Tinjauan Viktimologis terhadap Korban Pemerkosaan dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Negeri Bandung pada Perkara Nomor 624/PID.B/2006/PN.BDG

  

TINJAUAN VIKTIMOLOGIS TERHADAP KORBAN

PEMERKOSAAN DIHUBUNGKAN DENGAN PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI BANDUNG PADA PERKARA

NOMOR 624/PID.B/2006/PN.BDG

  

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kerja Praktik

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia

Oleh

  

Nama : Widia Magdewijaya

NIM : 31610004 Program Kekhususan : Hukum Pidana

Dibawah Bimbingan:

  

Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H

NIP: 41273300012

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

  

2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Nama : Widia Magdewijaya Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 13 Mei 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Bangbayang Selatan No.35 A RT 02/ RW

  09 Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Bandung e-mail

  Pendidikan Formal :

  • Taman Kanak-kanak Pertiwi, Bukittinggi,

  Sumatera Barat

  • SD Negeri 01 Benteng Pasar Atas,

  Bukittinggi, Sumatera Barat

  • SMP Negeri 1 Bukittinggi, Sumatera Barat - SMA Negeri 2 Bukittinggi, Sumatera Barat

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

  i ………………………………………………………………………

  

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL......................................................... vi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  ……………………………………………………………………..... 1

  B. Identifikasi Masalah …………………………………………………………………….11

  C. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………….... 11

  D. Manfaat Kegiatan ……………………………………………………………………..11

  E. Jadwal Penelitian …………………………………………………………………..... 13

  BAB II KORBAN PEMERKOSAAN DALAM LINGKUP VIKTIMOLOGI A. Tinjauan Teoritis Terhadap Korban Pemerkosaan

  14 ……………………………………

  1. Viktimologi …………………………………...…………………………………… 14

  a. Pengertian …………………………………..……………………………………14

  b. Ruang Lingkup Viktimologi

  16 ……………………….....……………………………

  c. Hubungan Kriminologi dan Viktimilogi …………………………………………18

  2. Korban …………………………………………………………………………..... 20

  a. Pengertian Korban 20 ……………………………………………………………….

  b. Tipologi Korban....................

  ……………………………………………………22

  c. Ruang Lingkup Korban ……………………………………………………….. 26

  d. Hak dan Kewajiban Korban ……………………………………………………27

  3. Tindak Pidana Pemerkosaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

  29 …………...........………………………………………………………......

  a. Istilah Tindak Pidana

  29 ………………………………………………………...…… b. Tindak Pidana Pemerkosaan..

  31 ……………………………………………….....

  c. Karakteristik Pemerkosaan ….……………………………………………..... 38

  d. Modus Operandi Pe 40 merkosaan………………………………………………… e. Faktor-Faktor Terjadinya Pemerkosaan................................................... 41

  B. Tinjauan Terhadap Pengadilan Negeri Bandung ……………………………….....43

  1. Sejarah Instansi …………………………………………………………………....43

  2. Struktur Organisasi …………………………………………………………………45

  3. Visi dan Misi …………………………………………………………………….... 47

  4. Kepaniteraan Pidana 47 ……………………………………………………………..….

  5. Uraian Tugas Kepaniteraan Pidana ……………………………………………. 48

  6. Lokasi Penelitian ………………………………………………………………..... 58

  BAB III LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG A. Tugas Harian...................................................................................................... 60

  1. Register Pidana Biasa.................................................................................. 60

  2. Prosedur Surat Menyurat............................................................................. 65

  B. Prosedur Berperkara.......................................................................................... 65

  1. Banding........................................................................................................ 65

  2. Kasasi.......................................................................................................... 66

  3. Peninjauan Kembali..................................................................................... 68

  4. Grasi dan Remisi.......................................................................................... 69

  BAB IV ANALISIS KASUS KORBAN PEMERKOSAAN PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG PERKARA NOMOR 624/PID.B/2006/PN.BDG A. Peranan Korban Terhadap Viktimisasi Dalam Kasus Tindak Pidana Pemerkosaan

  70 …………………………………………………………....................

  B. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Korban Perkosaan di Indonesia Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Saksi Dan Korban

  74 ………………………………………………………………………….

  BAB V PENUTUP A. Simpu

  lan………………………………………………………………………….… 85 B. Saran………………………………………………………………………………… 86

DAFTAR PUSTAKA

  ………………………………………………………………….. 87

  LAMPIRAN

KATA PENGANTAR

  Segala puji serta syukur Peneliti ucapkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberikan segala rahmat dan karunian-Nya, shalawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad S.A.W., berkat taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kerja praktik dengan judul : Tinjauan Viktimologis Terhadap Korban Pemerkosaan dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Negeri Bandung pada Perkara Nomor 624/PID.B/2006/PN.BDG.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan tugas laporan kerja praktik ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematika pembahasan. Keterbatasan kemampuan serta pengalaman dari penulis sendiri merupakan salah satu faktor penyebab sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki. Peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk dapat memperbaiki kekurangan dikemudian hari.

  Pada proses penyusunan tugas laporan kerja praktik ini, Peneliti mendapat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh Karena itu Peneliti mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa hormat kepada Bapak Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk membimbing Peneliti dalam menyelesaikan tugas laporan kerja praktik ini, selain itu juga dalam kesempatan ini Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

  2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Mien Rukmini, SH., MS., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

  3. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

  4. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

  5. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

  6. Yth. Bapak Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

  7. Yth. Ibu Muntadhiroh Alchujjah S.H., LLM., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

  8. Orang Tua peneliti yang selalu memberikan dorongan moril dan materi serta do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini;

  9. Ari dan Nia, selaku adik-adik Peneliti yang Peneliti sayangi dan keluarga besar peneliti dimanapun berada yang selalu memberikan semangat;

  10. Teman terdekat yang selalu memberikan motivasi agar dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktik ini;

  11. Teman-teman angkatan 2010 Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia, dan adik-adik Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.

  Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh orang-orang terkasih Peneliti, baik moril maupun materil mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta berada dalam Perlindungan-Nya. Semoga tugas penulisan laporan kerja praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan Peneliti sendiri.

  Bandung, Februari 2014 Peneliti

  

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

  Jakarta, 2012 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

  Lamintag, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997

  JE. Sahetapi, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung, 1987, hlm. 72Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi, Djambatan,Denpasar, 2003

  

Antara Norma dan Realita, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta, 2007

  Dikdik M.Arief dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan,

  dan Hukum Pidana Islam, Ghalia Press, Jakarta, 2004

  Chaerudin dan Syarif Fadillah, Korban Kejahatan Dalam Perspektif Viktimologi

  Hukum Pidana,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998

  Surabaya, 1996 Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Korban & Saksi, Sinar Grafika,

  Abdul Wahid, Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan

  Marginalisasi Menuju ke Pemberdayaan, Airlangga University Press,

  _______, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, 1993 Bagong Suryanto, Emi Susanti Hendrarso, Wanita, Dari Subordinasi dan

  Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta Barat, 2004

  Undang Hukum Acara Pidana, Binacipta, Bandung, 1986

  Jakarta, 2006 Andi Hamzah, Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dalam Kitab Undang-

  Bandung Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Raja Grafindo Persada,

  Seksual, Advokasi atas Hak Asasi Perempuan, PT Refika Aditama, 2011,

  Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Viktimologi, Djambatan, Jakarta, 2004

  Made Darma Wede, Beberapa Catatan Tentang Korban Kejahatan Korporasi,

  dalam Bunga Rampai Viktimisasi, Eresco, Bandung, 1995

  __ , Kriminologi, , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996 Mansyur, Dikdik M. Arief dan Gultom, Perlindungan Korban Kejahatan,

  Elisatris,Jakarta, 2007 Muladi, Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep Dan Implikasinya Dalam Perspektif

  Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung

  _, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Cet.1, UNDIP, Semarang, 1995

  Rena Yulia, Victimologi, Perlidungan Hukum terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Bandung, 2010

  Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju, Bandung, 1995

  Sudarto, Hukum Pidana I, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 1975

  Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1997

  Suryono Ekotama, ST. Harum Pudjianto. RS., dan G.Wiratama, Abortus

  provocatus bagi korban perkosaan : perspektif viktimologi, kriminologi dan hukum pidana, Unika Atma Jaya, Jakarta, 2000

  Topo Santoso, Seksualitas Dan Hukum Pidana, IND.HILL-CO, Jakarta, 1997 Wirdjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Eresco,

  Bandung, 1986 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

  Jakarta, 1984

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

  Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- Undang No. 35 Tahun 1999 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

  Rumah Tangga Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran Dan

  Rekonsiliasi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan

  Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

  Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat.

