PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pelita Cabang Empat Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

EVI RIANTIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pelita Cabang Empat Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh : Evi Riantika

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. CIRC merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang me-ngelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima orang tiap kelompoknya untuk mendiskusikan suatu masalah. Desain yang di-gunakan adalah posttest only design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII B dan VIIC yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Matematika ... 9

2. Model Pembelajaran Ko0peratif tipe CIRC ... 11

3. Pembelajaran Konvensional ... 13

4. Pemecahan Masalah Matematis ... 16

5. Kerangka Pikir ... 16

6. Hipotesis ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 22


(7)

vi

1. Data Penelitian ... 23

2. Instrumen Penelitian ... 23

2.1 Validitas Instrumen ... 23

2.1.1 Validitas Isi ... 23

2.1.2 Validitas Butir Soal ... 25

2.2 Reliabilitas Instrumen ... 26

E. Teknik Analisis Data ... 28

1. Uji Normalitas ... 28

2. Uji Homogenitas ... 29

3. Uji Hipotesis ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 32

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 33

3. Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 33

B. Pembahasan ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang ber-kualitas dan mampu membangun masyarakat ke arah yang lebih baik. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pembaharuan dan pe-nyempurnaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, baik yang me-nyangkut kurikulum ataupun yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pen-didikan. Semua ini tentunya dilakukan dalam rangka mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, dibutuhkan proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pe-ngalaman itu tingkahlaku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa menjadi bertambah, baik kualitas dan kuantitasnya. Apabila proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan dari pembelajaran maka akan mem-bawa hasil yang lebih baik, demikian pula dalam pembelajaran matematika.


(9)

2 Matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur, terorganisasi, dan sifatnya berjenjang artinya antara materi yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Dalam proses pembelajaran matematika harus menekankan kepada siswa sebagai insan yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang, dan siswa terlibat secara aktif dalam pencarian dan pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri. Melalui pembelajaran matematika, siswa mendapat kesempatan berpikir sistematis, kritis, dan logis dalam mengomunikasikan gagasan dalam pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan bagian dari ku-rikulum yang sangat penting. Melaui kegiatan pemecahan masalah aspek-aspek kemampuan matematika yang penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, komunikasi matematis dan lain-lain dapat dikembang-kan secara lebih baik. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa da-lam matematika ditegaskan pula oleh Branca (Firdaus, 2009) yaitu: (1) kemampu-an menyelesaikkemampu-an masalah merupakkemampu-an tujukemampu-an umum pembelajarkemampu-an matematika, (2) penyelesaian masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (3) penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Namun kenyataannya kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran mate-matika yang berkaitan dengan pemecahan masalah mengalami beberapa kesulit-an. Siswa kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal, kurang mampu memisalkan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, kurang bisa menghubungkan unsur-unsur yang diketahui untuk menyelesaikan masalah.


(10)

3 Pada kenyataannya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini didukung oleh hasil studi Internasional TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study ). Berdasarkan hasil survei TIMSS tersebut (Mullis et al, 2012), rata-rata skor matematika Indonesia tahun 2011 adalah 386, turun 11 poin dari rata-rata skor matematika Indonesia tahun 2007 yaitu 397. Dalam survei ini, standar rata-rata pencapaian yang di-gunakan TIMSS adalah 500.

Mullis et al. (2009) menjelaskan bahwa dalam studi TIMSS, pengukuran terha-dap ranah kognitif siswa dibagi menjadi tiga, yaitu knowing (mengetahui),

apllying (mengaplikasikan) dan reasoning (penalaran). Domain pertama, knowing, mencakup fakta, konsep, dan prosedur yang perlu diketahui oleh siswa untuk selanjutnya menuju ke domain kedua yaitu applying yang berfokus pada kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep untuk memecahkan masalah. Domain ketiga, reasoning, lebih dari sekedar menemukan solusi dari masalah rutin tetapi juga mencakup situasi asing, konteks yang kompleks, dan multistep problems. Rata-rata persentase siswa Indonesia yang menjawab benar pada survei TIMSS tahun 2011 (Mullis et al, 2012) yaitu: 31% untuk mengetahui, 23% untuk menerapkan dan 17% untuk penerapan. Rata-rata tersebut jauh dibawah rata-rata persentase Internasional yaitu: 49% untuk me-ngetahui, 39% untuk menerapkan, dan 30% untuk penalaran.

Rendahnya persentase menerapkandan penalaran menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia. Dalam survei tiga tahunan Program for Internasional Student Assessment (PISA, 2009) diperoleh


(11)

4 bahwa prestasi anak-anak Indonesiapada pelajaran matematika masih rendah, hanya mendudukiperingkat 61 dari 65 negara dalam hal matematika. Hal yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan siswa dalam menganalisis masalah,

memformulasikan penalarannya dan mengkomunikasikan ideketika mereka me-ngajukan, memformulasikan, menyelesaikan, dan menginterpretasikan per-masalahan matematika dalam berbagai situasi.

Hal ini mencerminkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum mampu memberikan hasil yang diharapkan. Kebanyakan siswa lebih suka meng-hapal tanpa mengetahui konsep dasarnya. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama metode pembelajaran.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa mampu mengemukakan pendapat serta dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memilih model pembelajaran yang tepat. Dengan adanya inovasi, terutama dalam memilih model pembelajaran yang tepat, diharapkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat ditingkatkan.

Ada beberapa model pembelajaran dalam matematika, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif aktivitas pembelajaran secara berkelompok, siswa lebih diaktifkan dalam pembelajaran dan dapat me-nuangkan ide-ide maupun pendapatnya serta bertukar pikiran agar mendapatkan


(12)

5 tujuan yang dimaksud secara maksimal.Suherman dkk. (2003:259) mengemuka-kan bahwa pembelajaran kooperatif, dapat membangun kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika. Pembelajaran seperti ini cocok diterapkan untuk membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah. Ada berbagai macam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah Coopertive Integrated

Reading and Composition(CIRC).

