Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1 Arum Sulastri, 2013 Kontribusi Kompensasi Dan Motivasi Mengajar Terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Tamijajar,Tulang Bawang Barat,Lampung Studi Analitik Terhadap Guru Sertifikasi Dan Non Sertifikasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah merupakan institusi yang sangat berkaitan dengan upaya sadar pembentukan pribadi seseorang yang diharapkan selaras dengan tuntunan budaya manusia yang semakin tinggi. Peran sekolah sangat kompleks, bukan saja masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Sekolah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan dengan proses peningkatan segala aspek yang ada di dalam sekolah. Untuk mencapai pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas, suatu lembaga pendidikan sebagai suatu sistem, dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti program kegiatan pembelajaran, peserta didik, sarana- prasarana pembelajaran, pembiayaan, lingkungan masyarakat, kepemimpinan kepala sekolah, guru dan faktor-faktor lainnya Rohiat, 2008: 19. Proses peningkatan mutu pendidikan dan sumber daya manusia disekolah memerlukan guru baik secara individu maupun kolaboratif untuk melakukan kinerja mengajar yang mengubah suatu kondisi agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas, untuk itu guru memegang peranan utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Adapun dalam UU No 14 Pasal 1 ayat 1 tahun 2005 menyebutkan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dengan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Menjadi guru merupakan profesi yang penuh dengan tantangan, yang sering kali guru berhadapan dengan tuntutan kualitas profesi, amanah dari stakeholders, masyarakat, pemerintah atas keberhasilan pembelajaran akademis siswa dan menuntut kemampuan guru untuk menguasai empat kompetensi sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dengan melakukan reformasi setahap demi setahap. Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin 2012: 15 strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah sudah mencakup delapan point yaitu 1 peningkatan kualifikasi; 2 sertifikasi; 3 peningkatan kompetensi; 4 pengembangan karir; 5 penghargaan dan perlindungan; 6 perencanaan kebutuhan akan guru; 7 tunjangan guru; 8 maslahat tambahan. Adapun menurut Udin Syaefudin Sa’ud 2010:77 pengembangan profesionalisme guru harus menjadi perhatian global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru yang berdampak pada meningkatkan kesejahteraan guru yaitu pemerintah telah melaksanakan program sertifikasi guru. Program sertifikasi ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka implementasi dari Undang-Undang Guru dan Dosen UUGD dan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007. Berdasarkan hukum Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional yang harus memenuhi sejumlah pernyataan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Adapun sertifikasi guru diartikan sebagai pemberian sertifikat yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikasi pendidik ini diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi dan telah lulus uji sertifikasi pendidik. Sertifikasi guru ini merupakan salah satu tanggung jawab yang dilakukan oleh pemerintah sebagai apresiasi jalan untuk menjadikan guru profesional dalam peningkatan mutu pembelajaran yang diimbangi dengan kesejahteraan guru dalam bentuk pemberian tunjangan kompensasi sehingga kinerja guru dapat meningkat. Menurut Mulyasa 2008: 34 sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang yang dipilihnya, dengan demikian dengan adanya sertifikasi guru diharapkan kinerja guru lebih berkualitas dan berdampak pada kesejahteraan guru yang berupa tunjangan profesi yang memadai kompensasi. Menurut Kusumah 2012: 56 mengemukakan bahwa: Sertifikasi guru jelas menggembirakan, dia datang bagaikan sinar yang menyinari para guru, tetapi sertifikasi guru juga menyedihkan karena kesuciannya banyak dikotori oleh oknum-oknum guru yang tak berakhlaqul karimah, sehingga mencederai sertifikasi itu sendiri, padahal tujuan sertifikasi itu bagus, selain mensejahterakan para guru juga membantu guru menjadi profesional. Menjadi guru yang sudah tersertifikasi harus memiliki kemampuan kreatif, kinerja mengajar yang baik didalam melaksanakan tugasnya sehari- hari sebagai pengajar maupun pendidik, mampu berinovatif dan motivasi tinggi sehingga dapat tercermin sebagai guru profesional yang menggambarkan kemampuan guru dalam proses pengajaran yang dilihat dari kinerjanya yang baik. Kinerja merupakan masalah yang komplek dalam organisasi sekolah, salah satu tantangan yang dihadapi instansi sekolah dalam mengelola seluruh guru-guru sertifikasi dan non-sertifikasi yaitu mendorong semangat kerja seluruh guru walaupun dalam predikatnya berbeda, sehingga mampu mencapai kinerja yang optimal yang berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, seperti halnya yang diungkapkan Prabu Mangkunegara 2010: 67 kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja mengajar guru merupakan salah satu faktor penentu dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam pendidikan, sehingga kinerja perlu di upayakan untuk selalu ditingkatkan. Namun hal ini tidaklah mudah dilakukan, sebab banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam Prabu Mangkunegara, 2010: 13 bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi pencapaina kinerja adalah kemampuan ability dan motivasi motivation. Menurut Usman 2010: 250 menyebutkan bahwa motivasi seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya uang. Adapun menurut Griffin 2004: 38 bahwa motivasi adalah penting karena sangat menentukan kinerja dan karena sifatnya tidak terwujud. Maka dari itu kinerja mengajar guru merupakan salah satu faktor dominan yang berpengaruh terhadap kompensasi dan motivasi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Wether dan Davis dalam Wibowo, 2007: 158 bahwa kompensasi merupakan apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi, dan didalam kompensasi terdapat sistem intensif yang menghubungkan kompensasi dengan kinerja. Senada dengan hal tersebut Rowley 2012: 281 mengemukakan bahwa uang memang pada kenyataannya berpengaruh untuk memotivasi kerja dan system imbalan yang dirancang dengan baik akan memotivasi para pekerja ke arah tingkat kinerja yang diinginkan oleh organisasi. Adapun senada yang diungkapkan oleh Cahyani 2005: 77 kompensasi merupakan faktor penting untuk mempertahankan karyawan pegawai, sebab suka tidak suka dan disadari atau tidak uang merupakan faktor penting dalam kehidupan yang dapat meningkatkan motivasi walaupun sulit untuk bisa memuaskan manusia. Selain kompensasi yang dibutuhkan dalam kinerja mengajar guru adanya motivasi sangat diperlukan, dimana motivasi yang rendah akan mengahasilkan guru yang kinerja mengajarnya rendah, sedangkan motivasi yang tinggi akan membuat guru berusaha bekerja menjadi lebih baik dan menghasilkan kinerja mengajar guru yang berkualitas. Dalam melaksanakan tugas pembelajaran, permasalahan akan muncul bukan saja pada guru yang belum tersertifikasi yang menginginkan predikat profesional akan tetapi pada guru yang sudah tersertifikasi. Guru akan menghadapi suatu problema yang berasal dari dalam maupun luar kepentingan guru seperti halnya guru yang tersertifikasi dituntut berkewajiban harus lebih mampu bekerja secara profesional, memiliki kemampuan kompetensi, motivasi mengajar yang lebih, sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja mengajar yang dikelolanya dan diembannya sebagai predikat profesional sehingga tidak ada pemberitaan yang negatif. Menurut Wahyudi Media Indonesia, 17112012 mengemukakan bahwa sertifikasi yang dilaksanaan saat ini gagal dan hanya menghabiskan dana anggaran. Adapun Fatwa Kompas. Com, 1632012 juga mengemukakan uji kompetensi yang diadakan pemerintah belum menunjukkan kinerja mengajar guru yang profesional dan guru yang sudah tersertifikasi malah mempunyai motivasi yang kurang dalam mengajar. Adapun menurut Rose 2012: 181 menyatakan ‘’Any discussion of the relationship of teacher pay to learning outcomes must begin by acknowleadging that there is a problem to be solved and teachers must be at the centre of solving it ’’. Artinya setiap diskusi tentang hubungan gaji guru kompensasi dengan hasil belajar harus dimulai dengan mengakui bahwa ada masalah yang harus dipecahkan dan guru harus berada dipusat pemecahan masalah tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut maka bisa dikatakan bahwa kompensasi memberikan pengaruh terhadap peningkatan dan penurunan kinerja mengajar guru dan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Adapun fenomena yang terjadi dilapangan hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa kinerja mengajar para guru itu relatif, ada guru yang sudah sertifikasi kinerjanya meningkat dan adapula yang kinerjanya sama saja tidak ada perubahan yang signifikan, selain itu ada pula guru yang belum sertifikasi tetapi kinerjanya memang sudah bagus karena adanya berbagai pengalaman atau sebaliknya. Adapula sebagian guru yang sudah tersertifikasi malah mempunyai motivasi yang kurang, jarang membuat program pengajaran dan evaluasi, serta keengganan menyelesaikan pekerjaan dalam membuat silabus dan menganalisis pembelajaran yang cocok untuk diajarkan pada siswa, karena berfikir yang penting sudah sertifikasi jadi mengajar hanya sebagai rutinitas bukan tanggung jawab, sehingga mempunyai kualifikasi kinerja mengajar yang sama dengan guru yang belum tersertifikasi padahal seharusnya yang terjadi guru yang sudah tersertifikasi harus lebih mampu mengembangkan kompetensinya dan memenuhi jam pelajaran sebanyak 24 jam kinerja mengajarnya serta lebih mampu berinovasi serta kurangnya fasilitas pembelajaran alat bantu dalam kegiatan mengajar. Sebagaimana diketahui dari data yang diperoleh bahwa jumlah guru yang sudah tersertifikasi hingga akhir tahun 2011 khusus Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Jumlah Guru yang Sudah Tersertifikasi. TK SD SMP SMA SMK Pengawas Total 4 631 218 120 41 35 1049 Tabel 1.2. Rata-Rata Hasil Uji Kompetensi Guru. SD SMP SMA SMK 40 38,42 49 Sumber: Dinas Pendidikan Tulang Bawang Barat TBB 2012. Tabel 1.3. Rata-Rata Hasil Ujian Nasional UN di Kecamatan Tumijajar. No. Tahun Rata-rata Hasil UN 1. 2010 22,5 2. 2011 23,5 3. 2012 23,5 Sumber: Dinas Pendidikan Tulang Bawang Barat TBB, 2012 Selain itu pada surat kabar internet Lampung Post. Co, Rabu 06 1212 menurut Ara Guru yang menanggapi belum adanya peningkatan kinerja yang signifikan dari guru-guru penerima tunjangan sertifikasi, menyebutkan bahwa ‘’Pada dasarnya banyak guru yang masih belum memiliki kompetensi ideal, sekarang banyak guru yang sudah S2, sekaligus sudah tersertifikasi, tapi performa mengajar dan kinerjanya masih sama seperti saat belum menerima tunjangan ’’. Adapun Lampung Post dalam Issu. Com 171112 mengemukakan tenaga mengajar tidak menerapkan system pengajaran yang ideal didalam kelas dan program sertifikasi guru dinilai tidak mampu meningkatkan kualitas guru. Sedangkan dari pemberitaan hasil nilai Ujian Nasional UN dari tahun 2010 hingga 2012, dinyatakan bahwa UN SD khususnya daerah Lampung kurang memuaskan. Menurut Bujang Rahman Radar Lampung. Com, 29012012 mengatakan: Hingga kini banyak publik menyangsikan hasil UN, karena di lapangan tidak disiapkan secara simultan. Ia pun menyarankan agar persiapan di lapangan dalam pelaksanaan UN bagi siswa SD benar- benar matang. Jangan sampai terulang adanya apresiasi tidak baik dari publik terhadap hasil UN hanya karena kesiapan di lapangan tidak matang. Adapun hasil penelitian tentang kinerja guru diungkapkan oleh Yensi 2010 dalam penelitiannya mempunyai pengaruh yang signifikan kompensasi dan motivasi terhadap kinerja sebesar R 2 = 45,6. Dan beberapa hasil penelitian tentang kinerja guru sertifikasi yaitu diungkapkan oleh Ramli dalam penelitiannya 2012: 32 dikatakan bahwa Seseorang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik secara otomatis akan menerima tunjangan yang terkait dengan sertifikat tersebut. Dengan demikian terjadi suatu penambahan income atas seseorang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Dengan adanya sertifikat pendidik yang melekat pada seorang guru, dapat disimpulkan bahwa guru tersebut telah memiliki beberapa kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman guru yang belum mendapatkan sertifikat pendidik. Dan dengan kompetensi dan profesionalisme yang dimiliki diharapkan juga mampu meningkatkan kinerja di sekolah. Adapun menurut Wardana dalam penelitiannya tentang guru sertifikasi 2013: 99 mengungkapkan : Fakta kinerja mengajar guru yang sertifikasi belum menunjukkan kinerja yang baik, ada pula guru yang mengalami penurunan kinerja setelah mereka mendapatkan sertifikasi. Peningkatan kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan, motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru yang belum mengikuti sertifikasi dengan harapan segera dapat disertifikasi, demikian temuan sementara dari hasil survey yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru. Dan mempunyai korelasi sebesar r = 0,636 antara motivasi dan kinerja guru sertifikasi. Fenomena tersebut menunjukkan tingkat kompetensi para guru masih rendah dan mengandung arti bahwa pengelolaan proses belajar mengajar, pengembangan diri guru, motivasi dan kinerja mengajar masih perlu ditingkatkan mutunya, pembinaan, dan pengawasan terhadap guru harus dilakukan secara kontiniu dan peningkatan tunjangan sertifikasi yang diberikan pemerintah masih belum mampu meningkatkan kinerja yang dimiliki guru. Faktor kompensasi yang diberikan sebagai balas jasa dan motivasi perlu diperhatikan dalam penseleksiannya apabila ingin meningkatkan kinerja mengajar guru.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah.