Pengelolaan biaya operasional dalam manajemen zakat (study pada Lagzis Peduli Cabang Jakarta)

(1)

i

PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM

MANAJEMEN ZAKAT

(STUDY PADA LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh:

SUMARNI

107046302042

PROGRAM STUDI MU’AMALAT

JURUSAN MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

(

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

SUMARNI

NIM. 1070 4630 2042

Di Bawah Bimbingan :

Dr. H. Fuad Thohari, M. Ag

Dwi Nur’aini I

hsan, SE. MM

NIP. 197003232000031001

PROGRAM STUDI MUAMALAT

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(4)

iv

Nim : 107046302042

Judul Skripsi : PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM

MANAJEMEN ZAKAT PADA LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,30 September 2011 M 02 Dzulqa’dah 1432 H

Penulis


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah SWT, dan didorong oleh keinginan yang luhur, Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN ZAKAT

(STUDY PADA LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA)”. Sebagai suatu syarat

untuk mendapatkan derajat sarjana S-1 pada Program Studi Muamalat Jurusan Manajemen ZISWAF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik sumbangan pemikiran maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua orang tuaku, ayahanda Suhaimi dan ibunda Rosnah yang selama ini telah membesarkan dan melahirkanku. Memberikan do’a serta dorongan baik berupa materil maupun non materil. Pengorbanan yang kalian berikan sangat berharga bagiku dan semoga Allah mengizinkan aku untuk membalas kebaikan kalian. Kemudian tuk keluarga besarku: ayok ut (almarhumah), ayok nut, abang pan, abang bi, dek ria, dek amrul, delvi, algis, fila, yuk pit n bang pian makase ok.


(6)

v

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat penyelesaian tugas akhir.

3. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat dalam mengikuti perkuliahan.

4. Bapak Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag, sebagai Dosen Pembimbing I skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi. 5. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, SE. MM, sebagai Dosen Pembimbing II skripsi yang

sangat memaafkan kesalahan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Bimbingan, arahan serta motivasi ibu menjadi pengalaman berharga bagi penulis, juga bersedia meluangkan waktu, kontribusi pikiran dan perhatian sangat membantu penulis dalam memahami tata cara penulisan skripsi.

6. Bapak Afwan Faizin, MA, sebagai Pembimbing Akademik yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Pemimpin dan Direktur Lagzis Peduli, Bapak Deddy Wahyudi dan Cristiana Tinto Dewi. Segenap para Pengurus Lagzis Peduli Jakarta yang telah memberikan


(7)

vi

izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini khusunya kepada Bapak Johan Eko Prabowo, Ibu Dewi Malihatus Subkhi, Bapak Zainal Abidin dan Ibu Sifa, serta rekan kerja Invol (Indonesia Volunteer) dan KM (Komunitas Mandiri) yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Lagzis Peduli Cabang Jakarta.

8. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai harganya, hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepada perpustakaan FSH dan Umum UIN serta kawan-kawan ku sewaktu di (Ziswaf’07,KKN, Aspi, Kosan dan Pamalayu) semuanya thanks a million.

Semua pihak yang terkait yang tidak disebutkan diatas, penulis hanya mampu berharap semoga bantuan yang telah diberikan dalam bentuk apapun dapat menjadi amal baik yang diterima disisi Allah SWT. Semoga skripsi yang sederhana dan masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang.

Jakarta, 30 September 2011 M

02 Dzulqa’dah 1432 H


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Review Studi Terdahulu ... 7

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian... 11

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Zakat ... 16

B. Kegiatan Perencanaan Operasional Lembaga Amil Zakat ... 31


(9)

viii

BAB III GAMBARAN UMUM LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA

A. Sejarah ... 51

B. Visi dan Misi ... 52

C. Struktur Organisasi ... 53

D. Program-Program Pemberdayaan Dhuafa... 54

E. Mekanisme Biaya Pengelolaan Operasional ... 65

F. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba ... 67

BAB IV PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN ZAKAT PADA LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA A. Manajemen Biaya Pengelolaan Operasional Lagzis Peduli Jakarta ... 71

B. Penerapan Ketentuan Hak Amil Dalam Manajemen Zakat di Lagzis Peduli ... 89

C. Ketentuan Biaya Operasional Pada Lagzis Peduli ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran-Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

ix

Tabel 4.1 Definisi Rasio Keuangan... 72

Tabel 4.2 Rasio Aspek Finansial ... 72

Tabel 4.3 Konversi Nilai Kinerja Keuangan ... 73

Tabel 4.4 Rasio biaya program (program expenses ratio) pada Lagzis Peduli Jakarta ... 75

Tabel 4.5 Total biaya program dari penggunaan dana pada laporan aktivitas ... 76

Tabel 4.6 Total pengeluaran dari penggunaan dana pada laporan aktivitas... 77

Tabel 4.7 Rasio biaya operasional (operational expenses ratio) pada Lagzis Peduli Jakarta ... 80

Tabel 4.8 Rasio penerimaan dana utama dari zakat (primary revenue ratio) pada Lagzis Peduli Jakarta ... 82

Tabel 4.9 Pertumbuhan penerimaan dana Ziswaf pada Lagzis Peduli Jakarta .... 85

Tabel 4.10 Pertumbuhan dana ziswaf pada laporan aktivitas ... 86

Tabel 4.11 Rasio pertumbuhan biaya program ... 88

Tabel 4.12 Ketentuan hak amil pada Lagzis Peduli Jakarta... 91


(11)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rasio biaya program (program expenses ratio) pada Lagzis Peduli

Jakarta ... 76

Grafik 4.2 Total biaya program dari penggunaan dana pada laporan aktivitas ... 76

Grafik 4.3 Total pengeluaran dari penggunaan dana pada laporan aktivitas... 77

Grafik 4.4 Rasio biaya operasional (operational expenses ratio) pada Lagzis Peduli Jakarta ... 80

Grafik 4.5 Rasio penerimaan dana utama dari zakat (primary revenue ratio) pada Lagzis Peduli Jakarta ... 83

Grafik 4.6 Pertumbuhan penerimaan dana Ziswaf pada Lagzis Peduli Jakarta .... 85

Grafik 4.7 Pertumbuhan dana ziswaf pada laporan aktivitas ... 86

Grafik 4.8 Rasio pertumbuhan biaya program ... 88

Grafik 4.9 Ketentuan hak amil pada Lagzis Peduli Jakarta ... 91


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Secara teoritis zakat, disamping ZIS lainnya, sangat potensial untuk dijadikan salah satu penopang perekonomian. Dimana fakta membuktikan bahwa Ekonomi Islam mampu mensejahterakan rakyatnya lebih dari 14 abad pada masa kekhilafahan Islam. Allah telah mewajibkan umatnya untuk membayar zakat yang akan diambil dari orang kaya diantara mereka dan memberikannya kepada orang miskin diantara mereka (QS. Al-Baqarah: 110) kemudian Allah mensyari’atkan wakaf sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada-Nya. Wakaf (wakaf uang) merupakan harta yang tertahan dan kepemilikan bersama dengan mengambil pemanfaatannya saja.

Dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

dan pada Undang-undang RI. Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, bukti kalau

pemerintah masih “melirik” keberadaan ZISWAF dan akan memberikan peluang. Hal yang menggembirakan adalah kesadaran berzakat dikalangan kaum muslimin di Indonesia telah mengalami kemajuan. Ini dapat dilihat dengan munculnya lembaga-lembaga atau badan amil zakat, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Namun perkembangan yang menggembirakan ini belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat kaum muslimin.1

1

Fakhruddin, fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, cet 1 (UIN Malang Press : 2008 ), h. 310.


(13)

2

Dengan dikeluarkan undang-undang tersebut juga memberikan “angin segar” untuk lembaga-lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia untuk lebih concern

dalam pengelolaan dana ZISWAF berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahik dan lebih leluasa dalam mengeluarkan ide-ide baru serta strategi baru dalam meningkatkan kinerja pengelolaan ZISWAF. Hal yang perlu ditata ulang terkait dengan zakat adalah SDM yang handal dan tentu saja pemahaman keagamaannya. Apabila zakat dikelola dengan benar seharusnya dalam kurun waktu tertentu terjadi pergeseran dari mustahik menjadi muzakki. Oleh karenanya, masalah pengelolaan juga menjadi titik krusial lain yang perlu ditata dan dibenahi. Diperlukan perangkat yang modern untuk mengelola zakat agar bisa efektif, baik dari sisi manajemen, akuntansi serta strategi pengumpulan dan pendistribusian. Sebut saja salah satu lembaga pengelola zakat Lagzis Peduli Cabang Jakarta.

Lagzis Peduli adalah lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah, wakaf), serta dana lainya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga. Sebuah lembaga amil zakat yang berdiri tanggal 09 September 1999 merupakan penggagasan dari Alumni Lembaga Zakat Universitas Brawijaya Malang menjadi pionir bagi para mahasiswa dalam solusi pemberdayaan umat.2

Seiring dengan pertumbuhan Lagzis Peduli pada tahun 2008 membuka kantor cabang di Jakarta. Saat ini ternyata banyak program pemberdayaan yang diminati

2”Sejarah Lagzis Peduli”,diak


(14)

masyarakat adalah semisal sekolah mandiri, sehat mandiri, ternak peduli, tani nelayan mandiri, komunitas peduli, masjid peduli dan komunitas mandiri yang menjadi program membangun ekonomi produktif dan pemberdayaan. Sehingga nanti ketika membuat penawaran untuk melakukan aktivitas fundraising, program dan aktifitasnya di sekitar program ini saja karena bisa diterima masyatakat seluruhnya. Secara sosiologis masyarakat Indonesia mudah sekali menderma, lalu akan membantu ketika programnya jelas dan terlihat, benar-benar ada dan dirasakan.

Di samping apa yang dikemukakan diatas, pengorganisian zakat perlu pula diatur sebaik-baiknya agar pelaksanaan zakat dapat dikoordinasikan dan diarahkan. Ini perlu memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat. Peranan pemerintah diperlukan dalam hal ini, disamping keikutsertaan pemimpin-pemimpin agama. Sistem administrasi, penyusunan personalia harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen yang sehat agar pelaksanaan zakat dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.3

Lagzis Peduli melakukan aktifitas fundraising karena pada dasarnya lembaga membutuhkan biaya oprasional. Lalu tanpa dana, lembaga tidak bisa beroperasi. Bagi LAZ, harus mempunyai dana supaya bisa meningkatkan sarana dan kualitas pengembangan program. Lalu juga ketika lembaga banyak dana uangnya dan potensi dana zakat sangat besar, tentu kuantitas para mustahik (benefisiaris).

