Perspektif fiqh tentang perceraian akibat suami murtad

PERSPEKTIF FIQH TENTANG PERCERAIAN AKIBAT SUAMI
MURTAD
(Analisis Putusan Perkara Perdata Nomor: 0137/Pdt.G/2008/PA.JS)

Skripsi
Diajukau Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

ォNA。セゥヲエaZ@

! .. ,, ....... ," ........... ,;.,,., ..... , ..•......

Denni Arie Mahcsa
NIM: 105044101362

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SAYK.HSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERJ[
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1430 HI 2009 M

PERSPEKTIF FIQH TENTANG PERCERAIAN SUAMI MURTAD
(Analisis Putusan Perkara Perdata Nomor: 0137/Pdt. 012008/PA.JS} ·
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Srujana Hukum Islam (SHI)
Oleh:

Denni Arie Mahesa

Nll\1:105044101362
Pembimbing I

Pembimbing II

OMセG@

,......-::::_..-__:--Drs.H.Sayed Usman,SH,MH


Kamarusilli.ana,S.Ag, MH

1956070319-83!)3jj}{l2

19750224199801003

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUJ.\1[
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 HI 2009 M

PENGESAHAN PAll!ITIA U.IIAN
Skripsi be1judul " Pcrspcktif Fiqh Tcntang Pcrccraian Aldllat Sunmi Murtau
(Analisis Putusan Pcrkara Pcrdata Nomor:Ol37/Pdt.G/2008/PA .. JSJ. telah diajukan
dalam siding Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas lslu111 Ncgcri Syarir
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2009. Skripsi tclah ditcrinrn sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pac!H prngr;1111 studi Ahwal AlSyakhshiyah.

P ANITIA UJIAN
I. Ketua

: Drs. H. A. Basig Djalil, SH .. MA.
NIP. 19500306197603100 I

2. Sekretaris

: Kamarusdiana, S.Ag., Ml-I.
NIP. 197502241998031003

3. Pembimbing I

: Drs. H. Sayed Usman, SH .. Ml J
NIP. 195607031983031002

4. Pembirnbing ll


: Karnarusdiana, S.Ag., MH.
NIP. 197502241998031003

MjTセヲ^@

(

-

(. MJセ@
/¥'

5. l'cnguji J

: DR. H. Yayan Sopyan., M.Ag,

'
. ................ )
セウ[LZ@


----·-----

Q

..... )
'

( ............................ )

NIP. 196807031994032002
6. Penguji II

: Drs. H. Husni.Thoyyar. M.1\g,
NIP.19451010196410 I00 I

Nセ@

..

)


LEMBARPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh Gelar Strata satu (S 1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan basil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Ufl\f) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 22 November 2009

Denni Arie Mahesa
Nim: 105044101362

KATA PENGANTAR

Assalammu 'alaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia

sebagai

makhluk

yang


paling

sempurna.

Diantara

salah

satu

kesempurnaannya adalah Allah karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan. Shalawat
dan salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada
lain yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para gahabat dan ummatnya
yang selalu berpegang teguh hingga akhir zaman.
Dalam menyelesaikan sk.ripsi ini penulis betul-betul menyadari

adanya

rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu adajalan kemudahan, tentunya tidak

terlepas dari beberapa individu yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak
membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis
guna penyempurnaan sk.ripsi ini.
Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga terutama kepada
Bapak:
I. Prof. Dr. KB.Muhammad Amin Suma, SJI., MA.,.MM. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan

bimbingan serta arahan baik secara langsnng maupun tidak langsung
selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakrta.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., MA. Ketua Program Studi Ahwal AlSyakhshiyah

Konsentrasi

Peradilan

Agama


yang

telah

memberi

kemudahan dalarn menghadapi kendala-kendala selama masa penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Sayed Usman, SH, MH dan bapak Kamarusdiana, S.Ag,
MH yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing, selama penulisan
beliau-beliau terns menerus memberikan arahan, masukan serta dukungan
agar skripsi ini selesai. Tiada kata yang pantas selain ucapan terima kasih
dan doa semoga Allah SWT membalasnya
4. Seluruh dosen Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum,
serta karyawan-karyawan dan staf perpustakaan yang telah memfasilitasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teristimewa buat Ayahanda Alm. (Lukman Ismail) dan Ibunda (Sukriati)
bapak (Rizal) serta adik-adik (Yulia, Nurul), kakak sepupu (Rosita Putri),
yang selalu memberikan support dan seluruh keluarga tercinta yang berada
di tanah kelahiran saya Sigli dan Banda Aceh dan keluarga yang berada di

Jakarta, Terima kasih atas segala doanya, kesabaran, jerih payah dan
pengorbanan serta nasihat yang senantiasa memberikan semangat tanpa

jemu bagi penulis untuk menyelesaikan studi. Tiada kata yang pantas selain
doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan.
6. Teman-teman angkatan 2005/2006 kelas Syariah dan Hukum Konsentrasi
Peradilan Agama, yang tidak dapat penulis sebutkm1 satu persatu, terima
kasih atas kebersamaannya selama penulis belajar di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, semoga persahabatan kita terjalin hingga akhir hayat.
7. Teman-temm1 Ikatan Mahasiswa dan Penmda Aceh (IMAPA) Jakarta
Cabang

Ciputat dan PP.IMAPA Jakarta yang telah memberikan

pengalaman dalmn berorganisasi.
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya serta menjadi amal baik kita di sisi Allah SWT, Akhirnya, semoga
setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah
SWT. Aminyaa rabbal alamien.

