PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA MATERI CAHAYA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DI PADA MATERI CAHAYA

SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013

Oleh

Mitha Pratiwi Mahardika Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI)

PADA MATERI CAHAYA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR T.P. 2012/2013

Oleh

Mitha Pratiwi Mahardika

Mata pelajaran fisika dikalangan siswa dianggap salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang

maksimal. Berbagai inovasi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk model pembelajaran telah banyak membantu guru menyajikan materi fisika dengan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Beragamnya model pembelajaran memaksa guru lebih selektif memilih model yang tepat sesuai materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Penelitian ini

membandingkan hasil belajar dua model pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI dan untuk mengetahui model manakah yang rata-rata hasil belajarnya lebih tinggi. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Natar pada semester genap T.P. 2012/2013 sedangkan sampel

penelitiannya yaitu siswa kelas VIII E sebagai kelas eksperimen 1 dan VIII F sebagai kelas eksperimen 2 yang dipilih dengan metode purposive sampling.


(3)

Mitha Pratiwi Mahardika Desain penelitian menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar kognitif menggunakan skor gain ternormalisasi, sedangkan data hasil belajar afektif dan psikomotor menggukan persentase perolehan nilai. Pada pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test. Berdasarkan hasil uji Independent Sample T Test diperoleh bahwa nilai t hitung pada hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor berturut-turut yaitu 3.35, 4.26, dan 9.47 lebih besar dari t tabel yaitu 2.04, artinya ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI. Secara keseluruhan, rata-rata hasil belajar siswa pada kelas Exclusive lebih tinggi dibandingkan dengan kelas DI sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajan dengan model pembelajaran Exclusive lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran dengan model DI.

Kata kunci : Model pembelajaran Exclusive, model Direct Instruction (DI), dan hasil belajar


(4)

(5)

(6)

(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran Exclusive ... 5

2. Model Direct Instruction (DI) ... 9

3. Hasil Belajar ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis Tindakan ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 23


(8)

xiv

C. DesainPenelitian... 23

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Analisis Instrumen ... 25

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 56

2. Silabus ... 59

3. RPP ... 65

4. Kisi-kisi Instrumen ... 74

5. Lembar Penilaian Afektif ... 88

6. Lembar Penilaian Psikomotor ... 90

7. Kunci Jawaban ... 91

8. LKK Pemantulan ... 92

9. LKK Pembiasan ... 96

10.Soal Latihan DI ... 100


(9)

xv

12.Soal Instrumen ... 121

13.Pretest ... 126

14.Posttest... 128

15.Daftar Nilai Hasil Belajar ... 130

16.Normalitas ... 132

17.Independent Sample T Test ... 135

18.Daftar Nilai Uji Instrumen ... 138


(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Natar dengan cara wawancara pada salah satu guru mata pelajaran fisika kelas VIII diperoleh bahwa pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati siswa dan rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VIII masih rendah. Fakta ini menunjukan bahwa adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Minat belajar fisika siswa yang rendah membuat hasil belajar siswa rendah. Kondisi ini

menuntut guru harus kreatif mengondisikan kegiatan pembelajaran yang kondusif dan efektif agar siswa termotivasi belajar.

Hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, seorang guru harus mampu mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan baik. Agar KBM dapat terorganisir dengan baik, sebelum KBM

berlangsung guru harus membuat perencanaan matang, tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan Model Pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan acuan yang digunakan guru dalam menyusun KBM. Model pembelajaran tersusun atas sintaks-sintaks atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks yang


(11)

2 berbeda-beda yang menjadi ciri khas dari model itu sendiri. Setiap model

pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya tidak ada model pembelajaran yang lebih unggul secara mutlak dengan model pembelajaran

lainnya. Sebuah model pembelajaran bisa jadi lebih efektif digunakan pada materi, situasi dan kondisi tertentu dibandingkan model pembelajaran lain, namun bisa jadi sebaliknya jika tidak cocok dengan materi, situasi dan kondisi yang lain. Guru harus menyesuaikan penggunaan model pembelajaran dengan konsep atau materi yang akan diajarkan kepada siswanya. Pemilihan model yang tepat akan menghasilkan hasil belajar yang optimal. Pemilihan model pembelajaran ini dilihat dari ciri khas model pembelajaran dan ciri khas materi pelajaran.

Model pembelajaran Exclusive merupakan model yang dikembangkan berbasis konstruktivisme dengan pendekatan Student Centered Learning, dimana siswa yang menjadi pusat pembelajaran, siswa dituntut aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Nama Exclusive merupakan akronim dari sintaks model ini, yaitu Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, And Evaluating.

Model Pembelajaran yang biasa digunakan guru disekolah yaitu model Direct Instruction (DI) yang menggunakan pendekatan Teacher Centered Learning. Model DI ini tersusun atas 5 fase belajar yaitu fase orientasi, fase presentasi atau demonstrasi, fase latihan terstruktur, fase latihan terbimbing dan fase latihan mandiri. Pembelajaran yang bertahap dan disertai latihan-latihan terbimbing serta pengajaran yang tidak membutuhkan media pembelajaran yang rumit membuat model ini disukai para guru.


(12)

3 Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian eksperimen untuk mengetahui model mana yang lebih efektif digunakan untuk menyampaikan materi cahaya di sekolah dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Model

Pembelajaran Exclusive dengan Model Direct Instruction (DI) pada Materi Cahaya Siswa SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI?

2. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar fisika siswa, antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

2. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa model pembelajaran Exclusive atau model DI.


(13)

4 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Guru

Dapat dijadikan referensi dalam memvariasikan penyajian materi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Siswa

Dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan merubah pola pikir siswa

terhadap mata pelajaran fisika serta mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

(1) Model Pembelajaran Exclusive dengan sintaks pembelajarannya antara lain, (a) Exploring, (b) Clustering, (c) Simulating, (d) Valuing, (e) Evaluating; (2) Model Direct Instruction (DI) dengan sintaks pembelajarannya antara lain,

(a) orientasi, (b) presentasi/ demonstrasi, (c) latihan terstruktur, (d) latihan terbimbing, dan (e) latihan mandiri;

(3) Hasil belajar siswa (ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor); (4) Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Natar tahun ajaran

2012/2013;

(5) Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Cahaya dengan sub pokok Pemantulan dan Pembiasan Cahaya.


(14)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran Exclusive

Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah kegiatan yang sistematis sehingga KBM terorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran, pendapat ini didukung oleh Sagala (2005: 175) yang

mengemukakan bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorgaisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai acuan dalam merancang kegiatan pembelajaran untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Telah banyak dikembangkan model pembelajaran guna membantu Guru dalam menyajikan pembelajaran yang terstruktur, sistematis, dan menarik, salah satunya yaitu model pembelajaran Exclusive (Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, and Evaluating).


(15)

6 Abdurrahman, dkk. (2012: 217) memaparkan bahwa model pembelajaran Exclusive dikembangkan berdasarkan kerangka model Sudiarta (Sudiarta, 2005) yaitu model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik yang meliputi:

1) Rasional teoritik; landasan berfikir bagaimana hakikat peserta didik dapat belajar dengan baik,

2) sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru,

3) prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap siswa, maupun sumber-sumber belajar,

4) sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam komunitas belajar,

5) sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung,

6) dampak pembelajaran; bagaimana hasil dan dampak pembelajaran yang diharapkan baik dampak instruksional (instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturant effect), diharapkan menjadi salah satu solusi bagi peningkatan pemahaman sains anak-anak Indonesia.

Model pembelajaran Exclusive berguna dalam mengkaji fakta atau fenomena yang ada di lingkungan sekitar dan terkait dengan pengalaman nyata siswa sehari-hari (Abdurrahman, dkk., 2012: 218). Model ini dikembangkan berbasis teori konstruktivisme, yaitu salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstrusi (bentukan) kita


(16)

7 sendiri. Model pembelajaran Exclusive juga dikembangkan berdasarkan teori metakognisi yang menitik beratkan pada pengetahuan kesadaran dan kendali atas proses. Model Exclusive memiliki sintaks utama yaitu Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, and Evaluating, sintaks pembelajaran ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Fase 1: Exploring

Setelah apersepsi dan memotivasi singkat mengenai tema yang akan

dipelajari, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan informasi rinci mengenai tema yang dipelajari. Setiap kelompok bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap anggotanya telah menguasai informasi.

Fase 2: Clustering

Setelah masing-masing kelompok mendapat informasi yang cukup bayak dalam waktu yang telah ditentukan, guru dan siswa mencari kesamaan-kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama untuk dibuat cluster-cluster informasi. Kemudian, dari cluster-cluster informasi yang terbentuk, dibentuk lagi kelompok-kelompok yang akan secara spesifik mendalami cluster informasi yang bersangkutan. Setelah cluster informasi terbentuk, guru dan siswa berdiskusi untuk mengkonfirmasi clustered data sebelum dilakukan simulasi. Misal, clustered data/ informasi tersebut dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang disimulasikan.


(17)

8 Fase 3: Simulating

Pada tahap ini siswa diajak untuk melakukan simulasi agar dapat memahami konsep dengan pengalaman secara langsung.

Fase 4: Valuing

Pada tahap ini melalui diskusi dan simulasi siswa diajak untuk memahami manfaat/ aplikasi konsep yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

Fase 5: Evaluating

Tahap yang terakhir adalah mengevaluasi jalannya keseluruhan proses pembelajaran sehingga memperoleh sejumlah rumusan

rekomendasi-rekomendasi perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini jika dari hasil evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, tahap exploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus.


(18)

9 Model pembelajaran Exclusive menuntut siswa terlibat aktif, saling tukar pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi bersama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada model ini guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator saja dan yang berperan aktif adalah siswa, dengan kata lain pembelajaran ini berpusat pada siswa.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dari model pembelajaran Exclusive, seperti yang dijelaskan Abdurrahman, dkk. (2012: 221) yaitu dampak instruksional yang diperoleh siswa adalah memiliki kemampuan dalam mengkonstruksi pengatahuan, kemampuan pemecahan masalah, dan penguasaan materi pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik serta dampak pengiring yang diperoleh siswa adalah nilai-nilai positif dalam membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.

Dampak yang diperoleh siswa setelah diterapkan pembelajaran Exclusive di kelas tidak hanya dapat merubah dan meningkatkan kemampuan siswa dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor saja namun juga perubahan lainnya berupa bertambahnya nilai-nilai positif siswa dan sikap kritis dalam belajar, hal ini tentu merupakan tujuan dari belajar yang diharapkan baik siswa maupun guru.

2. Model Direct Instruction (DI)

Model Direct Instruction (DI) menurut Setiawan (2010: 8) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari


(19)

10 keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajar selangkah demi langkah. Model DI ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi langkah. Ciri-ciri model DI menurut Trianto (2007: 29-30) yaitu:

1.Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian belajar.

2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

3.System pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Menurut Joyce & Weil (2000: 24) Model DI memiliki sintaks yang terdiri dari lima fase yaitu fase orientasi, fase presentasi atau demonstrasi, fase latihan terstruktur, fase latihan terbimbing dan fase latihan mandiri yang membutuhkan peran berbeda dari pengajar, kelima fase tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Fase 1: Orientasi

Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau membacakannya. Guru berusaha menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok bahasan yang dipelajari.


(20)

11 Fase 2: Presentasi atau demonstrasi

Guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil, pemberian contoh-contoh konsep, pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran.

Fase 3: Latihan terstruktur

Setelah presentasi dan demonstrasi siswa diberikan latihan-latihan awal mengenai materi ajar yang terkait dengan materi yang telah dipresentasikan dan didemonstrasikan secara bertahap. Pada fase ini, siswa juga dapat diikut sertakan dalam proses demonstrasi, sehingga semua siswa dapat

menggunakan dengan baik. Jika diperlukan, guru dapat menjelaskan kembali hal-hal yang dianggap sulit atau belum dipahami siswa.

Fase 4: Latihan terbimbing

Siswa diberikan latihan-latihan yang harus dikerjakan. Pada latihan ini, siswa melakukan latihan, guru memonitoring dan memberikan arahan serta koreksi jika diperlukan. Pada fase ini, kegiatan yang tidak kalah penting mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak memberikan manfaat pada pembelajaran.

Fase 5: Latihan mandiri


(21)

12 Model ini juga memiliki dampak intruksional dan dampak pengiring. Dampak instrusional yaitu dapat meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa, membangun minat dan menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berpikir cepat. Dampak pengiringnya yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kreativitas siswa, dan melalui kesuksesan serta respon balik positif dapat memperkaya penghargaan diri siswa.

Model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi guru sebelum menggunakan sebuah model dalam merancang kegiatan belajar. Berikut ini adalah keunggulan dan kelemahan dari model DI (Sudrajat, 2011: 1).

Keunggulan model DI, yaitu:

1. Guru dapat mengendalikan isi dan urutan materi pelajaran sehingga dapat mempertahankan fokus tujuan yang ingin dicapai.

2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas kecil ataupun kelas besar. 3. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang terstruktur.

4. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.


(22)

13 6. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar

(misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.

7. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.

8. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).

9. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau

keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.

10.Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.

11.Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Kelemahan model DI, yaitu:

1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.


(23)

14 2. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan

awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

3. Siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

4. Guru yang menjadi pusat kegiatan belajar, kesuksesan strategi

pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.

5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi

karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.

6. Sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.

7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang


(24)

15 8. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa

akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.

9. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.

10.Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai

pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.

11.Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

3. Hasil Belajar

Kegiatan belajar yang dilakukan siswa bertujuan untuk memperoleh suatu hasil tertentu yang biasa kita sebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar merupakan suatu indikator berhasil atau tidaknya kegiatan belajar yang dilakukan. Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2006: 121) yang mengatakan bahwa:

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.


(25)

16 Sardiman juga menerangkan tentang pengertian belajar dalam pandangan teori konstruktivisme, yaitu:

Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.

Teori kontruktivisme menerangkan lima prinsip atau ciri dalam belajar (Suparno, 1997 dalam Sardiman, 2007: 38), yaitu:

a) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.

b) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.

d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Teori ini menjelaskan kepada guru bahwa siswa dalam belajar memiliki pengetahuan awal yang harus dibangun dan dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga dalam menyusun perencanaan

pembelajaran harus didasari pada prinsip ini.

Definisi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya.


(26)

17 Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya,

berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya (Hamalik, 2008: 154).

Belajar dan pembelajaran sebagai suatu proses mengandung triangulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu: (1) Tujuan pembelajaran, (2) Kegiatan pembelajaran, (3) Hasil belajar. Sudjana (2009: 2) menggambarkan

Triangulasi tersebut dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 2.2 Diagram Triangulasi

Garis (a) menunjukan hubungan anatara tujuan pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Garis (b) menunjukan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan hasil belajar. Merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan kegiatan pembelajaran dalam mencapai hasil belajar yang optimal.


(27)

18 Garis (c) menunjukan hubungan antara tujuan pembelajaran dengan hasil belajar, merupakan kegiatan penilaian yaitu suatu tidakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dapat dicapai atau dikuasai siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkan siswa setelah kegiatan pembelajaran.

Sudjana menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2009: 22).