SUMBER LAIN

  Abdussalam, Victimology, PTIK, Jakarta, 2010

  

Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Pengadilan dalam Empat

Peradilan, Buku II, Edisi 2007,Mahkamah Agung RI, 2009

  INTERNET

  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuasaan kehakiman yang mandiri, merdeka dan bebas dari campur

  tangan kekuasaan lainnya, telah dianut dan menjadi salah satu prinsip penting dari negara hukum dengan tanpa melihat sistem hukum yang dipakai dan sistem pemerintahan yang diterapkan. Negara Republik Indonesia, memiliki prinsip kekuasaan kehakiman yang sejak awal kemerdekaan telah diniatkan sebagai cabang kekuasaan yang terpisah dari lembaga-lembaga politik lainnya.

  Prinsip negara hukum yang dianut oleh Indonesia tersebut semakin dipertegas dengan dilakukannya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang terdapat pada Pasal 1 ayat (3), Pasal ini menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

  Mahkamah Agung Republik Indonesia, menilai syarat utama terselenggaranya suatu proses penegakan hukum dan keadilan adalah, dengan adanya kemandirian lembaga yang menyelenggarakan peradilan, yaitu kemandirian badan peradilan sebagai sebuah lembaga (kemandirian institusional), serta kemandirian hakim dalam menjalankan fungsinya (kemandirian individual/fungsional).

  Kemandirian dalam usaha melaksanakan tugas pokok dan fungsi badan peradilan secara efektif, berdasar pada Pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, maka Mahkamah Agung menjabarkan kemandirian kekuasaan kehakiman sebagai berikuti :

  1. Kemandirian Institusional, yaitu badan peradilan adalah lembaga yang mandiri dari harus bebas dari intervensi oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman.

  2. Kemandirian Fungsional, yaitu setiap hakim wajib menjaga kemandirian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Artinya seorang hakim dalam memutus perkara harus di dadasarkan pada fakta dan dasar hukum yang diketahuinya, serta bebas dari pengaruh, tekanan, atau ancaman, baik langsung maupun tidak langsung, dari manapun dan dengan alasan apapun juga.

  Upaya memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dan mandiri, juga telah dilakukan dengan melakukan perubahan terhadap Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 1999, dan terakhir dirubah dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Perubahan Undang-Undang tersebut, memutuskan kebijakan baru yaitu, bahwa segala urusan mengenai peradilan baik yang menyangkut teknis yudisial maupun urusan organisasi, administrasi, dan finansial berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Kebijakan ini sering disebut dengan kebijakan satu atap, yaitu dengan dilaksanakannya pembinaan badan peradilan umum, badan peradilan agama, badan peradilan militer, dan peradilan Tata Usaha Negara di bawah kekusaan Mahkamah Agung, dan hal tersebut membentuk suatu sistem peradilan Indonesia.

  Sistem Peradilan Indonesia dapat diketahui dari ketentuan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman. Berdasarkan peraturan tersebut, maka sistem peradilan yang ada di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:

  Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi Pengadilan

  Agama Militer Tinggi Tata Usaha Negara

  Pengadilan Negeri Pengadilan Agama Pengadilan Militer Pengadilan Tata Usaha

  Negara Pengadilan Umum Pengadilan Syariah

  Aceh Pengadilan Khusus

  Perdata Pidana 1. Pengadilan Anak 2. Pengadilan Niaga 3. Pengadilan Tindak

  Pidana Korupsi 4. Pengadilan Hubungan

  Industrial 5. Pengadilan Pajak

  Grafik 1.1 Kaitan antara lembaga peradilan yang ada di Indonesia tersebut dengan laporan kerja praktik yang peneliti ajukan adalah, karena tempat di mana peneliti melaksanakan kerja praktik sebagai matakuliah wajib yang harus di ambil pada semester 7 (tujuh) jurusan hukum, Fakultas Hukum, Universitas Komputer Indonesia adalah Pengadilan Negeri.

  Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di Kotamadya atau di ibu kota Kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kotamadya atau Kabupaten, hal ini dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Peradilan Umum). Pengadilan Negeri merupakan Pengadilan Tingkat Pertama, yang berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi masyarakat umum, hal ini diatur pada Pasal 50 Undang-Undang Peradilan Umum. Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Peradilan Umum juga menjelaskan pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instansi pemerintah di daerahnya, apabila diminta.

  Kerja praktik yang peneliti laksanakan bertempat di Pengadilan Negeri Bandung, dengan alamat Jl.LL.RE Martadinata No. 74-80. Pengadilan Negeri Bandung menaungi dua peradilan khusus, yaitu peradilan hubungan industrial dan peradilan tindak pidana korupsi. Pengadilan Negeri Bandung merupakan lembaga peradilan yang memiliki wewenang mengadili perkara perdata maupun pidana yang terjadi di daerah regional Bandung, secara jelasnya adalah sebagai berikut, berdasarkan situs resmi Pengadilan Negeri Bandung:

  1 Yuridiksi Pengadilan Negeri Bandung, merupakan batas wilayah Kota

  Bandung yang telah diatur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, yaitu terdapat dalam Pasal 2 yang menyatakan bahwa, batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung diubah dan diperluas dengan memasukan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung yang meliputi :

  1. Sebagian wilayah Kecamatan Cimahi Utara, yang terdiri dari sebagian Kelurahan Pasirkaliki;

  2. Sebagian wilayah Kecamatan Cimahi Selatan, yang terdiri dari sebagian Kelurahan Cibeureum;

  3. Sebagian wilayah Kecamatan Marga Asih,

  4. Sebagian wilayah Kecamatan Dayeuhkolot,

  5. Sebagian wilayah Buahbatu,

  6. Sebagian wilayah Cicadas,

  7. Sebagian wilayah Kecamatan Ujungberung

  Pasal 4 mengatur mengenai batas-batas wilayah kota Bandung, yaitu:

  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang, Kecamatan Cimenyan, dan Kecamatan Cilengkrang;

  1 diakses pada hari Jumat, 15 November 2013,

  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Margahayu, Kecamatan Bojongsoang, dan Kecamatan Dayeuhkolot;

  3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Selatan, dan Kecamatan Cisarua;

  Lembaga peradilan dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri merupakan salah satu sarana untuk menyelesaikan suatu permasalahan hukum yang terjadi dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk sosial, yang memerlukan suatu interaksi dengan orang lain. Semakin seringnya seseorang melakukan interaksi satu sama lain, dapat menimbulkan hubungan antara dua individu atau lebih yang bersifat positif dan negatif. Hal yang bersifat positif tentunya akan memberikan dampak yang baik dalam kehidupan sebagai makhluk sosial, namun sesuatu yang bersifat negatif akan menimbulkan kerugian di salah satu pihak. Kerugian dalam hal perdata maupun kerugian dalam hal pidana. Peneliti dalam laporan kerja praktik ini akan lebih mengarah pada tindak pidana dikarenakan sesuai dengan jurusan kekhususan yang peneliti ambil yaitu hukum pidana.

  Kegiatan yang peneliti kerjakan pada saat kerja praktik berkaitan dengan berkas-berkas perkara yang sudah diputus oleh hakim, khususnya dalam bidang perkara pidana. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat tema yang akan dibahas dalam penulisan laporan kerja praktik ini yaitu, mengenai korban, atau dalam cabang ilmu hukum dikenal dengan istilah viktimologi. Viktimologi/ victimology secara sederhana artinya yaitu ilmu

  2 pengetahuan tentang korban (kejahatan).

  Terjadinya suatu peristiwa dalam kehidupan sosial masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana, akan menimbulkan 2 (dua) pihak yang terlibat, yaitu pelaku dan korban. Arif Gosita memberikan definisi korban yaitu; mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan

  3 dengan kepentingan hak asasi yang menderita.

  Declaration of basic principle of justice for victims of crime and abuse of power yang dilaksanakan di Itali, pada tanggal 26 Agustus sampai dengan

  6 September 1985, mendefinisikan korban sebagai berikut; “Victim means person who, individually or collectively, have

  suffered harm, including physical or mental injury, emotional suffering, economic loss or subtantial impairment of their fundamental right, though acts or omissions that are in violation of criminal laws operative within Member States, including those

  4 laws proscribing criminal abuse of power ”.

  Deklarasi ini menjelaskan bahwa korban berarti orang yang secara individu atau kolektif, telah menderita kerugian, termasuk luka fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau gangguan subtansial hak fundamental mereka, meskipun tindakan atau kelalaian yang melanggar

  2 Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Korban & Saksi, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 9

  3 Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta Barat, 2004, hlm 64 hukum pidana yang berlaku di dalam negara-negara anggota, termasuk yang hukum pidana mengilegalkan penyalahgunaan kekuasaan.

  Pengertian korban secara yuridis termasuk dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang dinyatakan korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak

  5

  pidana. Melihat rumusan tersebut, yang disebut korban adalah:

  1. Setiap orang,

  2. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau

  3. Kerugian ekonomi

  4. Akibat tindakan pidana Praktik yang sering terjadi di dalam masyarakat adalah jika suatu tindak pidana terjadi, hal yang paling diperhatian adalah mengenai pelaku, dimana pelaku merupakan pihak yang harus dibuktikan tindakannya untuk menjatuhkan sanksi pidana, dan sedikit sekali perhatian yang diberikan pada korban kejahatan yang sebenarnya merupakan elemen dalam peristiwa pidana.

  Korban tidak hanya merupakan sebab dan dasar proses terjadinya kriminilitas, tetapi memainkan peranan penting dalam usaha mencari kebenaran materil yang dikehendaki hukum pidana materil. Korban dapat mempunyai peranan yang fungsional dalam terjadinya suatu tindak pidana, baik dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar, secara langsung ataupun tidak langsung. Berdasarkan hal tersebut, maka perhatian terhadap korban harus diutamakan. Salah satunya dengan cara mengembangkan viktimologi dan penerapannya dalam sistem hukum pidana di Indonesia. Suatu usaha pengembangan viktimologi sebagai salah satu sub-kriminologi yang merupakan studi ilmiah tentang korban kejahatan sangat dibutuhkan terutama dalam usaha mencari kebenaran materil dan perlindungan hak asasi manusia dalam negara Indonesia.

  Usaha mencari kebenaran materil dengan cara menganalisa korban kejahatan merupakan harapan baru sebagai suatu alternatif lain, atau dapat dikategorikan sebagai suatu instrumen terbaru dalam keseluruhan usaha untuk menanggulangi kejahatan yang terjadi. Walaupun sebenarnya masalah korban ini bukan masalah baru, karena hal-hal tertentu kurang diperhatikan bahkan terabaikan. Setidaknya dapat ditegaskan bahwa apabila ingin mengamati masalah kejahatan menurut proporsi yang sebenarnya dari berbagai dimensi (secara dimensional) maka harus memperhitungkan peranan korban (victim) dalam timbulnya suatu kejahatan.

  Mengenai kejahatan atau tindak pidana yang akan peneliti bahas dalam laporan kerja praktik ini adalah berkaitan dengan korban kejahatan dengan tindak pidana perkosaan. Kasus yang peneliti angkat dalam laporan ini berasal dari putusan Pengadilan Negeri Bandung dengan nomor perkara: 624/Pid. B/2006/PN BDG.

  Perkara tersebut dilakukan oleh Terdakwa yang bernama Muhammad Agus Ridwan Bin Muhammad, umur 24 tahun, alamat Jl. Karawang RT. 07/08 Kel. Kebon Waru, Kec. Batununggal Kodya Bandung. Terdakwa pada hari Jumat, 24 Maret 2006 sekitar jam 12.00 WIB bertempat di Hotel Anugrah Jl.

  Pada Suka Kota Bandung, yang termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri

  Kelas I A Bandung, dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan.

  Perkosaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan 1) paksa, kekerasan, 2) gagah, kuat, perkasa. Sedangkan memperkosa berarti menundukkan dengan kekerasan, menggagahi, melanggar dengan

  6 kekerasan. Tindakan ini dianggap melanggar hukum yang berlaku.

  PAF Lamintang dan Djisman Samosir berpendapat, perkosaan adalah perbuatan seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita untuk melakukan persetubuh di luar ikatan

  7 perkawinan dengan dirinya.

  Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengangkat judul laporan kerja praktik, yaitu: Tinjauan Viktimologis Terhadap Korban Pemerkosaan Dihubungkan Dengan Putusan Pengadilan Negeri Bandung Pada Perkara Nomor 624/Pid. B/2006/PN BDG.

6 Abdul Wahid & Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual

  Advokasi atas Hak Asasi Perempuan, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm 40

  B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana peranan korban terhadap viktimisasi dalam kasus tindak pidana pemerkosaan ?

  2. Bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap korban pemerkosaan di Indonesia dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Saksi dan Korban?

  C. Maksud Dan Tujuan

  Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan kerja praktik ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana peranan korban terhadap viktimisasi dalam kasus tindak pidana pemerkosaan.

  2. Untuk mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap korban pemerkosaan di Indonesia dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Saksi dan Korban.

  D. Manfaat Kegiatan

  Manfaat dari dilaksanakannya Kerja Praktik ini adalah melatih peneliti agar dapat berfikir secara kritis dan logis dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan yang ada di dunia kerja sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh selama diperkuliahan, berdasarkan dengan bidang studinya. Kerja praktik tersebut, juga melatih peneliti agar memiliki kemampuan membuat suatu penulisan laporan yang sistematis dan terstruktur sesuai dengan format yang berlaku. Kegunaan dari Kerja Praktik ini bagi peneliti adalah:

  1. Untuk melihat implementasi dari teori-teori yang telah diperoleh selama pembelajaran dikampus dengan praktik yang ada dilapangan.

  2. Untuk memberikan laporan secara tertulis mengenai kegiatan kerja praktik yang telah dilakukan oleh peneliti pada instansi yang telah dipilih.

  3. Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam pembuatan Laporan Kerja Praktik.

  Kerja Praktik ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis, yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis Laporan dari kegiatan Kerja Praktik ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap ilmu hukum pada umumnya, serta hukum pidana, khususnya dalam hal viktimologi.

  2. Kegunaan Praktis Laporan dari kegitan Kerja Praktik ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai tinjauan viktimologis terhadap korban pemerkosaan.

E. Jadwal Penelitian

  Penelitan ini dilaksanakan sesuai dengan Surat Pengantar Kerja Praktik yang dikirimkan pada instansi, yaitu dalam rentang waktu 30 September 2013 sampai dengan 30 November 2013, dengan jumlah jam kerja minimal selama 100 (seratus) jam. Penyusunan laporan hasil kerja praktik dilakukan selama semester 7 dan diakhir semester akan diadakan sidang untuk pertanggung jawaban laporan hasil kerja praktik tersebut. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:

  BULAN

No. KEGIATAN SEPT OKT NOV DES JAN FEB

2013 2013 2013 2013 2014 2014

  1. Persiapan dan Kerja Praktik

  2. Pengumpulan Data

  3. Bimbingan Laporan Kerja Praktik

  4. Penulisan Laporan Kerja Praktik

  5. Pengolahan Data

  6. Analisis Data

  7. Penyusunan Hasil KP dalam bentuk laporan

  8. Sidang Laporan Kerja Praktik

  9. Perbaikan

  10. Penjilidan

  11. Pengesahan Tabel 1.1

BAB II KORBAN PEMERKOSAAN DALAM LINGKUP VIKTIMOLOGI A. Tinjauan Teoritis Terhadap Korban Pemerkosaan

1. Viktimologi

a. Pengertian

  Viktimologi secara istilah berasal dari kata victim (korban) dan

  logos (ilmu pengetahuan), dalam bahasa latin viktimologi, berasal dari

  8

  kata victima yang berarti korban dan logos yang berarti ilmu. Secara terminologi, viktimologi berarti suatu studi yang mempelajari tentang korban, penyebab timbulnya korban dan akibat-akibat penimbulan korban yang merupakan masalah manusia sebagai suatu kenyataan

  9 sosial.

  Viktimologi merupakan ilmu yang masih baru dibandingkan dengan cabang ilmu lain seperti kriminologi dan sosiologi, namun demikian dalam perkembangan hukum khususnya dalam rangka penegakan hukum pidana maka peranan dari viktimologi tidak lagi bisa diabaikan begitu saja. Viktimologi merupakan suatu pengetahuan ilmiah/studi yang mempelajari viktimisasi (korban) sebagai sebuah permasalahan dalam kehidupan manusia yang merupakan bentuk dari suatu kenyataan sosial.

