PENGARUH SERTIFIKASI PROFESI GURU TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI SE-SURAKARTA

KERJA DAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI SE-SURAKARTA SKRIPSI HESTI MURWATI K 7406090 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Hesti Murwati. K7406090. PENGARUH SERTIFIKASI PROFESI GURU

TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA GURU DI SMK

NEGERI SE-SURAKARTA. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Desember 2012

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri Se- Surakarta. (2) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru di SMK Negeri Se-Surakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasinya adalah guru-guru di SMK Negeri Surakarta yang telah lulus sertifikasi profesi guru kuota tahun 2008. Sampel diambil dengan cara simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner dengan skala likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1)terdapat pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap motivasi kerja, hal ini ditunjukkan oleh t hitung > t tabel sebesar 10,664>1,664. (2) terdapat pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap kinerja, hal ini ditunjukkan oleh t hitung>t tabel yaitu 8,226>1,991.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sertifikasi profesi guru berpengaruh terhadap motivasi kerja dan kinerja guru di SMK Negeri Se-Surakarta.

Kata kunci: sertifikasi profesi guru, motivasi kerja, kinerja.

Hesti Murwati.

K7406090.THE

INFLUENCE

OF TEACHER

PROFESSIONAL CERTIFICATION TO WORK MOTIVATION AND

TEACHER’S PERFORMANCE AT SMK NEGERI SURAKARTA. Thesis. Surakarta. The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret

University. December 2012. The purpose of this research was: (1) to determine whether there is a

professional certification of teachers to influence the work motivation across the SMK Negeri Surakarta. (2) to determine whether there is a professional certification of teachers influence the teacher’s performance across the SMK Negeri Surakarta.

The method used in this research was descriptive quantitative method. The population was teachers at SMK Negeri Surakarta who have passed teaching profession in 2008. Samples were taken by simple random sampling. The number of samples in this study was 80. The data collection technique used was questionnaire technique with likert scale. Data analysis technique used was simple regression analysis and hypothesis testing using t-test.

The result of this research were: (1) there was the influence of teacher professional certification to work motivation, it was indicated by t count bigger than t table (10.664>1.664). (2) there wasthe influence of teacher professional certificationto teacher’s performance, it wasindicated by t count bigger than t table ( 8.226>1.991).

From the result it can be conclude that teacher professional certification influence work motivation and performance of teachers atSMK Negeri Surakarta.

keyword: teacher professional certification, work motivation, performance.

Denganmenyebutnama Allah Yang MahaPengasihlagiMahaPenyayang. Segalapujibagi Allah Tuhansemestaalam. MahaPemurahlagiMahaPenyayang. Yang menguasaiharipembalasan. HanyakepadaEngkaulah kami menyembah danhanyakepadaEngkaulah kami mohonpertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Engkauanugerahkannikmatkepadamereka, bukanmereka yang dimurkaidanbukanmereka yang sesat. (Terjemahan Q.S Al Fatehah 1-7)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Ibu dan Ayahku tercinta, atas doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak kenal lelah.

Mbak Cilik, Bayu, dan Inza, atas doa dan dukungannya.

Mbah Putri, Pak Jo, Bu Mar, Pak Sigit, dan Bu Sum, atas doa dan dukungannya.

Sahabat-sahabatku tercinta: Fatma, Risma, Laras, Uul, Nida, Iit, dan Mbak Dwi, atas canda tawa dan kebersamaannya.

Teman- teman PTN Angkatan 2006.

Almamater.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Rabb semesta alam, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang Maha memberikan rahmat dan baarokah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas ijin penulisan skipsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas ijin penulisan skipsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Dra. Sri Wahyuni, M.M selaku Ketua Program Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas disetujuinya penulisan skripsi ini dan sekaligus sebagai Pembimbing Utama, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Mintasih Indriayu, M.Pd selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Dra. Kristiani, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama di bangku perkuliahan.

7. Dosen Prodi Ekonomi BKK PTN yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.

8. Teman-teman PTN angkatan 2006 atas segala dukungan dan persahabatan yang telah kita lalui bersama.

membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

1. Uji Prasyarat Analisis .....……………………............. 38

a. Normalitas ......……………………..................... 38

b. Linearitas .....……………………........................ 39

c. Heterokesdastisitas .....……………………......... 39

2. Uji Koefisien Determinan (R 2 ) .....…………………. 39

3. Uji Hipotesis (Uji t) .....……………………..............

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ……………………………………………

B. Pengujian Persyaratan Analisis ………………………….. 42

C. Pengujian Hipotesis ……………………………………...

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ………………………...

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ……………………………………………………… 52

B. Implikasi ……………………………………………………… 52

C. Saran ………………………………………………………….. 53

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 54 LAMPIRAN …………………………………………………………….. 55

Halaman Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

31

Tabel 4.1 Diskripsi Data Sertifikasi Guru, Motivasi Kerja, dan Kinerja

41 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas variabel sertifikasi dan Motivasi Kerja

42 Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas Variabel Sertifikasi dan Motivasi Kerja

43 Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokesdastisitas Variabel Sertifikasi dan Motivasi Kerja

43 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Variabel Sertifikasi dan Kinerja

45 Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas Variabel Sertifikasi dan Kinerja

45

Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokesdastisitas Variabel Sertifikasi dan Kinerja 46

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel X terhadap Y 1 47 Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Detrminan Variabel X terhadap Y 1 48 Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel X terhadap Y 2 48 Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Detrminan Variabel X terhadap Y 2 49

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

28

Halaman Lampiran 1. Definisi Operasional Variabel

55 Lampiran 2. Kisi-kisi Angket

56 Lampiran 3. Surat Pengantar Kuesioner

57 Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

58 Lampiran 5. Tabulasi Data Try Out

63 Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket

68 Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

74 Lampiran 8. Tabulasi Data Penelitian

78 Lampiran 9. Data Induk Penelitian

83 Lampiran 10. Analisis Diskripsi Data

86 Lampiran 11. Analisis Regresi

87 Lampiran 12. Tabel t

92

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa tidak dapat lepas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Baik buruknya kualitas sumber daya manusia yang ada menjadi tolok ukur majunya perkembangan suatu bangsa. Adapun sarana yang dapat mempengaruhi baik tidaknya kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh baik tidaknya sistem pendidikan yang ada, hal ini tentunya memerlukan upaya secara terus menerus dari pemerintah baik daerah maupun pusat untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negaranya.

Sesuai dengan Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Pasal 4 tentang tujuan pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memperhatikan komponen pendidikan khususnya sumber daya manusia yang mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru memiliki peran penting dalam pendidikan, bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai, dengan kata lain guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan.

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional. Guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Strata Satu (S1) Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional. Guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Strata Satu (S1)

Namun pada kenyataannya, menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya kualitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kompetensi dan kualifikasi guru sebagai tenaga kependidikan.

Menurut Balitbang Depdiknas tahun 2002-2003, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD, baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%, guru SMP negeri 54,12% swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29% swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91% swasta 58,26% (Sumber: blog.umy.ac.id).

Berdasarkan catatan Human Development Index (HDI), fakta lain menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar seperti kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dari data statistik HDI terdapat 60% guru SD, 40% SLTP, SMA 43%, SMK 34% dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing- masing. Selain itu, 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya (http://www.geocities.ws/guruvalah/mutu_guru.html).

Sebagai gambaran rinci keadaan kualifikasi minimal guru di Indonesia adalah sebagai berikut: guru TK yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal sebesar 119.470 (78,1%) dengan sebagian besar berijazah SLTA. Di tingkat SD, guru yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal sebesar 391.507 (34%) yang meliputi sebanyak 378.740 orang berijazah SMA dan sebanyak 12.767 orang berijazah D1. Di tingkat SMP, jumlah guru yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal sebanyak 317.112 (71,2%) yang terdiri atas 130.753 orang berijazah D1 dan 82.788 orang berijazah D2. Begitu juga guru tingkat SMA, terdapat 87.133 (46,6%) guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal, yakni sebanyak 164 orang berijazah D1, 15.589 orang berijazah D2, dan 71.380 orang berijazah D3 (www.geocities.ws/endang.komara).

Dirjen Pendidikan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), yang menyatakan bahwa hingga tahun 2009, baru sebanyak 347.300 guru yang memenuhi kompetensi sehingga layak disebut sebagai guru yang profesional. Secara keseluruhan, baru sekitar 13,32% guru dari jumlah total guru di semua jenjang (2.607.311) yang dinyatakan kompeten atau profesional (Kompas.com, 11 Juni 2011).

Gambaran kinerja guru dapat dicermati dari hasil sertifikasi guru yang telah dilakukan dalam dua periode yaitu tahun 2006 dan 2007. Departemen Pendidikan Nasional (2008b) menginformasikan bahwa sampai dengan September 2008 terdapat 181.444 guru yang lulus sertifikasi guru. Angka kelulusan untuk tahun 2006 sebesar 49,08% (9.815 dari 20.000 guru) sedangkan untuk tahun 2007 sebesar 41,17% (74.289 dari 180.450 guru). Berdasarkan angka tersebut tampak bahwa kinerja guru termasuk guru SMK dinilai dari aspek portofolio masih tergolong rendah (Jawa Pos, 23 Juli 2011)

Apabila kinerja guru dikaitkan dengan beban mengajar minimal 24 jam sesuai yang diamanatkan Pasal 35 ayat 2 Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terlihat guru sangat sulit untuk memenuhinya, terutama guru-guru sekolah swasta di sekolah kecil yang umumnya mengajar 12-18 jam per hari. Dalam kaitannya dengan sertifikasi guru, guru terpaksa mengajar dua bidang studi atau mengajar di sekolah lain untuk dapat memenuhi ketentuan jam mengajar sebanyak 24 jam (Kompas.com, 13 Juli 2011). Keadaan tersebut berdampak pada kurang optimalnya kinerja guru.

Berbagai upaya peningkatan kualitas guru telah dilakukan. Seperti peningkatan kemampuan/ penguasaan tentang berbagai macam strategi ataupun metode pembelajaran melalui berbagai kegiatan (workshop, diklat, dsb), dan salah satu upaya peningkatan kualitas guru adalah melalui program sertifikasi guru. Namun program sertifikasi guru tersebut yang sejatinya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, guru yang telah lolos sertifikasi ternyata tidak menunjukkan kompetensi yang Berbagai upaya peningkatan kualitas guru telah dilakukan. Seperti peningkatan kemampuan/ penguasaan tentang berbagai macam strategi ataupun metode pembelajaran melalui berbagai kegiatan (workshop, diklat, dsb), dan salah satu upaya peningkatan kualitas guru adalah melalui program sertifikasi guru. Namun program sertifikasi guru tersebut yang sejatinya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, guru yang telah lolos sertifikasi ternyata tidak menunjukkan kompetensi yang

Dari uraian latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH SERTIFIKASI PROFESI

GURU TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI SE-SURAKARTA”.

B. Perumusan Masalah

Supaya masalah dalam suatu penelitian dapat terjawab dengan baik, maka masalah harus dirumuskan dengan baik dan jelas. Masalah yang peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh sertifikasi profesi terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri Se-Surakarta berdasarkan persepsi guru?

2. Apakah terdapat pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru di SMK Negeri Se-Surakarta berdasarkan persepsi guru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri Se-Surakarta berdasarkan persepsi guru.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru di SMK Negeri Se-Surakarta Surakarta berdasarkan persepsi guru.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan peneliti terutama yang berhubungan dengan ilmu kependidikan.

b. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi untuk mengetahui pengaruh sertifikasi profesi guru terhadap motivasi kerja dan kinerja guru, sehingga dapat meningkatkan tingkat motivasi dalam diri guru dan kinerja guru sebagai tenaga kependidikan.

c. Bagi lembaga pendidikan Sebagai koleksi pustaka yang dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis.

d. Bagi Lembaga Pelaksana Sertifikasi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi lembaga penyelenggara sertifikasi untuk dapat mengevaluasi terlaksananya sertifikasi profesi guru yang lebih baik.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Sertifikasi Guru

a. Pengertian Sertifikasi Guru

Menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen seperti yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007:33), “Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen”. Sedangkan menurut Martinis Yamin (2006:3) “Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional”.

Menurut E.Mulyasa (2007:34) “Sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sedangkan menurut Kunandar (2009:79) "Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi".

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar sebagai bukti atau pengakuan atas kemampuan profesionalnya sebagai tenaga pendidik.

b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Sertifikasi profesi guru ini mempunyai banyak sekali tujuan yang hendak dicapai. Suyanto (2009), mengungkapkan bahwa tujuan utama sertifikasi guru adalah:

1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

4) Meningkatkan profesionalisme guru. Wibowo (2004), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-

hal sebagai berikut:

a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

b. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Suyanto (2009), mengungkapkan manfaat sertifikasi guru adalah sebagai berikut:

a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.

c. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.

c. Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Menurut Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, dasar hukum sertifikasi profesi guru adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem

b) Pasal 43 ayat (2), Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen:

a) Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Pasal 11 ayat (1), Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat (2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah, ayat (3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel, ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam jabatan.

d. Mekanisme Pelaksanaan Sertifikasi Guru

Menurut Bedjo Sujanto (2009: 23),”Mekanisme sertifikasi guru dilakukan melalui dua jalur yaitu melalui jalur penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan melalui pendidikan profesi bagi calon guru”.

1) Penilaian Portofolio Bagi Guru dalam Jabatan.

menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.

Menurut Kunandar (2009: 23),”Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya atau prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu”. Jadi portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap dokumen yang mencerminkan rekam jejak profesionalisme guru selama mengajar. Bedjo Sujanto (2009: 24-25) mengemukakan bahwa dokumen penilaian portofolio mencakup :

a) Kualifikasi mengajar. Yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru

mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar S1, S2, atau S3 maupun non- gelar (D4 atau Post Graduate diploma), baik di dalam maupun luar negrei. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma.

b) Pendidikan dan pelatihan. Yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan

dalam rangka pengembangan atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.

c) Pengalaman mengajar. Yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik

pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.

d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan ini memuat mengenai perumusan tujuan kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa dokumen perencanaan pembelajaran (RPP) yang yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan ini memuat mengenai perumusan tujuan kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa dokumen perencanaan pembelajaran (RPP) yang

e) Penilaian dari atasan dan pengawas. Yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadiana dan sosial

yang meliputi aspek-aspek: ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi, kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kerjasama.

f) Prestasi akademik. Yaitu prestasi yang pernah dicapai oleh guru, utamanya yang berkaitan

dengan keahliannya yang mendapat penghargaan dari lembaga atau pihak penyelenggara.

Komponen ini meliputi juara lomba karya akademik (juara lomba atau penemuan monumental dalam bidang pendidikan maupun non-pendidikan) dan pembimbingan teman sejawat atau siswa misalnya menjadi instruktur, guru inti atau pembimbing.

Bukti fisik yang dapat dilampirkan dari subkompeten ini dapat berupa surat penghargaan, surat keterangan, atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga atau panitia penyelenggara.

g) Karya pengembangan profesi. Yaitu suatu karya yang dihasilkan oleh guru sebagai upaya dalam

rangka pegembangan profesi. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten, provinsi atau nasional, artikel yang dimuat dalam media jurnal nasional maupun internasional, menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN, laporan penelitian tindakan kelas, dan karya seni.

Bukti fisik yang dapat dilampirkan dalam subkompetensi ini dapat berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.

h) Keikutsertaan dalam forum ilmiah. Yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang

tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang dapat dilampirkan berupa makalah dan sertifikat atau piagam bagi narasumber, dan sertifikat atau piagam dari peserta.

i) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial.

kependidikan dan sosial. Pengurus di bidang pendidikan antara lain sebagai pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, pembina ekstrakulikuler. Pengurus di bidang sosial antara lain ketua RT, Ketua RW, ketua LMD.

Bukti fisik yang dapat dilampirkan dalam sunkompeten ini dapat berupa surat keterangan dari pihak yang berwenang.

j) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Yaitu penghargaan yang diperoleh guru menunjukkan dedikasi yang

baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi), kualitatif ( komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang atau rumpun bidang). Bukti fisik yang dapat dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.

