Metode Penentuan Awal Bulan Qamariah Syeikh Muhammad Faqih Bin Abdul Jabar Al-Maskumambangi

METODE PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH SYEIKH
MUHAMMAD FAQIH BIN ABDUL JABBAR AL-MASKUMAMBANGI

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:
MOH. ADIB MS
NIM.1110044100081

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
(AHWAL SYAKHSIYYAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1437 H / 2015 M

METODE PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH SYEIKH
MUHAMMAD T'AQIH BIN ABDUL JABBAR AL.MASKUMAMBANG


SKRIPSI
Diajukan Kepada x'akultas syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. SV)

Oleh:

MOH. ADIB MS
NIM.1110044100081

Di bawah bimbingan

Drs. Sirril WafirMA
NIP: 196003 I 8 199103 I 001

PROGRAM STUDI HT]KUM KELUARGA

(AHWAL SYAKHSTYYAH)

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

I.INIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF' HIDAYATULLAH

JAKARTA
1437 H

t 20l5M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

l.

:

Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1)

di Universitas Islam Negeri


(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarra.

2.

Semua sumber yang digunakan dalam penulisan

dengan ketentuan yang berlaku

di

ini telah saya cantumkan

sesuai

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian


hari terbukti bahwa karyasaya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku

di

Universitas Islam Negeri

Of$

Syarif Hidayatullah

Jakarta.

J

akarta,


0

8 Desembe

r

20 I 5

MOH. ADIB MS

PENGESAHAN PAFI-ITIA UJIA}I

Skripsi yang berjudul 6Metode Penentuan Awal Bulan Qamariyah Syeikh
Muhammad Faqih bin Abdul Jahbar al-Maskumambangi" telah diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada
Program Studi Hukum Keluarga Islam.

Jakart4 8 Januari 2015

Mengesahkan

.-\!

I

Dekan,

NIP: 19691216 199603

Ketua

Dr. Abdul Halim, M.Ag.
NIP. 196706081994031

Sekretaris

Arip Furqon, M.A
NrP. 19710215 1997A3 2 002


Pembimbing

Drs. Sirril Wafa, M.A
NIP. 19600318199103

Penguji

I

Dr. Sudirman Abbas, M.AS.
NIP. r502950s1

Penguji

II

Dra. Maskufa, MA
NrP. 1 96807 031994032002

1 001


ABSTRAK
Metode penentuan awal bulan qamariah dalam ilmu falak digunakan
untuk menentukan jatuhnya awal bulan qamariah. Secara fundamental terdapat
dua aliran yang muncul tentang metode penentuan awal bulan qamariyah yaitu :
metode hisab dan metode rukyat dengan dasar yang oleh masing-masing aliran
diyakini kebenarannya.
Di pulau Jawa, dinamika perkembangan ilmu falak cukup pesat dengan
munculnya tokoh-tokoh falak dengan karya-karyanya yang menjadi pelopor ilmu
falak di Indonesia. Dari penelusuran penulis ada seorang ahli falak yang
merupakan ulama besar dan fatwa beliau diikuti banyak orang, khususnya di jawa
Timur, yaitu Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi
yang secara runtutan nasab merupakan keturunan dari salah satu Wali Songo yaitu
Sunan Giri. Sebagai seorang tokoh ahli falak, Syeikh Muhammad Faqih bin
Abdul Jabbar al-Maskumambangi menyusun sebuah kitab falak yang berjudul almandzumah ad-daliyah fi awail al-asyhur al-qamariyah Kitab tersebut membahas
tentang penentuan awal bulan qamariah.
Penentuan awal bulan Qamariyah merupakan elemen penting dalam tubuh
islam karena di dalamnya membahas permasalahan yang berhubungan dengan
peribadatan orang islam. Kitab ini memiliki metode sendiri dalam penentuan awal
bulan qamariah, sehingga muncul persoalan tentang apa metode yang digunakan

oleh Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi dalam
menentukan awal bulan qamariah, mencakup metode yang digunakan di
dalamnya, kelebihan metode dan kekurangannya. Serta turut serta menambah
khazanah keilmuan khususnya di dalam disiplin ilmu falak.
Rumusan Masalah yaitu : bagaimana metode yang digunakan Syeikh
Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar dalam menentukan awal bulan Qamariyah
yang terdapat dalam kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri alqamariyah”? dan Apa kelebihan dan kekurangan metode kitab “al mandzumah ad
daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”nya Syeikh Muhammad Faqih bin
Abdul Jabbar dalam menentukan awal bulan Qamariyah?
Dari hasil analisa penulis, terdapat beberapa kesimpulan mengenai metode
hisab yang terdapat pada kitab al-mandzumah ad-daliyah fi awail al-asyhur alqamariyah karya Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar alMaskuambang yaitu: Metode hisab yang digunakan oleh Syeikh Muhammad
Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi dalam kitab al-mandzumah addaliyah fi awail al-asyhur al-qamariyah termasuk metode hisab istilahi yang
perhitungannya bisa dilakukan dengan cara yang cepat dan sederhana. Metode
perhitungan dalam kitab al-mandzumah ad-daliyah fi awail al-asyhur alqamariyah ini Perhitungan yang pertama adalah dengan membagi tahun yang
dicari dengan bilangan 30 apabila sisa dari pembagian tersebut adalah salah satu
angka : 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, atau 29 maka tahun yang dicari adalah
tahun kabisat, apabila sisa hasil pembagiannya bukan angka-angka di atas maka
tahun yang dicari adalah tahun basithah. Perhitungan yang kedua dengan cara
tahun yang dicari dikurangi 1 kemudian dibagi 30, hasil pembagiannya dikali 5,
dari sisa pembagian dicari jumlah tahun tahun kabisat dan basitah, yang kabisat


iii

dikali 5 dan yang basitah dikali 4, hasilnya dijumlahkan dengan hasil pembagian
yang dikali 5, hasilnya ditambah 5 dan dibagi 7, sisanya adalah hari jatuhnya awal
bulan qamariah. Hisab ini termasuk metode hisab istilahi, yaitu metode hisab
yang perhitungannya hanya memperhitungakan perjalanan rata-rata bulan
sehingga tidak bisa dijadikan sebagai pedoman untuk perhitungan dalam hal-hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah.
Kelebihan kitab ini adalah perhitungannya masih sangat sederhana dan
mudah dipelajari untuk orang-orang yang baru belajar ilmu falak. Hisab ini
termasuk dalam kriteria hisab aritmatik yang pada praktiknya bisa diterapkan
dalam pembuatan kalender sepanjang masa untuk keperluan sipil dan adminstrasi.
Sedangkan kekurangan kitab ini yaitu belum membahas tentang koreksi atau
ta’dil sehingga perhitungannya masih bersifat sangat umum dan belum akurat.
Kata kunci

: Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi,
Metode Penentuan Awal Bulan Qamariyah.


