Kapasitas Daya Dukung Tiang

36 Gambar 2. 20. Detail Sambungan Ujung Plat PT. Perintis, 2008

2.5 Kapasitas Daya Dukung Tiang

Tanah harus mampu menopang beban dari setiap konstruksi yang direncanakan yang ditempatkan di atas tanah tersebut. Untuk menghitung daya dukung yang diijinkan untuk suatu tiang dapat dihitung berdasarkan data – data penyelidikan tanah soil investigation, cara kalender atau dengan tes pembebanan loading test pada tiang.

2.5.1 Berdasarkan hasil cone penetration test CPT

Uji sondir atau Cone Penetration test CPT pada dasarnya adalah untuk memperoleh tahanan ujung qc dan tahanan selimut tiang c. Untuk tanah non – kohesif, Vesic 1967 menyarankan tahanan ujung tiang per satuan luas fb kurang lebih sama dengan tahanan konus q c Q . Tahanan ujung ultimit tiang dinyatakan dengan persamaan : b = A b x q c dimana : ……………………………………………………………2.3 Q b A = Tahanan ujung ultimit tiang kg b = Luas penampang ujung tiang cm 2 q c = Tahanan konus pada ujung tiang kgcm 2 Mayerhoff juga menyarankan penggunaan persamaan 2. 3 tersebut, yaitu dengan q c rata – rata dihitung dari 8d di atas dasar tiang sampai 4d di bawah dasar tiang. Bila belum ada data hubungan antara tahanan konus dengan tahanan tanah yang meyakinkan, Tomlinson menyarankan penggunaan faktor ω untuk tahanan ujung sebesar 0, 5. 37 Q b = ωxA b x q c Untuk tahanan ujung tiang berdasarkan hasil uji sondir ini, Heijnen 1974, DeRuiter dan Beringen 1979 menyarankan nilai faktor ω seperti pada tabel 2. 2 berikut ini. …………………………………………………..2.4 Tabel 2. 3. Faktor ω Heijnen, DeRuiter dan Beringen Kondisi Tanah Faktor ω Pasir terkonsolidasi normal Pasir banyak mengandung kerikil dasar Kerikil halus 1 0,67 0,5 Vesic menyarankan bahwa tahanan gesek per satuan luas fs pada dinding tiang beton adalah 2 kali tahanan gesek dinding mata sondir q f f , atau : s = 2 x q f Tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah, secara empiris dapat pula diperoleh dari nilai tahanan konus yang diberikan oleh meyerhoff sebagai berikut : kgcm ............................................................................ 2. 5 � � = � � 200 kgcm…………………………………………………………………2.6 Tahanan gesek dirumuskan sebagai berikut : � � = � � x � � kg �� 2 ………………………….……………….…………………..2.7 dimana : Qs = Tahanan gesek ultimit dinding tiang kg As = Luas penampang selimut tiang cm 2 fs = Tahanan gesek dinding tiang kgcm 2 Untuk tanah kohesif, umumnya tahanan konus q c dihubungkan dengan nilai kohesi c u � � x � � = � � kg �� 2 …………………………………….………………..2.8 , yaitu: 38 Nilai Nc berkisar antara 10 sampai 30, tergantung pada sensivitas, kompresibilitas dan adhesi antara tanah dan mata sondir. Dalam hitungan biasanya Nc diambil antara 15 sampai 18, Bagemann, 1965. Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya akan memfokuskan pada penggunaan metode langsung saja karena banyaknya data sondir. Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya Meyerhoff, Tomlinson dan Bagemann. Pada metode langsung ini, kapasitas daya dukung ultimit Qult yaitu beban maksimum yang dapat dipikul pondasi tanpa mengalami keruntuhan, dirumuskan sebagai berikut : Q ult = q c x A p + JHL x K ……………………………………………………2.9 Keterangan : Q ult q = Kapasitas daya dukung maksimalakhir kg c = Tahanan konus pada ujung tiang kgcm 2 A p = Luas penampang ujung tiang cm 2 JHL = Tahanan geser total sepanjang tiang kgm K = Keliling tiang cm Q ijin Q yaitu beban maksimum yang dapat dibebankan terhadap pondasi sehingga persyaratan keamanan terhadap daya dukung dan penurunan dapat terpenuhi. Qijin dirumuskan sebagai berikut: ijin = q c x A p 3 + JHL x K 5 .........................................................................2.10 Keterangan : Q ijin 3 = Faktor keamanan diambil 3, 0 = Kapasitas daya dukung ijin tiang kg 5 = Faktor keamanan diambil 5, 0 39 Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik : T ult = JHL x K ………………………………………………………… 2.11 Daya dukung tiang tarik ijin : Q ijin = � ��� 3 …………………………………………………………... 2.12 Daya dukung tiang Ptiang yaitu kemampuan tiang mendukung beban yang didasarkan pada kekuatan bahan tiang. Daya dukung tiang ini dirumuskan sebagai berikut : P tiang = σ beton x A tiang ………….……………………………………... 2.13