Masnur Muslich (2007), mengemukakan beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam sertifikasi guru yaitu:

a) Guru peserta sertifikasi menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada

Panduan Penyusunan Perangkat Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.

b) Dokumen portofolio yang telah disusun diserahkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada pihak LPTK induk untuk dinilai oleh asesor di rayon tersebut.

c) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi bila mencapai skor minimal

kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik.

d) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor minimum kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta dengan alternatif sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio.

2) Mengikuti pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau DPG) yang diakhiri dengan ujian.

3) Materi DPG mencakup empat kompetensi, yakni kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

e) Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memerhatikan e) Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memerhatikan

f) Untuk menjamin standardisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu

mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).

2) Pendidikan Profesi bagi Calon Guru. Suyatno (2007), mengemukakan bahwa Pendidikan dan pelatihan profesi

guru (Diklat Profesi Guru/DPG) adalah Program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki otoritas untuk melaksanakan sertifikasi guru bagi peserta sertifikasi yang belum lulus penilaian portofolio.

Menurut Suyatno (2007: 15-17),” Pelaksanaan dan pelatihan profesi guru diakhiri dengan ujian yang mencakup empat kompetensi antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional”.

Suyatno (2007), menjabarkan empat kompetensi tersebut sebagai berikut:

a) Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran dan peserta didik.

(1) Memahami peserta didik secara mendalam, memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

(2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran,

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan strategi yang dipilih. (3) Melaksanakan pembelajaran, memiliki indikator esensial: menata latar

(setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. (4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, memiliki indikator

esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

(5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik dan nonakademik.

b) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

(1) Kepribadian yang mantap dan stabil, memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

(2) Kepribadian yang dewasa, memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

(3) Kepribadian yang arif, memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan (3) Kepribadian yang arif, memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan

(5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.

(1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

(2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

(3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

d) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut.

(1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi (1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi

menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi.

2. Tinjauan Tentang Motivasi Kerja

a. Pengertian Motif dan Motivasi Kerja

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari motif. Menurut Moh. As’ad (1995: 45) “Motif adalah yang melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Winkel (1996: 151) dalam Hamzah B.Uno (2007: 3) “Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu”. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Gerungan dalam Hamzah B.Uno (2007), membedakan motif menjadi 3 macam, yaitu: 1)

Motif biogenetis, yaitu motif-

motif yang berasal dari kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya.

2) Motif Sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada.

3) Motif Teologis, dalam motif ini manusia adalah makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhannya.

Menurut Malone dalam Hamzah B.Uno (2007), membedakan motif berdasarkan sumber yang menimbulkannya, yaitu: Menurut Malone dalam Hamzah B.Uno (2007), membedakan motif berdasarkan sumber yang menimbulkannya, yaitu:

mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Gray (1984: 69) dalam J.Winardi (2004: 2) “Motivasi merupakan hasil sejumlah proses bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persisteni dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang dalam melaksanakan hal-hal tertentu baik berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Alice Tjandralila Rahardja (2004: 6), “Motivasi kerja guru adalah faktor-faktor yang mendorong seorang guru untuk melakukan pekerjaannya, secara lebih bersemangat sehingga akan memperoleh prestasi yang lebih baik”.

b. Unsur-Unsur Pengerak Motivasi

Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsang yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang bersangkutan.

Sugir (1985) dalam Siswanto (2002) mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi sebagai berikut:

1) Kinerja (Achievement), seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai

suatu kebutuhan atau needs dapat mendorongnya mencapai sasaran.

2) Penghargaan (Recognition) Penghargaan, pengakuan atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai

seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas kinerja

3) Tantangan (Challenge) Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia

untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin.

4) Tanggung jawab (Responsibility), adanya rasa memiliki atau sense of belonging akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab.

5) Pengembangan (Development) Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari segi pengalaman kerja atau

kesempatan untuk maju dapat menjadi perangsang yang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat dan bergairah.

6) Keterlibatan (Involment) Adanya rasa keterlibatan (involment) bukan saja menciptakan rasa memiliki

atau (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab atau (sense of responbility) tetapi juga menimbulkan rasa mawas diri untuk bekerja lebih baik.

