ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY DAN TIMELINEES (Study empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY DAN TIMELINEES (Study empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008)

SKRIPSI

Oleh: BAYU SASURYO F.1307525 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan akan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu ini telah mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Informasi keuangan akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada pemakainya yang erat kaitannya dengan teori keagenan (agency theory). Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. Sebaliknya, manfaat laporan keuangan akan menjadi berkurang apabila laporan tersebut tidak disampaikan dengan tepat waktu. Ketepatan waktu menujukan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan, apabila informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu maka menyebabkan nilai dari informasi tersebut berkurang dalam pengambilan keputusan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan keputusan ketua BAPEPAM No.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).

Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go publik

dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggungjawab yang besar. Adanya tanggungjawab yang besar ini memicu audit untuk bekerja secara lebih professional. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada Bapepam juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Jika terjadi penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal. Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 1996 dan mulai berlaku kembali pada tanggal 17 Januari 1996. Dalam Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal. Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 1996 dan mulai berlaku kembali pada tanggal 17 Januari 1996. Dalam

Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Dyer dan McHugh (1975) dalam (Subekti & Novi, 2004) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.

Ketepatan waktu penyusunan atas pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

Chambers dan Penman (1984) dalam (Subekti & Novi, 2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti hasil penelitian yang telah dilakukan Dyer dan McHugh (1975) dalam (Novita, 2004) yang meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan dengan menggunakan 120 negara di Australia tahun 1965-1971 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan.

Dalam penelitian Ansah (2000), ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, Carslaw dan Kaplan (1991). Ashton (1987), Boyton dan Kell (2002) menyatakan bahwa hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan audit delay. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Naim (1999), Henderson dan Kaplan (2000) dan Knechel dan Payne (2001) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Tingkat profitabilitas banyak digunakan dalam penelitian seperti Dyer dan McHugh (1975), dan Carslaw dan Kaplan (1991). Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa hubungan positif antara tingkat profitabilitas dan Dalam penelitian Ansah (2000), ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, Carslaw dan Kaplan (1991). Ashton (1987), Boyton dan Kell (2002) menyatakan bahwa hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan audit delay. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Naim (1999), Henderson dan Kaplan (2000) dan Knechel dan Payne (2001) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Tingkat profitabilitas banyak digunakan dalam penelitian seperti Dyer dan McHugh (1975), dan Carslaw dan Kaplan (1991). Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa hubungan positif antara tingkat profitabilitas dan

Penelitian serupa di Indonesia telah banyak dilakukan dintaranya oleh Rachmat Saleh (2004) yang meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEJ, yaitu rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item item luar biasa dan struktur kepemilikan. Variabel variabel penelitian ini sama dengan variable variabel yang diteliti oleh Owusu-Ansah (2000). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmat Saleh (2004) menunjukkan bahwa variabel item item luar biasa (EXTRA) yang diukur dengan skala dummy berpengaruh secara signifikan walaupun pengaruhnya negative. Hasil ini tidak konsisten dengan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Owusu-Ansah (2000) yang menemukan bukti empiris bahwa item item luar biasa yang diukur dengan skala dummy tidak signifikan terhadap ketepatan pelaporan keuangan perusahaan. Hasil lainnya menunjukkan rasio gearing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Owusu-Ansah (2000) yaitu menemukan bukti empiris bahwa rasio

pelaporan keuangan perusahaan. Menurut Rachmat Saleh (2004) variabel profitabilitas dengan proksi ROA (return on asset) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil ini sekaligus memperkuat penelitian Dyer dan McHugh (1975) yang menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Owusu-Ansah (2000) yang menggunakan proksi ROE, menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian Rachmat Saleh (2004) juga menemukan bahwa umur perusahaan dan struktur kepemilikan tidak berpengeruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rachmawati tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness ”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) terdapat pada beberapa hal. Perbedaan pertama terletak pada variabel independen yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) menggunakan lima variabel indenpenden. Variabel independennya adalah profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP). Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan enam variabel independen, yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, ukuran KAP, umur Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rachmawati tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness ”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) terdapat pada beberapa hal. Perbedaan pertama terletak pada variabel independen yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) menggunakan lima variabel indenpenden. Variabel independennya adalah profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP). Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan enam variabel independen, yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, ukuran KAP, umur

Perbedaan kedua terletak pada cara menghitung variabel independennya. Jika pada penelitian Rachmawati (2008), profitabilitas dihitung dengan menggunakan return of asset (ROA), maka pada penelitian ini profitabilitas dihitung dengan menggunakan return of equity (ROE). Alasan penulis menggunakan alat ukur ROE, dikarenakan ROE lebih mencerminkan total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Dan variabel yang terakhir ukuran perusahaan dihitung menggunakan total aktiva, maka dalam peneltian ini diukur dengan total penjualan. Karena total penjualan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Dan perbedaan ketiga terletak pada pemilihan sampel. Jika pada penelitian Rachmawati (2008) menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005 maka pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2006-2008.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan auditor (ukuran KAP) terhadap audit delay dan Timelines?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit delay dan Timeliness.

D. Manfaat Penelitian

1. Membantu para auditor dalam mengidentifikasikan faktor faktor yang mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness, sehingga diharapkan lamanya Audit Delay dan Timeliness semakin berkurang.

2. Membantu profesi akuntan publik dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya Audit Delay dan Timeliness.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Laporan Keuangan

Didalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, yang sering disebut masyarakat industri maka komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Perekonomian masyarakat tersebut dicerminkan dalam bentuk organisasi badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar ke seluruh pelosok daerah dan operasinya yang sudah menjangkau secara luas bahkan sampai ke luar negeri.

Para penanam modal tersebut percaya bahwa modal yang ditanam dalam perusahaan perlu diadakan pengawasan atau pengendalian, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan dimana mereka menanamkan modalnya. Pasar modal sangat memerlukan laporan keuangan bagi perusahaan yang melaksanakan emisi atau memasyarakatkan modalnya. Demikian juga pemerintah dalam memungut pajak bagi wajib pajaknya sangat didasarkan pada laporan keuangan mereka agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif. Pihak-pihak lain seperti calon penanam modal, calon pemberi kredit, serikat buruh, lembaga-lembaga keuangan serta industri lainnya sangat memerlukan laporan keuangan.

Laporan keuangan yang disajikan tersebut hendaknya dapat memenuhi keperluan yaitu dapat memberi informasi secara kuantitatif, lengkap dan dapat Laporan keuangan yang disajikan tersebut hendaknya dapat memenuhi keperluan yaitu dapat memberi informasi secara kuantitatif, lengkap dan dapat

Laporan keuangan yang biasanya terdiri dari posisi keuangan atu neraca dan laporan laba rugi harus disajikan secara wajar. Neraca dibuat dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan atau organisasi pada suatu saat tertentu sedangkan laporan laba rugi menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai dalam suatu periode waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada berbagai pihak yang berkepentingan (Yusuf, 2001:21). Oleh Karena itu dibutuhkan suatu bahasa yang sama agar apa yang dimaksudkan dalam suatu laporan dapat dipahami dalam pengertian yang sama oleh pihak-pihak tersebut sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahpahaman (Wijaya, 2003). Menurut Weggandt (1995:6) dalam

(Indriana, 2005) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut “laporan keuangan merupakan sarana utama dimana informasi keuangan

dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan, laporan ini memberikan sejarah kuantitatif perusahaan dalam satuan uang”.

Adapun pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai

Laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada para pihak- pihak yang berkepentingan, sehingga manajemen mendapat informasi yang bermanfaat untuk: (Munawir, 2000:3)

a) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.

b) Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap bagian, proses atau produksi, serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai.

c) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggungjawab.

d) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan guna mencapai hasil yang baik.

Menurut PSAK No. 1 (2002, par 07) “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta Menurut PSAK No. 1 (2002, par 07) “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta

2. Audit

Auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan- pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002 :9)

Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar , dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi yang lazim. (Asmara, 1996:35). Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan auditor (Mulyadi, 2002:20):

a) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report ).

b) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion reportwith explanatory language).

c) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report ).

d) Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report).

e) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer

Kegiatan yang dilakukan oleh IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) antara lain meliputi penetapan Standar-standar auditing untuk profesi (Asmara, 1996:8-9)

1. Standar Auditing yang Diterima Umum Standar Auditing yang paling dikenal adalah Standar-standar auditing yang diterima umum. Di Indonesia, Standar auditing ini tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Standar auditing ini :

a. Menetapkan kualitas kerja dan seluruh tujuan yang akan dicapai dalam suatu audit laporan keuangan.

b. Terdiri dari Standar Umum, standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan.

2. Standar Umum Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar umu terdiri dari 3 standar, (Mulyadi, 2002:

25) yaitu :

a. Latihan tehnis dan kecakapan yang memadai

b. Independesi sikap mental

c. Kecermatan dan keseksamaan dalam menjalankan pekerjaan

3. Standar Pekerjaan Lapangan Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit dilapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 standar, 3. Standar Pekerjaan Lapangan Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit dilapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 standar,

b. Memahami struktur pengendalian intern

c. Memperoleh bukti kompeten yang cukup

4. Standar Pelaporan Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengkomunikasian hasil-hasil audit. Standar pelaporan ini terdiri dari 4 standar, yaitu:

a. Laporan keuangan disajikan sesuai Standar Akuntansi Keuangan.

b. Konsisten penerapan Standar Akuntansi Keungan.

c. Pengungkpan yang memadai.

d. Pernyataan pendapat.

3. Audit Delay

Seperti yang dikutip dari Guy, Alderman dan Winters (2002) menurut American Accounting Assosiation Committe dalam (Basic Accounting Concept) telah mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian- kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomukasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (Asmara, 1996:5).

Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah

menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu apabila digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat. Anggaran tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadual staf, memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi anggaran waktu apabila tidak digunakan tepat dapat merugikan, anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan.

Menurut Ashton, Willingham dan Elliot (1987) dalam (Novita, 2004) dikatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang berakibat adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Audit delay merupakan lamanya waktu dari tanggal tutup tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor dengan menghitung rata rata jumlah audit delay pada selurah perusahaan. Jika nilainya dibawah rata rata tidak terjadi audit delay dan jika di atas rata rata terjadi audit delay (Ettredge, Li Chan dan Sun Lili, 2005).

4. Timeliness

Salah satu pengukuran transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepat waktuan. Rentang waktu antara akhir tahun perusahaan dengan Salah satu pengukuran transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepat waktuan. Rentang waktu antara akhir tahun perusahaan dengan

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rentang waktu antara akhir tahun buku dan pengumuman laporan audit dan pelaporan laporan keuangan. Ashton, Graul, dan Newton (1989) dalam McGee (2006) menyatakan bahwa ukuran KAP, klasifikasi industry, item item luar biasa, dan net income adalah beberapa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ketepat waktuan penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM/2003 bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness

1. Profitabilitas

Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay dan timeliness . Menurut Givoly & Palmon (1982) bahwa ketepatan waktu dan Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay dan timeliness . Menurut Givoly & Palmon (1982) bahwa ketepatan waktu dan

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses pengauditan.

Laba Bersih  Deviden Saham Pr efern Return Of Equity (ROE) =

Rata  Rata Modal Saham Biasa

2. Solvabilitas

Analisa solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan menutupi seluruh kewajiban-kewajibannya. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba. Menurut Carslaw & Kaplan (1991) proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar

kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen (mismanagement) dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang pada akhirnya memerlukan kecermatan yang lebih dalam pengauditan.

Total Kewajiban Total Debt to Total Assets (TDTA) =

Total Aktiva

3. Likuiditas

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi indikator terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat (Brigham & Houston, 2006).

Penelitian Suharli dan Rachpiliani (2006) memberikan bukti empiris Penelitian Suharli dan Rachpiliani (2006) memberikan bukti empiris

Aktiva Lancar

Current Ratio (CR) =

Kewajiban Lancar

4. Size Perusahaan

Terkait dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan, ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan kepada publik.

Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebab-kan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asoisasi perdagangan dan agen regulator. Di samping itu ukuran Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (Audit Delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebab-kan oleh karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asoisasi perdagangan dan agen regulator. Di samping itu ukuran

5. Umur perusahaan

Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup (Saleh, 2004). Owusu dan Ansah (2000) menyatakan, ketika sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang memiliki umur lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman belajar.

6. Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang- undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Menurut Arens dan Loebbeck mengkategorikan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi empat kategori: (a) KantorAkuntan Publik Internasional “Big Four”, (b) Kantor Akuntan

6. Kerangka Teoritis

Di bawah ini merupakan kerangka teoritis yang memperlihatkan model penelitian yang akan dilakukan.

Variable independent Variabel dependent

1. Profitabilitas

2. Solvabilitas 1.Audit Delay

3. Likuiditas 2.Timeliness

4. Size Perusahaan

5. Umur Perusahaan

6. Kantor akuntan Publik

7. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

a) Penelitian Courtis (1976) menunjukkan bahwa variabel yang paling signifikan pengaruhnya terhadap audit delay adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan tambang dan eksplorasi lebih lambat pelaporannya daripada kelompok industri tertentu. Sedangkan ukuran perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, jumlah pemegang saham dan jumlah halamam pelaporan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay untuk perusahaan-perusahaan publik di New Zelland adalah 83 hari.

