Efektivitas Perubahan Sistem Dan Program STV Bandung Dalam Meningkatkan Produksinya

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (SI) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh,

DINI LAILLA NURBARIDAH NIM. 41808148

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv

Dini Lailla Nurbaridah NIM: 41808148

Skripsi ini di bawah bimbingan: Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas perubahan sistem dan program STV Bandung dalam meningkatkan produksinya. Untuk menjawab masalah diatas, peneliti mengangkat subfokus target, kuantitas, kualitas, dan waktu untuk mengukur fokus penelitian.

Pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah para karyawan STV Bandung (wartawan, kameramen, karyawan umum, HRGA STV, manager programming, produser news). Dan teknik sampling menggunakan purposive sampling sehingga informan penelitian yang terdiri dari 3 orang informan, yaitu wartawan, kameramen, karyawan umum. Informan pendukung atau informan kunci terdiri dari 3 orang, yaitu HRGA STV, manager programming, produser news. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dan pencarian melalui internet. Dan teknik analisa data menggunakan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, evaluasi.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: 1) Target, STV melakukan perubahan sistem yang disusun bertujuan untuk keuntungan perusahaan dan keuntungan bagi khalayak pemirsanya yang dapat menikmati informasi luas tentang budaya di jawa barat melalui televisi. 2) Kuantitas, STV mengalami peningkatan jumlah program acara atau penggabungan dari program acara yang telah ada lalu dikemas dan disajikan dengan konsep yang berbeda. 3) Kualitas, STV menghasilkan program-program yang mendidik dan menarik tanpa menjual unsur drama untuk kepentingan rating. 4) Waktu perubahan sistem dan program STV Bandung dalam meningkatkan produksinya selalu melakukan perubahan kearah yang lebih baik setiap harinya, melalui evaluasi baik program produksi maupun news.

Kesimpulan penelitian adalah: Efektivitas perubahan sistem dan program STV Bandung dalam usaha melakukan pendekatan dengan pemirsa lokal mencoba menggali potensi-potensi yang ada dengan menampilkan ciri khas budaya jawa barat dengan suatu tayangan yang berisi dan berbobot.

Saran penelitian adalah perubahan yang terjadi pada STV Bandung baik dari sistem ataupun pola harus dapat disosialisasikan dengan baik kepada karyawannya, khususnya kepada khalayak yang ingin mengetahui perubahan apa yang terjadi pada STV dengan jelas.


(5)

v

Dini Lailla Nurbaridah

NIM : 41808148

The Final Paper Under Guidance Of:

Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si

The research carried aims to determine how the effectiveness of system changes and STV program Bandung in increasing production. To answer the above problems, researchers raised subfokus target, quantity, quality, and time to measure the focus of research.

The research approach was qualitative. The research method used by descriptive writing. The subjects in this research were employees of STV Bandung (reporters, cameramen, public employees, HRGA STV, programming manager, producer news). And the sampling techniques was using purposive sampling so taken the research informant consisted of three informants, namely journalists, cameramen, public employees. key informant or informants Supporting consisted of three persons, namely HRGA STV, programming manager, producer of news. Data collection techniques in this research carried by using, in-depth interviews, observation, book study, and search through the internet. And data analysis techniques using data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, evaluation.

The results of the study show that: 1) Target, STV system is arranged to make changes aimed at corporate profits and benefits for public audiences can enjoy the extensive information about the western culture through television in Java 2) The quantity, STV has increased the number of programs or the incorporation of existing programs and packaged and presented with a different concept. 3) Quality, STV produces programs that educate and interest without selling elements of drama for the sake of ratings. 4) The time, the changes in systems and programs to increase production STV Bandung always make changes toward better every day, through the evaluation of both programs and news production.

Research conclusions are: The effectiveness of the system and program changes STV Bandung in an attempt to approach with local viewer tried to explore the potential that exists with displays typical western Javanese culture with a display that contains and weight.

Proposed research is the changes that occur in both London STV system or pattern should be well socialized to their employees, especially to the audience who wanted to know what changes occur in the STV clearly.


(6)

vi

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Perubahan Sistem dan Program Stv Bandung Dalam Meningkatkan Produksinya”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis berusaha menyusun penelitian skripsi dengan sebaik mungkin melalui proses bimbingan, motivasi serta bantuan-bantuan dari semua pihak yang terlibat. Implementasi dari mata kuliah Jurnalistik yang ada di Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia ini sangat membantu penulis dalam dalam melaksanakan penelitian sehingga dapat tersusunnya skripsi ini berkat doa dan cintanya Orang tua penulis Bapak Drs. Undang Abdurachman Ridla, S.E., dan Ibu Wiwi Hartiwi, S.Pd.I., yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, memperhatikan dan mendukung baik dalam moril maupun materil.

Selain itu, penulispun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait sampai selesainya penelitian ini, antara lain sebagai berikut:


(7)

1. Yth. Bapak Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan surat permohonan penelitian untuk perusahaan. 2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pengesahan dan member izin mengikuti seminar ususlan penelitian kepada penulis.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

4. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos,, M.Si., selaku Dosen Wali kelas IK-4 dan dosen pemimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis. penulis banyak-banyak terimakasih atas perhatian, kritik dan sarannya kepada penulis selama ini.

5. Yth. Kepada Bapak/ Ibu dosen lingkungan Prodi Ilmu Komunikasi dan Public Relation, Khususnya Kepada Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Bapak Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Bapak Yadi Supriadi, S.Sos., M.phil., Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.Si.,dan seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah


(8)

mengajarkan penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

6. Yth. Mba Astri Ikawati, A.Md, dan Mba Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan kerja praktek yang penulis laksanakan.

7. Yth. Seluruh Staf Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan bekal dan dasar ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Yth. Mba Fadhilah, selaku HRGA dan Legal Manager PT. Pasundan Utama Televisi yang telah membantu penulis dalam menyediakan data perusahaan serta mengkoreksi data perusahaan selama penulis melakukan penelitian, serta telah bersedia menjadi Key Informan bagi penulis.

9. Yth. Kang Nova, selaku Manager Program (Programming) di PT. Pasundan Utama Televisi yang telah bersedia menjadi Key Informan. 10.Yth. Kang Suhendar, selaku Produser News serta Koordinator Lapangan

PT. Pasundan Utama Televisi yang telah bersedia menjadi Key Informan. 11.Yth. Kang Iqwan, Kang Galih, Kang Nandar yang telang bersedia


(9)

12.Yth. Seluruh Staf PT. Pasundan Utama Televisi (STV) Bandung terimakasih atas kerjasama dan kepercayaannya yang diberikan kepada penulis.

13.Keluarga Besar Bapak dan Mama terimakasih atas doa serta dukungannya kepada penulis.

14.Kepada Kakak dan Adik tercinta Annisa Ayudzia Nurfahmi (Icha), M. Rezha Vachlevie (Ressa).

15.Hari Suhariman, S.kom., Serta Keluarganya, terimakasih banyak karena selama ini telah memberikan perhatian, dukungan, semangat, motivasi dan tempat bertukar pikiran bagi penulis.

16.Teman-teman seperjuangan, teman-teman satu bimbingan, terimakasih atas kerjasamanya dan semangatnya. Khususnya, untuk Rina Mariana, Debby, Mila, Dita Gita Listian, Tatang Kartiwa, Erikza,Yudi Iskandar,Aan Mulyadi, dan teman-teman yang lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu penulis ucapkan banyak-banyak teimakasih. 17.Rekan-rekan Ik-4, Rekan-rekan Ik-Jurnalistik 2008 dan seluruh

angkatan 2008 Ilmu Komunikasi tetap semangat.

