Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP

TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA MEDAN

OLEH

ATIKA RIZKI 110503001

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan,

( Atika Rizki ) NIM. 110503001


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP

TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah pada pemerintahan kota Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal yang diuji menggunakan analisis regresi berganda. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 47 responden, dengan pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah. Secara parsial, aksesibilitas memiliki pengaruh positif dan signfikan terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah, sedangkan penyajian memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan.


(4)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENTS DISPLAY AND REGIONAL FINANCIAL STATEMENT ACCESIBILITY TO

FINANCIAL STATEMENT TRANSPARENCY AT MEDAN GOVERNMENTS’ OFFICES

This reserach aim is to analyze how are the effects of regional financial statements display and regional financial statements accesibility to financial statement transparency at Medan Government’s Offices. This is a causal associative research with multiple regression analysis method used. Total number of samples of this research are 47 people, which their data collection are taken using questionnaires. Research shows that simultaneously display and acessibility of regional financial statement are affecting positively and significantly to financial statement transparency. Partially, only accesibility that affecting positively and significantly, however, display show positive but not significant effect to financial statement transparency.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan,” guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan serta dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.Terutama penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Bapak Ahmad Fuad, S.H dan Ibu Aida Tanjung, Amd. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan. Kemudian kepada kakak dan Abang penulis, Ayu Andriany dan Andy Hakim. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,Ca, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M.Zainul B.Torong, M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing.

5. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak selaku Dosen Pembanding dan Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

7. Pemerintah Kota Medan yang telah bersedia membantu pengisian kuesioner pada penulisan skripsi ini, semoga skripsi saya dapat bermanfaat bagi Pemko Medan.

8. Sahabat penulis, Eryanti Anggreini dan teman-teman seperjuangan akuntansi 011 atas waktu, bantuan, dan motivasi yang diberikan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.

Medan, 22 Februari 2015


(7)

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah ... 9

2.2 Aksesibilitas Laporan Keuangan ... 12

2.3 Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah ... 14

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 15

2.5 Kerangka Konseptual ... 16

2.6 Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 20

3.2.1 Definisi Operasional ... 20

3.2.2 Pengukuran Variabel ... 26

3.3 Populasi dan Sampel penelitian ... 27

3.4 Jenis Data ... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Analisis Data... 29

3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

3.6.1.1 Uji Validitas ... 29

3.6.1.2 Uji Reliabilitas ... 31

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 32


(8)

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 35

3.6.3.1 Uji Parsial (uji-t) ... 36

3.6.3.2 Uji Simultan (Uji-F) ... 36

3.6.3.3 Adjusted R Square ... 37

3.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 38

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 40

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 40

4.1.2 Letak Geografis ... 41

4.2 Analisis Data ... 42

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 42

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden ... 43

4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 44

4.2.2 Analisis Statistik ... 50

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 50

4.2.2.2 Uji Hipotesis ... 56

4.2.2.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 58

4.2.2.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 59

4.2.2.5 Uji Koefisien Determinan (R2) ... 61

4.2.3 Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 15

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

3.2 Data Populasi ... 27

3.3 Data Sampel ... 28

3.4 Uji Validitas ... 30

3.5 Uji Reliabilitas ... 32

3.6 Jadwal Penelitian ... 38

4.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 43

4.2 Karakteristik Responden Usia ... 43

4.3 Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir ... 44

4.4 Distribusi Jawaban Responden variabel Penyajian ... 45

4.5 Distribusi Jawaban Responden variabel Aksesibilitas ... 47

4.6 Distribusi Jawaban Responden variabel Transparansi ... 48

4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov ... 52

4.8 Hasil Uji Glejser ... 55

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55

4.10 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 56

4.11 Hasil Uji Parsial ... 58

4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 61


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 18

4.1 Gambar Grafik Histogram ... 51

4.2 Normal Probability Plot ... 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner ... 70

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74

3 Distribusi Jawaban Responden ... 76

4 Identitas Responden ... 79


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era reformasi dan desentralisasi sekarang ini, good governance, khususnya transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintahan baik pusat maupun daerah telah menjadi isu sentral yang menjadi sorotan dari berbagai pihak. Kebebasan politik telah mendorong media massa dengan bebas membeberkan berbagai kasus dan peristiwa yang menyangkut keuangan pemerintah yang sebelumnya hampir tidak tersentuh oleh mata dan telinga publik. Perhatian terhadap isu transparansi pengelolaan keuangan yang berujung pada tingkat akuntabilitas pemerintah semakin meningkat seiring dengan peningkatan sistem teknologi, informasi dan keterbukaan publik dekade terakhir ini.

Sejak disahkan dan diberlakukannya UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah telah mengalami reformasi fundamental, baik secara politis, administratif, teknis maupun keuangan dan ekonomi. Berdasarkan pasal 1 ayat 6 dari undang-undang tersebut menyatakan bahwa daerah otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintah dan kepentingan masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dengan demikian pemerintah daerah sebagai daerah otonom memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan sendiri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Dalam hal pengelolaan keuangan yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi kemudian berubah menjadi desentralisasi dengan diberlakukannya UU No.33 tahun 2004


(13)

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dengan demikian pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten harus melakukan pengelolaan keuangan yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan.

Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah No.58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Kementerian Dalam Negeri yang membawahi pemerintah daerah kemudian melakukan tindak lanjut atas Peraturan Pemerintah No.58 tahun 2005 dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah sesuai reformasi tata kelola keuangan negara atau daerah. Perubahan yang paling mendasar pada peraturan ini adalah bergesernya fungsi bagian keuangan ke masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan SKPD sebagai accounting entity diwajibkan untuk membuat laporan keuangan. Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan dimana pemerintah daerah berkewajiban membuat laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, basis akuntansi di Indonesia mengalami pergeseran yang sebelumnya berbasis kas berubah menjadi berbasis


(14)

akrual. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (PP No.71/2010 Pasal 1 ayat 3). Dijelaskan lebih jauh SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD (PP No.71/2010 Pasal 1 ayat 8). Pada pendahuluan tepatnya mengenai peranan pelaporan keuangan pada PP No.71 tahun 2010, disebutkan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyajikan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Entitas pelaporan itu sendiri adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari :

a) Pemerintah pusat b) Pemerintah daerah

c) Masing-masing Kementrian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat


(15)

d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya.

Setiap entitas pelaporan tanpa terkecuali pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi dan keseimbangan antargenerasi.

Sistem desentralisasi dan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam pengelolaan keuangan menimbulkan konsekuensi dimana pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota, harus dapat meningkatkan akuntabilitas melalui transparansi pengelolaan keuangan yang mampu menyediakan semua informasi yang relevan secara jujur dan terbuka kepada publik yang juga dapat diakses oleh publik dalam rangka melaksanakan amanat rakyat. Reformasi pengelolaan keuangan daerah telah lama dilaksanakan. Berbagai persoalan dan proses pembelajaran menuju pengelolaan keuangan daerah yang baik memang belum mencapai kestabilan yang sempurna. Namun, terlihat transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah mengalami kemajuan yang sangat berarti. Membaiknya kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan kemajuan signifikan membaiknya opini audit BPK selama ini, merupakan modal yang kuat untuk membangun transparansi pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan berkualitas juga merupakan salah satu unsur penting


(16)

dalam mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Sebagai komitmen pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah, pada tahun 2005 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 58 (PP 58/2005) tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam PP 58 / 2005 dinyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

Transparansi menjadi salah satu asas umum pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan PP 58 / 2005, sekaligus dapat menjadi kunci penyelenggaraan asas-asas lainnya. Pengertian lebih jauh tentang transparansi itu sendiri, terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Permendagri 13 / 2006) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Transparansi diartikan sebagai prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Salah satu bentuk tanggungjawab pengembangan keuangan daerah dapat diwujudkan dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat luas. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 65/2010 tentang Perubahan Atas PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, telah menetapkan bahwa daerah menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada pemerintah, dalam hal ini disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. Dengan kemajuan teknologi dan informasi (information technology/IT) yang demikian pesat serta potensi pemanfaatan secara luas, hal


(17)

tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola, dan mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, dan tetap mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

Namun, salah satu kelemahandalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terletak pada ketidakmampuan menyajikan data yang konsisten dan terintegrasi mulai dari data aset, anggaran, gaji, serta proses penatausahaan, sehingga menimbulkan banyak ketidakakuratan data dalam proses akuntansi yang menghasilkan LKPD baik neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Arus Kas, laporan operasional, laporan saldo anggaran lebih, maupun Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Kelemahan lain pada pengelolaan keuangan daerah adalah tidak tersedianya unit arsip data pengelolaan keuangan yang baik sehingga banyak data penting yang hilang. Disamping itu, saat ini laporan keuangan cenderung masih dianggap sebagai dokumen rahasia sehingga publikasi atas laporan keuangan melalui internet, surat kabar atau akses publik lainnya yang menjadi sarana publik untuk menilai transparansi pemerintah, belum menjadi hal yang umum untuk dilaksanakan.

Penelitian mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang dipengaruhi oleh penyajian laporan keuangan daerah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu Hanim (2009). Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara penyajian laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Marjuki (2011) pada pemkab


(18)

Samosir dengan penambahan variabel aksesibilitas laporan keuangan daerah dimana ada pengaruh positif baik secara parsial maupun simultan antara penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul : “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah?

2. Apakah aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah?

3. Apakah penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah secara simultan berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah kota Medan.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis di bidang akuntansi sektor publik dan mengenai penyajian laporan keuangan, dan transparansi pengelolaan keuangan daerah.

2. Bagi pemerintah kota Medan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka peningkatan transparansi dalam hal penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai akuntabilitas maupun transparansi pengelolaan keuangan daerah lainnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah

Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat (Permendagri No.13/2006 pasal 4 ayat 1). Definisi keuangan daerah sendiri disebutkan dalam Permendagri No.13 tahun 2006 pasal 1 ayat 6 yaitu semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental Accounting Standard Board (GASB, 1998) adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik.

b. Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) berbasis akrual No.1, paragraph 9, (PP No.71 tahun 2010) disebutkan bahwa :


(21)

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan :

a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah

b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah

c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi

d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya

dan memenuhi kebutuhan kasnya

f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya


(22)

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran dan laporan finansial sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut (Pernyataan No.1 PP No.71/2010 paragraph 14) :

a) Laporan realisasi anggaran

b) Laporan perubahan saldo anggaran lebih c) Neraca

d) Laporan operasional e) Laporan arus kas

f) Laporan perubahan ekuitas g) Catatan atas laporan keuangan

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan dimana entitas pelaporan yang dimaksud adalah masing-masing unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai accounting entity yang bertanggung jawab dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 paragraph 25 dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintahan, laporan keuangan yang disusun oleh entitas pelaporan digunakan sebagai alat untuk kepentingan :

a) Akuntabilitas,

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.