3

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam; Zakat dan Wakaf, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1988, Cet.1, h. 65.


(15)

4

Tingginya animo dan kepercayaan masyarakat terhadap aneka program yang dilaksanakan Lagzis Peduli baik bersifat generik, seperti program pengumpulan ZISWAF dan Ternak Mandiri ataupun program inovasi yang diwujudkan melalui kerja sama kelembagaan jejaring mandiri Lagzis Peduli termasuk kiprah cabang Lagzis Peduli di Jakarta. Dari seluruh prosedur pada lembaga terlihat bahwa total pengelolaan dana masyarakat yang terhimpun melalui Lagzis Peduli telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan dalam solusi pemberdayaan umat.4

Apalagi untuk sebuah lembaga pengelola zakat seperti Lagzis Peduli cabang Jakarta yang merupakan salah satu lembaga penghimpun dana ZISWAF dan salah

satu lembaga yang memegang “amanah” dari para muzakki untuk diberikan kepada para mustahik. Bagaimana suatu lembaga tersebut untuk selalu eksistensi dan berdedikasi tinggi dihati para muzakki tentu adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan biaya operasional dan manajemen yang baik didalamnya.

Hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk membahas masalah tersebut dengan judul:

PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN ZAKAT

PADA LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, jika dibahas secara keseluruhan didalam penulisan ini tentu akan sangat luas dan banyak faktor yang mempengaruhi

4


(16)

pengelolaan biaya operasional dalam lembaga amil zakat. Agar pembahasan lebih terfokus, maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai berikut :

1. Lembaga amil zakat hanya dibatasi pada Lagzis Peduli yang berkantor di Jl. Mampang Prapatan Raya No.28 Gedung Fuyinto Lt. 4, Jakarta Selatan.

2. Ketentuan pengelolaan biaya operasional dalam manajemen zakat pada lembaga amil zakat tersebut.

3. Efektifitas ketentuan hak amil dan biaya operasional dalam pelaporan keuangan pada lembaga amil zakat tersebut.

Dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan biaya operasional dalam manajemen zakat pada Lagzis Peduli ?

2. Bagaimana penerapan ketentuan hak amil dalam manajemen zakat di Lagzis Peduli ?

3. Bagaimana ketentuan yang diterapkan oleh lembaga sebagai biaya operasional ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menjelaskan bagaimana pengelolaan biaya operasional dalam manajemen zakat pada Lagzis Peduli Cabang Jakarta.


(17)

6

b. Untuk menjelaskan penerapan ketentuan hak amil dalam manajemen zakat pada Lagzis Peduli Cabang Jakarta.

c. Untuk menjelaskan ketentuan yang diterapkan oleh Lagzis Peduli Cabang Jakarta sebagai biaya operasional.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan penulis tentang Pengelolaan Biaya Operasional dalam Manajemen Zakat pada Lembaga Amil Zakat. b. Bagi Lagzis Peduli dapat meningkatkan mutu dan menanamkan

kepercayaan yang lebih baik dihati para masyarakat muzakki dan lebih kreatif lagi dalam mengkemas program penyaluran kepada para masyarakat mustahik.

c. Bagi akademisi, memperkaya konsep dan teori yang menyokong tentang Pengelolaan Biaya Oprasional dalam sebuah langkah awal untuk membangun Lembaga Amil Zakat.

d. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang selama ini belum memahami Pengelolaan Biaya Operasional dalam manajemen Zakat pada Lembaga Amil Zakat, kemudian dapat menyalurkan ZISWAFnya sesuai dengan ketentuan


(18)

D. Review Studi Terdahulu Nama/ Judul Penelitian/

Tahun Isi Penelitian Beda dengan penulis

1) Maliatu Fitriah

Analisa Pelaksanaan Hak Amil Zakat pada Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid (DPU DT) Jakarta

(Kosentrasi Perbankan Syariah, Prodi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 1427 H / 2006 M.)

Objek pada DPU DT Jakarta sebagai LAZ yang modern, membuat kebijakan bagi amil untuk mengambil upah dari dana zakat, dengan syarat tidak melebihi batas maksimal yang telah ditentukan 12,5% / 1/8. Penelitian ini merupakan data kualitatif.

Objek penelitian penulis pada LAZ Lagzis Peduli dengan meneliti manajemen biaya pengelolaan yang ada didalamnya termasuk hak amil, tetapi lebih kepada keseluruhan biaya operasionalnya.

2) Intan Fajar Sari Nim (104053002017) Sistem Pelatihan Amil Zakat pada Kantor Departemen Agama Jakarta Utara

(Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas

Dakwah dan

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M.

Objek pada Kantor Departemen Agama Jakarta Utara sebagai wadah pelatihan amil zakat. Sistem pelatihan memiliki konsep yang jelas dan terarah, unsure-unsur pelatihannya bertujuan meningkatkan kualitas amil dengan cara ceramah, Tanya jawab dan berkoordinasi. Penelitian ini merupakan data kualitatif.

Objek penelitian penulis pada LAZ Lagzis Peduli dengan meneliti manajemen biaya pengelolaan yang ada didalamnya termasuk kriteria amil dilembaga tersebut. Amil disini berfungsi untuk manajemen zakat, tetapi tetap mengarah pada biaya operasionalnya.

3) Marpuji Ali Wakaf dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Profetika

Jurnal Studi Islam Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia vol.8 No. 1, januari 2006

Penelitian ini memilih model pendekatan penglihatan dari hukum positif, ketentuan hukumnya mengikat para pihak yang bersentuhan dengan wakaf di Negara Indonesia. Tiap komunitas muslim menjalankan perwakafan sesuai dengan pemahaman hukum dan mampu memberdayakan ekonomi umat.

Pemberdayaan ekonomi umat masih berpengaruh dengan biaya pengelolaan operasional lembaga sebagai kelompok komunitas muslim untuk manajemen dari sisi operasionalnya, namun skripsi ini tidak terkait dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan wakaf.


(19)

8

E. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah : 1. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat, membahas mengenai

hukum-hukum perzakatan dari segala bidang, secara mendalam dan terperinci. Zakat adalah manifestasi dari keadilan sosial, tidak ada penjelasan secara rinci bagaimana pendayagunaan zakat yang dapat mencapai keadilan sosial tersebut.5

2. Didin Hafidhuddin dalam disertasinya mengenai Zakat Dalam Perekonomian Modern. Dalam disertasinya ini lebih banyak membahas tentang penggalian sumber zakat (jenis harta/ usaha yang wajib dizakatkan), sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan ekonomi umat.6

3. H. mohammad Daud Ali dalam bukunya Sistem Ekonomi Islam: Zakat Dan Wakaf membahas mengenai cara memanfaatkan harta melalui zakat sebagai sarana distribusi pendapatan dan pemerataan rizki dan wakaf sebagai sarana berbuat kebajikan bagi kepentingan masyarakat yang merupakan nilai instrument sistem ekonomi islam.7

4. Igbal Setyarso dalam bukunya Manajemen Zakat berbasis Korporat

memaparkan apa adanya, bagaimana institusi zakat memutar roda organisasinya, merawat kepercayaan dan akhirnya perlahan-lahan memberi

5

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (terjemah) Jakarta: Litera Antar Nusa, 1987.

6

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern.cet III, (Jakarta: Gema Insani, 2004)

7

Muhammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Cet.1. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1988.


(20)

kontibusi konkret bagi sebuah fase penting perubahan sosial di Indonesia contohnya tiga Laz Pulau Sumatra: YAZRI di Palembang, BDI PT Arun di Lhokseumawe dan LAZ Semen Padang.8

5. Sudirman dalam bukunya Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas membahas mengenai sisi modernitas zakat dalam pengelolaan modern melalui apresiasi umat muslim dalam menggunakan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak mendapat porsi yang signifikan dan juga dijabarkan cara menghitungnya.9

6. Muhammad Taufik Ridho dalam bukunya Zakat Profesi dan Perusahaan

membahas mengenai langkah awal untuk memahami apa yang dimaksud dengan zakat profesi dan zakat perusahaan, baik dari sisi pandang umum yang berlaku maupun dari sisi tinjauan syariah atau fikihnya dan cara perhitungannya.10

7. Muhammad Zen dalam bukunya 24 Hours of Temporary Zakat membahas mengenai tanya jawab seputar keseharian zakat dan jawaban khas atas problem zakat di Indonesia.11

8

Iqbal Setyarso. Manajemen Zakat Berbasis Korporat; Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatra (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2008).

9

Sudirman. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (UIN Malang Press, 2007).

10

Muhammad Taufik Ridho. Zakat Profesi dan Perusahaan. cet. I, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2007).

11

Muhammad Zen. 24 Hours of Temporary Zakat : Tanya Jawab Seputar Keseharian Zakat, cet. 1, ( Penerbit IMZ, 2010).


(21)

10

8. Sondang P. Siagian dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia

menjelaskan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional merupakan kunci utama dalam tumbuh kembangnya sebuah organisasi.12 9. Didin Hafidhuddin, dkk. Dalam bukunya The Power Of Zakat: Study

Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara membahas mengenai bahan diskusi dan wacana pengembangan zakat di Asia Tenggara dengan membandingkan ciri khas yang dimiliki tiap-tiap Negara, dari bahasa yang digunakan mengembangkan keragaman kultur dalam cara pengelolaan zakat dan kebangkitan ekonomi islam.13

10.Institut Manajemen Zakat dalam buku yang berjudul Profil 7 BAZ Daerah dan Kabupaten Potensial di Indonesia menjelaskan tentang data perolehan penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat kemudian beragam program penghimpunan dan pendayagunaan yang khas pada setiap lembaga. Menyingkap peta perkembangan zakat di Indonesia, terutama ditingkat provinsi dan kabupaten yang ternyata mampu terus berupaya melaju

menyaingi pusat.14 Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber

kepustakaan, bahwa menurut penulis penelitian dan penulisan karya tulis ini sangat penting karena sesuai dengan kondisi suatu lembaga yang harus berkembang.

12

Sondang P. Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. cet. 15.( Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

13

Didin, Hafidhuddin. dkk. The Power Of Zakat: Studi Perbandigan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara. cet. I (UIN Malang Press, 2008).

