Pengaruh pengendalian anggaran dan karakteristik laporan keuangan daerah terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah

PENGARUH PENGENDALIAN ANGGARAN DAN KARAKTERISTIK
LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP TRANSPARANSI
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
(Studi Empiris pada Laporan Keuangan Pemerintahan Kabupaten atau Kota di
Provinsi Banten)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh
Nunung Iyoh Sunaziah
1110082000018

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015

i

ii


iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi

1

Nama

:

2

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 29 Desember 1991


3

Alamat

:

Nunung Iyoh Sunaziah

Kp. Batunungku, RT 003/RW 005, Desa
Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten

4

No Tlp/ Hp

:

085695106039


5

Email

:

Nununk92@gmail.com

II. Pendidikan Formal
1.

SDNegri Sukasari 2

Tahun 1998-2004

2.

MTs Malnu Pusat Menes-Pandeglang

Tahun 2004-2007


3.

MA Malnu Pusat Menes-Pandeglang

Tahun 2007-2010

4.

S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2010-2015

III.Pengalaman Organisasi
1. Bendahara Umum Osis MTs Malnu Pusat Menes Tahun 2006-2007
2. Anggota Bagian Kesiswaan Osis Ma Malnu Pusat Menes Tahun 20072008
3. Bendahara Umum Osis Ma Malnu Pusat Menes 2008-2009
4. Anggota Departemen Keanggotan HMB (Himpunan Mahasiswa
Banten) Tahun 2013-2014
5. Wakil Sekertaris Umum HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)

Akuntansi periode 2012-2013
6. Sekertaris HMJ Umum (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Akuntansi
periode 2013-2014

vi

IV. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah

: H. M. Syaripudin

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Pandeglang 20 September 1951

3. Ibu

: Hj. Eni Sukani

4. Tempat, Tanggal Lahir


: Pandeglang 4 Juni 1960

5. Alamat

: Kp. Batunungku, RT 003/RW 005, desa
sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten

vii

THE BUDGET CONTROL AND CHARACTERISTICS OF THE
LOCALFINANCIAL STATEMENTS TO THE TRANSPARENCY OF
GOVERNMENT FINANCIAL STATEMENTS (EMPIRICAL STUDIES
COUNTIES AND CITIES IN THE PROVINCE OF BANTEN).
By: Nunung Iyoh Sunaziah
ABSTRACT
This study aims to examine the control of budgets and financial reports the
characteristics of transparency in government financial. The respondents in this
study is the employees who worked in the office of district and town in the

province of Banten on the income and assets financial management area. The
employees who become the samples in this study was 52 employees from three
counties and three cities in the province of Banten. Method of determination of
samples in this study is convenience sampling, while the method of processing
data used is multiple regression analysis researcher.
The result of this studies usingthe T test showed that budget control has a
significant value of 0,02 affect the transparency of the goverments financial
statements and the financial reports of the characteristics of the region has a
significant value of 0,03 affect the transparency of financial statements of the
governments and the budget control and financial reporting area has
characteristics influence the simultanoes effect of the transparency goverments
financial statements value of F-test is 28,412 with the sig value of 0,000.
Keywords: The budget control, the characteristics of the region’s financial
statements and the transparency of the governments financial statements.

viii

PENGENDALIAN ANGGARAN DAN KARAKTERISTIK LAPORAN
KEUANGAN DAERAH TERHADAP TRANSPARANSI LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH (Studi Empiris Kabupaten atau Kota di Provinsi

Banten)
Oleh: Nunung Iyoh Sunaziah

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengendalian anggaran dan
karakteristik laporan keuangan daerah terhadap transparansi laporan keuangan
pemerintah. Responden dalam penelitian ini adalah para pegawai yang bekerja di
Kantor Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah. Jumlah pegawai yang menjadi sampel
penelitian ini adalah 52 pegawai dari 3 Kabupaten dan 3 Kota di Provinsi Banten.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah convenien
sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian yang menunjukkan uji T bahwa pengendalian anggaran
memiliki nilai signifikan sebesar 0,02 berpengaruh terhadap transparansi laporan
keuangan pemerintah dan karakteristik laporan keuangan daerah memiliki nilai
signifikan sebesar 0,03 berpengaruh terhadap transparansi laporan keuangan
pemerintah, dan pengendalian anggaran dan karakteristik laporan keuangan
daerah berpengaruh secara simultan pada nilai uji F sebesar 28,412 dengan nilai
sig 0,000.

Kata kunci: Pengendalian Anggaran, Karakteristik Laporan Keuangan Daerah
dan Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Pengendalian Anggaran dan Karakteristik Laporan Keuangan
Daerah terhadap Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah (Studi
Empiris Kabupaten atau Kota di Provinsi Banten)”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu

tercurah

kepada

junjungan


Nabi

Muhammad

SAW,

p e m i m p i n u m a t yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah anugerahkan. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, ibu HJ. Eni Sukani dan bapak H. M. Syarif yang
selalu memberikan kasih sayang, do’a dan perhatian yang tidak dapat
tergantikan dengan apapun. Mudah-mudahan dengan skripsi ini dapat
menyempurnakan sebagian kebahagiaan mereka.
2. Kakak tersayang Nur aeni dan Sonhaji yang selalu menjadi motivasi
dalam menyelesaikan pendidikan tingkat S1 ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., MS.i selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Pelaksana Tugas
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr, Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I, terima
kasih atas waktu, bimbingan dan nasihat yang telah diberikan, serta
segala kebaikan dan ketulusan yang telah Bapak berikan kepada penulis.
6. Ibu Ismawati Hariwibowo, SE. MS.i selaku dosen Pembimbing Skripsi
II terima kasih atas motivasi, semangat, saran, dan nasihat, serta
x

bimbingan

yang

telah

Ibu

berikan,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu pengetahuan

yang bermanfaat bagi penulis selama masa

perkuliahan.
8. Teruntuk Ahmad Munawar Kholil yang tak hentinya selalu memberikan
semangat dan dukungannya
9. Untuk teman-teman Akuntansi angkatan 2010 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk semuanya.
10. Untuk sahabatku Tineke Syaraswati, Eriza Herry, Najibatul Labibah,
Mastakomah, Denis Fitriana, E. Ima. St. Madihah, Udin, Fadil, Nurul
Rahmawati yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
manfaat

bagi

perkembangan

dunia

ini

dapat

memberikan

pendidikan khususnya bidang

penelitian di Indonesia.
11. Untuk Sahabat Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi periode 20132014 yang tak bias saya sebutkan satu persatunya.
12. Sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (KOMFEIS) yang tak bias saya sebutkan
satu persatunya

Jakarta, 04 Februari 2015

Nunung Iyoh Sunaziah
xi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . ....................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .........................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...........................

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................

vi

ABSTRACT ...................................................................................................

viii

ABSTRAK .....................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................

x

DAFTAR ISI ..................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ...........................................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Perumusan Masalah ..................................................................

18

C. Tujuan Penelitian .....................................................................

18

D. Manfaat Penelitian ...................................................................

19

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

21

A. Pengendalian Anggaran ...........................................................

21

1. Pengertian Pengendalian Anggaran .....................................

21

2. Dasar-Dasar Sistem Pengendalian ......................................

22

3. Struktur Pengendalian Manajemen Pemerintah ..................

25

xii

4. Konsep Anggaran Pemerintah .............................................

27

5. Pendekatan Penyusunan Anggaran Pemerintah ...................

29

6. Struktur Anggaran Pemerintah ............................................

31

B. Karakteristik Laporan keuangan Pemerintah ..........................

32

1. Karakteristik Laporan Keuangan ........................................

32

2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Daerah ............

34

C. Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah ..........................

37

D. Laporan Keuangan ...................................................................

45

E. Penelitian Terdahulu ................................................................

47

F. Keterkaitan antara Variabel dan Hipotesis ...............................

50

1. Pengaruh Pengendalian Anggaran dalam Transparansi
Laporan Keuangan Pemerintah............................................

50

2. Karakteristik Laporan Keuangan Daerah dalam
Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah .....................

50

3. Pengaruh Pengendalian Anggaran dan Karakteristik
Laporan Keuangan Daerah dalam Transparansi Laporan

BAB III

Keuangan Pemerintah .........................................................

51

G. Kerangka Pemikiran ................................................................

52

METODOLOGI PENELITIAN ................................................

54

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................

54

B. Model Penentuan Sampel dan Populasi .................................

55

C. Metode Pengumpulan Data .....................................................

55

D. Metode Analisa Data ...............................................................

56

xiii

1. Statistik Deskriptif.............................................................

56

2. Uji Kualitas Data ...............................................................

56

3. Uji Asumsi Klasik ............................................................

57

4. Uji Hipotesis......................................................................

60

E. Operasional Variabel Penelitian ..............................................

64

1. Variabel Independen ........................................................

64

2. Variabel Devenden ............................................................

65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

71

A. Sekilas Umum Gambaran Objek Penelitian .......................

71

1. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................

71

2. Karakteristik Profil Responden ........................................

73

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................

77

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................

77

2. Hasil Uji Kualitas Data .....................................................

78

a. Uji Validitas ................................................................

78

b. Uji Reabilitas ...............................................................

80

3. Hasil Uji Asumsi Klasik....................................................

81

a. Hasil Uji Multikolonieritas..........................................

81

b. Hasil Uji Normalitas ...................................................

82

c. Hasil Uji Heterokedasdisitas .......................................

84

4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................

86

a. Hasil Pengujian Hipotesis Regresi Berganda ..............

86

b. Hasil Uji Determinasi (Adj R2) ...................................

87

xiv

BAB V

c. Uji Statistik t................................................................