(23)

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelaksanaan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c) Transparansi,

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya kepada peraturan perundang-undangan.

d) Keseimbangan antargenerasi,

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

e) Evaluasi kinerja,

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

2.2 Aksesibilitas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang No.33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, pasal 103 dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan


(24)

Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya melalui publikasi media surat kabar, internet dan media lainnya. Informasi yang ditampilkan dalam SIKD tersebut dimana dinyatakan secara jelas pada pasal 102, UU No.33 tahun 2004 meliputi :

a. APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota b. Neraca daerah

c. Laporan arus kas

d. Catatan atas laporan keuangan daerah

e. Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan f. Laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah

g. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

Dalam Undang-Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (pasal 1 ayat 2) disebutkan bahwa informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau


(25)

penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang berkaitan dengan kepentingan publik.

2.3 Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah

Transparansi publik mensyaratkan bahwa setiap pejabat publik berkewajiban membuka ruang partisipasi kepada masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik dengan membuka akses dan memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, baik diminta maupun tidak diminta oleh masyarakat (Pandji, 2008 : 56).

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo, 2000).

“Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo, 2006 : 3).”

Definisi transparansi menurut Krina P (2003 : 9) adalah “prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.


(26)

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Mulyana

(2006)

Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Penyajian neraca daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 2. Hanim

(2009) Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Penyajian laporan keuangan daerah (X1), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 3. Saufi Iqbal

Nasution (2010) Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD Penyajian laporan keuangan SKPD (X1), aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas


(27)

SKPD (Y) pengelolaan keuangan SKPD 4. Marjuki

Sagala (2011) Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemkab Samosir Penyajian laporan keuangan daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan (X2), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 5. Hani

Nurhayani (2013) Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemko Bandung Penyajian laporan keuangan (X1), aksesibilitas laporan keuangan (X2), akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

2.5 Kerangka Konseptual

Mardiasmo (2004:37) menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah :

a. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik, serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship) .


(28)

b. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasionalnya.

Aksesibilitas dalam laporan keuangan sebagai kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan (Mulyana, 2006).

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.

Dengan pemberian otonomi kepada daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola desentralisasi secara transparan, ekonomi, efisien dan akuntabel. Beberapa perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah penting dilakukan, terutama dalam aspek anggaran, aspek akuntansi, dan aspek pemeriksaan yang memerlukan prioritas utama, agar pengelolaan keuangan daerah dilakukan berdasarkan konsep Value For Money (VFM). Pengelolaan keuangan daerah dengan menggunakan konsep VFM tersebut adalah untuk menjamin


(29)

dikelolanya uang rakyat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel agar pada akhirnya terwujud akuntabilitas publik (Soesastro 2005 : 553).

Hubungan antara Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah digambarkan dalam kerangka konseptual berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap

transparansi pengelolaan keuangan daerah. Penyajian Laporan

Keuangan Daerah (X1)

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)

Transparansi Pengelolaan Keuangan


(30)

H2 :Aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap

transparansi pengelolaan keuangan daerah.

H3 : Penyajian laporan keuangan daerah dan Aksesibilitas laporan

keuangan daerah secara simultan berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. “Desain Kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain” (Umar, 2003 : 30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan hubungan penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah sebagai variabel independen terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan hipotesis yang ada maka penelitian ini termasuk penelitian design cross sectional yaitu penelitian yang melibatkan perhitungan sampel untuk digeneralisir populasinya, melalui inferensial dimana variabel diteliti pada waktu yang bersamaan.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1 Definisi Operasional

Berdasarkan desain penelitian asosiatif kausal yang merupakan desain penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, maka variabel-varibel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :


(32)

A. Penyajian laporan keuangan daerah (X1)

Pada penelitian ini penyajian laporan keuangan daerah berperan sebagai variabel independen (X1). Penyajian laporan keuangan daerah dalam penelitian ini

merupakan penyajian laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan entitas pelaporan yang memenuhi kriteria karakteristik laporan keuangan pemerintah yang berkualitas dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel ini diadopsi dari Hanim (2009) yang berlandaskan pada PP No.71 tahun 2010 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan bahwa karakteristik-karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah yang memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu : a. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang dimuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang relevan adalah :

• Memiliki manfaat umpan balik

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi ekspektasi di masa lalu.

• Memiliki manfaat prediktif

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.


(33)

• Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

• Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin yang mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

b. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

c. Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lainnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.


(34)

d. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

B. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)

Pada penelitian ini aksesibilitas laporan keuangan daerah berperan sebagai variabel independen (X2).Aksesibilitas laporan keuangan daerah dalam penelitian

ini adalah kemampuan untuk memberikan akses bagi stakeholder untuk mengetahui atau memperoleh laporan keuangan sebagai bagian dari partisipasi stakeholder.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadopsi dari Nasution (2010) yang berlandaskan pada Undang-Undang No.33 tahun 2004 pasal 103 dimana dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan daerah merupakan data yang terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh masyarakat.

C. Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah (Y)

Pada penelitian ini transparansi pengelolaan keuangan daerah adalah variabel dependen (Y) yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independen.


(35)

Transparansi pengelolaan keuangan daerah dalam penelitian ini adalah kebebasan untuk mengakses informasi keuangan yang terbuka dan jujur secara menyeluruh dari pemerintah kepada masyarakat untuk dapat menilai pertanggungjawaban pemerintah.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadopsi dari Hanim (2009). Ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur transparansi pengelolaan keuangan daerah, yaitu :

a. Pengelolaan Keuangan diselenggarakan dengan sistem pengendalian internal yang memadai.

b. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal.

c. Adanya akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program.

d. Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai pemerintah.

e. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik dalam kegiatan melayani.