  Perumusan ini membawa akibat perlunya suatu pemahaman,

  10

  yaitu:

  8 Bambang Waluyo, Loc.Cit

  9 Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Op.Cit,hlm 138 a. Sebagai suatu permasalahan manusia menurut proporsi yang sebenarnya secara dimensional; b. Sebagai suatu hasil interaksi akibat adanya suatu interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi; c. Sebagai tindakan seseorang (individu) yang dipengaruhi oleh unsur struktur sosial tertentu suatu masyarakat tertentu.

  Perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban kejahatan (viktimologi), pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari lahirnya pemikiran-pemikiran brilian dari Hans von Hentig, seorang ahli kriminologi pada tahun 1941 serta Mendelsohn, pada tahun 1947, pemikiran kedua ahli ini sangat mempengaruhi setiap fase

  11 perkembangan viktimologi.

  Perkembangan viktimologi hingga pada keadaan seperti sekarang tentunya tidak terjadi dengan sendirinya, namun telah mengalami berbagai perkembangan yang dapat dibagi ke dalam tiga fase. Pada tahap pertama, viktimologi hanya mempelajari korban kejahatan saja, pada f ase ini dikatakan sebagai “penal or special

  victimology

  ”. Sementara itu pada fase kedua, viktimologi tidak hanya mengkaji masalah korban kejahatan, tetapi juga meliputi korban kecelakaan, p ada fase ini disebut sebagai “general victimology”. Fase ketiga, viktimologi sudah berkembang lebih luas lagi, yaitu mengkaji permasalahan korban karena penyalahgunaan kekuasaan dan hak-hak

  12 asasi manusia. Fase ini dikatakan sebagai “new victimology”.

  11 Arif Gosita, 2004, Op.Cit, hlm 65-68

  12 Made Darma Wede, Beberapa Catatan Tentang Korban Kejahatan Korporasi, dalam

  13 Manfaat viktimologi antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Viktimologi memberikan pemahaman yang lebih baik tentang korban akibat tindakan manusia yang menimbulkan penderitaan fisik, mental dan sosial. Tujuannya untuk memberikan beberapa penjelasan mengenai kedudukan dan peran korban dan hubungannya dengan pihak pelaku serta pihak lain.

  2. Viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk mengatasi masalah kompensasi pada korban, pendapat-pendapat viktimologis dipergunakan dalam keputusan-keputusan peradilan kriminal dan reaksi pengadilan terhadap pelaku kriminal yang juga merupakan suatu studi mengenai hak asasi manusia.

b. Ruang Lingkup Viktimologi

  Munculnya viktimologi tidak terlepas dari adanya keprihatinan terhadap korban tindak pidana yang sering kali terabaikan. Viktimologi membahas, mempelajari dan meneliti tentang korban dan seluk beluknya seperti peranan korban dalam hal terjadinya suatu tindak pidana, hubungan antara pelaku dengan korban dan peranan korban dalam sistem peradilan pidana. Menurut Muladi viktimologi merupakan

  14

  suatu studi yang bertujuan untuk: 1) Menganalisis berbagai aspek yang berkaitan dengan korban; 2) Berusaha untuk memberikan penjelasan sebab musabab terjadinya viktimasi;

  13 Andi Hamzah, Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Binacipta, Bandung, 1986, hlm 13-14

  14 Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi Dan Victimologi, Djambatan,

  3) Mengembangkan sistem tindakan guna mengurangi penderitaan manusia.

  J.E Sahetapi, berpendapat bahwa ruang lingkup viktimologi meliputi bagaimana seorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang tidak selalu berhubungan dengan masalah kejahatan, termasuk pula korban kecelakaan, dan bencana selain dari

  15 korban kejahatan penyalahgunaan kekuasaan.

  Perkembangan di tahun 1985, Separovic memelopori pemikiran agar viktimologi khusus mengkaji korban karena adanya kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan dan tidak mengkaji korban karena musibah atau bencana alam karena korban bencana alam diluar kemauan

  16 manusia (out of man will).