14

Institut Manajemen Zakat (IMZ). Profil 7 Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Kabupaten Potensial di Indonesia. cet. I (Jakarta: IMZ, 2009).


(22)

Masalah Biaya Operasional belum secara umum disajikan oleh beberapa badan atau lembaga amil Zakat di Indonesia dalam peningkatan perkembangan badan atau lembaga amil zakat. Dalam penelitian ini tampaknya masih kurang mendapatkan perhatian dari para peneliti, untuk tidak mengatakan belum pernah diteliti sama sekali.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang ada di lapangan akan dianalisis berupa konsep-konsep biaya pengelolaan operasional dalam manajemen zakat yang diterapkan pada Lembaga Amil Zakat Lagzis Peduli Jakarta.

1. Jenis penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bersifat teoritik atau penelitian kepustakaan (library research). Namun demikian, untuk mendukung hasil penelitian, penulis tetap membutuhkan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data dengan wawancara serta bahan pustaka yang dilakukan dengan cara meneliti objek penelitian (Lagzis Peduli Jakarta)

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data: 1) Data Primer


(23)

12

Berupa data subyek yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang berupa data mengenai struktur organisasi, aktivitas operasional yang terjadi serta gambaran umum organisasi.

2) Data Sekunder

Berupa data internal yang diperoleh dari Lagzis Peduli yang diteliti (dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat dan disimpan oleh Lagzis Peduli Jakarta) yaitu berupa laporan keuangan periode 31 Desember 2007 dan 2006, 31 Desember 2009 dan 2008 serta PSAK 45 dan PSAK 109.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada riset pustaka dan lapangan sekaligus yakni proses pengidentifikasian secara sistematis penemuan-penemuan lapangan dan analisa dokumen-dokumen yang membuat informasi berkaitan dengan masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Studi lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data skunder yang diperoleh dari laporan keuangan pada Lagzis Peduli Jakarta dan wawancara yaitu melakukan Tanya jawab dengan karyawan atau pejabat dari Lagzis Peduli jakarta yang berkenaan dengan penelitian ini

b. Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisa data-data dari literatur yang berkenaan dengan biaya pengelolaan operasional dalam manajemen zakat baik berupa


(24)

buku, jurnal, majalah, artikel dan lain-lain. Kemudian dilengkapi dengan dokumen yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan biaya pengelolaan operasional dalam manajemen zakat.

4. Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karakter manajemen zakat sesuai dengan ketentuan syariah dalam biaya pengelolaan operasional. Sedangkan objek penelitiannya adalah Lagzis Peduli Jakarta yang beralamat di Jl. Mampang Prapatan Raya No.28 Gedung Fuyinto Lt. 4, Jakarta Selatan.

5. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang telah terkumpul akan diklasifikasikan sesuai kebutuhan. Kemudian data-data tersebut digunakan sebagai bahan analisis. Data yang berupa bahan dokumen dan bahan pustaka diberi kode untuk memudahkan penulis dalam penyusunan dan merangkai data tersebut agar sistematis. Untuk data yang diperoleh melalui wawancara, hasilnya akan dituangkan dalam bentuk narasi berupa teks yang dapat dipahami. Semua data tersebut akan diolah secara manual.

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mencoba untuk menggambarkan objek-objek serta fakta-fakta yang terdapat di lapangan yang kemudian dari hasil-hasilnya di deskripsikan ke dalam suatu bentuk penjabaran. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan ( deskripsi) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Alasan penulis menggunakan penelitian analisis deskriptif


(25)

14

dengan studi kasus, karena penulis melakukan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta yang ada di instansi saat ini.

Adapun penelitian dilakukan dengan menganalisis data-data yang berbentuk penerapan biaya pengelolaan operasional dalam manajemen zakat serta berusaha mencari jawaban terhadap masalah yang ditemukan. Secara teknis, penulis melakukan penelitian dengan jalan terjun langsung ke dalam lokasi penelitian guna mendapatkan data-data yang diperlukan oleh penulis. Tempat yang dipilih sebagai sample penelitian adalah Lagzis Peduli Jakarta. Sehingga nantinya akan diperoleh data maupun fakta yang relevan dengan topik permasalahan yaitu analisa biaya pengelolaan operasional dalam manajemen zakat yang benar.

7. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”. Sedangkan untuk

menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi dalil dalam skripsi ini, penulis menggunakan Al-Qur’an dan Terjemahnya yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini oleh penulis akan dibagi menjadi lima bab pembahasan, yaitu:


(26)

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Review Studi Terdahulu, Kajian Pustaka, Metode Penelitian menjelaskan Jenis Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Objek Penelitian, Teknik Pengolahan Data, Metode Analisa Data dengan Teknik Penulisan mengunakan Pedoman penulisan Skripsi Fakultas dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 kemudian Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI yang meliputi : Manajemen Zakat, Kegiatan

Perencanaan Operasional Lembaga Amil Zakat dan Manajemen Keuangan Zakat.

BAB III GAMBARAN UMUM LAGZIS PEDULI CABANG JAKARTA yang

meliputi : Sejarah Pendirian, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Program-Program Pemberdayaan Dhuafa, Mekanisme Biaya Pengelolaan Operasional dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.

BAB IV PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN

ZAKAT PADA LAGZIS PEDULI JAKARTA yang meliputi : Manajemen Biaya

Pengelolaan Operasional Lagzis Peduli Jakarta, Ketentuan Hak Amil Lagzis Peduli Jakarta dan Ketentuan Biaya Operasional Lagzis Peduli Jakarta.


(27)

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Zakat

1. Kefardhuan Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Zakat juga merupakan salah satu kewajiban yang ada didalamnya. Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan syawal tahun kedua hijriyah. Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para nabi. Pendapat yang terakhir ini disepakati para ulama karena zakat dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang yang berdosa, sedangkan para nabi terbebas dari hal demikian. Lagi pula, mereka mengemban titipan-titipan Allah, disamping itu tidak memiliki harta dan tidak diwarisi.1

Zakat diwajibkan dalam Al-Qur’an,Sunnah, dan Ijma’ ulama. Dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

















































































(

بوتلا

/

9

:

60

)

Artinya: ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

1

Wahbah Al-Zahayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab,. (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya Offset,1997), cet III, h.24.


(28)

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”(At-Taubah : 60).





















(

اي ا لا

/

51

:

19

)

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta

dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”(Az-Dzariyat: 19).

Muncul dari Rasulullah Saw sejumlah hadist tentang kefardhuan zakat, namun yang akan dipaparkan disini hanya dua hadist saja:2

a. Dari Ibn Umar, Rasulullah bersabda,”Islam dibangun atas pada lima hal:

syahadat “Tiada Tuan selain Allah, dan Muhammad utusan-Nya, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa dibulan Ramadhan”.

b. Dari Ibn Abbas, bahwa Nabi mengutus Muadz ke Yaman, dan

berkata,”Ajaklah mereka kepada syahadat “Tiada Tuhan selain Allah dan

Muhammad utusan-Nya”. Jika mereka mematuhinya, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap hari dan malam. Jika mereka mematuhinya pula, beritahukan kepada mereka sesungguhnya Allah mewajibkan zakat pada harta-harta mereka, yang diambil dari orang kaya dan dibagikan kepada orang-orang fakir.

Dengan demikian, zakat diwajibkan melalui undang-undang langit ketika batasan maksimum dari apa yang dinyatakan oleh sumber pendapatan umum saat ini seperti pajak yang merupakan representasi rakyat. Dalam sistem keuangan Islam,

2

Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi, Keuangan dan Sistem Administrasi diterjemahkan dari kiatab al-Siyasah al-Maliyah li al-Rasul, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 63.


(29)

18

yang menentukan sumber-sumber pendapatan adalah Allah. Khusus tentang pensyariatan zakat, dengan jenis-jenisnya yang cukup banyak (zakat pertanian, zakat peternaka, zakat profesi dan lain-lain), juga mengisyaratkan peduli dan antusiasme Islam terhadap aktifitas ekonomi dan keuangan.3

2. Prinsip Kerja Lembaga Pengelola Zakat

Pemikiran ulama klasik imam abu yusuf uraiannya dalam masalah zakat banyak menyinggung persoalan keadilan secara umum. Disatu sisi Negara harus memungut zakat dari rakyat, namun caranya harus tetap memperhatikan prinsip keadilan sehingga tidak membebani para pembayar zakat.4

a. Prinsip kerja

Setiap lembaga pengelola zakat dalam operasional kegiatannya perlu menerapkan prinsip kerja lembaga yang intinya tercermin dalam tiga kata kunci : Amanah, Profesional dan Transparan.

Amanah adalah memiliki sifat jujur, dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Sebaik apapun sistem ekonomi yang ada, akan hancur juga jika pelakunya tidak memiliki sifat amanah. Terlebih dana yang dikelola pengelola zakat itu adalah dana umat. Dana yang dikelola itu secara esensi adalah dana mustahiq. Dan muzakki setelah memberikan zakatnya kepada

3

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat, Ekonomi & Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publising, 2008) , cet 1, h. 429.

4

Ikhwan Abidin Basri, Menguak Ekonomi Ulama Klasik, ( Aqwam Jembatan Ilmu: 2007) h. 48


(30)

pengelola zakat, tidak ada keinginan sedikitpun untuk mengambil dananya itu lagi. Kondisi ini menuntut dimilikinya sifat amanah dari para amil zakat.

Profesional adalah kemampuan yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang amil dalam mengemban suatu tugas tertentu dan dilaksanakan secara penuh waktu, penuh kreatifitas dan inovatif. Hanya dengan profesionalitas yang tinggi, dana zakat yang dikelola akan menjadi efektif dan efisien, apalagi jika profesionalitas itu diimbangi dengan sifat amanah. Transparan adalah sifat terbuka dalam pengelolaan melalui penyertaan semua unsur dalam pengambilan keputusan dan proses pelaksanaan kegiatan. Dengan transparannya pengelola zakat, maka dapat diciptakan suatu system kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi akan melibatkan juga pihak ektern seperti para muzakki maupun masyarakat secara luas. Dengan transparansi ini akan meminimalkan rasa curiga dan ketidak percayaan masyarakat.5

b. Manajemen sumber daya manusia

Sumber daya manusia merupakan asset yang paling berharga karena sangat menentukan keberhasilan suatu profesi, termasuk pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat yang saat ini mengalami perubahan dari paradigma tradisional menuju paradigma modern sesuai tuntunan perubahan zaman. Paradigma tradisional dengan ciri-ciri antara lain sebagai pekerjaan sampingan, pekerjaan paruh waktu,

5

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, 2007, h. 20.