18.Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Bandung, Juli 2012 Penulis

Dini Lailla Nurbaridah NIM.41808148


(11)

xi

LEMBAR PERSEMBAHAN………...………. i

LEMBAR PENGESAHAN………...………. ii

LEMBAR PERNYATAAN………...………. iii

ABSTRAK………..………...………. iv

ABSTRACT...……….………...………. v

KATA PENGANTAR………...……….. vi

DAFTAR ISI………...………. xi

DAFTAR TABEL………...………. xvi

DAFTAR GAMBAR………...……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN...………...………. xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 13

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian... 15


(12)

xii

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15

1.4.2.1 Kegunaan Untuk Peneliti ... 15

1.4.2.2 Kegunaan Untuk Akademik ... 15

1.4.2.3 Kegunaan untuk Perusahaan ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 17

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 17

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi... 17

2.1.1.2 Unsur-unsur Dasar Komunikasi ... 19

2.1.1.3 Proses Komunikasi ... 19

2.1.1.4 Sifat Komunikasi ... 21

2.1.1.5 Tujuan Komunikasi ... 22

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi ... 24

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi ... 24

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi ... 28

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 29

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 29

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa... 32

2.1.3.3 Fungsi Komunikasi Massa... 33

2.1.3.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Massa ... 37

2.1.3.5 Model Komunikasi Massa ... 39


(13)

xiii

2.1.4 Tinjauan Tentang Efektivitas ... 50

2.1.4.1 Pengertian Efektivitas ... 50

2.1.4.2 Definisi Efektivitas ... 51

2.1.5 Defini Produksi ... 53

2.2 Kerangka Pemikiran ... 56

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 56

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 58

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 60

3.1.1 Sejarah STV Bandung ... 60

3.1.2 Visi dan Misi STV Bandung ... 62

3.1.2.1 Visi STV Bandung ... 62

3.1.2.2 Misi STV Bandung ... 62

3.1.3 Logo STV Bandung ... 63

3.1.3.1 Tagline STV ... 65

3.1.3.2 Budaya STV Bandung... 66

3.1.3.3 Slogan STV Bandung ... 67

3.1.4 Sejarah Departemen News STV Bandung ... 67

3.1.4.1 Pra Produksi News di STV Bandung ... 69

3.1.4.2 Produksi News di STV Bandung ... 71

3.1.4.3 Pasca Produksi News di STV Bandung ... 76


(14)

xiv

3.1.5.1 Struktur Organisasi Divisi Departemen News STV

Bandung ... 79

3.1.5.2 Job Description News STV Bandung ... 79

3.1.6 Sarana dan Prasarana PT. Pasundan Televisi Utama ... 80

3.1.6.1 Sarana STV Bandung ... 80

3.1.6.2 Prasarana STV Bandung ... 81

3.1.7 Program STV Bandung ... 83

3.2 Metode Penelitian... 101

3.2.1 Desain Penelitian ... 101

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 102

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 102

3.2.2.2 Studi Lapangan... 102

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 104

3.2.3.1 Informan Pendukung ... 106

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 107

3.2.5 Uji Keabsahan Data... 108

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 109

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 110

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 110

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Deskriptif Identitas Informan Penelitian dan Informan Pendukung ... 115


(15)

xv

4.1.1 Identitas Informan Penelitian ... 105

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 122

4.2.1 Target Perubahan Sistem Dalam Meningkatkan Produksinya .. 123

4.2.2 Kuantitas Perubahan Sistem Dalam Meningkatkan Produksinya ... 126

4.2.3 Kualtitas Perubahan Sistem Dalam Meningkatkan Produksinya ... 128

4.2.4 Waktu Perubahan Sistem Dalam Meningkatkan Produksinya .. 129

4.2.5 Efektivitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam meningkatkan produksinya ... 131

4.3 Pembahasan Penelitian ... 138

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 148

5.2 Saran ... 149

5.2.1 Bagi Perusahaan ... 149

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 150

DAFTAR PUSTAKA..………...……… 151

LAMPIRAN-LAMPIRAN..………...……… 153 BIODATA PENULIS..………...……… 186


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena kegiatan sehari-harinya selalu bergantung kepada manusia lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ketergantungan itu menandai adanya hubungan Kerjasama yang mengikat dalam wadah yang dinamakan organisasi. Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek untuk mencapai tujuan bersama (Pace dalam Mulyana, 2006:17).

Littlejohn (2001:282) menyatakan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah jaringan (Organizational Network). Jaringan adalah struktur-struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok.

Perubahan sistem dalam organisasi dapat terjadi dalam satu atau lebih dari ketiga subsistem seperti: social, teknis, dan administrative (Kur, 1981), dan di antara tingkat-tingkat yang berlainan, yaitu: perorangan, struktur, dan budaya (Goodstein dan Burke, 1991).

Burke (1980) mengakui bahwa yang dipraktikkan sebagai perubahan organisasi tidak selalu menghasilkan perubahan sistem dalam arti yang sesungguhnya, tetapi menghasilkan bentuk sistem yang “sembarangan”. Kenyataannya, kebanyakkan intervensi gagal melaksanakan perubahan mendasar dengan cara yang sesuai dengan yang biasa dilakukan dalam organisasi. Namun,


(17)

intervensi ini jelas membantu anggota organisasi untuk menyesuaikan dan berhubungan dengan kondisi lingkungan dan kondisi intern kerja secara lebih efektif.

Dalam suatu organisasi efektifitas perubahan sistem dan program acara siaran dalam meningkatkan produksi tv lokal melalui arus informasi yang bermanfaat serta kerjasama antar sesama pegawai atau bagian dalam tingkatan yang sama. Salah satunya adalah perusahaan media profit yang bertujuan untuk mencari keuntungan bagi perusahaan atau keuntungan bagi masyarakat, dalam hal ini suatu sistem akan berhubungan pada visi dan misi yang ada pada perusahaan tersebut.

Sebagaimana yang telah dikutip oleh Deddy Mulyana (2005), definisi mengenai sistem dikemukakan oleh Pool (1973), yaitu: “Sebagai entitas berkelanjutan yang mampu berada dalam dua keadaan atau lebih”. (Pool dalam Mulyana, 2005:3)

Sebagaimana yang telah dikutip oleh Deddy Mulyana (2005) dalam buku “Komunikasi Organisasi Suatu Pengantar” teori sistem menurut Bertalanffy (1968), Boulding (1965), Rapoport (1968), yaitu:

“Mengidentifikasi beberapa prinsip yang berlaku bagi semua jenis sistem. Yakni bahwa mesin, organisme, dan organisasi memiliki proses serupa dan dapat diuraikan dengan prinsip-prinsip yang sama”. (Mulyana, 2005 : 64)


(18)

Adapun, teori sistem yang menurut Fisher (1978) sebagaimana yang telah dikutip oleh Deddy Mulyana dalam buku “Komunikasi Organisasi” (2005), bahwa “Teori sistem adalah seperangkat prinsip yang terorganisasikan secara longgar dan sangat abstrak, yang berfungsi mengarahkan pikiran kita namun terikat pada berbagai penafsiran”. (Fisher (1978) dalam Mulyana, 2005 : 14)

Teori sistem menyadari bahwa suatu keadaan yang terorganisasikan perlu mengenal berbagai hambatan untuk mengurangi komunikasi acak ke saluran-saluran yang sesuai untuk mencapai tujuan organisasi.

