memperbaiki sistem manajemen
perusahaan (W1, W2, W4,W5,
T1, T2)
Meningkatkan potensi Hutan
tanaman rakyat (W3, T8)
Membuat dokumentasi
perusahaan dengan Image terbaik
serta mengikuti trend terkini (W4,
W5, W6, W7,T2, T3,T7)
Meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia (W2,T1,
W9,W8, W10, T4,T5,T6)

-

Faktor Kekuatan
Kekuatan yang dimiliki oleh sentra kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft yaitu Produk UKM ini telah banyak dikenal dan memiliki mutu baik,
hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah konsumen dari berbagai daerah
hingga sudah pernah di ekspor keluar negeri seperti Australia, Yunani, Iran,
Prancis, Brunei dll.
Keahlian ukir kayu dan kualitas mutu di daerah ini tetap terjaga melalui
hasil ilmu turun-temurun keluarga pengrajin yang patut menjadi warisan budaya
yang perlu dilestarikan. Mutu yang baik ini berkorelasi positif terhadap respon
pelanggan yang selalu setia membeli produk hasil kerajinan ukir kayu Balantrax
Artshop Handycraft, walaupun telah banyak bermunculan produsen kerajinan
yang lain. Outlet yang telah dibuat di luar kota seperti Bali merupakan salah satu
jalur produk ini bisa merambah ke mancanegara. Hal ini bermanfaat dalam
memperluas pasar terutama di daerah yang memiliki banyak pelanggan.
Kehadiran outlet di luar kota sangat efektif sebagai sarana pengenalan produk.
Pihak bank tidak mempersulit proses pemberian kredit usaha karena
pembayaran kredit UKM ini selalu lancar. UKM Kerajinan kayu ukir Balantrax
ArtShop Handycraft pernah mendapatkan bantuan kredit yang besarnya berkisar
10-100 juta rupiah untuk periode 5 tahun. Bank yang pernah menjadi mitra kredit
usaha Balantrax ArtShop Handycraft adalah Bank Bukopin, Bank rakyat
indonesia (BRI) dan BJB ( Bank Jabar Banten).
Faktor Kelemahan
Faktor-faktor kelemahan yang dimiliki perusahaan diantaranya dari segi
manajemen, saat ini perusahaan masih menggunakan manajemen dan pembukuan
keuangan masih sederhana alias belum professional. Perusahaan masih
menggunakan pembukuan secara manual yang dikerjakan oleh anggota keluarga
yang memang menjadi bagian dalam struktur usaha ini. UKM sentra kerajinan
ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft ini tidak memiliki visi, misi dan tujuan
perusahaan secara tertulis. Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komponen
tersebut sebagai dasar penting dalam membangun usaha. UKM kerajinan ukir
kayu Balantrax Artshop Handycraft hanya mempunyai tujuan agar usaha tetap
berjalan karena sebagai satu-satunya sumber penghidupan.
Staf dan pengrajin hampir tidak ada yang dapat menguasai bahasa asing
terutama bahasa Inggris. Kemampuan berkomunikasi bahasa asing sangat