Bloom (1956) (dalam Sardiman, 2007: 23-24) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Sedangkan tingkatan-tingkatan dari ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

(a) pengetahuan atau ingatan (Knowledge), (b) pemahaman (Comprehension),

(c) analisis (Analysis), (d) sintesis (Syntesis),

(e) evaluasi (Evaluation), dan (f) aplikasi (Application).

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yakni: (a) penerimaan (Receiving),

(b) jawaban atau reaksi (Responding), (c) penilaian (Valuing),

(d) organisasi (Organization) dan (e) karakteristik nilai (Characterization).

3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu:

(a) Initiatory level, (b) Pre-routine level, (c) Rountinized level.


(28)

19 Sardiman juga menjelaskan target jangkauan mengenai pencapaian level sebagaimana diajarkan di tiap-tiap ranah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, tidak harus mencapai level tertinggi.

Hasil belajar dikatakan betul-betul baik jika memenuhi dua prinsip atau ciri (Sardiman, 2007: 49-50) sebagai berikut:

a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil belajar itu tidak efektif.

b) Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.

Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat memengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Exclusive (X1) dan model DI (X2), variabel terikatnya adalah

hasil belajar model pembelajaran Exclusive (Y1) dan hasil belajar model DI

(Y2). Dalam penelitian ini diukur hasil belajar berupa pretest dan posttest

kedua kelas eksperimen. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui Perbedaan rata-rata hasil kedua kelas eksperimen menggunakan analisis uji Independent Sample T Test.

Penelitian ini berasumsi bahwa model pembelajaran dapat berpengaruh dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran karena model pembelajaran


(29)

20 memiliki langkah-langkah kegiatan belajar yang tersusun secara sistematis sehingga jika guru menerapkan model pembelajaran dalam merencanakan KBM, guru dapat memanfaatkan jam pelajaran yang ada secara optimal dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Indikator ketercapaian tujuan pembelajaran ini tercermin dalam keberhasilan siswa memperoleh hasil belajar di atas KKM.

Sebelum menerapkan model pembelajaran dalam merencanakan KBM, Guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pembelajarannya, karena tidak semua model pembelajaran cocok dengan semua materi pembelajaran. Oleh karena itu sebelum menentukan model yang akan digunakan, Guru sebaiknya mengetahui ciri khas model pembelajaran dan kebutuhan materi pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran sebagai acuan menyusun kegiatan pembelajaran harus dipertimbangkan dengan baik karena setiap model pembelajaran memiliki ciri khas, disesuaikan dengan kebutuhan ketercapaian tujuan pembelajaran pada materi pembelajaran. Indikator ketercapaian tujuan pembelajaran ini terinterprestasi dalam hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dengan menerapkan pretest di awal kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan posttest sebagai hasil dari kegiatan belajar, kemudian dihitung skor N-gain, serta hasil belajar afektif dan psikomotor kedua kelas eksperimen lalu dibandingkan.


(30)

21 Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma penelitian seperti berikut:

Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X1 = Model pembelajaran Exclusive

X2 = Model DI

Y1 = Hasil belajar dengan model pembelajaran Exclusive

Y2 = Hasil belajar dengan model DI

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang akan diuji yaitu: Hipotesis pertama

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI

Hipotesis kedua

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar afektif siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI


(31)

22 Hipotesis ketiga

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar psikomotor siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI


(32)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Natar pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 9 kelas berjumlah 384 siswa.

B. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa

mewakili populasi. Dari 9 kelas populasi diambil dua kelas, yaitu kelas VIII E dan Kelas VIII F. Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil kelas sampel yaitu menggunakan teknik purposive sampling.