88

d. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ....................

89

C. Pembahasan ............................................................................

90

PENUTUP ...................................................................................

93

A. Kesimpulan .............................................................................

93

B. Saran .......................................................................................

94

DAFTAR PUSTAKA

xv

DAFTAR TABEL

No
1.1
1.2

Keterangan

Halaman

Jumlah Penduduk Banten

4

Hasil Opini Audit Kabupaten dan Kota Provinsi Banten

5

Tahun 2012
1.3

Hasil Opini Audit Kabupaten dan Kota Provinsi Banten

6

Tahun 2013
2.1

Penelitian Terdahulu

48

3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

66

4.1

Gambaran Data Sampel

72

4.2

Total Pengiriman dan Pengembalian Kusioner

73

4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

73

4.4

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

74

Formal
4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan

75

4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

76

7.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman

77

Kerja
7.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif

77

7.9

Hasil Uji Validitas Pengendalian Anggaran

79

7.10

Hasil Uji Validitas Karakteristik Laporan Keuangan

79

Daerah
7.11

Hasil Uji Validitas Transparansi Laporan Keuangan

80

Pemerintah
7.12

Hasil Uji Reabilitas

81

7.13

Hasil Uji Multikolonieritas

82

7.14

Hasil Uji Normalitas Analisis Statistik

84

4.15

Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser

85

4.16

Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adj R2)

88

xvi

No

Keterangan

Halaman

4.17

Hasil Uji Statistik t

89

4.18

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

89

xvii

DAFTAR GAMBAR

No

Keterangan

Halaman

2.1

Kerangka Pemikiran

53

4.1

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

83

4.2

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram

83

4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas menggunakan Grafik

85

Scatterplot

xviii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah memasuki Era Otonomi Daerah dengan diterapkannya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 menjelaskan bahwa otonomi daerah menggunakan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah telah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah
pusat yang telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah membawa perubahan
mendasar pada pola hubungan antar pemerintahan dan keuangan antara pusat
dan daerah. Salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur
secara hati-hati yaitu tentang pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah. Seperti diketahui, anggaran daerah merupakan rencana kerja
pemerintahan daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu
(satu tahun).
Setiap kebijakan publik akan mudah dikomunikasikan dan interaksi antar
tingkatan pemerintahan dan antara pemerintah dengan masyarakat akan sangat
mudah dilakukan. Perkembangan ICT (Information and Communication
Technology) terjadi begitu pesatnya sehingga proses penyampaian data dan

1

informasi keseluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dapat
dilakukan dengan cepat. Selain itu, era globalisasi yang terus bergulir saat ini
menuntut pemerintah untuk dapat meningkatkan kemampuan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu bersaing dengan negara
lain. Respon terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini
harus segera diberikan mengingat kualitas kehidupan manusia yang semakin
meningkat.
Untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia sebagai sumber daya
dalam menyelenggarakan suatu peningkatan di daerah perlu didukung dengan
sistem pengelolaan keuangan yang cepat, tepat, dan akurat. Pembaharuan
peraturan

tentang

pengelolaan

keuangan

daerah

ditandai

dengan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan ditindaklanjuti dengan adanya petunjuk
teknis pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dengan
disahkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan pada akhir tahun
2007 juga telah mengeluarkan Peraturan pada Nomor 59 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 59
Tahun 2007. Sistem ini berbasis pada jaringan komputer, yang mampu

2

menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dengan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi dengan baik.
Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD)
untuk menyediakan informasi anggaran yang akurat dan pengembangan
komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga
memudahkan pelaporan dan pengendalian, serta mempermudah mendapatkan
informasi.
Salah satu prasyarat untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah
harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur
dan terbuka kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka
melaksanakan amanat rakyat.
Menurut radar Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI) News
bahwa Provinsi Banten merupakan daerah otonom yang terbentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Sebelum menjadi provinsi, Banten
juga merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat.
Pada tanggal 18 Juli 1999 diadakan deklarasi rakyat Banten dialun-alun
Serang kemudian Badan Pekerja Komite Panitia Provinsi Banten menyusun
pedoman Dasar serta Rencana Kerja dan Rekomendasi dan Komite
Pembentukan Provinsi Banten, Jumlah penduduk provinsi Banten dapat dilihat
pada Tabel 1.1

3

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Banten

Kabupaten atau Kota
Kabupaten Pandeglang
Kanupaten Lebak
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Serang
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kota Serang
Kota Tangerang
Selatan
Banten
Sumber: BPS Banten 2013

2010
1.149.610
1.204.095
2.834.376
1.402.818
1.798.601
374.559
557.785

2011
1.172.179
1.228.884
2.960.474
1.434.137
1.869.791
385.720
598.407

2012
1.181.430
1.239.660
3.050.929
1.448.964
1.918.556
392.341
611.897

2013
1.183.006
1.247.906
3.157.780
1.450.894
1.952.396
398.304
618.802

1.290.322 1.355.926
10.632.166 11.005.518

1.405.170
11.248.947

1.443.403
11.452.491

Fenomena isu yang akan diteliti yaitu kabupaten dan kota di Provinsi
Banten yaitu mengenai opini laporan keuangan di 4 pemda yang memiliki
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) pada Tahun 2012 dan 2013.
Berdasarkan data yang diperoleh Teguh Mahardika pada Senin, 27 Mei
2013 − 17:22 WIB melalui Sindonews.com menyatakan bahwa di Provinsi
Banten 4 Daerah yang belum mendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Pengelolaan keuangan di empat kabupaten/kota, yang ada di Provinsi
Banten, Kabupaten Lebak, Pendeglang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon,
dan Serang masih menunjukan kelemahan. Dari Laporan hasil pemeriksaan
keuangan pada tahun 2012 lalu, hanya dua daerah yang memperoleh opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kepala BPK Perwakilan Provinsi Banten I Nyoman Wara mengatakan, untuk
yang mendapatkan opini WTP yaitu Kota Tangerang sedangkan untuk
Kabupaten Serang mendapatkan WTP dengan paragraf penjelas.

4

“Kabupaten Lebak, Pendeglang, Kota Cilegon dan Kota Serang,
memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP),” terang I Nyoman
Wara, usai menyerahkan LHP BPK kepada enam kabupaten/kota, di Kantor
BPK Perwakilan Banten, Senin (27/5/2013).
Pada tanggal 27 Mei 2013 I Nyoman mengatakan, walaupun belum ada
kenaikan opini bagi yang mendapatkan Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Namun secara umum sudah banyak peningkatan atas kualitas laporan
keuangan. Hal ini terlihat dari berkurangnya permasalahan–permasalahan
yang menjadi pengecualian dan sisanya mendapat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dengan paragraf penjelas. Dalam rinciannya dapat
dilihat pada tabel 1.2
Tabel 2.1
Hasil Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan
Kota Provinsi Banten Tahun 2012
No
1

Nama Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten
Kabupaten Serang

2 Kabupaten Tangerang
3 Kabupaten Pandeglang
4 Kabupaten Lebak
5 Kota Serang
6 Kota Cilegon
7 Kota Tangrang
8 Kota Tangrang Selatan
Sumber: BPK RI 2013

Hasil Opini Badan Pemeriksaan
Keuangan Tahun 2012
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
dengan paragraf penjelas.
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)

Pada tanggal 01/06/2014 – 15:04 di Serang bertempat di Kantor BPK RI
Perwakilan Provinsi Banten, Kepala Perwakilan Provinsi Banten, Efdinal,
S.E., M.M., yang didampingi oleh Kepala Sub Auditorat, Faisal Hendra, S.E.,
M.M., Ak., Kepala Sekretariat Perwakilan, Drs. Suwito, M.M., beserta Ketua
Tim Senior Pemeriksa, Priyono, S.E., Ak., Puspitaningtyas, S.E., MSE.,

5

M.Ec., Ak., dan Sutrisno, S.H., menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) atas Laporan Keuangan enam entitas pemeriksaan, yaitu Pemerintah
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Serang,
Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan untuk Tahun Anggaran 2013.
Adapun hasil dari pemeriksaan BPK RI dapat dilihat pada tabel 1.3
Tabel 2.2
Hasil Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan
Kota Provinsi Banten Tahun 2013
No
1

Nama Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten
Kabupaten Serang

2 Kabupaten Tangerang
3 Kabupaten Pandeglang
4 Kabupaten Lebak
5 Kota Serang
6 Kota Cilegon
7 Kota Tangrang
8 Kota Tangrang Selatan
Sumber: BPK RI 2014

Hasil Opini Badan Pemeriksaan
Keuangan Tahun 2013
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
dengan paragraf penjelas.
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WDP (Wajar dengan Pengecualian)
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
WDP (Wajardengan Pengecualian)

Masyarakat selaku stakeholder dari pemerintah daerah memiliki hak
untuk mengetahui penganggaran daerah, bagaimana suatu anggaran
direncanakan dan bagaimana suatu anggaran dilaksanakan. Dengan cara ini,
publik akan mampu mengukur kinerja dari anggaran daerah. Untuk tetap
dapat menjaga tujuan ini, pelaporan anggaran seharusnya dipublikasikan,
dengan didasarkan pada prinsip objektivitas, konsisitensi, materialitas, serta
pengungkapan (Ramba, 2008)
Sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

6

Pusat dan Pemerintah Daerah berdampak pada terjadinya pelimpahan
kewenangan yang semakin luas dalam rangka meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah
serta memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah dalam
mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan
anggaran.
Kemudian dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah akan timbul hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola
dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana dimaksud merupakan susbistem dari sistem pengelolaan
keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Tuntutan transparansi dalam sistem Pengelolaan Keuangan Daerah
menuntut pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan kinerja dalam
pengelolaan keuangan daerah. Transparansi dapat diartikan memberikan
informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang – undangan (SAP,2005).