7) Kesempatan (Opportunity) Bekerja tanpa ada harapan atau kesempatan untuk meraih kemajuan atau

perbaikan nasib tidak akan menimbulkan perangsang untuk berkinerja atau bekerja produktif.

c. Teori Tentang Motivasi

1) Teori Kebutuhan Maslow Abraham Maslow dalam Rois Arifin (2003:63) menyatakan bahwa “Manusia mempunyai pelbagai keperluan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap kepentingan”. Lima kebutuhan hierarki menurut Maslow dapat dijelaskan 1) Teori Kebutuhan Maslow Abraham Maslow dalam Rois Arifin (2003:63) menyatakan bahwa “Manusia mempunyai pelbagai keperluan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap kepentingan”. Lima kebutuhan hierarki menurut Maslow dapat dijelaskan

b) Kebutuhan rasa aman (safety needs) yaitu kebutuhan akan terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi.

c) Kebutuhan akan sosialisasi (social needs or affiliation) yaitu sebagai makhluk

sosial, manusia membutuhkan pergaulan dengan sesamanya dan sebagai bagian dari kelompok.

d) Kebutuhan penghargaan (esteem needs) yaitu kebutuhan merasa dirinya

berharga dan dihargai oleh orang lain.

e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) yaitu kebutuhan untuk

mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang dicita-citakan.

2) Teori Y dari Mc Gregor Douglas Mc Gregor dalam Sudarwan Danim (2008) mengembangkan teori modern tentang motivasi yang disebut dengan Teori Y, dengan asumsi bahwa motivasi manusia akan terdorong jika dia diberi tanggung jawab dan dihadapkan pada tantangan.

Menurut teori ini, manusia modern bekerja semata-mata bukan karena rasa takut, terancam, diarahkan, atau sebatas ingin memperoleh imbalan saja. Ada beberapa alasan manusia bekerja, yaitu:

a) Adanya kebutuhan dan tuntutan untuk hidup layak.

b) Tugas pokok dan fungsinya menuntut ia bekerja

c) Dorongan untuk berpartisipasi.

d) Rasa ingin mencapai tujuan secara cepat.

e) Suasana atau iklim lingkungan kerja yang sehat.

f) Terpenuhinya kebutuhan pribadi, seperti rasa ingin tumbuh dan berkembang.

3) Teori Kebutuhan Berprestasi dari McClelland Teori kebutuhan untuk mencapai prestasi dari McClelland ini dinyatakan sebagai “McClelland’s Need For Achievement Theory”. Teori ini menyatakan 3) Teori Kebutuhan Berprestasi dari McClelland Teori kebutuhan untuk mencapai prestasi dari McClelland ini dinyatakan sebagai “McClelland’s Need For Achievement Theory”. Teori ini menyatakan

Henry Muray dalam J.Winardi (2004: 81) merumuskan:

“Kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau menggorganisasi objek-objek fisikal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”

Dari teori mengenai kebutuhan berprestasi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa motivasi berprestasi seseorang adalah dorongan seseorang untuk berprestasi dengan melakukan tindakan dan mengatasi segala tantangan serta hambatan untuk mencapai tujuan tertentu.

d. Alat-alat Motivasi.

Malayu S.Hasibuan (2005), mengemukakan alat-alat motivasi sebagai berikut:

1) Materiil insentif. Yaitu motivasi yang diberikan itu berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar, dengan kata lain insentif tersebut memberikan nilai ekonomis. Contoh : uang, kendaraan, rumah.

2) Non Materiil Insentif. Yaitu alat motivasi yang diberikan itu berupa barang/ benda yang tidak ternilai, jadi hanya memberikan kebanggaan atau kepuasan rohani saja. Contoh: medali, piagam, bintang jasa.