(Jaza ka Allah khaira al-Jaza)
Wasallamu 'alaikum. Wr. Wb.

Jakarta . 22 November 2009 M
Penulis

DAFTARISI

KATA PENGANTAR. ................................................................................................ .i
DAFTAR ISL ...................................................................................... .iv
BABI

:PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 8
C. Tujuan Penulisan .......................................................... 11
D. Kajian Kepustakaan ...................................................... .12
E. Metode Penelitian ........................................................ .13
F. Sistematika Penulisan .................................................... 16
BABU

: PERCERAIAN MENURUT FIQH
A. Pengertian Perceraian ............................................................. 18

B. Dasar Hukum Perceraian ................................................. 22
C. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian ....................................... 21
D. Macam-Macam Perceraian .................................................. 24
BAB III

: TINJAUN UMUM TENTANG MURTAD
A. Pengertian dan Dasar Hukum Murtad ................................... 29

B. Sejarah dan Peristiwa Murtad dalam Islam ............................. 36
C. Sebab-sebab terjadi Murtad .......................................................... .39
D. Pengaruh Murtad Terhadap Keutuhan Rumah Tangga ............... .46

BAB IV

: PUTUSAN PERKARA GUGAT CERAI AKIBAT MURTAD di
PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan .................................... 51

B. Prosedur dan Data Cerai Gugat di Perceraian di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan ................................................................. 54
C. Kronologis dan Putusan Perkara Nomor: 0137/Pdt.G/2008/PA.JS
....................................................................................................... 58
D. Analisis

Penulis

Terhadap

Putusan

Nomor:

0137/Pdt.G/2008/PA.JS ......................................................... 64

BABY

:PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 75
B. Saran ............................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 78

LAMPIRAN .............................................................................................................. 83

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa

1

.

Masalah perkawinan

sangat terkait juga dengan akad, dimana akad perkawinan dalam hukum Islam
bukanlah perkara perdata semata, melainkan disana terhadap ikatan suci yang
terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT. 2 Dengan demikian
jelas sudah bahwa di dalam perkawinan terdapat dimensi ibadah, untuk itu
perkawinan tersebut perlu dipelihara dan

dijaga supaya dapat kekal abadi

sehingga apa yang menjadi tujuan perkawinan yakni keluarga sejahtera sakinah,
mawaddah dan rahmah bisa terwujud.

Mempunyai sebuah keluarga merupakan keinginan yang sudah menjadi
fitrah bagi setiap manusia karena dengan itu maka kehidupannya akan dirasa
lebih lengkap dan sempurna. Keluarga adalah kelompok atau satuan terkecil
yang terdapat dalam masyarakat yang secara resmi terbentuk oleh adanya

1

Abdurrahman,Hin1punan Peraturan p・イッョ、。ァセu@
Perkawinan, (Jakarta: Akademika Presindo,1986), eel I, 64.
2

No.1 Tahun 1974 Tentang

Amir Syarifuddin, Hukun1 Perkmvinan Islan1 di Indonesia, antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang perkawinan, (Jakarta: keneana,2007), eel JI, h. 40-41.

2

hubungan perkawinan terlebih dahulu. Bentuk keluarga terdiri dari suami, isteri
dan anak-anak. 3 Islam membangun kehidupan keluarga dengan masyarakat atas
dasar dua tujuan. Pertama, menjaga keluarga dari kesesatan, untuk itu Islam
melarang adanya hubungan intim antara lelaki dengan perempuan tanpa ilrntan
yang sah.
Tujuan yang kedua adalah untuk menciptakan wadah yang bersih sebagai
tempat lahirnya generasi yang berdiri diatas landasan yang kokoh dan teratur tata
sosialnya4 •
Keluarga atau rumah tangga mempunyai peran penting dalam membangun
masyarakat karena satuan terkecil inilah yang menjadi barometer keharmonisan
dan kesejateraan sebuah masyarakat. Kalau sebuah keluarga sudah bahagia dan
kekal maka secara umum akan berdampak pad a masyarakat disekitar keluarga itu
berada, namun jika keluarga didalam masyarakat sudah tidak bahagia, hannonis
maka hal yang sama juga bisa terjadi pad a masyarakat. Oleh karena itu keluarga
bahagia kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pondasi awal
terciptanya masyarakat, negara dan bangsa yang baldatun thayybatun warabbul
ghafi1r yakni sebuah pemerintahan yang baik atau negara dibawah perlindungan

dan ampunan Allah SWT.

3

Munandar Soelaeman, I/mu Sosial Dasar, (Bandung :PT Refika Adi ta ma, 1998), cct VIII, h.

54-55.
4

Abutta\vad 1-Iaikal, Rahasia Perka'ivinan Rasulullah SWA, IJ0/igan1i dalant Jslan1 vs
Poligami Barat, (Jakarta :CV. Pedoman !lmu Jaya,1993), cet 1, h. 8-9.

3

Dalarn perjalanannya kehidupan rurnah tangga tidak selarnanya harrnonis,
arnan dan darnai, pasti selalu ada kerikil-kerikil tajam yang rnengharnpiri dan
rnenjadi penghalang, ada yang bisa ditanggulangi oleh suarni dan isteri dan ada
juga

yang sudah tidak bisa lagi ditanggulangi oleh mereka dikarenakan

rnenyingung hal-hal yang bersifat prinsipil bagi keduanya sehingga sebuah tali
perkawinan terkadang harus berakhir karena perceraian
Perceraian rnerupakan neraka dalarn sebuah perkawinan dan tidak !ah
diharapkan sarna sekali kehadirannya, narnun hal itu juga tidak dapat dihindari
dalam mernbangun kehidupan berurnah tangga yang kemungkinan dapat terjadi,
karena disana terdapat ban yak rnasalah jika masalah yang dihadapi sudah sampai
pada hal yang sangat prinsipil bagi pasangan suarni dan isteri dan sudah tidak
bisa ditolerir lagi rnaka perceraian itu rnenjadi jalan terakhir bagi rnereka. Dapat
di analogikan perceraian seperti pintu darurat dalarn sebuah pesawat yang hanya
di gunakan pada saat darurat saja. Sesungguhnya Allah SWT rnernbenci
perceraian (talak).

5

Pada dasarnya Perkawinan ideal adalah perkawinan yang dilakukan dengan
satu agarna saja yaitu Islam dengan Agama Islam karena ha! itu akan lebih baik
dan arnan bagi pasangan suami dan isteri

dan keturunan-keturunannya. Nabi

mengajarkan kapada umatnya cara-cara memilih pasangan (suami-isteri) yang

5

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 8, (Bandung: PT. Alma'arif, 1980). cet. I, h. 8.

4

baik untuk dinikahinya, salah satunya adalah karena agamanya. 6 Agarnalah yang
menjadi ukuran dasar seseorang patut atau tidak untuk dinikahi atau untuk
meneruskan sebuah perkawinan,

namun jika orang suda.h tidak lagi menjadi

agama sebagai ukuran atau barometer dalam perkawinan

maka hal ini akan

berdampak buruk, karena sulit sekali bila membina dan mompertahankan ikatan
perkawinan dengan pasangan yang telah beralih agama dan keyakinan akibat
murtad

selama berumah tangga, namun hal

ini terkadang juga tidak

dipermasalahkan oleh mereka dan tetap melanjutkan perkawinan itu. Perkara ini
menjadi dilema ditengah-tengah masyarakat sekarang ini dan sulit sekali
dihindari.
Masalah yang terkadang sudah menjadi prinsipil bagi suami isteri dan
tidak bisa tawar-menawar lagi antara lain adalah agama (Ad-din). Setiap umat
Islam harus bisa rnenjaga kemurnian dan kesucian

agamanya jangan sampai

tercampur-aduk dengan ajaran lain baik dengan tetap mempertahankan hubungan
perkawinan dengan pasangan yang telah murtad maupun nikah lintas agama dan
hal yang lain yang dianggap merusak agarna. Walaupun ini terkadang sulit
dilakukan, bagaimana pun agama harus didahulukan dari segalanya. Islam adalah
agarna yang diturunkan Allah SWT yang secara tegas menyatakan, bahwa
perkawinan lintas agama atau berbeda keyakinan itu dilarang dan tidak
dianjurkan.

6

Sayyid Sabiq, Fiqh Su1111ah 6. cet. I, h. 32.

5

Didalam tujuan hukum Islam (Maqasid Syariah) salah satunya adalah
menjaga agama (Hift Ad-din), bahwa menghindari untuk mempe1tahankan
perkawinan dengan pasangan yang telah murtad termasuk menjaga agama. Dapat
kita pahami bahwa perkawinan yang sudah te1jadi dan sudah berjalan namun di
tengah perjalanannya salah satu pihak baik pihak suami maupun Isteri tidak lagi
satu agama (Islam), malrn mereka dapat meninggalkan suami atau isteri mereka,
dengan melakukan cerai (talak) atau cerai gugat (khulu'), dengan alasan apapun
itu. Namun ada juga yang menganggap bahwa tidak perlu adanya perceraian
selama tidak terjadi cekcok (pertengkaran ) dan mereka tetap memutuskan untuk
hidup bersama ini yang terkadang menjadi masalah. Pro dan kontrak tentang
pernikahan lintas agama tidak pernah berakhir. Karena

satu pihak selalu

mengaitkannya dengan hak kebebasan manusia, karena dianggap sah-sah saja
seseorang kawin dengan pasangan yang berbeda agama.

ウLセ、。ョァォ@

dipihak lain

hal tersebut dianggap melangar terhadap keyakinan agamanya bahkan dapat
menimbulkan kekacauan dalam rumah tangga. 7
Dampak atau pengaruh yang dapat ditimbulkan akibat mempertahankan
atau melanjutkan

pernikahan dengan suami atau isteri yang murtad sangat

banyak antara lain, keluarga tidak harmonis, pendidikan agama anak (hadhanah),
kewarisan terhadap anak, pengaruh terhadap kerukunan hidup umat beragama

7

Zakiah Darajat,lbnu Jiiva Agan1a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 44.

6

dan lain-lain. 8 Bagi pasangan suami dan isteri yang !elah hidup bersama
kemudian salah satu dari melakukan murtad maka status perkawinannya juga
akan dipertanyakan, apakah secara otomatis putus atau harus ada pengajuan dari
salah satu pihak terlebih dahulu ke Peradilan Agama, lalu bagaimana hukum
tetap melanjutkan perkawinan dengan pasangan yang telah mu1iad, ini akan
mejadi masalah yang sulit dihindari.
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam BAB XVI alasan tentang
putusanya perkawinan,

pasal

l 16 alasan-alasan pe:rceraian

point h,

menyebutkan "Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan ketidahukunan
dalam rumah tangga". Di

pasal 44

dalam Kompilasi Hukum Islam juga

disebutkan sebagai berikut, "Seorang wanita Islam dilarang melangsung
perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam" 9 . Dari pernyataan
tersebut sudah dapat kita paharni bahwa perkawinan yang te1jadi antara suami
dan isteri yang sah dapat putus karena salah satu pasangan mu1tad atau karena
perselisihan dan pertengkaran akibat perbedaan agama yang menyebabkan
ketidakrukunan. Dalam hal ini putusnya secara otomatis menurut fiqh namun
menurut Undang-Undang harus dilakukan pernutusan melalui Pengadilan
Agama. Sebagaimana bunyi pasal 39 ayat (I) Undang-Undang No.I tahun 1974

8

Basiq Djalil, Pernikahan Beda Agan1a dalan1 Perspektif Fiqih dan Huku1n Jslarn, (Jakarta:
Qalbun Salim,2005), cet, I, h. 165-177.
9

Direktorat Pe1nbinaan Badan Peradilan Agama Departe111en Agan1a, Ko111pilasi f-Iuklan
Islam di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Badan Pembinaan Peradilan Agama, 1992). h. 34.

7

tentang perkawinan. " Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan
setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak". 10
Murtad merupakan perbuatan yang sangat tercela dalam kehidupan
beragama, riddah adalah kembali dari agama Islam menju kekafiran baik ha! itu
dilakukan sebatas niat, perbuatan yang akibatnya pelaku dianggap telah kafir
maupun dengan ucapannya itu sebagai penghinaan, penentang, maupun sebagai

.
11
.
lceyaonan
l
Melanjutkan kehidupan berkeluarga dengan Perbedaan agama sangat sulit
dilakukan, baik suami yang bergama Islam maupun telah Non Islam ataupun
sebaliknya istri yang beragama Islam maupun telah Isteri Non Islam , sama saja
keduanya akan banyak mengadapi kendala dan masalah.
Mengingat pentingnya penjelasan secara detail mengenai masalah murtad
dalam perkawinan khusunya suami sebagai pelakunya, status hukum melanjutkan
perkawinannya, masalah hak asuh anak, pendidikkan anak, dan lain-lain yang
kiranya memiliki keterkaitan dengan akibat murtad dalam perkawinan.
Setelah melakukan studi kasus terdapat permasalahan murtad dalam bentuk
putusan Pengadilan Agama, penulis mencoba untuk menguraikan tentang duduk

10

Abdurrahn1an, Hilnpunan Peraturan Perundang-Undagan No.l Tahun 1974 Tentang
Perka1vinan, h. 74.
11

Wahbah az-Zuhaily. Al-fiqh Al-Islam Wa'adillatuh. (Bairut : Dar Al-Fikr Al-Ma'asir),
1997.cet4, h.576.

8

permasalahannya sebagai berikut; Suami isteri ini telah melakukan pernikahan
pada tahun 1993 dikantor KUA Tebet, tidak lama kemudian pada tahun 1994
suami kembali keagamanya semula, namun isteri masih mencoba bertahan hidup
bersama suaminya. Selama mengarunggi kehidupan rumah tangga sampai
dengan tahun 1998 kehidupan mereka bahagia sebagaimana mestinya walaupun
tidak seagama lagi, namun sejak tahun 1998 akhir kehidupan rumah tangga mulai
goncang, perselisihan dan pertengkaran sering te1jadi yang sulit didamaikan lagi,
bahkan suami secara sembunyi-sembuyi telah membawa anak-anak ke Gereja
untuk dibaptis. Dalam hal ini isteri tidak dapat menerima begitu saja.
Bertitik tolak dari itulah maka penulis merasa terdorong untuk membuat
skripsi yang berjudul "Perspektif Fiqh Tentang Percc,raian Akibat Suami
Murtad (Analisis Putusau Perkara Perdata Nomor: 0137/Pdt.G/2008/PA.JS)
di Pengadilan Agama Jakarta Selatan" .Dengan harapan bahwa skripsi ini bisa
memberikan manfaat sekaligus juga dapat menyumbangkan pemahaman kepada
masyarakat baik itu mahasiswa dan masyarakat umumnya tentang akibat murtad
dalam sebuah perkawinan.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Masalah agama dalam sebuah perkawinan merupakan ha! sangat urgen
dan penting, kerena perihal agama menjadi patokan sekaligus dasar bagi
seorang yang hendak menikah atau pertimbangan untuk meneruskan

9

perkawinan dengan pasangan yang sudah beralih agama, perkara ini tidak
bisa disepelekan karena darnpaknya

begitu besar kepada umat dan Islam

mengatur semua tentang ha! itu.
Dimulai dari rasa keingintahuan secara mendalam dan rasa penasaran
yang berlebihan dan didukung pertimbangan bahwasanya pengaruh masalah
agama dalam sebuah perkawinan sangat perlu mendapat perhatian dari setiap
pasangan sebelum melakukan pernikahan. Dalam penelitian ini penulis
memberi batasan masalah pada putusan Pengadilan Agama dengan nomor
perkara: 0137/Pdt.G/2008/PA.JS tentang murtad. Penulis ingin menganalisis,
menguraikan dan mendeskripsikan lebih mendalam, tentang pertimbangan
hakim dalam memutus perkara tersebut, status hukum pernikahan setelah
suami murtad, serta pandangan fiqh terhadap permasalahn tersebut, dimana
penulis sendiri cukup yakin bahwa masalah ini akan sangat menarik untuk
dianalisis, dikaji dan tidak usang oleh waktu.
Kemudian dalam penelitian ini penulis juga rnernberi batasan dalam hal
fiqh, dimana fiqh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah fiqh
mazhahib al-arba 'ah yaitu pendapat em pat ulama yaitu Imam I-Ianafi, Imam
Malik, Imam Syafi'i dan Imam Hambali.
Riddah merupakan kata lain dari murtad dalam kamus ilrniah populer
diartikan keluar dari kasih Tuhan, keluar dari agarna Allah dan membelot

10

keagama lain.

12

Istilah murtad sebenarnya lebih familiar dan lebih popular di

masyarakat bila dibandingkan dengan kata riddah, maka yang digunakan
disini adalah kata murtad bukan riddah.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk memberi batasan masalah
murtad sebagai alasan perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
2. Perumusan masalah
Mengacu pada pokok permasalahan yang dikemukan di atas bahwa
masalah murtad yang te1jadi dalam kehidupan berumah tangga sangatlah
komplek dan beragam sekali sehingga membawa pengaruh dan dampak yang
tidak kecil terhadap keutuhan dan kebahagian sebuah keluarga. Pada awalnya
jelas agamanya namun selama mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga
salah satu dari pasangan suami isteri melakukan murtad, kenapa perkawinan
mereka tetap dilanjutkan hingga pada akhirnya perceraian terjadi sehingga
perlu penulis mencoba merinci rumusan masalah ini dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
a.

Bagaimanana status hukum perkawinan bagi pasangan suami istri
yang tetap ingin melanjutkan perkawinan setelah murtad salah satu
pihak?

12

h. 500.

Pius A Partanto dan M. Dahlan al Barry, Kamus Jlmiah pッーオャ・QセHsイ。「ケZ@

Arkola,1994),

11

b.

Apakah dasar pertimbangan Majelis Hakim
memutuskan perkara perdata

memeriksa dan

Nomor: 0137 / Pdt.G/2008/P A.JS

tentang alasan murtad dalam perceraian?
c.

Bagaimana tinjauan fiqh tentang alasan murtad sebagai penyebab
perceraian?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut
I.

Untuk mengetahui bagaimanakah status hukum perkawinan bilamana pihak
suami I istri yang melakukan perbuatan murtad, namun meraka tetap
melanjutkan tali perkawinan walaupun pada akhirnya bercerai.

2.

Untuk mengetahui alasan atau pe1timbangan apa saja yang dijadikan
pijakan bagi majelis hakim Pengadilan Jakarta Selatan dalam mengambil
putusan perdata Nomor: 0137/ Pdt.G/2008/PA.JS tentang riddah.

3.

Untuk mengetahui bagaimana pandangan fiqh terhadap kasus murtad
dengan perkara perdata Nomor : 0137/ Pdt.G/2008/PA.JS, begitu menarik
dan komplek permasalahannya.

Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini aclalah Untuk memberikan
informasi kepada masyarakat secara luas, mahasiswa (akaclemisi), tentang
bahaya dan dampak praktek mmtad dalam sebuah rum ah tangga. Sehingga hasil

12

penelitian ini kiranya dapat menjadi sebagai acuan dan pedoman bagi para ahli
hukum Islam dalam rangka penyelesaian masalah diatas.

D. Kajian Kepustakaan
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis perlu melengkapi ataupun menyempurnakan penelitian ini
dengan melakukan kajian kepustakaan karena disana acla sumber yang dapat
dijadikan tambahan untuk penyelelesaian penelitian penulis ini.
Adapun kajian kepustakaan yang digunakan penulis:
1.

Pada tahun 2006 telah ditulis oleh Mohammad Soleh Bin Mohammad
Hasyim (Mahasiswa Malaysia), dengan judul "Masalah Riddah dalam
Hukum Islam
perspektif

(Tinjuan terhadap kasus-kasus di Malaysia dari

Perundang-undangan

Persekutuan

Bahagian

pertama

perkara 3 tahun 1957)".
Persamaan
S!a-ipsi yang dibuat Mohammad Soleh Bin Mohammad Hasyim
memiliki persamaan dalam ha! masalah riddah (murtad) dengan
penulis.
Perbedaan
Namun perbedaanya banyak antara lain: tempat kejadian, studi
kasus/analisis, dikarenakan ada bagian yang dianggap penting untuk
dijadikan rujukan atau tambahan.

13

2.

Pada tahun 2008 tel ah ditulis oleh Zakaria (I 05044101362) dengan
judul "Penyelesaian Perkara Gugat Cerai Akibat Kekerasan Dalam
Rumah tangga (studi analisis putusan Nomor: 1122/Pdt.G/2008/
PA.JS)" . di Pengadilan Jakarta Selatan.
Persamaan
Penulis menjadikan skripsi yang ditulis Zakaria ini sebagai bahan
tambahan kerana didalamya terdapat kesamasaan di beberapa bagian
penting, Khususnya terletak pada yaitu tempat penelitian yaitu
Pengadilan Agama Jakatta Selatan
Perbedaan
Dalam hal perbedaanya terletak pada perkara yang di balms, dimana
pada Skripsi yang dibuat oleh Zakaria menjelaskan tentang kekerasan
dalam rumah tangga, sedangkan penulis menjelaskan tentang peralihan
agama.
Sehingga perlu bagi penulis untuk menjadikannya sebagai rujukan atau
tambahan bahan.

E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah penulis melakukan
pendekatan kualitatif. Kualitatif berasal dari konsep kualitas "mutu" atau
bersifat mutu. Pendekatan kualitatif upaya menemukan kebenaran dalam

14

wilayah-wilayah konsep mutu. 13 Yaitu dengan melakukan analisa isi,
menganalisanya dengan cara menguraikan, dan men.deskripsikan isi dari
putusan penulis dapatkan tersebut. Kemudian menghubungkannya dengan
masalah yang diajukan, sehingga ditemukan kesimpulan yang objektif, logis,
konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang diinginkan

penulis

dalam penelitian ini.
2. Sumber Data
a. Data primer
Data didapatkan dari Pengadilan Agarna Jakarta Sdatan berupa putusan
cerai rnengenai perceraian akibat murtad yang terjadi di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan dangan nomor perkara: 0137/Pdt.G/2008/PA.JS.
Wawancara dengan Hakim kemudian data tersebut dianalisis dengan cara
menguraikan dengan menghubungkan dengan masalah yang dikaji.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan tujuan mengadakan
studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah AlQur'an, Al- !-ladis, buku-buku ilmiah, Undang-Undang, Kompilasi

13

Ipah Farihah, Buku Panduan Penelilian UIN Syarif Hldayatul/ah, (Jakarta :UIN Jakarta
Press, 2006), cet I, h. 37.

15

Hukum Islam (KHI), skripsi yang terdahulu serta hal-hal lain yang ada
kaitanya dengan masalah yang diajukan.

3. Tekhnik Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini clilakukan dengan earn;
Interview

atau

wawancara

adalah

percakapan

dengan

tujuan

atau

pembicaraan yang memiliki tujuan. 14 Interview yang sering disebut
wawancara lisan aclalah sebuah dialog atau pewawancaraan. 15 Dalam hal ini
penulis melakukan dialo langsung dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Selatan.

4. Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses percakapan dan pengaturan secara
sistematik transkip wawancara, catatan lapangan, clan bahan-bahan yang lain
clikumpulkan

untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan

tersebut. Agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain. 16 Analisa
data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan analisa kualitatif,
yaitu menganalisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan putusan
murtad yaitu putusan dengan nomor : 0137/Pdt.G/2008/PA.JS, kemudian
dihubungkan dengan hasil interview dari pihak yang rnenyelesaikan perkara

14

In1ron Arifin, Penelitian Kualitatif dalan1 Bidang Jb11u-iln1u Sosial dan Keagan1aan,
(Malang: kalimasahada, Press,1994), cet I, .h. 36.

77.

i;

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet X, .h. 144.

16

ln1ron Arifin, Penelitian Kuanlitatif dalan1 Bidang Jhnu-ib11u Sosial dan Keagan1aan, h.

16

ini, dalam hal ini yaitu hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Sehingga
didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, sistematis, konsisten
sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis.

F.

Sistematika Penulisan
Sistematika ini di susun dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari
beberapa sub bab. Sistematika penulisan merupakan uraian secara garis besar
mengenai hal-hal pokok yang dibahas, guna mempermudah dalam memahami
melihat hubungan suatu bab dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab
sebagi berikut:

Bab pertama berisikan pendahuluan dengan uraian mengungkapkan latar
belakang masalah kajian skripsi ini, merumuskan identifikasi permasalahan,
menunjukkan maksud dan tujuan penelitian, kajian kepustakaan, metode
penelitian, yang dipergunakan sebagai kerangka menuju uraian yang sistematis
dan yang terakhir sistematika penulisan.

Bab kedua berisikan pengertian-pengertian secara umum menurut hukum
Islam yang menguraikan pengertian antara lain perceraian dan dasar hukumnya,
sebab-sebab te1jadinya perceraian, macam perceraian dan akibat terjadinya
perceraian.

Bab ketiga, yaitu tinjauan umum yang menguraikan tentang pengertian
murtad, sejarah dan peristiwa murtad dalam Islam, sebab-sebab terjadinya
murtad, kemudian pengaruh murtad terhadap keutuhan rurnah tangga.

17

Bab

keempat,

dalam

bab

ini

penulis

akan

menguraikan

dan

mendeskripsikan masalah menjadi lebih detail secara rnendalam mencangkup,
profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan, prosedur perceraian dan data cerai
gugat di Pengadilan Agarna Jakarta Selatan, kronologis dan putusan perkara No:

01371 Pdt.G/2008/PA.JS, dan analisis penulis terhadap putusan perkara nomor:
013 7/Pdt.G/2008/PA.JS

Bab kelima, yaitu uraian tentang penutup, yang berisi kesimpulan dan
implikasi dari seluruh pembahasan yang telah diteliti, dan dan saran yang dapat
rnendukung kesernpurnaan skripsi.

18

BAB II
PENGERTIAN PERCERAIAN MENURUT FIQH

A. Pengertian Perceraian

Kata perceraian atau talak dalan1 bahasa Arab berasal dari kata

0lb;i - ieセB@

"011> -

yang bermakna melepaskan atau menguraikan tali pengikat, baik

tali pengikat itu bersifat konkrit seperti tali pengikat kuda atau unta maupun
bersifat abslrak seperti tali pengikat perkawinan. 1 Dalam kamus Ensiklopedia
Islam dijelaskan bahwa kata talak adalah melepaskan ikatan, meninggalkan, dan
memisahkan. Di zaman jahiliyah talak digunakan untuk memisahkan hubungan
perkawinan antara suami-istri.
Kata talak menurut istilah (Terminologi) terdapat beberapa pendapat para
ahli hukum:
I. Prof. Subekti, SH mengatakan bahwa perceraian atau talak adalah
penghapusan perkawinan dengan putusan atau tuntutru1 salah satu pihak
dari dalam perkawinan itu.
2. As-Sayid Sabiq dalam Kitabnya Fiqhus Sunnah memberi definisi talak;

1

Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Jakarta, llmu Fiqih ,(Jakarta:
Depag, 1985), cet ke-2, h. 226.
2

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Riyadh : Darul Fath lil alami 'Arabi, 1996), Jilid II, h. 278.

19

"Talak adalah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami
isteri ".

3. Dalam Istilah agama talak adalah melepaskan ikatan perkawinan dengan
mengucapkan secara sukarela ucapan talak kepada istri, dengan kata-kata
yangjelas atau sarih atau dengm1 kata-kata sindiran atau kinayah. 3

B. Dasar Hukum Perceraian
Dalam sumber hukum Islam yaitu Al-qur'an (Al-Baqarah: 232) disebutkan
tentang dasar hukum perceraian sebagai berikut, yaitu:

Artinya: "Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya,

Maka janganlah kamu (para wali) mengha/angi mereka kawin lagi dengan bakal
suaminya, apabila Te/ah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang
ma'ruf. Jtulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci.
Allah mengetahui, sedang !wmu tidak A1engetahui".
Dalam sumber hukum Islam yaitu Al-qur'an (Al-Baqarah

229)

disebutkan tentang dasar hukum perceraian sebagai berikut :

3

Salahuddin Khairi Sadiq, Kamus Jstilah Agama,(Jakarta: CV. Sien! Taraha, 1983), h. 358.

20

Artinya :" Talak 61ang dapat dirujuki) dua kali. sete/ah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Dari ayat Al-Qur'an surat al-Baqarah tersebut diatas dinyatakan bahwa
talak yang dapat dirujuk itu adalah dua kali, artinya E.eorang suami hanya
memperoleh kesempatan dua kali untuk melakukan rujuk. Dan ini memberi
kesan bahwa dua kali tersebut adalah dua kali dalam waktu yang berbeda, dalam
arti ada tenggang waktu antara talak yang pertama dengan talak yang kedua. Dan
yang sangat penting adalah bahwa niat untuk melakukan rujuk harus dengan
makruf maksudnya adalah dengan rujuk tersebut tidak

mendatangkan

kemudharatan dan keburukan bagi kehidupan rumah tangga terlebih lagi berniat
untuk menyakiti isterinya , seperti yang pernah terjadi pada zaman jahiliyyah
justru rujuk itu harus bisa membawa kebahagian dan keharmonisan dan
kehidupan berumah tangga. Apabila saumi hendak menceraikan istrinya maka
itu pun harus dilakukan dengan ihsan maksudnya adalah seoranga suami hams
memberikan kepada mantan isterinya lebih dari sekedar haknya, dengan
memberikan mut'ah agar sang isteri tidak merasakan kehilangan dua hal
sekaligus yaitu cinta dan pemberian suaminya. 4
Dalam hadist diterangkan bahwa perceraian adalah yang paling dibenci
oleh Allah meskipun perbuatan tersebut hukumnya halal.

4

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an
(.Jakarta: lentera Hati, 2002) bab 1, h. 492.

21

Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah riwayat Abu Daud dan
Hakim dan disahkan olelmya.Berbunyi sebagai berikut:

s'-)lhll
,,.
· , .. .&I
(.j
LR'-3 JC •

11 J)GJI'u-=-!
· ' • uQ セNFQ@ .
0

-=

(1l ol3.J)

Artinya : Dari lbnu Umar sesungguhnya Rasulullah berkata "Perbuatan halal
tapi sangat dibenci Allah Azza wajallah ialah talak".

Talak itu dibenci bila tidak ada suatu alasan yang benm-, sekalipun Nabi
menamakan talak itu sebagai perbuatan yang halal dan dibolehkan karena ia
merusak perkawinan yang mengandung kebaikan.

C. Sebab-Sebab Terjadinya Percernian

Putusnya perkawinan dalam ha! ini berarti putusnya hubungan suan1i
isteri. Putusnya perkawinan itu ada beberapa bentuk tergantung dm-i siapa yang
berkehendak untuk putusnya perkawinan itu. Dalam ha! ini ada empat
kemungkinan.
I. Putusnya perkawinan atas kehendak

Allah SWT sendiri melalui matinya

salah satu suami isteri. Dengan kamatian itu senclirinya berakhir pula
hubungan perkawinan.

5

lbn Maj ah, Abu Abdullah Muhammad lbn Yazid al-Qazwiniy, Sunan Jbn Maj ah (Beirut:
Daar al-Fikr 1994), h. 633.

22

2. Putusnya perkawinan atas kehendak si suami karena alasan tertentu dan
dinyatakannya kehendak itu dengan ucapan tertentu. Perceraian semacam itu
disebut dengan talak atau cerai talak.
3. Putusnya perkawinan atas kehendak si isteri karena si isteri melihat sesuatu
yang menghendaki putusnya perkawinan, sedangkan si suami tidak
berkehendak untuk itu. Kehendak untuk putusnya yang disampaikan isteri ini
dengan bentuk membayar uang ganti rugi (iwadh) diterima oleh suami dan
dilanjutkan dengan ucapannya untuk memutus perkawinan itu. Putusnya
perkawinan semacam ini disebut dengan khulu'.
4. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah
melihat ada sesuatu pada suami atau pada isteri yang menandakan tidak
dapatnya hubungan perkawinan itu dilanjutkan. Putusnya perkawinan dalam
bentuk seperti ini disebut fasakh. 6
Amir Syarifuddin secara singkat memberikan klasifikasi perceraian sebagai
berikut:
1. Perceraian kerena meninggal salah satu pihak
2. Perceraian di waktu hidup, yang terbagi atas
a. Talak, antara lain :

6

Amir Syarifuddin,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Muna/what dan
Undang-undang Perkawinan, h. 197.

23

l.)Khulu'
I