Pembimbing : Drs. Sirril Wafa, MA.
Daftar pustaka : tahun 1995 s.d. tahun 2015.

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, teruntai tahmid atas kasih sayang Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya hingga akhirnya sampailah pada tahap
akhir studi ini dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul:
Metode Penentuan Awal Bulan Qamariah Syeikh Muhammad Faqih bin
Abdul Jabbar al-Maskumambang, dengan cukup lancar. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah untuk Sang Penegak Panji Islam Nabi Muhammad Saw.
keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau yang telah membawa Islam
sampai saat ini.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini bukan hanya hasil jerih
payah penulis pribadi sendiri. Akan tetapi merupakan wujud nyata dari usaha,
bantuan pemikiran, dan do’a dari berbagai pihak yang membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Abdul Halim, M.Ag, Ketua Program Studi Hukum Keluarga
(AhwalSyakhsiyyah) Fakultas Syari’ah dan Hukum.
3. Arip Purkon, M.Ag., Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal
Syakhsiyah) Fakultas Syari’ah dan Hukum.
4. Drs. Sirril Wafa, MA., Dosen pembimbing yang sangat berkualitas dan besar
hati, yang ditengah kesibukannya selalu sabar serta bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan penulis dengan sangat teliti.,
dan Dra. Maskufa, MA., Dosen Pembimbing Akademik yang tidak pernah

v

bosan memberikan arahan dan masukan ilmu untuk penulis selama di bangku
perkuliahan.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
yangtelah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
6. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik baik secara
langsung atau tidak telah membantu pemahaman dalam menyelesaikan skripsi.
7. Keluarga besar pondok pesantren Maskumambang serta seluruh pengurusnya,
Inu Pamungkas, Anam, Nasir, Muzajjaddan tim Ilmu Falak Pon-Pes Lirboyo
Jawa Timur yang telah memberikan reverensi dan sumbangan pemikiran
tentang fokus kajian skripsi ini.
8. Yang tercinta mama lan mimi, yang disetiap nafasnya selalu terpanjatkan doa
untuk kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya di dunia dan di akhirat,
pemberi inspirasi paling nyata di setiap fase kehidupan, serta selalu
memberikan motivasi moril dan materil untuk keberhasilan penulis.
9. Kakakku Saefudin Zuhri, S.E., Nur’alimah dan suami (Ali Murtadlo) , adikadikku Masyhadi, Dewi Rahma, Siti Uzlifah serta Seluruh keluarga besar,
terima kasih atas do'a dan motivasinya.
10. Kawan-kawan seperjuangan, khususnya Muhdi Aziz, Irfan Rizkiani, Ahmadi,
Syauqi, Adam Setiawan, Ema, Duray, Zian, Ipank, dan kawan-kawan di
Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Prodi Hukum Keluarga angkatan
2010 yang selalu hangat baik suka maupun duka, teman-teman KKN “Damar
Wulan” Ciamis, Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya
(Hima-Cita),. Semoga kita selalu saling mensuport dan mendoakan dimanapun
berada.
11. Keluarga Besar Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren (PSPP) : Goes

vi

Jamal, Pak Afifi, Pak Guru, Idris Mesut, Kacung Alam, Abro, bung Mumu
Catur Widjaya, Ono, ARC, Mala, Muta’aliyah, serta para aktifis kajian PSPP
yang selalu mengecas intelektual, spiritual, dan emosional di setiap malam
jumat.
Penulis ucapkan ribuan terima kasih dan doa semoga Allah SWT
menerima semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga Ia memudahkan
segala urusan serta membalasnya dengan balasan yang lebih baik.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan waktu dan reverensi serta keterbatasan kemampuan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar skripsi
ini menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
semua yang membacanya. Amin.

Jakarta, 08 Desember 2015

Moh. Adib MS, S.Sy

vii

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ........................................
ABSTRAK ....................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
D. Metode Penelitian ....................................................................

1
12
13
14

PROFIL SYEKH MUHAMMAD FAQIH BIN ABDUL
JABBAR AL-MASKUMAMBANG
A. Biografi Syekh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar alMaskumambangi .....................................................................
B. Pendidikan dan Pemikirannya .................................................
C. Guru dan Murid-muridnya.......................................................

19
23
29

BAB III DESKRIPSI KITAB “AL MANDZUMAH AD DALIYAH FI
AWAILI AL-ASYHURI AL-QAMARIYAH”
A. Deskripsi Lengkap ...................................................................
B. Metode penentuan awal bulan qamariyah yang digunakan
dalam kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri
al-qamariyah” .........................................................................
C. Aplikasi metode penentuan awal bulan qamariyah kitab “al
mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah” ...
BAB IV ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL BULAN
QAMARIYAH KITAB AL-MANDZUMAH AD DALIYAH
FI AWAILI AL-ASYHURI AL-QAMARIYAH
A. Tingkatan Akurasi Dalam Ilmu Hisab atau Ilmu Falak ...........
B. Posisi Kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri
al-qamariyah” Dalam Ilmu Falak ...........................................
C. Metode Hisab Kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili alasyhuri al-qamariyah” Dalam Penentuan Awal Bulan
Syar’iyyah ................................................................................
BAB V

i
ii
iii
v
viii

PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran-saran ..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

viii

35

38
53

58
62

68

70
71

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Falak secara bahasa berarti madaar yaitu orbit, garis atau tempat
perjalanan bintang atau celestial sphere or star. Ilmu falak berarti pengetahuan
mengenai tempat beredarnya bintang-bintang. Salah satu ayat Al-Quran yang
memuat kata falak adalah surat yasin ayat 40 yang berbunyi :

Artinya : tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun
tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis
edarnya. (QS : Yasin 40).
Sedangkan secara terminologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari lintasan benda-benda langit seperti matahari, bulan, bintang dan
benda-benda langit yang lainnya dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari
benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.1
Menurut Ahmad Izzuddin, ilmu falak dikalangan umat Islam dikenal
dengan sebutan ilmu hisab, sebab kegiatan yang paling menonjol pada ilmu
tersebut adalah melakukan perhitungan-perhitungan. Namun demikian
menurut penulis karena dalam ilmu falak pada dasarnya menggunakan
pendekatan dua “kerja ilmiah” dalam mengetahui waktu-waktu ibadah dan
posisi benda-benda langit, yakni pendekatan hisab (perhitungan) dan
pendekatan rukyat (observasi) benda-benda langit, maka idealnya penamaan

1

Maskufa. Ilmu Falak, (Jakarta : Gaung Persada, 2010), h. 1

1

2

ilmu falak ditinjau dari kerja ilmiahnya disebut ilmu hisab rukyat, tidak
disebut ilmu hisab (saja).2
Ilmu falak termasuk ilmu yang tertua yang banyak dijumpai di
berbagai bangsa di dunia dengan tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
Misalnya untuk mengetahui waktu yang tepat untuk penyembahan terhadap
dewa-dewa yang diakui, mengetahui banjirnya sungai nil, mengetahui arah
angin sehingga diketahui sumber air, bulan dan bintang yang menghiasi langit
pada malam hari digunakan oleh para pengembara dan pelaut, fase-fase
perubahan bulan dan perjalanan harian matahari digunakan oleh petani dan
peternak untuk memulai bercocok tanam dan lain-lain yang kesemuanya ini
menjelaskan bahwa benda-benda angkasa sudah dijadikan sebagai dasar dalam
praktek kehidupan nyata jauh sebelum astronomi dikenal sebagai disiplin
ilmu.3
Ilmu falak mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia terutama dalam penentuan waktu-waktu untuk keperluan hidup
sehari-hari. Ketertarikan manusia pada fenomena alam semesta akan
keindahannya

yang

memunculkan

legenda

maupun

kemurkaannya

memunculkan kesadaran akan adanya Dzat yang Supranatural telah
mengiringi kelahiran ilmu ini.
Sejarah mencatat bahwa sebelum kedatangan agama Islam di Indonesia
telah tumbuh perhitungan tahun yang ditempuh menurut perhitungan jawa
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis “metode hisab-rukyat praktis dan solusi
permasalahannya”, (Semarang: Pustaka Al-hilal, 2011) edisi revisi, h. 1.
2

3

Maskufa, Ilmu Falak, h. 5-6.

3

hindu atau tahun soko yang dimulai pada hari sabtu, 14 Maret 78 M. yakni
tahun penobatan Prabu Syaliwahono (Aji Soko). Kalender inilah yang
digunakan umat Budha di Bali guna mengatur kehidupan masyarakat dan
agama. Namun sejak tahun 1043 H/1633 M yang bertepatan dengan 1555
tahun soko, tahun soko diasimilasikan dengan Hijriyah, kalau pada mulanya
tahun soko berdasarkan peredaran matahari, oleh Sultan Agung diubah
menjadi tahun Hijriyah yakni berdasarkan peredaran bulan, sedangkan
tahunnya tetap meneruskan tahun soko tersebut. Sehingga jelas sejak zaman
berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, umat Islam sudah terlibat dalam
pemikiran ilmu falak, hal ini ditandai dengan adanya penggunaan kalender
Hijriyah sebagai kalender resmi.4
Setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia terjadi pergeseran
penggunaan kalender resmi pemerintah, semula kalender hijriyah diubah
menjadi kalender masehi. Meskipun demikian umat Islam tetap menggunakan
kalender hijriyah, terutama daerah kerajaan-kerajaan Islam dalam penetapan
hari-hari yang berkaitan dengan persoalan ibadah, seperti 1 Ramadhan, 1
Syawal dan Dzulhijjah. Pada saat itu juga ilmu falak banyak berkemabang
dan dipelajari di pondok-pondok pesantren di Jawa dan Sumatera. Dan sampai
sekarang, khazanah kitab-kitab ilmu falak di Indonesia dapat dikatakan relatif
banyak, apalagi banyak pakar falak sekarang yang menerbitkan (menyusun)
kitab falak dengan cara mencangkok kitab-kitab yang sudah lama ada di
masyarakat dengan disertai kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh
4

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (metode hisab-rukyat praktis dan solusi
permasalahannya), h. 15-16

4

para pakar astronomi dengan cara mengolah data-data kontemporer yang
berkaitan dengan ilmu falak. Dan setelah Indonesia merdeka dan dibentuknya
Departemen Agama, dengan memperhatikan fenomena tersebut, Kementerian
Agama, berdasarkan keputusan Menteri Agama pada tanggal 16 Agustus
1972, maka terbentuklah Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama dengan
diketuai oleh Sa’adoeddin Djambek.5
Mempelajari ilmu falak yang dalam hal ini menentukan awal bulan
Qamariyah sangatlah penting, karena di dalamnya terdapat kegiatan umat
Islam yang berkaitan dengan penentuan waktu seperti tiga jenis ibadah yang
termasuk dalam rukun Islam yaitu puasa, zakat, dan haji. Ketika kita
menyadari pentingnya hal-hal di atas, maka tentunya pembahasan ini pun
menjadi sangat penting untuk dikaji dan digali.6
Di Indonesia, yang penduduk muslimnya merupakan bagian terbesar
negara bangsa ini, hampir selalu terjadi perbedaan di dalam memahami dan
mengaplikasikan pesan hadis Rasulullah Saw yang berbunyi :

5

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (metode hisab-rukyat praktis dan solusi
permasalahannya), h. 19.
6

Fatin Masyhudi Bahri, tahqiq kitab al mandzumah ad daliyah fi awail al-asyhur alqamariyah (Jakarta: 2009, Kementerian Agama Republik Indonesia), h. II.
7

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-bukhari, shahih albukhari, (Kairo : Daru al-hadis, 2004), juz 2, h. 34.

5

Artinya : Dari Nafi dari Abdullah bin Umar bahwasannya Rasulullah Saw
menjelaskan bulan Ramadhan kemudian beliau bersabda :
janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak)
janganlah kamu berbuka sampai kamu melitnya lagi. Jika tertutup
awan maka perkirakanlah (HR. Bukhari)

Artinya: “berpuasalah kamu karena melihat hilal (tanggal) dan berbukalah
(berlebaranlah) kamu karena melihat tanggal, bila kamu tertutup
oleh mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan sya’ban tiga
puluh hari” (HR. Bukhari dan Muslim)”.

Artinya: "Sesungguhnya Said bin Umar ra. mendengar dari Nabi Saw, beliau
bersabda sungguh bahwa kami adalah umat ummi tidak mampu
menulis dan menghitung umur bulan adalah sekian dan sekian yaitu
kadang 29 dan kadang 30 hari" (HR. Bukhari).
Pada dasarnya, sejarah pemikiran Islam sejak awal pertumbuhannya
adalah sejarah aliran, mazhab atau firqah. Sejarah fiqih hisab rukyat (termasuk
penetapan awal bulan Qamariyah) juga tidak bisa dilepaskan dari persoalan
aliran fikiran tersebut. Dalam wacana pemikiran Islam, aliran pemikiran itu
biasa disebut mazhab. Kata mazhab biasa digunakan dalam term fiqih, yaitu
suatu cabang ilmu keislaman yang mempelajari tentang hukum-hukum agama
atau disebut bidang yurisprudensi Islam. 10
8

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari, shahih albukhari, juz 2, h. 38.
9

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-bukhari, shahih albukhari, juz 2, h. 34.
10
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, “menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam
penentuan awal Ramadhan, idul fitri dan idul adha” h. 1.

6

Akar dari lahirnya aliran dalam penetapan awal bulan Qamariyah
adalah perbedaan interpretasi terhadap hadist yang berbunyi :

Menurut penelitian Syihabbudin al-Qalyubi, hadis-hadis hisab rukyat
tersebut mengandung sepuluh interpretasi yang beragam, diantaranya:
1. Perintah berpuasa berlaku atas semua orang yang melihat hilal dan tidak
berlaku atas orang yang tidak melihatnya.
2. Melihat di sini melalui mata. Karenanya, ia tidak berlaku atas orang buta
(matanya tidak berfungsi).
3. Melihat (rukyat) secara ilmu bernilai mutawatir dan merupakan berita dari
orang yang adil.
4. Nash tersebut mengandung juga makna zhan (prasangka kuat) sehingga
mencakup ramalan dan nujum (astronomi)
5. Ada tuntutan puasa secara kontinu jika terhalang pandangan atas hilal
manakala sudah ada kepastian hilal sudah dapat dilihat.
6. Ada kemungkinan hilal sudah wujud sehingga wajib puasa, walaupun
menurut ahli astronomi belum ada kemungkinan hilal dapat dilihat.
7. Perintah hadis tersebut ditujukan kepada kaum muslimin secara
menyeluruh. Namun pelaksanaan rukyah tidak diwajibkan kepada
seluruhnya bahkan mungkin hanya perseorangan.
11

h. 122.

Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Jami’u As-Sahih, Juz III, (Beirut : Dar Al-Fikr, tt,)

7

8. Hadis ini mengandung makna berbuka puasa.
9. Rukyah itu berlaku terhadap hilal Ramadhan dalam kewjiban berpuasa,
tidak untuk ifthar-nya (berbuka).
10. Yang menutup pandangan ditentukan hanya oleh mendung bukan
selainnya.12
Berawal dari perbedaan itu lahirlah dua mazhab besar. Pertama, mazhab
rukyat; menurut mazhab ini penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan
ditetapkan berdasarkan rukyat atau melihat bulan yang dilakukan pada hari ke29. Apabila rukyat tidak berhasil, baik karena posisi hilal belum dapat dilihat
maupun karena terjadi mendung, maka penetapan awal bulan harus
berdasarkan istikmal (penyempurnaan bilangan bulan menjadi 30 hari).
Sehingga menurut mazhab ini term rukyat dalam hadis-hadis hisab rukyat
adalah bersifat ta’abudi ghairu ma’qul al-ma’na. artinya tidak dapat
dirasionalkan pengertiannya, sehingga tidak dapat diperluas dan tidak dapat
dikembangkan. Karena dalam redaksi hadis Rukyat-Hisab lain menyebutkan
“jika pada tanggal 29 bulan tidak tampak atau tidak dapat dilihat maka
tindakan selanjutnya adalah menyempurnakan bilangan bulan menjadi 30 hari”
menjadi alasan lain yang menguatkan mazhab ini.13 Dengan demikian, rukyat
hanya diartikan sebatas melihat dengan mata kepala. Kedua, mazhab hisab;
penentuan awal dan akhir bulan qamariyah berdasarkan perhitungan falak.
Menurut mazhab ini, term rukyat yang ada dalam hadis-hadis hisab rukyat
12

Syihabuddin al-Qalyubi, Hasyiyah Minhaju at-Thalibin jilid II, (Kairo: Musthafa alBabi al-Halabi, 1956), h. 45.
13

Sub Direktorat Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam
& Pembinaan Syariah, Ilmu falak praktik, (Jakarta : Kementerian Agama, 2013) h. 96-97.

8

dinilai bersifat ta’aqquli ma’qul al-ma’na, dapat dirasionalkan, diperluas dan
dikembangkan. Sehingga ia dapat diartikan (antara lain) mengetahui sekalipun
bersifat zhanni (dugaan kuat) tentang adanya hilal, kendatipun hilal dengan
hisab falaki tidak mungkin dapat dilihat.14
Implikasi dari hadist di atas adalah terhukumi wajibnya berpuasa bagi
seluruh orang muslim (fardlu ain). Sementara hukum melaksanakan rukyatnya
menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dan Jumhur adalah wajib hanya bagi seorang
atau sebagian orang yang dianggap mampu untuk melaksanakannya. Dan
menurut pendapat yang lain mengatakan pelaksanaan rukyat dilaksanakan oleh
dua orang adil.15 Imam an-Nawawi sepakat “pelaksanaan rukyat itu cukup
dilakukan oleh dua orang muslim yang adil dan tidak disayaratkannya
melaksanakan rukyat bagi setiap orang muslim.16
Cara-cara penentuan awal bulan dengan hisab semula tidak populer
(baru dikenal pada abad ke-20an), namun organisasi Islam yang mendukung
metode ini semakin bertambah besar dari waktu ke waktu. Di Indonesia (saja),
beberapa organisasi Islam telah mempraktikkan cara perhitungan awal bulan
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dengan cara hisab, diantaranya adalah
Muhammadiyah dan Persis.17

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah “menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam
penentuan awal Ramadhan, idul fitri dan idul adha”, h. 3-5
14

15

Ibnu Hajar al-Asqalani, fathu al-bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz IV, (Beirut: Dar alFikr, 1998) h. 153.
16

an-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhi an-Nawawi, juz VII, (Beirut: Dar al-Fikr, 1972),

h. 190.
17

Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, (Jakarta: Amithas Publicita dan
Center for Islamic Studies, 2007) h. 130

9

Di Indonesia popular dengan tiga arus utama mazhab hisab rukyat,
pertama mazhab rukyat yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan
Islam terbesar di Indonesia (NU), kedua mazhab hisab dengan sponsor utama
Muhammadiyah, dan ketiga mazhab imaknu rukyat yang dimunculkan oleh
Pemerintah18 yang sering berbeda satu dengan yang lainnya, keadaan inilah
yang menjadikan masyarakat Indonesia di setiap tahun ketika penentuan awal
bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah selalu mengundang polemik
berkenaan dengan pengaplikasian pendapat-pendapat tersebut, sehingga nyaris
mengancam persatuan dan kesatuan umat. Masalah klasik ini menurut Ibrahim
Husein disebut sebagai persoalan “klasik” yang selalu “aktual" karena masalah
ini hadir semenjak masa-masa awal Islam dan selalu kembali hangat ketika
menjelang datangnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
Terlepas dari metode penentuan awal dan akhir bulan Qamariyyah yang
dikenal apakah menggunakan metode Rukyat atau Hisab. Namun semua
kalender hijriyyah tentulah memakai metode hisab.
Hisab dalam ilmu falak terbagi menjadi dua :
1. Hisab ‘Urfi
Hisab ‘urfi merupakan sistem perhitungan kalender yang didasarkan
kepada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan ditetapkan secara
konvensional. Sistem ini dimulai oleh khalifah Umar bin Khattab r.a.
sebagai acuan untuk menyusun kalender Islam abadi.19

18

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, pendahuluan
Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam
Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, (Jakarta : Erlangga, 2007) h. 102
19

10

Jumlah hari tahun Basithah dalam penanggalan hijriyyah ialah 354
hari dan 355 hari dalam tahun kabisat. Bulan-bulan ganjil dalam setahun
(Muharram, Rabiul Awwal, Jumadil Awwal, Rajab, Ramadhan, dan
Dzulqa’dah) berjumlah 30 hari. Bulan-bulan genap dalam setahun (Safar,
Rabiu Tsani, Jumadil Tsani, Sya’ban, Syawal, dan Dzulhijjah) berumur 29
hari. Kecuali bulan Dzulhijjah dalam bulan kabisat berumur (30) hari.
Kalender qamariah (lunar system) membagi satu tahun menjadi 12
bulan. Setiap bulan memiliki jumlah hari 29 atau 30. Total jumlah hari
dalam setahun pada sistem kelender qamariah adalah 354 hari, jadi satu
tahun qamariah kira-kira berjumah 11,256 hari lebih pendek dari sistem
kalender syamsiah, karena bulan sinodik hanya memiliki 12 x 29,53 hari
yang menyebabkan satu tahun kalender qamariah hanya memiliki
354,36707 hari,20
Perhitungan hisab ‘urfi adalah berdasarkan perhitungan tradisional
bahwa bulan mengelilingi bumi selama 345 11/30 hari yang dilakukan
dengan memperhatikan:
a. Kalender qamariah akan berulang dengan siklus 30 tahunan.
b. Umur bulan qamariah adalah 29 dan 30 hari secara bergantian kecuali
pada bulan Dzulhijjah yang bertepatan dengan tahun kabisat, umur
bulan ditambah 1 hari menjadi 30 hari. Tahun kabisat jatuh pada tahun
ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29. Jadi dalam siklus 30
tahunan akan terdapat 11 tahun kabisat (panjang) dan 19 tahun basitah
20

Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, (Jakarta: PT. Amythas Publicita,
2007) h. 63.

11

(pendek).
c. Cara menentukan tahun kabisat dilakukan dengan angka tahun dibagi
30, jika sisanya menunjukkan angka-angka tahun kabisat maka tahun
tersebut adalah tahun kabisat, jika bukan maka tahun tersebut adalah
tahun basithah.21
2. Hisab haqiqi
Hisab haqiqi merupakan sistem hisab yang didasarkan pada peredaran
bulan dan bumi sebenarnya. Menurut sistem ini umur tiap bulan tidak
konstan dan tidak beraturan, akan tetapi tergantung kepada posisi hilal
setiap

awal

bulannya,

sehingga

boleh

jadi

dua

bulan berturut-

turut umurnya 29 hari atau 30 hari, atau bisa juga bergantian sebagaimana
perhitungan yang ada pada sistem hisab ‘urfi.22
Perhitungan yang digunakan dalam sistem hisab haqiqi ada beberapa
macam, mulai yang masih berupa pendekatan-pendekatan kasar, sampai
yang sangat teliti, dari perhitungan yang hanya menggunakan tabel-tabel
dan menggunakan penghitungan interpolasi dan ekstrapolasi sederhana,
sampai perhitungan yang kompleks dengan bantuan komputer berdasarkan
perhitungan trigonometri bola (spherical trigonometry), dan dari sistem
perhitungan yang dasarnya berasal dari kitab klasik sampai keperhitungan
yang mengacu kepada khazanah ilmu astronomi modern.23

21

22

Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, h. 143.

Lihat Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Edisi Revisi, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008) Cet.II, h. 105.
23
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, h. 144 – 145.

12

Semua pembahasan di atas sebagaimana dinyatakan oleh Harton
dan Hunt, jelas merupakan hasil penelaahan atau investigasi ilmiah.
Artinya bahwa pertumbuhan ilmu pengetahuan dari awal hingga sekarang
merupakan kontribusi kegiatan penelitian yang selama ini dilakukan oleh
peneliti dan ilmuan (researchcer and scientist).24
Untuk itu penulis sangat tertarik untuk menganalisis metode
penentuan awal bulan Qamariyahnya kiai Faqih, dengan judul: METODE
PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH SYEIKH MUHAMMAD
FAQIH BIN ABDUL JABBAR AL-MASKUMAMBANGI”. Kiai Faqih
atau yang akrab dipanggil Maskumambang (nama desa, dijuluki
maskumambang karena kemasyhurannya), merupakan salah satu ulama
Nusantara yang lahir pada tahun 1857 dan wafat pada tahun 1937 di
Maskumambang, Gresik, Jawa Timur. Ketenarannya disebabkan antara
lain oleh kealiman dan pemikiran-pemikiran briliannya yang dituangkan
dalam buku-buku yang dipelajari di Pesantren-Pesantren. Salah satu
karyanya yang monumental adalah “al mandzumah ad daliyah fi awaili alasyhuri al-qamariyah”. Buku ini berisi pemikiran Kyai Faqih di bidang
Ilmu Falak yang membahas tentang metodologi penentuan awal bulan
Qamariyah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam melakukan studi ini, maka penulis
memberikan batasan-batasan objek kajian agar pembahasan dapat terfokus dan
tidak melebar. Secara garis besar terdapat dua metode untuk menentukan awal
24

Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, tp, tt.

13

bulan qamariyah, pertama dengan menggunakan metode rukyat dan yang
kedua menggunakan metode hisab. Di Indonesia terdapat tiga metode popular
yang digunakan masyarakat untuk menentukan penentuan awal bulan
qamariyah. pertama rukyatul hilal, kedua hisab, dan yang ketiga imkanu
rukyah. Untuk itu penulis membatasi penelitian metode penentuan awal bulan
qamariyah yang ada dalam kitab al-mandzumah al-daliyyah fi awaili alasyhuri al-qamariyah saja. Penelitian ini akan membahas dua permasalahan,
yaitu:
1. Bagaimana metode yang digunakan Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul
Jabbar dalam menentukan awal bulan Qamariyah yang terdapat dalam
kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”?
2. Apa kelebihan dan kekurangan metode kitab “al mandzumah ad daliyah fi
awaili al-asyhuri al-qamariyah”nya Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul
Jabbar dalam menentukan awal bulan Qamariyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui metode Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar
dalam menentukan awal bulan Qamariyah dalam kitab “al mandzumah ad
daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode penentuan awal
bulan qamariyah yang terdapat dalam kitab “al mandzumah ad daliyah fi
awaili al-asyhuri al-qamariyah”.

14

D. Metode Penelitian
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa jenis
penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan data yang akurat dan objektif,
diantara penelitian itu ialah:
1. Penelitian Kualitatif
yaitu lingkungan alamiah sebagai sumber data, peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian
kualitatif. Tekanan pada penelitian kualitatif ada pada proses bukan hasil
dan peneliti sebagai instrumen kunci.25
2. Metode pengumpulan data
Kajian skripsi ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library
research), yaitu suatu metode dengan cara mengumpulkan data dan
informasi, baik berupa buku-buku maupun artikel-artikel yang kemudian
diidentifikasi secara sistematis dan analitis dengan bantuan berbagai
macam materi yang ada.26
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab “al
mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”. Karya Syeikh
Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi sebagai literatur
utama dan sumber data penelitian. Sedangkan data sekunder yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah sumber data yang mendukung data
primer yaitu buku-buku tentang Ilmu Falak, khususnya buku-buku yang
membahas tentang metode penentuan awal bulan Qamariyah, penelitian25

Saifuddin Azwar, “Metode Penelitian”, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2005), h. 5

26

Masri Singarinbun (ed), Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S, 1989), h. 71

15

penelitian, artikel-artikel dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
metode penentuan awal bulan Qamariyah.
3. Metode Pembahasan
Dalam metode ini penulis menggunakan:
a. Metode deskriptif, yaitu suatu pembahasan yang bermaksud untuk
membuat gambaran mengenai data-data dalam rangka menguji
hipotesa atau menjawab pertanyaan yang keadaan pada waktu sedang
bejalan dari pokok masalah.27
b. Metode analisis, yaitu suatu bahasan dengan cara memberikan
penafsiran-penafsiran terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun.
Jadi metode deskriptif analisis adalah suatu pembahasan yang
bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang telah
tersusun dan terkumpul dengan cara memberikan tafsiran terhadap data
tersebut.28
4. Metode penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2012.
5. Kajian Review Terdahulu
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada skripsi-skripsi
yang terdahulu dengan pokok pembahasan yang berbeda, diantaranya
sebagai berikut:

27

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet 9,
1995), hal. 18
28

Masri Singarinbun (ed), Metode Penelitian Survey, hal. 63

16

Ada beberapa tulisan yang menganalisis tentang kitab-kitab falak
klasik diantaranya adalah skripsi Ahmad Izzuddin yang berjudul analisa
kritis tentang hisab awal bulan Qamariyah dalam kitab sullam alnayyirain. Tulisan ini mengurai dan menganalisa tentang sistem hisab
yang digunakan pada kitab sullam Al-Nayyirain karangan KH. Ahmad
Mansyur Betawi yang akhirnya sampai pada kesimpulan yang menyatakan
bahwa terdapat kekurangan dan kelebihan sistem hisab yang digunakan
dalam kitab tersebut. Pertama, penggunaan metode Ptolomeus (geosentris)
yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat jagat raya, sedangkan seiring
perkembangan ilmu astronomi telah diakui kebenarannya teori Copernicus
(Heliosentris) bahwa matahari adalah pusat jagat raya. Kedua, yang
digunakan merupakan data-data mentah yang perlu dikoreksi beberapa kali
lagi. Ketiga, hisabnya kurang akurat karena ada sistem tathbiq yang
menandakan adanya ketaqriban sistem hisab tersebut. Sedangkan
kelebihannya adalah sistem hisab dalam kitab ini sederhana dan mudah
untuk dipelajari karena telah menggunakan metode algoritma (urutan
logika berfikir) dan perhitungan yang benar.29
Skripsi Sayful Mujab yang berjudul studi analisis pemikiran Hisab
KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam kitab ittifaq Dzatil Bain.30
M. Rifa Jamaluddin Nasir yang membahas Pemikiran Hisab KH.

29

Ahmad Izzuddin, Analisa Kritis tentang Hisab Awal Bulan Qamariyah dalam Kitab
Sullam al- Nayyirain, Skripsi Sarjana Fakultas Syariah IAIN Walisongo, (Semarang; Perpustakaan
IAIN Walisongo, 1997) h. 76-77
30

Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran Hisab KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam
Kitab Ittifaq Dzatil Bain, (Semarang: Skripsi Sarjana Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2007)

17

Ma’shum bin Ali al-Maskumambangi (analisis kitab Badi’atul Mitsal fi alhisab sinina wa al-hilal, Skripsi mahasiswa konsentrasi IlmuFalak jurusan
ahwal al-syakhsiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2010).
Dari penelusuran tersebut, belum ada tulisan yang membahas
tentang metode penentuan awal bulan Qamariyah Syeikh Muhammad
Faqih bin Abdul Jabbar al-maskumambangi dalam kitab “al mandzumah
ad daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”. Sehingga penulis
mengambil kitab ini sebagai objek utama penelitian dengan menganalisa
bagaimana metode penentuan awal bulan Qamariyah yang digunakan
Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi.
6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dan masingmasing bab memiliki beberapa sub-sub. Adapun secara sistematis, bab-bab
tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari beberapa sub bab yang meliputi: latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode penelitian, kajian review terdahulu
dan sistematika penuliasan.
BAB II : PROFIL SYEIKH

MUHAMMAD

FAQIH

BIN

ABDUL

JABBAR AL-MASKUMAMBANGI
Bab ini akan membahas tentang: Biografi Syeikh Muhammad
Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi, Pendidikan dan
Pemikirannya serta Karya-karyanya.

18

BAB III: DESKRIPSI KITAB “AL MANDZUMAH AD DALIYAH FI
AWAILI AL-ASYHURI AL-QAMARIYAH”
Pada bab ini penulis memaparkan tentang Deskripsi lengkap kitab
“al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”,
Metode penentuan awal bulan qamariyah yang digunakan dalam
kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri alqamariyah” dan Aplikasi metode penentuan awal bulan
qamariyah kitab “al mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri
al-qamariyah”.
BAB IV: ANALISIS

METODE

PENENTUAN

AWAL

BULAN

QAMARIYAH KITAB “AL MANDZUMAH AD DALIYAH FI
AWAILI AL-ASYHURI AL-QAMARIYAH”
Pembahasan dalam bab ini meliputi tentang Analisis Metode
Penentuan Awal Bulan Qamariyyah kitab “al mandzumah ad
daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah” serta kelebihan dan
kekurangan Metode Penentuan Awal Bulan Qamariyyah kitab “al
mandzumah ad daliyah fi awaili al-asyhuri al-qamariyah”.
BAB V: PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran serta akan dilengkapi
dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap
penting.

BAB II
PROFIL SYEIKH MUHAMMAD FAQIH
BIN ABDUL JABBAR AL-MASKUMAMBANG

A. Biografi Syeikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar alMaskumambangi
Kyai Muhammad Faqih Maskumambang lahir pada tahun 1857 di
Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, kabupaten Gresik, Jawa Timur
(kurang lebih 40 km arah barat laut dari kota Surabaya). Kyai Faqih adalah
seorang Kyai yang memiliki karisma luar biasa, yang sangat popular
dikalangan jamiyyah Nahdlatul Ulama, salah satu Kyai yang memiliki peran
penting di dalam tubuh NU sejak pertama kali dibentuk. Beliau adalah sahabat
karib Hadratu asy-syaikh Hasyim Asy’ari sejak nyantri di pondok pesantren
Syaikhuna Kholil Bangkalan Madura, ketika belajar di tanah suci Mekkah,
hingga bersama KH. Asy’ari menjadi pengurus inti di NU.1
Kyai Faqih menikah dengan Nurkhadijah, yang tak lain adalah seorang
putri Muhammad Achyat Kebondalem, Surabaya. Secara garis besar, Kyai
Faqih Maskumambang masih tergolong darah biru, baik dari jalur ayah
maupun ibu. Ayahnya, Kyai Abdul Jabbar masih keturunan Hadiwijaya atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir yang nasabnya bersambung
hingga ke salah satu Walisongo, yaitu Sunan Giri. Sedangkan ibunya, Nyai
Nursimah merupakan putri Kyai Idris, Kebondalem Baureno, Bojonegoro.

1

Mundzir Suparta, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah Terhadap Perilaku
Keagamaan di Masyarakat, (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2009), h. 124.

19

20

Dari darah biru kedua orang tuanya ini, tidak mengherankan jika Kyai Faqih
Maskumambang kelak akan menjadi seorang ulama yang masyhur dan
disegani di kalangan masyarakat luas.2
Sejak tahun 1907 Kyai Faqih mulai memusatkan perhatiannya untuk
mengasuh pesantrennya Maskumambang dengan dibantu saudara-saudaranya
dan didukung oleh masyarakat sekitar. Ia mulai melakukan pengembangan
pesantren baik dari sisi fisik maupun sistemnya. Pada masanya, banyak santri
berdatangan dari berbagai daerah untuk menimba ilmu. Banyaknya santri ini
disebabkan letak Maskumambang berdekatan dengan Sidayu Gresik. Yang
pada saat itu menjadi pusat perdagangan, yaitu tempat berkumpulnya
pedagang dari pulau Madura, Kalimantan, Sumatera, Surabaya, Tuban,
Lamongan, dan daerah lainnya. Disamping itu, Sidayu juga menjadi pusat
pemerintahan Kabupaten Gresik.
Dibawah kepemimpinan Kyai Faqih, Pesantren Maskumambang
mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dennis Lombart menyebutkan bahwa
pesantren ini sangat terkenal di pulau Jawa, bahkan Nusantara pada abad ke19 sampai abad ke-20. Demikian pula Zamaksari Dhofier (1941) menyebutkan
bahwa pesantren Maskumambang menjadi pusat penyebaran agama Islam di
wilayah Gresik, bahkan di sebagian pulau Jawa pada abad ke-19.
Kemajuan yang diperoleh Maskumambang dan banyaknya santri yang
belajar di sana menjadikan Kyai Faqih dikenal di berbagai daerah dengan
panggilan K.H. Muhammad Faqih al-Maskumambangi. Ketenarannya
2

KH. Abdul Aziz Masyhuri, An-Nusus Al-Islamiyyah Fi Ar-Rad Ala Mazhab AlWahabiyyah karya KH. Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi) Depok: Sahifa,
2015.

21

disebabkan antara lain oleh kealiman dan pemikiran-pemikiran brilian yang
dituangkannya dalam buku-buku yang dipelajari di pesantren-pesantren. Salah
satu karya monumentalnya adalah al-Mandzumah al-Daliyah Fi Awail alasyhur al-Qamariyah, yang membahas tentang pemikiran Kyai Faqih di
bidang Astronomi (Ilmu Falak), yaitu menjelaskan metode penentuan awal
bulan Qamariyah dan buku penolakan atas ideologi Wahabiyyah lewar
karyanya yaitu an-Nusus al-Islamiyyah fi ar-rad ala Mazhab al-Wahabiyyah,
selesai ditulis pada tahun 1922.3
Pesantren Maskumambang di masa Kyai Faqih banyak memberi
sumbangan yang berarti bagi pengembangan Islam pada umumnya dan
pesantren

pada

khususnya.

Pada

masa

kepemimpinan

Kyai

Faqih

perkembangan pesantren maju begitu pesat, semakin banyaknya santri yang
berdatangan

di

Pesantren

Maskumambang

menyebabkan

semakin

dibutuhkannya kamar untuk menampung para santri yang jumlahnya terus
naik. Pada masa KH. Abdul Jabbar, bangunan asrama hanya terdiri atas tiga
kamar. Karena jumlah santri yang muqim semakin bertambah, Kyai Faqih
menambah tujuh kamar lagi; masing-masing berukuran 2 X 1, 5 m, yang
lokasinya di sebelah kiri langgar.4
Kenaikan

jumlah

santri

putera

yang

belajar

di

pesantren

Maskumambang diikuti kenaikan jumlah santri puteri. Informasi menyebutkan
jumlah santri puteri mencapai 200 orang, jumlah santri mukim yang datang
3

KH. Abdul Aziz Masyhuri, an-nushus al-islamiyah fi ar-rad ala mazhab al-wahabiyah
karya KH. Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi, (Depok: Sahifa, 2015) h. XIV.
4

Mundzir Suparta, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah Terhadap Perilaku
Keagamaan di Masyarakat, h. 126.