(31)

20

pengelolanya tidak digaji, kualitas pengelola seadanya dan seterusnya, agaknya sudah harus ditinggalkan dan dirubah menjadi paradigma modern dengan ciri-ciri antara lain sebagai suatu pekerjaan penuh waktu, sebagai suatu profesi, memiliki kualitas tertentu, digaji secara layak dan seterusnya sehingga dapat mencurahkan segajala potensinya untuk melaksanakan zakat secara profesional. Jika kita mengacu ke zaman Rasulullah SAW, orang yang dipilih dan diangkat sebagai amil zakat merupakan orang-orang pilihan dan memiliki kualifikasi tertentu, seperti muslim, amanah dan paham fiqh zakat. Berikut kriteria pengelola zakat :6

1) Pimpinan

a) Bersifat amanah dan jujur

b) Memiliki kemampuan sebagai pemimpin (leadership) c) Mempunyai kemampuan manajerial

d) Memahami fiqh zakat e) Bersifat inovatif dan kreatif

f) Mampu menjalin hubungan dengan berbagai lembaga g) Mampu bekerjasama dalam tim

2) Bagian pengumpulan

a) Bersifat amanah dan jujur

b) Berlatar belakang atau memiliki kecenderungan atau mempunyai pengalaman dibidang marketing

c) Mempunyai communication skill yang baik

6


(32)

d) Mampu bekerjasama dalam tim 3) Bagian keuangan

a) Bersifat amanah dan jujur

b) Berlatar belakang atau mempunyai pengalaman di bidang akuntansi dan manajemen keuangan

c) Harus cermat dan teliti

d) Mampu bekerjasama dalam tim c. Pengadaan sumber daya manusia

Pengadaan didasarkan pada kebutuhan baik yang bersifaat permanen, tetap atau seterusnya, bisa juga yang hanya bersifat musiman , insidentil atau tidak tetap seperti sukarelawan. Dalam rekruitmen bisa juga diambil secara waiting list dari berkasnya yang disimpan dalam file agar diperoleh calon yang betul-betul sesuai dengan kualitas yang diinginkan, maka diberlakukan katagori-katagori :7

1) Memenuhi syarat formil, artinya diambil dari pelamar golongan pengalaman/ pendidikan yang lebih tinggi dari yang diminta.

2) Yang memenuhi syarat formil saja atau dari yang tidak memenuhi syarat formil tetapi telah lama menjadi sukarelawan.

d. Rekruitmen

Rekruitmen adalah suatu proses pengalokasian sumber daya manusia. Agar efektif, rekruitmen sukarelawan oleh organisasi pengelola zakat (OPZ) sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan waktu, energi dan biaya yang tersedia untuk

7

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Panduan Organisasi Pengelola Zakat, 2007, h. 26.


(33)

22

menjalankan proses tersebut. Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah kemampuan OPZ dalam mengelola para sukarelawan yang direkrutnya. Bila OPZ terlalu banyak menerima sukarelawan, maka utilisasi kemampuan sukarelawan akan lebih rendah dari potensinya sehingga berkemungkinan memicu adanya penurunan motivasi. Sementara itu, bila OPZ terlalu banyak menolak sukarelawan, hal ini pun berpotensi untuk menimbulkan kekecewaan bagi calon sukarelawan tersebut. Untuk mengatasi hal ini setidaknya ada 3 metode yang dapat digunakan oleh OPZ dalam melakukan rekruitmen terhadap sukarelawannya dalam berbagai kondisi.8

1) Rekruitmen episodik

Metode rekruitmen semacam ini dapat dilakukan apabila posisi relawan dapat diisi oleh banyak orang untuk mengerjakan sesuatu kegiatan yang berjangka waktu singkat, misalnya sukarelawan untuk evakuasi bencana alam. Rekruitmen untuk sukarelawan dalam konteks ini dapat dilakukan melalui diseminasi sederhana seperti pengumuman pada waktu tertentu, poster, penyebaran brosurdan berita dari mulut ke mulut.

2) Rekruitmen dengan target

Metode rekruitmen ini dilakukan bila posisi sukarelawan hanya dapat diisi oleh orang-orang dengan keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan, misalnya dokter, perawat, psikiater (untuk merawat korban

8

Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia; Menuju Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil Dalam Pengelolaan Zakat Nasional (Jakarta: IMZ, 2009), h. 196-197.


(34)

gempa) serta ahli bela diri (untuk memecahkan bangunan sisa gempa) dan sebagainya. Untuk melakukannya, OPZ dapat menyampaikan informasi ke media-media yang biasa diakses oleh target sukarelawan.

3) Rekruitmen melalui lingkaran konsentrasi

Metode rekruitmen ini dilakukan bila sukarelawan yang sudah berada dalam lingkungan OPZ atau telah memiliki kontak secara langsung maupun tidak langsung kepada OPZ. Metode rekruitmen yang dapat dijalankan lebih mudah, misalnya melalui informasi dari rekan atau kerabat calon sukarelawan yang telah memiliki kedekatan dengan OPZ, sehingga kedekatan yang dilakukan bisa lebih persuasif.

e. Sistem penggajian amil/ pegawai/ karyawan

Faktor dasar yang dipakai sebagai pertimbangan dalam pemberian gaji bagi pegawai/karyawan antara lain:9

1) Salary market, maksudnya penetapan gaji selalu disesuaikan dengan

keadaan pasar, atau dengan kata lain disesuaikan dengan “permintaan” dan “penawaran”.

2) Job value, yaitu nilai daripada pekerjaan atau jabatan. Tiap pekerjaan pada dasarnya dapat diukur dan diberikan nilai. Pengukuran dilakukan dengan metode-metode tertentu bersifat relatif dan subyektif. Poin penilaian

9

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Panduan Organisasi Pengelola Zakat, 2007, h. 46.


(35)

24

ditentukan dengan metode-metode tertentu, besar kecilnya gaji yang diterima berdasarkan besar kecilnya poin.

3) Performance, atau prestasi ialah dasar penggajian yang sampai berapa jauh prestasi seseorang, bila ia dapat prestasi tinggi maka ia akan dapat gaji yang tinggi, begitu sebaliknya. Jadi dasarnya bukan karena pendidikan atau pengalaman seseorang, sarjana atau bukan, tetapi semata-mata karena prestasi. Prinsip semacam ini pada umumnya dipakai pada perusahaan-perusahaan.

4) Kualifikasi ialah mendasarkan pada pendidikan dan pengalaman seseorang, sedangkan job value maupun prestasi tidak menjadi faktor yang utama. Dasar semacam inilah yang dipakai pada organisasi pemerintahan atau departemen-departemen serta perusahaan-perusahaan negara. Seorang pegawai/karyawan dengan pendidikan yang cukup tinggi dan pegalaman kerja yang cukup lama akan mendapat gaji yang tinggi betapapun prestasi yang diperhatikannya sebenarnya kurang memuaskan atau kurang memenuhi standar performance. Dasar semacam ini sebenarnya mengandung kelemahan yang prinsipil terutama jika terdapat pegawai yang relatif masih muda dan potensial, ia akan menilai akan pengalamannya relatif sedikit dengan sendirinya gajinya sedikit, untuk apa ia masih bekerja keras dan penuh dedikasi. Ia juga merasa gajinya akan naik dengan sendirinya bila masa kerjanya telah cukup banyak.


(36)

3. Sistem Alokasi Dana Zakat a. Faktor penentu alokasi dana

Dalam pengalokasian dana yang dilakukan OPZ sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :10

1) Panduan syari’at yang digunakan oleh OPZ

Rujukan syari’at yang digunakan oleh OPZ akan sangat mempengaruhi dalam hal penentuan batas kegiatan dan jumlah penggunaan dana yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.

2) Visi, misi dan tujuan OPZ

Visi, misi dan tujuan OPZ sangat menentukan metode, pola dan bentuk serta konsentrasi pilihan atau fokus program yang akan dilakukan dan seberapa besar dana yang diperoleh OPZ akan digunakan. Visi, misi dan tujuan OPZ juga mengatur program-program yang perlu dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan.

3) Situasi dan kondisi yang terjadi disekitar OPZ

Situasi dan kondisi yang terjadi disekitar OPZ akan menentukan pilihan program dan aktifitas yang dilakukan. Misalnya kejadian bencana yang berdampak luar biasa, bisa mengakibatkan OPZ membuat program baru penanganan bencana dengan pengalokasian dana yang besar, meskipun program tersebut pada awalnya belum direncanakan.

10

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, 2007, h. 92-93.


(37)

26

4) Kemampuan dan posisi kelembagaan OPZ

OPZ yang masih kecil dengan OPZ yang sudah agak besar, tentu berbeda dalam menentukan porsi alokasi dana yang dilakukan. Bagi OPZ yang masih kecil, kendala operasional masih sangat membebani. Sedangkan OPZ yang sudah besar relatif lebih bisa berkonsentrasi pada pengembangan dan peningkatan kualitas program.

5) Program dan prioritas kegiatan yang sedang dan akan dilakukan

Program dan prioritas kegiatan yang sedang dan akan dilakukan oleh OPZ akan mempengaruhi alokasi dana yang dilakukan OPZ, karena konsentrasi program juga umumnya diikuti dengan pengerahan sumber daya termasuk dana yang memadai pada bidang program dan kegiatan yang sedang menjadi prioritas OPZ.

b. Pola pengalokasian dana

Selain menggunakan dasar jenis sumber dana, pengalokasian dana juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pengelompokan atau klasifikasi jenis program pemberdayaan mustahik yang akan dilakukan. Jika pengalokasian dana menggunakan pengelompokan program, maka kita bisa mengelompokannya atas:11

1) Program karitas dan hibah: bantuan hidup langsung, bantuan bencana, bantuan dakwah, termasuk penyediaan fasilitas umum untuk pelayanan kebutuhan pokok mustahik.

11


(38)

2) Program pengembangan SDM : beasiswa, pelatihan kerja dan bantuan pendidikan.

3) Program pengembangan ekonomi : perintisan dan fasilitas usaha baru, pendampingan usaha, pembiayaan usaha dan pengembangan jaringan usaha.