Steven dan Slavin (Nur, 2008:8), menyatakan CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada mulanya untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pembelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti matematika. Pembelajaran ini menempatkan siswa dalam kelompok heterogen salah satu siswa dalam kelompok membacakan soal permasalahan, membuat prediksi jawaban, membuat rencana penyelesaian, dan menuliskan penyelesaian secara sistematis. Menurut Suyitno (2005:4) kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan yaitu salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang di-ketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.


(13)

6 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan dan hasil keterangan dari guru kelas VII diketahui bahwa ke-mampuan pemecahan masalah matematis masih rendah. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Selama proses pembelajaran berlangsung guru lebih banyak men-jelaskan materi, memberikan contoh-contoh dan tugas, sedangkan siswa me-nerima penjelasan, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan tugas yang di-berikan oleh guru. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII semester genap SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan tahun pelajaran 2012/2013.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis pada

siswa SMP?”

C.Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Pelita Cabang Empat Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013.


(14)

7

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan ter-hadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait dengan modelpembelajaran kooperatif tipe CIRC dan pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Manfaat praktis

a) Bagi guru diharapkan penelitian ini berguna sebagai salah satu contoh untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

b) Bagi peneliti diharapkan memberi pengalaman baru, wawasan, dan bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilih model pem-belajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

c) Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

1. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan suatu model pembel-ajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok. Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, membuat prediksi


(15)

8 atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menulis apa yang di-ketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanya dengan suatu variabel, saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian dan perwakilan kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi.

2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam me-nyelesaikan soal-soal matematika yang melalui 4 tahap yaitu(1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahanya, (3) menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, (4) memeriksa kembali (looking back) dan menarik kesimpulan. 3. Pengaruh dalam penelitian ini adalah apabila ada dampak yang ditimbulkan

dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pemecahan Masalah Matematis

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.Memecahkan suatu masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, me-nyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain. Dalam dunia pendidikan khususnya siswa, mereka akan menghadapi masalah jika materi pembelajaran dengan soal atau pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan soal cerita yang berkaitan denga kehidupan sehari-hari. Pertanyaan tersebut menjadi masalah bagi siswa apabila pertanyaan itu harus dipahami dan merupakan tantangan yang harus dipecahkan namun mereka sulit untuk memecahkannya.

Menurut Polya (Hudojo, 1988:158), pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan mudah dapat dicapai. Polya mengelompokkan masalah dalam matematika menjadi dua kelompok yaitu :

a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah apa yang dicari,


(17)

10 bagaimana data yang diketahui, dan bagaimana syaratnya.Ketiga bagian utama tersebut merupakan landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini. b. Masalah untuk membuktikan adalah menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu

benar, salah, atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut sebagai landasan utama untuk dapat menyelesai-kan masalah jenis ini.

Menurut Ruseffendi (Saputra, 2012) suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: (1) persoalan itu tidak dikenalnya, maksudnya ialah siswa belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya, (2) siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan-nya, terlepas dari apakah ia sampai atau tidak pada jawabanpengetahuan-nya, dan (3) sesuatu merupakan permasalahan baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.

Menurut Polya (Suherman, 2003:91) ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencana yang telah direncanakan, (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back). Dipihak lain Hudojo(1979:160) menyatakan bahwa pemecahan masalah mem-punyai fungsi penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika, sebab melalui pemecahan masalah siswa dapat melatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajarinya sebelumnya untuk memecahkan masalah.


(18)

11 Berdasarkan uraian di atas, ketika seseorang akan memecahkan masalah, ia harus memahami masalah itu terlebih dahulu, kemudian menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut, dilanjutkan dengan menyelesaikan masalah sesuai rencana dan yang terakhir memeriksa hasil jawaban yang diperoleh serta menarik kesimpulan. Dapat saya simpulkan bahwa pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan atau prinsip-prinsip matematika yang telah dipelajari sebelumnya yang digunakan untuk memecakan masalah. Dalam sebuah permasalahan siswa harus bisa mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan unsur apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga mudah untuk diselesaikan.

2. Pembelajaran Matematika

Dalam lingkup sekolah, aktivitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung secara optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Suherman dkk.(2003:8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi bantuan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Menurut Hamalik (2008:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sumber belajar dalam hal ini dapat berupa


(19)

12 lingkungan (alam, sosial, budaya), guru atau sesama teman. Selain sebagai sumber belajar guru juga berperan dalam pemilihan model pembelajaran yang digunakan.

Menurut Suherman dkk.(2003:63) dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Siswa dibawa ke arah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalau mungkin mendebat. Dalam hal ini kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model pem-belajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pembelajaran dan belajar matematika dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses rangkaian kegiatan secara kontinu dalam mempelajari konsep-konsep, struktur, dan pola dalam matematika yang melibatkan guru dan siswanya untuk mencapai kopentensi dasar yang telah ditetapkan, sehingga seseorang dapat berfikir logis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan serta mampu menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis dalam kehidupannya sehari-hari. Saat ini terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam sebuah kelas.Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan dan di-kembangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pem-belajaran yang dapat digunakan adalah pempem-belajaran kooperatif tipe CIRC.


(20)

13

3. Model Pembelajaran Kooperatif TipeCIRC

Dalam perkembangannya, dikenal beberapa jenis pembelajaran salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Suherman dkk. (2003:260) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya serta menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim. Lie (2008:34) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerjasama dalam mengerja-kan tugas terstruktur.

Pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membantu siswa agar mampu berfikir kritis, kreatif dan inovatif serta mampu mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif ini biasa-nya berpusat pada siswa. Ada berbagai macam model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah CIRC.

Steven dan Slavin (Nur, 2000:8), mengemukakan bahwa CIRC termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada mulanya merupakan pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak


(21)

14 dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain.

Steven dan Slavin (Harmianto, 2011:112) menerangkan langkah-langkah pem-belajaran CIRC sebagai berikut :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang yang dibagi secara heterogen.