7
diperlukan sebagai penunjang kegiatan promosi dan perdagangan hasil kerajinan
ke luar negeri (ekspor). kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft selalu
ditawari pemerintah untuk mengikuti berbagai kegiatan pameran di luar negeri,
sehingga kemampuan berbahasa asing sangat diperlukan dalam menunjang
kelancaran usaha.
Kelemahan yang cukup berpengaruh terhadap kelangsungan usaha sentra
kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft adalah ketersediaan bahan baku
kayu yang tidak tentu akibat tidak memiliki lahan khusus produksi kayu bagi
perusahaan. Kelangkaan mulai dirasakan pada tahun 2003 ketika saat itu bahan
baku yang biasanya didapatkan dari daerah pengrajin mulai langka. Hal ini
diperparah dengan banyaknya lahan yang tidak ditanami kayu bahan produksi
akibat harga kayu petani yang merosot. Sehingga untuk mendapatkan kayu
pengrajin harus membeli dari daerah luar kota sumedang seperti madiun dan
sukabumi. Hal ini tentu membuat harga beli bahan baku mengalami kenaikan,
terutama dari segi transportasi.
Kelemahan selanjutnya adalah produk yang diproduksi belum memiliki
dokumentasi yang jelas (Katalog). Balantrax ArtShop Handycraft memproduksi
empat macam kategori produk yaitu produk hiasan gantung, patung kayu, dan
peti kayu. Bahan dasar yang digunakan adalah kayu mahoni sebagai bahan utama
selain digunakan jati dan sengon. Jenis patung kayu, diantaranya terdapat patung
kuncung, patung tani, patung fisherman, patung hewan, patung krisna dan patung
keluarga primitif. Katalog yang dimiliki sekarang hanya berupa catatan nama
produk sedangkan gambar dan modelnya tidak didokumentasikan. Hal ini
mengakibatkan pembeli sulit menentukan pilihan dan model mana saja yang ingin
dipesan sehingga produk yang dihasilkan terkesan monoton karena hanya sebatas
produk yang dipajang di Showroom saja.
Peralatan yang digunakan para pengrajin masih sederhana dan konvensional
seperti kuas, pahat, amplas dan pisau sehingga produktifitas sulit ditingkatkan.
Menurut Soetarjo (1979) dalam Purnama (2005) Secara umum proses produksi
kerajinan kayu ukir patung dan topeng kayu melewati tiga tahap utama yaitu:
Tahap persiapan, Tahap pembentukan, dan Tahap Finishing. Alur proses produksi
kerajinan kayu ukir dapat dilihat pada Lampiran 10. Modal yang dimiliki
perusahaan dirasa masih kurang sehingga perusahaan sulit melebarkan usahanya,
Saat ini omset perusahaan per bulan antara Rp. 2,5 juta sampai dengan Rp. 5 juta,
atau Rp. 10 juta - 50 juta per tahun. Pendapatan pengrajin atau upah jumlahnya
tidak menentu, namun kisarannya sebesar Rp. 20 ribu – Rp. 40 ribu per hari atau
Rp. 400 ribu – Rp. 500 ribu per bulannya. Harga jual kerajinan untuk pasar lokal
yaitu harga jual pengrajin ditambahkan dengan laba yang diinginkan berkisar 1015 % atau biasa disebut sistem paro dimana keuntungan hasil penjualan 30 : 70.
pinjaman modal yang diberikan pihak Bank memiliki bunga pinjaman yang besar
sehingga produk kredit lunak tidak bisa dirasakan oleh para pengusaha UKM.
Produk yang ditawarkan adalah produk-produk sekunder dan kurang
fungsional, sehingga dalam keadaan daya beli masyarakat rendah maka pembelian
terhadap produk-produk tersebut akan turun. Produk kerajinan ukir kayu juga
umumnya merupakan produk-produk souvenir yang merupakan bagian dari paket
wisata, sehingga pasar potensialnya adalah daerah-daerah wisata, dengan belum
berkembangnya Sumedang sebagai tujuan wisata, daerah Jatinangor hanya cocok

8
menjadi sentra produksi, sementara pasarnya “ekspor” ke mancanegara atau
daerah-daerah tujuan wisata.
Kelemahan berikutnya adalah tidak memiliki ciri khas pada kerajinannya.
Dari aspek produk, model atau motif kerajinan kayu ukir ini meniru dari daerahdaerah lain, seperti Asmat, Dayak ataupun Aborijin dan Afrika, sehingga sangat
kurang kebudayaan khas Sumedang. Hal ini terjadi karena permintaan pasar yang
memang demikian dari segi pemasaran produsen harus merespon/menyesuaikan
dengan keinginan pasar. Desain kemasan produk yang kurang menarik, apabila
para pengusaha lebih kreatif dalam mengemas barang mungkin keuntungan hasil
jual produk bisa lebih tinggi. Biaya kemasan yang relatif mahal membuat
kemasan produk lebih dikesampingkan oleh perusahaan.
Faktor Ancaman
Faktor-faktor ancaman bagi usaha kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft yang ada di Jatinangor ini diantaranya pesaing Balantrax Artshop
Handycraft mulai bermunculan, para pesaing umumnya berasal dari daerah lain
diantaranya Bandung, Purwakarta, Jepara, Subang dan Yogyakarta, hingga
mancanegara terutama dari Thailand, dan China. Produk dari luar negeri saat ini
mulai banyak membanjiri pasar kerajinan dalam negeri dengan harga jual produk
yang lebih murah.
Ancaman selanjutnya datang dari pengrajin, terutama minat generasi muda
yang semakin menurun. Hal ini dikarenakan kurangnya penghargaan terhadap
karya seni dan budaya terutama seni ukir kayu. Seni ukir dianggap kurang
aplikatif dan menjadi produk sekunder dan bukan menjadi produk unggulan
daerah lagi. Generasi muda mulai meninggalkan keterampilan seni ukir dan lebih
memilih pekerjaaan yang lebih tetap seperti bekerja di pabrik. Menurunnya minat
ini menjadi salah satu indikator ekonomi dari industri kreatif yang mulai lesu dan
mengalami penurunan, hal ini membuat pihak bank menjadi kurang tertarik untuk
memberi modal usaha kepada industri kreatif.
Ancaman terakhir yang saat ini sedang dihadapi pengusaha yaitu
ketersediaan bahan baku yang minim dan semakin mahal. Mulai awal tahun 2004,
kesulitan bahan baku kayu terutama di daerah sekitar pengrajin semakin
bertambah. Banyaknya pemanenan kayu tidak diimbangi dengan penanaman
kembali kayu bahan baku sehingga bahan tidak menjadi berkelanjutan. Untuk
mendapatkan bahan kayu para pengusaha harus mencari hingga ke daerah pelosok
Kabupaten Sumedang, Sukabumi, bahkan hingga Madiun. Hal ini mengakibatkan
ongkos untuk pembelian bahan baku meningkat terutama karena pengaruh
pengangkutan.
Faktor Peluang
Faktor peluang yang dimiliki Balantrax Artshop Handycraft adalah
penggunakan alat mekanis dalam proses produksi menjadi sebuah peluang karena
saat ini kebutuhan terhadap produk kerajinan yang tepat waktu dari para pembeli.
Melihat keadaan produksi kerajinan di negara lain seperti China, mekanisasi
dalam proses produksi dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat selalu memberikan dukungan kepada para
pengusaha dan pengrajin seperti melakukan sosialisasi pengunaan alat bantu
mekanis seperti mesin amplas, pelabur cat, alat potong kayu hingga alat pengering

9
produk kerajinan. Pemberian materi tentang teknik pemasaran dan sistem
informasi seperti akses internet pun telah pernah diberikan kepada para pengusaha
UKM namun keberadaan penyuluhan belum dimanfaatkan secara optimal oleh
para pengrajin.
Adanya permintaan produk dengan model baru dari pelanggan berbagai
daerah merupakan salah satu peluang bisnis yang perlu ditangkap. Kemampuan
para pengrajin yang dapat meniru produk lain merupakan modal utama dalam
melebarkan usaha dengan menambah jenis produk. Kekurangan modal dapat
diatasi dengan banyaknya pihak pemberi modal seperti berbagai macam bank
yang memberikan berbagai produk yang ditawarkan. Pemberian modal usaha ini
merupakan salah satu target kredit bank terhadap peningkatan perekonomian.
Kawasan pendidikan yang strategis memberi jalan para pengusaha untuk
melakukan peningkatan mutu, penelitian dan pengembangan produk. Peningkatan
mutu dapat dilakukan oleh pihak akademisi dengan meneliti kekurangan yang ada
dalam usaha ini. Pihak akademisi dalam seni dan budaya dapat membantu
membuat produk yang memiliki ciri khas yang unik sesuai dengan kelebihan
daerah setempat. Hal lain yang menjadi peluang bagi Balantrax Artshop
Handycraft adalah mendapatkan sertifikasi produk dan proses (ISO). Pihak
akademisi dapat membantu pengusaha dalam mendapatkan sertifikasi ISO. Hal ini
meningkatkan nilai produk ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft terutama
pembeli potensial dari luar negeri. Apabila peluang ini dimanfaatkan, maka
produk kayu ukir ini dapat menembus pasar global yang memiliki sistem
pengawasan yang ketat.
Matriks Nilai bobot dan rating faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman sentra kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft yang telah
dijelaskan di atas dapat dilihat dalam Lampiran 11, 12, 13 dan 14. Hasil analisa
matriks IFE memperlihatkan nilai faktor kekuatan yaitu 3,250 dan faktor
kelemahan yaitu 3,360. Sedangkan Hasil analisa matriks EFE untuk faktor
peluang menunjukkan nilai sebesar 3,239 dan faktor ancaman sebesar 3,318. Hasil
ini menunjukan bahwa UKM kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop Handycraft
memiliki kelemahan yang sedikit lebih besar jika dibandingkan kekuatan dan
memiliki faktor ancaman yang sedikit lebih besar bila dibanding peluang yang
dimilikinya. Berikut ini adalah tabel beberapa penilaian yang ada dalam setiap
faktor. Untuk memperoleh hasil matriks faktor internal-eksternal, semua faktor
internal dan eksternal dalam matriks IFE dan EFE masing-masing dikalikan
seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkalian faktor internal-eksternal UKM Balantrax Artshop Handycraft
1