7

Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan
jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat
memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan (SAP 2005) dari semua pengertian diatas dapat simpulkan agar
pengelolaan keuangan daerah efketif, efisien, transparan dan akuntabel maka
dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas arah dan tujuan, sasaran,
hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang
diprogramkan yang sesuai dengan peraturan perudang-undangan.
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah
lama ada, namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya
akuntansi di sektor komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar
Akuntansi Keuangan oleh IAI (1994), kebutuhan standar akuntansi
pemerintahan kembali menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan
Negara (BAKUN), Departemen Keuangan mulai mengembangkan standar
akuntansi.
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya
adalah PP 105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar
akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan daerah. Tahun
2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah
Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi

8

pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002.
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan
bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut
disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Selanjutnya, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang
bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan
presiden. Dalam penyusunan standar harus melalui langkah-langkah tertentu
termasuk dengar pendapat (hearing), dan meminta pertimbangan mengenai
substansi kepada BPK sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
Dalam rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan
pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik,
serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan
akuntabel, maka perlu penerapan akuntansi berbasis akrual yang merupakan
best practicedi dunia internasional.
Penggunaan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah di Dinas
Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset pada Kabupaten dan Kota di
Provinsi Banten ini diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk mengatur
keuangan daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
khususnya untuk menganalisa strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten dan Kota

9

serta menunjukkan keuangan daerah yang efisien dan efektif dalam
pelaksanaan otonomi daerah tersebut yang benar-benar mencerminkan
kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab sehingga akan melahirkan
kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat yang kondusif di Kabupaten
dan Kota di Provinsi Banten.
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, merupakan subjek pemberi
informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk diberi
informasi, didengar aspirasinya dan diberi penjelasan. Pemerintah Kabupaten
Pandeglang merupakan institusi pemerintahan yang menggunakan dana yang
berasal dari APBN maupun APBD. Oleh karena itu, sangat rentan terjadinya
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan daerah tersebut.
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) diharapkan
akan mampu menciptakan tata pemerintahan yang baik di Kabupaten dan
Kota terutama di Dinas Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset
Kabupaten Pandeglang, baik dari segi partisipasi, peraturan, transparansi,
ketangggapan, adanya keputusan bersama, keadilan, efektif dan efisiensi.
Dalam hal ini Kabupaten Pandeglang dalam rangka mewujudkan peningkatan
kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah, menerbitkan Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor : 7 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pandeglang, yang di dalamnya
menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Penyelenggaraan

10

pengelolaan keuangan pemerintah daerah kabupaten pandeglang diwujudkan
dalam suatu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah guna menjawab
kebutuhan informasi keuangan bagi stakeholder, pihak-pihak yang terkait
pengelolaan keuangan daerah maupun masyarakat.
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah dikembangkan dengan
basis teknologi informasi, didesain sedemikian rupa agar bisa menjadi sarana
untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan referensi, dalam proses
komunikasi informasi keuangan daerah. Sistem Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah kabupaten Pandeglang menyajikan informasi keuangan
daerah. Data keuangan yang utama terdiri dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja

Daerah,

Data

Penatausahaan

Keuangan

Daerah

(DPKD),

Pengakuntansian Keuangan Daerah serta Data Laporan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah. Dengan diterapkannya Sistem Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah diharapkan dapat memberikan informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah yang efektif, efisien, transparan serta acuntable.
Menurut Qizink Pemerintahan Kabupaten Serang salah satu dari
Kabupaten Provinsi Banten menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Serang Tahun Anggaran 2012 pada
rapat paripurna di gedung DPRD Kabupaten Serang, Senin (17/6) siang.
Wakil Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah mengatakan, sesuai UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa salah satu
kewajiban pemerintah daerah adalah menyampaikan raperda berupa laporan
keuangan pemerintah daerah paling lambat enam bulan setelah tahun

11

anggaran berakhir (Laporan ini disampaikan setelah sebelumnya diaudit oleh
BPK RI).
Menurut Tatu, pada 27 Mei 2013 lalu sudah disampaikan hasil audit BPK
RI atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Serang
tahun 2012. Hasilnya mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
"Ini merupakan penghargaan apalagi kita bisa memperoleh dua kali berturutturut. Saya apresiasi kepada semua yang ikut membantu mendapatkan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting
sejak dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu sejak
Januari 2001. Salah satu tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal tersebut adalah untuk menciptakan good governance,
yaitu kepemerintahan yang baik yang ditandai dengan adanya transparansi,
akuntabilitas publik, partisipasi, efisiensi dan efektivitas, serta penegakan
hukum.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Misi utama dari
kedua undang - undang ini adalah desentralisasi fiskal yaitu pemberian
wewenang penuh kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumber-sumber
daya yang ada di daerah masing-masing, dan pemberian wewenang ini harus
diikuti dengan balance of power (kekuatan penyeimbang) dari anggota
legislatif sebagai social control dalam melakukan pengawasan terhadap