(36)

Tabel 3.1

Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator Pengukuran Variabel Skala Penelitian Variabel Dependen Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Transparansi adalah kebebasan untuk mengakses informasi keuangan yang terbuka dan jujur secara menyeluruh dari pemerintah kepada masyarakat untuk dapat menilai pertanggungjawaban pemerintah. o Sistem pengendalian intern o Penyebarluasan informasi

o Akurasi dan

kelengkapan informasi o Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil o Mekanisme pelaporan Penelitian ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1

(STS=sangat tidak setuju). Variabel Independen Penyajian Laporan Keuangan Daerah Penyajian laporan keuangan daerah adalah penyajian laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan entitas pelaporan yang terdiri atas LRA, laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan arus kas, neraca, laporan operasional, laporan

o Relevan :

-manfaat umpan balik -manfaat prediktif -tepat waktu -lengkap o Andal o Dapat dibandingkan

o Dapat dipahami

Penelitian ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju),


(37)

perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan

dan skor 1

(STS=sangat tidak setuju). Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Aksesibilitas Laporan Keuangan adalah kemampuan untuk memberikan akses bagi

stakeholder untuk mengetahui atau memperoleh laporan keuangan sebagai bagian dari partisipasi stakeholder

o Pubikasi media

masa

o Akses laporan

keuangan

Penelitian ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1

(STS=sangat tidak setuju).

3.2.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan 5 (lima) poin skala Likert. Pengukuran variabel menggunakan Skala Likert yaitu dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai keberadaan pernyataan mengenai perilaku, objek, atau kejadian (Kuncoro, 2003 : 157).

Jawaban responden akan diberi skor yaitu : Skor 1 = Sangat tidak setuju

Skor 2 = Tidak setuju

Skor 3 = Netral atau ragu-ragu Skor 4 = Setuju


(38)

Skor 5 = Tidak setuju

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2006 : 89) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan instansi yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unit analisis. Jumlah SKPD yang menjadi populasi adalah sebanyak 41 SKPD di Pemerintahan Kota Medan.

Tabel 3.2 Data Populasi

Data Pegawai Eselon III

(Kabid)

Eselon IV (Kasubag)

179 617

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari setiap stratum. Oleh karena populasi memiliki karakteristik tugas pokok dan fungsi (tupoksi) maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Dengan teknik stratified random sampling diharapkan setiap anggota sub populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili seluruh sub populasi yang ada dimana rincian responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(39)

Tabel 3.3 Data Sampel

Data Pegawai Eselon III

(Sekretaris/Kabid)

Eselon IV (Kasubag/Kasubbid)

14 33

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel adalah :

1) Pegawai eselon III yang menjabat sebagai Sekretaris dan kepala bidang dari masing-masing SKPD merupakan penanggung jawab langsung dalam penyusunan laporan keuangan SKPD.

2) Pegawai eselon IV yang menjabat sebagai kepala sub bagian dan kepala sub bidang dari masing-masing SKPD merupakan staf yang membantu kepala bidang dalam penyusunan laporan keuangan SKPD.

3.4 Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data primer berupa hasil kuosioner yang telah diisi oleh responden, yaitu Kabid dan Kasubag dari masing-masing SKPD yang menjadi sampel penelitian.

b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu catatan, ataupun laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.


(40)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik kuosioner yaitu memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Instrumen dalam kuosioner merupakan replikasi dari peneliti-peneliti terdahulu yaitu oleh Hanim (2009) dan Nasution (2010). Adapun langkah-langkah pengumpulan data dan penyebaran kuosioner adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner dikirim ke seluruh sampel yang merupakan anggota populasi yang menjadi responden.

2. Setelah satu minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

3. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, peneliti kemudian melakukan pengolahan data jika jumlah kuesioner yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi maka dicoba lagi untuk mengirimkan kuosioner kepada responden yang belum mengembalikan kuosioner.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Uji Validitas dan reliabilitas 3.6.1.1Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid


(41)

apabila mampu mengukur apa yang ingin diukurnya (Ancok, 1998 : 120). Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuosioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuosioner (Hakim : 1999 dalam widyastuti : 2000). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika r hitung positif dan r hitung> r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid

2) Jika r hitung negatif atau r hitung< r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak

valid

3) r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Corelation

Nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-k, dimana :

n = Jumlah responden

k = merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel

3.6.1.2Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1967 : 120). Langkah-langkah melakukan uji reliabilitas terhadap suatu konstruk variabel sama dengan melakukan uji validitas. Output SPSS untuk uji reliabilitas akan dihasilkan secara bersama-sama dengan hasil uji validitas.


(42)

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian : (a) normalitas, (b) multikolinearitas, dan (c) heterokedastisitas.

3.6.2.1Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi suatu data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang dikatakan baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :

a. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal

b. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal

3.6.2.2Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat


(43)

sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah :

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu :

1. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi

2. Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge Pengujian multikolinieritas dpat dilakukan dengan melakukan korelasi antara variabel bebas (independent variabel). Jika nilai korelasi antara variabel bebas tersebut lebih besar dari 0,7 (Nunnally, 1967), maka dapat dikatakan bahwa adanya gejala multikolinieritas. Disamping dengan melakukan uji korelasi tersebut, pengujian ini juga dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 2 (Hair, 2003), maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinieritas dalam model penelitian.