2

S
(3,250)

W
(3,360)

10,527

10,883

3

O
(3,239)
4

T
10,784
11,148
(3,318)
1
2
Keterangan : Hasil perkalian total skor; Strengths; Weakness; 3Opportunities;
4
Threats

10
Nilai tertinggi merupakan hasil perkalian antara faktor internal kelemahan
dan faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 11,148 (Cetak tebal). Hal ini
menunjukan bahwa UKM Sentra kerajinan ukir kayu Balantrax Artshop
Handycraft merupakan usaha yang lemah dan menghadapi banyak tantangan.
Rekomendasi strategis yang akan menjadi prioritas pengembangan adalah strategi
bertahan. Strategi bertahan yakni strategi perusahaan yang telah ada
dipertahankan dengan terus dilakukan dengan memperbaiki diri perusahaan.
Perbaikan perusahaan dapat berupa penyegaran dan perbaikan manajemen,
menghasilkan produk baru dan inovatif, menambah wawasan serta kemampuan
pengrajin dan peningkatan kapasitas produksi.
Beberapa strategi yang dipilih berdasarkan studi literatur dan wawancara
dengan para stakeholder diantaranya memperbaiki sistem manajemen perusahaan,
meningkatkan potensi hutan tanaman rakyat, membuat dokumentasi perusahaan
dan meningkatkan kapasitas SDM. Kelemahan utama yang dimiliki setiap UKM
pada umumnya dan perusahaan khususnya adalah dari segi pengelolaan usaha
atau manajerial, hal ini berlaku pula pada Sentra kerajinan ukir kayu Balantrax
Artshop Handycraft.
Hal utama dan paling mendasar yang dilakukan pertama kali yaitu dengan
kembali menyusun komponen dasar berupa visi, misi dan tujuan dari suatu usaha,
selanjutnya didokumentasikan dalam sebuah identitas tertulis perusahaan.
Kejelasan status usaha merupakan hal yang penting agar dapat memiliki bahan
hukum yang jelas, jenis usaha sendiri dapat berbentuk PD, CV, PT atau bentuk
lainnya. Harus ada upaya penyegaran dan perbaikan pada sistem manajemen
internal perusahaan. Perbaikan sistem manejemen akan meningkatkan efisiensi
serta produktivitas hasil kerajinan. Menurut Prihardiputra (2012) dalam
penelitiannya Prinsip the right man on the right place perlu dilakukan dengan
peningkatan kemampuan SDM dan penempatan tenaga kerja yang sesuai antara
keahlian dan tugas yang diberikan. Pemberian pelatihan peningkatan kemampuan
para staf sangat dibutuhkan seperti pelatihan bahasa Inggris, akuntansi dan
kesekertariatan serta pemahaman mengenai perangkat komputer seperti Microsoft
Office maupun internet.
Penggunaan jasa kreatif dalam sistem informasi sangat penting seperti
desain web, desain produk dan kemasan produk untuk menunjang pasar yang
lebih luas lagi. Perekrutan tenaga karyawan ini dapat memanfaatkan anak-anak
usia produktif di sekitar daerah para pengrajin bahkan keluarga dari pengrajin
sendiri yang masih memiliki daya pembelajaran yang cepat. Pada umumnya minat
mereka menurun untuk mengikuti jejak orang tuanya sebagai pengrajin karena
mendambakan pekerjaan formal yang tetap. Sehingga hal ini dapat
mempertemukan solusi akan kelemahan dan ancaman yang dihadapi UKM
kerajinan ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft terhadap masalah sumber daya
manusia saat ini.
Peningkatan potensi hutan tanaman rakyat dengan kerja sama antara dinas
kehutanan dan kelompok tani sekitar kawasan hutan seperti kerjasama hutan
tanaman rakyat dan puslitbang kehutanan sehingga bahan baku berkelanjutan
dapat tercapai. Sistem hutan tanaman rakyat lebih bisa diterapkan selain
merupakan salah satu program pemerintah juga bisa dilakukan dengan sistem
tumpang sari oleh para petani di daerah pedesaan. Sehingga tidak mengganggu
mata pencaharian utama para petani.

11
Strategi yang dapat dijalankan untuk meminimalkan kelemahan yang
terakhir yaitu membuat dokumentasi perusahaan dengan tampilan dan desain yang
menarik. Tampilan perusahaan yang baik serta didukung dengan kualitas produk
yang baik sangat berguna untuk menarik minat para konsumen. Desain dan
tampilan menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena saat ini trend bentuk
dan model kerajinan yang dipesan konsumen sangat cepat berubah dan
berkembang. Jika pengrajin tidak cepat menanggapi hal ini, produk kerajinan
UKM Kerajinan Ukir Kayu Balantrax Artshop Handycraft akan mengalami
keterbelakangan dari segi desain yang menyebabkan tergerus dalam persaingan.
Dengan adanya profil perusahaan yang meyakinkan maka konsumen tidak ragu
dalam bekerjasama dengan perusahaan.
Strategi Alternatif Kebijakan untuk Pengembangan UKM Balantrax Artshop
Handycraft
Berdasarkan proses penjajagan pada penelitian pendahuluan dan studi
literatur, maka ditentukan empat kriteria untuk berkembangnya suatu UKM.
Keempat kriteria tersebut yaitu pendapatan yang diperoleh meningkat,
meningkatkan keterampilan serta kesejahteraan pengrajin, penggunaan teknologi
baru yang meningkatkan produktifitas hasil kerajinan dan perkembangan inovasi
produk dan mutu kerajinan. Pendapatan yang diperoleh selalu meningkat sehingga
perusahaan dapat mengembangkan usahanya dalam upaya memajukan sentra
kerajinan sekitar dan pendapatan daerah di Kabupaten Sumedang. Peningkatan
kesejahteraan dan keterampilan pengrajin akan menentukan kualitas dan kuantitas
produk kerajinan yang dihasilkan sehingga banyak pengrajin yang kembali
berkarya dalam usaha ini. Teknologi dan produktifitas hasil kerajinan sangat
penting, dengan pemahaman teknologi seperti penggunaan alat modern membantu
pengrajin untuk meningkatkan produktivitas hasil kerajinannya. Inovasi dan mutu
produk hasil kerajinan terutama desain dan tampilan sangat penting untuk
memenuhi keinginan pasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Industri
dan Perdagangan Kabupaten Sumedang, menurunnya penjualan kayu ukir selama
ini karena tidak adanya inovasi yang dilakukan oleh para pelaku usaha kerajinan.
Inovasi yang semakin berkembang saat ini diharapkan dapat menarik kembali
gairah pasar sehingga pelanggan tidak akan beralih ke produsen kerajinan lain
yang menawarkan harga yang lebih murah dan model yang lebih variatif. Mutu
menjadi salah satu tolak ukur kerajinan kayu agar dapat diterima di pasar baik
lokal maupun global. Kriteria yang paling banyak dipilih yaitu keterampilan dan
kesejahteraan pengrajin oleh tujuh responden. Hal ini sangat penting sebab
keterampilan dan kesejahteraan pengrajin akan menentukan produk kerajinan
yang dihasilkan serta diikuti oleh kriteria lain seperti mutu produk, inovasi produk
yang dibuat serta meningkatnya pendapatan perusahaan.
Hasil perbandingan antar kepentingan pada setiap koresponden dapat lihat
dalam Lampiran 15. Berdasarkan hasil dari nilai konsistensi semua responden,
hanya ada tiga reponden yang memiliki kekonsistensian yang baik sehingga data
yang diperoleh dari ketiga responden tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Ketiga responden terebut yaitu Bapak Drs. Yuli Handaka sebagai Kepala Seksi
Pelayanan Umum di Kecamatan Jatinangor, Bapak Sajidin, S.Hut, MT selaku
Kepala Bidang Ekonomi di BAPPEDA Kota Sumedang dan Bapak Ir. Sanadi

12
yang merupakan Kepala Seksi Industri Agro, Kimia, dan Hasil Hutan
Perindustrian dan Perdagangan. Berikut merupakan hasil perhitungan dapat dilihat
pada Table 3.
Tabel 3 Prioritas alternatif strategi pengembangan
Alternatif Strategi
Memperbaiki
sistem
manajemen usaha
Peningkatan
Potensi Hutan
tanaman rakyat
Pembuatan
dokumentasi
dengan desain
menarik
Meningkatkan
kapasitas SDM

1

Responden

2

Tabel Skor Kepentingan
Responden 3Responden Rata-rata geometrik

0.3904

0.2843

0.4598

0.3782

0.2132

0.2070

0.3344

0.2515

0.1666

0.1497

0.1985

0.1716

0.2298

0.3590

0.3773

0.3220

Sumber: Hasil sintesis AHP; 1 Bapak Drs. Yuli Handaka Kepala Seksi Pelayanan Umum di
Kecamatan Jatinangor; 2Bapak Sajidin, S.Hut, MT Kepala Bidang Ekonomi di
BAPPEDA Kota Sumedang; 3Bapak Ir. Sanadi Kepala Seksi Industri Agro, Kimia, dan
Hasil Hutan Perindustrian dan Perdagangan.

Nilai rata-rata geometrik menunjukan prioritas alternatif strategi yang dapat
dijalankan perusahaan. Nilai tertinggi merupakan strategi prioritas utama yaitu,
memperbaiki sistem manajemen usaha. Prioritas strategi berikutnya yaitu
meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia, dilanjutkan oleh peningkatan
potensi hutan tanaman rakyat dengan sistem kerjasama antara pengusaha dan
pemerintah serta pembuatan dokumentasi dengan mengikuti trend yang
berkembang.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

UKM Balantrax Artshop Handycraft merupakan usaha yang lemah dan
menghadapi banyak tantangan. Hasil analisis SWOT menempatkan UKM
Balantrax Artshop Handycraft berada pada kuadran empat yaitu
WT(Weakness and Threats).
Berdasarkan kondisi dan posisi perusahaan yang berada pada kuadran empat,
alternatif strategi yang dipilih yaitu :
• memperbaiki sistem manajemen perusahaan,
• meningkatkan potensi hutan tanaman rakyat,
• membuat dokumentasi dan tampilan perusahaan yang lebih baik
• meningkatkan kapasitas SDM.

13
3.

Berdasarkan urutan kepentingannya, perbaikan sistem manajemen usaha,
merupakan prioritas paling utama yang harus dilakukan terhadap perusahaan
ini
Saran

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah memperbaiki sistem
manajemen usaha, mulai dari membangun kembali komponen dasar seperti visi,
misi dan tujuan yang merupakan identitas utama perusahaan, penentuan status
perusahaan.dan peningkatan kinerja karyawan. Peningkatan kapasitas Sumber
Daya Manusia seperti penggunaan teknologi dan pelatihan bahasa asing sehingga
kinerjanya bisa lebih optimal. Potensi hutan tanaman rakyat dengan sistem
kerjasama dengan pihak pengelola hutan dapat dijadikan solusi permasalahan
bahan baku dan pembuatan dokumentasi dan publikasi profil perusahaan seperti
iklan internet, facebook dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Stratistik. 2000. Industri Usaha Mikro Kecil Dan Menengah.
Jakarta (ID): Pusat Usaha Mikro Kecil BPS.
Dinas Koperasi dan UKM. 2012. Analisis Lembaga Afiliasi Penelitian dan
Industri (LAPI) ITB Tahun 2010 Terhadap Sentra UKM di Jawa Barat. Jawa
Barat (ID): Dinas Koperasi dan UKM.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat. 2007. Jawa Barat Dalam Angka.
Bandung (ID): BPS Jawa Barat.
Fred R, David, 2009, Manajemen Strategis. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Kabupaten Sumedang. 2007. Pertumbuhan industri dan perdagangan Kabupaten
Jatinangor. Dinas koperasi, usaha mikro kecil dan menengah, perindustrian
perdagangan Kab Sumedang. [diunduh 2013 Juli 12]. Tersedia pada:
http://
sumedangka go id 2009/05/14/pertumbuhan-industri-danperdagangan Kota Jatinangor.html.
Pearce JA , Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik; Formulasi; Implementasi
dan Pengendalian [Terjemahan]. Jakarta (ID): Bina Rupa Aksara.
Prihardiputra MF. 2012. Pengembangan usaha kecil menengah: studi kasus di
sentra kerajinan bambu (skb) putra handicraft kota tasikmalaya [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Purnama BE. 2005. Optimasi produk perusahaan kerajinan ukir kayu : studi kasus
di pd. pramanik, sentra industri kecil kerajinan ukir kayu jatinangor, jawa barat
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Saaty TL. 1980. The Analytical Hierarchy Process. New York (US): Mc Graw
Hill.
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hierarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono
L, penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta (ID): PT Gramedia. Terjemahan
dari: Decision Making for Leaders: The Analytical Hierarchy Process for
Decission in Complex World.
Soedarmono S. 1979. Kerajinan Ukir Kayu. Jakarta (ID) : Rineka Cipta.

14
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Waktu
23 Juli 2013

Kegiatan
Orientasi perusahaan
Memeroleh data & informasi perusahaan :

24- 27 Juli 2013

-

Identitas, sejarah perusahaan & struktur

-

Visi, misi, tujuan

-

Bahan baku & proses pembuatan, jenis produk

-

Aspek sosial ekonomi (tenaga kerja, aliran
produk, mitra bisnis, hasil usaha)

29- 30 Juli 2013

Mengidentifikasi faktor internal perusahaan
(strength & weakness)

31 Juli dan 1 Agustur 2013

Mengidentifikasi faktor eksternal perusahaan
(Opportunity & threats)

19 - 21 Agustus 2013

Melengkapi data dan informasi

22-23 Agustus 2013

Menyebarkan surat permohonan korespondensi ke
Dinas dan perrhutani

26 Agustus 2013

Mencari data terkait UKM Kerajinan kayu ke
Dinas terkait dan Dinas KUMKM Perindustrian
Perdagangan

27 - 31 Agustus 2013

Korespondensi kuesioner skoring AHP

15

Lampiran 2 Jenis, data, cara pengumpulan dan sumber data
Analisis Cara

Jenis Data

Data yang diambil
Proses produksi dan peralatan yang digunakan
Jenis dan jumlah unit sumberdaya yang tersedia
Kebutuhan bahan baku dan harga beli

Primer
SWOT

Besar upah kerja, jumlah tenaga kerja, waktu Kerja
Tujuan, visi dan misi

Pengumpulan Data
Pengamatan langsung
Pengamatan langsung dan
pengukuran
Wawancara dan pengamatan
langsung
Wawancara dan pengamatan
langsung
Wawancara

Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, nilai
Wawancara
bobot dan rating masing-masing
Faktor
Sekunder
Primer

Gambaran umum perusahaan
Jenis produk yang dihasilkan

Pengutipan
Pengutipan

Pilihan strategi dari para stakeholders

Wawancara dan kuesioner

Referensi kriteria pilihan strategi pengembangan usaha

Pengutipan

AHP
Sekunder

Sumber Data
Perusahaan
Perusahaan
Perusahaan
Perusahaan
Perusahaan
Manajemen perusahaan atau ahli
dibidang yang bersangkutan
Profil perusahaan
Wawancara
Manajemen Perusahaan dan para
ahli
Para ahli dan sumber terpercaya
yang berkaitan dengan penelitian

15

16

16

Lampiran 3 Para Ahli Kehutanan Serta UKM dari dinas terkait sebagai Sumber Data Primer AHP
Lingkungan/Instansi

Nama
Rini Komala

Kepala Seksi Perlindungan Konsumen

Ir. Sanadi

Kep