STV kali ini melakukan perubahan suatu sistem yang dapat berlangsung dengan baik bila didukung oleh perubahan pola pikir seseorang yang mendukung dan menjalankan sistem yang dimaksud.

Perubahan terhadap pola pikir seseorang, bukan sebatas pada mengubah perilaku saja, yang bisa jadi hanya sementara dan dalam bentuk kepura-puraan, tetapi perubahan cara pandang (mindset) seseorang yang dapat bertahan lama. Perubahan mulai di atas tetapi tidak berakhir di bawah. Perubahan yang dimaksud yaitu menyeluruh.

Perubahan di atas adalah perubahan kebijakan. Perubahan di bawah adalah yang memberi manfaat bagi masyarakat. Perubahan yang membawa dampak kepada masyarakat adalah ketika kebijakan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar.

Bertolak dari pembahasan diatas, suatu organisasi akan serta merta berkesinambungan dengan struktural yang ada pada managemen perusahaan


(19)

tersebut dan selain itu pula disertai dengan tujuan yang jelas dengan meningkatkan kualitas dalam produksinya.

Peneliti melakukan penelitian di PT. Pasundan Utama Televisi (STV) Gd. Kompas Grha Jl. RE. Martadinata No. 46 Bandung. Sunda Televisi merupakan buah kreativitas dari Prima Entertainment yang berdiri pada tahun 2005. Memposisikan sebagai televisi lokal di Jawa Barat yang berfokus pada seni budaya Sunda pada khususnya dan kebudayaan di Jawa pada umumnya. Pemilihan wilayah Jawa Barat sebagai wilayah penyiaran STV adalah dengan mempertimbangkan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah yang penduduknya lebih padat dibandingkan dengan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Penulis tertarik untuk mengkaji dan menggambarkan efektifitas perubahan sistem dan program STV Bandung dalam meningkatkan produksi tv lokal. Dengan adanya komunikasi organisasi dan komunikasi massa di dalam sebuah perusahaan media di harapkan adanya komunikasi antara program yang tersiarkan dengan pesan yang dapat diterima dengan baik oleh pemirsa.

Pertimbangan lainnya adalah kebudayaan Jawa Barat lebih sering diekspose media nasional dan internasional sebagai budaya yang memiliki ciri khas dan eksotisme yang membuat daya permintaan mengenai informasi kebudayaan tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi serta menjadi salah satu sumber kebudayaan Indonesia yang paling menonjol dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian tingkat daerah, nasional bahkan internasional.


(20)

STV merupakan stasiun televisi lokal di Jawa Barat yang sebagian besar mempekerjakan sumber daya manusia lokal dan sepenuhnya di dukung oleh Manajemen Prima Entertainment. Mengorientasikan pada program-program tayangan keluarga dan memulai tayangan perdananya pada tanggal 23 Februari 2005 selama 5 jam, dari pukul 5 sore sampai dengan pukul 10 malam. Berada di frekuensi UHF Band di saluran 34 dengan kekuatan 5 Kw dengan frekuensi 575.25 Mhz. STV merupakan proyek kedua setelah PRO TV Semarang di 49 UHF Jawa Tengah.

Hampir tujuh tahun lebih STV Bandung sudah mulai beroperasi, memberikan sajian-sajian program yang berkualitas dengan membidik pasar segmentasi yang bersifat kekeluargaan.

STV Bandung telah mengalami perubahan dimana perubahan tersebut dimulai dari perubahan kepemilikan. Saat ini STV Bandung sepenuhnya telah dimiliki atau di pimpin oleh Kompas Gramedia Group. Selain itu juga perubahan yang kedua terjadi pada bentuk siaran lokal STV Bandung yang sebelumnya ada di sistem televisi lokal ke sistem televisi berjaringan atau yang lebih kenal dengan TV Kabel. Nantinya STV Bandung akan digabungkan dengan Kompas TV yang saat ini peluncurannya masih dalam tahap pengkajian.

Segmentasi yang dimiliki setiap program STV Bandung mempunyai komposisi yang berbeda. Secara keseluruhan segmentasi yang ada pada program-program STV Bandung meliputi :

Informasi 20%


(21)

Entertainment 60%

Lain-lain 5%

Stasiun televisi lokal perlu didorong agar berkembang sehingga tidak kalah bersaing dengan televisi nasional, apalagi keberadaan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 menjadi dasar bagi dunia televisi untuk melakukan sistem siaran jaringan. maka implementasi sistem stasiun jaringan oleh pemerintah harus berada dalam koridor-koridor, sebagai berikut:

1. Keseimbangan dalam perlindungan terhadap konsumen penyiaran (masyarakat), pelaku (lembaga penyiaran) dan bangsa/negara. Pelaku dalam hal ini Lembaga Penyiaran Swasta terdiri dari Lembaga Penyiaran Swasta yang dibentuk berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 dan Lembaga Penyiaran Swasta yang telah eksis sebelum berlakunya UU No. 32 Tahun 2002.

2. Sasaran dari pada sistem stasiun jaringan dapat berupa tahapan-tahapan yang menuju ke arah kesempurnaan. Maksudnya adalah apabila terhadap alasan-alasan yang spesifik sehingga sistem stasiun jaringan tidak dapat mencapai kesempurnaan, maka tidak ada salah apabila kebijakan implementasi diarahkan kepada pembentukkan kerangka dasarnya terlebih dahulu.

3. Pasal 70 dari PP No. 50 Tahun 2005 menetapkan penilaian terhadap kebijakan tersebut berada pada Menteri atau Pemerintah Daerah setempat. Dalam merumuskan alasan-alasan spesifik diharapkan Menteri atau Pemerintah Daerah dapat menggali dan merumuskan dari fakta-fakta yang melingkupi kegiatan para pelaku usaha penyiaran atau dari masyarakat itu sendiri.

4. Dengan demikian diharapkan kebijakan Menteri dalam melakukan implementasi dari pada Sistem Stasiun Jaringan dapat berada dalam koridor melaksanakan amanat UU No. 32 Tahun 2002 dan tidak ada pihak yang dirugikan baik konsumen penyiaran (masyarakat) atau pelaku penyiaran dalam hal ini Lembaga Penyiaran Swasta.1

1

http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/09/10/kompas-tv-dan-implementasi-sistem-siaran-televisi-berjaringan-di-indonesia/ (27/04/2012)


(22)

Bertolak dari pembahasan diatas, maka perubahan sistem yang ada pada sebuah perusahaan tidak luput dari komunikasi yang berkembang sehingga dapat menciptakan kesinambungan dalam menyampaikan ide atau gagasan. Adapun, definisi dari komunikasi, menurut Onong Uchjana Effendi, yaitu:

Onong Uchjana Effendi, Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). (Effendi)

Sebagaimana yang telah dikutip oleh Deddy Mulyana (2004) mengenai definisi komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell, yaitu:

Harold Laswell, Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa, kepada siapa, dan apa efeknya. (Mulyana, 2004 : 136-137)

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks organisasi, terjadi jaringan pesan satu sama lain yang bergantung satu sama lain.

Menurut Pace & Feules dalam buku “Komunikasi Organisasi Suatu Pengantar, (2005)” ada dua perspektif utama yang akan mempengaruhi bagaimana komunikasi organisasi didefinisikan, yaitu :

1. perspektif objektif

Perspektif objektif menekankan definisi komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah


(23)

penanganan pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak berdasarkan informasi dalam suatu peristiwa komunikasi organisasi. Komunikasi dipandang sebagai alat untuk merekayasa atau mengkonstruksi organisasi yang memungkinkan individu (anggota organisasi) beradaptasi dengan lingkungan organisasi.

2. perspektif subjektif

Perspektif subjektif mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi diantara unit-unit organisasi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian memberi makna terhadap peristiwa komunikasi yang terjadi. Dalam arti lain, bagaimana anggota organisasi berperilaku akan bergantung kepada makna informasi itu bagi mereka. (Pace & Feules dalam Mulyana, 2005 : )

Kebutuhan akan informasi yang begitu cepat terutama news dinilai sebagai salah satu faktor yang mendorong tumbuhnya institusi media. Kebutuhan akan informasi yang pesat ini menyebabkan informasi yang ada dalam komunikasi massa dikelola dan diproduksi dengan cepat. Komunikas massa diproduksi oleh suatu institusi media massa, kemudian media massa tersebut menyebarkan informasi kepada khalayak secara bersamaan.

Adapun pengertian mengenai media komunikasi. Secara sederhananya, media komunikasi ialah perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut. Sedangkan fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi ialah sebagai berikut (Burgon & Huffner, 2002; )

1. Efisiensi penyebaran informasi; dengan adanya media komunikasi terlebih yang hi-tech akan lebih membuat penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di sini ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran dan waktu. Misalnya, kita memberikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri atau Natal cukup melalui SMS, MMS, e-mail, mailist dan media canggih lainnya. Hal ini lebih disukai karena nilai praktisnya jika dibandingkan dengan mengirimkan kartu lebaran atau


(24)

kartu Natal dengan waktu yang lebih lama. Namun apakah cukup efektif?

2. Memperkuat eksistensi informasi; dengan adanya media komunikasi yang hi-tech, kita dapat membuat informasi atau pesan lebih kuat berkesan terhadap audience/ komunikate. Suatu contoh, dosen yang mengajar dengan multimedia akan lebih efektif berkesan daripada dosen yang mengajar secara konvensional.

3. Mendidik/ mengarahkan/ persuasi; media komunikasi yang berteknologi tinggi dapat lebih menarik audience. Sebagaimana kita pelajari pada bab sebelumnya tentang komunikasi persuasi maka hal yang menarik tentunya mempermudah komunikator dalam mempersuasi, mendidik dan mengarahkan karena adanya efek emosi positif.

4. Menghibur/ entertain/ joyfull; media komunikasi berteknologi tinggi tentunya lebih menyenangkan (bagi yang familiar) dan dapat memberikan hiburan tersendiri bagi audience. Bahkan jika komunikasi itu bersifat hi-tech maka nilai jualnya pun akan semakin tinggi. Misalnya, presentasi seorang marketing akan lebih mempunyai nilai jual yang tinggi jika menggunakan media komunikasi hi-tech daripada presentasi yang hanya sekedar menggunakan metode konvensional. 5. Kontrol sosial; media komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih

mempunyai fungsi pengawasan terhadap kebijakan sosial. Seperti misalnya, informasi yang disampaikan melalui TV dan internet akan lebih mempunyai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah sehingga pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap dampak kebijakan tersebut. Masih ingat kasus facebookers pendukung Bibit & Chandra?2

Komunikasi massa (mass communication) adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (televisi dan radio) sehingga pesan yang sama dapat diterima secara bersamaan dan serentak. Komunikasi massa mempunyai karakteristik yang diantaranya komunikator terlembagakan, pesan bersifat umum, komunikan anonim dan heterogen, menimbulkan keserempakan, lebih mengutamakan isi ketimbang hubungan,

2


(25)

komunikasi bersifat satu arah, stimulus alat indera yang terbatas, umpan balik yang tertunda. Adapun, definisi dari komunikasi massa yaitu :

Joseph R. Dominick: Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.3

Adapun definisi mengenai komunikasi massa yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat, yaitu :

Jalaluddin Rakhmat merangkum: Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.4

Memperhatikan pokok-pokok diatas, maka perlu di perhatikan pula Efektivitas dalam meningkatkan kualitas program acara yang ada didalamnya. Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :

“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

3

http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/definisi-komunikasi-massa/ 4


(26)

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. (Hidayat, 1986 : 36)

Kehadiran Kompas TV dipersoalkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melalui siaran pers tertanggal 7 September 2011. Dalam siaran pers tersebut, KPI menilai Kompas TV belum memiliki izin sebagai lembaga penyiaran sehingga belum dapat mengatasnamakan diri sebagai badan hukum lembaga penyiaran. KPI juga berpendapat bahwa praktik sistem siaran berjaringan hanya dapat dilakukan pada sesama lembaga penyiaran yang telah memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) tetap, sementara Kompas TV bersiaran melalui sejumlah stasiun televisi lokal yang sebagian besar hanya memiliki IPP prinsip.

Logo Kompas TV pada layar televisi di sejumlah stasiun televisi lokal juga dinilai menyembunyikan/mengaburkan/memperkecil identitas atau logo stasiun televisi lokal tersebut, tidak sesuai dengan eksistensi dari stasiun televisi lokal tersebut yang telah cukup lama menempuh proses perizinan dengan semangat lokal yang perlu didorong. Kompas TV menanggapi siaran pers KPI tersebut dengan menegaskan bahwa Kompas TV hanya merupakan penyedia konten, sehingga yang memerlukan izin siaran adalah stasiun-stasiun televisi lokal yang menjadi mitra siaran berjaringan di daerah.5

Kompas TV mulai mengudara secara luas pada tahun 9 September 2011 melalui jaringan televisi lokal di daerah. Siaran stasiun televisi lokal tersebut

5


(27)

terdiri dari 70% siaran yang direlai dari Kompas TV dan sisa 30%-nya merupakan siaran yang dikelola sendiri. Stasiun televisi lokal yang termasuk ke dalam jaringan Kompas TV sejak tanggal 1 Maret 2012 adalah:

TVB (TV Borobudur) (Semarang) BCTV (Surabaya)

Khatulistiwa TV (Pontianak) ATV (Malang - Batu)

Dewata TV (Denpasar) Makassar TV (Makassar)

RBTV (Yogyakarta) Mulai 1 Maret 2012

TVB (TV Banua) (Banjarmasin) Mulai 1 Maret 2012

Kenyataan dari perubahan sistem STV dan KOMPASTV memang belum ada pengaruh yang begitu signifikan pada masyarakat karena perubahan ini terjadi hanya pada lingkungan perusahaan. Namun, pengaruh yang terlihat jelas adalah pada perubahan acara siaran yang ada pada program STV Bandung.

Harapan peneliti dalam mengangkat masalah ini ke dalam penelitian, karena STV merupakan salah satu dari banyak TV Lokal yang ada di daerah bandung sebagai TV berjaringan dengan KompasTV. Hal ini dapat dikatakan menarik karena ada suatu hal yang dimana masyarakat umum mungkin ingin mengetahui tentang perubahan kepemilikan dan ketertarikan pada program acara terbaru di STV Bandung.