2. Guru memberikan wacana atau permasalah sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Siswa bekerjasama dalam kelompok, salah satu siswa dari beberapa kelompok membacakan dan menemukan ide untuk menyelesaikan masalah dan memberi tanggapan terhadap masalah dan ditulis pada lembar kerja. 4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok.

5. Guru membuat kesimpulan bersama. 6. Penutup.

Menurut Slavin (Suyitno, 2005:3-4) model pembelajaran kooperatif tipe CIRC memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain :

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa 2. Placement test, pembagian kelompok berdasarkan nilai tes yang diperoleh dari

nilai rapor agar guru mengetahui kemampuan siswa.

3. Student creative, kreatifitas siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

4. Team study, yaitu tahapan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkan. 5. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian penghargaan terhadap

keberhasilan.

6. Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru


(22)

15 8. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu

pembelajaran.

Menurut Suyitno (2005:4) bahwa kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesai-kan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan yaitu :

1. Salah satu anggota dari beberapa kelompok membaca soal

2. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel

3. Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah 4. Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan 5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.

Secara khusus, Slavin (Suyitno, 2005:6) menyebutkan kelebihan model pem-belajaran CIRC sebagai berikut:

1. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam men-yelesaikan soal pemecahan masalah

2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang

3. Siswa termotifasi terhadap hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok 4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaanya 5. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang

berbentuk pemecahan masalah

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koo-peratif tipe CIRC merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok heterogen dengan langkah pembelajaran, guru memberikan masalah kemudian siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan proses, salah satu anggota membacakan soal, membuat prediksi atau menemukan ide pemecahan masalah, saling membuat rencana penyelesaian soal pemecahan


(23)

16 masalah, menuliskan penyelesaian masalah secara urut, dan saling merevisi pekerjaan penyelesaian tugas dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap suatu masalah/materi dan berbagi dengan mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Septian (2010) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah salah satu pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Kegiatanguru yang utama adalah menerangkan dan siswa men-dengarkan serta mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu Roestiyah (2008:115) menerangkan bahwa peran guru dalam metode ceramah lebih aktif dalam hal menyampaikan bahan pelajaran, sedangkan peserta didik hanya men-dengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kon-vensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dengan kegiatan guru memberi materi melalui ceramah, siswa mencatat, pemberian contoh soal, kemudian pemberian tugas.

B.Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan kegiatan pembelajaran matematika bergantung dari bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung dan dapat kita lihat dari hasil belajar. Salah satu aspek dari hasil belajar matematika adalah tingkat kemampuan pemecahan masalah. Semakin tinggi tingkat pemecahan masalah matematis siswa


(24)

17 menunjukkan semakin tinggi tingkat keberhasilan pembelajaran. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran terutama dalam memilih model pembelajaran. Hal ini berarti bahwa suatu model pembelajaran matematika dapat menentukan tingkat keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Perubahan yang sangat mendasar dalam pendidikan matematika adalah pergeseran dalam pemahaman bagaimana siswa belajar matematika. Belajar matematika tidak lagi dipandang sebagai pemberian informasi yang berupa sekumpulan teori, definisi maupun hitung menghitung yang kemudian disimpan dalam memori siswa yang diperoleh melalui praktik yang diulang-ulang melainkan membelajar-kan siswa dengan memulai masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang telah siswa miliki. Jadi, pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan khusus yang harus dicapai diantaranya adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk ke-mampuan berfikir matematis tingkat tinggi karena dalam kegiatan pemecahan masalah terangkum kemampuan matematika lainnya seperti penerapan aturan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian pemahaman konsep maupun komunikasi matematika.

CIRC adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan sebagai alternative bagi guru untuk mengajar siswa. Di dalam model pembelajar-an CIRC terdapat komponen-komponen ypembelajar-ang dapat membuat kegiatpembelajar-an pembel-ajaran menjadi lebih efektif dan membuat siswa lebih kreatif, karena disini siswa


(25)

18 bersama dengan kelompoknya dapat mengembangkan dan bertukar pengetahuan-nya di dalam mempelajari suatu materi yang ditugaskan oleh guru.

Tahap pertama dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yaitu siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empet atau lima orang siswa. Tahap kedua yaitu guru memberikan masalah sesuai materi pembelajaran. Tahap ketiga siswa bersama kelompoknya mengerjakan tugas secara bersama. Dalam tahap ini ada kegiatan pokok didalamnya yaitu : salah satu siswa membacakan permasalahan soal yang diberikan oleh guru, kemudian salah satu siswa mengidentifikasi masalah dengan menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan unsur mana yang harus dimisalkan menggunakan variabel. Kemudian kegiatan selanjutnya, masing-masing siswa memprediksi pe-nyelesaian soal pemecahan masalah, lalu siswa menerapkan strategi pemecahan masalah, menuliskan penyelesaian masalah secara urut dan memeriksa hasil pe-mecahan masalah secara bersama. Tahap keempat dari model pembelajaran ini siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya atau hasil diskusi kelompok-nya. Setelah hasil diskusi selesai salah satu siswa dari kelompoknya mem-presentasikan hasil diskusinya di depan kelaskepada teman atau kelompok lain. Setiap kegiatan diskusi kelompok, guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing, sedangkan siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam pembel-ajaran.Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat diperhatikan. Hal ini terlihat pada tiap tahap kegiatan yang dilakukan siswa.Tahap kelima bersama dengan guru membuat kesimpulan dari hasil diskusi tentang materi yang telah dipelajari. Dan tahap ahir adalah penutup.


(26)

19 Dengan melakukanpembelajaran sesuai langkah-langkah di atas maka setiap siswa dapat mencoba menemukan sendiri permasalahan matematika dan dapat me-mecahkan masalah matematika. Diskusi kelas tentang masalah dan pemecahan-nya merupakan salah satu kegiatan inti dalam pembelajaran dengan menggunakan CIRC. Karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa saling ber-diskusi dan menyampaikan ide-ide merekadalam menyelesaikan permasalahan matematika. Sehingga siswa memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesai-kan masalah matematika.