(44)

3.6.2.3Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X1, X2, X3, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada ketiga uji di atas, sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan. Hal ini dikarenakan uji autokorelasi yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya, maka uji autokorelasi ini sering ditemukan pada time series, sedangkan data yang dikumpulkan oleh penulis ada data crossection, maka masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Menurut Kuncoro (2003 : 216), sebagai alat statistik, regresi bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut, (1)


(45)

seberapa jauh variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh seluruh variabel independen yang dimasukkan dalam model; (2) manakah di antara variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen; (3) apakah dengan dimasukkannya tambahan satu variabel independen dapat memperbaiki prediksi terhadap variabel dependen; (4) apakah prediksi terhadap variabel dependen dari sejumlah variabel independen lebih baik dibandingkan dengan kombinasi variabel independen yang lain; dan (5) apakah penambahan sampel/observasi akan meningkatkan daya prediksi model.

Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis linear berganda. Metode analisis linear berganda digunakan untuk melihat secara langsung pengaruh beberapa variabel dependen tersebut. Model analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Transparansi pengelolaan keuangan daerah (variabel dependen) X1 = Penyajian laporan keuangan daerah (variabel independen)

X2 = Aksesibilitas laporan keuangan daerah (variabel independen)

a = Konstanta

b1 = koefisien regresi X1 (arah garis regresi yang menyatakan perubahan

nilai Y, akibat perubahan X1)

b2 = koefisien regresi X2 (arah garis regresi yang menyatakan perubahan

nilai Y, akibat perubahan X2)


(46)

3.6.3.1Uji Parsial (Uji-t)

Uji statistik t dikenal juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah :

H0 : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap

variabel dependen

Kriteria pengambilan keputusan :

Apabila probabilitas <� = 5%, maka Ha diterima Apabila probabilitas >� = 5%, maka Ha ditolak

3.6.3.2Uji Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut : H0 : b1=b2=b3=0, artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen

tidak terdapat pengaruh terhadap variabel dependen

Ha : b1≠b2≠b3≠0, artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen

terdapat pengaruh terhadap variabel dependen, dengan kriteria : H0 diterima, apabila Fhitung< Ftabel pada � = 5%

Ha diterima, apabila Fhitung> Ftabel pada � = 5%

Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisa regresi berganda. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh


(47)

dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of Varian (ANOVA). Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi

dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA <� 0,05 , maka H0 ditolak (berpengaruh), sementara sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA >� 0,05, maka H0 diterima (tidak berpengaruh).

Pengujian dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dilakukan

dengan ketentuan yaitu apabila Fhitung > Ftabel (� 0,05) maka H0 ditolak

(berpengaruh), sementara sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel (� 0,05) maka H0

diterima (tidak berpengaruh). Adapun Ftabel dicari dengan memperhatikan tingkat

kepercayaan (�) dan derajat bebas (degree of freedom).

3.6.3.3Adjusted R2

Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 ≤ adjusted R2 ≤ 1). Hal ini berarti apabila adjusted R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(48)

3.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Pemerintah Kota Medan yang beralamat di Jalan Kapten Maulana Lubis No.2 Medan Sumatera Utara.

Tabel 3.6 Jadwal penelitian

Tahapan Penelitian Oktober November Desember Januari Februari

Penyelesaian proposal

Pencarian data awal Pengajuan proposal Penyerahan proposal pada dosen

pembimbing Bimbingan dan perbaikan proposal Seminar proposal Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Bimbingan skripsi Penyelesaian skripsi


(49)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan

Pada zaman dahulu kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke sungai Wampu di Langkat sedangkan kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1990 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda di tempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan


(50)

Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkualitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan- bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama di muara- muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

4.1.2 Letak Geografis

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas kota Medan menjadi 1.130 Ha, meliputi empat kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1973


(51)

kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 Kelurahan.

Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 kelurahan di kotamadya daerah tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan di kotamadya daerah tingkat II Medan, secara administrasi kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrasi ini kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 50 orang, dimana peneliti telah membagikan limapuluh (50) buah kuesioner kepada responden di Kantor Walikota Medan yang terletak di jalan Kapten Maulana Lubis No. 2 Kota Medan, Sumatera Utara. Namun, kuesioner yang kembali hanya sebanyak 47 buah kuesioner, atau dengan kata lain 47 responden. Sehingga seluruh kuesioner yang kembali akan dijadikan sampel.


(52)

Tabel 4.1 Pengumpulan Data

Keterangan Jumlah Persentase

Kuesioner yang disebar 50 100%

Kuesioner yang tidak kembali 3 6%

Kuesioner yang kembali 47 94%

Kuesioner yang dijadikan sampel 47 94%

4.2.2 Analisis Deskriptif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar kuesioner. Jumlah pernyataan seluruhnya adalah limabelas (15) butir pernyataan, yakni tujuh (7) butir pernyataan untuk variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1), tiga (3) butir pernyataan untuk variabel Aksesibilitas Laporan keuangan (X2), dan lima (5) butir pernyataan untuk variabel Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah (Y).

4.2.2.1Analisis Deskriptif Responden

Berdasarkan data pada kuesioner yang telah disebar oleh peneliti kepada empatpuluh tujuh (47) orang responden, telah diperolah data mengenai gambaran umum responden.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi

(Orang)

%

Jenis Kelamin Laki-laki 35 74.5

Perempuan 12 25.5

Usia 31-40 Tahun 11 23.4

41-50 Tahun 16 34.0

>50 Tahun 20 42.6

Pendidikan Terakhir SLTA 2 4.3

S1 35 74.5

S2 10 21.3


(53)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (74.5%) dan 12 orang (25.5%) responden berjenis kelamin perempuan. Kemudian diketahui bahwa mayoritas responden berusia diatas 50 tahun sebanyak 20 orang (42.6%), disusul responden yang berusia 41-50 tahun sebanyak 16 orang (34.0%), kemudian responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 11 orang (23.4%). Kemudian sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 35 orang (74.5%), kemudian disusul oleh responden yang berlatar belakang pendidikan Magister (S2) sebanyak 10 orang (21.3%), dan responden yang berlatar belakang pendidikan SLTA/Sederajat sebanyak 2 orang (4.3%).