(28)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik pada penelitian Efektivitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya. Dengan demikian, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Rumusan Masalah Makro yang diangkat oleh Peneliti adalah sebagai berikut “ Bagaimana Efektivitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya?”

1.2.2Rumusan Masalah Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah mikro, yakni: 1. Bagaimana bentuk Target Perubahan Sistem dan Program STV

Bandung dalam Meningkatkan Produksinya?

2. Bagaimana proses Kuantitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya?

3. Bagaimana Kualitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya?


(29)

4. Bagaimana Waktu Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguraikan, mengenai Efektifitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Target Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya

2. Untuk Mengetahui Kuantitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya

3. Untuk Mengetahui Kualitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya

4. Untuk Mengetahui Waktu Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya


(30)

1.4 Kegunaan Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penelitian mengenai Efektifitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna sebagai pengembangan Ilmu Komunikasi Organisasi secara umum dan Ilmu Komunikasi Massa secara khusus.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun dalam penelitian ini, selain memiliki kegunaan teoritisnya peneliti pun memaparkan kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan. Yaitu :

1.4.2.1 Kegunaan untuk Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam mengaplikasikan pemahaman mengenai Ilmu Komunikasi organisasi secara umum, dan Ilmu Komunikasi massa secara khusus yaitu yang berjudul tentang Efektifitas Perubahan Sistem dan Program STV Bandung dalam Meningkatkan Produksinya

1.4.2.2 Kegunaan untuk Akademik

Penelitian ini berguna, sebagai literature bagi mahasiswa Unikom secara umum, dan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus, terutama bagi peneliti yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.


(31)

1.4.2.3 Kegunaan untuk Perusahaan

Kegunaan penelitian ini sebagai informasi dan referensi serta bahan evaluasi bagi STV Bandung khususnya dalam perubahan sistem dan program acara untuk meningkatkan Produksinya dalam memenuhi kebutuhan informasi pemirsanya.


(32)

17 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikpercakapkan.

Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.(Effendy, 2006:9).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya


(33)

“Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.(Effendy, 2006:10)

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya komunikasi antarmanusia menyebutkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.(Devito, 1997:23)

Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland mengatakan Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behafavior of other individuals).

Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang


(34)

(biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu, tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

2.1.1.2 Unsur-Unsur Dasar Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikator (communicator) b. Pesan (message) c. Media (media) d. Komunikan (communicant)

e. Efek (effect). (Effendy, 2002 : 6)

2.1.1.3 Proses Komunikasi

Menurut Prof. Drs. H.A.W. Widjaja Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan pesan atau informasi. Apa yang dipikirkan itu kemudian dilambangkan (simbol), baik berupa ucapan ataupun isyarat gambar. Proses selanjutnya dengan melalui transmisi berupa media perantara atau channel, misalnya telepon, surat, secara lisan dan lain-lain, maka pesan yang disampaikan tiba pada si penerima. dalam diri penerima,


(35)

pertama-tamaia menerima pesan, kemudian mencoba menafsirkan pesan(dekode) dan akhirnya memahami isi pesan. Jawaban atau reaksi dari si penerima pesan kepada pengirim pesan merupakan umpan balik(feed back). Apabila terjadi perubahan diri dari penerima pesan, berarti komunikasi itu berhasil.( Widjaja, 2000: 16)

Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi pada intinya terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan dan atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang atau simbol berupa bahasa, kial, syarat, gambar, warna dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran, perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua, setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 1999:15).

Pada proses komunikasi secara primer, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditramsmisikan dengan menggunakan media primer tersebut yaitu lambang-lambang. Dengan demikian, pesan (message) yang disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (content) dan lambang-lambang (symbol).

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini. Selain bahasa, gambar juga banyak digunakan dalam berkomunikasi,


(36)

karena gambar melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal ”menerjemahkan” pikiran seseorang tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.

Proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Maka, dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Menurut Effendy, pada proses komunikasi secara sekunder, media yang dipergunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Media Massa (Mass Media), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif amat banyak.

2. Media Nir-Massa atau Media Non Massa, yakni tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit. (Effendy, 1999:23).

2.1.1.4. Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi menurut Onong Uchana Effendy ada beberapa macam,yaitu:

a. Tatap muka (face-to-face) b. Bermedia (Mediated) c. Verbal (Verbal)

- Lisan (Oral)

- Tulisan/cetak(written/printed) d. Non verbal (Non-verbal)

- Kial/ isyarat badaniah (gestural)


(37)

Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim) dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif. Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.1.5. Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan opleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi:


(38)

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change)(Effendi, 2006:8)

Joseph A Devito dalam bukunya komunikasi antarmanusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secarab baiki diri kita sendiri dan dirir orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar-dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain.

2. Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain

a. Untuk meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita

b. Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. (Devito, 1997: 31-32)

Sedangkan menurut Widjaja dalam bukunya “Ilmu komunikasi Pengantar Studi” mengatakan bahwa pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan(penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.

2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang di inginkan, jangan menginginkan kemauannya.


(39)

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam. mungkin berupa kegiatan-kegiatan, yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.(Widjaja, 2000: 14)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. JKomunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian manusia dengan lambing-lambang yang mengandung arti. Komunikasi yang efektif hanya dapat dicapai bila pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi member arti dan makna yang sama terhadap lambing-lambang yang digunakan dalam kegiatan komunikasi tersebut.

Istilah organisasi bersumber dari kata Latin organization yang berasal dari kata kerja yang juga merupakan kata Latin, organizare, yang berarti “to form as or into a whole consisting of independent or coordinated parts” (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dan bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi). (Effendy, 2003 : 114)


(40)

Dengan kata lain, secara harfiah organisasi berarti paduan dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain. Definisi organisasi menurut Rogers dan Rogers yaitu : “Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas” (Rogers dan Rogers dalam Effendy, 2003 : 114). Rogers dan Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan, dimana operasi dan instruksi di antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pasti.

Perspektif objektif menekankan definisi komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah penanganan pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak berdasarkan informasi dalam suatu peristiwa komunikasi organisasi. Komunikasi dipandang sebagai alat untuk merekayasa atau mengkonstruksi organisasi yang memungkinkan individu (anggota organisasi) beradaptasi dengan lingkungan organisasi.

Perspektif subjektif mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi diantara unit-unit organisasi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian memberi makna terhadap peristiwa komunikasi yang terjadi. Dalam arti lain, bagaimana anggota organisasi berperilaku akan bergantung kepada makna informasi itu bagi mereka. (Pace dan Faules dalam Mulyana, 2005 : 11)

Pernyataan Pace dan Faules tersebut memperlihatkan bahwa dalam pandangan subjektif organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang-orang yang satu sama lain saling berinteraksi. Sedangkan pandangan objektif menganggap organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan


(41)

semua individu tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seoerti pimpinan, staf dan karyawan. Disamping itu, dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa “Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau yang sama tingkanya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program”. (Redding dan Sanborn dalam Muhammad, 2002 : 65).

Golddhaber (1986) mengemukakan komunikasi organisasi bahwa ::

“proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”. (Golddhaber dalam Muhammad, 2002 : 67)

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan pertukaran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu


(42)

dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules dalam Mulyana, 2005 : 31). Pengertian tersebut mengandung konsep-konsep sebagai berikut:

1. Proses 2. Pesan 3. Jaringan

4. Keadaan Saling Tergantung 5. Hubungan

6. Lingkungan

7. Ketidakpastian (Pace dan Faules dalam Mulyana, 2005 :)

Definisi di atas memperlihatkan bahwa adanya pertunjukan dan pertukaran pesan antara unit-unit komunikasi. Pertunjukan dan pertukaran pesan merupakan penyampaian dan penerimaan informasi yang menurut Pace dan Faules, dalam penyampaian dan penerimaan informasi ke seluruh unit-unit organisasi merupakan salah satu tantangan besar dalam organisasi. Proses penyampaian dan penerimaan informasi berhubungan dengan aliran informasi.

Dengan landasan pengertian komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka terdapat batasan tentang komunikasi organisasi, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi. Atau dengan definisi yang disebutkan Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of messages within a network of independent relationship) (Sendjaja, Rahardjo dan Pradekso,2004:133).


(43)

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu : fungsi informatif, regular, persuasif dan integratif.

1.Fungsi informatif 2.Fungsi regular 3.Fungsi Persuasif

4.Fungsi integratif. (Sendjaja, Rahardjo dan Pradekso, 2004: 136)

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.

Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada di tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan


(44)

tidak boleh untuk dilaksanakan.

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada member perintah. Pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan yang lebih baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam sebuah organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa (cetak dan elektronik) dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Karena media itulah yang lazim digunakan dalam kegiatan komunikasi massa. Dengan kalimat yang lugas Bittner mengatakan, “Mass Communication Is


(45)

Messages Communicated Trough A Mass Medium To A Large Number Of People”, (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). (Rahkmat, 2004 : 188)

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa menggunakan media massa.

Sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak jika tidak menggunakan media massa maka bukan komunikas massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, sementara itu surat kabar dan majalah sebagai media cetak.

Begitu banyak definisi komunikasi massa yang dikemukan oleh para ahli komunikasi akan tetapi tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini yang memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya. Dari sejumlah definisi komunikasi massa, terdapat satu definisi yang kompleks dimana definisi ini merupakan rangkuman dari definisi komunikasi massa para ahli komunikasi.


(46)

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak dan elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2003 : 189)

Komunikasi massa secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan diantara satu definisi dengan definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok. Perbedaan terdapat dalam komponen yang terlibat didalamnya, dan proses berlangsungnya komunikasi massa tersebut.

Menurut Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” Unsur-Unsur Komunikasi Massa, yaitu :

1. Komunikator 2. Media Massa 3. Informasi (Pesan) 4. Gatekeeper 5. Khalayak (Publik)

6. Umpan Balik (Elvinaro,Lukiati,2004 : 36)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah salah satu bentuk penyampaian pesan dengan menggunakan media, dan si komunikator hanya menyampaikan pesan tanpa mengetahui siapa dan dari golongan mana pesan tersebut diterima. Tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses komunikasi massa. Ada kalanya proses


(47)

komunikasi terjadi dengan menggunakan media massa tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses komunikasi massa.

Penerima pesan dalam komunikasi massa tidak hanya besar dalam jumlah, tetapi memiliki sifat yang berbeda, mereka terdiri dari orang-orang yang berbeda dalam segala hal, baik itu usia, jenis kelamin, tingkat sosial, jenis pekerjaan, agama dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam bukunya Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya yaitu “komunikasi massa suatu pengantar”, Pengertian komunikasi massa yang merujuk pada pendapat Tan, Wright, dalam Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus yang Seperti yang dikatakan oleh Asep syamsul m. romli dalam bukunya jurnalistik terapan. Adapun karakteristik komunikasi massa meliputi lima hal berikut::

1. Komunikator melembaga (institutionalized Communicator) atau Coolective Communicator. Komunikator berbicara mewakili lembaga(media massa), bukan atas nama dirinya sendiri

2. Pesan bersifat umum. Hal itu karena dikonsumsi untuk orang banyak yang heterogen.

3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan serentak (instantaneos) penerimaan oleh massa. Media yang menjadi saluran komunikasi diterima pada saat yang sama oleh publik.


(48)

4. Komunikan bersifat heterogen. Massa pembaca, pendengar, atau pemirsa tidak heterogen. Mereka terdiri atas macam-macam karakter, suku, ras, agama, dan kepentingan.

Berlangsung satu arah(One way traffic commmunication). yaitu komunikatorkepada komunikan. tanggapan atau reaksi muncul belakangan.(Romli, 2005:5)

2.1.3.3 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah suatu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Meton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function) yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

Selain manifest functon dan latent function, setiap aktivitas sosial juga melahirkan fungsi-fungsi yang lain, bahwa manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna. Sehingga setiap fungsi sosial yang dianggap membahayakan dirinya, maka manusia akan mengubah fungsi sosial yang ada. Begitu pula dengan fungsi komunikasi massa sebagai aktivitas sosial masyarakat, komunikasi media massa juga mengalami hal yang serupa.

1. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun


(49)

kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, pemberitaan tentang bahaya narkoba bagi kehidupan manusia yang dilakukan media massa dan ditujukan kepada masyarakat, maka fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba. Sedangkan fungsi persuasif sebagai upaya memberikan reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun sebagainya akan memberikan punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada sulurh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa itu dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedogogi yang dlaksanakan melalui


(50)

komunikasi tatap muka, diaman karena sifatnya, maka fungsi paedogogi hanya dapat berlangsung secara ekslusif anatar individu tertentu saja.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Fungsi komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan infromasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga informasi tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifatnya budaya massa, yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang dilakukan oleh meida massa.

Fungsi transformasi budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar bagian dari budaya global. Sebagaimana diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena


(51)

perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga untuk dapat digunakan oleh fungsi-fungsi lainnya. Tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses tranformasi budaya dimana hampir semua perkembangan telematika mengikutsertakan proses-proses komunikasi massa terutama dalam proses tranformasi budaya.

5. Fungsi Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa. Transformasi budaya yang dilaksanakan oleh komunikasi masssa mengikutsertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam komunikasi massa. Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya. Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa.


(52)

2.1.3.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa

Berikut adalah bentuk-bentuk komunikasi massa yang sebagaimana dikutip oleh Elvinaro,Lukiati (2004) dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”.

1. Surat Kabar 2. Majalah 3. Radio 4. Televisi 5. Film

6. Internet (Elvinaro,Lukiati,2004 : 97)

Surat Kabar menurut Agee, surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah : (1) to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia, (2) to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam focus berita, (3) to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.

Majalah menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima kategori utama, yakni: (1) general consumer magazine (majalah konsumen umum), (2) business publication (majalah bisnis), (3) literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah), (4) newsletter (majalah khusus terbita berkala), (5) Public Relations Magazines (Majalah Humas).


(53)

Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Keunggulan radio adalah berada dimana saja, di tempat tidur, di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalan, di pantai dan berbagai tempat lainnya.

Dari semua media massa, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis terutama melalui pertumbuhan televise kabel. Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi, kini sedikitnya terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan : Over the air reception of network and local station program, Cable, Digital Cable, Wireless Cable, Direct Broadcast satellite (DBS).

Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.

Internet juga menjadikan sumber informasi untuk hiburan dan informasi perjalanan wisata. Pengguna internet menggantungkan pada


(54)

situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya.

2.1.3.5 Model Komunikasi Massa a. Model Maletzke

Dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2005)” Meletzke membuat model ini berdasarkan elemen-elemen “tradisional” yaitu adanya komunikator, isi pernyataan (pesan), medium, dan komunikan. Tetapi diantara medium dan komunikan ia menambahkan lemen “tekanan atau kendala” dari mediun dan citra medium pada diri komunikan.

Dalam hal ini tekanan atau kendala media, kita dihadapkan pada kenyataan ada beberapa jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda-beda pula. Setiap media ada kelebihan dan kekurangannya, dan sifat media harus dianggap mempunyai pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya, dan sejauh mana isi media tersebut. Dalam konteks ini Meletzke menyatakan hal-hal yang relevan untuk dibicarakan yaitu :

a. Jenis persepsi yang dituntu oleh pihak komunikan (pemirsa, pembaca, dan sebagainya).

b. Sejauhmana komunikan terikat dengan media secara ruang dan waktu.

c. Perbedaan waktu antara peristiwa dan penerima pesan. (Elvinaro dan Lukiati,2005 : 76)

Citra media yang ada pada komunikan menimbulkan harapan-harapan tentang isi media tersebut, dan karenanya harus dianggap


(55)

memiliki pengaruh terhadap cara komunikan memilih isi media tersebut. Gengsi dan kredibilitas media merupakan elemen-elemen dari citra tersebut. Dua varibale pemilihan dann pengalaman tersebut dapat dilihat sebagai variable dependen dan konsekuensi-konsekuensi dalam proses pemahaman.

Gambar 2.1

Model Komunikasi Massa Meletzke

Terpisah dari varibale tekanan dan citra media serta beberapa variable lain dalam model ini dapat dianggap sebagai kausatid dan independen yaitu :


(56)

1. Citra diri Medium; media massa sebagai sebuah institusi memiliki harapan-harapan, cita-cita, keinginan-keinginan, target, posisi ia diantara pesaing, memiliki gengsi tersendiri, sebagai media massa yang kredibel (dipercaya) dsb yang akhirnya mempengaruhi media macam apa-isi pesan macam apa yang akan disajikan ke ruang publik.

2. Pemilihan isi medium oleh komunikan : komunikanlah yang menentukan jenis isi apa melalui media apa yang ingin dikonsumsi dan dalam situasi seperti apa;

3. Efek dan perolehan isi medium : masing-masing jenis isi media memiliki efek yang yang berbeda, tergantung tingkat perhatian ia pada medium;

4. Tekanan / kendala medium : khalayak mengalami “tekanan” untuk beradaptasi dengan apa yang ada di medium; apakah pemahaman istilah yang tidak dimengerti, gambar yang kurang jelas bagi komunikan, penyajian acara yang terlalu cepat, dsb.

5. Citra diri Komunikan : cara pandang komunikan pada dirinya, artinya masing-masing individu memiliki cita-cita, harapan, sikap, peranan, status dalam menerima isi media. Citra diri inilah nantinya yang akan mempengaruhi pilihan jenis media, jenis isi, dan pola penggunaan media.

6. Struktur kepribadian komunikan : kepribadian individu merupakan bagian dari sikap yang melekat padanya pada saat berinteraksi


(57)

dengan orang lain. Pendapat ahli psikologi sosial orang yang memiliki kepribadian yang rendah biasanya lebih mudah dipengaruhi;

7. Komunikan sebagai anggota khalayak : sebagai bagian dari khalayak (publik/kelompok) tidak jarang pengunaan media secara bersama-sama, dengan demikian akan mempengaruhi jenis media dan jenis isi yang dikonsumsi, pandangan-pandanganya dsb, dengan demikian akan mempengaruhi pengalaman komunikasinya. Misalnya : menonton acara lawak di TV bersama-sama, tentunya akan lebih seru dibandingkan dengan menonton sendiri.

8. Lingkungan sosial khalayak : pola penggunaan dan efek media pada khalayak dipengaruhi juga oleh lingkungan dimana ia lebih banyak berinteraksi. Khalayak sebagai bagian dari kelompok sosial, maka ia akan cenderung untuk mengikuti pendapat, nilai dan norma yang dianut kelompok sosialnya, apabila isi media bertentangan dengan apa yang dianut oleh kelompok besar kemungkinan untuk ditolaknya.

9. Citra diri Komunikator komunikan satu sama lain (Citra komunikan bagi komunikator dan Citra komunikator bagi komunikan) : komunikator walaupun tidak dapat melihat komunikan, tetapi ia memiliki bahan-gambaran komunikan seperti apa yang ia hadapi. Seorang penyiar radio seakan akan ia dekat dengan komunikan seakan-akan ia berkomunikasi tatap muka


(58)

dengan khalayaknya. Demikian pula walaupun komunikan tidak bertatap muka langsung dapat memiliki gambaran seperti apa komunikatornya, setidaknya kredibilitas komunikator diwakili oleh apa yang disampaikan – apa yang ada di media.

10.Umpan balik spontan dari komunikan

11.Seleksi dan penyusunan isi pernyataan : komunikator massa memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber, dengan berbagai keterbatasan media misalnya waktu siaran, luas kolom berita dsb sehingga komunikator harus memilih jenis informasi apa yang paling potensial, bagaimana proporsi suatu isi dibandingkan dengan isi yang lain.

12.Tekanan /kendala isi pernyataan : komunikator harus menyesuaikan berbagai isi pernyataan (pesan) sehingga mudah dipahami oleh sebagian khalayaknya.

13.Takanan/kendala medium : masing-masing media memiliki karakteristik yang berbeda sebagai wahana mengekpresikan suatu isi pernyataan.

14.Citra diri Komunikator : citra diri komunikator tidak hanya cara pandang ia pada dirinya, tetapi apakah ia sebagai interpreter (pemberi makna) berbagai kejadian, sebagai pejuang ideologi yang dianutnya, apakah ia hanya sebagai “cermin” yang menyajikan peristiwa apa adanya, apakah peran profesionalnya yang lebih menonjol dibanding personalnya.


(59)

15.Struktur kepribadin komunikator : struktur kepribadian berpengaruh pada sikap dan perilaku komunikator.

16.“Tim kerja komunikator”: komunikator media massa tidak bekerja secara sendirian-tetapi secara bersama-sama dengan komunikator yang lain, apakah semua mengikuti cara, nilai dan norma yang dianut dalam lingkungan kerja media-atau tidak ?

17.Komunikator dalam organisasinya : setiap organisasi memiliki peraturan dan kebijakan sendiri-sendiri, memiliki sistem kerja yang harus diikuti, tidak jarang tuntutan-tuntutan profesional tidak diikuti oleh tersedianya sumber daya oleh organisasi.

18.Lingkungan sosial komunikator : komunikator dalam melakukan “gate keeping” tidak saja dipengaruhi oleh kelompok kerja dan organisasinya, tetapi juga lingkungan dimana ia bertempat tinggal atau berinteraksi.

19.Tekanan dan kendala yg timbul dari karakter public media : produksi dan distribusi isi media ke ruang public selalu mendapat “kontrol” oleh masyarakat (baca:sebagian) public-tidak jarang lembaga professional, lembaga sosial termasuk lembaga negara . Hal ini mengakibatkan tekanan secara psikologis dan legalitas (hukum).


(60)

2.1.4.6 Efek Dan Dampak Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut dapat menerpa seseorang secara langsung maupun secara tidak langsung, oleh karena itu Stamm (1990) menyatakan bahwa “efek komunikasi terdiri dari primary effect dan secondary effect.