12

pelaksanaan anggaran, yang diharapkan akan menghasilkan dua manfaat
nyata, yaitu mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas
masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil- hasil
pembangunan di seluruh daerah dan memperbaiki alokasi sumber daya
produktif.
Besarnya kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada publik. World Bank (Bank Dunia)
mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi,
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan tatanan hukum dan politik
yang jelas bagi tumbuhnya aktivitas usaha dalam Renyowijoyo (2010).
Berdasarkan definisi tersebut United Nations Development Programe
(UNDP) yang dipercaya suatu badan bentukan perserikatan bangsa-bangsa
untuk pengembangan jaringan global atau eksekutif papan majlis umum PBB
mengemukakan bahwa karakteristik prinsip-prinsip good governance yang
saling terkait yaitu: partisipasi, taat hukum, transparansi, responsive,
berorintasi pada kesepakatan, kesetaraan, efektif dan efisien, akuntabilitas,
dan visi stratejik (Adisasmita, 2011).

13

Sukhemi (2010) mengatakan bahwa penerapan prinsip-prinsip good
governance dalam penyelenggaraan negara tidak lepas dari masalah
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Badjuri,
dkk. (2009), mengatakan bahwa tujuan diberlakukannya PP No.24 tahun
2005 adalah agar laporan keuangan lebih accountable dan berkualitas.
Sedangkan, Aliyah, dkk. (2012) menunjukkan bahwa penyajian laporan
keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Informasi akuntansi yang
terdapat di dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus bermanfaat
dalam pengertian dapat mendukung pengambilan keputusan dan

dapat

dipahami oleh para pemakai (Huang dkk., 1999 dalam Xu dkk., 2003).
Apabila informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan pemerintah
daerah memenuhi kriteria karakteristik laporan keuangan pemerintah seperti
yang disyaratkan dalam PP No. 24 tahun 2005, berarti pemerintah daerah
mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan daerah (Galuh, 2010).
Penyusunan

laporan

keuangan

adalah

suatu

bentuk

kebutuhan

transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang
berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber
daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal
harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami (Mardiasmo
2006 dalam Indah Windrastuti, Rahardjo Adisasmita, R.A. Damayanti 2013) .

14

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat
terhadap

penyelenggaraan

kepercayaan

masyarakat

pemerintah
terhadap

daerah,

pemerintah,

meningkatkan
meningkatnya

nilai
jumlah

masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah dan berkurangnya
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan (Sedarmayanti, 2007).
Konsep transparansi adalah setiap program dan kegiatan pemerintah
terbuka untuk umum dan secara mudah dapat di akses oleh berbagai unsur
yang memiliki perhatian, sehingga meningkatkan partisipasi mereka untuk
ikut mengontrol (check and balance) dalam mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (Bahrullah Akbar, 2013).
Otonomi daerah tersebut berdampak pada berbagai aspek, baik aspek
politik, hukum, dan sosial, maupun aspek akuntansi dan manajemen
keuangan daerah. Reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen
keuangan daerah kemudian banyak dilakukan dalam rangka memenuhi
tuntutan transparansi dan akuntabilitas publik pemerintah daerah atas
pengelolaan keuangan publik (Sukhemi, 2010).
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 04 tentang
Catatan Atas Laporan Keuangan menyebutkan bahwa Catatan atas Laporan
Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca
secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen
entitas pelaporan. Oleh karena itu, Laporan Keuangan mungkin mengandung
informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara

15

pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus
dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk
memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
Sumarlin (2004) dalam Sukhemi (2010) mengatakan bahwa penerapan
prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggara negara tak lepas dari
masalah akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan Keuangan Negara,
karena aspek keuangan negara menduduki posisi strategis dalam proses
pembangunan bangsa, baik dari segi sifat, jumlah maupun pengaruhnya
terhadap kemajuan, ketahanan, dan kestabilan perekonomian bangsa. Hal
inilah juga yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
Laporan keuangan dimaksud dapat meningkat kredibilitasnya dan pada
gilirannya akan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan pemerintahan daerah. Pemenuhan tujuan dan laporan keuangan
akan bermanfaat dan dapat memenuhi tujuannya jika memenuhi empat
karakteristik

kualitatif

laporan

keuangan

yaitu

:

dapat

dipahami

(understandability), relevan (relevance), andal (reliability), dan dapat
dibandingkan (comparability). Informasi dapat dipahami bilamana pengguna
dapat memahami laporan keuangan yang disajikan (Nazier, 2006).
Menurut Indah Windrastuti (2013) bahwa Karekteristik laporan
keuangan berpengaruh positif terhadap transparansi dan akutabilitas.
Transparansi

memunyai

pengaruh

positif

dan

signifikan

terhadap

akuntabilitas laporan keuangan, berarti transparansi mendukung akuntabilitas

16

laporan keuangan dan menurut Lince Bulutoding (2011) menyatakan
Pengendalian Anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap good
governance.
Ada beberapa variabel yang berbeda seperti Sukhaemi menggunakan
variabel Tingkat Pengungkapan dan Kualitas kerja terhadap transparansi
keuangan daerah sedangkan untuk populasi ia menggunakan stakeholder
laporan keuangan pemerintah antara lain anggota DPRD, guru/dosen,
pembayar pajak/masyarakat umum dan LSM di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta sedangkan peniliti ini

menggunakan Variabel Pengendalian

Anggaran seperti Lince Bulutoding dan Karakteristik Laporan Keuangan
Daerah seperti Indah Windrastuti terhadap Transparansi Laporan Keuangan
Pemerintah

seperti Sukhaemi, Lince Bulutoding dan Indah Windrastuti

sedangkan populasinya di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Banten
yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota
Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, begitu penting transparansi laporan
keuangan terhadap kebutuhan dan sebagai informasi. Dalam sebuah laporan
keuangan harus mampu memenuhi karekteristik laporan keuangan sesuai
dengna standar yang ditentukan yang di dukung oleh pengendalian anggaran
sehingga pemerintahan kabupaten dan kota mampu menyajikan sebuah
laporan keuangan yang baik yang mampu ditransparansikan kepada
masyarakat umum atau sebuah transparansi ini tidak membutuhkan adanya
laporan keuangan yang memenuhi karakteristik serta pengendaian anggaran

17

sebagai alat bantu untuk menyelasikan sebuah laporan keuangan. Hal inilah
yang membuat penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh
pengendalian anggaran dan karakteristik laporan keuangan daerah terhadap
transparansi laporan keuangan daerah. Berdasarkan uraian dari latar belakang
maka penulis mencoba meneliti dengan judul ”Pengaruh Pengendalian
Anggaran dan Karakteristik Laporan Keuangan Daerah Terhadap
Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah (Studi Empiris Pada
Kabupaten atau Kota di Provinsi Banten)”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang hendak
diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Apakah

pengendalian anggaran berpengaruh secara parsial terhadap

transparansi laporan keuangan pemerintah?
2. Apakah penerapan karakteristik laporan keuangan berpengaruh secara
parsial terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah?
3. Apakah pengendalian anggaran dan karakteristik laporan keuangan daerah
berpengaruh secara simultan terhadap transparansi laporan keuangan
pemerintah?

18

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel pengendalian anggaran dan
karekteristik laporan keuangan daerah

yang diterapkan

terhadap

transparansi keuangan pemerintah
2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian anggaran dan karakteristik
laporan keuangan terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah
3. Untuk menganalisi apakah pengendalian anggaran dan karakteristik
laporan keuangan daerah berpengaruh besar transparansi laporan keuangan
pemerintah

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1. Kontribusi Teoritis
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang laporan keuangan,
terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai karakteristik laporan keuangan dan pengendalian anggaran
terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah
2. Kontribusi Praktis
a. Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah ataupun pusat dalam
mengevaluasi kebijakan terhadap laporan keuangan yang dikelola agar

19

lebih memperhatikan kepatuhan terhadap karekteristik laporan
keuangan serta pengendalian anggaran yang tepat.
b. Masyarakat
Sebagai Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah guna
menjawab kebutuhan informasi keuangan bagi stakeholder, pihakpihak yang terkait pengelolaan keuangan daerah maupun masyarakat
serta ketepatan dalam penggunaan anggaran
c. Peneliti
Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyeselaraskan ilmu
yang telah diperoleh selama proses perkuliahan, mengembangkan
pengetahuan penulis di bidang informasi penyusunan laporan
keuangan daerah yang memenuhi karakteristik laporan keuangan
daerah dengan adanya pengendalian anggaran serta terciptanya
transparansi pada laporan keuangan daerah.

20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengendalian Anggaran
1. Pengertian Peengendalian Anggaran
Menurut Hansen & Mowen Management Accounting (3nd Ed.
Cincinnati, Ohio: South-Westerm Publishing Co. 1995) dalam Lince
Bulutoding (2011) Pengendalian (control) adalah mekanisme yang
dilakukan

oleh

eksekutif

(pemerintah

daerah)

untuk

menjamin

dilaksanakannya sistem dan kebijakan manajemen sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai serta proses penetapan standar, dengan menerima
umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang
diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan
apa yang telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan anggaran menurut
Freeman (2003) anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
organisasi sector public untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
pada kebutuhan-kebutuhan tidak terbatas.
Pengertian ini dapat mengungkapkan peran strategis anggaran dalam
pengelolaan kekayaan sebuah organisasi public. Organisasi sector public
tentunya ingin memberikan pelayanan maksimal pada masyarakat, tetapi
seringkali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya
yang dimiliki, sudah jelas bahwa fungsi dan peran anggaran ini sangatlah
penting.

21

Pengendalian (controling) yang dilakukan oleh pemerintah, akan
mencegah defisit anggaran sehingga tujuan serta sasaran anggaran dapat
tercapai. Pencapaian tujuan dan sasaran akan bermanfaat untuk
kepentingan rakyat dan akan berpengaruh positif signifikan terhadap tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Anggaran juga suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal
dalam ukuran kuantitatif, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk
perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka
waktu tertentu.
Dilihat dari beberapa pengertian diatas sangat jelas bahwa
pengendalian intern merupakan pengendalian kegiatan (operasional) yang
dilakukan pimpinan untuk mencapai tujuan secara efisien, yang terdiri dari
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern yang digunakan dalam
sebuah entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan
keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut.
2. Dasar-dasar Sistem Pengendalian
Cita-cita pemerintah daerah adalah bahwa tidak ada mata anggaran
tidak direalisasi, alokasi anggaran tepat waktu, efektif dan efisien, laporan
realisasi anggaran cacat atau temuan Badan Pengawasan Keuangan (BPK),
dan Laporan Keuangan siap saji tepat waktu, Laporan Keuangan siap
audit dan dipastikan memeroleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
dari Badan Pengawasan Keuangan (BPK). Sebagian telah mampu

22

merealisasi impian itu, dan jumlahnya bertambah banyak.
Dasar umum pengendalian adalah tujuan pendirian, sasaran tahunan,
dan entitas pemerintah. Semua jenis organisasi kepemerintahan, misalnya
pendirian sebuah Pemda baru, pasti mempunyai maksud pendirian
organisasi, yang kemudian menjadi tujuan organisasi yang tak mungkin
dicapai oleh Pemda lama sebelum pemekaran. Tujuan tersebut
memerlukan strategi, program, dan aktivitas utama. Lalu, pelaksanaan
strategi, program, dan aktivitas untuk mencapai tujuan membutuhkan
pengendalian manajemen, agar tujuan tercapai secara ekonomis, efektif,
dan efisien. Pengendalian manajemen kepemerintahan meliputi beberapa
aktivitas yaitu:
a. perencanaan,
b. koordinasi, misalnya program bantuan sosial dan Pemda
c. komunikasi, misalnya telaah RAPBN oleh Kementerian Keuangan,
pelaporan laporan kinerja
d. pengambilan keputusan, misalnya pilihan pelaksana proyek, alokasi
dana saat bencana alam
e. motivasi, misalnya preferensi atau pengutamaan bantuan Pemerintah
Pusat kepada Pemda yang berhasil memeroleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan(BPK) lebih
dahulu
f. pengendalian
g. penilaian kinerja entitas tersebut, misalnya laporan kinerja lain. Apabila

23

salah satu aktivitas pengendalian manajemen tersebut di atas tidak
memadai, maka tujuan berisiko tak tercapai atau tercapai kebetulan
dengan susah payah, berdarah-darah dan penuh pemborosan.
Adapun sistem pengendalian manajemen kepemerintahan dapat
didukung oleh beberapa faktor yaitu:
a. Struktur organisasi yang mengakomodasi sistem pengendalian
b. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
c. Lingkungan pendukung dan penyubur sistem pengendalian. Sebagai
misal, terdapat struktur sistem pengendalian manajemen terfokus pada
unit organisasi, sub-unit organisasi, satuan kerja dan/atau pusat
tanggung jawab yang lain.
Pusat

pertanggungjawaban

adalah

basis

utama

perencanaan,

koordinasi, komunikasi, pengambilan keputusan, motivasi, pengendalian,
dan penilaian kinerja. Sebagai misal, tanggung jawab seorang Bupati
sebuah Pemda dipecah lagi menjadi pusat pertanggungjawaban lebih kecil
berupa beberapa satker atau dinas, dinas lalu dipecah lagi menjadi
beberapa sub-dinas hingga tingkatan pelaksana program atau layanan
publik tertentu. Manajer pusat pertanggungjawaban adalah Bupati sebagai
pemegang anggaran (budget holder) dan sumber daya pemdanya yang lain
seperti Sumber Daya Manusia (SDM), sarana fisik Kabupaten, sistem
Kabupaten, dan berbagai input lain.
Bupati bertanggung jawab mencapai target APBD, tujuan Pemda,
sasara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

12 138 95

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksebilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali

0 23 12

PENGALAPO Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 3 15

BAB 1 PENDAHULUAN Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 4 8

PENL Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

0 3 16

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH DAN KARAKTERISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN WAJIB DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

0 1 82

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH.

0 0 14

Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah AWAL

0 0 18

PENGARUH AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

0 2 12