Dari pengelompokan program seperti diatas, maka kita bisa mengalokasikan dana dengan proporsi sebagai berikut : 12

1) Program karitas dan hibah : 25% 2) Program pengembangan SDM : 37,5% 3) Program pengembangan ekonomi : 37,5%

Tentu saja pengalokasian dana diatas adalah pengalokasian dana program, artinya jika yang dialokasikan adalah dana zakat, maka sebelumnya dana zakat itu sudah dikurangi 1/8 untuk operasional amil. Sisa setelah dikurang alokasi amil itulah yang dibagi dengan proporsi jenis program seperti diatas. Pengalokasian dana seperti diatas, juga menggunakan asumsi bahwa OPZ lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan program yang besifat jangka panjang (yaitu pengembangan SDM dan pengembangan ekonomi) dengan memberi alokasi dana yang cukup besar. Akan tetapi apabila OPZ ingin memberi alokasi dana yang besar pada program karitas dan hibah, maka proporsi alokasi dananya juga mengalami perubahan.

12


(39)

28

Pemanfaatan zakat dapat digolongkan dalam empat katagori pendayagunaan yaitu :13

1) Konsumtif tradisional: zakat yang dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.

2) Konsumtif kreatif: zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula misalnya diwujudkan dalam bentuk alat-alat sekolah, beasiswa dan lain-lain.

3) Produktif tradisisonal: zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif. Misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan dan sebagainya.

4) Produktif kreatif: zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun proyek sosial maupun menambah modal pedagang kecil.

c. Pola penghitungan zakat

1) Pada dasarnya muzakki melakukan penghitungan sendiri atas harta dan kewajiban zakatnya sesuai hukum dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, namun apabila muzakki mengalami kesulitan penghitungan zakatnya dapat meminta bantuan kepada Badan/Lembaga Amil Zakat.

13

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1988, cet 1, h. 62-63.


(40)

2) Zakat yang diterima oleh Badan/Lembaga Amil Zakat tidak termasuk sebagai objek pajak Pajak Penghasilan.

3) Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak pribadi pemeluk agama Islam dan Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agaa Islam boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan menggunakan bukti setoran yang sah.

4) Semua bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam dan Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada akhir tahun melalui Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan pada saat dibayarnya zakat tersebut. 14

Contoh: Pak Hasan adalah pegawai dengan penghasilan Rp 3.000.000,- per bulan. Ia mempunyai istri dan dua orang anak. Cara penghitungannya adalah :15

Penghasilan bruto 12 x Rp 3.000.000,- Rp 36.000.000,- Biaya jabatan 5% x Rp 36.000.000,- Rp 1.800.000,- Penghasilan netto sebelum zakat Rp 34.200.000,-

14

Departemen Agama RI, Direktorat pemberdayaan zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, 2007, h. 32.

15


(41)

30

Zakat yang dapat dikurangkan adalah

2,5% x Rp 34.200.000,- Rp 855.000,- Penghasilan netto setelah zakat Rp 33.345.000,- PTKP (K/2) (12.000.000 +

1.200.000 + 2.400.000 ) Rp 15.600.000,- Penghasilan kena pajak Rp 17.745.000,- Pph. Terutang 5% x Rp 17.745.000,-

Rp 887.250,-

Ibadah ini harus dijalankan bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan putaran (haul) dan jumlah (nisab) yang ditentukan. Misalnya 2,5% dari emas, perak dan perdagangan, 5% sampai 10% dari hasil pertanian dan perkebunan.16

Terkait dengan perhitungan diatas, perlu dipahami bahwa ada peraturan baru tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagaimana tertera dalam buku petunjuk pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dikeluarkan oleh Direktorat pajak tahun 2005. Pada angka 10 dijabarkan bahwa besarnya PTKP adalah sebagai berikut :

a) Rp 12.000.000,- untuk wajib pajak

b) Rp 12.000.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin

c) Rp 12.000.000,- tambahan untuk seorang istri (hanya seorang istri) yang diberikan apabila ada penghasilan istri yang digabungkan dengan penghasilan suami

16

Didin Hafidhuddin. dkk. The Power Of Zakat: Studi Perbandigan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, (UIN Malang Press, 2008), cet I, h. 4.


(42)

d) Rp 12.000.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah (misalnya ayah, ibu, atau anak kandung) dan semenda (misalnya mertua atau anak tiri) dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungannya, paling banyak tiga orang untuk setiap keluarga Sifat zakat ini sama dengan teori produksi dalam sistem pajak modern yang menyatakan bahwa biaya pengeluaran untuk pengumpulan zakat harus lebih sedikit persentasenya bila dibandingkan dengan hasil pajak yang dikumpulkan.17

B. Kegiatan Perencanaan Operasional Lembaga Amil Zakat

Setiap organisasi pengelola zakat sebaiknya membuat perencanaan. Perencanaan diwujudkan dengan adanya rencana strategis lembaga yang diturunkan ke dalam misi, visi dan tujuan lembaga serta sasaran jangka panjang, jangka menengah serta jangka pendek.

Sasaran jangka pendek diturunkan setiap tahun dengan membuat rencana anggaran dan kegiatan. Dengan adanya rencana anggaran dan kegiatan tahunan maka OPZ mempunyai target-target yang jelas untuk dicapai dan dalam pelaksanaannya dapat membantu kinerja organisasi.

Prinsip-prinsip operasionalisasi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) antara lain.18 Pertama, Aspek kelembagaan. Sebuah OPZ seharusnya memerhatikan berbagai faktor, yaitu: visi dan misi, kedudukan dan sifat lembaga, legalitas dan

17

M. Arif Mufraini, Akuntansi & Manajemen Zakat : Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Edisi I. cet I, h. 194.

18


(43)

32

struktur organisasi, aliansi strategis. Kedua, Sumber Daya Manusia (SDM). SDM merupakan asset yang paling berharga. Sehingga pemilihan siapa yang akan menjadi amil zakat harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk itu perlu diperhatikan faktor perubahan paradigma bahwa amil adalah sebuah profesi dan kualifikasi SDM-nya.

Ketiga, sistem pengelolaan. OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik, unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah : memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas, manajemen terbuka, memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan, diaudit, publikasi dan terus-menerus.

1. Bidang sasaran program

Agar lebih efektif dan tepat sasaran, maka organisasi perlu menentukan bidang sasaran program yang menjadi fokus organisasi. Bidang sasaran tersebut misalnya adalah bidang pendidikan, ekonomi, dakwah dan kesehatan. Kebijakan bidang sasaran ini perlu dibuat oleh OPZ mengingat selain untuk efektivitas dan ketapatan sasaran juga karena keterbatasan sumber daya organisasi (sumber dana maupun sumber daya manusianya). Dalam menentukan bidang sasaran program, perlu diperhatikan kebutuhan riil penerima dana disekitar OPZ, skala prioritas penerima yang perlu dibantu dan jenis bantuan yang dibutuhkan, kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia, serta positioning organisasi.19

2. Bentuk dan sifat penyaluran

Penyaluran dana ZIS dapat berupa bantuan langsung (sesaat) dan dengan model pemberdayaan. Bantuan langsung adalah penyaluran kepada mustahik yang

19

Departemen Agama RI, Direktorat pemberdayaan zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, 2007, h. 121.


(44)

membutuhkan bantuan tanpa ada target-target tertentu untuk mengubah kondisi ekonomi mustahik, misalnya menjadi lebih mandiri. Target dari model penyaluran ini adalah lebih agar mustahik terlepas dari kesulitan yang menghimpit saat itu atau memang ditujukan untuk terus membantu mustahik yang memang tidak bisa menopang kehidupannya, misalnya orang jompo atau orang gila. Penyaluran seperti ini idealnya dananya bersifat hibah.

Penyaluran model pemberdayaan adalah penyaluran dana ZIS (atau dana lain) kepada mustahik yang membutuhkan dengan target mengubah keadaan penerima zakat menjadi mandiri. Penyaluran jenis ini biasanya membutuhkan kemampuan dan usaha yang lebih, yaitu kemampuan mengemas program, memonitoring, mengevaluasi, memahami kondisi mustahik, dan kemampuan membina dan mendampingi mustahik agar target kemandirian tercapai.

Sifat penyaluran dana dari model pemberdayaan bisa bersifat hibah, dana bergulir ataupun pinjaman. Harap diperhatikan sumber dana yang digunakan, bila sumber dananya adalah dana zakat maka sebaiknya dana yang disalurkan adalah berupa hibah atau paling banter berupa pinjaman qordhul hasan (bergulir). Sebaiknya dana zakat tidak disalurkan berupa pembiayaan atau investasi sehingga ada ikatan shohibul maal dan mudhorib antara amil dan mustahik. Hal ini mengingat masih adanya perbedaan pendapat tentang pendayagunaan dana zakat yang diproduktifkan, meskipun dalam pelaksanaannya adalah tergantung kebijakan syariah yang ditentukan oleh dewan syariah masing-masing OPZ. 20

20


(45)

34

3. Penerima dana

Dalam surat at-taubah ayat 60 disebutkan bahwa golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) adalah terdiri dari 8 (delapan) golongan/asnaf, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, ghorimin, fisabilillah serta ibnu sabil. Baik dalam

Al-Qur’an ataupun Al-Hadist tidak ada ketentuan yang menyebutkan bahwa kedelapan golongan tersebut harus mendapatkan bagian yang sama. Penerima dana non-zakat bersifat lebih fleksibel dibandingkan mustahik zakat, kecuali bila ada persyaratan dari donatur yang disepakati ketika menyerahkan dana. Meskipun demikian, sebaiknya penyalurannya tetap mengacu kepada ke-delapan asnaf tersebut, terlebih dalam konteks Indonesia yang masih sangat banyak penduduk miskinnya.

4. Pengeluaran dana

Kebijakan dan prosedur tentang pengeluaran dana perlu dibuat oleh setiap OPZ karena ketiadaan kebijakan dan prosedur yang mengatur bisa menimbulkan peluang-peluang penyimpangan dana yang tidak diinginkan. Prosedur sebaiknya dibuat agar tidak menyulitkan dan membuat birokrasi yang panjang sehingga menghambat pelaksanaan program. Kebijakan dan prosedur sebaiknya dibuat untuk memudahkan sepanjang memenuhi kaidah-kaidah pengendalian internal yang baik.