C.Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

D. Hipotesis Kerja

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematissiswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(27)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswanya adalah 77, yang terdistribusi dalam tiga kelasyaitu kelas VIIA, VIIB dan VIIC. Dari ketiga kelas tersebut diambil 2 kelas yang memiliki rata-rata kemampuan matematika yang relatif sama yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai hasil tes semester ganjil, dengan cara Purposive Sampling

yaitu mengambil dua kelas sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa kedua kelas selama ini diajar oleh guru yang sama dan memiliki nilai rata-rata ujian semester ganjil yang mendekati rata-rata nilai ujian pada populasi.

Tabel 3.1Distribusi Siswa Kelas VII SMP Pelita Cabang Empat

No Kelas Banyak Siswa Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil

1 VIIA 25 59,52

2 VIIB 26 56,432

3 VIIC 26 56,62

Rata-rata nilai ujian pada Populasi 57,31

Sumber :SMP Pelita tahun pelajaran 2012/2013

Berdasarkan data Tabel 3.1, tampak bahwa kelas VII B, dan VII C memiliki rata-rata nilai ujian semester ganjil yang mendekati rata-rata-rata-rata nilai ujian pada populasi.


(28)

21

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B dan VII C. Kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain post-test only dasign karena peneliti ingin melihat pengaruh terhadap kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan kelas kontrol yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir.Tes akhir adalah tes kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Furchan (1982:368) desain pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

E X O

K Y O

Keterangan:

E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

Y = Perlakuan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional


(29)

22 C. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian pendahuluan berguna untuk melihat kondisi sekolah seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

2. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja kelompok (LKK) untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, sedangkan untuk kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes tentang pemecahan masalah sekaligus penskoran.

4. Melakukan validasi instrumen. 5. Melakukan uji coba instrumen. 6. Melakukan perbaikan instrumen.

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembe-lajaran kooperatif tipe CIRC sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan (RPP) yang telah disusun.

8. Menggunakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 9. Menganalisis hasil penelitian.


(30)

23 D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data berupa nilai yang diperoleh melalui tes (posttest) pemecahan masalah matematis yang dilakukan di akhir pokok bahasan bangun datar segiempat terhadap kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Perangkat tes terdiri dari tiga item soal uraian (lihat pada Lampiran B.2). Setiap soal memiliki lebih dari satu indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Untuk mendapatkan instrumen tes yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitiaan ini harus bersifat valid dan reliabel.

2.1 Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas butir soal.

2.1.1Validitas Isi

Validitas isi dari instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis dengan indikator pembelajaran yang


(31)

24

telah ditentukan. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan pemberian skor butir soal.Pe-nyusunan dan pemberian skor butir soal tes sesuai dengan pedoman penyekoran pada tabel di bawah ini (lihat pada Tabel 3.3).

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra yang dipandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang telah di-nyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Berdasarkan penilaian guru mata pelajaran matematika, soal yang digunakan telah dinyatakan valid (lihat pada Lampiran B.5).Langkah selanjutnya diadakan uji coba soal yang dilakukan di luar sampel penelitian yaitu pada siswa yang telah mempelajari materi segi empat terlebih dahulu yaitu kelas VIIIC SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan.


(32)

25 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis

Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor

Merumuskan masalah/menyusun model matematika

Tidak memahami masalah/tidak menjawab Tidak memperhatikan syarat-syarat

soal/interpretasi soal kurang tepat Merumuskan masalah/menyusun

modelmatematika dengan baik

0 1 2

Merencanakan strategi penyelesaian

Tidak ada rencana strategi

Strategi yang direncanakan kurang relevan Menggunakan satu strategi tetapi mengarah

pada jawaban yang salah

Menggunakan satu strategi tetapi tidak dilanjutkan

Menggunakan beberapa strategi yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar

0 1 2 3 4 Menerapkan strategi penyelesaian masalah

Tidak ada penyelesaian

Ada penyelesaian tetapi prosedur tidak jelas Menggunakan satu prosedur dan mengarah pada

jawaban yang salah

Menggunakan satu prosedur yang benar tetapi salah menghitung

Menggunakan satu prosedur dan jawaban yang benar 0 1 2 3 4 Menguji kebenaran jawaban (looking back)

Tidak ada pengujian jawaban

Pengujian hanya pada proses atau jawaban tetapi salah

Pengujian hanya pada proses atau jawaban yang benar

Pengujian pada proses dan jawaban tetapi salah Pengujian pada proses dan jawaban yang benar

0 1 2 3 4

( Dimodifikasi dari Noer, 2007)

2.1.2 Validitas Butir Soal

Validitas butir soal yaitu ketepatan butir tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product momento. Rumus korelasi product


(33)

26

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah siswa

∑ = Jumlah skor siswa pada setiap butir soal

∑ = Jumlah total skor siswa

∑ = Jumlah hasil perkalian skor siswa pada setiap butir dengan total skor siswa

Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan harga kritik

untuk validitas butir instrumen, yaitu 0,3. Artinya apabila lebih besar atau

sama dengan 0,3, nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan (Widoyoko, 2012:143). Berdasarkan hasil uji coba dan perhitungan (Lampiran C.3) diperoleh validitas setiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.4 Validitas Butir Soal

Nomor Item Soal 1 2 3

0,97 0,95 0,93

Interpretasi Valid Valid Valid

2.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah konsistensi atau ketepatan dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Dalam hal ini alat ukur yang dimaksud adalah tes Reliabilitas instrumen diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat intrpretasi suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulangkali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang sifatnya stabil.


