1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti saat ini, sains dan teknologi menjadi suatu nilai jual yang penting di dunia Internasional. Apabila suatu negara ingin diakui dunia
maka negara tersebut harus memiliki kualitas yang setara dengan negara-negara besar di dunia, salah satunya dengan kemajuan dalam bidang sains dan teknologi.
sains dan teknologi mempunyai peranan yang penting dalam kemajuan peradaban suatu bangsa.
Matematika merupakan salah satu bagian terpenting dalam sains. Selain itu, matematika juga sebagai bahasa pengantar teknologi sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari karena mata pelajaran ini sangat terkait dengan cabang ilmu yang lain seperti fisika, kimia, astronomi, ekonomi dan sosial. Menyadari akan
peran penting matematika dalam kehidupan, maka matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan ini
biasa kita sebut pembelajaran. Pembelajaran sebagai muara pentransferan ilmu antara guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai penerima.
Keberhasilan proses
pembelajaran merupakan hal utama yang diinginkan
dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Tetapi kenyataanya masih banyak siswa
2
yang mengalami kesulitan maupun kegagalan, kesulitan maupun kegagalan dalam belajar merupakan kasus tersendiri yang tidak terbatas pada mata pelajaran
tertentu, tetapi hampir pada semua mata pelajaran. Kesulitan dalam belajar disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya guru terlalu monoton dalam
penyampaian materi menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang optimal. Agar proses pembelajaran berhasil, guru diharapkan mampu menerapkan
metode yang tepat dan sesuai dengan pengajaran matematika, guru diharapkan pula mampu menanamkan pengenalan lambang-lambang, konsep, prinsip dan
bagaimana menanamkan penggunaan prinsip atau rumus yang ada. Menurut Ahmad Rohani 2004: 118 Metode mengajarpengajaran, selain
ditentukandipengaruhi oleh tujuan, juga oleh faktor kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya, keadaan peserta didik, dan situasi yang
melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode pengajaran harus memiliki :
- relevansi dengan tujuan - relevansi dengan bahan
- relevansi dengan kemampuan guru - relevansi dengan keadaan siswa
- relevansi dengan situasi pengajaran
3
tujuan pengajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan kegiatan pengajaran, salah satunya dapat membantu pemilihan metode belajar
mengajar. Dalam pembelajaran matematika siswa diharapkan mampu menjelaskan
obyek belajar matematika yang berarti siswa dapat menjelaskan setiap persoalan dalam matematika dan penyelesainnya tidak hanya dengan satu syarat
kemampuan tetapi harus dengan banyak kemampuan yaitu mengerti akan konsep, prinsip sebelumnya, dan sekaligus memahami persoalan yang ada. Berdasarkan
buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal cerita hampir pada setiap materi
pokok. Untuk memudahkan siswa menguasai dan memahami penyelesaian soal matematika, khususnya soal matematika bentuk cerita maka siswa haruslah
menguasai aturan-aturan dan rumus, selain itu perlu disertai banyak latihan mengerjakan soal karena apabila tidak disertai dengan latihan maka siswa akan
sulit dalam mencapai keberhasilan belajar.
Bangun segiempat merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran matematika. Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan
materi ini, sehingga dalam pembelajarannya selain diperlukan penekanan aspek contextual juga diperlukan aspek kooperatif.
4
Memecahkan persoalan yang berbentuk cerita verbal berarti menerapkan pengetahuan yang dimiliki secara teoritis untuk menyelesaikan persoalan nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Soal cerita pada kehidupan sehari-hari lebih ditekankan pada penajaman intelektual anak sesuai dengan kenyataan yang
mereka hadapi. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal cerita, kurang mampu
memisalkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kurang bisa menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk
menyelesaikan masalahnya, dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan suatu variabel.
Kenyataan masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
arti kalimat-kalimat dalam soal cerita juga terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta khususnya kelas VII A. Kelas yang terdiri dari 28 siswa ini
menganggap matematika termasuk salah satu pelajaran yang sulit di pahami, apalagi ketika harus menyelesaikan soal yang berbentuk cerita. Sebagian besar
siswa kurang terampil dalam menyelesaikan soal. Beberapa faktor penyebab kurang terampilnya siswa dalam menyelesaikan soal yaitu siswa mengalami
kesulitan ketika mengkonstrusikan soal ke dalam model matematika dan menggunakan rumus yang sesuai. Berdasarkan hasil pengamatan guru
matematika kelas VII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta dari 28 siswa hanya
5
30 siswa yang bersemangat dalam belajar matematika, ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, seorang guru dituntut untuk mengembangkan suatu teori belajar yang dapat diterapkan pada siswa, salah
satunya dengan model pembelajaran cooperative tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition. CIRC merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar secara berkelompok dan guru memberikan materi untuk dipahami siswa, kemudian siswa menyusun kembali
pemahaman materi yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya kemudian dituangkan dalam kalimat sendiri.
Melalui metode ini, suasana belajar yang ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar dan saling bertukar pikiran dengan temannya
sendiri. Selain dapat meningkatkan kemampuan siswa secara individu, juga melatih dalam bekerjasama dalam kelompok yang pada akhirnya memacu
peningkatan hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah