Hubungan mekanisme corporate governance, financial distress, dan nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015).

(1)

i ABSTRAK

HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS DAN NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara mekanisme corporate governance dengan financial distress, mekanisme corporate governance dengan nilai perusahaan, dan financial distress dengan nilai perusahaan.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis hubungan.

Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif lemah dengan financial distress, sementara dewan komisaris independen dan kepemilikan institusional memiliki hubungan positif lemah dengan financial distresss; 2) kepemilikan institusional memiliki hubungan positif sedang dengan nilai perusahaan, sementara dewan komisaris independen memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan, dan kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif sedang dengan nilai perusahaan, dan; 3) financial distress memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan.

Kata Kunci : Mekanisme corporate governance, financial distress, nilai Perusahaan.


(2)

ii

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, FINANCIAL DISTRESS, AND FIRM VALUE

(Empirical Study at Manufacture Companies Listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015)

Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

This research aims to analyze the correlation between corporate governance mechanism and financial distress, mechanism corporate governance and firm value, also financial distress and firm value.

This research is categorized as an empirical study. The amount of target population is 68 manufacture companies which are listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015. The technique used in this research is corelation analysis.

In this research, the corporate governance mechanism, is proxied with the proportion of independent board commisioner, managerial ownership, and institutional ownership. The result of the analysis proves that: 1) managerial ownership is weak negatively correlated with financial distress, while independent board commisioner and institutional ownership is weak positively correlated with financial distress; 2) institutional ownership is average positively correlated with firm value, while independent board commisioner is weak negatively correlated with firm value and managerial ownership is average negatively correlated with firm value; 3) financial distress is weak negatively correlated with firm value.


(3)

HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS, DAN NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Oleh :

Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS, DAN NILAI PERUSAHAAN

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Oleh :

Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

“Hidup adalah proses dimana kita

terus belajar,tanpa ada batas umur,

tanpa ada kata tua”

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

-

Kedua orang tua terbaik sepanjang hidup, mama dan papa

-Adikku, Chatarina Novia dan Rhapsodio Daniswara

dan Keluarga Besar C. Soeradi

( Terkhusus Ibu V. Sumaryati dan Sdri. Fransisca Bunga)

yang telah memberikan banyak perhatian,dukungan

dan motivasi selama masa studi


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

FINANCIAL DISTRESS, DAN NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 15 Mei 2017 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya lain, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Mei 2017 Yang membuat pernyataan


(9)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Rosa Ayu Diarista

NIM : 132114201

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS DAN NILAI PERUSAHAAN”

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 31 Mei 2017 Yang membuat pernyataan,


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Waktu berlalu begitu cepat dan tak terasa saya telah sampai pada titik ini. Bertemu dengan sebuah pengalaman luar biasa yang menyentuh seluruh segi kehidupan saya. Bagi saya, pengerjaan skripsi ini adalah sebuah proses belajar yang sangat berharga. Sebuah proses belajar mengontrol diri ketika ditempatkan pada situasi yang tidak nyaman, dihadapkan pada berbagai rintangan, bertemankan dengan rasa bosan, dan dihantui rasa ingin menyerah.

Proses ini ibarat bersepeda, harus melewati jalan yang menanjak untuk mendapatkan pemandangan indah di balik bukit. Ada pilihan yang lebih mudah, saya bisa berputar balik dan melupakan impian akan pemandangan indah tersebut, sebab tanjakan terlalu curam, dan perjalanannya akan menyakitkan. Tapi saya memilih berjuang, tetap mengayuh kuat meski lelah dan terengah-engah. Kini, pemandangan itu terhampar di hadapan saya, menawarkan impian-impian baru untuk saya kejar. Skripsi ini adalah akhir, sekaligus awal bagi saya.

Banyak sosok hebat di balik layar yang menuntun saya untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Untuk itu, saya bersyukur atas penyertaan Roh Kudus, yang menghibur dan mencurahkan semangatnya dalam setiap jatuh bangun langkah saya. Kepada Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma, terima kasih telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian saya. Kepada Albertus Yudi Yuniarto, S.E., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi, terima kasih telah memberikan kesempatan untuk belajar dan merasakan dinamika di lingkungan Fakultas Ekonomi. Terima kasih pula kepada Y.P Supardiyono, M.Si. Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi yang telah memberikan dukungan untuk terselesaikannya skripsi ini.

Teruntuk Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak, dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar menuntun, membimbing dan memberikan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Untuk segala motivasi dan dukungan dalam penyelesaian studi saya di bangku perkuliahan ini, terimakasih kepada dosen pembimbing akademik saya, Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto M.Si., Akt., QIA; dan juga kepada seluruh Dosen Program Studi Akuntansi yang terima kasih atas segala waktu, tenaga dan ilmu yang telah diberikan.


(11)

viii

Terkhusus ibu terhebat sepanjang hidup, Ibu Yohana S. Widiastuti, terima kasih atas segala dukungan dan pelajaran berharga dalam hidup yang diajarkan sejak saya kecil sampai saat ini. Beliau selalu bilang, “apapun yang terjadi, life must go on”. Terima kasih pula kepada papa, Opie, Dio, Bude Niek, dan Mbak Bunga dan keluarga besar C. Soeradi untuk kehangatan, keceriaan, dan perhatian yang selalu menjadi semangat saya dalam menempuh studi.

Teruntuk Judith Nooryani Chanutomo, sahabat sepermainan dan seperantauan di kota orang. Tak terasa proses panjang ini telah kita lewati. Kebersamaan terindah dalam suka dan duka turut menjadi pemanis perjalanan hidup. Meski tertatih atau berlari, kita berhasil membangun sebuah persahabatan. Tempat di mana aku merasa bebas menjadi diriku sendiri, tempat berbagi dan melepas gelak tawa. Terima kasih telah memberikanku banyak hal untuk terus mengembangkan diri: belajar MBTI, belajar kritis terhadap sesuatu dan mendiskusikannya dan yang selalu berkata “don’t be ordinary people”.

Lalu, untuk kenangan kebersamaan, tawa, dan tangis yang telah kita bagi bersama selama empat tahun, terima kasih kepada Damaris Indah Nugraheni dan Theodosia Dhinar Krisma Alfidya. Gak akan pernah lupa kenangan jadi anak kos bareng, gak akan pernah lupa kenangan bangun pagi untuk ikut brevet jam 8 pagi setiap hari sabtu. Untuk Denny A. Siringo-ringo, terima kasih telah memberikan dukungan dan mengajarkanku banyak hal bahwa hidup tidak untuk bermanja-manja terus. Terima kasih pula untuk teman seperjuangan MPAT kelas B (Bang Leo, Yulius, Sisca, Nia, Age, Tije, Ristyo, Dhita, Eva, Cumi, Lauren, Bayu, Sevi) dan teman-teman kelas Akuntansi D atas cerita, ide dan pengalamannya selama proses pengerjaan skripsi ini; dan kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.

Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat terbuka untuk saya terima guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.

Yogyakarta, 31 Mei 2017


(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xv

ABSTRAK... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 2

B. Rumusan Masalah... 4

C.Batasan Masalah... .... 4

D.Tujuan Penelitian... ... 5

E. Manfaat Penelitian... ... 5

F. Sistematika Penulisan... ... 6

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A.Teori Fundamental... 8

1. Teori Keagenan (Agency Theory)... 8

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)... 10

B. Teori Pendukung... 11

1. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)... 11

2. Financial Distress... 16

3. Nilai Perusahaan... 20

C.Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Financial Distress... 23

D.Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Nilai Perusahaan... ... 25

E. Hubungan Financial Distress dan Nilai Perusahaan... ... 27

F. Penelitian Terdahulu... ... 27

G. Kerangka Konseptual Penelitian... ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A.Jenis Penelitian... 31

B. Populasi Sasaran... ... 31

C.Jenis dan Sumber Data... 32

D.Teknik Pengumpulan Data... 32

E. Variabel Penelitian... 33


(13)

x

2. Mekanisme Corporate Governance... 33

3. Nilai Perusahaan... 33

F. Teknik Analisis Data... 34

1. Mengumpulkan Data... 34

2. Mengukur Variabel... 34

a. Menghitung Proporsi Dewan Komisaris Independen... ... 34

b. Menghitung Proporsi Kepemilikan Manajerial... ... 35

c. Menghitung Proporsi Kepemilikan Institusional... 35

d. Menghitung Nilai Perusahaan... 36

3. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif... 37

4. Mengklasifikasikan Data... 37

a. Mengklasifikasikan Data Tata Kelola Perusahaan/ Corporate Governance ... 37

1) Mengklasifikasikan Data Dewan Komisaris Independen... 37

2) Mengklasifikasikan Data Kepemilikan Manajerial... 37

3) Mengklasifikasikan Data Kepemilikan Institusional... 38

b. Mengklasifikasikan Data Financial Distress... 38

c. Mengklasifikasikan Data Nilai Perusahaan... 38

5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)... 39

6. Menarik Kesimpulan... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 41

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 55

A.Analisis Data ... 55

1. Pengumpulan Data ... 55

2. Perhitungan Variabel Penelitian ... 55

a. Perhitungan Mekanisme Corporate Governance ... 55

1) Perhitungan Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 55

2) Perhitungan Proporsi Kepemilkan Manajerial ... 55

3) Perhitungan Proporsi Kepemilikan Institusional ... 56

b. Perhitungan Nilai Perusahaan ... 56

3. Analisis Statistik Deskriptif ... 56

a. Analisis Statistik Deskriptif Mekanisme Corporate Governance... 56

1) Analisis Statistik Deskriptif Dewan Komisaris Independen. ... 56


(14)

xi

3) Analisis Statistik Deskriptif Kepemilikan

Institusional ... 58 b. Analisis Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan... 59 4. Pengklasifikasian Data

a. Pengklasifikasian Data Mekanisme

Corporate Governance ... 60 1) Pengklasifikasian Data Dewan Komisaris

Independen ... 60 2) Pengklasifikasian Data Kepemilikan

Manajerial... 61 3) Pengklasifikasian Data Kepemilikan

Institusional... 62 b. Pengklasifikasian Data Nilai Perusahaan... 63 c. Pengklasifikasian Data Financial Distress... 64 5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)

a. Analisis Tabulasi Silang Mekanisme Corporate

Governance dan Financial Distress... 66 1) Analisis Tabulasi Silang Dewan Komisaris

Independen dan Financial Distress... 67 2) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial

dan Financial Distress ... 67 3) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional

dan Financial Distress ... 68 b. Analisis Tabulasi Silang Mekanisme Corporate

Governance dan Nilai Perusahaan... 70 a) Analisis Tabulasi Silang Dewan Komisaris

Independen dan Nilai Perusahaan... 70 b) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial

dan Nilai Perusahaan ... 71 c) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional

dan Nilai Perusahaan ... 73 c. Analisis Tabulasi Silang Financial Distress

dan Nilai Perusahaan

... 74

B. PEMBAHASAN

1. Hubungan Mekanisme Corporate Governance

dan Financial Distress ... 76 a. Hubungan Dewan Komisaris Independen

dan Financial Distress... 76 b. Hubungan Kepemilikan Manajerial

dan Financial Distress ... 77 c. Hubungan Kepemilikan Institusional

dan Financial Distress ... 78 2. Hubungan Mekanisme Corporate Governance


(15)

xii

a. Hubungan Dewan Komisaris Independen

dan Nilai Perusahaan ... 80

b. Hubungan Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan ... 81

c. Hubungan Kepemilikan Institusional Dan Nilai Perusahaan ... 82

3. Hubungan Financial Distress dan Nilai Perusahaan... 83

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 94

LAMPIRAN I Data Perhitungan Prosentase Dewan Komisaris Independen ... 95

LAMPIRAN II Data Perhitungan Prosentase Kepemilikan Manajerial ... 97

LAMPIRAN III Data Perhitungan Prosentase Kepemilikan Institusional... 101

LAMPIRAN IV Data Perhitungan Nilai Perusahaan 2013... 105

LAMPIRAN V Data Perhitungan Nilai Perusahaan 2014...110


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel ... 40

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 42

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 56

Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Proporsi Kepemilikan Manajerial ... 57

Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Proporsi Kepemilikan Institusional ... 58

Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan ... 59

Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Financial Distress ... 59

Tabel 5.6 Hasil Klasifikasi Dewan Komisaris Independen ... 60

Tabel 5.7 Hasil Klasifikasi Kepemilikan Manajerial ... 61

Tabel 5.8 Hasil Klasifikasi Kepemilikan Institusional ... 62

Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi Nilai Perusahaan ... 63

Tabel 5.10 Hasil Klasifikasi Financial Distress ... 64

Tabel 5.11 Analisis Crosstabs Dewan Komisaris Independen dan Financial Distress ... 66

Tabel 5.12 Nilai Koefisien Gamma Dewan Komisaris Independen dan Financial Distress... 67

Tabel 5.13 Analisis Crosstabs Kepemilikan Manajerial dan Financial Distress ... 67

Tabel 5.14 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Manajerial dan Financial Distress ... 68

Tabel 5.15 Analisis Crosstabs Kepemilikan Institusional dan Financial Distress ... 68


(17)

xiv

Tabel 5.16 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Institusional

dan Financial Distress ... 69 Tabel 5.17 Analisis Crosstabs Dewan Komisaris

Independen dan Nilai Perusahaan ... 70 Tabel 5.18 Nilai Koefien Gamma Dewan Komisaris

Independen dan Nilai Perusahaan ... 71 Tabel 5.19 Analisis Crosstabs Kepemilikan Manajerial

dan Nilai Perusahaan ... 71 Tabel 5.20 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Manajerial

dan Nilai Perusahaan ... 72 Tabel 5.21 Analisis Crosstabs Kepemilikan Institusional

dan Nilai Perusahaan ... 73 Tabel 5.22 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Institusional

dan Nilai Perusahaan ... 74 Tabel 5.23 Analisis Crosstabs Financial Distress

dan Nilai Perusahaan ... 74 Tabel 5.24 Nilai Koefisien Gamma Financial Distress


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 30


(19)

xvi ABSTRAK

HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS DAN NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara mekanisme corporate governance dengan financial distress, mekanisme corporate governance dengan nilai perusahaan, dan financial distress dengan nilai perusahaan.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis hubungan.

Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif lemah dengan financial distress, sementara dewan komisaris independen dan kepemilikan institusional memiliki hubungan positif lemah dengan financial distresss; 2) kepemilikan institusional memiliki hubungan positif sedang dengan nilai perusahaan, sementara dewan komisaris independen memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan, dan kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif sedang dengan nilai perusahaan, dan; 3) financial distress memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan.

Kata Kunci : Mekanisme corporate governance, financial distress, nilai Perusahaan.


(20)

xvii ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, FINANCIAL DISTRESS, AND FIRM VALUE

(Empirical Study at Manufacture Companies Listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015)

Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

This research aims to analyze the correlation between corporate governance mechanism and financial distress, mechanism corporate governance and firm value, also financial distress and firm value.

This research is categorized as an empirical study. The amount of target population is 68 manufacture companies which are listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015. The technique used in this research is corelation analysis.

In this research, the corporate governance mechanism, is proxied with the proportion of independent board commisioner, managerial ownership, and institutional ownership. The result of the analysis proves that: 1) managerial ownership is weak negatively correlated with financial distress, while independent board commisioner and institutional ownership is weak positively correlated with financial distress; 2) institutional ownership is average positively correlated with firm value, while independent board commisioner is weak negatively correlated with firm value and managerial ownership is average negatively correlated with firm value; 3) financial distress is weak negatively correlated with firm value.


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembentukan pasar tunggal di Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) resmi diberlakukan pada tanggal 31 Desember 2015. Indonesia, masuk sebagai salah satu negara yang tergabung dalam keanggotaan MEA bersama dengan Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan berbagai negara di Asia Tenggara lainnya. Konsekuensi atas adanya kesepakatan MEA yakni adanya aliran bebas barang, jasa, investasi dan modal bagi negara-negara ASEAN.

Kehadiran MEA tentu menjadi sebuah kesempatan yang baik bagi Indonesia, karena berdampak pada peningkatan ekspor yang sesuai dengan perwujudan dari Nawa Cita1 Kementrian Perdagangan dengan menetapkan adanya kenaikan ekspor sebesar tiga kali lipat sampai dengan 2019. Hingga tahun 2016, laporan International Yearbook of Industrial Statistics2 2016 mencatat bahwa industri manufaktur di Indonesia telah memberikan kontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik bruto (PDB) nasional.

1

Nawa Cita adalah sembilan agenda prioritas yang merupakan visi misi yang dibuat ketika Pemilu Presiden 2014 dan menjadi program kerja untuk lima tahun masa kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla.

2

International Yearbook of Industrial Statistics adalah konten publikasi unggulan dari United Nations Industrial Development Organizations yang disediakan bagi para ekonom, perencana, pembuat kebijakan dengan statistik diseluruh dunia pada tingkat, struktur dan tren di sektor manufaktur.


(22)

2

Namun, siapa bisa menyangkal bahwa ternyata munculnya MEA juga membawa tantangan baru bagi Indonesia, yakni adanya homogenitas komoditas yang diperjualbelikan. Kondisi inilah yang akhirnya menggiring kepada sebuah realitas bahwa persaingan didunia industri manufaktur cukup pesat. Dilansir dari berita detikfinance (01/11/16) sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik, bahwa pertumbuhan industri manufaktur pada akhir tahun 2016 mencapai 5,7%. Tiga kelompok industri utama dengan pertumbuhan tertinggi adalah farmasi, produk obat kimia dan tradisional dengan 11,26%, makanan 7,70%, dan kulit, barang dari kulit dan alas kaki dengan 7,28%. Sementara itu, industri yang mengalami penurunan adalah tekstil sebesar 8,96%, industri pengolahan lainnya sebesar 9,83% dan karet serta plastik sebesar 12,98%.

Persaingan industri manufaktur menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif agar tidak tenggelam di dalamnya. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk mampu menghasilkan produk yang bermutu bagi konsumen, tetapi juga dituntut untuk menaruh perhatian lebih pada tata kelola perusahaan yang baik. Harapannya, perusahaan mampu mengembangkan bisnisnya dan mampu bertahan di tengah persaingan bisinis yang ketat.

Menurut Organization for Economic Corporation and Development, tata kelola perusahaan atau yang dikenal dengan istilah corporate governance adalah suatu struktur untuk menetapkan tujuan perusahaan dan sarana pencapaian tujuan tersebut. Secara umum,


(23)

corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat mekanisme yang saling menyeimbangkan antara tindakan maupun pilihan manajer dengan kepentingan shareholders (Susanti, 2011). Corporate governance ini sendiri, dapat menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga konflik antara pihak agen dan principal yang berdampak pada agency cost dapat dihindari (Bodroastuti, 2009). Dengan adanya penerapan corporate governance yang baik, manajer perusahaan akan selalu mengambil tindakan yang tepat dan tidak mementingkan diri sendiri, serta dapat melindungi stakeholders perusahaan.

Penerapan mekanisme corporate governance yang baik akan menekan risiko perusahaan mengalami financial distress atau kesulitan keuangan. Menurut Platt dan Platt (2002), financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi seperti ini membuat manajer berpikir ulang untuk melakukan tindakan antisipasi maupun strategi dalam menghadapi kesulitan keuangan.

Serangkaian kesalahan dan pengambilan keputusan yang tidak tepat dapat menggiring perusahaan pada kondisi financial distress yang akan menimbulkan respon negatif dari investor kepada perusahaan. Investor cenderung menghindari perusahaan dengan kondisi keuangan yang kurang baik dan enggan kembali menanamkan investasinya. Karena bagi investor, masalah keuangan yang dibiarkan berlarut-larut lambat laun akan mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Bukan saja hanya satu


(24)

4

pihak yang akan terkena dampak dari permasalahan keuangan ini seperti perusahaan saja, namun dari pihak stakeholders dan shareholders perusahaan potensial terkena dampak tersebut. Kondisi ini berpotensi menurunkan harga saham, berakibat pada turunnya nilai perusahaan dan mengurangi kesempatan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dana dari kreditor prospektif (Widyastuti, 2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka bahasan yang akan dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hubungan antara mekanisme corporate governance dan financial distress?

2. Bagaimana hubungan antara mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan?

3. Bagaimana hubungan antara financial distress dan nilai perusahaan?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya terbatas untuk mengetahui hubungan mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan menggunakan dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan financial distress yang diproksikan menggunakan earning per share negatif serta nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q.


(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan mekanisme corporate governance dan financial distress.

2. Mengetahui hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.

3. Mengetahui hubungan financial distress dan nilai perusahaan

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan mekanisme corporate governance, financial distress, dan nilai perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai pentingnya pengetahuan mengenai mekanisme corporate governance yang baik di perusahaan untuk meminimalkan sedini mungkin terjadinya kondisi financial distress serta kaitannya dengan nilai perusahaan.


(26)

6

3. Bagi Pihak Eksternal Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi investor, kreditor maupun pemerintah serta pihak–pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan ekonomi maupun bisnis yang tepat dimasa mendatang.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapakan dapat menambah referensi kepustakaan Universitas Sanata Dharma.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan teori – teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang diperlukan, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan teknik analisis data yang digunakan.


(27)

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi analisis terhadap data–data yang telah diperoleh dengan dasar teknik analisis data yang telah ditentukan.

BAB VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian yang dilakukan, serta saran bagi penelitian selanjutnya.


(28)

8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Fundamental

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menggambarkan adanya hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsipal maupun agen adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam pengelolaan perusahaan dan memiliki kepentingan maupun motivasi tersendiri dalam menjalankan tugasnya. Pihak prinsipal atau pemilik atau pemegang saham memberikan kekuasaan kepada manajer dalam pengambilan keputusan pengelolaan perusahaan. Namun, para manajer yang mengambil keputusan terkadang lebih mementingkan pencapaian hasil yang tinggi dalam rangka mencapai kepuasan dirinya dan mengabaikan kepentingan pemegang saham serta bertentangan dengan tujuan perusahaan.

Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan tersebut, menimbulkan adanya konflik keagenan. Konflik keagenan yang timbul antara berbagai pihak yang memiliki beragam kepentingan ini dapat menyulitkan dan menghambat perusahaan dalam mencapai kinerja yang positif guna menghasilkan nilai perusahaan itu sendiri dan bagi shareholders (Oktadella, 2011). Masalah keagenan ini terjadi oleh


(29)

adanya informasi yang tidak simetris antara pihak agen dan prinsipal. Artinya, salah satu pihak tidak memiliki informasi sama seperti pihak lainnya sehingga beberapa konsekuensi dari pemilihan keputusan yang dilakukan tidak dapat dipertimbangkan oleh salah satu dari pihak tersebut.

Menurut Jensen dan Meckling (1976), adanya masalah keagenan memunculkan adanya biaya agensi. Biaya agensi meliputi :

a. The Monitoring Expenditure by The Principle (monitoring cost), yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan.

b. The Bounding Expenditure by The Agent (bounding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang merugikan prinsipal.

c. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen karena adanya hubungan agensi.

Adanya good corporate governance ini diharapkan dapat meminimalkan masalah agensi antara pihak principal dan agen. Oleh karena itu, good corporate governance sebagai sebuah konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada pihak principal atas kinerja agen. Lebih lanjut lagi, good corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor dan yakin bahwa manajer tidak melakukan


(30)

10

tindakan moral hazard serta menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan bagi investor.

2. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada investor. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan para investor. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Thiono, 2006). Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran, baik untuk keadaaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan (Brigham and Houston, 2001).

Menurut Wolk dalam Thiono (2006), teori sinyal juga menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak


(31)

luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga terendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi Asimetri informasi dapat berakibat buruk bagi persepsi investor mengenai perusahaan tersebut karena asimetri informasi ini dapat menimbulkan 2 masalah diantaranya, moral hazard yakni permasalahan jika agen tidak melaksanakan hal–hal yang disepakati dalam kontrak kerja, dan adverse selection yakni keadaan dimana principal tidak mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen–agen benar didasarkan atas informasi yang diperolehnya, atau terjadi kelalaian dalam tugas.

B. Teori Pendukung

1. Corporate Governance (CG)

a. Definisi Corporate Governance

Pengertian corporate governance secara umum adalah sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit, hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki.


(32)

12

(Triwahyuningtias dan Muharam, 2012). Menurut Organization for Economic Corporation and Development (OECD, 2004), corporate governance merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan supaya dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dengan perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme corporate governance adalah suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (direksi, dewan komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan serta norma yang berlaku (Daniri, 2005). Babic (2001) dalam Nuryaman (2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, berupa internal mechanisms (mekanisme internal) seperti proporsi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajeral dan komposisi eksekutif. Kedua, external mechanisms (mekanisme eksternal) seperti pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional serta audit oleh auditor eksternal. Dalam penelitian ini, terdapat 3 mekanisme corporate governance yang digunakan yaitu:


(33)

1) Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris independen merupakan bagian perusahaan yang mempunyai peran penting dalam melaksanakan GCG secara efektif dan merupakan pihak yang mempunyai peranan penting dalam menyediakan laporan keuangan yang reliable (KNKG, 2006). Keberadaan komisaris independen diperlukan dalam perusahaan untuk menengahi atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat benturan berbagai kepentingan yang mengabaikan kepntingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya (KNKG, 2006).

Perusahaan yang memiliki corporate governance yang baik, seperti yang diatur dalam peraturan OJK No. 33 tahun 2014 wajib memiliki komisaris independen yang berjumlah secara proporsional minimal 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris. Prooporsi dewan komisaris independen dinyatakan dengan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen dengan jumlah seluruh dewan komisaris (Lins dan Warnock, 2014). Adapun cara untuk menghitung proporsi dewan komisaris independen adalah :


(34)

14

Proporsi Dewan

Komisaris Independen = Jumlah komisaris independen Jumlah seluruh dewan komisaris

2) Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan membuat manajer mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik perusahaan sekaligus pengelola perusahaan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat mengurangi insentif manajer untuk mengkonsumsi kemewahan, menyedot kekayaan pemegang saham, atau terlibat dalam perilaku yang tidak memaksimumkan nilai perusahaan. Sehingga manajer pemilik saham tersebut akan mempunyai hak untuk memberikan tekanan atau saran bagi perusahaan untuk berjalan ke arah yang dikehendakinya. Kepemilikan manajerial dinyatakan dengan perbandingan jumlah saham yang dimiliki manajemen dengan jumlah keseluruhan saham perusahaan (Lins dan Warnock, 2004).

Kepemilikan Jumlah Saham yang dimiliki manajemen


(35)

3) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau badan usaha atau organisasi pada akhir tahun yang diukur dengan presentase (Nabela, 2012). Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh pemilik institusional tersebut akan membuat perusahaan lebih efisien dalam penggunaan aset sebagai sumber daya perusahaan dalam operasinya, walaupun pengawasan yang dilakukan investor sebagai pemilik perusahaan dilakukan dari luar perusahaan (Mayangsari, 2015). Sheila (2012) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan untuk mengawasi kinerja manajemen dan dapat semakin memberi dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Adapun kepemilikan institusional dinyatakan dengan perbandingan jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah saham perusahaan (Lins dan Warnock,2004). Kepemilikan Jumlah saham yang dimiliki institusi Institusional Total saham


(36)

16

2. Financial Distress

a. Definisi Financial Distress

Kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan, terkadang tidaklah berjalan mulus seratus persen. Kemungkinan, pada suatu kondisi tertentu, perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas seperti tidak dapat membayar gaji pegawai dan bunga utang. Hal ini jika tidak diselesaikan dengan baik maka kesulitan kecil tersebut dapat berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar dan dapat mengarah pada terjadinya kebangkrutan. Menurut Whitaker (1999) dalam Almilia (2004) suatu perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi financial distress atau kesulitan keuangan apabila perusahaan tersebut memiliki laba bersih (net profit) negatif secara berturut-turut selama beberapa tahun.

Elloumi dan Gueyie (2001) mengkategorikan perusahaan mengalami financial distress jika perusahaan mempunyai laba per lembar saham atau earning per share (EPS) negatif. EPS mampu menggambarkan keuntungan perusahaan yang diperoleh pada periode tertentu dan secara implisit bagaimana kinerja perusahaan pada masa lalu serta prospek ke depannya. Menurutnya, sebuah perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik di masa yang akan datang apabila mempunyai nilai Earning per Share (EPS) positif secara terus menerus setiap periodenya. Sebaliknya, EPS yang


(37)

negatif dalam beberapa periode menggambarkan prospek earning dan pertumbuhan perusahaan yang tidak baik dimana itu bukan merupakan kondisi yang disukai investor. Dalam kondisi semacam itu perusahaan akan sulit untuk mendapatkan dana dikarenakan pendapatannya negatif, sehingga dapat memicu terjadinya financial distress

Menurut Brigham dan Gapenski (1997) dalam Khaira Amalia (2008) terdapat beberapa hal yang paling terlihat ketika perusahaan mengalami financial distress seperti :

1) Economic failure

Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capital nya. Keberlangsungan perusahaan bergantung pada kesediaan kreditur untuk menyediakan modal dan pemilik perusahaan mau menerima tingkat pengembalian (rate of return) dibawah pasar. Meskipun tidak terdapat suntikan modal baru saat asset tua harus sudah diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi.

2) Business failure

Business failure atau kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat adanya laba negatif kepada direktur.


(38)

18

3) Technical insolvency

Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis memperlihatkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di lain sisi, jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, hal tersebut tentu menjadi perhatian pertama menuju bencana keuangan (financial disaster).

4) Insolvency in bankcruptcy

Insolvency in bankruptcy merupakan kondisi dimana nilai buku hutang perusahaan melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius dibandingkan technical insolvency dikarenakan umumnya hal ini adalah tanda dari economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang ada dalam keadaan insolvency in bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

5) Legal bankruptcy

Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undang – undang yang berlaku.


(39)

b. Penyebab Financial Distress

Financial distress dapat timbul karena faktor dari dalam perusahaan (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal). Damodaran (2001) menyatakan, faktor penyebab financial distress dari dalam perusahaan lebih bersifat mikro, faktor–faktor tersebut antara lain adalah :

1) Kesulitan Arus Kas

Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban–beban usaha yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Hal tersebut bisa juga disebabkan karena kesalahan dari manajemen dalam mengelola aliran kas perusahaan untuk pembayaran aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan.

2) Besarnya Jumlah Hutang

Salah satu cara untuk menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan adalah dengan mengambil hutang dan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa depan. Saat terjadi tagihan atas hutang atau telah jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk membayar tagihan–tagihan yang terjadi maka kemungkinan kreditur akan menyita harta perusahaan untuk menutupi kekurangan pembayaran tagihan tersebut.


(40)

20

3) Kerugian Operasional Perusahaan

Kerugian operasional perusahaan menyebabkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban operasional perusahaan lebih besar daripada pendapatan yang diterima perusahaan.

Selanjutnya, ketika perusahaan dapat menanggulangi atau menutupi tiga hal tersebut, tidak ada jaminan pasti bahwa perusahaan dapat terhindar dari financial distress, karena masih terdapat faktor eksternal perusahaan yang dapat menyebabkan financial distress. Faktor eksternal perusahaan itu sendiri lebih bersifat makro dan cakupannya lebih luas. Beberapa faktor eksternal tersebut dapat berupa kebijakan pemerintah serta kebijakan suku bunga pinjaman yang meningkat sehingga dapat menyebabkan beban bunga yang ditanggung perusahaan meningkat.

3. Nilai Perusahaan

a. Definisi Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan sebuah kondisi tertentu atas pencapaian suatu perusahaan sebagai gambaran atas kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, dimulai sejak awal perusahaan berdiri sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan


(41)

dengan harga saham (Sujoko dan Subiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham tersebut dapat dijadikan gambaran nilai perusahaan. Pada saaat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya, pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun (Widyastuti, 2014). Memaksimalkan nilai perusahaan sangatlah penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Widyastuti, 2014).

b. Alat Ukur Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur dengan rasio–rasio sebagai berikut (Rika, 2010) :

1) Price Earnings Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual.

2) Price Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku.

3) Market Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham.


(42)

22

4) Market to Book Assets Ratio yaitu ekspetasi pasar tentang nilai dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar asset dengan nilai buku asset. 5) Enterprise Value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang

dihitung sebagai nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai kapitalisasi pasar ditamabah total kewajiban ditambah minority interest dan saham preferen dikurangi total kas dan ekuivalen kas.

6) Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar dipasar keuangan dengan nilai penggantian asset (asset replacement value).

Dalam penelitian ini nilai perusahaan dihitung menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan. Tobin’s Q merupakan ukuran yang tidak hanya memberikan gambaran dari aspek fundamental saja, namun juga menggunakan pendekatan ukuran sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek termasuk penilaian aspek investasi (Ainy, 2015). Fahmi (2011) mengatakan jika rasio Tobin’s Q diatas satu (>1), menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika rasio


(43)

tobin’s Q dibawah satu (<1), investasi dalam aktiva tidak menarik. Adapun rumus Tobin’s Q adalah sebagai berikut :

Tobin’s Q =

Keterangan :

MVE = harga saham x jumlah saham beredar DEBT = total hutang perusahaan

TA = total Aktiva

C. Hubungan Mekanisme Corporate Governance dengan Financial Distress

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Dewan komisaris merupakan pengawas dalam perusahan yang bertugas mengawasi perilaku manajemen dalam pelaksanaan strategi perusahaan, dewan komisaris sebagai organ perusahaan juga bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance (Agusti, 2013). Semakin tinggi proporsi dewan komisaris maka akan semakin meningkatnya monitoring atau pengawasan kinerja perusahaan yang dampaknya terhadap rendahnya kemungkinan kondisi financial distress (Deviacita dan Ahmad, 2012).


(44)

24

Kepemilikan manjerial adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen atau pengelola perusahaan. Adanya kepemilikan saham oleh manajer ini membuat manajer mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik perusahaan sekaligus sebagai pengelola perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat manajer memiliki kepentingan untuk menyatukan kepentingan pemegang saham dan kepentingan mereka sendiri. Manajer pemilik saham tersebut merasa mempunyai hak untuk memberikan tekanan atau saran bagi perusahaan untuk berjalan ke arah yang baik sehingga meminimalkan terjadinya financial distress (Emrinaldi, 2007).

Kepemilikan Institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena dengan adanya kepemilikan oleh investor institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada jumlah investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan, maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen sehingga kemungkinan perusahaan menghadapi kondisi kesulitan keuangan dapat diminimalkan.


(45)

D. Hubungan Mekanisme Corporate Governance dengan Nilai Perusahaan

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan, dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Lastanti, 2004). Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku opportunistic manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Young et al, 2001 dalam Riyanto, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barnhart dan Rosenstein (1998) menyatakan bahwa semakin tinggi perwakilan dari komisaris independen, maka semakin tinggi independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan saham manajemen akan membantu penyatuan kepentingan manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat maupun konsekuensi dari keputusan yang diambil. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen, maka


(46)

26

berkurang kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan dan ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah, maka ada kecenderungan terjadinya perilaku opportunistic manajer yang akan meningkat pula.

Kepemilikan institusional, dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004). Wening (2009) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional menunjukkan bahwa fungsi kontrol dari pemilik sangat menentukan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Secara teoritis bahwa semakin tinggi kepemilikan intitusional maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan, maka dapat menaikkan nilai perusahaan apabila pemilik perusahaan mempu mengendalikan perilaku manajemen agar bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan (Darwis, 2009).


(47)

E. Hubungan Financial Distress dengan Nilai Perusahaan

Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Financial distress ini bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek), yang merupakan financial ditress yang paling ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan financial distress paling berat (Brahmana, 2007). Kondisi posisi keuangan perusahaan yang suram atau yang terindikasi mengalami financial distress menimbulkan respon negatif dari investor kepada perusahaan. Kondisi keuangan yang kurang baik berpotensi mengurangi harga saham yang berarti dapat menurunkan nilai perusahaan dan mengurangi kesempatan untuk memperoleh pinjaman dana dari kreditor prospektif (Widyastuti, 2014).

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian Elloumi dan Gueiye (2001) menggunakan kepemilikan dewan komisaris, directorship, dualitas CEO, kepemilikan eksternal blockholding sebagai variabel independen dan financial distress sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan dewan komisaris dan disrectorship berhubungan negatif dengan kemungkinan financial distress. Perusahaan yang mengalami financial distress yang melakukan pergantian CEO mempunyai


(48)

28

dualitas CEO-ketua dewan yang rendah dan mempunyai kepemilikan eksternal blockholding yang lebih sedikit.

Penelitian Hong-Xia Lie, Zong-Jun Wang dan Xiao-Lan Deng (2008) menggunakan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan pemerintah, kepemilikan manajerial, independen komisaris, biaya administrasi, dan opini audit sebagai variabel independen sedangkan financial distress sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan, state ownership, ultimate owner, independent director dan opini audit berpengaruh negatif terhadap financial distress, biaya administrasi berpengaruh positif terhadap kemungkinan financial distress, kepemilikan manajerial tidak berhubungan.

Penelitian Widyasaputri (2012) menggunakan financial distress sebagai variabel dependen dan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi dan ukuran dewan komisaris sebagai variabel independennya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi dan ukuran dewan komisaris secara signifikan berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

Selanjutnya, penelitian Hamonangan Siallagan dan Masúd Machfodedz (2006) dengan judul Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, memberikan hasil penelitian bahwa kepemilikan manajerial secara negatif signifikan terhadap nilai


(49)

perusahaan, dewan komisaris secara positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan komite audit secara positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Mohammad Hasan Che Haat, Rasidah Abdul Rahman dan Sakthi Mahenthiran (2008) dengan judul Corporate Governance, Transparency, and Performance of Malaysian Companies memberikan hasil bahwa independensi dewan komisaris, cross-directorhip dewan, kepemilikan manajerial tidak signifikan dan berhubungan negatif dengan voluntary disclosure maupun Tobin’s Q. Disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan dan berhubungan negatif adanya pengaruh voluntary disclosure yang memediasi hubungan antara mekanisme corporate governance dengan nilai perusahaan.

Penelitian Gill dan Obradovich (2013) meneliti tentang dampak corporate governance dan financial leverage terhadap nilai perusahaan di Amerika. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan variabel independennya yaitu CEO duality, ukuran dewan, komite audit dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan menunjukkan hubungan yang negatif terhadap nilai perusahaan manufaktur Amerika sedangkan CEO duality, komite audit, financial leverage menunjukkan hubungan yang positif pada nilai perusahaan Amerika.


(50)

30

G. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian dibawah ini menggambarkan hubungan mekanisme corporate governance, financial distress dan nilai perusahaan.

Gambar 2.1


(51)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris. Studi empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder sebagai sumber data, untuk kemudian diolah dan dianalisis untuk menjelaskan hubungan antara mekanisme corporate governance, financial distress dan nilai perusahaan.

B. Populasi Sasaran

Populasi sasasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan secara konsisten menerbitkan laporan tahunan (annual report) periode 20132015. Selanjutnya, dengan menggunakan purposive sampling method, sampel dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah : 1. Sampel perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015.

2. Sampel perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan (annual report) dengan menggunakan satuan mata uang rupiah periode 2013–2015.


(52)

32

3. Sampel yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur yang memperoleh earning per share negatif selama 3 tahun berturut-turut (2013-2015) untuk diklasifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami financial distress.

4. Sampel yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur yang memperoleh earning per share positif selama 3 tahun berturut-turut (2013-2015) untuk diklasifikasikan sebagai perusahaan non-financial distress.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan tahunan (annual report) perusahaan yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yang dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari dan menganalisis data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa dokumen-dokumen yang berisi informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.


(53)

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Financial Distress

Financial distress diproksikan menggunakan Earning Per Share (EPS). Elloumi dan Gueiye (2001) mengkategorikan perusahaan mengalami kondisi financial distress jika perusahaan mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif. Penggunaan EPS sebagai proksi penelitian ini karena EPS adalah rasio yang paling terlihat ketika perusahaan mengalami kerugian dalam usahanya.

2. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme corporate governance diproksikan dengan menggunakan prosentase dari dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional perusahaan. Pemilihan 3 proksi ini didasarkan pada asumsi bahwa prosentase dewan komisaris independen dan kepemilikan manajerial mampu mewakili mekanisme internal dan kepemilikan institusional mewakili mekanisme eksternal corporate governance.

3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan diproksikan dengan rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan. Tobin’s Q merupakan ukuran yang tidak hanya memberikan gambaran dari aspek fundamental saja, namun juga


(54)

34

menggunakan pendekatan ukuran sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek termasuk penilaian aspek investasi (Ainy, 2015).

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015, yang diperoleh melalui website resmi BEI (www.idx.co.id).

2. Mengukur Variabel

a. Menghitung Proporsi Dewan Komisaris Independen

Rasio dewan komisaris independen dalam penelitian ini dinyatakan dengan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris.

Komisaris Independen = Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris Berikut contoh perhitungannya :

PT. Unilever Indonesia Tbk. 2013 (UNVR)

KI 2013 = x 100%


(55)

b. Menghitung Proporsi Kepemilikan Manajerial

Rasio kepemilikan manajerial dalam penelitian ini dinyatakan dengan perbandingan antara saham yang dimiliki oleh manajemen dengan total saham beredar.

Kepemilikan Manajerial = Saham yang dimiliki manajemen Total saham beredar

Berikut contoh perhitungannya :

PT. Selamet Sempurna Tbk. 2013 (SMSM) KM 2013 =

x 100%

= 7,95%

c. Menghitung Proporsi Kepemilikan Institusional

Rasio kepemilikan institusional dalam penelitian ini dinyatakan dengan perbandingan antara saham yang dimiliki oleh suatu institusi dengan total saham beredar.

Kepemilikan institusional = Saham yang dimiliki institusi Total saham beredar Berikut contoh perhitungannya :

PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk. (ULTJ) 2013 KI 2013 =

x 100%


(56)

36

d. Menghitung Nilai Perusahaan

Penelitian ini mengukur nilai perusahaan menggunakan nilai Tobin’s Q. Nilai rasio Tobin’s Q diatas satu menunjukkan bahwa investasi dalam asset menghasilkan laba lebih tinggi dibandingkan besaran pengeluaran investasi tersebut. Sebaliknya, nilai rasio dibawah satu menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan tidak lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan untuk berinvestasi. Secara umum dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi nilai Tobin’s Q maka semakin tinggi prospek pertumbuhan suatu perusahaan. Tobin’s Q =

Keterangan :

MVE = harga saham x jumlah saham beredar DEBT = total hutang perusahaan

TA = Total Aktiva

Berikut contoh Perhitungannya :

PT. Alkindo Naratama Tbk. (ALDO) 2013 NP 2013 =

NP 2013 =

=

=

= 1,74


(57)

3. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan teknik pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan data. Dalam tahap ini, pengolahan statistik deskriptif menggunakan software aplikasi SPSS 16.0. Data–data statistik yang diperoleh dari data sekunder umumnya masih acak, “mentah” dan tidak terorganisir dengan baik. Data–data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabung atau presentasi grafik sebagai dasar untuk pengambilan keputusan (Santoso, 2016).

4. Mengklasifikasikan Data

a. Mengklasifikasikan Data Dewan Komisaris Independen

Klasifikasi data dewan komisaris independen didasarkan pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33 Tahun 2014 yang mneyatakan bahwa perusahaan wajib memiliki komisaris independen paling sedikit 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Hasil klasifikasi dewan komisaris dikelompokkan menjadi :

1) Tidak sesuai ketentuan : 0,00% - 29,99% 2) Sesuai ketentuan : 30,00% - 100% b. Mengklasifikasikan Data Kepemilikan Manajerial

Klasifikasi data kepemilikan manajerial didasarkan pada jumlah saham yang dimiliki oleh manajer.


(58)

38

Hasil klasifikasi kepemilikan manajerial dibagi menjadi : 1) Tidak ada : Kepemilikan manajerial 0%

2) Ada : Kepemilikan manajerial >0% c. Mengklasifikasikan Data Kepemilikan Institusional

Klasifikasi data kepemilikan institusional didasarkan pada ketentuan PSAK 15 tahun 2015 yang mengatur tentang Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama serta PSAK 65 tahun 2015 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.

Maka, hasil klasifikasi kepemilikan institusional dikelompokkan menjadi :

1) Tidak memiliki pengaruh signifikan : <20% 2) Memiliki pengaruh signifikan : 20% - 50% 3) Hak pengendalian (control) : >50%

d. Mengklasifikasikan Data Financial Distress Data Financial Distress diklasifikasikan menjadi :

1) Non Financial Distress : apabila perusahaan memperoleh earning per share (EPS) positif pada periode 2013-2015. 2) Financial Distress : apabila perusahaan memperoleh

earning per share (EPS) negatif pada periode 2013-2015. e. Mengklasifikasikan Data Nilai Perusahaan

Jika rasio Tobin’s Q diatas satu (>1), maka menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika rasio Tobin’s


(59)

Q dibawah satu (<1), investasi dalam aktiva tidak menarik (Fahmi, 2011).

Data nilai perusahaan diklasifikasikan menjadi : 1) Rendah : Tobin’s Q < 1

2) Sedang : Tobin’s Q 1 - 3 3) Tinggi : Tobin’s Q > 3

5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)

Analisis tabulasi silang (crosstabs) adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau lebih dan satu kolom atau lebih. Data untuk penyajian crosstabs adalah data berskala nominal atau kategori (Ghozali, 2011). Jadi, analisis crosstabs merupakan suatu bentuk analisis deskriptif yang dipergunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel dimana hasil tabulasi yang dilakukan disajikan dalam bentuk tabel.

6. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah hasil analisis pada tabel tabulasi silang (crosstabs) antara variabel dengan melihat kekuatan hubungan dan arah hubungan berdasarkan nilai koefisien.

a. Menganalisis arah hubungan antar variabel

1) Korelasi positif ditunjukan dengan tanda positif (+) yang menunjukkan hubungan antar dua variabel berjalan searah. Hal ini menandakan bahwa dengan adanya kenaikan satu


(60)

40

variabel, akan diikuti pula dengan kenaikan variabel yang lain.

2) Korelasi negatif ditunjukkan dengan tanda (-) negatif yang menunjukkan hubungan antar dua variabel berjalan berlawanan, bertentangan atau berkebalikan. Hal ini menandakan bahwa dengan adanya kenaikan satu variabel, akan diikuti dengan penurunan atau pengurangan pada variabel lain.

b. Menganalisis kekuatan hubungan antar variabel

Koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antar dua variabel. Adapun untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam pengujian kekuatan hubungan antar dua variabel ini, akan didasarkan pada nilai koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 3.1 Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel

Interval Koefisisen Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Lemah 0,20 - 0,399 Lemah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,00 Sangat Kuat Sumber : Sofyan Siregar (2014)


(61)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Populasi sasaran dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015.. Untuk memenuhi kebutuhan penelitian, pengambilan sampel perusahaan pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria penentuan sampel dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Sampel perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. 2. Sampel perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur

yang secara konsisten menerbitkan laporan tahunan (annual report) dengan menggunakan satuan mata uang rupiah periode 2013-2015.

Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan klasifikasi data variabel financial distress, sampel akan dipilih kembali berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel perusahaan financial distress adalah perusahaan yang mengalami earning per share 3 tahun berturut-turut (periode 2013-2015) dan untuk perusahaan non-financial distress adalah perusahaan yang mengalami earning per share positif selama 3 tahun berturut-turut (periode 2013-2015), sedangkan untuk perusahaan yang tidak memenuhi kedua kriteria diatas akan dikeluarkan dari sampel. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bias atas pemilihan sampel perusahaan.


(62)

42

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel

Kriteria Sampel Penelitian Jumlah

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode

2013 – 2015 148

Perusahaan Manufaktur yang tidak menyajikan laporan

keuangan tahunan secara lengkap pada periode 2013 – 2015 (30) Perusahaan Manufaktur yang menyajikan laporan tahunan

(annual report) menggunakan dollar (26) Perusahaan Manufaktur yang tidak memiliki EPS negatif dan

positif 3 tahun berturut-turut (2013-2015) (24) Jumlah Sampel Penelitian 68

Selanjutnya, ditemukanlah 68 perusahaan sasaran yang memenuhi seluruh kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Adapun, profil perusahaan yang masuk dalam sampel penelitian ini adalah :

1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

Kode AISA

Alamat Kantor

Jl. Raya Solo Sragen Km. 16, Desa Sepat, Masaran, Sragen

Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan dan Minuman

2. PT. Argha Karya Prima Tbk.

Kode AKPI

Alamat Kantor

Jl. Pahlawan, Karang Asem, Citeureup, Bogor – 16810

Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Plastik dan Kemasan

3. PT. Alkindo Naratama Tbk.

Kode ALDO

Alamat Kantor

Jl. Industri Cimarene II No. 4, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta -13930

Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor PULP dan Kertas


(63)

4. PT. Asahimas Flat Glass Tbk.

Kode AMFG

Alamat Kantor Jl. Ancol IX / 5, Ancol Barat, Jakarta – 14430 Sektor Industri Dasar dan Kimia

Sub Sektor Keramik, Porselen dan Kaca

5. PT. Astra International Tbk.

Kode ASII

Alamat Kantor

AMDI Building, Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter, Jakarta

Sektor Aneka Industri

Sub Sektor Otomotif dan Komponen

6. PT. Astra Otoparts Tbk.

Kode AUTO

Alamat Kantor

Jl. Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta 14250

Sektor Aneka Industri

Sub Sektor Otomotif dan Komponen

7. PT. Sepatu Bata Tbk.

Kode BATA

Alamat Kantor

Graha Bata, Jl. R.A Kartini Kav 28 Cilandak Barat, Jakarta Selatan - 12430

Sektor Aneka Industri Sub Sektor Alas Kaki

8. PT. Betonjaya Manunggal Tbk.

Kode BTON

Alamat Kantor Jl. Raya Krikilan No. 434 Km. 28 Driyorejo, Gresik Sektor Industri Dasar dan Kimia

Sub Sektor Logam dan Sejenisnya

9. PT. Budi Starch & Sweetener Tbk.

Kode BUDI

Alamat Kantor Jl. H.R Rasuna Said Kav. C-6, Jakarta 12940 Sektor Industri Dasar dan Kimia


(64)

44

10. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

Kode CEKA

Alamat Kantor

Jl. Industri Selatan 3 Blok GG No. 1, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550 Sektor Industri Barang Konsumsi

Sub Sektor Makanan dan Minuman

11. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

Kode CPIN

Alamat Kantor Jl. Ancol VIII/1 Jakarta – 14430 Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Pakan Ternak

12. PT. Delta Djakarta Tbk.

Kode DLTA

Alamat Kantor

Jl. Inspeksi Tarum Barat, Desa Setiadharma, Kec. Tambun, Bekasi Timur, Jawa Barat – 17510 Sektor Industri Barang Konsumsi

Sub Sektor Makanan dan Minuman

13. PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk.

Kode DPNS

Alamat Kantor

Sudirman Tower 12th C FI, Jl. Jend. Sudirman Kav. 60, Jakarta – 1219

Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Kimia

14. PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

Kode DVLA

Alamat Kantor

Talavera Office Park 8th– 10th FI, Jl. LetJen. T.B. Simatupang No. 22 – 26, Jakarta – 1243

Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi


(65)

15. PT. Ekadharma International Tbk.

Kode EKAD

Alamat Kantor

Kedoya Elok Plaza Blok DD/71, Jl. Panjang Kedoya, Jakarta Barat – 11520

Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Kimia

16. PT. Gudang Garam Tbk.

Kode GGRM

Alamat Kantor Jl. Jend Ahmad Yani No. 79 Jakarta – 10510 Sektor Industri Barang Konsumsi

Sub Sektor Rokok

17. PT. Panasia Indo Resources Tbk.

Kode HDTX

Alamat Kantor Jl. Moh. Toha Km. 6, Kabupaten Bandung Sektor Aneka Industri

Sub Sektor Tekstil dan Garment

18. PT. HM Sampoerna Tbk.

Kode HMSP

Alamat Kantor

One Pacific Place, 18th FI., Sudirman Central Business District (SCBD), Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53, Jakarta 1219

Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Rokok

19. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Kode ICBP

Alamat Kantor

Sudirman Plaza, Indofood Tower 25th FI., Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta – 12910

Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan dan Minuman

20. PT. Champion Pacific Indonesia Tbk.

Kode IGAR

Alamat Kantor Jl. Raya Sultan Agung Km. 28,5 Bekasi – 1713 Sektor Industri Dasar dan Kimia


(66)

46

21. PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk.

Kode IKAI

Alamat Kantor Jl. Pangeran Jayakarta No. 133, Jakarta – 1073 Sektor Industri Dasar dan Kimia

Sub Sektor Keramik, Porselen dan Kaca

22. PT. Indal Alumunium Industri Tbk.

Kode INAI

Alamat Kantor

Dewa Sawotratap, Gedangan ( Kawasan Maspion Unit I) Sidoarjo, Surabaya

Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Keramik, Porselen dan Kaca

23. PT. Intanwijaya Internasional Tbk.

Kode INCI

Alamat Kantor

Wisma IWI, 5th FI. Jl. Perjuangan, Jalur Lambat, Tomang Tol, Jakarta

Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Kimia

24. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

Kode INDF

Alamat Kantor

Sudirman Plaza. Indofood Tower 27th FI. Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta - 12190

Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan dan Minuman

25. PT. Indorama Synthetics Tbk.

Kode INDR

Alamat Kantor

Graha Irama 17th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-1, Kav. 1 – 2 , Jakarta 12950

Sektor Aneka Industri Sub Sektor Tekstil dan Garment


(1)

120

LAMPIRAN V

HASIL OLAH DATA SPSS

Tabel 1. Hasil Tabulasi Silang Komisaris Independen dan Financial Distress

Komisaris_Independen * Financial_Ditstress Crosstabulation Count Financial_Ditstress Total Non Financial Distress Financial Distress

Komisaris_Independen Sesuai Ketentuan 172 22 194

Tidak Sesuai Ketentuan 8 2 10

Total 180 24 204

Tabel 2. Koefisien Hubungan Komisaris Independen dan Financial Distress

Symmetric Measures Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma .323 .368 .661 .509

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Tabel 3. Hasil Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial dan Financial Distres

Kepemilikan_Manajerial * Financial_Ditstress Crosstabulation Count Financial_Ditstress Total Non Financial Distress Financial Distress

Kepemilikan_Manajerial Tidak Ada 119 18 137

Ada 61 6 67


(2)

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -.212 .237 -.923 .356

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Tabel 5. Hasil Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional dan Financial Distres

Kepemilikan_Institusional * Financial_Ditstress Crosstabulation Count

Financial_Ditstress

Total Non Financial

Distress

Financial Distress Kepemilikan_Institusional Tidak Memiliki Pengaruh

Signifikan 3 0 3

Memiliki Pengaruh Signifikan 8 1 9

Hak Pengendalian 169 23 192

Total 180 24 204

Tabel 6. Koefisien Hubungan Kepemilikan Institusional dan Financial Distres

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma .205 .506 .457 .648

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.


(3)

Tabel 7. Hasil Tabulasi Silang Komisaris Independen dan Nilai Perusahaan

Komisaris_Independen * NIlai_Perusahaan Crosstabulation Count

NIlai_Perusahaan

Total Rendah Sedang Tinggi

Komisaris_Independen Sesuai Ketentuan 71 81 42 194

Tidak Sesuai Ketentuan 5 4 1 10

Total 76 85 43 204

Tabel 8 . Koefisien Hubungan Komisaris Independen dan Nilai Perusahaan

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -.285 .255 -1.065 .287

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Tabel 9. Hasil Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan

Kepemilikan_Manajerial * NIlai_Perusahaan Crosstabulation Count

NIlai_Perusahaan

Total

Rendah Sedang Tinggi

Kepemilikan_Manajerial Tidak Ada 38 63 36 137

Ada 38 22 7 67


(4)

Tabel 10. Koefisien Hubungan Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -.494 .103 -4.309 .000

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Tabel 11. Hasil Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional dan Nilai Perusahaan

Kepemilikan_Institusional * NIlai_Perusahaan Crosstabulation Count

NIlai_Perusahaan

Total Rendah Sedang Tinggi

Kepemilikan_Institusional Tidak Memiliki Pengaruh

Signifikan 3 0 0 3

Memiliki Pengaruh Signifikan 4 5 0 9

Hak Pengendalian 69 80 43 192

Total 76 85 43 204

Tabel 12. Koefisien Hubungan Kepemilikan Institusional dan Nilai Perusahaan

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma .519 .179 2.217 .027

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.


(5)

Tabel 13. Hasil Tabulasi Silang Financial Distress dan Nilai Perusahaan

Financial_Ditstress * NIlai_Perusahaan Crosstabulation Count

NIlai_Perusahaan

Total Rendah Sedang Tinggi

Financial_Ditstress Non Financial Distress 70 70 40 180

Financial Distress 6 15 3 24

Total 76 85 43 204

Tabel 14. Koefisien Hubungan Financial Distress dan Nilai Perusahaan

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -.285 .156 .488 .625

N of Valid Cases 204

a. Not assuming the null hypothesis.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

5 56 124

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Go Public (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 99 88

Financial Distress, Corporate Governance dan Karakteristik Peruahaan terhadap Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)

0 3 165

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL Pengaruh Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peri

0 3 15

PENDAHULUAN Pengaruh Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

0 2 8

Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 9 20

Analisis pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan : studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.

0 1 109

Hubungan mekanisme corporate governance, financial distress, dan nilai perusahaan

0 1 143

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP TERJADINYA KONDISI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011).

0 0 16

ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 2013-2015) - repository perpustakaan

0 0 17