3) Kombinasi Materiil dan Nonmateriil insentif. Yaitu alat motivasi yang diberikan itu berupa materiil (uang dan barang) dan nonmaterial (medali/piagam), jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan/ kebanggan rohani.

e. Pengaruh Sertifikasi Guru terhadap Motivasi kerja Guru e. Pengaruh Sertifikasi Guru terhadap Motivasi kerja Guru

Salah satu alat motivasi yang dapat digunakan untuk memotivasi seseorang adalah alat motivasi yang berupa materiil (uang dan barang) dan nonmaterial (medali/piagam). (Hasibuan, 2005). Dengan demikian, dengan adanya pemberian sertifikat profesi disertai tunjangan profesi bagi guru yang telah lulus program sertifikasi guru, maka akan meningkatkan motivasi kerja pada diri guru tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa program sertifikasi profesi guru yang diadakan oleh pemerintah akan mempengaruhi motivasi kerja guru.

3. Tinjauan Tentang Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Menurut Mangkunegara (2000 :67) “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan”. Sedangkan Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005,”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan pengajar yang didasarkan pada kecakapan dan kemampuannya dalam rangka pembinaan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kinerja.

Mangkunegara (2000), mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah:

1) Kemampuan (ability) Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya penetapan pegawai sesuai dengan bidang dan keahliannya. Dengan penempatan guru sesuai keahliannya akan dapat membantu dalam efektivitas pembelajaran.

2) Motivasi (motivation) Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang secara terarah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab yang berat. Dalam diri seorang guru harus tumbuh kesadaran untuk menjalankan tugasnya sebaik- baiknya. Dalam menjalankan tugasnya guru harus bersungguh-sungguh, bertanggung jawab dan ikhlas sehingga siswa dapat menerima apa yang diberikan oleh guru. Jika hal ini tercapai maka guru akan memiliki tingkat kinerja yang tinggi.

Yamin dalam Risma&Sukanti (2012), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain adalah:

1. Faktor personal atau indvidual, meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh 1. Faktor personal atau indvidual, meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh

3. Faktor tim, meliputi dukungan dan semnagat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim,

4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah),

5. Faktor kontekstual (situasional). Meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal (sertifikasi guru) dan internal (motivasi kerja guru).

c. Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru. Pendidikan dan pelatihan profesi guru diakhiri dengan ujian yang mencakup empat kemampuan atau kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, dimana keempat kompetensi tersebut merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh guru.

Dengan mengikuti diklat sertifikasi, maka guru akan banyak mendapatkan ilmu baru guna meningkatkan kemampuan atau kompetensinya tersebut. Dan pada gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan diterapkan di sekolah atau di kelas. Dengan adanya sertifikasi, diharapkan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran akan meningkat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar minimal, maka kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran dapat meningkat. Kualitas pembelajaran yang meningkat akan bermuara akhir pada terjadinya peningkatan prestasi hasil belajar siswa.

d. Standar Kompetensi Guru d. Standar Kompetensi Guru

Tujuan dan manfaat standar kompetensi guru pada intinya adalah untuk menjamin bahwa guru mempunyai penguasaan tingkat kompetensi minimal, sehingga guru dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien, serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran sebaik mungkin sesuai dengan bidang tugasnya.

Sudarwan Danim (2008), mengemukakan bahwa Standar Kompetensi Guru mempunyai beberapa komponen kompetensi, yaitu: 1)

Kompetensi pengelolaan pembelajaran, meliputi:

a) menyusun rencana pembelajaran,

b) melaksanakan pembelajaran,

c) menilai prestasi peserta didik,

d) melaksanakan tindak lanjut atas hasil penilaian prestasi belajar peserta didik. 2)

Kompetensi wawasan kependidikan, meliputi:

a) memahami landasan kependidikan,

b) memahami kebijakan kependidikan,

c) memahami tingkat perkembangan siswa,

d) memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajarannya,

e) menerapkan kerja sama dalam pekerjaan, dan

f) memanfaatkan kemajuan iptek dalam pendidikan. 3)

Kompetensi akademik/ vokasional:

a) penguasaan keilmuan, dan

b) keterampilan sesuai dengan mata pelajaran. 4)

Kompetensi

pengembangan profesi,

berupa kemampuan mengembangkan profesi dalam bentuk:

a) penelitian, a) penelitian,

e) penulisan karya fiksi,

f) pembuatan alat peraga pembelajaran yang inovatif, dan lain-lain.

e. Kompetensi Kinerja Guru

Menurut Udin Syefudin Sa’ud (2009: 49),”Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan

perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.