  Kejahatan yang mengakibatkan korban sebagai objek kajian viktimologi semakin luas setelah Kongres PBB kelima di Geneva tahun 1975, Kongres Ke enam tahun 1980 di Caracas, yang meminta perhatian bahwa korban kejahatan dalam cakupan viktimologi bukan hanya kejahatan konvensional seperti pemerasan, pencurian, pengananiayaan, dan lainnya, tetapi juga kejahatan inkonvensional,

  17 seperti, terorisme, pembajakan, dan kejahatan kerah putih.

  Kongres PBB Ke enam Tahun 1980 di Caracas tersebut menyatakan bahwa kejahatan-kejahatan yang sangat membahayakan dan merugikan bukan hanya kejahatan-kejahatan terhadap nyawa,

  15 Muladi, Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm 108

  16 Ibid, hlm 109

  17 Suryono Ekotama, ST. Harum Pudjianto. RS., dan G.Wiratama, Abortus Provocatus Bagi

Korban Perkosaan : Perspektif Viktimologi, Kriminologi dan Hukum Pidana, Unika Atma Jaya, orang, harta benda, tetapi juga penyalahgunaan kekuasaan, (abuse

  power), sedangkan dalam Kongres PBB Ke tujuh Tahun 1985,

  menghasilkan kesepakatan untuk memerhatikan kejahatan-kejahatan tertentu yang dianggap atau dipandang membahayakan seperti

  economic crime, environmental offences, illegal trafficking in drugs,

  18 terrorism, apartheid, dan industrial crime.

c. Hubungan Kriminologi dan Viktimologi

  Hubungan antara kriminologi dan viktimologi sudah tidak dapat diragukan lagi, karena dari satu sisi kriminologi membahas secara luas mengenai pelaku dari suatu kejahatan, sedangkan viktimologi disini merupakan ilmu yang mempelajari tentang korban dari suatu kejahatan.

  Viktimologi merupakan bagian yang hilang dari kriminologi atau dengan kalimat lain, viktimologi akan membahas bagian-bagian yang tidak

  19

  tercakup dalam kajian kriminologi. Banyak dikatakan bahwa viktimologi lahir karena munculnya desakan perlunya masalah korban dibahas secara tersendiri, tetapi mengenai pentingnya dibentuk viktimilogi secara terpisah dari ilmu kriminologi mengundang beberapa pendapat, yaitu

  20

  sebagai berikut: 1) Kelompok yang berpendapat bahwa viktimologi tidak terpisahkan dari kriminologi, diantaranya adalah Von Hentig, H. Mannheim dan Paul Cornil. Mereka mengatakan bahwa kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang menganalisis tentang

  18 Ibid, hlm 117

  19 Dikdik M.Arief dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Antara Norma dan Realita, PT Raja Grafindo Utama, Jakarta, 2006, hlm 63 kejahatan dengan segala aspeknya, termasuk korban. Dengan demikian, melalui penelitiannya, kriminologi akan dapat membantu menjelaskan peranan korban dalam kejahatan dan berbagai persoalan yang melingkupinya.

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Nomor 830/ Pid. B/2010/ PN. Mdn. terhadap Perkara Kasus Pencurian dengan Pemberatan Pasal 363 KUHP

2 44 110

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Tinjauan Yuridis Pembatalan Putusan Arbitrase Oleh Pengadilan Negeri (Studi Kasus Perkara No. 167/Pdt.P/2000/PN-Jak.Sel)

2 51 168

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

Analisis hukum islam terhadap Putusan Majelis Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tentang Perkara Pidana Penghinaan oleh Pers : Putusan No.1426/PID.B/2003/PN.Jkt.Pst

0 7 86

Tinjauan terhadap Kewenangan Kejaksaan Negeri Bandung dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi pada Perkara PDS-11/BDG/05/2013 Kejaksaan Negeri Bandung

0 13 2

Tinjauan Viktimologis terhadap Korban Pemerkosaan dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Negeri Bandung pada Perkara Nomor 624/PID.B/2006/PN.BDG

4 39 98

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 116/PDT/G/2009/PNTK Tentang Penyelesaian Perkara Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum Melalui Mediasi Sebagai Upaya Perdamaian

0 3 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27