C. Disain Penelitian

Disain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Pada disain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat


(33)

24 Menurut Setyosari (2012: 174), disain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan : = nilai pretest = nilai posttest

X1 = penerapan model pembelajaran Exclusive X2 = penerapan model DI

Siswa kelas VIII E diberikan pretest (tes awal) untuk melihat kemampuan awal siswa berupa soal pilihan jamak berjumlah 10 butir soal, kemudian diberikan perlakuan yaitu penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Exclusive. Kemudian pada akhir pembelajaran, siswa diberikan posttest (tes akhir) dalam bentuk soal pilihan jamak berjumlah 10 butir soal. Berdasarkan hasil pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir) tersebut dihitung N-gain untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar. Pada kelas VIII F yang menggunakan model DI juga diberikan soal pretest dan posttest yang kemudian hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok dibandingkan.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran Exclusive (X1) dan Model DI (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

O

1 X1 O2


(34)

25 dengan model pembelajaran Exclusive (Y1) dan hasil belajar dengan model DI

(Y2).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu instrument penilaian kognitif berupa soal pilihan jamak berjumlah 10 soal (pretest-posttest), instrumen penilaian afektif, dan instrumen penilaian psikomotor. Dari hasil tes ini dapat mengetahui tingkat keberahasilan siswa dalam belajar dan perbandingan hasil belajar antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

F. Analisis Instrumen

Instrumen penelitian sebelum digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu agar valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memilki validitas rendah (Setyosari, 2012).

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:


(35)

26

Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas = Skor butir soal

= Skor total = Jumlah sampel

Jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria uji bila Pearson Correlation > r tabel (0.42) maka data tersebut kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya. Maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto


(36)

27 (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Tabel 3.1 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 Kurang reliabel

0,21-0,40 Agak reliabel

0,41-0,60 Cukup reliabel

0,61-0,80 Reliabel

0,81-1,00 Sangat reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.


(37)

28 pre pre post

S

S

S

S

g

max

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari pretest dan posttest untuk pemahaman konsep. Tabel data hasil belajar terlampir dalam lampiran 15.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah sebagai berikut.

Keterangan:

g = N-Gain Spre = Skor pretest

Spost = Skor posttest

Smax = Skor maksimum

Kategori:

Tinggi : 0,7 N-gain  1 Sedang : 0,3  N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3


(38)

29 2. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu: H0 : data tidak terdistribusi secara normal

H1 : data terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,02 maka H0 diterima.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,02 maka H1 diterima.

3. Pengujian Hipotesis

Independent Sample T-Test

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hipotesis yang akan diuji dengan Independent sample t-test yaitu

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara

model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model

pembelajaran Exclusive dengan model DI. Kriteria pengujian:

 H0 diterima jika – t-tabel < t-hitung < t tabel


(39)

30 Berdasarkan probabilitas:

 H0 diterima jika P-value > 0,05


(40)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan dari penelitian dengan judul “Perbandingan hasil belajar model pembelajaran Exclusive dengan model DI pada materi Cahaya siswa SMP Negeri 1 Natar T.P. 2012/2013”, yaitu:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar;

a. kognitif siswa (skor N-gain) model pembelajaran Exclusive dengan Model DI yaitu 0.60 dan 0.44 dengan selisih skor N-gain sebesar 0.16.

b. afektif siswa model pembelajaran Exclusive dengan Model DI. Skor rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas model pembelajaran Exclusive lebih tinggi 4.75 dari siswa kelas model DI.

c. psikomotor siswa model pembelajaran Exclusive dengan Model DI. Skor rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas model pembelajaran Exclusive lebih tinggi 19.45 dari siswa kelas model DI.

2. Rata-rata hasil belajar kelas dengan model pembelajaran Exclusive lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kelas dengan model DI.


(41)

51 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model yang akan digunakan dan disesuaikan dengan konsep materi fisika agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.

2. Model pembelajaran yang baik digunakan untuk pembelajaran materi cahaya sebaiknya model pembelajaran yang menyajikan eksperimen agar siswa dapat memahami konsep secara langsung.

3. Guru harus bekerjasama dengan siswa dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

4. Dalam menerapkan model pembelajaran Exclusive sebaiknya guru memilih simulasi yang menarik.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Wini Tarmini, dan Budi Kadaryanto. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif Untuk Membentuk Karakter Literate dan Awareness Bagi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Rawan Bencana. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNS-Solo

Arends, Richard, I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. Amerika: A. Pearson

Education Company

Oemar, Hamalik . 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Sagala, Syaiful H. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sardiman A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Sari, Suci Wulan. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Tipe Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada SMP Swasta Di Kecamatan Medan Area dalam http://library.unimed.ac.id diakses 10 Juni 2013 Setiawan, Fitrajaya, Mardiyanti. 2010. Penerapan Model Pengajaran Langsung

(Direct Instruction) Untuk Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol 3. No 1. Hal. 7-10.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana Prenada Jakarta: Media Group

Sudiarta, P. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika berorientasi Pemecahan masalah kontekstual Open-Ended. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja


(43)

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya

Sudrajat, Akhmat. “Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)” dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/ diakses 3 Juni 2013

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher


(1)

29 2. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu: H0 : data tidak terdistribusi secara normal

H1 : data terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,02 maka H0 diterima. 2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,02 maka H1 diterima.

3. Pengujian Hipotesis

Independent Sample T-Test

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hipotesis yang akan diuji dengan Independent sample t-test yaitu

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran Exclusive dengan model DI.

Kriteria pengujian:

 H0 diterima jika – t-tabel < t-hitung < t tabel


(2)

30 Berdasarkan probabilitas:

 H0 diterima jika P-value > 0,05


(3)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan dari penelitian dengan judul “Perbandingan hasil belajar model pembelajaran Exclusive dengan model DI pada materi Cahaya siswa SMP Negeri 1 Natar T.P. 2012/2013”, yaitu:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar;

a. kognitif siswa (skor N-gain) model pembelajaran Exclusive dengan Model DI yaitu 0.60 dan 0.44 dengan selisih skor N-gain sebesar 0.16.

b. afektif siswa model pembelajaran Exclusive dengan Model DI. Skor rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas model pembelajaran Exclusive lebih tinggi 4.75 dari siswa kelas model DI.

c. psikomotor siswa model pembelajaran Exclusive dengan Model DI. Skor rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas model pembelajaran Exclusive lebih tinggi 19.45 dari siswa kelas model DI.

2. Rata-rata hasil belajar kelas dengan model pembelajaran Exclusive lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kelas dengan model DI.


(4)

51 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model yang akan digunakan dan disesuaikan dengan konsep materi fisika agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.

2. Model pembelajaran yang baik digunakan untuk pembelajaran materi cahaya sebaiknya model pembelajaran yang menyajikan eksperimen agar siswa dapat memahami konsep secara langsung.

3. Guru harus bekerjasama dengan siswa dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

4. Dalam menerapkan model pembelajaran Exclusive sebaiknya guru memilih simulasi yang menarik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Wini Tarmini, dan Budi Kadaryanto. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif Untuk Membentuk Karakter Literate dan Awareness Bagi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Rawan Bencana. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNS-Solo

Arends, Richard, I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. Amerika: A. Pearson

Education Company

Oemar, Hamalik . 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Sagala, Syaiful H. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sardiman A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Sari, Suci Wulan. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Tipe Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada SMP Swasta Di Kecamatan Medan Area dalam http://library.unimed.ac.id diakses 10 Juni 2013 Setiawan, Fitrajaya, Mardiyanti. 2010. Penerapan Model Pengajaran Langsung

(Direct Instruction) Untuk Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol 3. No 1. Hal. 7-10.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana Prenada Jakarta: Media Group

Sudiarta, P. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika berorientasi Pemecahan masalah kontekstual Open-Ended. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja


(6)

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya

Sudrajat, Akhmat. “Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)” dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/ diakses 3 Juni 2013

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher