akuntan publik. Sedangkan yang membedakan dalam penelitian ini adalah dengan menambahkan variabel independen yaitu opini audit dan profitabilitas serta menggunakan perusahaan manufaktur
periode terbaru yaitu tahun 2012, 2013, serta 2014 sebagai sampel penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, kualitas KAP, leverage, profitabilitas, opini
audit terhadap audit delay.
II. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Signaling Theory
Akerlof sudah lama menyatakan teori sinyal signaling theory, yang menggambarkan adanya kesenjangan antara pengirim dan penerima berita informasi. Isyarat atau signal adalah tindakan yang
diambil oleh manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan daripada pihak investor.
Teori signalling juga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan industri di dalam pengungkapan. Dengan pengungkapan informasi yang lebih luas dapat memberikan sinyal yang lebih banyak kepada
publik mengenai kondisi perusahaan Fiatmoko 2015 .
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling 1976 dalam Febrianty 2011 menyatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain agent untuk memberikan suatu jasa,
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Pada saat pemegang saham menunjuk manajer atau agent sebagai pengelola dan pengambil keputusan bagi
perusahaan, maka pada saat itulah hubungan keagenan muncul.
Laporan Keuangan
Mulyadi 2013 mendefinisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber dana ekonomi aktiva dan atau
kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kartika 2011 menyebutkan bahwa manfaat laporan keuangan bisa digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan. Berikut adalah para pengguna laporan keuangan: 1Investor, 2Pemegang saham, 3 Manajer, 4 Karyawan, 5 Pemerintah, 6 Masyarakat.
Audit delay
Audit delay atau dikenal dengan audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yaitu sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai dengan tanggal
yang tertera pada laporan auditor independen, Halim 2000. Terkait dengan keputusan Bapepam No.KEP-36PM2003 dikemukakan bahwa laporan
keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan. Jika melebihi batas yang telah ditentukan maka diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan, ini yang disebut audit delay.
Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk
membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham Kartika, 2011.
Ukuran Perusahaan
Menurut Sa’adah 2013 Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut keputusan
BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada dasarnya ukuran perusahaan dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan menengah kecil
b. Perusahaan menengah besar
H
1
: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
Kualitas KAP
Kualitas KAP sangatlah menentukan kreadibibilitas laporan keuangan, dimana dalam hal ini kualitas auditor berdampak pada audit delay. Sebagian besar auditor berpengalaman umumnya mempunyai
intuisi yang lebih baik dalam mendeteksi suatu ketidakwajaran Mulyono, 2003:71 dalam Kartika 2011.
Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu : 1
KAP Purwantono, Suherman, Surja berafiliasi dengan Ernst Young 2
KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu 3
KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan Klyneveld Peat Marwick Goerdeler KPMG 4
KAP Tanudiraja Wibisana Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers. H
2
: Kualitas Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit delay.
Leverage
Sundjaja dan Barlian 2001: 151 menyatakan bahwa studi empiris leverage didefinisikan sebagai sebuah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan utang dalam membiayai aktiva
perusahaan. Ketika perusahaan memiliki jumlah proporsi hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitas,
maka auditor akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan karena rumitnya prosedur audit akun hutang serta penemuan bukti-bukti audit yang lebih
kompleks terhadap pihak-pihak kreditur perusahaan. H
3
: Leverage berpengaruh terhadap audit delay.
Profitabilitas
Kasmir 2009: 196, Rasio profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan profitabilitas pada tingkat aset, dan modal saham yang tertentu. Profitabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Dengan semakin besar rasio profitabilitas maka semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan
informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan. Sehingga dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik good news bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki berita baik tidak akan
menunda penyampaian informasi .
H
4
: Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
Opini Audit
Menurut Kusumawardani 2013 Opini auditor adalah pendapat yang diberikan auditor atas laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses audit.
Halim dan Santoso 2004 menyatakan terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan auditor, yaitu:
1 Pendapat wajar tanpa pengecualian Unqualified opinion
2 Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelas
3 Pendapat wajar dengan pengecualian
4 Pendapat tidak wajar adverse opinion
5 Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion atau no opinion.
H
5
: Opini Audit berpengaruh terhadap audit delay.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 1. Kerangka Teoritis
III. METODE