KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING BERBANTU POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELAS VIII SMP SWASTA HKBP SIDORAME MEDAN T.P. 2013/2014.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching 13 Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan 33 Tabel 3.1 Two Group Pretest-Postest Design 36 Tabel 3.2 Indikator Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 38 Tabel 3.3 Kriteria dan Persentasi Nilai 39 Tabel 3.4 Kategori dan Persentase Nilai Afektif 39 Tabel 3.5. Kategori dan Persentase Nilai Psikomotorik 40 Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar pada Materi Pokok Cahaya 40 Tabel 4.1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 46 Tabel 4.2. Hasil Postes Kelas Ekaperimen dan Kelas Kontrol 47 Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48 Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49 Tabel 4.5. Ringkasan Uji Kesamaan Rata-rata Pada Pretes 49 Tabel 4.6. Ringkasan Uji Hipotesis Pada Postes 50 Tabel 4.7. Penilaian Aktifitas Kelas Eksperimen 51 Tabel 4.8. Nilai Pretes, Nilai Aktivitas Belajar dan Nilai Postes Siswa 51 Tabel 4.9. Keterangan Kriteria Rekapitulasi Pretes, Aktifitas dan Postes Kelas Eksperimen 55 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Pensil yang dicelupkan ke dalam air 20 Gambar 2.2. Pemantulan teratur 21 Gambar 2.3. Pemantulan baur 21 Gambar 2.4. Pemantulan cahaya 21 Gambar 2.5. Pembentukan bayangan pada cermin datar 22 Gambar 2. 6. Cermin cekung 23 Gambar 2.7. Sifat cermin cekung 24 Gambar 2.8. Berkas sinar istimewa sejajar sumbu utama 24 Gambar 2.9. Berkas sinar datang melalui titik focus 24 Gambar 2.10.Berkas sinar datang melalui titik pusat kelengkungan 24 Gambar 2.11.Berkas sinar datang dari sembarang arah 25 Gambar 2.12. Benda di ruang I 25 Gambar 2.13. Benda di titik F 25 Gambar 2.14. Benda di ruang II 25 Gambar 2.15. Benda di titik P 25 Gambar 2.16. Benda di ruang III 25 Gambar 2. 17.Cermin cembung 26 Gambar 2.18. Sifat Cermin cembung 26 Gambar 2.19. Berkas sinar sejajar sumbu utama 27 Gambar 2.20. Berkas sinar menuju titik fokus 27 Gambar 2.21. Berkas sinar menuju titik pusat kelengkungan 27 Gambar 2.21. Berkas sinar dengan arah sembarangan 27 Gambar 2.22. Sifat bayangan cermin cembung 27 Gambar2. 23. Pembiasan berkas sinar dari udara ke air 29 Gambar 2.24. Berkas sinar pada pembiasan 30 Gambar 2. 25. Pembiasan pada kaca planparalel 30 Gambar 2. 26. Pembiasan pada prisma 31 Gambar 4.1. Diagram Batang data pretes kelas eksperimen dan kontrol 47 Gambar 4.2. Diagram Batang data postest kelas eksperimen dan kontrol 48 Gambar 4.3. Rata-rata persentase aktifitas belajar siswa di kelas Eksperimen 51 Gambar 4.4. Rekapitulasi Pretest, Aktifitas dan Postest Siswa di Kelas Eksperimen 52 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 59 Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa 111 Lampiran 3 Tes Hasil 115 Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal 117 Lampiran 5 Lembar Aktifitas Belajar Siswa 124 Lampiran 6 Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen 130 Lampiran 7 Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol 113 Lampiran 8 Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen 132 Lampiran 9 Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol 133 Lampiran 10 Perhitungan Rata-rata, Varians dan Standar Deviasai 134 Lampiran 11 Uji Normalitas 137 Lampiran 12 Uji Homogenitas 141 Lampiran 13 Uji Hipotesis 143 Lampiran 14 Tabel Harga Kritik dan r Product Moment 147 Lampiran 15 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 148 Lampiran 16 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 149 Lampiran 17 Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 150 Lampiran 18 Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 152 Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian 153 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikan di negara tersebut. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara maka pembangunan di negara tersebut semakin maju. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, karena merupakan wahana untuk menciptakan sumber daya manusia SDM yang berkualitas yang mampu bersaing dan tidak kalah bersaing perkembangan jaman. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari adanya kemajuan di bidang pendidikan yang pada akhirnya berdampak besar terhadap pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Bidang ilmu pengetahuan alam IPA memberi kontribusi besar bagi perkembangan IPTEK dengan banyaknya temuan-temuan baru di bidang sains dan teknologi. Oleh karena itu, IPA ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang penting karena salah satu syarat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. IPA yang diajarkan di tingkat pendidikan menengah termasuk SMP di mana merupakan mata pelajaran yang bersubtansikan tentang cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hakekat IPA pada dasarnya yaitu sebagai produk “a body of knowledge”, sikap “a way of thinking”, dan keterampilan “a way of investigating”. IPA sebagai produk, yang di dalamnya terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Penemuan pengalaman tersebut 2 diperoleh melalui kegiatan penyelidikan yang kreatif yang kemudian dikumpulkan lalu disusun secara sistematis menjadi kumpulan sebuah pengetahuan yang disebut produk body knowledge. Selanjutnya, IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan yang sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Dalam hakekat IPA sebagai proses maka diperlukan aspek keterampilan. Pemahaman atas hakekat tersebut diharapkan menjadi latar belakang dan modal yang cukup berarti bagi guru untuk memahami pembelajaran IPA sehingga mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran IPA yang berkualitas baik. Seorang guru yang memahami hakikat IPA pada dasarnya tentu akan mampu menciptakan suasana belajar yang berkualitas baik, bukan hanya beracuan tentang bagaimana seorang guru mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa. Tetapi, tentang bagaimana seorang guru tersebut mampu melibatkan siswa untuk aktif ambil bagian dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Hal ini, sejalan dengan paradigma baru yang menuntut guru untuk menggunakan pembelajaran yang memacu siswa untuk menemukan dan mengkontruksi pengalaman belajarnya. Siswa tidak akan menemukan pengalamannya belajar jika, IPA hanya disampaikan dengan bahasa verbal hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkret, agar pesan yang ingin disampaikan benar-benar mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai Sanjaya, 2011:122. Penyampaian pesan pembelajaran tidak terlepas dari keberadaan media pembelajaran. Media dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai bahasanya guru agar pesan pembelajaran dapat sampai langsung kepada siswa. Pelajaran IPA yang jika hanya menggunakan bahasa verbal akan semakin abstrak sangat memerlukan keberadaan media sebagai penyalur informasi guru kepada siswa agar pesan yang ingin disampaikan benar-benar mencapai sasaran dan 3 pengalaman belajar siswa menjadi lebih konkret. Hasil penelitian secara nyata memperlihatkan bahwa, penggunaan alat bantu pelajaran sangat membantu proses aktivitas siswa di dalam kelas, terutama peningkatan hasil belajar siswa. Kenyataannya pada sekarang ini, masih banyak upaya yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam upaya peningkatan prestasi siswa, terutama dalam bidang IPA. Hal ini didukung dengan hasil yang dipeoleh dengan sebaran angket yang dilakukan di SMP Swasta HKBP Sidorame Medan, di kelas VIII diperoleh data dari 30 siswa, 70 siswa mengatakan IPA itu sulit karena guru menjelaskan selalu dengan rumus, 53,33 mengatakan cara mengajar guru membosankan karena lebih sering menggunakan metode ceramah di kelas, 50 mengatakan guru jarang menggunakan media pembelajaran yang mendukung, 33,33 mengatakan guru jarang melakukan demonstrasi dan praktikum, 43,33 mengatakan guru jarang membentuk kelompok belajar seperti diskusi dan 10 siswa yang memperoleh hasil belajar dengan grade yang sangat baik. Berdasarkan hasil wawancara kepada salah seorang guru fisika di SMP Swasta HKBP Sidorame Medan, diperoleh nillai ujian yang diperoleh siswa dari tahun ke tahun selalu paling rendah dari mata pelajaran IPA lainnya. Hasil belajar IPA siswa kelas VIII T.A 20112012 untuk materi cahaya diperoleh rata-rata nilai siswa 52, hasil belajar IPA siswa kelas VIII T.A.20122013 54, sedangkan kriteria ketuntasan minimal KKM yang ditentukan di sekolah tersebut untuk mata pelajaran IPA adalah 60, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa tidak mencapai kriteria yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, tidak terlepas dari kegiatan belajar di kelas yang dilakukan oleh guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yang hanya di dominasi oleh guru teacher centered yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu. Pembelajaran konvensional yang disampaikan guru berupa metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pada hal seiring dengan berkembangnya kurikulum, paradigma pembelajaran pun ikut berubah. Salah satunya dengan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa student centered. Satu diantaranya yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi yang langsung dilakukan oleh siswa sehingga