Kebijakan tentang pengeluaran dana sebaiknya memuat tentang siapa yang berhak mengajukan pengeluaran dana, siapa yang berhak mengotorisasi serta batasan (plafon) otorisasinya, siapa yang berhak memverifikasi serta siapa yang berhak merealisasikan pengeluaran dananya. Sedangkan prosedur pengeluaran dana urutan


(46)

proses dari permintaan pengeluaran dana, persetujuan (otorisasi) pengeluaran dana, verifikasi pengeluaran dana serta realisasi pengeluaran dana.

5. Pengelolaan saldo dana

Dalam operasional OPZ, dana yang sudah terhimpun seringkali harus mengendap terlebih dahulu sebelum disalurkan, misalnya pada setiap bulan ramadhan dana yang terkumpul besar sementara secara perencanaan jadwal penyalurannya dibagi untuk beberapa bulan. Atau misalnya ada OPZ yang model pengelolaannya adalah hasil penghimpunan tahun lalu baru disalurkan pada tahun ini, sehingga ada jeda waktu penghimpunan dan penyaluran. Dengan demikian terlihat adanya jumlah fisik kas (tunai dan bank) atau saldo dana dalam jumlah besar. Untuk itu perlu dibuat kebijakan bagaimana memperlakukan atau mengelola saldo dana tersebut.

Dalam mengelola saldo dana tersebut, sebaiknya ditentukan jumlah minimum kas yang harus tersedia untuk keberlangsungan organisasi. Kelebihan jumlah minimum kas inilah yang merupakan kas yang masih menganggur (idle cash) yang kemudian harus ditentukan kebijakan penggunaannya. Kebijakan yang dibuat untuk pemanfaatan idle cash adalah misalnya boleh disimpan dalam bentuk deposito dengan jatuh tempo maksimal adalah 3 (tiga) bulan serta harus jelas sumber dananya sehingga bila status bagi hasilnya jelas juga, misalnya sumber dana adalah zakat, maka bagi hasilnya adalah kembali lagi ke dana zakat.

Selain itu juga perlu ditentukan kebijakan penyimpanan kas. Misalnya adalah berapa jumlah maksimal yang diperbolehkan untuk menyimpan dana di brangkas (cash on hand) serta bagaimana mengatur saldo dana di sejumlah rekening di bank.


(47)

36

Jumlah maksimal penyimpanan kas ditentukan sesuai dengan kebutuhan dana operasional dan kegiatan OPZ. Setiap model penyimpanan kas harus jelas pertanggungjawabnya sehingga dapat meminimalisir adanya kesalahan penggunaan.

6. Dana pengelola

Untuk menjalankan tugas ke-amilan-nya, OPZ memerlukan dana operasional atau sering disebut dengan dana pengelola. Dana ini digunakan untuk keseluruhan biaya operasional organisasi, misalnya adalah untuk gaji /honor, pembelian inventaris kantor, baya sosialisasi dan promosi, biaya perjalanan, biaya umum dan administrasi serta biaya-biaya lain yang terkait operasional organisasi. Dana untuk kebutuhan operasional ini harus ditentukan kebijakannya agar penggunaan dana operasional dapat lebih terkendali serta untuk lebih dapat menilai kinerja pengelola (amil) dalam mengelola dana.

Dana pengelola adalah dana yang menjadi hak pengelola yang berasal dari bagian amil dalam zakat, bagian tertentu dari infaq/shodaqoh atau dana lainnya, hasil pengusahaan dana pengelola, dan atau hibah/pinjaman dari pihak lain. Dengan demikian sumber dana pengelola adalah terdiri dari :

a. Bagian amil dari dana zakat

b. Bagian tertentu dari dana selain zakat

c. Hasil pengusahaan dana pengelola, misalnya bagi hasil dari investasi yang modalnya berasal dari saldo dana pengelola

d. Hibah langsung dari orang atau organisasi lain e. Pinjaman dari orang atau organisasi lain


(48)

Untuk menentukan bagian amil dari dana zakat, bisa digunakan berdasarkan prosentase atau berdasarkan kecukupan kebutuhan. Bila berdasarkan prosentase, maka bagian yang diambil sebesar 12,5% (1/8 bagian) sehingga ada kemungkinan OPZ mengalami kekurangan atau kelebihan dana. Sementara bila berdasarkan kecukupan, maka dana tidak ditentukan dengan proporsi tertentu namun sebesar dana yang dibutuhkan untuk operasional. Konsekuensinya, pengelola tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan dana. Meskipun berdasarkan kecukupan, sebaiknya tetap tidak melebihi 1/8 bagian.

Untuk organisasi yang baru berdiri, sering terjadi permasalahan kekurangan dana operasional karena dana yang dihimpun belum memadai. Untuk BAZ mungkin tidak terlalu menjadi masalah, karena BAZ mendapatkan alokasi dana dari APBD untuk menopang operasional, akan tetapi untuk LAZ perlu ada kebijakan khusus. Misalnya dari pendiri perlu mengalokasikan dana khusus untuk operasioanal untuk waktu tertentu (misalnya tahun pertama operasi) sehingga pengelola dapat berkonsentrasi penuh dalam pengembangan organisasi.

Pada dasarnya anggaran operasional pengelolaan zakat terdapat dalam sumber zakat itu sendiri. Berapa jumlah dana untuk amilin sangat tergantung kepada kebutuhan dan pertimbangan yang wajar. Dalam keadaan normal, biaya pengelolaan zakat secara keseluruhan tidak boleh lebih dari 1/8 hasil pengumpulan zakat. Akan tetapi bilamana kondisi zakat memburuk, demi terlaksananya pengelolaan zakat secara baik, prosentase anggaran operasional pengelolaan zakat dapat dinaikan sampai 50% dari hasil pendapatan zakat, tidak boleh lebih dari itu.21

21

Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Persamaan dan Perbedaan dengan Pajak, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), h. 59-61.


(49)

38

7. Pertanggungjawaban

Setiap penggunaan dana harus ada pertanggungjawaban secara tertulis lengkap dan sah. Dalam lingkup kegiatan pertanggungjawaban dibuat sebagai laporan kegiatan, dalam lingkup organisasi laporan dibuat berupa laporan keuangan secara periodik. Setiap pertanggungjawaban harus sesuai dengan syariah dan aturan lembaga. Agar lebih terkontrol perlu ditetapkan batasan waktu pertanggungjawaban penggunaan dana.

8. Analisis anggaran

Salah satu praktek manajerial dalam semua jenis organisasi adalah keharusan bagi para pemimpin berbagai satuan kerja untuk menyusun rancangan anggaran belanja bagi satuan kerja yang dipimpinnya. Rancangan anggaran belanja demikian berlaku untuk satu tahun anggaran yang bisa sama dengan satu takwim, tetapi dapat pula berbeda tergantung pada kebiasaan yang berlaku bagi organisasi yang bersangkutan.22 Pada dasarnya manajemen merupakan suatu rangkaian cara beraktivitas. Bagi seorang muslim manajemen bisa menjadi wahana amal kebajikan. Disitu ada kesadaran untuk mengaplikasikan cara-cara bekerja dengan landasan ajaran Islam.23

22

Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 15, h. 64-65.

23 Eri Sudewo, Manajemen Zakat “

Tinggalkan 15 tradisi, Terapkan 4 prinsip dasar”.. (Jakarta: IMZ, 2004), cet 1, h. 77.


(50)

C. Manajemen Keuangan Zakat

Manajemen keuangan pada dasarnya merupakan salah satu unsur penting dalam menjalankan keputusan-keputusan keuangan. Oleh karenanya, secara umum manajemen keuangan dapat digunakan setiap organisasi berdasarkan konsep dan teori keputusan-keputusan keuangan. Keputusan itu biasanya dilakukan dalam lingkup organisasi atau lembaga yang bertujuan untuk memperoleh laba. 24

Bagaimana dengan lembaga non profit seperti lembaga amil zakat yang sumber pendapatan keuangannya didapat dari kesadaran zakat para muzakki, dana yang ada bukan dikonsumsikan untuk mencari laba tetapi lebih ditekankan pada pendayagunaan, misalnya untuk peningkatan keahlian dan ketrampilan para asnaf agar nantinya lebih berdaya dan produktif.

Pada prinsipnya, konsep dan teori yang ada dapat diaplikasikan dalam organisasi pengelola zakat, yang signifikan membedakan adalah manajemennya diisi

oleh ruh syari’ah yang orientasinya mengutamakan terwujudnya kesalehan sosial bagi

kebajikan para mustahik yang terdiri dari 8 asnaf.

1. Pengertian manajemen keuangan

Manajemen keuangan adalah segala aktifitas yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan pengolahan aktiva atau bisa juga diartikansebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian maupun penghimpunannya. Salah satu fungsi dari manajemen keuangan meliputi 2 hal yaitu

24

Institut Manajemen Zakat (IMZ), Manajemen Zakat Gaya BUMN: Praktik Pengelolaan zakat Baitul Maal Pupuk Kujan, (Jakarta: IMZ, 2006), cet I, h. 41.


(51)

40

kegiatan menggunakan dana dan mencari dana (kegiatan memenuhi kebutuhan dana).25

Oleh karena itu, pengelola keuangan OPZ haruslah benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan dikelola secara tepat. Pengelolaan yang tidak tepat akan mengakibatkan tidak sampainya dana sesuai amanah donatur (muzakki) atau tidak cukupnya dana untuk kebutuhan program dan operasional. Agar pengelolaan dana dipertanggungjawabkan dan dikelola secara tepat maka harus ada manajemen pengelolaan yang baik dan profesional. Salah satu bentuk manajemen pengelolaan ini adalah adanya manajemen keuangan yang baik.26

Manajemen keuangan secara umum adalah seluruh aktivitas perusahaan yang ditunjukan untuk memperoleh dana dengan biaya yang murah serta bagaimana mendayagunakan dana tersebut dengan cara yang efisien. Untuk organisasi pengelola zakat (OPZ) tentu manajemen keuangan yang lebih dari sekedar yang berlaku didalam perusahaan. Karena OPZ adalah organisasi/lembaga yang sumber dananya adalah dana zakat, infaq-shodaqah, wakaf dan lain-lain yang berasal dari masyarakat dan harus disalurkan kembali kepada masyarakat. Dan karena sifat dananya maka

ketentuan syari’ah menjadi suatu yang wajib diperhatikan. Oleh karena itu, pengertian manajemen keuangan untuk OPZ adalah didefinisikan sebagai

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian dana untuk memenuhi ketentuan syar’i

25

Moeljadi, Manajemen Keuangan; Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif (Jakarta: Bayu Media, 2007) h. 7.

26

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat. Manajemen Pengelolaan Zakat, 2007, h. 109.


(52)

dan pembatasan dari donatur serta terwujudnya efisiensi dan efektivitas dana. Definisi diatas mengandung pengertian sebagai berikut : 27

a. Bahwa ketentuan syari’ah menjadi landasan dalam keseluruhan aktivitas OPZ

b. OPZ harus membuat perencanaan untuk seluruh aktivitasnya, yaitu berapa dana yang akan dikumpulkan, bagaimana mengelola dana yang telah terhimpun dan belum disalurkan serta berapa dan bagaimana akan menyalurkan.

c. OPZ harus mampu mengelola, mengendalikan serta menyalurkan dana

yang telah terhimpun sesuai dengan ketentuan syari’ah serta bila ada,

sesuai dengan pembatasan dari donatur. Pembatasan dari donatur dimungkinkan ada, misalnya adalah bila donatur menghendaki penyaluran dananya diserahkan untuk suatu program tertentu atau untuk asnaf tertentu dan OPZ menyanggupi untuk menyalurkan sesuai ketentuan dari donatur tersebut.

d. OPZ harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana. Efisiensi dan efektivitas dikehendaki baik dalam operasional pengelolaan OPZ maupun operasional program. Terkadang dalam pelaksanaan program antara efisiensi dan efektivitas sering bersinggungan, karena program menghendaki agar lebih efektif, artinya dana lebih tepat sasaran dan berdaya guna, sementara dari segi pembiayaan menghendaki efisiensi

27


(53)

42

yaitu bisa digunakan biaya sekecil mungkin untuk menghasilkan program yang optimal.

e. Untuk memperoleh efektivitas pengelolaan dana, maka OPZ harus mampu membuat skala prioritas dalam penyaluran, baik dari sisi pemilhan program maupun pemilihan asnaf sehingga dapat memberikan efek manfaat dan berdaya guna lebih luas (multiplier effect).

f. Untuk memperoleh efisiensi pengelolaan dana, maka OPZ harus sangat memperhatikan proporsi dana operasional dan dana dalam setiap program serta dana operasional pengelola. Dengan kata lain, dalam setiap program, baik operasional pengelolaan maupun program harus mempertimbangkan unsur biaya (cost) dan manfaat (benefit).

2. Ruang lingkup manajemen keuangan

Pada hakikatnya, OPZ dinilai mampun menjalankan fungsinya sebagai pengelola dana ZIS dan mampu mendistribusikan (menyalurkan) dana yang diamanahkan dengan cara dan kepada sasaran yang tepat serta dapat mempertanggungjawabkannya. Dengan melihat fungsi tersebut, maka lingkup manajemen keuangan OPZ adalah mencakup beberapa hal :

a. Perencanaan keuangan OPZ, yaitu diwujudkan dengan membuat rencana anggaran dan kegiatan ( RAKT) OPZ secara periodik, misalnya tahunan. RAKT mencakup :


(1)

M A D E

T H O M A S D E W I

R F G I 5 l ' I R N I ) P U B T I C A C C O I I N IA N ' I S

TEMBACA

ZAKAT,

tNFAQ,

DAN SHODAQOH

L A P O R A N

A R U S K A S

(LACZts)

berlanj ut.. .. .

U N T U K

T A H U N

Y A N C

B E R A K H I R

3 1 D E S E M B E R

2 O O 9

K e t e r a n g a n

A r u s Kas Diperoleh dari (digunakan untuk) P e n e r i m a a n Z a k a t :

Z a k a t A n a k A s u h Q u r b a n F it r a h F i d y a h , B u k a P u a s a P a k e t Hari Raya P e n e r i m a a n l n f a q :

Infaq Solidar'itas M a j a l a h

P e n e r i m a a n D a n a p e n g e l o l a : B a g i H a s i l D a r i D a n a ln f a q P e n e r i m a a n D a n a N o n _ H a l a l :

D a n a Non Syariah

i u m l a h A r u s K a s p e n e r i m a a n P e m a n f a a t a n :

A k t i v i t a s Operasi:

Z a k a t : F a k i r M i s k i n :

P e n d i d i k a n Kesehatan F i s a b i l i l l a h U m u m :

T u n j a n g a n P e l a t i h a n F a s i l i t a s K h u s u s

1 . 7 1 5 . 7 8 6 . 1 7 9 5 1 . 7 8 6 . 3 0 4 8 9 . 7 7 2 . A 0 0 9 . 5 9 0 . 0 0 0 6 . 7 3 0 . 0 0 0 49.240.000 '

3 2 . 3 5 0 . 0 0 0

2.857.441.824 ' 1 4 . 7 1 0 . 0 0 0 5 5 8 . 3 6 6 . 4 8 5

857.232.s47

4 . 7 0 4 . 0 1 3

6.247.709.352

(173.75A.475)

(36s.097.82e)

(73.027.900)

( 1 9 1 . 1 s 1 . 0 1 8 )

(348.750)

(185.804.700)

( 1 1 . 9 1 9 . 3 s 0 )

(67.188.775)

(420.756.114)


(2)

-MTD

M A D E

] H O h 4 A S

D E W I

R F G I S ' I ' E R t . : I ) ' [ J B L I ( ' A C C O I I N I' A N S

K e t e r a n g a n

D a k w a h A k t i v i t a s S a r a n a S e w a G e d u n g P e m a s y a r a k a t a n Z i s :

B u le t i n A l a t P r o m o s i l k l a n

M a j a l a h D o n a t u r M a j a l a h M u z a k k i R e p o r t a s e

B e n c a n a & P e r a n g : 5 u m a t r a

D a n a P e n g e l o l a

G a j i B a g i a n A d m i n i s t r a s i d a n U m u m T u n j a n g a n J a b a t a n

T H R

A s u r a n s i P e n s i u n J a m s o s t e k

P e r s e d i a a n : T r a n s p o r t a s i

K o m u n i k a s i Listrik & Air P e m e l i h a r a a n B i a y a L i n g k u n g a n J a s a B a n k

Pajak

B a n t u a n N o n S y a r i a h

A r u s K a s B e r s i h D i p e r o l e h D a r i A k t i v i t a s O p e r a s i

A r u s K a s d i p e r o l e h dari (digunakan untuk) Aktivitas Investasi: P e n a m b a h a n A s e t T e t a p

K e n a i k a n B e r s i h K a s d a n S e t a r a K a s K a s d a n S e t a r a K a s A w a l T a h u n Kas dan Setara Kas l\khir Tahun

( ' r 9 6 . 1 5 0 . 6 4 5 ) ( 1 3 1 . 1 2 6 . 3 1 5 ) ( 1 7 6 . 3 r 0 . 0 0 0 )

( 7 8 . 1 1 4 . 9 6 7 ) (43.72t.500) (24.451.071) ( 2 7 . 1 4 1 . 0 0 0 ) ( s 7 6 . 1 6 6 . 4 0 1 ) ( 3 . 1 3 7 . 0 s s )

( 1 1 1 . 8 1 7 . 4 0 0 ) (857.232.s47) ( 6 2 4 . 0 5 6 . 4 8 7 )

( 3 3 . 2 4 s . 0 6 6 ) ( 6 3 . 6 6 2 . 3 1 8 ) (8.221.456) ( 2 9 . 3 6 8 . 9 1 0 ) (79.921.s66) ( 9 . 4 2 7 . 1 1 5 ) (147.924.389) ( 2 0 . 1 s 1 . s 1 0 ) ( 1 9 . 7 4 7 . 9 6 8 )

( 1 . 4 6 9 . 0 0 0 )

(8.oos.os4)

( 5 1 . 5 0 6 . 3 8 2 )

( 1 . 9 0 0 . 0 0 0 )

C a t a t a n a t a s la p o r a n k e u a n g a n m e r u p a k a n b a g i a n

y a n g ti d a k te r p i s a h k a n d a r i la p o r a n k e u a n g a n s e c a r a k e s e l u r u h a n

t o t ' J u r o t t . - . . .

(4.824.033.03e)

(206.1

0s,840)

1 . 2 1 7 . 5 7 0 . 4 7 3

949.676.798


(3)

M A D E . T H O M A S . D E W I

R E C i I S ' I ' H R F , I ) P I J B I . I C A ( ] C O I J N I ' A N l S

3 . K A S DAN SETARA KAS K a s :

K a s T u n a i

B a n k : B S M In f a q 8 5 M Z a k a r B S M W a k a f M u a m a l a t Z a k a t M u a m a l a t I n f a q M a n d i r i Z a k a t M a n d i r i In f a q B C A Z a k a t B C A In f a q B R I Z a k a t B R t I n f a q

B T N Syariah I n f a q B N I In f a q

B N I In f a q

B N I O p e r a s i o n a l B N I Z a k a t

B u k o p i n S y a r i a h l n f a q P e r m a t a S y a r i a h I n f a q N i a g a 5 y a r i a h I n f a q J u m l a h B a n k

J u m l a h K a s d a n S e t a r a K a s

4 . U A N G MUKA

S e w a Gedung: D e n p a s a r Surabaya M a k a s s a r B li t a r J a k a r t a P e k a n b a r u

J u m l a h S e w a G e d u n g

Arnortisasi Biaya Sewa Gedung: D e n p a s a r

S u r a b a y a M a k a s s a r B li t a r Ja karta P e k a n b a r u

J u m l a h Amortisasi B i a y a Sewa Gedung J u m l a h U a n g M u k a

2 0 0 9 ( R p )

1 4 . 6 7 8 . 5 4 5

1 8 7 . 3 1 9 . 2 2 4 3 8 5 . 0 2 7 . 8 2 5

2 . 6 3 5 . 7 7 9 3 1 4 . 5 6 0 . 4 3 8 290.437 .37 4 1 5 2 . 3 9 9 . 1 4 7 1 3 9 . 8 7 2 . 9 7 3 4 1 5 . 5 2 1 . 5 7 1 1 2 8 . 4 6 8 . 5 8 1

23.7 69.845

I r . O ) ) . c l Y f l

13.284.739 5 3 . 2 6 4 . 8 7 1

0 0 0 1 2 . 5 8 0 . 1 5 8 1 2 . 1 7 1 . 7 0 9

9 . 5 9 8 . 2 9 8

z . t ) 2 . > o 6 . z t 6

2 0 0 8 ( R p )

