Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KECIL"WAROENG COKELAT"

(Kasus Usaha Kecil dan Menengah

di Kecamatan Bogor Utara,

Kota Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

WIDYA YUDHA NINGTIAS H34066129

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

RINGKASAN

WIDYA YUDHA NINGTIAS. Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggul perkebunan Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi Indonesia dalam memproduksi biji kakao menempati urutan ketiga, setelah Pantai Gading (Ivory Coast) dan Ghana. Cokelat merupakan produk turunan dari kakao. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah cokelat adalah dengan mengolah cokelat menjadi bahan olahan yang bermutu, baik berupa batangan cokelat, bubuk cokelat, permen cokelat, hingga kue cokelat dengan beragam bentuk. Dalam perkembangannya, industri pengolahan cokelat tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar saja, namun usaha kecil dan menengah pun memberikan andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia.

Usaha Kecil dan Menengah, yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan Kota Bogor. Salah satu UKM di Kota Bogor yang berkembang sejak enam tahun terakhir adalah UKM "Waroeng Cokelat". "Waroeng Cokelat" memproduksi beraneka macam praline (permen cokelat) dan cookies (kue kering) dengan bahan baku cokelat. “Waroeng Cokelat” adalah salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang berdiri sejak tahun 2002. Permintaan produk "Waroeng Cokelat" meningkat pada musim Idul Fitri, Natal maupun Valentine. Permintaan yang meningkat menimbulkan beberapa kendala "Waroeng Cokelat" dalam menjalankan usahanya. Meningkatnya permintaan, menyebabkan "Waroeng Cokelat" membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak, karena tidak memiliki tenaga kerja yang bersifat tetap (tenaga kerja borongan). Selain itu, terbatasnya modal yang dimiliki dan belum optimalnya promosi merupakan kendala yang dihadapi "Waroeng Cokelat" saat ini. Dari sisi eksternal, banyak bermunculan usaha-usaha sejenis yang memproduksi cookies maupun praline pada hari raya Idul Fitri, Natal ataupun Valentine menyebabkan meningkatnya persaingan usaha sejenis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki “Waroeng Cokelat”, kemudian merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diaplikasikan pada usaha “Waroeng Cokelat”. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, tahapannya yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Setelah itu, faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM.

Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis eksternal yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi "Waroeng Cokelat"


(3)

yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor dengan nilai rata-rata yaitu 0,376. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi "Waroeng Cokelat" yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,120. Hal ini disebabkan karena usaha ini tidak memerlukan skala ekonomi yang besar, selain itu untuk memasuki usaha ini hanya membutuhkan modal awal yang relatif kecil. Hasil analisis dengan matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total score sebesar 2,572, hal ini menunjukkan bahwa "Waroeng Cokelat" berada di atas rata-rata (2,5). Total score sebesar 2,572 mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada dalam usahanya. Dengan kata lain, strategi "Waroeng Cokelat" secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan efek yang mungkin timbul dari ancaman eksternal.

Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi "Waroeng Cokelat" yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan dengan nilai score rata-rata yaitu sebesar 0,342. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi belum optimal dengan nilai score rata-rata yaitu sebesar 0,106. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total score berada di bawah rata-rata yaitu sebesar 2,549. Hal ini mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya.

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diperoleh total score sebesar 2,572 dan total score IFE yaitu sebesar 2,549. Dari kedua matriks tersebut yaitu EFE dan IFE, kemudian dipadukan dalam matriks IE. Hasil perpaduan tersebut menempatkan "Waroeng Cokelat" pada posisi sel V. Strategi yang digunakan pada sel V ini adalah pertahankan dan pelihara (hold and maintain) berupa strategi penetrasi pasar (market penetrasion) dan pengembangan produk (product development).

Terdapat delapan alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu (1) memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (2) pengembangan produk, (3) mengoptimalkan promosi, (4) meningkatkan modal usaha, (5) memilih lokasi usaha yang strategis, (6) melakukan produksi secara kontinyu, (7) mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, (8) menambah tenaga kerja penyalur/distibutor.

Berdasarkan hasil dari pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan "Waroeng Cokelat" berdasarkan penjumlahan TAS yang terbesar. Prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh "Waroeng Cokelat" saat ini yaitu mengoptimalkan promosi dengan nilai TAS tertinggi yaitu sebesar 8.438.


(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KECIL "WAROENG COKELAT"

(Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara,

Kota Bogor, Jawa Barat)

WIDYA YUDHA NINGTIAS H34066129

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Widya Yudha Ningtias

NIM : H34066129

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP. 19600611 198403 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Widya Yudha Ningtias H34066129


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 21 Juli 1985. Penulis adalah putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ir. Tamtomo Yudho dan Suharti Widyastuti.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Serang tahun 1990-1991. Pada tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 5 Serang, kemudian pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studinya di SMP Negeri 1 Serang 2000. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cipocok Jaya Serang pada tahun 2003. Pada tahun yang sama (2003) penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma Program Studi Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur seleksi tertulis. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS). Selain itu, untuk menambah wawasan serta keterampilan, penulis sering mengikuti berbagai pelatihan maupun seminar-seminar, seperti ESQ (Angkatan 1 Emas IPB), pelatihan bioetanol untuk bisnis dan seminar internasional ICDF.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan usaha "Waroeng Cokelat" dari segi internal dan eksternal, serta menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan "Waroeng Cokelat" di masa yang akan datang.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009

Widya Yudha Ningtias H34066129


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1 Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

1 Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama dan Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

1 Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian, terima kasih atas masukannya.

1 Pihak "Waroeng Cokelat" Hj Yanthi Rusdiantini, SE yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

1 Muh. Azyadhi Hamid yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian.

1 Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motivasi serta do’a yang tiada hentinya di setiap langkah penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik.

1 Sahabat-sahabat terbaik Yuli, Andina, Fajar Isnawati, Pintor, Putri, Chandra, Fajar Tirtayasa, Wasini, Balqis, Erni yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih atas semua kebersamaan dan keceriaan yang memberikan pengalaman hidup yang penuh warna ini.

1 Teman-teman TEKBEN '40 dan anak kos B5 yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

1 Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan MAMI I atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuanya.

Bogor, September 2009

Widya Yudha Ningtias H34066129


(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KECIL"WAROENG COKELAT"

(Kasus Usaha Kecil dan Menengah

di Kecamatan Bogor Utara,

Kota Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

WIDYA YUDHA NINGTIAS H34066129

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

RINGKASAN

WIDYA YUDHA NINGTIAS. Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggul perkebunan Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi Indonesia dalam memproduksi biji kakao menempati urutan ketiga, setelah Pantai Gading (Ivory Coast) dan Ghana. Cokelat merupakan produk turunan dari kakao. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah cokelat adalah dengan mengolah cokelat menjadi bahan olahan yang bermutu, baik berupa batangan cokelat, bubuk cokelat, permen cokelat, hingga kue cokelat dengan beragam bentuk. Dalam perkembangannya, industri pengolahan cokelat tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar saja, namun usaha kecil dan menengah pun memberikan andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia.

Usaha Kecil dan Menengah, yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan Kota Bogor. Salah satu UKM di Kota Bogor yang berkembang sejak enam tahun terakhir adalah UKM "Waroeng Cokelat". "Waroeng Cokelat" memproduksi beraneka macam praline (permen cokelat) dan cookies (kue kering) dengan bahan baku cokelat. “Waroeng Cokelat” adalah salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang berdiri sejak tahun 2002. Permintaan produk "Waroeng Cokelat" meningkat pada musim Idul Fitri, Natal maupun Valentine. Permintaan yang meningkat menimbulkan beberapa kendala "Waroeng Cokelat" dalam menjalankan usahanya. Meningkatnya permintaan, menyebabkan "Waroeng Cokelat" membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak, karena tidak memiliki tenaga kerja yang bersifat tetap (tenaga kerja borongan). Selain itu, terbatasnya modal yang dimiliki dan belum optimalnya promosi merupakan kendala yang dihadapi "Waroeng Cokelat" saat ini. Dari sisi eksternal, banyak bermunculan usaha-usaha sejenis yang memproduksi cookies maupun praline pada hari raya Idul Fitri, Natal ataupun Valentine menyebabkan meningkatnya persaingan usaha sejenis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki “Waroeng Cokelat”, kemudian merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diaplikasikan pada usaha “Waroeng Cokelat”. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, tahapannya yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Setelah itu, faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM.

Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis eksternal yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi "Waroeng Cokelat"


(13)

yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor dengan nilai rata-rata yaitu 0,376. Faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi "Waroeng Cokelat" yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,120. Hal ini disebabkan karena usaha ini tidak memerlukan skala ekonomi yang besar, selain itu untuk memasuki usaha ini hanya membutuhkan modal awal yang relatif kecil. Hasil analisis dengan matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total score sebesar 2,572, hal ini menunjukkan bahwa "Waroeng Cokelat" berada di atas rata-rata (2,5). Total score sebesar 2,572 mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada dalam usahanya. Dengan kata lain, strategi "Waroeng Cokelat" secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan efek yang mungkin timbul dari ancaman eksternal.

Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi "Waroeng Cokelat" yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan dengan nilai score rata-rata yaitu sebesar 0,342. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan terbesar adalah promosi belum optimal dengan nilai score rata-rata yaitu sebesar 0,106. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total score berada di bawah rata-rata yaitu sebesar 2,549. Hal ini mengindikasikan bahwa "Waroeng Cokelat" dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meminimalisasi kelemahannya.

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diperoleh total score sebesar 2,572 dan total score IFE yaitu sebesar 2,549. Dari kedua matriks tersebut yaitu EFE dan IFE, kemudian dipadukan dalam matriks IE. Hasil perpaduan tersebut menempatkan "Waroeng Cokelat" pada posisi sel V. Strategi yang digunakan pada sel V ini adalah pertahankan dan pelihara (hold and maintain) berupa strategi penetrasi pasar (market penetrasion) dan pengembangan produk (product development).

Terdapat delapan alternatif strategi yang dipilih dari matriks SWOT yaitu (1) memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (2) pengembangan produk, (3) mengoptimalkan promosi, (4) meningkatkan modal usaha, (5) memilih lokasi usaha yang strategis, (6) melakukan produksi secara kontinyu, (7) mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, (8) menambah tenaga kerja penyalur/distibutor.

Berdasarkan hasil dari pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan "Waroeng Cokelat" berdasarkan penjumlahan TAS yang terbesar. Prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh "Waroeng Cokelat" saat ini yaitu mengoptimalkan promosi dengan nilai TAS tertinggi yaitu sebesar 8.438.


(14)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KECIL "WAROENG COKELAT"

(Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara,

Kota Bogor, Jawa Barat)

WIDYA YUDHA NINGTIAS H34066129

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(15)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Widya Yudha Ningtias

NIM : H34066129

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP. 19600611 198403 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Widya Yudha Ningtias H34066129


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 21 Juli 1985. Penulis adalah putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ir. Tamtomo Yudho dan Suharti Widyastuti.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Serang tahun 1990-1991. Pada tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 5 Serang, kemudian pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studinya di SMP Negeri 1 Serang 2000. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cipocok Jaya Serang pada tahun 2003. Pada tahun yang sama (2003) penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma Program Studi Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur seleksi tertulis. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan Keluarga Muslim Ekstensi (KAMUS). Selain itu, untuk menambah wawasan serta keterampilan, penulis sering mengikuti berbagai pelatihan maupun seminar-seminar, seperti ESQ (Angkatan 1 Emas IPB), pelatihan bioetanol untuk bisnis dan seminar internasional ICDF.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan usaha "Waroeng Cokelat" dari segi internal dan eksternal, serta menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan "Waroeng Cokelat" di masa yang akan datang.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009

Widya Yudha Ningtias H34066129


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1 Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

1 Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama dan Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

1 Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian, terima kasih atas masukannya.

1 Pihak "Waroeng Cokelat" Hj Yanthi Rusdiantini, SE yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

1 Muh. Azyadhi Hamid yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian.

1 Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motivasi serta do’a yang tiada hentinya di setiap langkah penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik.

1 Sahabat-sahabat terbaik Yuli, Andina, Fajar Isnawati, Pintor, Putri, Chandra, Fajar Tirtayasa, Wasini, Balqis, Erni yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih atas semua kebersamaan dan keceriaan yang memberikan pengalaman hidup yang penuh warna ini.

1 Teman-teman TEKBEN '40 dan anak kos B5 yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.


(20)

1 Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan MAMI I atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuanya.

Bogor, September 2009

Widya Yudha Ningtias H34066129


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 5

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Gambaran Umum Gambaran ... 10

2.2. Usaha Kecil dan Menengah ... 12

2.2.1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ... 12

2.2.2. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah... 12

2.3. Penelitian Terdahulu... 13

2.4. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1. Konsep Strategi ... 19

3.1.2. Definisi Manajemen Strategi ... 20

3.1.3. Proses Manajemen Strategi ... 21

3.1.4. Formulasi Strategi ... 23

3.1.5. Matriks IE ... 31

3.1.6. Matriks SWOT ... 32

3.1.7. Matriks QSP ... 32

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

IV METODE PENELITIAN ... 36

4.1. Lokasi dan Waktu ... 36

4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 36

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

4.3.1. Tahap Masukan (Input Stage) ... 37

4.3.2. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 41

4.3.3. Tahap Keputusan (Desicion Stage) ... 43

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 45

5.1. Sejarah dan Perkembangan "Waroeng Cokelat" ... 45

5.2. Visi, Misi dan Tujuan "Waroeng Cokelat" ... 46

5.3. Struktur Organisasi "Waroeng Cokelat" ... 47

5.4. Sumber Daya Perusahaan ... 48


(22)

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ... 55 6.1. Analisis Lingkungan Eksternal ... 55 6.1.1. Ekonomi ... 55 6.1.2. Sosial, Budaya dan Demografi ... 56 6.1.3. Politik, Pemerintah dan Hukum ... 57 6.1.4. Teknologi ... 58 6.1.5. Kekuatan Pesaing ... 59 6.2. Analisis Lingkungan Internal ... 63 6.2.1. Manajemen ... 63 6.2.2. Pemasaran ... 64 6.2.3. Keuangan ... 68 6.2.4. Produksi dan Operasi ... 68 6.2.5. Sumber Daya Manusia ... 69 6.3. Identifikasi Faktor Lingkungan ... 71

6.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan

Ancaman) ... 71 6.3.2. Analisis Lingkungan Internal ( Kekuatan dan

Kelemahan) ... 74 VII STRATEGI "WAROENG COKELAT" ... 77 7.1. Analisis Visi, Misi dan tujuan "Waroeng Cokelat" ... 77 7.2. Tahap Masukan (Input Stage) ... 78 7.2.1. Matriks EFE... 78 7.2.2. Matriks IFE ... 80 7.3. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 81 7.3.1. Matriks Internal-Eksternal (IE)... 81 7.3.2. Matriks SWOT... 83 7.4. Tahap Keputusan (Desicion Stage) ... 89 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 91 8.1. Kesimpulan ... 91 8.2. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN ... 95


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Nilai PDB Sektoral dan Kontribusinya terhadap PDB Nasional

Tahun 2002-2006... 1 2. Perkembangan Produksi Biji Kakao Tahun 2002-2006... 3 3. Jumlah UKM di Kota Bogor Tahun 2002-2008 ... 4 4. Jumlah Produksi Kue Kering “Waroeng Cokelat”