Menurut Steven M. Chaffe, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah efek efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan yang kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa istilah lain dikenal dengan perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan yang ketiga yaitu observasi terhadap khalayak yang dikenai efek komunikasi massa.

1. Efek Kehadiran Media Massa

McLuhan mengemukakan the medium is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh karena itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Menurut Steven M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu

a. Efek Ekonomi, kehadiran media massa memberikan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa.

b. Efek Sosial, berkatian dengan perubahan pada struktur atau interaksi social sebagai akibar dari kehadiran media massa


(61)

c. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari, Kehadiran media massa membuat aktivitas sehari-hari berpangaruh terhadap adanya media. Di pagi hari, biasanya masyarakat kota membaca Koran dahulu, Di malam hari, dimana anak-anak seharusnya tidur, tapi malah menonton televisi.

d. Efek Hilangnya Perasaaan Tidak Nyaman, orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, perasaan kesepian, marah, kesel, kecewa dan sebagainya.

e. Efek menumbuhkan Perasaan Tertentu, terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negative terhadap media tertentu. Misalnya orang akan mempunyai perasaan positif terhadap Koran Kompas dari pada Koran Pos Kota. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengna pengalaman individu bersama media massa tersebut.

2. Efek Pesan

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, efek behavioral.

a. Efek Kognitif

Akibat yang timbul pada diri komunikasn yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.


(1)

151

BUKU :

Burgon & Huffner. 2002. Human Communication. London: Sage Publication

Effendy, Onong Uchjana, Prof.2003,Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi, Bandung:PT.

Citra Aditya Bakti

Elvinaro, Ardianto dan Erdiyana, Lukiati Komala. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar.

2005. Simbiosa Rekatama Media. Bandung.

Fisher, B. Aubrey. Teori-Teori Komunikasi. 1986. PT. Remadja Karya CV. Bandung.

Moleong, J Lexy, Prof.Dr.2009, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Muhamad, Arni, (2002), Komunikasi Organisasi, PT. Bumi

Aksara, Jakarta.

Panuju, Redi, (2001), Komunikasi Organisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Komala, Soemirat, dan Karlinah, Siti., 1999, Komunikasi Massa, Universitas Terbuka,

Jakarta.

Kriyantono, Rachmat., 2007, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Predana Media

Group, Jakarta

Rahmat, Jalaluddin., 2001, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,


(2)

http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/definisi-komunikasi-massa/

http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/definisi-komunikasi-massa/

http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/09/10/kompas-tv-dan-implementasi-sistem-siaran-televisi-berjaringan-di-indonesia/

http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2010/12/03/demokratisasi-penyiaran-dan-uu-no-32-tahun-2002-penyiaran/

http://vidinur.com/2010/11/04/ses-socio-economic-status-ndonesia/(25 Juli 2012)

SKRIPSI :

Arif Haruman Jafar Shiddik 2011 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi di Lingkungan

PT. Saung Angklung Udjo (PT. SAU) Bandung

SUMBER LAIN :

Company Profile STV Bandung

KPI: Kompas TV Tidak Punya Izin

Legal Opinion Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Terhadap KOMPAS TV (KTV) yang

Bersiaran Pada Beberapa Stasiun Televisi Lokal di Sejumlah Daerah

Kompas TV: Kami Content Provider, Tidak Perlu Izin Siaran


(3)

BIODATA PENULIS

IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Dini Lailla Nurbaridah Nama Panggilan : Della

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 18 Juli 1990

Telepon : 085659224491

E-mail : gibeg_kodel18@yahoo.com Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Tinggi/ Berat : 160cm / 55kg

Hobi : Membaca, Menulis, Nonton Tv, Mendengarkan Musik,Traveling, Adventure


(4)

PENDIDIKAN

2008 – Sekarang PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

ILMU KOMUNIKASI-JURNALISTIK

2005 – 2008 SEKOLAH MENENGAH ATAS

SMA AL-MUSYAWARAH LEMBANG

2002 – 2005 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Mts AL-MUSYAWARAH LEMBANG

1996 – 2002

SDN GENTRAMAKSEDAS SUBANG

1995 – 1996 SDN PERUMNAS 2 SUBANG

(PINDAH)

1994 – 1995

TK NEGERI PEMBINA SUBANG

KEMAMPUAN / KEAHLIAN LEBIH

KOMPUTER

MICROSOFT OFFICE (EXCEL, WORD, POWERPOINT)

WEB DESIGN (HTML) GRAPHIC DESIGN (ADOBE PHOTOSHOP)

PENGALAMAN KERJA

Penyiar Radio, PT. RADIO SWARAMUDA PRAKARSA, LEMBANG Crew PKWT Mc Donald’s Cihampelas, BANDUNG

Magang di PT. Pasundan Utama Televisi (STV), BANDUNG Panitia Event Organization Green Festival, BANDUNG Panitia Konser Kahitna di Sabuga, BANDUNG

PENGALAMAN BERORGANISASI

2009 - 2010 Pengurus UKM “SADAYA” Seni Budaya Angklung (Tim Inti)

2008 - 2009

Pengurus (HIMA) Himpunan

Mahasiswa dan Aktifis SENAT kampus UNIKOM


(5)

2005 - 2006 Pengurus OSIS SMA

AL-MUSYAWARAH dan Pecinta Alam 2003 - 2004 Pengurus Pramuka Mts

AL-MUSYAWARAH

2003 - 2004 Pengurus OSIS Mts

AL-MUSYAWARAH dan Bentar Alam

PELATIHAN DAN SEMINAR

2009: PESERTA MENTORING AGAMA ISLAM, DI AUDITORIUM UNIKOM

2009: PESERTA PELATIHAN TABLE MANNER DI HOTEL JAYAKARTA,

BANDUNG

2009: PESERTA WORKSHOP PENYIARAN RADIO, DI AUDITORIUM UNIKOM

2009: PESERTA SEMINAR MUSLIMAH “ATAS NAMA CINTA” (MENGUPAS

LIKA- LIKU CINTA REMAJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM), DI AUDITORIUM UNIKOM.

2010: PESERTA SEMINAR BUDAYA PRENEURSHIP “MENGANGKAT BUDAYA

BANGSA MELALUI JIWA ENTERPRENEURSHIP”, DI AUDITORIUM UNIKOM.

2010: PESERTA “STUDY TOUR KE MEDIA MASSA MetroTv.”

2012: PESERTA WORKSHOP ”SCTV GOES TO CAMPUS”, DI UNPAD

BANDUNG

DATA ORANG TUA

I. NAMA LENGKAP AYAH : DRS. UNDANG ABDURACHMAN RIDLA, S.E TEMPAT, TANGGAL LAHIR : GARUT, 10 NOVEMBER

ALAMAT : JL. BARU ADJAK NO.154 KOMP. MTS/ SMA AL-MUSYAWARAH LEMBANG – BANDUNG

PEKERJAAN : WIRASWASTA

II. NAMA LENGKAP IBU : WIWI HARTIWI, S.Pdi TEMPAT, TANGGAL LAHIR : BANDUNG, 7 JULI 1964

ALAMAT : JL. BARU ADJAK NO.154 KOMP. MTS/ SMA AL-MUSYAWARAH LEMBANG - BANDUNG PEKERJAAN : GURU


(6)

Demikian Biodata Penulis ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya,

Untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Bandung, Juli 2012

Penulis

Dini Lailla Nurbaridah NIM.41808148