(34)

27

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat di-percaya atau diandalkan dalam penelitian. Pada penelitian ini, perhitungan reliabilitas tes menggunakan rumus Alpha, yaitu :

             

2

2 11 1 1 t b k k r

Keterangan : 11

r : koefisien reliabilitas instrumen (tes)

k : banyaknya item

2

b

 : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2

t

 : varians total (Arikunto, 2006: 195)

Harga

11

r yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas. Arikunto

(2006: 195) mengatakan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah sebagai berikut. a. Antara 0.800 sampai dengan 1.000: sangat tinggi

b. Antara 0.600 sampai dengan 0.800: tinggi c. Antara 0.400 sampai dengan 0.600: cukup d. Antara 0.200 sampai dengan 0.400: rendah

e. Antara 0.000 sampai dengan 0.200: sangat rendah.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba No Item

Soal

Validitas Butir

Soal Reliabilitas

Keterangan

1 Valid

0,642 Tinggi

2 Valid

3 Valid

Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bersifat valid dan reliabel. Sehingga instrumen tes matematika tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.


(35)

28 E. Teknik Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda maka dilaksanakan tes akhir berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Dari hasil tes akhir diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Untuk menentukan uji hipotesis yang akan dipakai perlu dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273). Berikut ini hipotesis, taraf signifikansi, statistik uji, dan keputusan uji yang digunakan pada uji normalitas.

a) Hipotesis

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 :data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan c) Statistik Uji

  k

i i

i i

E E O x

1

2 2


(36)

29

Keterangan:

= harga chi kuadrat

i

O = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian

i

E = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval d) Keputusan Uji

TerimaH0 jika Kriteria pengujian, jika dengan dk = k-1, maka

data berasal dari kelompok data yang berdistribusi normal.Dalam hal lainnya H0 ditolak

Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Kelas Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 3,6499 11,1 H0diterima normal

Kontrol 8,1457 11,1 H0diterima normal

Berdasarkan Tabel 3.6, dapat diketahui bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki . Hal iniberarti H0 diterima, yaitu kedua data berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians yang sama atau tidak, dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F. Berikut ini hipotesis, taraf signifikansi, statistik uji, dan keputusan uji yang digunakan pada uji homogenitas


(37)

30

menurut Sudjana(2005:250). a) Hipotesis

H0: σ12 σ22(kedua populasi memiliki varians yang sama)

H1: σ12≠ σ22 (kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)

b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan c) Statistik Uji

d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel dimana distribusi F yang digunakan mempunyai dk

pembilang = n1– 1 dan dk penyebut = n2– 1, dan terima H0 selainnya. Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Kelas Varians

(s2) Dk

Keputusan Uji

Keterangan Eksperiman 68,88 26

1,36 1,96 H0 diterima Homogen

Kontrol 94,08 26

Berdasarkan Tabel 3.7, dapat diketahui bahwa data kemampuan pemecahan ma-salah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

yang berarti H0 diterima, yaitu varians kedua kelompok

populasimemiliki varians yang sama (homogen).

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dapat


(38)

31

dilakukan menggunakan uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan.

Berikut ini hipotesis, taraf signifikansi, statistik uji dan keputusan uji yang digu-nakan pada uji hipotesis menggudigu-nakan uji t menurut Widodo (2010).

H0 : (kemampuan pemecahan masalah matematis siswa padamodel

pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih rendah atau sama dengan ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional).

H1 : (kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi dari kemampuan pemecah-an masalah matematis siswa pada pembelajarpemecah-an konvensional).

Taraf signifikansi yang digunakan . Uji yang digunakan sebagai berikut:

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan: 1

x = rata-rata sampel kelas eksperimen

2

x = rata-rata sampel kelas kontrol

2 1

s = varians sampel kelas eksperimen

2 2

s = varians sampel kelas kontrol

1

n = ukuran sampel kelas eksperimen

2

n = ukuran sampel kelas control

Tolak H0 jika , dengan didapat dari daftar distribusi t dengan dk =


(39)

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembe-lajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII semester genap SMP Pelita Cabang Empat Abung Selatan tahun pelajaran 2012/2013.

B.Saran

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebaiknya dilaksanakan dengan perencanaan pembelajaran yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar kondusif sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa.


(40)

41 2. Peneliti lain yang ingin meneliti kembali mengenai pengaruh model pem-belajaran kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebaiknya dalam pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pembagian waktu sebaik mungkin agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan. Selain itu di-harapkan untuk mencari dan menyempurnakan referensi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

3. Agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, maka setiap langkah pembela-jarannya harus terlebih dahulu dilatih dan dibiasakan kepada siswa.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. ManajemenPenelitian. Jakarta: RinekaCipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional TIMSS, [online]. Tersedia di litbank.kemdikbut.go.id/detail.php?id=214. (diakses tanggal 11 Februari 2013).

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Eko Jaya

Firdaus, Ahmad. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [online]. Tersedia di :http//madfirdaus. wordpress. com/2009/11/23/ kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/. (diakses pada tanggal 16 Februari 2013) Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Harmianto, Sri. 2011. Model-model pembelajaran inovatif.

Hudojo, Herman. 1988. Pengembangan kurikulum pembelajaran matematika. Malang: UM Press

Lie, anita. 2004. Mempraktikkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo. 90 hlm.

Mullis, Ina V.S et al. 2009. TIMSS Assesment 2009. [Online] Tersedia: http:// www.education.gov.za/LinkClick.aspx?fileticket=Ub4vJ%2BeV9ds%3D&. (diakses pada tanggal 11 Februari 2013).

_________________. 2011. TIMSS2011 International Results in Mathematics.

[Online]. Tersedia:http://timssandoirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_ IR_Mathematics_FullBook.pdf. (diakses pada tanggal 11 Februari 2013). Noer, Sri Hastuti. 2007. PembelajaranOpen-Ended untuk Meningkatkan

Kemam-puan Pemecahan Masalah Matematis dan KemamKemam-puan Berpikir Kreatif

(Studi Eksperimen pada Siswa Salah Satu SMPN di Bandar Lampung). Tesis. SPs UPI. Bandung.