Tahun 2003-2007... 5 5. Perkembangan Penjualan Cookies dan Praline "Waroeng Cokelat"

Tahun 2000-2008... 6 6. Daftar Industri Rumah Tangga yang Memproduksi Cokelat, Cake,

Cookies dan Roti di Kota Bogor Tahun 2004-2007 ... 7 7. Penelitian Terdahulu yang menjadi Literatur ... 18 8. Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ... 38 9. Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal... 38 10. Format Matriks EFE ... 40 11. Format Matriks IFE... 40 12. Format Matriks SWOT ... 43 13. Format Dasar QSPM... 44 14. Sumber Daya Fisik "Waroeng Cokelat" Tahun 2009 ... 49 15. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2002-2006 ... 57 16. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota

Bogor Tahun 2007 ... 58 17. Identifikasi Faktor Eksternal “Waroeng Cokelat” ... 73 18. Identifikasi Faktor Internal “Waroeng Cokelat” ... 76 19. Matriks EFE "Waroeng Cokelat" ... 79 20. Matriks IFE "Waroeng Cokelat" ... 80


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Proses Manajemen Strategi yang Komprehensif... 22 2. Model Lima Kekuatan Porter ... 27 3. Kerangka Pemikiran Operasional "Waroeng Cokelat" ... 35 4. Format Matriks Intenal-Eksternal... 41 5. Struktur Organisasi "Waroeng Cokelat" ... 47 6. Tahapan Pembuatan Cookies "Waroeng Cokelat"... 52 7. Tahapan Pembuatan Praline "Waroeng Cokelat" ... 54 8. Matriks IE "Waroeng Cokelat"... 82 9. Matriks SWOT "Waroeng Cokelat" ... 84


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Pembobotan terhadap Peluang dan Ancaman, serta Kekuatan

dan Kelemahan "Waroeng Cokelat" ... 96 2. Kuesioner Khusus Pelangggan "Waroeng Cokelat" ... 101 3. Hasil Kuesioner Pelanggan "Waroeng Cokelat" ... 103 4. Penilaian Rating Rata-Rata Strategis Eksternal dan Internal ... 105 5. Kuesioner QSP ... 106 6. Produk "Waroeng Cokelat" ... 109


(26)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian negara Indonesia berupa kontribusi produk pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai PDB dan kontribusi PDB setiap sektor perekonomian disajikan pada Tabel 1. Terlihat pada Tabel 1 bahwa PDB sektor pertanian termasuk perikanan dan kehutanan dari tahun 2002 hingga 2006 adalah 13 sampai 16 persen dari nilai PDB nasional. Walaupun kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB cenderung menurun setiap tahunnya namun angka ini masih cukup besar, karena kontribusi sektor pertanian tersebut menempati urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertanian sebagai salah satu penggerak utama perekonomian, setidaknya mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas lapangan kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerataan pendapatan dan mempercepat pengentasan kemiskinan.

Tabel 1. Nilai PDB Sektoral dan Kontribusinya terhadap PDB Nasional Tahun 2002-2006

PDB Nominal (Triliun Rupiah) Lapangan Usaha

(Sektor) 2002 2003 2004 2005 2006

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

298,8(16,0) 325,6(15,9) 329,1(14,3) 363,9(13,1) 430,5 (12,9)

Pertambangan dan Penggalian

161,0 (8,6) 169,5 (8,3) 205,3 (8,9) 308,3(11,1) 354,6 (10,6) Industri

Pengolahan

553,8(27,9) 590,1(28,8) 644,3(28,1) 771,7(27,7) 936,4 (28,1) Listrik, Gas

dan Air Bersih

15,4 (0,8) 19,5 (1,0) 23,7 (1,0) 26,7 (0,9) 30,4 (0,91) Bangunan 101,6 (5,5) 112,6 (5,5) 151,2 (6,6) 195,8 (7,0) 249,1 (7,5) Perdagangan,

Hotel dan Restoran

314,6(16,9) 337,8(16,5) 368,6(16,0) 430,1(15,5) 496,3 (14,9) Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

154,4 (8,3) 174,3 (8,5) 194,4 (8,5) 230,6 (8,3) 271,6 (8,1)

Jasa-Jasa 165,6 (8,9) 198,1 (9,7) 234,9(10,3) 276,8 (9,9) 338,4 (10,1) PDB Total 1.863,2(100) 2.045,8(100) 2.295,8(100) 2.785,0 (100) 2.976,7(89,2)

Keterangan : Angka ( ) adalah persentase terhadap PDB


(27)

Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor. Subsektor-subsektor tersebut diantaranya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan adalah subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Berdasarkan data dari Direktorat Bina Produksi Perkebunan (2004), secara keseluruhan areal perkebunan di Indonesia meningkat dengan laju 2,6 persen per tahun pada periode tahun 2000-2003, dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16,3 juta hektar. Terdapat delapan komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, diantaranya karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh dan tebu. Kelapa sawit, karet dan kakao merupakan tiga komoditas yang tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan di atas lima persen per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari komoditas kelapa sawit, karet dan kakao, pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan ketiga komoditas yang relatif lebih baik, selain itu kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal menjadi faktor pendorong perkembangan ketiga komoditas tersebut1.

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggul perkebunan Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi Indonesia dalam memproduksi biji kakao menempati urutan ketiga, setelah Pantai Gading (Ivory Coast) dan Ghana (Tabel 2). Pada tahun 2006 masing-masing negara tersebut mempunyai pangsa produksi 42,39 persen, 15,96 persen dan 13,65 persen atau 72,0 persen secara keseluruhan dari total produksi dunia sebesar 3.114 ribu ton. Menurut Statistik Perkebunan Indonesia (2004), biji kakao Indonesia 80 persen diekspor dalam bentuk biji kering sebesar 365.200 ton dan sisanya sebesar 121.300 ton (termasuk impor 30.000 ton) digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kakao di dalam negeri.

1

http://www.ihsanarham.mutltiply.com. Potensi Strategis Pertanian dalam Membangun Perekonomian Indonesia. Diakeses Tanggal 10 November 2008.


(28)

Tabel 2. Perkembangan Produksi Biji Kakao Tahun 2002-2006 (1000 Ton) Tahun

No Negara

2002 2003 2004 2005 2006

1. Pantai Gading 1265 1325 1407 1286 1387

2. Ghana 341 497 737 599 741

3. Indonesia 455 410 430 460 470

4. Nigeria 185 173 180 200 170

5. Brazil 124 163 163 171 162

Sumber : www.indokakao.com

Cokelat merupakan produk turunan dari kakao. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah cokelat adalah dengan mengolah cokelat menjadi bahan olahan yang bermutu, baik berupa batangan cokelat, bubuk cokelat, permen cokelat, hingga kue cokelat dengan beragam bentuk. Makanan berbahan baku cokelat ini sangat digemari oleh seluruh kalangan. Permintaan cokelat tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga berasal dari luar negeri, karena saat ini orang telah menyadari bahwa mengkonsumsi cokelat memiliki berbagai manfaat bagi tubuh, seperti menenangkan dan memperbaiki suasana hati, berperan sebagai korektor kerja kimiawi dalam tubuh, sebagai antioksidan serta dapat menurunkan kolesterol2.

Dalam perkembangannya, industri pengolahan cokelat tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar saja, namun usaha kecil dan menengah pun memberikan andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik (2004), menyatakan bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Peran UKM dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha.

Usaha Kecil dan Menengah, yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya

2

http://www.bisnis.com. Konsistensi Membangun Merk Cokelat. Diakses Tanggal 4 November 2008.


(29)

pembangunan Kota Bogor (Azrin, 2004). Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibukota negara, letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan tujuan wisata, sehingga dari aspek inilah Kota Bogor memiliki peluang untuk menumbuh kembangkan beberapa sektor, diantaranya sektor perdagangan, pariwisata, hotel dan restoran. Dilatarbelakangi hal tersebut, maka Kota Bogor memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan perekonomiannya melalui pemanfaatan beberapa sektor. Salah satu prioritas pembangunan Kota Bogor yaitu sektor perdagangan melalui pengembangan sektor usaha kecil dan menengah.

Pelaku UKM di Kota Bogor mencerminkan adanya pertumbuhan dinamis dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah UKM di Kota Bogor yang terus meningkat dari tahun ke tahun (Tabel 3). Berdasarkan laporan Bank Indonesia wilayah Bandung neraca aliran modal selama kurun lima tahun terakhir, posisi simpanan dana masyarakat Kota Bogor hingga saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 5,795 triliun. Dengan kata lain, mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 5,52 persen. Sedangkan dana yang disalurkan kepada pelaku UKM dalam bentuk kredit baru sekitar Rp 2,298 triliun. Kondisi demikian, mencerminkan adanya pertumbuhan yang dinamis dari sektor usaha kecil dan menengah di Kota Bogor. Jadi, inilah momentum yang harus dipelihara untuk bisa terus menumbuhkan kekuatan usaha kecil dan menengah 3. Tabel 3. Jumlah UKM di Kota Bogor Tahun 2002-2008

Tahun Jumlah (Unit)

2002 20.931

2003 21.511

2004 22.304

2005 24.534

2006 31.831

2007 32.147

2008 32.256

Sumber : Disperindagkop Kota Bogor (2008)

3

http://www.sinarharapan.com. Simpanan UKM di Kota Bogor Capai Rp 5,8 Triliun. Diakses Tanggal 4 November 2008.


(30)

Salah satu UKM di Kota Bogor yang berkembang sejak enam tahun terakhir adalah UKM "Waroeng Cokelat". "Waroeng Cokelat" memproduksi beraneka macam praline (permen cokelat) dan cookies (kue kering) dengan bahan baku cokelat. "Waroeng Cokelat" mendapatkan pembinaan serta pengembangan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam bidang pemasaran maupun pelatihan. Pembinaan pemasaran dilakukan dengan cara mengikutsertakan UKM “Waroeng Cokelat” dalam pameran-pameran, baik skala nasional maupun internasional, sedangkan pelatihan ditujukan melalui berbagai macam seminar. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bogor untuk terus mengembangkan UKM yang berada di wilayah Kota Bogor.

1.2 Perumusan Masalah

“Waroeng Cokelat” adalah salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang berdiri sejak tahun 2002, namun "Waroeng Cokelat" mulai memasarkan hasil produksinya pada tahun 2003. “Waroeng Cokelat” merupakan salah satu industri rumahan yang memproduksi beranekaragam praline, cookies dan cokelat batangan dengan bentuk dan rasa cokelat yang khas. Hasil produksi “Waroeng Cokelat” diantaranya adalah Cookies berupa kurma cokelat, pindekas cokelat, coco cokelat, etnik cokelat dan sagu keju. Candies berupa lolipop cokelat dan souvenir berupa spesial cokelat Valentine dan happy birthday. Berdasarkan keanekaragaman produk yang dihasilkan, “Waroeng Cokelat” mengalami peningkatan produksi selama enam tahun terakhir. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan "Waroeng Cokelat" Dalam Pembuatan Praline dan CookiesTahun 2003-2008

Cokelat Batangan yang Digunakan (Kg) Tahun

Parline Cokelat Cookies Cokelat

2003 15 62

2004 26 137

2005 50 150

2006 72 167

2007 214 600

2008 250 1000


(31)

Berdasarkan data di atas, nilai penjualan cookies cokelat lebih besar dibandingkan praline cokelat. Hal tersebut disebabkan karena jumlah batangan cokelat yang digunakan untuk pembuatan cookies lebih besar dibandingkan praline cokelat. Selain itu, hal yang melatarbelakangi peningkatan penjualan cookies di "Waroeng Cokelat" yaitu karena adanya peningkatan permintaan di hari raya Idul Fitri, karena pada saat itu konsumen memiliki budaya yang kuat untuk menyediakan cookies. Sehingga penjualan pada saat hari raya Idul Fitri memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan hari-hari di luar Idul Fitri. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Perkembangan Penjualan Cookies dan Praline "Waroeng Cokelat" Tahun 2003-2008

Penjualan Cookies dan Praline Cokelat (Rp) Tahun

Saat Idul Fitri Selain Idul Fitri

2003 17.600.000

-2004 36.000.000

-2005 56.000.000 4.480.000

2006 79.200.000 16.800.000

2007 210.000.000 42.000.000

2008 280.000.000 63.800.000

Sumber : "Waroeng Cokelat" (2008)

Pada saat permintaan cookies di hari raya Idul Fitri meningkat, "Waroeng Cokelat" menghadapi beberapa kendala dalam menjalankan usahanya. Meningkatnya permintaan akan cookies pada saat hari raya Idul Fitri, menyebabkan "Waroeng Cokelat" membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan di luar hari raya Idul Fitri, karena selama ini "Waroeng Cokelat" hanya memiliki tenaga kerja yang bersifat tidak tetap (tenaga kerja borongan). Hal tersebut menyebabkan rendahnya keterampilan tenaga kerja dalam menghasilkan cookies, mengingat hasil produksi "Waroeng Cokelat" merupakan hasil olahan tangan (handmade), sehingga pada saat hari raya Idul Fitri "Waroeng Cokelat" tidak dapat sepenuhnya memenuhi permintaan konsumen. Selain itu, untuk memenuhi pesanan dari konsumen pada saat permintaan meningkat, "Waroeng Cokelat" menghadapi kendala dalam hal keuangan, yaitu terbatasnya modal yang dimiliki. Pada saat permintaan meningkat, "Waroeng Cokelat"


(32)

memerlukan tambahan modal untuk dapat memenuhi pesanan para pelanggan sehingga usaha ini dapat meningkatkan produksi dan mengembangkan usahanya.

Strategi pemasaran yang dijalankan oleh "Waroeng Cokelat", yaitu hasil produksi tidak dipasarkan langsung ke konsumen akhir, namun pemasaran dilakukan melalui tenaga kerja penjual. Tenaga kerja penjual ini merupakan orang yang menyalurkan hasil produksi "Waroeng Cokelat" dengan patokan harga yang lebih murah dibandingkan harga untuk konsumen akhir. Strategi pemasaran tersebut dipilih dengan alasan bahwa pembelian yang dilakukan oleh distributor dalam partai besar, sehingga aliran modal berjalan dengan lancar. Namun di luar musim hari raya Idul Fitri, Natal maupun Valentine, strategi pemasaran ini diduga kurang efektif karena hanya menunggu pesanan dari para pelanggan, sehingga diperlukan strategi pemasaran yang tepat bagi "Waroeng Cokelat" untuk dapat terus meningkatkan penjualannya.

Banyak bermunculan usaha-usaha sejenis yang memproduksi cookies maupun praline pada saat hari raya Idul Fitri, Natal ataupun hari Kasih Sayang (Valentine) menyebabkan meningkatnya persaingan usaha sejenis. Hal tersebut disebabkan karena bisnis cookies dan praline bersifat musiman, artinya permintaan akan produk tersebut meningkat ketika musim tertentu, sehingga "Waroeng Cokelat" memerlukan beberapa strategi untuk meningkatkan jumlah pelanggan. Data industri rumah tangga yang memproduksi produk sejenis dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar Industri Rumah Tangga yang Memproduksi Cokelat, Cake, Cookies dan Roti di Kota Bogor Tahun 2004-2007

Tahun Jumlah

2004 4

2005 7

2006 23

2007 35

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor (2008)

"Waroeng Cokelat" telah terdaftar di Dinas Kesehatan (Diskes) PIRT No. 210.327101.622. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Diskes Kota Bogor, menyatakan bahwa terdapat beberapa pelaku usaha industri rumah tangga yang


(33)

tidak mendaftarkan usahanya kepada Diskes untuk mendapatkan Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). Padahal salah satu keunggulan dari suatu produk pangan yaitu jika produk tersebut memiliki izin Diskes. Selain itu, SPP-IRT bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan kepada konsumen akan produk yang dihasilkan. Diskes pun menyatakan bahwa terdapat beberapa pesaing "Waroeng Cokelat" yang tidak masuk dalam daftar industri rumah tangga di Diskes sehingga usaha tersebut tergolong pada usaha informal atau usaha sejenis yang muncul pada musim tertentu saja. Dilatarbelakangi hal tersebut maka "Waroeng Cokelat" memerlukan perencanaan untuk mengembangkan usahanya dengan cara menunjukkan berbagai keunggulan yang dimiliki "Waroeng Cokelat" secara konsisten.

Berdasarkan kondisi yang tengah dihadapi, diperlukan analisis lingkungan eksternal maupun lingkungan internal pada usaha kecil ”Waroeng Cokelat” berupa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang yang terdapat pada ”Waroeng Cokelat”. Hasil analisis lingkungan tersebut dapat menghasilkan formulasi strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan keadaan "Waroeng Cokelat saat ini.

Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor eksternal dan internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil “Waroeng Cokelat”?

2. Strategi apa yang dapat diterapkan “Waroeng Cokelat” dalam mengembangkan usahanya yang sesuai dengan kondisi lingkungan “Waroeng Cokelat” saat ini?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :

3 Menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal pada usaha “Waroeng Cokelat”.

3 Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diaplikasikan pada usaha “Waroeng Cokelat”.


(34)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pemilik usaha, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk pengembangan usaha “Waroeng Cokelat”. 2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan

informasi mengenai usaha “Waroeng Cokelat”, serta dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, meliputi gambaran umum “Waroeng Cokelat”, analisis faktor-faktor internal dan eksternal "Waroeng Cokelat", perumusan strategi dan penentuan prioritas alternatif strategi yang dapat diaplikasikan pada usaha “Waroeng Cokelat”.


(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Cokelat

Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di daerah Amazon Utara sampai ke Amerika Tengah. Awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun sel putih yang terdapat pada biji kokao lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol.

Cokelat berasal dari kata xocoalt (bahasa suku Axtec) yang berarti minuman pahit. Suku Aztec dan Maya di Meksiko percaya bahwa Dewa Pertanian telah mengirimkan cokelat yang berasal dari surga kepada mereka. Cortes kemudian membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak. Cokelat kemudian menyebar ke Prancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1765 didirikan pabrik cokelat di Massachusetts, Amerika Serikat 4.

Dalam perkembangannya, cokelat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Selain rasanya enak, cokelat ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang. Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau cokelat pada mahasiswa Universitas Harvard. Dengan mengontrol aktivitas fisik yang dilakukan, kebiasaan merokok dan kebiasaan makan ditemukan bahwa mereka yang suka makan permen atau cokelat memiliki umur lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan cokelat. Antioksidan fenol yang terkandung dalam cokelat adalah penyebab mereka dapat berusia lebih panjang. Fenol ini juga banyak ditemukan pada anggur merah yang sudah sangat dikenal sebagai minuman yang baik untuk kesehatan jantung. Selain itu, cokelat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan

4

http://www.sinarharapan.com. Cokelat Baik untuk Jantung dan Suasana Hati. Diakses Tanggal 16 Oktober 2008.


(36)

fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker.

Secara umum biji cokelat mengandung 31% lemak, 14% karbohidrat dan 9% protein. Lemak tersebut terdiri dari asam stearat (34%) dan asam palmitat (25%) yang merupakan asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid), asam oleat (34%) yang merupakan asam lemak tidak jenuh (Mono Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak lainnya. Sedangkan proteinnya terdiri dari fenilalanin, tirosin, dan triptofan. Meskipun cokelat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik, karena cokelat juga mengandung polifenol (6%) yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah ketengikan 5.

Rasa asli biji cokelat sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui rekayasa proses dapat dihasilkan cokelat sebagai makanan yang disukai oleh siapapun. Rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat tersebut rasanya tidak enak jika zat tersebut berdiri sendiri. Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina dan anandamida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat yang dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, jenis cokelat hitam dapat menguntungkan bagi kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, yaitu berupa kandungan antioksidan yang berfungsi untuk mengurangi pembentukan radikal bebas dalam tubuh 6.

“Waroeng Cokelat” mendefinisikan manfaat mengkonsumsi cokelat untuk kesehatan, yaitu :

2 Kandungan Flavonoid pada cokelat dapat menghambat oksidasi kolesterol jahat, sehingga menyehatkan jantung dan meningkatkan kadar prostasiklin. Selain itu, flavonoid merupakan antioksidan pencegah kanker.

3 Kandungan procyanidin membersihkan senyawa radikal bebas di dalam tubuh sehingga membantu menghambat oksidasi enzim-enzim seperti lipoxygenaze. 4 Kandungan cocoa butter yang tinggi membuat kulit terasa kenyal dan tidak

kering.

5

http : //www.suaramerdeka.com. Cokelat, Biang Penyakit atau Bikin Sehat. Diakses Tanggal 21 Oktober 2008

6


(37)

2.2 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Pengertian Usaha Kecil menurut Undang-undang no. 9 tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak 200 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak satu Milyar Rupiah per tahun, serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas 50 Juta Rupiah sampai dengan 500 Juta Rupiah.

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Sedangkan pengertian Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak 100 Juta Rupiah per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak 50 Juta Rupiah.

Pengertian Usaha Menengah menurut Inpres no.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari 200 Juta Rupiah sampai dengan paling banyak sebesar 10 Milyar Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar 500 Juta Rupiah sampai dengan lima Milyar Rupiah.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, selain itu usaha tersebut berdiri sendiri.

2.2.2 Kriteria Mikro, Usaha Kecil dan Menengah

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut : (1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; (2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 Milyar Rupiah ; (3) Milik Warga Negara Indonesia ; (4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak


(38)

langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar ; (5) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar. Jumlah tenaga kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing usaha adalah :

3 Usaha Mikro sebanyak lebih dari empat orang 3 Usaha Kecil sebanyak lima sampai sembilan orang 3 Usaha Menengah sebanyak 20-99 orang

3 Usaha Besar sebanyak lebih dari 100 orang 2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" yaitu penelitian dengan tema mengenai strategi pengembangan usaha, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan komoditas cokelat.

Penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2008) dengan judul Analisis Pengembangan Usaha Restoran Cibaru Kabupaten Pandeglang, menyatakan bahwa persaingan dalam usaha restoran khas sunda di daerah Pandeglang yang tinggi akan berdampak pada omzet penjualan yang diperoleh. Untuk itu, dilakukan penilaian faktor-faktor yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan melalui matrik EFE, IFE dan QSPM.

Berdasarkan hasil analisis eksternal dan matrik EFE, peluang utama bagi Restoran Cibaru adalah pertumbuhan jumlah penduduk Pandeglang yang menunjukkan tersedianya pasar potensial dan tenaga kerja. Ancaman utamanya adalah tingginya tingkat persaingan dalam industri restoran. Total skor EFE berada di bawah rata-rata, menunjukkan bahwa Restoran Cibaru belum memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman eksternal dengan baik. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan matrik IFE, kekuatan utama bagi Restoran Cibaru adalah lokasi berada dalam kawasan obyek wisata. Kelemahan utama bagi restoran Cibaru adalah tidak melakukan riset pasar. Total skor dari analisis IFE berada di bawah rata-rata, menggambarkan Restoran Cibaru


(39)

lemah secara internal. Analisis matrik IE menempatkan Restoran Cibaru berada dalam kudran V, kondisi ini menunjukkan bahwa Restoran Cibaru berada dalam posisi Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) dimana strategi yang sesuai untuk perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan berdasarkan analisis QSPM, prioritas strategi Restoran Cibaru saat ini yaitu menjalin kerjasama dengan biro perjalanan dengan STAS (Sum Total Attractiveness Score) tertinggi.

Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. “Jalilo Snack” merupakan salah satu UKM yang mendapatkan dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor. Namun, dalam menjalankan usahanya mendapatkan kendala, baik kendala internal maupun eksternal. Dalam penelitian ini, Anugerah menganalisis masalah yang ada dengan menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE dan QSPM.

Hasil analisis terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan "Jalilo Snack" adalah keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Hasil analisis lingkungan eksternal maka didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor dan adanya program Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Garda Emas), sedangkan ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan BBM. Matrik IFE menunjukan posisi perusahaan sedang mengatasi kelemahan dan memanfaatkan kekuatan yang ada, sedangkan matrik EFE menunjukan posisi perusahaan yang sedang mengatasi ancaman untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan "Jalilo Snack" pada kuadran IV. Pada posisi tersebut, strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh dan bina (growth and built) atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar; (2) memanfaatkan dukungan Pemda Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja


(40)

untuk pembiayaan operasional ; (3) memperkuat jaringan yang sudah ada untuk pengembangan pasar ; (4) melakukan perencanaan produksi dan efesiensi biaya ; (5) melakukan inovasi pada rasa dan bentuk ; (6) memperbaiki sistem manajemen perusahaan.

Fitriani (2004), Strategi Pengembangan Usaha Kecil Minuman Barokah Tirto Unggul (BTU), Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Metode analisis yang digunakan adalah matriks EFE, matriks IFE, matriks IE dan matriks QSP. Pembobotan dilakukan dengan menggunkan metode Paired Comparison. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks EFE bahwa kemampuan perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman tergolong baik. Sedangkan hasil pengolahan matriks IFE, diperoleh gambaran bahwa posisi internal perusahaan berada diatas nilai rata-rata.

Hasil perolehan matriks EFE dan IFE, menempatkan perusahaan BTU pada sel V. Posisi ini menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi internal rata-rata dan respon perusahaan terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapi sedang. Strategi yang diambil adalah hold and maintain (strategi stabilitas), maka strategi yang disarankan untuk perusahaan minuman BTU adalah penetrasi dan pengembangan produk. Dari matrik QSP diperoleh strategi penetrasi pasar mempunyai jumlah total nilai daya tarik yang lebih besar dari strategi pengembangan produk. Maka strategi yang tepat dilaksanakan oleh perusahaan minuman BTU adalah penetrasi pasar. Strategi terpilih kemudian dievaluasi dengan tiga karakteristik, yaitu : (1) aspek kesesuaian ; (2) aspek kelayakan ; (3) aspek tingkat penerimaan.

Amelia (2008) menganalisis Perilaku Konsumen Cookies Cokelat "Waroeng Cokelat" di Kota Bogor, menjelaskan bahwa "Waroeng Cokelat" merupakan UKM unggulan Disperindagkop Kota Bogor dengan salah satu produksinya yaitu cookies cokelat. Sifat usaha cookies yang musiman (ramai dikonsumsi pada hari raya) membuat banyak bermunculan penjual-penjual cookies yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pengusahacookies. Persaingan terjadi bukan hanya yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makanan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk


(41)

berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul Fitri maka dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah membeli dan merasakan cookies cokelat "Waroeng Cokelat" yang berjumlah 30 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif, analisis Multiatribut Fishben, Customer Statisfaction Index (CSI) dan Importance-Performance Analysis (IPA).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen cookies cokelat "Waroeng Cokelat" memiliki karakteristik umum yaitu berjenis kelamin perempuan dengan kedudukan sebagai istri dalam keluarga, berusia 21-30 tahun dengan pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, memiliki anggota keluarga berjumlah tiga hingga empat orang dan berpenghasilan rumah tangga menengah Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000. Analisis sikap fishben menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap cookies cokelat "Waroeng Cokelat" adalah netral. Sikap positif konsumen menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat "Waroeng Cokelat" adalah bentuk cookies yang unik, cita rasa yang enak dan rasa cokelat yang terasa. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia dan kemasan.

Menurut Amelia, bauran pemasaran yang dapat dilakukan "Waroeng Cokelat", untuk produk yaitu memperbaiki kinerja jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis cookies yang tersedia dan kemasan, serta mempertahankan atribut cita rasa cookies, rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan. Untuk harga, pemilik melakukan komunikasi dengan tenaga penjual untuk penentuan harga, agar harga yang ditetapkan tenaga kerja penjual tidak dirasa mahal oleh konsumen dan memberikan alternatif ukuran kemasan yang lebih kecil. Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai jaminan keamanan pangan dan cita rasa cookies dengan alat promosi berupa pengujian gratis dan promosi dilakukan melalui 'mulut ke mulut'. Saluran distribusi dengan menggunakan tenaga penjual


(42)

sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat mendekatkan produk kepada konsumen, mengingat target pasarnya adalah seorang wanita karir.

Penelitian mengenai cokelat dilakukan oleh Indriani (2005) yang berjudul Analisis Keputusan Pembelian Produk Cokelat di Kotamadya Bogor menjelaskan bahwa berdasarkan analisis pada proses keputusan pembelian produk cokelat terdapat persamaan dan perbedaan menyangkut aspek-aspek yang dipentingkan dalam setiap tahapan proses pengambilan keputusan pembelian produk cokelat antara kalangan remaja dan dewasa. Secara umum, produk cokelat yang dikonsumsi oleh remaja dan dewasa termasuk ke dalam barang convenience. Produk cokelat ini lebih khususnya termasuk ke dalam barang dadakan (impulse). Berdasarkan penggolongan barang menurut psikologisnya, produk cokelat pada kalangan remaja termasuk barang fungsional dan hedonis. Pada orang dewasa, produk cokelat termasuk barang hedonis. Produk cokelat adalah produk remaja karena pengeluarannya lebih besar daripada dewasa. Selain itu, remaja lebih sering membeli produk cokelat dibandingkan orang dewasa. Karakteristik konsumen produk cokelat pada umumnya adalah impulse buyer.

2.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan ketiga tinjauan penelitian terdahulu di atas, khususnya penelitian mengenai strategi, ketiga penelitian tersebut menggunakan alat analisis yang sama dengan penelitian ini. Meskipun penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sudah banyak dilakukan, namun penelitian yang dilakukan ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian di "Waroeng Cokelat" sebelumnya telah diteliti oleh Amalia (2008), namun memiliki perbedaan dari topik yang dibahas maupun alat analisis yang digunakan, sehingga diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat yang berbeda. Sedangkan penelitian dengan tema cokelat yang dilakukan oleh Indriani (2005), memiliki perbedaan dari segi analisis maupun lokasi penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal pada usaha kecil “Waroeng Cokelat” dalam menghadapi berbagai kendala ketika menjalankan usahanya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE dan IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM.


(43)

Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang menjadi Literatur

No Nama Tahun Judul Alat Analisis

1. Latifa Annisa 2008 Analisis Strategi

Pengembangan Usaha

Restoran Cibaru, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten

Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, SWOT dan QSPM

2. Bina Anugrah 2007 Strategi Pengembangan

Usaha Kecil Kue Kering "Jalilo Snack" (Kasus Usaha Kecil di Desa Sindangsari, Kecamatan Bogor Timur)

Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, SWOT dan QSPM

3. Eri Fitriani 2004 Strategi Pengembangan

Usaha Kecil Minuman

Barokah Tirto Unggul (Desa Ngampel, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur)

Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, SWOT dan QSPM

4. Rizki Amelia 2008 Perilaku Konsumen Cookies

Cokelat "Waroeng Cokelat" di Kota Bogor

Analisis deskriptif, analisis Muliatribut

Fishben, Customer Statisfication Index (CSI) dan Importance

-Performance Analysis

(IPA)

5. Endang Astri

Indriani

2005 Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk Cokelat di Kotamadya Bogor

Analisis deskriptif, analisis Muliatribut

Fishben, Customer Statisfication Index (CSI) dan Importance

-Performance Analysis


(44)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Strategi

Strategi berasal dari kata Yunani strategos, yang berarti jendral, secara harafiah berarti "seni para jendral". Kata ini mengacu pada apa yang merupakan perhatian utama manajemen puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai (Steiner dan Miner, 1997). Menurut Umar (2003), suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perfektif yang berbeda, yaitu (1) perfektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do) dan (2) perfektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (aventually does). Berdasarkan perfektif pertama, strategi didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi serta mengimplementasikan misinya. Sedangkan perfektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu (Stoner, Freeman dan Gilbert, Jr dalam Tjiptono, 2001).

Menurut David (2004) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang. Strategi bisnis dapat termasuk perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi dan usaha patungan. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.


(45)

3.1.2 Definisi Manajemen Strategi

Manajemen strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan (Jauch dan Glueck, 1996).

Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan keragaan perusahaan dalam jangka panjang. Proses manajemen strategi adalah menentukan cara dan jalan mana yang dapat diambil para perencana strategi dalam menentukan sasaran-sasaran, kebijakan dan kegiatan pengambilan keputusan perusahaan (Hunger dan Wheelen, 2003).

David (2004) menyatakan, manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Manajemen strategi memadukan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Manajemen strategis merupakan metode untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulan kompetitif dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan sangat baik oleh sebuah perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Ketika sebuah perusahaan dapat melakukan sesuatu dan perusahaan lainnya tidak dapat atau memiliki sesuatu yang diinginkan pesaingnya, hal tersebut menggambarkan keunggulan kompetitif. Memiliki dan menjaga keunggulan kompetitif sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang dari suatu organisasi. Mengejar keunggulan kompetitif akan mengarah kepada kesuksesan atau kegagalan organisasi.


(46)

Umumnya, sebuah perusahaan mampu untuk mempertahankan keunggulan kompetitif hanya untuk periode tertentu karena ditiru pesaing dan melemahnya keunggulan tersebut. Sebuah perusahaan tidaklah cukup untuk memiliki keunggulan kompetitif. Perusahaan harus berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) yaitu : (1) secara terus menerus beradaptasi dengan tren dan kejadian eksternal serta kemampuan, kompetensi dan sumber daya internal; dan dengan (2) secara efektif memformulasikan, mengimplementasi dan mengevaluasi strategi yang mengambil keuntungan dari faktor-faktor tersebut.

3.1.3 Proses Manajemen Strategis

Proses manajemen strategi adalah alur dimana penyusun strategi akan menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Menurut David (2004), proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Proses manajemen strategi dapat dipelajari dan diterapkan dengan menggunakan sebuah model, dimana setiap model menggambarkan semacam proses. Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Suatu perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model, dapat memaksa perubahan dalam salah satu atau semua komponen yang lain. Gambar 1 menujukkan model komprehensif suatu proses manajemen strategi.


(47)

Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif Sumber : David (2004)

1 Perumusan Strategi

Perumusan strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Isu perumusan strategi termasuk memutuskan bisnis baru apa yang perlu dimasuki, bisnis apa yang harus dihentikan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, apakah memperluas operasi atau diversifikasi, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk usaha patungan dan bagaimana menghindari pengambilalihan perusahaan pesaing.

2 Implementasi Strategi

Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan obyektif tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawaan dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi yang dirumuskan dapat dijalankan. Implementasi strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Implementasi strategi sering dianggap sebagai tahap paling sulit dalam manajemen strategi, karena itu membutuhkan disiplin pribadi, komitmen dan pengorbanan.

Melakukan Audit Eksternal Mengembang kan Pernyataan Visi Misi Menetapkan Sasaran Jangka Panjang Merumuskan, Mengevaluasi dan Memilih Strategi Implementasi Strategi, Isu-Isu, Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang, SIM Implementa si Strategi Isu-Isu Manajemen Mengukur dan Mengevalu asi Kinerja Melakukan Audit Internal


(48)

3 Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (1) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, (2) mengukur prestasi dan (3) mengambil tindakan korektif.

3.1.4 Formulasi Strategi

Formula strategi adalah menentukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Tahap formulasi strategi terdiri dari (1) pernyataan visi, misi dan tujuan ; (2) analisis lingkungan eksternal ; (3) analisis lingkungan internal ; (4) menetapkan alternatif strategi.

3.1.4.1 Pernyataan Visi, Misi dan Tujuan

Menurut Umar (2003) pernyataan visi yang dimiliki perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah. Visi merupakan cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan. Sedangkan Dirgantoro (2004) menyatakan bahwa visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Sebuah visi berisi pernyataan yang singkat dan jelas mengenai tujuan organisasi dan bagaimana mencapainya pada suatu titik waktu di masa depan, sering dinyatakan dalam kata-kata atau istilah yang bersifat kompetitif. Visi adalah sebuah gambaran mengenai tujuan dan cita-cita di masa depan yang harus dimiliki organisasi sebelum disusun rencana bagaimana mencapainya (Susanto, 2008).

Menurut Hunger dan Wheelen (2003), misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup. Misi dapat ditetapkan secara sempit atau luas. Tipe pernyataan misi sempit menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan dan pasar yang dilayani. Misi sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan


(1)

119

Kemasan yang diinginkan Pelanggan "Waroeng Cokelat"

No

Alasan

Jumlah (Orang)

Presentasi (Persen)

1.

Sederhana

4

13.3

2.

Unik

25

83.3

3.

Modern

0

0

4.

Lainnya

1

3.3

Total

30

100

Letak "Waroeng Cokelat" mudah dijangkau

No

Alasan

Jumlah (Orang)

Presentasi (Persen)

1.

Iya

7

23.3

2.

Tidak

23

76.6

Total

30

100

Ketepatan waktu pemesanan

No

Alasan

Jumlah (Orang)

Presentasi (Persen)

1.

Iya

30

100

2.

Tidak

0

0

Total

30

100

Pelanggan "Waroeng Cokelat" melakukan pembelian ulang

No

Alasan

Jumlah (Orang)

Presentasi (Persen)

1.

Iya

30

100

2.

Tidak

0

0


(2)

Lampiran 4

. Penilaian

Rating

Rata-Rata Strategis Eksternal dan Internal

Rating Responden No Faktor Strategis Eksternal

1 2 3 Rata-Rata

Peluang 60% 20% 20%

1 Peningkatan jumlah penduduk, khususnya Kota Bogor 3 3 3 3,0 2 Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan juga wilayah transit 3 3 3 3,0 3

Dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan

UKM di Kota Bogor 4 4 4 4,0

4 Perkembangan sistem informasi dan teknologi 2 1 2 1,8

5 Kemudahan dalam memperoleh bahan baku 4 3 3 3,6

6 Meningktanya pembangunan swalayan, seperti Giant, Ngesti 1 2 2 1,4 7 Meningktanya kesadaran masyarakat akan manfaat mengonsumsi

cokelat 2 2 2 2,0

Ancaman

1 Kenaikan biaya bahan baku 3 4 3 3,2

2 Perubahan selera konsumen 3 3 2 2,8

3 Adanya pendatang baru 1 3 3 1,8

4 Adanya produk pengganti (substitusi), jenis cookies 1 3 2 1,6 5 Hambatan usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah 2 2 2 2,0

Rating Responden No Faktor Strategis Internal

1 2 3 Rata-Rata

Kekuatan 60% 20% 20%

1 Tenaga kerja yang digunakan berasal dari wilayah sekitar 3 3 3 3,0

2 Produk "Waroeng Cokelat" memiliki sertifikasi halal dan izin Dinkes 4 4 3 3,8 3 Produk yang ditawarkan oleh "Waroeng Cokelat" unik dan

beragam 3 4 3 3,2

4 Hubungan baik dengan pelanggan 3 4 3 3,2

5 Keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan 4 3 3 3,6

Kelemahan

1

Keterampilan yang dimiliki tenaga kerja bagian produksi masih

rendah 2 2 2 2,0

2 Tidak memiliki karyawan tetap 2 3 2 2,2

3 Tenaga kerja penyalur (distributor) terbatas 2 2 2 2,0

4 Promosi belum optimal 1 1 2 1,2

5 Modal terbatas 2 1 2 1,8

6 Lokasi ”Waroeng Cokelat” kurang strategis 2 1 2 1,8

7 Peralatan yang digunakan masih terbatas 2 2 2 2,0

8 Produksi tergantung pesanan 2 2 2 2,0


(3)

121

Lampiran 5.

Kuisioner Matriks QSP

Penentuan Alternalif Strategi dengan Matriks QSP

Tujuan

:

Untuk menetapkan kemenarikan relatif (

relative attrctiveness

) dari

alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT, guna menetapkan strategi

mana yang paling tepat untuk dilaksanakan terlebih dahulu oleh pihak "Waroeng

Cokelat" dimasa yang akan datang.

Alternatif Strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT :

1. Memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan (Strategi S-O).

2. Pengembangan produk (Strategi S-O).

3. Mengoptimalkan promosi (Strategi W-O).

4. Meningkatkan modal usaha (Strategi W-O)

5. Memilih lokasi usaha yang strategis (Strategi W-O).

6. Melakukan produksi secara kontinyu (Strategi W-O).

7. Mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk (Strategi S-T) .

8. Menambah tenaga kerja penyalur/distibutor (Strategi W-T).

Petunjuk Pengisian :

1. Tentukan

Attractive Score

(AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor

eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) untuk masing-masing alternatif strategi bagaimana tersebut diatas

dengan cara memberikan nilai daya tarik. Nilai daya tarik itu adalah

1 = tidak

menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.

2. Nilai daya tarik ditetapkan dengan memeriksa setiap faktor penentu eksternal

dan internal, satu persatu, dengan mengajukan pertanyaan ”Apakah faktor ini

mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat?” Bila jawaban ini ya, maka

Anda dapat memberikan nilai daya tarik pada strategi dalam set tersebut. Bila

jawaban diatas pertanyaan tidak, Anda tidak perlu memberikan nilai daya tarik

pada set tersebut, karena faktor penentu tidak mempunyai pengaruh terhadap

pemilihan alternatif strategi yang telah dibuat.


(4)

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8 Faktor-Faktor Kunci Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang (Opportunities)

A. Peningkatan jumlah

penduduk, khususnya kota Bogor

2,097 3 0,891 3 0,891 3 0,891 3 0,891 3 0,891 2 0,594 2 0,594 3 0,891

B. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan juga

wilayah transit 2,096 3 0,888 2 0,592 4 1,184 3 0,888 3 0,888 3 0,888 3 0,888 2 0,592

C. Dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor.

0,094 3 0,282 3 0,282 4 0,376 2 0,188 2 0,188 2 0,188 3 0,282 2 0,188

D. Perkembangan sistem

informasi dan teknologi. 0,107 4 0,428 2 0,214 4 0,428 3 0,321 2 0,214 4 0,428 4 0,428 3 0,321

E. Kemudahan dalam

memperoleh bahan baku 0,075 3 0,225 3 0,225 4 0,300 3 0,225 3 0,225 4 0,300 3 0,225 4 0,300

F. Meningkatnya

pembangunan swalayan, seperti Giant, Ngesti.

0,065 3 0,195 2 0,130 3 0,195 2 0,130 1 0,065 2 0,130 2 0,130 2 0,130

G. Meningkatnya Kesadaran masyarakat akan manfaat mengkonsumsi coklat

0,060 4 0,240 3 0,180 4 0,240 3 0,180 3 0,180 3 0,180 3 0,180 3 0,180

Ancaman (Threats)

H. Kenaikan biaya bahan baku 0,094 2 0,188 4 0,376 4 0,376 1 0,094 1 0,094 1 0,094 1 0,094 4 0,376

I. Perubahan selera konsumen 0,085 3 0,255 3 0,255 4 0,340 3 0,255 2 0,170 3 0,255 4 0,340 3 0,255

J. Adanya pendatang baru 0,085 4 0,340 3 0,255 4 0,340 2 0,170 2 0,170 3 0,255 4 0,340 2 0,170

K. Adanya produk pengganti

(substitusi) jenis cokies. 0,082 4 0,328 3 0,246 4 0,328 2 0,164 2 0,164 3 0,246 4 0,328 2 0,164

L. Hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan


(5)

123

Kekuatan (Strenths)

A. Tenaga kerja yang

digunakan bersal dari wilayah sekitar.

0,067 3 0,201 2 0,134 4 0,268 3 0,201 1 0,067 3 0,201 2 0,134 3 0,201

B. Produk "Waroeng

Cokelat" memiliki sertifikasi halal dan izin Dinkes.

0,082 4 0,328 3 0,246 4 0,328 4 0,328 3 0,246 3 0,246 3 0,246 3 0,246

C. Produk yang

ditawarkan oleh "Waroeng Cokelat" unik dan beragam.

0,086 4 0,344 3 0,258 4 0,344 4 0,344 3 0,258 4 0,344 4 0,344 4 0,344

D. Hubungan baik dengan

pelanggan 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320

E. Keuletan pemilik dalam

mengelola perusahaan 0,095 4 0,380 4 0,380 4 0,380 4 0,380 3 0,285 4 0,380 4 0,380 4 0,380

Kelemahan (Weaknesses)

F. Keterampilan yang

dimiliki tenaga kerja bagian produksi masih rendah.

0,062 2 0,124 3 0,186 3 0,186 1 0,062 1 0,062 3 0,186 1 0,062 4 0,248

G. Tidak memiliki

karyawan tetap. 0,052 2 0,104 2 0,104 3 0,156 2 0,104 2 0,104 1 0,052 2 0,104 1 0,052

H. Tenaga kerja penyalur

(distributor) terbatas. 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 1 0,062 1 0,062 4 0,248

I. Promosi belum optimal. 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 3 0,264 1 0,088 1 0,088 3 0,264

J. Modal terbatas. 0,067 1 0,067 4 0,268 1 0,067 3 0,201 3 0,201 1 0,067 2 0,134 3 0,201

K. Lokasi "Waroeng

Cokelat" kurang strategis. 0,063 2 0,126 2 0,126 2 0,126 3 0,189 4 0,252 2 0,126 1 0,063 1 0,063

L. Peralatan yang

digunakan masih sederhana. 0,063 1 0,063 3 0,189 2 0,126 3 0,189 1 0,063 3 0,189 2 0,126 2 0,126

M. Produksi tergantung

pesanan. 0,075 4 0,300 3 0,225 4 0,300 3 0,225 3 0,225 3 0,225 4 0,300 3 0,225

N. Pencatatan keuangan

masih manual. 0,061 1 0,061 2 0,122 1 0,061 1 0,061 1 0,061 2 0,122 1 0,061 1 0,061


(6)