22

dari luar Kecamatan Dukun mencapai 30 santri, dan jumlah pengajar pada
periode ini mencapai 20 guru. Sistem pengajaran Pesantren Maskumambang
mulai mengalami perubahan: tidak hanya menggunakan sistem halaqah, tetapi
juga menggunakan sistem bandongan atau wetonan yaitu metode pengajaran
di mana Kyai memberikan pelajaran dengan membacakan dan mengomentari
kitab tertentu, sementara para santri mengikuti dan menyimak dengan duduk
bersila mengelilingi Kyai sambil memberikan tanda dan catatan pada kitabnya
masing-masing. Proses ini berjalan secara berkesinambungan dari awal hingga
kitab yang dikaji khatam. Metode ini efektif jika santri yang mengikuti sudah
menguasai dasar-dasar kitab klasik dan benar-benar serius dalam belajar)5.
Selain itu juga diajarkan metode pengajaran Sorogan (Metode Sorogan
diterapkan baik bagi santri pemula maupun santri senior. Untuk santri pemula,
dilakukan dengan cara maju satu persatu dan menyodorkan kitabnya masingmasing. Lantas gurunya membacakan salah satu kalimat dalam bahasa arab
kemudian menerjemahkan dengan bahasa setempat dan menerangkan
maksudnya. Santri yang mengaji diharuskan menyimak kitabnya sambil
memberi tanda tertentu pada kalimat yang baru dibacakan. Metode Sorogan
biasanya dibacakan oleh santri senior pembantu Kyai, yang disebut qari atau
badal. Sedangkan untuk santri senior, metode sorogan lazim diterapkan untuk
pengajian yang bersifat khusus. Caranya, santri yang bersangkutan menghadap
Kyai sambil membawa kitab yang akan dibaca. Kyai hanya menyimak dan
meluruskan bacaan yang salah, serta memberikan kom,entar bila diperlukan.
5

Tim Penyusun Pustaka Tebuireng,
Jombang, 2011, cet. Pertama h. 8.

Profil Pesantren Tebuireng, Pustaka Tebuireng,

23

Metode ini cukup efektif untuk memacu kemajuan santri dalam hal
penguasaan kitab kuning).6 Kurikulumnya berdasarkan pada pola pengajaran
kitab secara tuntas.
Kitab-kitab yang diajarkan di Pondok Pesantren Maskumambang sama
seperti kitab-kitab yang diajarkan di Pesantren Salafiyah pada umumnya, yaitu
bidang Fiqih (Safinah al-najah, Fathu al-Qarib, Fathu al-Muin, Ianah alThalibin, Fathu al-Wahab, al-Muhadzab, dan al-Iqna), bidang Hadis (Nail alautar dan Riyad al-shalihin), bidang tafsir (Tafsir Jalalain), bidang tasawuf
(Ihya Ulumu al-din), dan bidang aqidah (Aqidah al-Awam).
Kyai Faqih meninggal dunia pada 1937 M dalam usia 80 tahun dengan
meninggalkan pesantren yang menggunakan sistem tradisional dan berfaham
ahlussunah-waljamaah. Sepeninggal Kyai Faqih, kepemimpinan pesantren
Maskumambang dipercayakan kepada K.H. Ammar Faqih (selanjutnya
disebut Kyai Ammar), anak keempat dari Kyai Faqih.7

B. Pendidikan dan Pemikirannya
Sewaktu kecil Kyai Muhammad Faqih Maskumambang memperoleh
pendidikan dasar agama dari ayahnya langsung. Usai belajar ilmu agama dari
ayahnya, Kyai Faqih Maskumambang melanjutkan tafaqquh fiddin-nya ke
pesantren Kademangan Bangkalan, Madura yang diasuh oleh seorang ulama
yang masyhur dengan keluasan ilmu lahir dan batin, yaitu Syaikhana Kholil.
Di pesantren ini lahir ulama-ulama penyebar ajaran ahlussunnah waljamaah
6

7

Tim Penyusun Pustaka Tebuireng, Profil Pesantren Tebuireng, Pustaka Tebuireng, h. 9.

Mundzir Suparta, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah terhadap Perilaku
Keagamaan di Masyarakat, (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2009) h. 129.

24

yang menjadi tokoh nasional seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab
Hasbullah,

KH. Bisri Sansuri, KH. Ridwan Abdullah, dan KH. As’ad

Syamsul Arifin.8
Dalam catatan sejarah Kyai Faqih juga pernah studi di Pesantren
Langitan Tuban (sekarang Lamongan). Di Pesantren ini dia belajar kepada
Kyai Ahmad Sholeh (wafat tahun 1990) selama tiga tahun. Selanjutnya ia
belajar di pesantren Kebondalem Surabaya, Pesantren Ngelom Sepanjang
Sidoarjo, Pesantren Qomarudin Bungah Gresik,9 dan terakhir di Kota suci
Mekah selama tiga tahun. Menuntut ilmu di tanah suci Makkah alMukarramah ini beliau lakukan untuk melestarikan tradisi ulama-ulama
terdahulu ketika mereka hendak atau lebih mematangkan keilmuan yang sudah
mereka pelajari. Di tanah suci Makkah ini beliau belajar kepada para ulama
Haramain, terlebih kepada Syeikh Mahfudz at-Turmusi (Termas), seorang
ulama yang alim dan terkenal sebagai pengajar di masjidil haram yang juga
menjadi tumpuan (tujuan) bagi para pelajar yang datang dari berbagai penjuru
dunia, terlebih nusantara. Selama di tanah suci Kyai Faqih menempuh ilmu
bersama dengan teman-temannya yang berasal dari nusantara seperti Kyai
Hasyim Asy’ari dan Kyai Munawwir Krapyak, Jogjakarta. Kedua sahabatnya
ini sama-sama belajar kepada Syeikh Mahfudz at-Turmusi. Kelak ketiga
murid Syeikh Mahfudz at-Turmusi ini akan menjadi ulama yang disegani di

8

KH. Abdul Aziz Masyhuri, an-Nusus al-Islamiyyah fi ar-Rad ala Mazhab alWahabiyyah, karya KH. Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambang), Biografi KH.
Muhammad Faqih Maskumambang.
9

Mundzir Suparta, perubahan orientasi pondok pesantren salafiyah terhadap perilaku
keagamaan di masyarakat, asta buana sejahtera, Jakarta: 2009, hal. 124.

25

dunia Islam. KH. Asy’ari dan Kyai Faqih Maskumambang menjadi pendiri
Nahdlatul Ulama. Sedangkan Kyai Munawwir terkenal sebagai ulama yang
ahli dalam bidang al-Quran dan Qiraah Sab’ah. Hampir semua sanad al-Quran
dan Qiraah sab’ah yang ada di Indonesia saat ini diriwayatkan melalui jalur
Kyai Munawwir Krapyak, terlebih di pulau jawa.10
Kyai Faqih merupakan salah seorang Ulama ahlussunnah waljamaah.
Menurut rumusan Founding Father NU (Hasyim Asy’ari) ahlussunnah
waljamaah merupakan salah satu tradisi atau ajaran Islam yang bertumpu pada
pemikiran Abu Hasan Asy’ari (260 H - 324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi
dalam bidang Teologi; Imam Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali dalam
bidang Fiqih; Imam Ghazali dan Junaid al-Baghdadi dalam bidang tasawwuf;
dan Imam Mawardi dalam bidang politik (siyasah).11
Lahirnya Nahdlatul Ulama didorong oleh semangat mempertahankan
paham ortodoksi ahlussunah wal jamaah dari serangan kaum modernis Islam
yang mengusung jargon purifikasi ajaran-ajaran ke