(42)

Nur dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press. PISA. 2009.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/30/ind0nesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-negara-peserta-PISA-html. (diakses tanggal 11 Februari 2013)

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Saputra, Muhammad Randi Nugraha. 2012. Implementasi Pembelajaran

Kontekstual Berbasis Proyek Melalui Outdor Mathematis untuk

Mening-katkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa SMP. Repository

UPI. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_ 0808526_chapter2.pdf: (diakses pada tanggal 13 Februari 2013).

Septian. 2010. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [Online]. Tersedia: http://septian.wordpress.com/2010/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (diakses pada tanggal 3 Oktober 2013).

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jendral pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryanto. 2004. Teori belajar matematika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negri Semarang.

____________. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan

Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional F.MIPA

Universitas Negri Semarang.

Widodo, Wahyu. 2010. Pengujian Hipotesis. [Online]. Tersedia : http://wahyu-widodo.staff.umm.ac.id/files/2010/03/BAB_7._PENGUJIAN_HIPOTESA1 .ppt. (diakses pada tanggal 15 Februari 2013).


(43)

42

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP 1)

Kelas Eksperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : SMP Pelita cabang Empat Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Pertemuan : 1 (satu)

Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Indikator a. Kognitif

1. Mendefinisikan pengertian persegi panjang

2. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya

3. Menentukan rumus dan menghitung keliling dan luas persegi panjang

b. Afektif 1. Karakter

a. Daftar dipercaya b. Menghargai

c. Tanggung jawab individu d. Peduli

2. KeterampilanSosial

a. Bertanya

b. Memberikan ide atau pendapat c. Menjadi pendengar yang baik


(44)

43

C. TujuanPembelajaran a. Kognitif

1. Diberikan gambar persegi panjang, siswa dapat mendefinisikan pengertian persegi panjang.

2. Diberikan kertas berbentuk persegi panjang, siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya.

3. Diberikan beberapa gambar persegi panjang, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung keliling persegi panjang dengan benar.

4. Diberikan beberapa gambar persegi panjang, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung luas persegi panjang dengan teliti.

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Dapat dipercaya

Diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

b. Menghargai

Diantaranya adalah siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan, dan hormat, peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak pernah mempermalukan teman/guru.

c. Tanggung jawab individu

Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

d. Peduli

Diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa/guru yang membutuhkan.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam menga-jukan pertanyaan

b.Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pen-dengar yang baik


(45)

44

D. Materi Pembelajaran : Persegi panjang

E. Model Pembelajaran : CIRC

F. Strategi pembelajaran : Diskusi kelompok

G. Langkah-LangkahPembelajaran Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu 1. Guru mengucapkan

salam

10’

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

3. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah

pembelajaran koopreatif tipeCIRC

Menjadi pendengar yang baik dan peduli

KegiatanInti (60 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu 1. Guru membagi siswa ke

dalam kelompok- kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang Secara heterogen.

10’

2. Guru membagi Lembar Kerja kelompok ( LKK 1) materi persegi panjang kepada setiap kelompok

3. Guru memandu siswa dalam memecahkan masalah dan membantu siswa yang mengalami kesulitan apabila diperlukan.

35’ 4. Siswa

berdiskusi,memecahkan permasalahan, salah satu anggota membacakan soal, setelah itu membuat prediksi pemecahan masalah, menuliskan apa yang diketahui, yang

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu, bertanya,

memberikan ide atau pendapat, dan kerjasama.


(46)

45 ditanyakan, dan

memisalkan dengan suatu variabel, saling membuat rencana penyelesaian soal secara sistematis dan saling merevisi dan mengedit pekerjaan mereka.

5. guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Tanggung jawab dan peduli 15’ 6. Siswa diminta

menangapi hasil diskusi kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.

Bertanya,

memberikan ide atau pendapat

7. Guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap

keberhasilan kelompok

Menjadi pendengar yang baik dan menghargai

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu 1. Guru bersama siswa

mendiskusikan

kesimpulan yang telah dipelajari.

Bertanya, Rasa ingintahu, Memberikan ide

atau pendapat 10’

2. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada

pertemuan selanjutnya

Menjadi pendengar yang baik

3. Guru menutup pelajaran dan memberikan salam.

Siswa menjawab salam


(47)

46

H. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran

1. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VII. Erlangga. Jakarta.

2. Kurniawan. 2008. Mandiri Matematika. Erlangga. Jakarta 3. LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang dibuat guru

4. Lingkungan 5. Spidol 6. Gunting 7. Penggaris

8. Kertas Origami/karton

I. Penilaian :

Teknik : Tes Bentuk Instrumen : Uraian Instumen : Post-test

Lampung Utara, April 2013 Guru Mitra Guru Peneliti

Purnomo Sidik, S.Pd Evi Riantika


(48)

47

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP 2)

Kelas Ekperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : SMP Pelita Cabang Empat Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Pertemuan : 2 (dua)

Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Indikator a. Kognitif

1. Mendefinisikan pengertian persegi

2. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya

3. Menentukan rumus dan menghitung keliling dan luas persegi

b. Afektif 1. Karakter

a. Daftar dipercaya b. Menghargai

c. Tanggung jawab individu d. Peduli

2. KeterampilanSosial

a. Bertanya

b. Memberikan ide atau pendapat c. Menjadi pendengar yang baik


(49)

48

C. TujuanPembelajaran a. Kognitif

1. Diberikan gambar persegi, siswa dapat mendefinisikan pengertian persegi.

2. Diberikan kertas berbentuk persegi, siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya.

3. Diberikan beberapa gambar persegi, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung keliling persegi dengan benar.

4. Diberikan beberapa gambar persegi, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung luas persegi dengan teliti.

