Diagnosis Terapi gizi medis Latihan jasmani Insulin

4 Diabetes melitus tipe lain Diabetes mellitus tipe lain dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta maupun kerja insulin, endokrinopati, infeksi, penyakit eksokrin pankreas, penggunaan obat atau zat kimia, penyakit imunologi, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM PERKENI, 2011.

c. Diagnosis

Diabetes mellitus tipe 1 mudah didiagnosa karena pasien biasanya merasakan semua gejala diabetes dan nilai glukosa darah serta urin yang tinggi, sedangkan DM tipe 2 lebih sulit didiagnosa karena pasien seringkali tidak mengalami gejala Setter et al., 2000. Kriteria diabetes bagi semua individu yang tidak hamil menurut American Diabetes Association ADA yaitu sebagai berikut : 1 Mengalami beberapa gejala dan tanda DM poliuria, polidipsia, ketonuria, dan penurunan berat bedan yang tiak diketahui penyebabnya disertai dengan kadar glukosa darah sewaktu GDS ≥200 mgdL 11,0 mmolL. 2 Kadar gula darah puasa GDP ≥126 mgdL 7,0 mmolL. Puasa diartikan sebagai tidak mengkonsumsi kalori sekurang-kurangnya 8 jam sebelum pemeriksaan. 3 Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan cara setelah pemberian glukosa secara oral 75 g glukosa untuk dewasa atau 1,75 gkg untuk anak- anak, kadar glukosa darah vena mencapai ≥200 mgdL pada 2 jam setelahnya dan mencapai 200mgdL pada 1 jam diwaktu yang lain selama pemeriksaan 0,5; 1; 1,5 jam Kroon et al., 2009.

d. Komplikasi

Diabetes dapat menimbulkan komplikasi asidosis dan koma, serta pada jangka panjang dapat menimbulkan komplikasi lain. Komplikasi tersebut mencakup gangguan mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropatik. Gangguan mikrovaskular adalah pembentukan jaringan parut proliferatif di retina retinopati diabetes dan di ginjal nefropati diabetes. Hal ini berpotensi meningkatkan insidensi stroke dan infark miokard. Gangguan 5 neuropatik neuropati diabetes terjadi pada sistem saraf otonom dan perifer. Neuropati disertai dengan insufisiensi sirkulasi aterosklerosis dan penurunan resistensi terhadap infeksi dapat menyebabkan ulkus kronik dan gangren, terutama di kaki Ganong, 2002.

2. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan DM jangka pendek bertujuan untuk menghilangkanmengurangi gejala yang dirasakan penderita, sedangkan jangka panjangnya bertujuan untuk mencegah komplikasi Mansjoer dkk., 2001. Penatalaksanaan DM terdiri dari pertama terapi non farmakologis yang meliputi terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani, dan edukasi terkait penyakit DM yang dilakukan secara kontinyu, kedua terapi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral OHO dan insulin jika terapi non farmakologis yang dilakukan tidak mampu mengontrol kadar glukosa darah gambar 1 Yunir Soebardi, 2007.

a. Terapi gizi medis

Terapi gizi medis dilakukan dengan mengatur pola makan penderita DM berdasarkan status gizi diabetisi dan memodifikasi diet yang didasarkan pada kebutuhan individual Yunir Soebardi, 2007.

b. Latihan jasmani

Latihan jasmani merupakan kunci pengobatan DM, terutama pada DM tipe 2 dikarenakan obesitas dan kurangnya aktivitas yang berkontribusi terhadap pengembangan intoleransi glukosa. Latihan jasmani meningkatkan penggunaan glukosa tubuh, mengurangi level kolesterol, menurunkan tekanan darah, mengurangi kebutuhan dosis insulin atau OHO, meningkatkan sensitivitas insulin, dan memperbaiki psikologi melalui pengurangan stres Kroon et al., 2009.

c. Insulin

Insulin merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa kasus DM tipe 2 Suherman, 2007. Penderita DM tipe 1 selalu diobati dengan insulin karena sel beta pankreasnya inaktif. Keadaan seperti ketoasidosis, gestasional, infeksi, pembedahan, dan gangguan hati atau ginjal juga tidak 6 dapat diatasi dengan OHO, sehingga harus diberikan insulin dengan segera Tjay Rahardja, 2002. Secara klinis, perbedaan penting diantara produk insulin yang beredar berhubungan dengan onset, peak, dan durasi aksi. Saat ini, produk-produk insulin dikategorikan menjadi insulin aksi cepat rapid acting, aksi pendek short acting, aksi sedang intermediate acting, dan aksi panjang long acting Kroon et al., 2009.

d. Obat hipoglikemik oral

Dokumen yang terkait

EVALUASI KETEPATAN PEMILIHAN OBAT DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELLITUS RAWAT JALAN Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Keberhasilan Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarind

0 3 11

DAFTAR PUSTAKA Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Keberhasilan Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarinda.

0 2 6

EVALUASI KETEPATAN PEMILIHAN OBAT DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELLITUS RAWAT JALAN Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Keberhasilan Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarinda

0 2 17

EVALUASI KETEPATAN PEMILIHAN OBAT DAN OUTCOME TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Outcome Terapi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2013.

0 0 11

PENDAHULUAN Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Outcome Terapi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2013.

0 2 8

DAFTAR PUSTAKA Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Outcome Terapi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2013.

0 0 4

EVALUASI KETEPATAN PEMILIHAN OBAT DAN Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Outcome Terapi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2013.

0 4 18

KAJIAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS GERIATRI DI RUMAH KAJIAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS GERIATRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009.

0 2 20

PENDAHULUAN KAJIAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS GERIATRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009.

0 2 21

EVALUASI PEMILIHAN OBAT ANTIDIABETES PADAPENDERITA DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008.

0 2 19