2.5.2 Berdasarkan hasil standard penetration test SPT

Standard Penetration Test SPT adalah sejenis percobaan dinamis dengan memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Dengan percobaan ini akan diperoleh kepadatan relatif relative density , sudut geser tanah φ berdasarkan nilai jumlah pukulan N. Hubungan kepadatan relatif, sudut geser tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel 2. 1. SPT yang dilakukan pada tanah tidak kohesif tapi berbutir halus atau lanau, yang permeabilitasnya rendah, mempengaruhi perlawanan penetrasi yakni memberikan harga SPT yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan yang sama. Hal ini mungkin terjadi bila jumlah tumbukan N 15, maka sebagai koreksi Terzaghi dan Peck 1948 memberikan harga ekivalen N O yang merupakan hasil jumlah tumbukan N yang telah dikoreksi akibat pengaruh permeabilitas yang dinyatakan dengan N O Gibs dan Holtz 1957 juga memberikan harga ekivalen N = 15 + ½ N – 15. O yang merupakan hasil jumlah tumbukan N yang telah terkoreksi akibat pengaruh tekanan berlebih yang terjadi untuk jenis tanah dinyatakan dengan : 40 N dimana σ adalah tegangan efektif berlebih, yang tidak lebih dari 2, 82 kgcm = N 50 1+2 �+10 ……………………………………………………. 2.14 2 Dari pelaksanaan pengujian dengan metode SPT, maka angka N dari suatu lapisan dapat diketahui dan dari angka tersebut dapat ditentukan karakteristik suatu lapisan tanah seperti pada tabel 2. 3 berikut.; . Tabel 2.4. Hal - hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk Penentuan Harga N Klasifikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan Hal yang perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dari hasil-hasil survey sebelumnya Unsur tanah, variasi daya dukung vertikal kedalaman permukaan dan susunannya, adanya lapisan lunak ketebalan lapisan yang mengalami konsolidasi atau penurunan, kondisi drainase dan lain-lain Hal-hal yang perlu diperhatikan langsung Tanah pasir tidak kohesif Berat isi, sudut geser dalam, ketahanan terhadap penurunan dan daya dukung tanah Tanah lempung kohesif Keteguhan, kohesi, daya dukung dan ketahanan terhadap hancur Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya dukung tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat geser tanah. Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang dinyatakan dengan : τ = c + σ tan φ .................................................................................... 2. 15 dimana ; τ = Kekuatan geser tanah kgcm2 c = Kohesi tanah kgcm2 σ = Tegangan normal yang terjadi pada tanah kgcm2 φ = Sudut geser tanah ° Untuk mendapatkan harga sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif pasiran biasanya dapat dipergunakan rumus Dunham 1962 sebagai berikut : 41 1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir bersegi- segi dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser sebesar : Ø = √12� + 15 ………………………………………………... 2.16 Ø = √12� + 50 ………………………………………………... 2.17 2. Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam,maka sudut gesernya adalah : Ø = 0,3N + 27 ……..………………………………………….. 2.18 Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir, secara perkiraan dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.: Tabel 2.5. Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan Sudut Geser Dalam dan Kepadatan Relatif pada Tanah Pasir. Angka penetrasi standard, N Kepadatan relatif Dr Sudut geser dalam Ø 0-5 0-5 26-30 5-10 5-30 28-35 10-30 30-60 35-42 30-50 60-65 38-46 Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar tabel 2. 5. Harga berat isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air. Tabel 2. 6. Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah Tanah tidak kohesif Harga N 10 10-30 30-50 50 Berat isi γ kNm 12-16 3 14-18 16-20 18-23 Tanah kohesif Harga N 4 4-15 16-25 25 Berat isi γ kNm 14-18 3 16-18 16-18 20 42 Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir. Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira - kira setengah berat isi tanah di atas muka air. Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai dari ketentuan berikut ini : 1. Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N 35 2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan q u 3 - 4 kgcm 2 Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi bukan merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir lebih dapat dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N atau harga SPT, N 15 1 1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif : tidak dihitung karena permukaan tanah dianggap sudah terganggu. Q p = 40 x N – SPT av x �� � x A p N- SPT ……………………………….….. 2.19 av Dimana : = �1+�2 2 Meyerhoff ….….…………………………….. 2.20 Q p A = Tahanan Ujung Ultimate kN p = Luas Penampang Tiang Pancang m 2 N 1 N = Harga Rata-Rata dari Dasar ke 10D ke Atas 2 2. Tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif : = Harga Rata-Rata dari Dasar ke 4D ke Bawah Q s Dimana : = 2 x N – SPT x p x Li …………………………,,,,,,,…………. 2.21 L i p = Keliling Tiang m = Panjang Lapisan Tanah m 43 3. Daya dukung pondasi tiang pada tanah kohesif Q p = 9 x c u x A p …………………………………………………. 2.22 Dimana : A p = Luas Penampang Tiang m 2 c u = Kohesi Undrained kNm 2 4. Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif Q s = α x c u Dimana : x p x Li ……………………………………………... 2.23 α = Koeisien Adhesi antara Tanah dan Tiang c u = Kohesi Undrained kNm 2 p = Keliling Tiang m Li = Panjang Lapisan Tanah m

2.5.3 Berdasarkan pembacaan manometer

Kapasitas daya dukung jack pile dapat diketahui berdasarkan bacaan manometer yang tersedia pada alat pancang. Kapasitas daya dukung tiang dapat dihitung dengan rumus : Q = P x A …………………………………………………….... 2.24 Keterangan : Q = Daya dukung tiang pada saat pemancangan Ton P = Bacaan manometer kgcm 2 A = Total luas efektif penampang piston cm 2 Pada setiap mesin mempunyai dua buah piston. Untuk mesin kapasitas 70 Ton : Diameter piston hydraulic jack = 16,5 cm2 Luas penampang piston = ¼ πd 2 44 = ¼ π 16,5 2 = 213,716 cm 2 Total luas efektif penampang piston = 2 x 213,716 = 427,432 cm 2 2.5.4 Berdasarkan simulasi di komputer Dalam tugas akhir ini penulis juga mencoba mengaplikasikan software di computer untuk menghitung kapasitas tiang,yang dimana disini penulis mencoba software All pile ,adapun langkah-langkah pelaksanaanya tersaji dibawah ini : 1. Membuka Program All Pile di computer. 45 2. Masukkan Jenis Tiang yang dipakai,dalam tugas akhir ini Driving Concrete Pile,karna jenis tiang yang dipakai adalah precast dan memakai prinsip hydraulic jacking. 3. Langkah ketiga adalah memasukkan panjang tiang,kemiringan tanah pada lokasi proyek dan kemiringan tiang pada saat dipancang. 46 4. Langkah keempat adalah memasukkan gaya-gaya yang bekerja pada tiang yaitu : momen,normal,gaya vertical. 5. Langkah lima adalah memasukkan profil tanah dan data hasil penyelidikan tanah seperti : data SPT,data sondir. 6. Langkah keenam memasukkan factor keamanan yang kita rencanakan dan load factor yang kita rencanakan 47 7. Langkah ketujuh adalah melihat hasil input data yg sudah kita lakukan sebelumnya baik berupa hasil : analisis vertical,hasil gaya lateral tanah tersebut. 48 Dari hasil software All pile ini kita mendapatkan data terkini mengenai q ult dan besarnya kedalaman tiang pancang berdasarkan perencanaan pembebanan yang kita rencanakan,dan data-data yang dapat memperlancar perencanaan gedung tersebut.

2.5.5 Tiang pancang kelompok pile group

Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang berdiri sendiri Single Pile, akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk kelompok Pile Group seperti dalam Gambar 2.7. Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer footing. Dalam perhitungan poer dianggapdibuat kaku sempurna, sehingga : 1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar. 2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang . 49 Gambar 2.21 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus Bowles, J.E., 1991 3 Tiang Pancang 4 Tiang Pancang 5 Tiang Pancang 6 Tiang Pancang 7Tiang Pancang 8Tiang Pancang 9Tiang Pancang 10Tiang Pancang auntuk kaki tunggal 11 Tiang Pancang Barisan tunggal untuk sebuah dinding Barisan rangkap 2 untuk sebuah dinding Barisan rangkap 3 untuk sebuah dinding bUntuk dinding pondasi 50

2.5.6 Jarak antar tiang dalam kelompok

Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. diisyaratkan : Gambar 2.22 Jarak antar tiang dimana : S = Jarak masing-masing. D = Diameter tiang. Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Bila S 2,5 D a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan. b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu. 2. Bila S 3,0 D Apabila S 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukurandimensi dari poer footing. 51 Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal. Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang. Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh raft fondation di atas tiang-tiang pancang . Gambar 2.23. Pengaruh tiang akibat pemancangan

2.5.7 Kapasitas kelompok dan efisiensi tiang pancang mini pile

Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat, atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah lempung lunak. 52 Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak kebawah oleh akibat beban yang bekerja. Tetapi, jika jarak tiang-tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang-tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model keruntuhannya disebut keruntuhan blok. Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang mini pile maupun tiang bor . Gambar 2.24 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : a Tiang tunggal, b Kelompok tiang Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter SD sekitar kurang dari 2 dua. Whiteker 1957 memperlihatkan bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9. 53 Gambar 2.25 Daerah friksi pada kelompok tiang dari tampak samping Gambar 2.26 Daerah friksi pada kelompok tiang dari tampak atas

2.5.8 Penurunan Settlement

Dalam kelompok tiang pile group ujung atas tiang-tiang tersebut dihubungkan satu dengan yang lain dengan poer yang kaku sehingga merupakan suatu kesatuan yang kokoh. Dengan poer ini di harapakan bila kelompok tiang pancang tersebut dibebani secara merata akan terjadi settlement penurunan yang merata pula. 54 1. Penurunan kelompok tiang selalu lebih besar dari pada penurunan tiang pancang yang berdiri sendiri single pile terhadap beban yang sama. 2. Dengan beban yang sama penurunan kelompok tiang akan lebih besar bila jumlah tiang bertambah. 3. Dengan memperbesar spacing jarak antara tiang yang satu dengan yang lain dalam kelompok tiang pancang, maka penurunan kelompok tiang pancang tersebut akan berkurang. Pada jarak kurang lebih 6 kali diameter. tiang pancang, maka penurunan dari pada kelompok tiang pancang tersebut akan mendekati penurunan tiang pancang tunggal single pile. Tabel 2.7 Perbandingan hasil perhitungan daya dukung tiang tunggal dan group No Perumusan Daya Dukung satu Tiang Tunggal Daya Dukung satu Tiang dalam Group Konus Kleep P Ton Konus Kleep P Ton 1 Dir.Jend.Bina Marga P.U.T.L 3 5 29.33 3 3 16.51 5 10.61 2 Methode Feld 3 5 29.33 3 5 22.29 3 Uniform Building Code AASHO 3 5 29.33 3 5 19.36 4 Los Angeles Group Action Formula 3 5 29.33 3 5 21.41 55 Dapat disimpulkan, daya dukung satu tiang pancang dalam kelompok selalu lebih kecil dari pada daya dukung satu tiang tunggal single pile. Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Q g = E g .n.Q a dimana : …………………………………………………2.25 Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan. Eg = Efisiensi kelompok tiang. n = Jumlah tiang dalam kelompok. Qa = Beban maksimum tiang tunggal. Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan. Persamaan-persamaan yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang, dengan mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Berikut adalah metode-metode untuk perhitungan efisiensi tiang tersebut adalah: 2.5.8.1 Metode Converse-Labarre Formula AASHO Disini disyaratkan : S ≤ 1,57 . �.�.� �+�−2 ………………………………………………2.26 E g dimana : = 1- θ �� ′ −1�� +�−1.�′ �+�−2 Eg = Efisiensi kelompok tiang. m = Jumlah baris tiang. n = Jumlah tiang dalam satu baris. 56 θ = Arc tg ds, dalam derajat. s = Jarak pusat ke pusat tiang d = Diameter tiang. 2.5.9 Menghitung penyebaran beban aksial pada masing-masing tiang Untuk menghitung penyebaran beban aksial pada masing-masing tiang, pertama kali kita harus mendapatkan nilai dari beban normal,momen arah sumbu x dan momen arah sumbu y. Adapun rumus untuk menghitung besarnya penyebaran beban aksial pada masing- masing tiang adalah sebagai berikut : P n Keterangan : = ΣV n ± M y . X n n y . ΣX 2 ± M x . Y n n x . ΣY 2 ………………………………………2.27 P n ΣV : Gaya normal yang bekerja pada pile cap : Beban aksial yang bekerja pada titik n n: 1,2,3,4 dst n : Jumlah tiang pada pile cap X n Y : Jarak antara titik pusat tiang dengan titik pusat pile cap arah sumbu x n M : Jarak antara titik pusat tiang dengan titik pusat pile cap arah sumbu y x M : Momen yang bekerja pada pile cap arah sumbu x y ΣX 2 : Jumlah kuadrat absis-absis tiang ke pusat berat kelompok tiang : Momen yang bekerja pada pile cap arah sumbu y ΣY 2 : Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang ke pusat berat kelompok tiang N R x n : Banyaknya tiang dalam satu baris arah sumbu x y : Adapun hasil perhitungan pada masing-masing tiang harus lebih kecil dengan daya dukung izin tiang atau dengan kata lain : Banyaknya tiang dalam satu baris arah sumbu y Pn ≤ 35 Ton. 57

2.5.9 Loading test

Test load atau uji beban adalah suatu percobaan pembebanan yang dilakukan terhadap suatu sistem pondasi, biasanya dilakukan pada pondasi tiang pancang dan tiang bor Bore Pile beton. Secara umum tujuannya untuk mengetahui kekuatan sebenarnya dari tiang-tiang pondasi tersebut, sehingga dapat ditentukan kekuatan maximum yang diijinkan dan tiang pondasi tersebut cukup aman untuk menyokong beban bangunan yang ada di atasnya. Tujuan khusus dilakukannya percobaan pembebanan vertikal compressive loading test terhadap pondasi tiang spun pile adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan antara beban dan penurunan pondasi akibat beban rencana. 2. Untuk menguji bahwa pondasi tiang yang dilaksanakan mampu mendukung beban rencana dan membuktikan bahwa dalam pelaksanaan tidak terjadi kegagalan. 3. Untuk menentukan daya dukung ultimate nyata Real Ultimate Bearing Capacity sebagai kontrol dari hasil perhitungan berdasarkan formula statis maupun dinamis. 4. Untuk mengetahui kemampuan elastisitas dari tanah pondasi, mutu beton, dan mutu besi beton. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu pelaksanaan percobaan pembebanan vertikal Compressive Loading Test adalah sebagai berikut : 1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dilakukan percobaan, setelah tiang pondasi tersebut dipancang atau dibuat. Untuk mengetahui hal ini belum ada peraturan yang tegas kapan tiang sudah dapat ditest. 2. Untuk tiang-tiang beton “Cast in Place“ tentu saja percobaan dapat dilakukan setelah beton mengeras 28 hari , disamping itu mungkin juga ada persyaratan lainnnya. 58 3. Untuk tiang-tiang yang dipancang Pre Cast ada beberapa pendapat mengenai kapan tiang dapat ditest. Menurut Tarzaghi, tiang-tiang yang diletakkan di atas lapisan yang permeable misal : pasir, maka percobaan sudah dapat dilakukan 3tiga hari setelah pemancangan. 4. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa panjang tiang menonjol di atas tanah. Pada prinsipnya penonjolan ini harus sependek mungkin untuk menghindari kemungkinan terjadinya tekuk. Untuk Loading Test yang dilakukan di darat, maka sebaiknya tinggi bagian yang menonjol ini tidak boleh lebih dari 1 satu meter. 5. Sedangkan loading test yang dilakukan di tengah sungai, dimana air cukup dalam, maka tiang pondasi dapat saja menonjol beberapa meter di atas sungai muka tanah, tetapi dengan catatan harus ada kontrol terhadap kemungkinan terjadinya tekuk. 6. Untuk Loading Test yang dilakukan dengan menggunakan tiang-tiang Anker, maka posisi tiang-tiang Anker ini harus dikontrol dalam interval waktu tertentu untuk menjaga kemungkinan tercabutnya tiang Anker tersebut, terutama tiang-tiang lekat. 7. Percobaan pembebanan loading test yang menggunakan hydraulic jack, maka jack harus ditempatkan pada tempat yang terlindungi dari sinar matahari. Karena jika jack ini diletakkan pada tempat yang panas, maka oli minyak Jack tersebut akan memuai dan dapat mengakibatkan tidak konstannya penghitungan besar beban yang ada. Terdapat berbagai cara untuk melakukan test kekuatan Pile yang sudah dipancang. Pada umumnya test yang dilakukan meliputi: 1. Test Beban Tekan 2. Test Beban Tarik 3. Test Beban Horizontal 59 Untuk pembangunan “ Torganda ,siantar” kami hanya mengikuti Test beban tekan. Adapun beberapa variasi test tekan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Uji Tekan dengan reaksi tarikan tiang Pada Uji tekan jenis ini, pile yang akan diuji diletakkan dibawah jack yang berfungsi menekan pile kedalam. Mengapa disebut tarikan karena disini terdapat pile-pile angker yang berfungsi untuk menahan agar hydraulic-jack dapat menekan pile yang di uji. Variasi alat yang dapat dipakai bermacam-macam, angker dapat terbuat dari pile tiang pancang atau cable yang penting sanggup memikul beban tarik yang diberikan hydraulic-jack. Berberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk loading test dengan beban tarik, antara lain: Gambar 2.27 Anker berupa kabel 60 Dalam uji tekan tarik ini digunakan 8 pile angker, masing-masing 4 disisi kiri dan 4 disisi kanan. Angker pile ini akan dihubungkan dengan universal beam melalui tulangan baja sebanyak lebih kurang 8-10 buah yang dilas ke penutup kepala tiang angker. Untuk jacking digunakan 2 buah hydraulic-jack dengan kapasitas masing-masing 160 ton, dan diletakkan sejajar dan tegak lurus terhadap universal beam. Dialing pengukur penurunan ada 4 buah masing-masing 2 disebelah depan dan 2 disebelah belakang. Loading test dilakukan pada pembangunan ini sesuai dengan peraturan ASTM D 1143 ’81 American Standard Testing Material. Dilakukan dengan 4 circle pembebanan, mulai dari 25 kekuatan pile, 50 kekuatan pile, 100 kekuatan pile dan 200 kekuatan pile. Disini terlihat bahwa pembebanan maximum yang dilakukan adalah 2x kekuatan daya dukung pile 35 ton x 2. Setiap circle terdapat interval kenaikan beban yang disesuaikan dengan peraturan ASTM. Pencatatan penurunan yang terjadi dilakukan setiap interval waktu kenaikan pembebanan. Angker pile tidak dicabut kembali melainkan akan dianggap sebagai daya dukung tambahan bagi bangunan 2. Uji Tekan dengan reaksi beban langsung Sama halnya dengan pengujian tekan dengan tarikan, pada test ini, beban yang diberikan kepada pile uji tidak berasal dari beban tarik angker pile melainkan beban vertikal langsung Gambar 2.28 Alat loading 61 diberikan di atas pile uji. Beban vertikal dapat berupa blok beton bertulang yang disusun diatas meja perletakkan. Kemudian jack akan diletakkan diantara meja dan pile yang diuji. Masalah pencatatan penurunan dan interval waktu dapat mengikuti peraturan manapun. Beberapa kekurangan dari metode ini adalah: Kesulitan dalam membongkar dan menumpuk blok beton dan luasan daerah yang dibutuhkan cukup luas karena diperlukan meja perletakkan blok beton,

2.6 Faktor Keamanan