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Dapat dipercaya

Diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

b. Menghargai

Diantaranya adalah siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan, dan hormat, peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak pernah mempermalukan teman/guru.

c. Tanggung jawab individu

Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

d. Peduli

Diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa/guru yang membutuhkan.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam menga-jukan pertanyaan

b.Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pen-dengar yang baik

D. Materi Pembelajaran : Persegi


(50)

49

F. Strategi pembelajaran : Diskusi kelompok

G. Langkah-LangkahPembelajaran

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru mengucapkan salam

Menjawab salam

10’ 2. Guru menginformasikan

tujuan pembelajaran

Menjadi pendengar yang baik

3. Guru mengingatkan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran koopreatif tipeCIRC

Menjadi pendengar yang baik

KegiatanInti (60 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu Eksplorasi

1. Guru menginstruksikan untuk berkelompok pada kelompoknya masing-masing

Menghargai

5’ 2. Guru membagi Lembar

Kerja kelompok materi persegi kepada setiap kelompok

Peduli

3. Siswa

berdiskusi,memecahkan permasalahan, salah satu anggota membacakan soal, setelah itu membuat prediksi pemecahan masalah, menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan, dan memisalkan dengan suatu variabel, saling membuat rencana penyelesaian soal secara sistematis dan saling merevisi dan mengedit pekerjaan mereka

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu, bertanya,

memberikan ide atau pendapat, dan kerjasama.


(51)

50 4. guru meminta salah satu

kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Tanggung jawab

dan peduli 3 ’

5. Siswa diminta

menangapi hasil diskusi kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.

Bertanya,menjelask an,dan memberi-kan ide atau pendapat, rasa ingin tahu

6. Guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap

keberhasilan kelompok

Menjadi pendengar yang baik

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dari materi yang telah dipelajari

Bertanya, Rasa ingintahu, Memberikan ide

atau pendapat ’ 2. Guru menginformasikan

kegiatan yang akan dilakukan pada

pertemuan selanjutnya

Menjadi pendengar yang baik

3. Guru menutup pelajaran dan memberikan salam.

Menjawab salam

H. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran

1. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VII. Erlangga. Jakarta.

2. Kurniawan. 2008. Mandiri Matematika. Erlangga. Jakarta 3. LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang dibuat guru

4. Lingkungan 5. Spidol 6. Gunting 7. Penggaris


(52)

51

I. Penilaian :

Teknik : Tes Bentuk Instrumen : Uraian Instumen : Post-test

Lampung Utara, April 2013 Guru Mitra Guru Peneliti

Purnomo Sidik, S.Pd Evi Riantika


(53)

52

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP 3)

Kelas Eksperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : SMP Pelita Cabang Empat Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Pertemuan : 3 (tiga)

Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B.Indikator a. Kognitif

1.Mendefinisikan pengertian jajargenjang

2.Mengidentifikasi sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya

3.Menentukan rumus dan menghitung keliling dan luas jajargenjang

b. Afektif 1. Karakter

a. Daftar dipercaya b. Menghargai

c. Tanggung jawab individu d. Peduli

2. KeterampilanSosial

a. Bertanya

b. Memberikan ide atau pendapat c. Menjadi pendengar yang baik

C. TujuanPembelajaran a. Kognitif


(54)

53 1. Diberikan gambar jajargenjang, siswa dapat mendefinisikan pengertian

jajargenjang.

2. Diberikan kertas berbentuk jajargenjang, siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya.

3. Diberikan beberapa gambar jajargenjang, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung keliling jajargenjang dengan benar.

4. Diberikan beberapa gambar jajargenjang, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung luas jajargenjang dengan teliti.

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Dapat dipercaya

Diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

b. Menghargai

Diantaranya adalah siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan, dan hormat, peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak pernah mempermalukan teman/guru.

c. Tanggung jawab individu

Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

d. Peduli

Diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa/guru yang membutuhkan.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik

D. Materi Pembelajaran : Jajargenjang

E. Model Pembelajaran : CIRC


(55)

54

G. Langkah-LangkahPembelajaran Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru mengucapkan salam

Menjawab salam

10’ 2. Guru menginformasikan

tujuan pembelajaran

Menjadi pendengar yang baik

3. Guru mengingatkan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran koopreatif tipeCIRC

Menjadi pendengar yang baik

KegiatanInti (60 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru menginstruksikan untuk berkelompok pada kelompoknya masing-masing

10’ 2. Guru membagi LKK

yaitu tentang materi jajargenjang kepada setiap kelompok

3. Dalam kelompok Siswa berdiskusi,memecahkan permasalahan, salah satu anggota membacakan soal, setelah itu membuat prediksi pemecahan masalah, menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan, dan memisalkan dengan suatu variabel, saling membuat rencana penyelesaian soal secara sistematis dan saling merevisi dan mengedit pekerjaan mereka

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu, bertanya,

memberikan ide atau pendapat, dan


(56)

55 4. guru meminta salah satu

kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

Tianggung jawab dan pedul

5. Siswa diminta

menangapi hasil diskusi kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.

Bertanya,menjelask an,dan memberi

-kan ide atau pendapat, rasa ingin tahu

6. Guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap

keberhasilan kelompok

Menjadi pendengar yang baik

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan pembelajaran

Menjadi pendengar yang baik

2. Siswa menerima tugas membaca dan

mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Menjadi pendengar yang baik dan tangung jawab

3. Guru menutup pelajaran dan memberikan salam.

Menjawab salam

H.Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran

1. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VII. Erlangga. Jakarta.

2. Kurniawan. 2008. Mandiri Matematika. Erlangga. Jakarta 3. LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang dibuat guru

4. Lingkungan 5. Spidol 6. Gunting 7. Penggaris


(57)

56

I. Penilaian :

Teknik : Tes Bentuk Instrumen : Uraian Instumen : Post-test

Lampung Utara, April 2013 Guru Mitra Guru Peneliti

Purnomo Sidik, S.Pd Evi Riantika


(58)

57

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP 4)

Kelas Eksperimen

A. Identitas

Nama Sekolah : SMP Pelita Cabang Empat Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Pertemuan : 4 (empat)

Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Indikator a. Kognitif

1. Mendefinisikan pengertian belah ketupat

2. Mengidentifikasi sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya

3. Menentukan rumus dan menghitung keliling dan luas belah ketupat

b. Afektif 1. Karakter

a. Daftar dipercaya b. Menghargai

c. Tanggung jawab individu d. Peduli

2. KeterampilanSosial

a. Bertanya

b. Memberikan ide atau pendapat c. Menjadi pendengar yang baik


(59)

58

C. TujuanPembelajaran a. Kognitif

1. Diberikan gambar belah ketupat, siswa dapat mendefinisikan pengertian belah ketupat.

2. Diberikan kertas berbentuk belah ketupat, siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya.

3. Diberikan beberapa gambar belah ketupat, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung keliling belah ketupat dengan benar.