b) Givoly and Palmon (1982) dalam (Rachmawati, 2008) melakukan penelitian terhadap lima aspek yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan yang meliputi trend keterlambatan laporan keuangan,

dengan pelaporan dengan isi laporan, hubungan antara keterlambatan dengan atribut perusahaan dan hubungan antara keterlambatan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata keterlmbatan yang terjadi antara 41 hari hingga 63 hari. Tepat waktu dikaitkan dengan isi laporan adalah kelambatan penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) dan berita buruk (bad news). Berita baik dan buruk erat kaitannya dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang tingkat labanyan tinggi akan menerbitkan laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah.

c) Rachmat Saleh (2004), Made Gede dan Wirakusuma (2004), dan Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002). Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, dan pelaporan item – item luar biasa dan atau kontinjensi. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat faktor spesifik perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, sedangkan beberapa faktor lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu. Tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, terdapat faktor yang memiliki jenis hubungan yang bertentangan dengan logika teorinya,misalnya hasil penelitian oleh Rachmat Saleh (2004). Bahkan ada kontroversi mengenai jenis hubungan suatu faktor antara hasil peneliti yang satu dengan yang lainnya, misalnya hasil penelitian Rachmat Saleh

dilakukan untuk menguji kembali beberapa faktor – faktor dalam penelitian terdahulu yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan, untuk melihat pengaruh dan jenis hubungannya, sekaligus meneliti apakah ada pengaruh dari faktor lain yang belum diteliti oleh peneliti terdahulu, yaitu likuiditas, terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan, dan pelaporan item – item luar biasa dan/atau kontinjensi terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan perusahan.

8. Hipotesis

1. Pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Audit Delay.

Ashton & Elliot (1987) meneliti hubungan antara Audit Delay dengan beberapa variable independen yang terdiri dari total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan

dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, besarnya laba rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit adalah 62.5 hari dengan variabel-variabel signifikan berpengaruh memperpanjang Audit Delay adalah jenis opini qualified, jenis perusahaan industri dibandingkan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan tahun buku selain Desember, SPI & EDP yang lemah, dan perjanjian pemerikasaan relatif lebih banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Owusu-Ansah (2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan dengan menggunakan teknik regresi two stage least square (2SLS) untuk mengetahui bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan dapat menjelaskan ketepatwaktuan pelaporan Na’im

(1998) menemukan bahwa ketepatwaktuan penyetoran laporan keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditunjukkan sebagai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Dengan mengelompokkan sampel ke dalam kategori taat dan tidak taat, hasilnya menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan. Sementara ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepat waktuan pelaporan laporan keuangan tahunan. Halim (2000) melakukan penelitian tentang Audit Delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun

bulan penutupan buku tahun, lamanya menjadi klien KAP, rugi atau laba operasi, tingkat profitabilitas dan jenis opini. Dari hasil penelitian diperoleh Audit Delay cenderung panjang apabila perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi klien KAP tertentu dan melaporkan kerugian, sedangkan hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap Audit Delay adalah tahun buku dan pelaporan kerugian. Wirakusuma (2004) melakukan penelitian yang bertujuan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik (studi empiris mengenai keberadaan divisi internal audit pada perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Adapun hal yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, jenis industri, imternal audit, reputasi auditor, opini auditor dan jumlah waktu pelaksanaan audit. Hasil yang diperoleh adalah faktor- faktor (1) ukuran perusahaan profitabilitas internal, auditor dan opini auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan. Sedangkan jenis industri dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit lap keuangan tahunan. Dari uraian diatas maka hipotesa yang diajukan adalah: Ha1 : Terdapat pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Audit Delay

2. Pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap Timelines.

Penelitian empiris yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ketepatwaktuan laporan keuangan dilakukan oleh Dyer & Mc Hugh (1975) yang meneliti faktorfaktor spesifik perusahaan, yaitu ukuran perusahaan, tanggal akhir tahun tutup buku dan tingkat profitabilitas. Temuan mereka menghasilkan adanya hubungan yang signifikan dari ukuran perusahaan dan tanggal akhir tahun tutup buku dengan ketepatwaktuan laporan keuangan, sementara tingkat profitabilitas tidak berhubungan signifikan dengan ketepatwaktuan laporan keuangan. Menurut Courtis (1976) dan Giling (1977), bahwa mereka tidak menemukan hubungan hubungan yang konsisten antara faktor-faktor spesifik perusahaan dengan perilaku ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan. Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu-Ansah (2000) menemukan bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan keuangan dari perusahaan. Sementara itu Givoly & Palmon (1982) menggunakan ukuran perusahaan dan kompleksitas operasi untuk dapat menjelaskan ketepatwaktuan (Timeliness), menemukan bahwa penundaan pelaporan erat kaitannya dengan pola industri dan tradisi kabar buruk (bad news) cenderung ukuran perusahaan menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatwaktuan

(1982) juga menguji pengaruh karakteristik perusahaan dengan ketepatwaktuan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan keterlambatan pelaporan dan kompleksitas audit secara langsung berhubungan dengan keterlamabatan pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Chambers & Pennman (1984) di Amerika menemukan bukti empiris bahwa ada hubungan terbalik antara besarnya perusahaan dan keterlambatan pelaporan. Dari uraian diatas maka hipotesa yang diajukan adalah: Ha2: Terdapat pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap timeliness

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2006-2008. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metoda purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisis. Adapun kriteria-kriteria yang dipilih dalam penentuan sampel adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut untuk periode 2006-2008

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk 2006-2008

3. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara aktif di BEI

B. Pengukuran Variabel

Sekaran (2006) menyatakan bahwa variabel merupakan sesuatu yang membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai ini dapat berbeda dalam waktu yang lain untuk objek atau orang yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama untuk orang atau objek yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel independen dan dependen. Adapun definisi dan pengukuran masing- masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay dan ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan. Audit delay, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen dengan menggunakan rata rata jumlah total seluruh perusahaan. Jika nilainya dibawah rata rata tidak terjadi audit delay dan jika di atas rata rata terjadi audit delay. Sedangkan Timeliness , diukur dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya).

2. Variabel Independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

b. Solvabilitas (Solvability) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutangnya (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang) dari harta perusahaan tersebut (Soemardjo, 1977 : 7). Solvabilitas diproksikan dengan Total Debt To Total Assets (TDTA).

c. Likuiditas. Variabel ini diproksikan dengan Current Ratio (CR) yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.

d. Ukuran Perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total nilai aktiva, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan proksi total penjualan.

e. Umur Perusahaan. Umur perusahaan seharusnya diukur berdasarkan tanggal berdirinya perusahaan tersebut. Namun dalam penelitian ini, umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal terdaftarnya perusahaan pertama kali di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000). Variabel ini diukur sejak perusahaan melakukan first issue ke Bursa Efek Indonesia.

f. Ukuran KAP. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy . Kategori KAP yang bermitra KAP Big Four diberi nilai dummy 1 dan kategori KAP yang tidak bermitra KAP Big Four diberi nilai dummy 0.

C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah disusun di dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2008, annual report dan data tanggal penyampaian laporan keuangan ke BAPEPAM periode 2006 sampai dengan 2008.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian dilakukan pengujian model, dan terakhir pengujian hipotesis. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu model data diuji dengan menilai kelayakan model regresi, menilai keseluruhan model (overall model fit), dan menguji koefisien regresi.

D. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan

Model logistic regression yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut ini:

a. Pengujian variabel audit delay

D AUD = β0 + β1 (ROE) + β2 (TDTA) + β3 (CR) + β4 (SALE) + β5(AGE) + β6 (KAP) + e

Keterangan: DAUD

= Lamanya penyelesaian audit (audit delay) ROE

= Return on Equity (Profitabilitas) TDTA

= Total Debt to Total Assets (Solvabilitas) CR

= Current Ratio (Likuiditas)

SALE = Total penjualan (ukuran perusahaan) AGE

= Umur perusahaan

KAP

= Ukuran KAP

b. Pengujian variabel Timeliness TIME = α0 + α1 (ROE) + α2 (SLV) + α3 (CR) + α4 (SALE) + α5 (AGE) + α6 (KAP) + e

TIME = Ketepatan waktu penyampaian laporan (Timeliness) ROE

= Return on Equity (Profitabilitas) TDTA

= Total Debt to Total Assets (Solvabilitas) CR

= Current Ratio (Likuiditas)

SALE = Total penjualan (ukuran perusahaan) AGE

= Umur perusahaan

KAP

= Ukuran KAP

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logictic regression). Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan dilakukan pengujian Kelayakan model regresi, pengujian keseluruhan model (overall model fit), pengujian Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square), dan Matrik Klasifikasi.

Kemudian dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:

1. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan

H0: Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha: Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).

2. Menilai keseluruhan model (overall model fit) Analisis yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah parameter dalam model, output SPSS akan memberikan dua nilai - 2LogL, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut : Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah parameter dalam model, output SPSS akan memberikan dua nilai - 2LogL, yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut :

b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.

Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error " pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel –variabel independen mampu memperjelaskan variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.

4. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang 4. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang

5. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi ( α).

Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi / α ) maka berarti H 0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan >

dari 0,05 (tingkat signifikansi / α) maka berarti H 0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh faktor profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan size perusahaan dan ukuran KAP terhadap audit delay dan timeliness pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Berdasar pada kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut:

Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel

Jumlah Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2006

Kriteria Sampel

145 Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2007

145 Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2008