4.2.2.2Analisis Deskriptif Variabel

Setelah mengetahui karakteristik dari responden, maka selanjutnya akan menampilkan hasil olahan data primer yang merupakan gambaran dari hasil penelitian berdasarkan jawaban responden mengenai Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Medan dengan variabel penyajian Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Transparansi Laporan Keuangan Daerah.

Berikut distribusi jawaban responden atas variabel X dan Y: a. Variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

Tabel 4.3

Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

No Item

STS TS RR S SS

F % F % F % F % F %

1 2 4.3 3 6.4 2 4.3 34 72.3 6 12.8 2 0 0 0 0 0 0 36 76.6 11 23.4


(54)

3 1 2.1 1 2.1 3 6.4 33 70.2 9 19.1 4 1 2.1 0 0 4 8.5 28 59.6 14 29.8 5 1 2.1 1 2.1 6 12.8 31 66.0 8 17.0 6 0 0 1 2.1 5 10.6 35 74.5 6 12.8 7 0 0 0 0 1 2.1 40 85.1 6 12.8

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa:

1. Pada butir pernyataan satu dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 34 orang (72.3%) setuju bahwa Laporan Keuangan Pemko Medan memungkinkan pengguna mengoreksi eskpektasi mereka dimasa lalu, kemudian 6 orang (12.8%) sangat setuju, 3 orang (6.4%) tidak setuju, 2 orang (4.3%) ragu-ragu, dan 2 orang (4.3%) sangat tidak setuju.

2. Pada butir pernyataan dua dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 36 orang (76.6%) setuju bahwa Laporan Keuangan Pemko Medan dapat membantu pengguna memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini, kemudian 11 orang (23.4%) sangat setuju.

3. Pada butir pernyataan tiga dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 33 orang (70.2%) setuju bahwa Laporan Keuangan Pemko Medan selalu disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan., kemudian 9 orang (19.1%) sangat setuju, 1 orang (2.1%) tidak setuju, 3 orang (6.4%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.

4. Pada butir pernyataan empat dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 28 orang (59.6%) setuju bahwa


(55)

Laporan Keuangan Pemko Medan disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, kemudian 14 orang (29.8%) sangat setuju, 4 orang (8.5%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.

5. Pada butir pernyataan lima dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 31 orang (66.0%) setuju bahwa Laporan Keuangan Pemko Medan menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan, kemudian 8 orang (17.0%) sangat setuju, 1 orang (2.1%) tidak setuju, 6 orang (12.8%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.

6. Pada butir pernyataan enam dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 35 orang (74.5%) setuju bahwa Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemko Medan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh, kemudian 6 orang (12.8%) sangat setuju, 1 orang (2.1%) tidak setuju, dan 5 orang (10.6%) ragu-ragu.

7. Pada butir pernyataan tujuh dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 40 orang (85.1%) setuju bahwa Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan Pemko Medan dapat dipahami oleh pengguna karena dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang


(56)

disesuaikan dengan batas kemampuan pengguna, kemudian 6 orang (12.8%) sangat setuju, dan 1 orang (2.1%) ragu-ragu.

b. Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)

Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

No Item

STS TS RR S SS

F % F % F % F % F %

1 3 6.4 13 27.7 7 14.9 22 46.8 2 4.3 2 7 14.9 3 6.4 7 14.9 25 53.2 5 10.6 3 3 6.4 13 27.7 15 31.9 12 25.5 4 8.5

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

1. Pada butir pernyataan satu dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 22 orang (46.8%) setuju bahwa Laporan Keuangan Pemko Medan dipublikasikan secara terbuka melalui media massa, kemudian 2 orang (4.3%) sangat setuju, 13 orang (27.7%) tidak setuju, 7 orang (14.9%) ragu-ragu, dan 3 orang (6.4%) sangat tidak setuju.

2. Pada butir pernyataan dua dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 25 orang (53.2%) setuju bahwa Pemerintah kota Medan memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang laporan keuangan, kemudian 5 orang (10.6%) sangat setuju, 7 orang (14.9%) ragu-ragu, 3 orang (6.4%) tidak setuju, dan 7 orang (14.9%) sangat tidak setuju.

3. Pada butir pernyataan tiga dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 15 orang (31.9%) ragu-ragu bahwa


(57)

Masyarakat dapat mengakses Laporan Keuangan Pemko Medan melalui internet, kemudian 13 orang (27.7%) tidak setuju, 12 orang (25.5%) setuju, 4 orang (8.5%) sangat setuju, dan 3 orang (6.4%) sangat tidak setuju.

c. Variabel Transparansi Laporan Keuangan Daerah (Y)

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

No Item

STS TS RR S SS

F % F % F % F % F %

1 0 0 1 2.1 1 2.1 39 83.0 6 12.8 2 1 2.1 15 31.9 16 34.0 15 31.9 0 0 3 0 0 0 0 3 6.4 35 74.5 9 19.1 4 0 0 1 2.1 4 8.5 31 66.0 11 23.4 5 1 2.1 16 34.0 13 27.7 17 36.2 0 0

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

1. Pada butir pernyataan satu dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 39 orang (83.0%) setuju bahwa Pengelolaan Keuangan Pemko Medan diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, kemudian 6 orang (12.8%) sangat setuju, 1 orang (2.1%) tidak setuju, dan 1 orang (2.1%) ragu-ragu. 2. Pada butir pernyataan dua dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,

diketahui bahwa terdapat 16 orang (34.0%) ragu-ragu bahwa Penyebarluasan laporan Keuangan Pemko Medan telah disampaikan melalui media massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal, kemudian 15 orang (31.9%) setuju, 15 orang (31.9%) tidak setuju, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.


(58)

3. Pada butir pernyataan tiga dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 35 orang (74.5%) setuju bahwa Terdapat akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Keuangan Pemko Medan, kemudian 9 orang (19.1%) sangat setuju,dan 3 orang (6.4%) ragu-ragu.

4. Pada butir pernyataan empat dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 31 orang (66.0%) setuju bahwa Ada ketersediaan system informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai oleh Pemko Medan, kemudian 11 orang (23.4%) sangat setuju, 4 orang (8.5%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) tidak setuju.

5. Pada butir pernyataan lima dari kuesioner yang disebar dan dianalisis, diketahui bahwa terdapat 17 orang (36.2%) setuju bahwa Penyampaian Laporan Keuangan Pemko Medan telah melalui kerja sama dengan media massa dan lembaga non pemerintahan, kemudian 16 orang (34.0%) tidak setuju, 13 orang (27.7%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.

4.2.3 Analisis Statistik

4.2.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 responden di luar dari responden penelitian, tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Nilai


(59)

rtabel dengan ketentuan df = jumlah kasus = 30 dan tingkat signifikansi sebesar

5% maka angka yang diperoleh = 0.361.

Tabel 4.6 Uji Validitas

No Pernyataan rhitung rtabel Validitas

1 P1 0.417 0.361 Valid

2 P2 0.510 0.361 Valid

3 P3 0.512 0.361 Valid

4 P4 0.428 0.361 Valid

5 P5 0.420 0.361 Valid

6 P6 0.736 0.361 Valid

7 P7 0.580 0.361 Valid

8 P8 0.495 0.361 Valid

9 P9 0.664 0.361 Valid

10 P10 0.642 0.361 Valid

11 P11 0.419 0.361 Valid

12 P12 0.690 0.361 Valid

13 P13 0.479 0.361 Valid

14 P14 0.652 0.361 Valid

15 P15 0.556 0.361 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan kuesioner telah valid karena rhitung> rtabel. Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap

pengujian reliabilitas.

Hasil uji reliabilitas berdasarkan data yang diolah dengan bantuan aplikasi Software SPSS 20 for Windows dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(60)

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas

Cronbach’s Alpha Jumlah Pernyataan

0.879 30

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Maret 2014)

Pada 30 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% di ketahui bahwa koefisien apha (Cronbach’s Alpha) adalah sebesar 0.879. Ini berarti 0.879> 0.80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

4.2.3.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat diperkirakan yang tidak bias dan efesiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yang pertama adalah uji normalitas. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogrov-Smirnov.

1. Pendekatan Grafik

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.


(61)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)

Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)


(62)

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa hubungan dari variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah terhadap Transparansi Laporan KeuanganDaerah adalah berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh gambar histogram yang tidak terlihat menceng ke kiri maupun ke kanan. Sedangkan pada Gambar 4.2 data berdistribusi normal dapat dilihat pada scatterplot, terlihat titik-titik yang mengikuti garis diagonal.

2. Pendekatan Kolmogrov-Smirnov

Uji normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal, padahal secara statistik tidak berdistribusi normal. Berikut ini pengujian normalitas yang berdasarkan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S) untuk memastikan apakah data benar berdistribusi normal.

Tabel 4.8

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 47

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 1.43134668 Most Extreme

Differences

Absolute .104

Positive .087

Negative -.104

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .690

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Maret 2014)

Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.690, dan diatas nilai signifikan (0.05), dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Nilai Kolmogrov-Smirnov Z yakni 0.713 lebih kecil dari 1,97


(63)

berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empirik atau dengan kata lain data dikatakan normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

1. Metode Grafik

Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


(64)

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)

Gambar 4.3 Grafik ScatterPlot Uji heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat dari grafik ScatterPlot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi transparansi laporan keuangan daerah, berdasarkan masukan variabel independennya.

2. Uji Glejser

Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya, jika nilai signifikansi antara variabel


(1)

LAMPIRAN 4 IDENTITAS RESPONDEN

No Nama Umur Jenis

Kelamin Pekerjaan Jabatan

Pendidikan Terakhir 1

Dwi Kirana,

S.sos 37 Perempuan PNS

Kasubbid Jabatan

Fungsional S1

2 Ahmad Khaidir 36 Laki-Laki PNS Kasubbid Simpeg S2

3

Baginda P

Siregar 40 Laki-Laki PNS

Kabid Pengembangan

Karir S2

4

Doharni

Susilawaty 36 Perempuan PNS

Kasubbid Kepangkatan

Jabatan Fungsional S2

5 52 Laki-Laki PNS Kasubag Keuangan S1

6 55 Laki-Laki PNS Kasubbid S1

7 Donni Harahap 50 Laki-Laki PNS Kabid Kepangkatan S1

8 Abdul Khalik 57 Laki-Laki PNS Kasubag Umum S1

9

Ir. Rahmat Jamil

50 Laki-Laki

PNS Sekretaris S1

10 Drs. Sukaiman 49 Laki-Laki

PNS Kabid Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat dan Tetangga S1

11 Khairani 57 Perempuan PNS Kasubag Keuangan SLTA

12

Drs. Ernest Sembiring,

M.Si 48 Laki-Laki PNS

Kasubbid

Kesejahteraan Keluarga S2

13

Daulat

Pulungan, SE. 54 Laki-Laki PNS Kasubbid Kelembagaan S1

14 Albion Tamba 56 Laki-Laki PNS

Kasubag Penyusunan

Program SLTA

15 38 Laki-Laki PNS

Kasubag Penyusunan

Program S1

16 Siti Khalijah 55 Perempuan PNS

Kasubbid Industri

Perdagangan Pertanian S1

17 57 Laki-Laki PNS Sekretaris S1

18

Hendrik

Iskandar 48 Laki-Laki PNS Kasubag Keuangan S1

19 50 Laki-Laki PNS Kasubag Umum S1

20

Roy Karten

Sembiring 32 Laki-Laki PNS Staff S1

21

Hendra abdillah Lubis,

ST. 35 Laki-Laki PNS

Staff Kasubbid Data

dan Informasi S2

22

Melvi

Marlabayana 38 Perempuan PNS Staff S2

23

Natal Leli

Sembiring 45 Perempuan PNS Kasubbid S1

24 57 Laki-Laki PNS Sekretaris S1

25

Drs.Syahnan

Rajawali, M.Si 57 Laki-Laki PNS Irban S2

26 55 Laki-Laki PNS Irban 2 S1

27

Muhammad

Ismail 53 Laki-Laki PNS Irban 3 S1


(2)

30

Des Januarto

Nainggolan 46 Laki-Laki PNS Kasubag BULAP S1

31 31 Laki-Laki PNS Kasubag Perencanaan S1

32 55 Laki-Laki PNS Sekretaris S1

33 49 Perempuan PNS Kasubag Keuangan S1

34 38 Laki-Laki PNS Kasubag Program S1

35 48 Laki-Laki PNS

Kabid Pendataan dan

Penetapan S1

36 44 Laki-Laki PNS Kasubbid S2

37 Lies S, MT. 48 Perempuan PNS Kabid S2

38 49 Perempuan PNS Kasubbid Konservasi S2

39

Endang Rina

Ayunda 53 Perempuan PNS Kasubbid AMDAL S1

40 49 Laki-Laki PNS Kasubag Keuangan S1

41 36 Laki-Laki PNS Kasubbid Verifikasi S1

42 45 Laki-Laki PNS

Kasubbid Sistem

Informasi S1

43 57 Laki-Laki PNS Kasubag Akuntansi S1

44 55 Laki-Laki PNS Kasubag Umum S1

45 57 Perempuan PNS Kabid Anggaran S1

46 53 Perempuan PNS

Kabid Akuntansi

Pelaporan S1


(3)

LAMPIRAN 5 UJI ANALISIS REGRESI BERGANDA

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 AKSESIBILITAS

, PENYAJIANb . Enter

a. Dependent Variable: TRANSPARANSI b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .466a .217 .182 1.46361

a. Predictors: (Constant), AKSESIBILITAS, PENYAJIAN b. Dependent Variable: TRANSPARANSI

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 26.171 2 13.086 6.109 .005b

Residual 94.255 44 2.142

Total 120.426 46

a. Dependent Variable: TRANSPARANSI

b. Predictors: (Constant), AKSESIBILITAS, PENYAJIAN

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance

1 (Constant) 11.775 2.621 4.493 .000

PENYAJIAN .139 .082 .235 1.697 .097 .928

AKSESIBILITAS .266 .078 .470 3.399 .001 .928

Coefficientsa

Model Collinearity

Statistics

Fraction Missing Info. Relative Increase Variance Relative Efficiency VIF

1 (Constant)

PENYAJIAN 1.077

AKSESIBILITAS 1.077

a. Dependent Variable: TRANSPARANSI

Coefficient Correlationsa

Model AKSESIBILITAS PENYAJIAN

1 Correlations AKSESIBILITAS 1.000 .268

PENYAJIAN .268 1.000

Covariances AKSESIBILITAS .006 .002

PENYAJIAN .002 .007


(4)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) PENYAJIAN AKSESIBILITAS

1 1 2.934 1.000 .00 .00 .01

2 .062 6.881 .01 .03 .80

3 .004 27.927 .99 .97 .19

a. Dependent Variable: TRANSPARANSI

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 16.7351 19.7963 18.2340 .75428 47 Std. Predicted Value -1.987 2.071 .000 1.000 47 Standard Error of Predicted Value .216 .587 .355 .104 47 Adjusted Predicted Value 16.5377 20.1803 18.2361 .77385 47

Residual -4.29361 1.98884 .00000 1.43144 47

Std. Residual -2.934 1.359 .000 .978 47

Stud. Residual -3.056 1.429 -.001 1.013 47

Deleted Residual -4.65817 2.19892 -.00206 1.53812 47 Stud. Deleted Residual -3.403 1.446 -.014 1.054 47

Mahal. Distance .027 6.430 1.957 1.712 47

Cook's Distance .000 .264 .025 .049 47

Centered Leverage Value .001 .140 .043 .037 47

a. Dependent Variable: TRANSPARANSI


(5)

NPar Test s

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual

N 47

Normal Parametersa,b Mean

0E-7 Std. Deviation 1.43143668 Most Extreme Differences Absolute .104

Positive .087

Negative -.104

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .690


(6)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.050 1.556 .675 .503

PENYAJIAN -.015 .049 -.048 -.315 .754


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

0 8 1

Determinan Aksesibilitas dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

0 4 10

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN.

2 5 14

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN.

3 8 14

PENDAHULUAN PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN.

0 4 8

PENUTUP PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KLATEN.

0 3 34

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 0 11

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 3 15