3 . 2 6 3 . 6 0 1

2 . 1 6 7 . 2 4 6 . 7 7 1

2009

(Rp)

129.000.000

'165.000.000

72.000.000

7.800.000

85.292.000

45.000.000

504.092.000

(43.000.000)

( 1 0 3 . 1 2 s . 0 0 0 )

(72.000.000)

(4.810.000)

( 1 6 . 1 0 1 . 1 2 s )

(23.2s0.000)

2 5 3 . 6 0 7 . 0 3 5 1 1 1 . 7 1 9 . 4 0 8

2 . 0 7 1 .6 1 1 s 6 . 8 0 8 . 0 0 9 5 7 . s 9 8 . 2 6 2 7 6 . 0 8 3 . 1 4 8 5 6 . 0 0 8 . 2 3 6 1 9 5 . 6 4 0 . 7 1 1

43.507.649 2 0 . 0 1 9 . 0 5 9

7 . 0 9 2 . 5 1 7 1 2 . 3 0 4 . 6 1 0 2 1 . 6 1 0 . 8 1 8

1 . 3 1 9 . 0 6 2 9 0 6 . 6 1 0 1 . 0 3 7 . 6 4 6 ' 1

r . 9 5 5 . 5 9 1 1 0 . 0 0 2 . 0 0 0

7 .1 2 0 . 7 1 5 946.412.697

949.676.298

2 0 0 8 (Rp) n U

165.000.000

72.000.000

7.800.000

37.982.000

45.000.000

--

3nJn.ooo

( 1 2 . s 0 0 . 0 0 0 )

(68.7s0.000)

(48.000.000)

(3,206.667)

( 1 8 . 0 4 1 . 4 s 0 )

( 1

1 . 6 2 s . 0 0 0 )

(262.286.12s)

2 4 1 . 8 0 s . 8 7 5

(162.123.117)

1 7 8 . 1 s 8 . 8 8 3


(4)

-I , -I A D E T H O M A S

D E W I

R E ( ' I S 1 ' E R F ] I ) P U B t I C A C C O { . J N I ' N I ' S

5 . A S E T TETAP

R i n c i a n a s e t te t a p d a n a k u m u l a s i

6 . P E N E R I M A A N

Zakat: Z a k a t A n a k A s u h Q u r b a n Fitrah Fidyah E u k a P u a s a Paket Hari Raya J u m l a h

l n f a q : I n f a q M a j a l a h :

M a j a l a h D a n a S o l i d a r i t a s :

5 o l i d a r i t a s D a n a P e n g e l o l a :

B a g i H a s i l D a n a N o n - s y a r i a h :

Dana Non Syariah Dana Kupon Syariah J u m l a h

p e n y u s u t a n d a p q t d i l i h a t p a d a la m p i r a n .

2 0 0 9 (Rp)

1 . 7 1 5 . 7 8 6 . 1 7 9 5 1 . 7 8 6 . 3 0 4 89.772.000

9.590.000 6.730.000 49.240.000 3 2 . 3 5 0 . 0 0 0

'1.955.254.483

2.857.441 .824 5 5 8 . 3 6 6 . 4 8 5

1 4 . 7 ' l 0 . 0 0 0 857.232.547 4 . 7 0 4 . 0 1 3

0

2 0 0 8 (Rp) 1 . 4 1 1 . 6 2 0 . 7 0 7

4 1 . 2 5 7 . 0 0 0 4 2 . 5 1 4 . 0 0 0 14.922.500

6.980.000 21 .060.000 1 0.760.000

--Ttmrl':f

2 . 4 5 5 . 1 8 0 . 4 9 3

5 2 3 . 6 9 5 . 6 6 3

5 3 . 0 0 0 941.707.424

1,498.625 38.380.000 39.878.62s H a r g a P e r o l e h a n :

T a n a h B a n g u n a n l n v e n t a r i s K a n t o r K e n d a r a a n

J u m l a h H a r g a p e r o l e h a n Akumulasi penyusutan:

B a n g u n a n I n v e n t a r i s K a n t o r K e n d a r a a n

J u m l a h A k u m u l a s i p e n y u s u t a n N i l a i B u k u

1 9 2 . 0 0 0 . 0 0 0 1 . 4 0 6 . 5 5 0 . 1 2 5

6 4 0 . 3 8 1 . 3 0 0 6 4 7 . 8 3 2 . 5 0 0

1 9 2 . 0 0 0 . 0 0 0 1 . 5 2 5 . 5 5 0 . 1 2 5

7 2 7 . 4 8 7 . 1 4 0 6 4 7 . 8 3 2 . 5 0 0

L O O O . / O J , y l > 2 0 6 . 1 0 5 . 8 4 0

1 3 . 2 0 0 . 0 0 0 1 3 6 . 3 0 1 . 4 9 6

8 0 . 9 7 9 . 0 6 3

3 . 0 9 2 . 8 6 9 . 7 6 5

4 6 . 7 5 0 . 0 0 0 322.414.125 1 7 5 . 0 3 5 . 5 6 8

s 9 . 9 5 0 . 0 0 0 458.715.621 2 s 6 . 0 1 4 . 6 3 0

544.199.693 2 3 0 . 4 8 0 . 5 5 9 774.680.251 .342.564.232 2 . 3 1 8 . 1 8 9 . 5 1 4

J u m l a h P e n g h a s i l a n d a n S u m b a n o a n 6:247.709.352


(5)

M A D E

T H O M A S D E W I

R E ( ; I S l E R l i r ) t ' U B t |( ' A ( c o l J t ! t , \ t * t\

7. eEN_gs_qNAAnr

la$A

Z a k a t :

F a k i r M i s k i n : P e n d i d i k a n K e s e h a t a n S a b i l i l l a h :

T u n j a n g a n P e l a t i h a n F a s i l i t a s

K h u s u s

A m i l

J u m l a h

I n f a q : E k o n o m i :

S a r a n a U s a h a M K Z :

M o d a l A l e o r d h u l H a s a n M o d a l A m a n a h

S a b i l i l l a h B i n a a n

D a k w a h : . A k t i v i t a s

S a r a n a S e w a G e d u n g

P e m a s y a r a k a t a n Z i s : B u l e t i n

P r o m o s i Z i s A l a t P r o m o s i l k l a n

M a j a l a h Donatur K o m u n i t a s p e d u l i D a n a P e n g e l o l a J u m l a h

M a j a l a h :

M a j a l a h M u z a k k i Reportase

J u m l a h

2 0 0 9 ( R P )

1 7 3 . 7 5 0 . 4 7 5 3 6 s . 0 9 7 . 8 2 9

. 73.427.900 1 9 1 . 1 5 1 . 0 1 8

3 4 8 . 7 5 0

1 8 6 . 8 0 4 . 7 0 0

0

9 9 0 . 1 8 0 . 6 7 2

2 0 0 8 ( R p )

1 0 8 . 8 1 3 . 2 0 0 1 7 5 . 7 5 2 . 7 0 4

7 7 . 1 8 5 . 4 0 0 5 7 . 0 5 4 . 6 0 0 1 3 . 4 5 0 . 0 0 0

9 3 . 7 7 0 . 3 5 0

193.639.276

7 1 9 . 6 6 5 . 5 3 0

0

1 1 . . 9 1 9 . 3 5 0 6 7 . 1 8 8 . 7 7 5

420.756.114

1 9 6 . 1 5 0 . 6 4 5 1 3 1 . 1 2 6 . 3 1 5 3 0 6 . 0 4 7 . 8 7 5

7 8 . 1 1 4 . 9 6 7 0 43.727.500 24.451.077

2 7 . 1 4 1 . Q A } 0 857.232.547

2l6asE6l6t

8 2 . 1 4 8 . 0 8 5

U

616.830.746

1 0 5 . 5 1 7 . 8 6 0

24.535.860

82.982.000

5 1 . 9 5 0 . 0 0 0

67.634.600

5s.458,686

0

1 3 3 . s

1 2 . 3 5 0

18.934.200

748.068.148

-l.e8737r.s3t

576.166.401 3 . 1 3 7 . 0 5 5

9 3 6 . 1 3 9 . 6 0 9 0

1 2


(6)

M A D E

T H O M A S D E W I

R E G I S l ' E R F , I ) P U B T I C A C C O ( J N I ' A N 1 ' S

D a n a S o l i d a r i t a s : B e n c a n a & P e r a n g ;

5 u m a t r a

D a n a P e n g e l o l a :

G a j i B a g i a n A d m i n i s t r a s i T u n j a n g a n J a b a t a n T H R

A s u r a n s i P e n s i u n S a r a n a

P e r s e d i a a n T r a n s p o r t a s i K o m u n i k a s i L i s t r i k & A i r P e m e l i h a r a a n B i a y a L i n g k u n g a n J a s b B a n k

P a j a k

P e n y u s u t a n A s e t T e t a p J u m l a h

D a n a Non Syariah: B a n t u a n N o n S y a r i a h J u m l a h P e n g g u n a a n D a n a

1 1 1 . 8 1 7 . 4 0 0

d a n U m u m 624.056.487 3 3 . 2 4 5 . 0 6 6 6 3 . 6 6 2 . 3 1 8 8 . 2 2 7 . 4 5 6 2 9 . 3 6 8 . 9 1 0 7 9 . 9 2 1 . 5 6 6

9 . 4 2 7 . 1 1 5 147.924.389 2 0 . 1 5 l . 5 1 0 19.7 47 .968

' r . 4 6 9 . 0 0 0 8 . 0 0 5 . 0 5 4 6 1 . 5 0 6 . 3 8 2 2 3 0 . 4 8 0 . 5 5 9

4 7 7 . 3 7 8 . 7 0 7 1 7 . 6 2 2 . 5 0 0 2 7 . 8 3 8 . 7 5 0 1 8 . 8 7 1 . 4 9 3

0 8 3 . 6 9 0 . 0 4 7

8 . 1 8 0 . 0 8 0 1 3 8 . 8 3 3 . 6 4 0

1 8 , 9 2 0 . 9 1 0 1 2 . 3 7 1 . 8 7 0

2,426.000 . 7 . 3 0 5 . 7 3 4

t ) . t o o . t t t 2 0 9 . 1 3 6 . 2 2 7

1 .3 3 7 . 1 9 3 7 8 0

1 . 9 0 0 . 0 0 0

1 .037 .7 42.235

2.424.000

5 . 1 8 4 . 2 5 1 . 4 7 3 4.683.542.909