4. Diberikan beberapa gambar belah ketupat, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung luas belah ketupat dengan teliti.

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Dapat dipercaya

Diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

b. Menghargai

Diantaranya adalah siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan, dan hormat, peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak pernah mempermalukan teman/guru.

c. Tanggung jawab individu

Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

d. Peduli

Diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa/guru yang membutuhkan.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam menga-jukan pertanyaan

b.Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pen-dengar yang baik


(60)

59

D.Materi Pembelajaran : Belah ketupat

E.Model Pembelajaran : CIRC

F. Strategi pembelajaran : Diskusi kelompok

G.Langkah-LangkahPembelajaran Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru mengucapkan salam

Menjawab salam

10’ 2. Guru menginformasikan

tujuan pembelajaran

Menjadi pendengar yang baik

3. Guru mengingatkan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran koopreatif tipeCIRC

Menjadi pendengar yang baik

KegiatanInti (60 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru menginstruksikan untuk berkelompok pada kelompoknya masing-masing

10’ 2. Guru membagi LKK 4

yaitu tentang materi belah ketupat kepada setiap kelompok

3. Dalam kelompok Siswa berdiskusi,memecahkan permasalahan, salah satu anggota membacakan soal, setelah itu membuat prediksi pemecahan masalah, menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan, dan memisalkan dengan suatu variabel, saling membuat rencana penyelesaian soal secara sistematis dan saling

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu, bertanya,

memberikan ide atau pendapat, dan


(61)

60 merevisi dan mengedit

pekerjaan mereka

4. guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

Tanggung jawab dan peduli

5. Siswa diminta

menangapi hasil diskusi kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.

Bertanya,menjelask an,dan memberi

-kan ide atau pendapat, rasa ingin tahu

6. Guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap

keberhasilan kelompok

Menjadi pendengar yang baik

KegiatanPenutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan pembelajaran

2. Siswa menerima tugas membaca dan

mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Menjadi pendengar yang baik dan bertanggung jawab

3. Guru menutup pelajaran dan memberikan salam.

Menjawab salam

H. Alat/Bahan/Sumber Pembelajaran

1. Adinawan, M Cholik. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VII. Erlangga. Jakarta.

2. Kurniawan. 2008. Mandiri Matematika. Erlangga. Jakarta 3. LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang dibuat guru

4. Lingkungan 5. Spidol 6. Gunting 7. Penggaris


(62)

61

I. Penilaian :

Teknik : Tes Bentuk Instrumen : Uraian Instumen : Post-test

Lampung Utara, April 2013 Guru Mitra Guru Peneliti

Purnomo Sidik, S.Pd Evi Riantika


(63)

62

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP 5)

Kelas Eksperimen

A.Identitas

Nama Sekolah : SMP Pelita Cabang Empat Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Pertemuan : 5 (lima)

Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B.Indikator a. Kognitif

1.Mendefinisikan pengertian layang-layang

2.Mengidentifikasi sifat-sifat layang-layang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya

3.Menentukan rumus dan menghitung keliling dan luas layang-layang

b. Afektif 1. Karakter

a. Daftar dipercaya b. Menghargai

c. Tanggung jawab individu d. Peduli

2. KeterampilanSosial

a. Bertanya

b. Memberikan ide atau pendapat c. Menjadi pendengar yang baik


(64)

63

C.TujuanPembelajaran a. Kognitif

1. Diberikan gambar layang-layang, siswa dapat mendefinisikan pengertian layang-layang.

2. Diberikan kertas berbentuk layang-layang, siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat layang-layang ditinjau dari sisi, sudut dan diagonalnya.

3. Diberikan beberapa gambar layang-layang, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung keliling layang-layang dengan benar.

4. Diberikan beberapa gambar layang-layang, siswa dapat menyimpulkan rumus dan menghitung luas layang-layang dengan teliti.

b. Afektif 1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukan karakter:

a. Dapat dipercaya

Diantaranya adalah siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

b. Menghargai

Diantaranya adalah siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan, dan hormat, peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak pernah mempermalukan teman/guru.

c. Tanggung jawab individu

Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

d. Peduli

Diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa/guru yang membutuhkan.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menujukan keterampilan sosial:

a. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat

c. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik


(65)

64

D.Materi Pembelajaran : Layang-layang

E.Model Pembelajaran : CIRC

F. Strategi pembelajaran : Diskusi kelompok

G.Langkah-LangkahPembelajaran Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru mengucapkan salam

Siswa menjawab salam

10’ 2. Guru menginformasikan

tujuan pembelajaran

Menjadi pendengar yang baik

3. Guru mengingatkan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran koopreatif tipeCIRC

Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk menghargai orang lain

KegiatanInti (60 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlak-sanaan

Alokasi Waktu

1. Guru menginstruksikan untuk berkelompok pada kelompoknya masing-masing

10’ 2. Guru membagi LKK 5

yaitu tentang materi laying-layang kepada setiap kelompok

3. Dalam kelompok Siswa berdiskusi,memecahkan permasalahan, salah satu anggota membacakan soal, setelah itu membuat prediksi pemecahan masalah, menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan, dan memisalkan dengan suatu variabel, saling membuat rencana penyelesaian soal secara sistematis dan saling merevisi dan mengedit

Teliti, kreatif, pantang menyerah, rasa ingin tahu, bertanya,

memberikan ide atau pendapat, dan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 45

PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 203

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pelita Cabang Empat Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 13 182

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PBL DENGAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 15 54

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 70

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA Mutia Fonna

0 0 10