PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

(1)

Oleh

AGUS WANTORO SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

Halaman

ABSTRAK...i

ABSTRACT ...ii

HALAMAN JUDUL ...iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iv

HALAMAN PENGESAHAN ...v

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA...vi

RIWAYAT HIDUP ...vii

MOTTO ...viii

PERSEMBAHAN...ix

SANWACANA ...xi

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR...xviii

DAFTAR DIAGRAM ...xix

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...5

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.4. Manfaat Penelitian ...6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...8

2.1.Penelitian Terdahulu ...8

2.2.Belajar...8

2.3. Pembelajaran...9


(3)

2.3.5. Ciri-ciri Pembelajaran...14

2.3.6. Aktivitas Belajar ...15

2.4. Pengertian Metode Pembelajaran ...16

2.5. Metode Demonstrasi ...16

2.5.1. Kelebihan Metode Demonstrasi ...17

2.5.2. Kelemahan Metode Demonstrasi...17

2.5.3. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ...18

2.6. Tari dan Seni Tari...20

2.7. Tarimuli siger...22

2.7.1. Tema TariMuli Siger...23

2.7.2. Fungsi TariMuli Siger...24

2.7.3. Personil TariMuli Siger...24

2.7.4. Lama Tarian ...24

2.7.5. Waktu Penyajian ...25

2.7.6. Busana TariMuli Siger...25

2.7.7. Iringan TariMuli Siger...26

2.7.8. Ragam Gerak TariMuli Siger...29

BAB III. METODE PENELITIAN ...43

3.1. Desain Penelitian ...43

3.2. Sumber Data ...43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...44

3.4. Instrumen Penilaian ...47

3.5. Teknik Analisis Data ...54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...56

4.1. Lokasi Penelitian ...56

4.1.1. Situasi dan Kondisi Sekolah ...56

4.2. Kondisi Siswa ...58


(4)

4.3.4. Pertemuan Ketiga...77

4.3.5. Pertemuan Keempat...86

4.3.6. Pertemuan Kelima ...96

4.3.7. Pertemuan Keenam...104

4.3.8. Pertemuan Ketujuh ...114

4.3.9. Pertemuan Kedelapan ...122

4.4. Temuan ...135

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...136

5.1. Simpulan ...136

5.2. Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

(6)

1.1 Latar Belakang

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran, dan atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam konteks ini merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral, itu sebabnya setiap tenaga kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan agar selalu berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. (Hamalik, 2011: 2). Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran di dalamnya.

Pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Fadlillah, 2013: 172). Artinya, dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman


(7)

individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses pembelajaran memerlukan langkah-langkah atau metode untuk pelaksanaannya.

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode (Wetty, 2011: 5). Salah satu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode demonstrasi.

Demonstrasi merupakan metode yang membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memeragakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri misalnya pada pembelajaran tari (Hamdani, 2011: 158). Metode demonstrasi membantu siswa untuk memudah mengetahui gerak-gerak tari karena guru secara langsung memperagakan gerak-gerak tari kepada siswa.


(8)

Tari merupakan ungkapan ekspresi jiwa yang berbentuk gerakan tubuh. Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Hawkins dalam Mustika (2012) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkjapan si pencipta. Seni tari ini lebih banyak dikenal dimasyarakat luas dan banyak juga dari mereka yang terjun langsung dalam bidang seni tari ini. Bagi masyarakat umumnya tarian sebagai sarana hiburan mulai dari kalangan atas, menengah sekalipun kalangan bawah juga ikut menikmati keindahan dari gerak tubuh yang sudah terpola dan memiliki nilai estetika.

Tari muli siger adalah tari kreasi baru karya I Wayan Mustika dari hasil penelitian. Beliau adalah seorang seniman lampung sekaligus dosen program studi pendidikan seni tari Universitas Lampung. Tarimuli siger bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. Kedudukan tarimuli siger hanya sebagai tari kreasi baru yang berfungsi untuk penyajian estetis dan sekaligus hiburan. Tari muli siger murni menonjolkan keindahan gerak serta komposisinya dan menjadi materi pembelajaran pada kegiatan ekstrakulikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru seni budaya yaitu ibu Ade Herliyanti pada hari sabtu tanggal 13 desember 2014, dapat diperoleh data bahwa metode yang akan


(9)

diterapkan dalam pembelajaran tari pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung adalah metode demonstrasi. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari merupakan salah satu kegiatan non-akademik di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Pada kegiatan ekstrakurikuler seni tari sebelumnya di SMP Negeri 10 Bandar Lampung guru pembimbing hanya memperlihatkan video tari melalui media audio visual dan siswa dituntut untuk menirukan gerak yang ada divideo tersebut, oleh karena itu siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran seni tari, sehingga disetiap perlombaan kurang mendapatkan prestasi. Faktor inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada kegiatan ekstrakurikuler seni tari di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, untuk mengatasi masalah tersebut guru mencoba menggunakan metode lain yaitu metode demonstrasi untuk menunjang pembelajaran seni tari dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Metode demonstrasi adalah metode yang dimana guru secara langsung memeragakan proses gerak tari kepada siswa sehingga penyajiannya lebih kongkret, dengan ini siswa dapat mengikuti proses pembelajaran tari dengan metode demonstrasi yang mana metode ini mudah dipahami dan diikuti oleh siswa. Salah satu tarian yang diajarkan dan diperkenalkan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini adalah tari muli siger. Guru memilih tari muli siger karena sebelumnya para siswa telah mempelajari tari sigeh penguten dan tari bedana sebagai materi pembelajaran tari baku, sehingga guru menerapkan tarian ini sebagai materi pembelajaran tari kreasi pada kegiatan ekstrakurikuler. Tarian ini juga sudah dibukukan serta sudah


(10)

didokumentasikan sehingga tepat sebagai materi pembelajaran tari kreasi pada kegiatan ekstrakrikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan diterapkan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, dan mengangkat judul penelitian yaitu pembelajaran tari muli sigermenggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Metode ini diharapkan dapat membuat pembelajaran seni tari menjadi lebih efektif khususnya tarimuli siger.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari muli siger dengan

menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dijelaskan tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan metode


(11)

2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berharap dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dan sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian untuk mengetahui ketrampilan siswa pada pembelajaran tari muli siger pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. 3. Menambah pengetahuan guru dan peneliti tentang metode pembelajaran seni tari,

bahwa metode demonstrasi merupakan metode yang sesuai dalam pembelajaran tarimuli siger.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran, tari muli siger, metode demonstasi, dan kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. 2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMP Negeri 10 Bandar Lampung, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 12 siswi yang mengikuti


(12)

kegiatan ekstrakurikuler seni tari. Dengan demikian subjek penelitian ini adalah variabel yang dijadikan sampel yaitu 12 siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

3. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian

Tabel 1.1 Waktu dalam penelitian yakni tahun ajaran 2014/2015

No Uraian Kegiatan WAKTU

Februari Maret April Mei Juni Juli 1 Menyusun proposal

2 Menyusun instrumen 3 Pelaksanaan penelitian 4 Pengolahan data 5

Menyusun laporan hasil penelitian


(13)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran tari sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa program studi seni pertunjukan diantaranya oleh Zefrisya mahasiswi angkatan 2009 dan Martliendha Syahyana Putra mahasiswi angkatan 2008. Penelitian dari mahasiswi di atas menerapkan metode demonstrasi dan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Rata-rata aspek yang dilihat hanya bagaimana hasil belajar siswa yang telah melaksanakan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi. Oleh karena itu, aspek prosedur dari metode demonstrasi itu sendiri dan kesesuaian aktivitas guru dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Rancangan Kegiatan Harian (RKH) kurang diperhatikan, sehingga dalam penelitian ini akan mendeskripsikan penerapan metode demonstrasi termasuk kesesuaian prosedur serta hasil belajar siswa menggunakan metode demonstrasi.

2.2 Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hamdani, 2011: 20). Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. Proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang dari belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya


(14)

mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan atau pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

2.3 Pembelajaran

Menurut (Fadlillah, 2013: 172) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Artinya, dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Tentunya melalui proses atau usaha sadar yang disengaja guna untuk menjadikan orang atau makhluk hidup itu sendiri belajar.

2.3.1 Teori-teori pembelajaran

Oleh Hamalik (2011: 57-65) dalam bukunya menjelaskan bahwa:

a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/ siswa di sekolah

Rumusan ini sesuai degan pendapat dalam teori pendidikan yang mementingkan mata ajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam rumusan tersebut terkandung konsep-konsep, yaitu pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan, guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa, siswa selalu bersikap dan bertindak pasif, kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.


(15)

b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandingkan dengan rumusan pertama, namun antara keduanya memiliki pola pikiran yang seirama. Implikasi dari rumusan ini, yaitu pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya, pembelajaran berarti suatu proses pewarisan, bahan pembelajarn bersumber dari kebudayaan, siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan.

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik

Rumusan ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terdahulu, sebab lebih menitikberatkan pada unsur peserta didik, lingkungan, dan proses belajar. Implikasi arti pengertian tersebut, yaitu pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah-laku peserta didik, kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan, peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.

d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik

Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi kepada kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Implikasi dari rumusan atau pengertian ini, yaitu tujuan pembelajaran, pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja, peserta didik atau siswa sebagai calon warga negara yang memiliki potensi untuk bekerja, guru sebagai pimpinan dan pembimbing bengkel kerja.


(16)

e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari

Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi. Pendidikan adalah disini dan sekarang ini. Implikasi dari pengertian di atas, yaitu tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakatnya, kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat, siswa belajar secara aktif, guru juga bertugas sebagai komunikator (Hamalik, 2011: 57-65).

2.3.2 Pengertian pembelajaran

Suyono dalam Fadlillah (2013) istilah pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian. Pengertian ini lebih diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu pengetahuan maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadaian dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran, harapannya ilmu akan bertambah, keterampilan meningkat, dan dapat membentuk akhlak mulia. Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengolahan, maupun pengorganisasian pembelajaran (Hamzah, 2009: 5). Berbagai uraian tentang definisi pembelajaran tersebut secara umum memiliki pengertian yang sama, yaitu


(17)

proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Proses interaksi ini bisa dilakukan dengan berbagai media dan sumber belajar yang menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karenanya, pembelajaran dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik dalam rangka memperoleh pengetahuan yang baru dikehendaki dengan menggunakan media, metode dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan.

2.3.3 Tujuan pembelajaran

Menurut (Hamalik, 2011: 76-77) yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan yaitu tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar, untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus dapat diamati oleh guru yang ditunjukan oleh siswa, misalnya membaca lisan, menulis karangan, untuk mengoperasionalkan tujuan suatu tingkah laku harus didefinisikan dimana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan tersebut. Suatu tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut:


(18)

1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi bermain peran;

2. Tujuan medefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati;

3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki;

2.3.4 Unsur-unsur pembelajaran

Oleh (Hamalik, 2011: 66-70) unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa atau peserta didik suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

● Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru a. Motivasi membelajarkan siswa

b. Kondisi guru siap membelajarkan siswa

● Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar

a. Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.

b. Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru sendiri, sumber masyarakat.


(19)

c. Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan bantuan orang tua.

d. Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya, yaitu sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas, perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas, guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelas, yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan. e. Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan

binaan.

2.3.5 Ciri-ciri pembelajaran

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran oleh (Hamdani, 2011: 31-32), ialah:

1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2. Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangan kepada sistem pembelajaran.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem ang alami (natural). Tujuan utama siswa pembelajaran agar siswa belajar. Tugas utama seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.


(20)

2.3.6 Aktivitas belajar

Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2012: 96). Dalam aktivitas belajar mengajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru, sedang menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa. Kemudian untuk aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities(Sardiman, 2012: 101).

Dalam penelitian ini jenis aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1.Visual activities, yaitu dalam aktivitas ini siswa memperhatikan ragam gerak yang didemonstrasikan oleh guru.

2.Listening activities, yaitu siswa mendengarkan uraian ragam gerak yang didemonstrasikan oleh guru sesuai dengan ketepatan hitungan gerak.

3.Motor activities, yaitu siswa melakukan percobaan dengan ikut memeragakan ragam gerak yang dicontohkan oleh guru.

4.Emotional activities, yaitu siswa memiliki rasa gembira dan semangat pada saat menggerakan ragam gerak dan serta berantusias.


(21)

2.4 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa (Hamdani, 2011: 80). Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

2.5 Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru (Hamdani, 2011: 157). Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Metode demonstrasi dapat dilaksanakan dalam situasi kegiatan pembelajaran yang bersifat normal, magang, atau latihan bekerja, serta materi pelajaran yang berbentuk keterampilan gerak. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri misalnya pada pembelajaran tari.


(22)

2.5.1. Kelebihan metode demonstrasi

Oleh (Wetty, 2011: 16-18), sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

a. Melalui metode demonstrasi guru dapat menunjukan suatu standar penampilan. b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,

tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

d. Menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan atau praktik yang dilaksanakan. e. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab

lebih teliti saat proses demonstrasi.

2.5.2 . Kelemahan metode demonstrasi

Metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

b. Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan aktivitas yang melibatkan para siswa untuk ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu sebagai pengalaman pribadi.


(23)

c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional

d. Demonstrasi memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

2.5.3. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi

Oleh (Wetty, 2011: 16-18), langkah-langkah metode demonstrasi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.

2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. 3. Lakukan uji coba demonstrasi.

b. Tahap Pelaksanaan 1. Langkah Pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

a. Aturlah tempat duduk atau barisan yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.


(24)

c. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

2. Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

a. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya mealui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.

d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

3. Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.


(25)

2.6 Tari dan Seni Tari

Seni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian: (1) halus, kecil, tipis, lembut, mungil, elok; (2) keahlian membuat karya yang bermutu; (3) kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Suzzane dalam Mustika (2012) menyatakan seni merupakan penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia. Seni merupakan gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Artinya, seni lebih berbicara tentang penuangan suatu gagasan atau ekspresi jiwa manusia yang di implementasikan menjadi sebuah karya dengan tujuan untuk menyampaikan suatu gagasan kepada penikmatnya.

Tari adalah anggitan ritme atau gerak yang terpola (F. X.Widaryanto, 2007: 4). Gerak yang dimaksud adalah gerak yang tidak saja sembarang bergerak namun mempunyai pola tertentu sehingga membentuk suatu komposisi. Tari disebut sebagai seni yang paling tua. Artinya, unsur terpenting dalam tari adalah gerak, namun berbeda dengan gerak yang dilakukan manusia sehari-hari. Gerak yang dimaksud dalam tari merupakan gerak murni yang sudah distilasi menjadi gerak yang mempunyai makna.

Tari adalah “bicara gerak” dalam melukiskan suatu kisah atau cerita

(Wahyudiyanto, 2010 : 10). Tari dapat dipahami sebagai cara manusia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya melalui bahasa gerak, namun tidak setiap gerak dapat disetarakan dengan tari karena ada tuntutan tertentu yang menggeneralisasikan gerak dalam budaya tari. Banyak pakar tari mencoba


(26)

mendeskripsikannya menurut sumber budaya yang menjadi tujuan difiitif sebagai dasar keindahan. Konsep tari di sini dipilih dan disarikan atas dasar keperluan dalam tulisan ini.

Dalam Mustika (2012), tari merupakan ungkapan ekspresi jiwa yang berbentuk gerakan tubuh. Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Hawkins dalam Mustika (2012) menyatakan tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Soedarsono yang menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah. Seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Dalam tari juga dikenal dengan wiraga(tubuh),wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud). Keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk harmoni.

Tari tradisional klasik adalah tari yang dikembangkan oleh para penari kalangan bangsawan istana. Aturan tarian biasanya baku atau tidak boleh dirubah lagi. Gerakannya anggun dan busananya cenderung mewah. Fungsinya sebagai, upacara atau penyambutan tamu penghormatan (Wahyudiyanto, 2010 : 25). Artinya, tari tradisional klasik lebih mengedepankan fungsi dalam acara-acara kerajaan seperti upacara, serta penikmatnya hanya kalangan-kalangan para raja.


(27)

Penjelasan yang bagaimanapun adanya tentang keberadaan “seni tari”, baik tari

yang berasal dari pelembagaan budaya primitif, pelembagaan tari tradisional yang berkembang di lingkungan istana yang disebut tari klasik, pelembangan di lingkungan pedesaan yang sering disebut tarian rakyat, maupun tari yang

berkembang di masyarakat perkotaan yang sering mendapat predikat tarian “pop”, atau tari “modern”, sesungguhnya kehadirannya tidak lepas dari masyarakat

pendukungnya, sehingga kajian terhadap tari akan lebih menarik apabila didekati dengan multidisiplin atau interdisiplin yang bersifat penelitian kualitatif (Hadi, 2007: 4).

Tari kreasi baru merupakan tari yang tidak lepas dari standar tari yang baku, dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan kondisi situasi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus berkembang dengan iringan musik yang bervariasi (Widaryanto, 2007: 15). Artinya, tari kreasi tidak terlepas dari akarnya yaitu tari tradisional klasik. Fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan untuk apa tari kreasi tersebut digunakan.

2.7 TariMuli Siger

Tari muli siger adalah tari kreasi baru karya I Wayan Mustika dari hasil penelitian. Tarian ini merupakan tari tradisi Lampung sebuah garapan baru yang pada awalnya mendapat ide dari seni cangget. Seni cangget merupakan tari tradisional pada masyarakat Lampung yang beradat pepadun dipentaskan untuk


(28)

mengiringi upacara perkawinan dan pemberian gelar adat. Cangget adalah tari berpasangan dalam kelompok yang mempertemukan gadis (muli) dan bujang (meghanai) di balai pertemuan adat yang disebut dengan sesat. Hal ini dikarenakan pada masa lalu pergaulan muda-mudi sangat diatur ketat, sehingga dapat dikatakan tidak ada kesempatan bagi mereka bertatapan langsung untuk saling berbincang-bincang. Saat canggetdiselenggarakan adalah merupakan satu-satunya kesempatan mereka untuk saling bertemu. Cangget sebagai upacara adat merupakan wujud ungkapan rasa gembira masyarakat dengan menekankan pada pengenalan status sosial seseorang di ddalam masyarakat adatnya. Cangget memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah cangget turun mandi. Ide tersebut terus dikhayalkan sampai ketahap pembentukan, baik dari segi tema, bentuk gerak, penyusunan gerak, pola lantai, dan tatabusana (Mustika, 2012 : 23-24).

2.7.1 Tema tarimuli siger

Tari muli siger bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. Dalam tradisi adat pepadun, ketika ada upacara adat perkawinan para gadis menari yang sering disebut dengan cangget. Salah satu dalam pertunjukannya dikenal dengan cangget turun mandi. Artinya sebelum para gadis menari, mereka membersihkan badan ke sungai dan berhias seindah mungkin. Gadis-gadis tersebut sangat senang dan gembira dengan memakai siger sebagai mahkota di kepalanya yang sudah dihias. Siger saat ini merupakan simbol adat dari masyarakat Lampung. Secara umum simbol ini bukan hanya sekedar simbol sebuah Provinsi atau Daerah.Siger merupakan vermin sikap ulun lampung sejak lama, bahkan secara turun temurun


(29)

merupakan bagian dari masyarakat Lampung. Oleh karena itu, tari muli siger ini adalah menggambarkan gadis-gadis Lampung yang sangat cantik serta memiliki kehormatan (Mustika, 2012: 24-25).

2.7.2 Fungsi tarimuli siger

Kedudukan tari muli siger hanya sebagai tari kreasi baru yang berfungsi untuk penyajian estetis dan sekaligus hiburan. Penyajian estetis yang dimaksud adalah tari muli siger dapat dipentaskan di atas panggung baik gedung tertutup maupun terbuka yang penampilannya sangat resmi dan bisa sebagai apresiasi. Hiburan yang dimaksud pada tari muli siger adalah dapat dinikmati atau ditonton sebagai sarana kemeriahan atau resepsi acara perkawinan. Tari muli siger murni menonjolkan keindahan gerak dan komposisinya. Namun di dalam tarian tersebut terdapat unsur-unsur tradisi Lampung yang selalu melekat dalam tarian tersebut, misalnya unsur tradisi Lampung tersebut dapat dilihat dari sisi gerak, busana, dan iringan tarimuli siger(Mustika, 2012 : 25).

2.7.3 Personil tarimuli siger

Penari tari muli siger berjumlah enam orang gadis. Dipilihnya enam gadis ini, karena tarian tersebut memang dibuat untuk menampilkan keindahan dan kecantikan gadis-gadis Lampung yang menggunakan siger sebagai mehkota kehormatan (Mustika, 2012 : 25).

2.7.4 Lama tarian


(30)

2.7.5 Waktu penyajian

Penyajian tari muli siger disajikan pada siang atau pada malam hari, tidak terikat pada waktu.

2.7.6. Busana tarimuli siger

Tabel 2.1 Busana tarimuli siger

Nama Gambar

a.Sigeratau Makuto (kehormatan)

b. Kalung Jimat (Keindahan).

c. Gelang Kano (melambangkan derajat atau keturunan dari sebuah marga).

d. Tapis (melambangkan kebesaran adat Lampung).


(31)

e. Tapis Tutup Dada (ketulusan).

f. Ikat Pinggang Kuning (kebesaran dan kemewahan).

g. Selendang (Keindahan).

(Foto Agus, 2015)

2.7.7 Iringan tarimuli siger

Proses penyusunan tarimuli sigerdari awal sampai selesai diiringi oleh alat musik tradisional Lampung yang disebut dengan talo balak atau tala balak. Talo Balak bagi masyarakat Lampung sudah umum di telinga mereka.Talo balakyang secara lengkap berjumlah 19 buah instrumen yang dimainkan oleh 12 orang penabuh (disebut penayakan). Dalam penyajiannya, semua alat tersebut dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja sesuai dengan aturan yang ada. Kemudian hasil permainan alat musiktalo balakini disebut dengan istilahtabuhan(Mustika, 2012 : 77-78).

Pada pementasan tari muli siger, tabuh yang dipakai untuk mengiringi tarian ini adalah tabuh yang dibuat dan dikreasikan oleh mahasiswa pendidikan seni tari


(32)

FKIP Universitas Lampung. Ritme atau pola pada iringan tari muli siger tenang dan kadangkala ada dinamisnya. Ada beberapa tekanan dari tempo tabuhannya, tergantung pada gerak tari yang disusun atau disesuaikan dengan iringannya. Kendati ada pengemasan atau pengembangan dalam iringannya ini, namun tetap dalam satu jenis lagu yang dijadikan dasar atau patokan untuk mengiringi tarimuli siger. Warna atau karakter tabuhan tari muli siger masih kental dan terdengar klasik (Mustika, 2012 : 79-80).

Notasi Musik TariMuli Siger

1. Intro musik tarimuli siger

Talo balak:││ 6 56 . 2356 1656 535│ 6 56 . 2356 1656 523 ││ ││ : 535 . 5312 ││

Rebana:│ d . .d d │ t t t t │ d d d d │t d t . │

│ d . .d d │ t t t t │ d d d d │t d t . │ d . .d d │ t t d t │

2. Tabuh taripembuka motif 1

Talo balak:││: 33 33 33 33 │ 33 11 22 3 ││ │ 35 55 55 55 │ 55 22 335││ 8x

Rebana:│ d . d . │ t t . t │ . d d t │ . d d . │

3. Tabuh taripembuka motif 2

Talo balak:││ : 33 33 33 33 │ 31 23 21 23 │ │ 35 55 55 55 │52 35 32 35 ││3x

Rebana:│ d . d . │ t t . t │ . d d t │ . d d .│

4. Tabuh sanak miwang diijan Talo balak: [ - - - 1 2 3 5 6


(33)

6 6 i 6 i 6 5 6 - - - 6 5 3 5 6 6 6 i 6 i 6 5 6 - - - 6 5 3 3 5 5 3 2 2 3 5 3 5

- - 6 5 3 1 2 3 3 3 5 3 5 3 1 2 - - - 2 3 1 2 3

3 3 5 3 5 3 2 1] 1x

Rebana:│ d . d . │ t t . t │ . d d t │ . d d . │

5. Tabuh rebanaperalihan

│ d .d . d │ t .d . d │ t .d . d │ t . t . │ 4x

6. Kembali ketabuh tari pembukamotif 1 dan 2

││: 33 33 33 33 │ 33 11 22 3 ││ │ 35 55 55 55 │ 55 22 33 5 ││2x ││ : 33 33 33 33 │ 31 23 21 23 │

│ 35 55 55 55 │52 35 32 35 ││2x

Rebana:│ d . d . │ t t . t │ . d d t │ . d d . │

7. Tabuh rampak

││ ii 56 6 35 │ 52 3 56 56 │ │ ii 56 6 35 │ 52 3 56 56 ││ ││ 33 23 3 23 │ 32 3 53 23 │

│ 33 23 3 23 │ 32 3 53 23 ││2x

Rebana:│ d .d . d │ t .d . d │ t .d . d │ t . t . │


(34)

Notasi ditulis berdasarkan notasi alat musik gamolan, sedangkan pada praktiknya musik iringan tari muli siger menggunakan talo balak. Pada tabuh rebana (butabuh) terdapat empat macam suara (timbre), antara lain:

1. Tang = T

2. Dung = D

3. Cang = C

4. Pak/Tak = P

2.7.8 Ragam gerak tarimuli siger

Tabel 2.2 Ragam gerak tariMuli Siger 1. Lapah ngusung siger(berjalan

membawa siger)

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan tegak, berjalan ke depan 1-8 dengan kedua tangan direntangkan ke samping sejajar pinggang, telapak tangan digerakkan membuka dan menutup secara bergantian pada hitungan ke 1 sampai 4.


(35)

2. Butakhi(akan menari)

Posisi badan mendak diam di tempat, kedua tangan direntangkan ke depan (serong kanan kiri), telapak tangan di ukel pada hitungan ke 1 sampai 4, lalu pada hitungan ke 4 sampai 8 gerak memutar mencari posisi.

3. Samber melayang(gerak menirukan burung terbang)

Posisi badan diam di tempat, kedua tangan proses mulai dari di letakkan di depan dada lalu kedua tangan direntangkan ke samping pada hitungan 1 sampai dengan 8.

4. Pungu ngelik kanan(tangan dikelik atau ukel kekanan)

Posisi badan diam di tempat, kedua tangan di letakkan di depan dada lalu kedua tangan direntangkan dan di kelik hitungan 1 sampai 8 (tangan kanan serong kanan atas dan tangan kiri ke depan dada). Begitu pula sebaliknya pada gerakPungu Ngelik Kiri.


(36)

5. Ngelik mit kanan(kelik atau diukel kekanan)

Kaki di arahkan ke samping kanan (kaki kanan-kiri secara bergantian), posisi tangan serong kanan atas lalu kedua tangan di arahkan ke lutut pada hitungan 1 sampai 4 dengan posisi badan agak merunduk (tangan kanan menempel di lutut kanan dan tangan kiri di pinggang). Begitu pula sebaliknya pada gerakNgelik Mit Kiri.

6. Busikhena(berhias)

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak, kedua kaki di langkahkan ke depan secara bergantian 1 sampai 2, kedua tangan sejajar dada, lalu kedua tangan diarahkan ke samping kiri sambil di ukel dan bergerak memutar mencari posisi pada hitungan 5 sampai 8.


(37)

7. Bebalikh ngelik kanan-kiri(serong ukel atau kelik kanan dan kiri).

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak serong kiri, kedua tangan digerkkan memutar di depan dada pada hitungan 1 sampai 4, lalu di ukel dan di letakkan di atas bahu pada hitungan 7-8. Begitu pula sebaliknya pada gerakBebalik Ngelik Kanan.


(38)

8. Kanluk(merentangkan selendang). Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak, gerakkan kaki ke depan secara bergantian, posisi tangan di depan dan gerkkan tangan secara bergantian pada hitungan 1-2 (letakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan sebaliknya), lalu rentangkan kedua tangan ke samping pada hitungan 5-6.

9. Ngelik mit kanan-kiri(di kelik atau ukel kekanan dan kiri).

Posisi badan mendak, tangan di ukel ke kanan, kaki kanan di serong ke kiri di ikuti kaki kiri di letakkan bersebelahan dengan kaki kanan pada hitungan 1-4. Begitu pula sebaliknya pada gerak Ngelik Mit Kiri.


(39)

10.Mampam siger(membawa siger). Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak, kedua tangan di letakkan di atas bahu, lalu badan memutar, proses sampai menjadi posisi duduk pada hitungan 1 sampai 4.

11.Ngelik mejong kanan-kiri(di ukel atau kelik kanan dan kiri).

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan duduk jongkok, kedua tangan di arahkan ke kanan sambil ukel, lalu di arahkan ke kiri sambil di ukel pada hitungan 1-2 bergantian posisi (serong kanan atas dan serong kiri atas, gerak dilakukan secara bergantian).


(40)

12.Ngelik temegi(ukel atau kelik berdiri). Posisi badan jongkok, kedua tangan diletakkan di dekat pinggang sambil di ukel pada hitungan 1-8, lalu berdiri dan mencari posisi.

13. Ngelik mit kanan-kiri2 (kelik atau ukel ke kanan dan kiri).

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak, kaki bergerak maju mundur dengan posisi tangan di ukel ke kanan, kaki kanan diserong ke kiri diikuti kaki kiri diletakkan bersebelahan dengan kaki kanan pada hitungan ke 1-2. Begitu pula sebaliknya pada gerakNgelik Mit Kiri.


(41)

14. Mejong kenui bebayang(duduk membuka sayap.

Terdiri dari 3 ragam gerak dengan posisi badan duduk jongkok, posisi tangan diletakkan di depan dada, sebelah kiri pada hitungan ke 1-2, kedua tangan direntangkan ke samping pada hitungan ke 3-4, letakkan lagi di depan dada lalu rentangkan lagi ke samping pada hitungan ke 7-8.


(42)

15.Lapah tabikpun(jalan penghormatan). Posisi badan mendak, kedua tangan di ukel secara bergantian ke kanan dan kiri pada hitungan ke 1-2 dan 1-4 lalu bergerak lari kecil memutar sambil mencari posisi.

16.Bebalik kenui bebayang

Posisi badan mendak serong ke kanan kiri dengan kedua tangan diarahkan serong ke kanan kiri secara bergantian pada hitungan ke 1-2, lalu posisi badan diarahkan ke kiri diikuti kedua tangan (tangan kanan

letakkan diatas tangan kiri dan sebaliknya), kedua tangan di depan lalu direntangkan ke samping pada hitungan 5-8.

17.Kenui bebakhis(bergerak berbaris)

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak dan diam di tempat, tangan di kelik di depan dada lalu berputar pada hitungan ke 1-2. Setelah itu, kedua tangan proses berputar ke depan lalu di letakkan di samping bawah pada hitungan ke 3-4.


(43)

18.Kenui ngangkat ko kepi(bergerak mengangkat sayap).

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan direntangkan ke samping atas dan bawah secara bergantian pada hitungan ke 1-2.


(44)

19.Ngelik ngehaman(kelik atau ukel diam ditempat).

Terdiri dari 3 ragam gerak dengan posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan direntangkan ke samping atas dan bawah secara bergantian pada hitungan ke 1-2 sampai dengan 8.


(45)

20.Mampam kebelah(membawa siger dengan tangan sebelah).

Posisi badan mendak dan berputar, tangan kanan diletakkan di atas bahu dan tangan kiri direntangkan ke bawah dengan hitungan 1-2 sampai dengan 8 (begitu pula sebaliknya).

21.Hentak kukut(menghentakkan kaki), Terdiri dari 3 ragam gerak dengan posisi badan mendak, kaki kanan dan kiri dihentakkan ssecara bergantian, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri pada hitungan ke 1-4, lalu kedua tangan diletakkan sejajar kepala, di ukel dan direntangkan pada hitungan 5-8.


(46)

22.Ngelik(di ukel atau kelik).

Posisi badan mendak, kaki berjalan ke samping kanan, kedua tangan diarahkan ke samping kanan sambil di ukel pada hitungan 1-2 sampai dengan 8.

23.Mutokh(berputar)

Posisi badan mendak, kedua tangan di kelik, lalu berputar mencari posisi sebanyak hitungan 1x8.

24.Umbak (bergerak seperti ombak).

Posisi badan mendak dan serong kanan kiri, tangan diletakkan ke arah serong kanan dan kiri sambil kedua tangan diputar pada hitungan 1-2 sampai dengan hitungan 8.


(47)

25. Kenui bebayang khanggal(bergerak membuka sayap tinggi).

Terdiri dari 2 ragam gerak dengan posisi badan jongkok, kedua tangan diletakkan di dekat pinggang sambil di ukel pada hitungan 1-4, lalu berdiri dan mencari posisi.

26.Mutokh mampam kebelah(berputar membawa siger dengan tangan sebelah). Posisi badan mendak sambil berputar di tempat, kedua tangan direntangkan ke samping dengan salah satu tangan diarahkan di samping atas dan bawah dengan hitungan 1-2 sampai dengan 8.

27.Ngeguwai siger(membentuk siger).

Membentuk gerak seperti siger pada hitungan 5-8.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskripstif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sitematis dan apa adanya, serta hasil dari penelitian ini adalah berupa argumentasi (Margono, 2010: 35). Penelitian ini bersifat naturalistik, karena penelitiannya yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya. Hasil dalam penelitian ini akan diperkuat dengan data kuantitatif.

Berkaitan dengan judul penelitian yaitu pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, maka digunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan penerapan metode demonstrasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari muli siger pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung secara naturalistik, apa adanya, dan tidak ada manipulasi keadaan dan kondisi pada saat penelitian.

3.2 Sumber Data

Subjek dalam penelitian ini adalah 12 siswi kelas VIII yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran, metode


(49)

demonstrasi, tari muli siger, dan kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Responden dalam penelitian ini adalah 12 siswi kelas VIII yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan guru pembimbing ekstrakurikuler. Sumber data diperoleh dari responden sehingga sumber data dalam penelitian ini adalah 12 siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan guru pembimbing ekstrakurikuler.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 308). Maka pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting dalam penelitian.

Dalam penelitian ini ada empat teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sitematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2010:158). Observasi dilakukan sebelum studi pendahuluan untuk mengetahui masalah yang akan diteliti, dan mengetahui keadaan subyek penelitian yang sebenarnya. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh


(50)

akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2012: 310).

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan analisa aktivitas siswa dalam pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakulikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Obsevasi yang dilakukan pertama adalah obsevasi bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran tari muli siger, serta bagaimana siswa dan guru dalam proses belajar mengajar serta hasilnya.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012: 194).

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melaksanakan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya.


(51)

a. Wawancara dilakukan kepada narasumber seperti guru seni budaya SMP Negeri 10 Bandar Lampung beserta siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tari.

b. Menyiapkan pokok-pokok permasalahan sebagai bahan wawancara kepada narasumber.

c. Mengawali dan membuka wawancara dengan menanyakan biodata narasumber.

d. Mengkonfirmasi hasil wawancara dan mengakhirinya. e. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

f. Mengakhiri tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung berupa informaasi tentang pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Wawancara ditujukan kepada guru seni budaya, dan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tari di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Alat bantu yang digunakan berupa alat tulis dan kamera.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatn harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 329).


(52)

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tambahan untuk melengkapi data setelah dilakukan observasi dan wawancara yang berupa tulisan, gambar, dan video. Setelah mendapatkan informasi dari observasi dan wawancara akan lebih akurat denag didukung adanya catatan-catatan atau data-data mengenai pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

3.4 Instrumen Penilaian 3.4.1. Tes Praktik

Perolehan data tentang hasil belajar tari muli siger pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler digunakan tes praktik perbuatan/produk gerak-gerak tari muli siger yang dilakukan siswa sebagai hasil belajar digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik.

Berikut adalah lembar pengamatan tes praktik pada tarimuli siger

Tabel 3.1 Lembar pengamatan tes praktik pada tarimuli siger

Aspek yang dinilai Deskriptor Skor Skor Maksimum No Teknik Gerak (Wiraga) 1. Siswa dapat menarikan 27 motif

gerak tarimuli sigerdengan teknik yang benar.

2. Siswa dapat menarikan 23 motif gerak tarimuli sigerdengan teknik yang benar.

3. Siswa dapat menarikan 20 motif gerak tarimuli sigerdengan teknik yang benar.

4. Siswa dapat menarikan 15 motif 5 4 3 2 5 1.


(53)

gerak tarimuli sigerdengan teknik yang benar.

5. Siswa dapat menarikan 10 motif gerak tarimuli sigerdengan teknik yang benar.

1

Kesesuaian gerak dengan musik

(Wirama) 1. Gerakan siswa sesuai dengan

hitungan dan ketepatan musik. 2. Gerakan siswa 1-2 kali terlambat

atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo serta

hitungan gerak.

3. Gerakan siswa 3-4 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo serta

hitungan gerak.

4. Gerakan siswa 5-6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo serta

hitungan gerak.

5. Gerakan siswa lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo serta hitungan gerak.

5 4 3 2 1 5 2. Ekspresi (Wirasa) 1. Tersenyum dan pandangan ke

depan.

2. Tidak tersenyum dan pandangan kedepan.

3. Tersenyum tetapi pandangan ke bawah (menunduk).

4. Tidak tersenyum dan pandangan ke bawah (menunduk).

5. Siswa tidak tersenyum sama sekali dan pandangan menunduk serta ekspresi wajah tegang. 5 4 3 2 1 5 3.

Total Skor Maksimal 15

Cara yang digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :


(54)

2. Memeriksa kembali hasil data yang telah diperoleh.

3. Memberikan skor perolehan dari penilaian proses dalam tarimuli siger. 4. Menentukan nilai persentase evaluasi, dengan menggunakan rumus :

N = skor perolehan x 100 %

skor maksimal

5. Menyimpulkan hasil dari data yang diperoleh tentang metode demonstrasi dalam pembelajaran tarimuli sigerdi SMP Negeri 10 Bandar Lampung.

Ns : Skor Siswa x Skor Ideal % Skor Maksimum

Setelah skor aktivitas didapat, lalu dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai aktivitas empat aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu visual activities, listening activities, motor activities, emotional activities pada saat proses pembelajaran di dalam ataupun di luar ruang dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel 3.2 yaitu lembar penilaian aktivitas belajar yang memiliki skor maksimal 12.

Tabel 3.2 Penentuan patokan dengan penghitungan skor untuk skala lima Keterangan Skor Skala Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal 85 - 100

75 - 84 60 - 74 40 - 59 039 5

4 3 2 1


(55)

3.4.2.`Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran tari muli siger. Pengamatan proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas dengan menerapkan metode demonstrasi yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas siswa, instrumen pengamatan proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan aktivitas guru.

Tabel 3.3. Lembar penilaian aktivitas siswa

No Aspek Descriptor Penilaian skor

Skor Maksimum

1. Visual

Activities

a. Seluruh siswa memerhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru kemudian siswa mampu menirukan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh guru.

5

5 b. Dari 12 siswa terdapat 10 siswa

yang memerhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru kemudian siswa mampu menirukan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh guru.

4

c. Dari 12 siswa terdapat 8 siswa yang memerhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru kemudian siswa mampu menirukan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh guru.

3

d. Dari 12 siswa terdapat 6 siswa yang memerhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru kemudian siswa mampu menirukan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh guru.

2

e. Kurang dari 6 siswa yang

memerhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru kemudian


(56)

siswa mampu menirukan sesuai dengan apa yang telah

disampaikan oleh guru. 2. Listening

Activities

a. Seluruh siswa mendengarkan materi yang sedang disampaikan

guru. 5

5 b. Dari 12 siswa terdapat 10 siswa

mendengarkan materi yang sedang disampaikan guru.

4 c. Dari 12 siswa terdapat 8 siswa

mendengarkan materi yang sedang disampaikan guru.

3 d. Dari 12 siswa 6 siswa yang

mendengarkan materi yang sedang disampaikan guru.

2 e. Kurang dari 6 siswa yang

mendengarkan materi yang sedang disampaikan guru.

1

3. Motor

Activities

a. Seluruh siswa mampu

memeragakan ragam gerak tari muli sigersesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru.

5

5 b. Dari 12 siswa terdapat 10 siswa

yang mampu memeragakan ragam gerak tarimuli sigersesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru

4

c. Dari 12 siswa terdapat 8 siswa yang mampu memeragakan ragam gerak tarimuli siger sesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru

3

d. Dari 12 siswa terdapat 6 siswa yang mampu memeragakan ragam gerak tarimuli sigersesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru.

2

e. Kurang dari 4 siswa yang mampu memeragakan ragam gerak tari muli sigersesuai dengan gerakan


(57)

yang diajarkan oleh guru

Total Skor Maksimum 15

(Sardiman, 2012: 101)

Setelah skor aktivitas siswa didapat, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas siswa yaitu visual activities, listening activities, dan motor activities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel yaitu lembar penilaian aktivitas siswa yang memiliki skor maksimum 15. Selanjutnya, setelah skor aktivitas siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai Siswa =

Skor Siswa

Skor Maksimum x 100

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat kegiatan guru dalam kegiatan ekstrakurikuler. Guru berperan aktif dalam penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran tarimuli siger.

Tabel 3.4 Lembar pengamatan aktivitas guru

P 8 P 7 P 6 P 5 P 4 P 3 P 2 P 1 Aspek yang dinilai

No

LANGKAH PERSIAPAN

Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa.

Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. LANGKAH PEMBUKAAN

Mengatur tempat siswa yang memungkinkan semua siswa dapat I

a b II a


(58)

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

Mengemukakan tujuan yang harus dicapai siswa.

Mengemukakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan siswa misalnya untuk mencatat dan memperhatikan hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

LANGKAH PELAKSANAAN Memulai demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan yang menarik sehingga siswa tertarik memperhatikan kegiatan demonstrasi.

. Melaksanakan suasana yang

menyenangkan/rileks dengan menghindari suasana yang menegangkan.

b. Memperhatikan reaksi seluruh siswa pada saat pembelajaran menggunakan

demonstrasi.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya secara aktif mengenai apa yang telah didemonstrasikan.

LANGKAH MENGAKHIRI

Memberikan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Melakukan evaluasi bersama mengenai jalannya proses demonstrasi untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya. b c III. a b c d IV. a b

(Kunandar, 2011: 97) Keterangan :

P.1 = Pertemuan pertama P.5 = Pertemuan kelima P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuan keenam P.4 = Pertemuan keempat P.8 = Pertemuan kedelapan


(59)

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi chek list sebagai penanda. Jenis penelitian deskriptif kualitatif tidak menjadikan nilai sebagai hasil utama, nilai digunakan untuk menjelaskan apakah metode yang telah diterapkan sudah maksimal atau belum maksimal, jadi hasil dari penelitian deskriptif kualitatif adalah berbentuk argumen.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Langkah-langkah analisis data ialah sebagai berikut. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan tentang proses pembelajaran gerak tari muli siger melalui metode demonstrasi di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Langkah-langkah analisis data yaitu:

1. Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tari muli siger.

2. Menganalisis hasil tes tarimuli siger dengan menggunakan lembar penilaian tes praktik.

3. Memberikan nilai hasil tes praktik dengan menggunakan rumus presentasi pada instrumen penilaian.

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari muli siger menggunakan penentuan patokan dengan nilai untuk skala satu sampai dengan lima.


(60)

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis.

6. Membuat kesimpulan dengan cara menganalisis dan mengolah data-data pada saat observasi, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitas siswa dan guru.


(61)

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan metode demonstrasi diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode demonstrasi telah dilaksanakan oleh guru pada beberapa pertemuan dalam pembelajaran tari muli siger. Pada proses pembelajaran tari muli siger guru memperagakan langsung ragam gerak kepada siswi dari posisi awal gerak yaitu posisi badan dan langsung diikuti oleh siswi, ketika posisi badan siswi sudah tepat baru ditambah dengan gerakan tangan dan kaki. Guru juga mengadakan evaluasi disetiap pertemuan dalam pembelajaran tari muli sigermenggunakan metode demonstrasi. Namun pada pertemuan pertama guru masih menggunakan metode ceramah dan pada pertemuan ketujuh guru juga menggunakan media audio visual dan ternyata menunjang metode demonstrasi menjadi lebih efektif.

2. Hasil pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung secara keseluruhan mendapatkan kriteria baik dengan peningkatan kemampuan gerak siswi pada setiap pertemuan dan secara keseluruhan mendapatkan nilai 75,75. Hasil pembelajaran ini ternyata ditunjang dengan beberapa metode yang digunakan yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode audio-visual yang menjadikan pembelajaran tari lebih efektif.


(62)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kemampuan siswi bisa lebih digali kembali oleh guru dalam proses pembelajaran serta membentuk karakter siswi sejalan dengan proses pembelajaran itu terjadi, sehingga selain siswi mendapat pengetahuan yang baik, siswi juga mempunyai karakter yang baik dimulai dari sikap dan perilaku.

2. Diharapkan untuk guru agar tidak hanya menguasai dalam hal praktik namun juga mengusai penuh dalam hal pengetahuan tentang materi yang disampaikan sehingga siswi tidak hanya mampu memperagakan materi yang disampaikan guru namun siswi juga mendapat pengetahuan penuh tentang materi yang sedang dipelajari tentunya dengan penjelasan secara lisan oleh guru sebelum metode demonstrasi dilaksanakan serta kesesuaian pembelajaran dengan rancangan pembelajaran harus lebih diperhatikan agar prosedur pembelajaran semakin efektif.

3. Pemakaian seragam praktik dalam pembelajaran tari seharusnya tidak hanya dilaksanakan oleh siswi namun juga gurunya sehingga proses mendemonstrasikan gerak akan lebih maksimal.

4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi penelitian selanjutnya atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan menggunakan metode demonstrasi.


(63)

Achmadi, 2012.Metodolodi Penelitian.Jakarta: PT Bumi Aksara

Fadillah, 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Hadi, Sumandiyo, 2007.Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta Hamdani, 2011.Srategi Belajar Mengajar.Bandung: Cv Pustaka Setia Hamalik, Oemar 2011.Kurikulum dan pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta. Hamid, Moh. Sholeh 2011.Metode Edutrainment. Yogyakarta: Diva Press. Hamzah, 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Ihsan, H. Fuad. 2008.Dasar-dasar Kependidikan,Rineka Cipta, Jakarta. Kusnandar, 2011.Aktivitas Pembelajaran. Jakarta

Margono, 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv Pustaka Setia Mustika, 2012.Tari Muli Siger. Lampung: Universitas Lampung.

Sardiman, 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Silberman, 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Alami. Jakarta: Permata Puri Media

Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Wetty S, Ni Nyoman 2011.Strategi Pembelajaran Bahasa Dan Sastra

Indonesia. Lampung: Universitas Lampung.

Widaryanto, FX. 2007.Antropologi Tari. Bandung: Sunan Ambu Press.


(1)

53

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

Mengemukakan tujuan yang harus dicapai siswa.

Mengemukakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan siswa misalnya untuk mencatat dan memperhatikan hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

LANGKAH PELAKSANAAN Memulai demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan yang menarik sehingga siswa tertarik memperhatikan kegiatan demonstrasi.

. Melaksanakan suasana yang

menyenangkan/rileks dengan menghindari suasana yang menegangkan.

b. Memperhatikan reaksi seluruh siswa pada saat pembelajaran menggunakan

demonstrasi.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya secara aktif mengenai apa yang telah didemonstrasikan.

LANGKAH MENGAKHIRI

Memberikan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Melakukan evaluasi bersama mengenai jalannya proses demonstrasi untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya. b c III. a b c d IV. a b

(Kunandar, 2011: 97) Keterangan :

P.1 = Pertemuan pertama P.5 = Pertemuan kelima

P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam

P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuan keenam P.4 = Pertemuan keempat P.8 = Pertemuan kedelapan


(2)

54

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi chek list sebagai penanda. Jenis penelitian deskriptif kualitatif tidak menjadikan nilai sebagai hasil utama, nilai digunakan untuk menjelaskan apakah metode yang telah diterapkan sudah maksimal atau belum maksimal, jadi hasil dari penelitian deskriptif kualitatif adalah berbentuk argumen.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Langkah-langkah analisis data ialah sebagai berikut. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan tentang proses pembelajaran gerak tari muli siger melalui metode demonstrasi di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Langkah-langkah analisis data yaitu:

1. Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tari muli siger.

2. Menganalisis hasil tes tarimuli siger dengan menggunakan lembar penilaian tes praktik.

3. Memberikan nilai hasil tes praktik dengan menggunakan rumus presentasi pada instrumen penilaian.

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari muli siger menggunakan penentuan patokan dengan nilai untuk skala satu sampai dengan lima.


(3)

55

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis.

6. Membuat kesimpulan dengan cara menganalisis dan mengolah data-data pada saat observasi, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitas siswa dan guru.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan metode demonstrasi diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode demonstrasi telah dilaksanakan oleh guru pada beberapa pertemuan dalam pembelajaran tari muli siger. Pada proses pembelajaran tari

muli siger guru memperagakan langsung ragam gerak kepada siswi dari posisi awal gerak yaitu posisi badan dan langsung diikuti oleh siswi, ketika posisi badan siswi sudah tepat baru ditambah dengan gerakan tangan dan kaki. Guru juga mengadakan evaluasi disetiap pertemuan dalam pembelajaran tari muli sigermenggunakan metode demonstrasi. Namun pada pertemuan pertama guru masih menggunakan metode ceramah dan pada pertemuan ketujuh guru juga menggunakan media audio visual dan ternyata menunjang metode demonstrasi menjadi lebih efektif.

2. Hasil pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung secara keseluruhan mendapatkan kriteria baik dengan peningkatan kemampuan gerak siswi pada setiap pertemuan dan secara keseluruhan mendapatkan nilai 75,75. Hasil pembelajaran ini ternyata ditunjang dengan beberapa metode yang digunakan yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode audio-visual yang menjadikan pembelajaran tari lebih efektif.


(5)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kemampuan siswi bisa lebih digali kembali oleh guru dalam proses pembelajaran serta membentuk karakter siswi sejalan dengan proses pembelajaran itu terjadi, sehingga selain siswi mendapat pengetahuan yang baik, siswi juga mempunyai karakter yang baik dimulai dari sikap dan perilaku.

2. Diharapkan untuk guru agar tidak hanya menguasai dalam hal praktik namun juga mengusai penuh dalam hal pengetahuan tentang materi yang disampaikan sehingga siswi tidak hanya mampu memperagakan materi yang disampaikan guru namun siswi juga mendapat pengetahuan penuh tentang materi yang sedang dipelajari tentunya dengan penjelasan secara lisan oleh guru sebelum metode demonstrasi dilaksanakan serta kesesuaian pembelajaran dengan rancangan pembelajaran harus lebih diperhatikan agar prosedur pembelajaran semakin efektif.

3. Pemakaian seragam praktik dalam pembelajaran tari seharusnya tidak hanya dilaksanakan oleh siswi namun juga gurunya sehingga proses mendemonstrasikan gerak akan lebih maksimal.

4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi penelitian selanjutnya atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan menggunakan metode demonstrasi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 2012.Metodolodi Penelitian.Jakarta: PT Bumi Aksara

Fadillah, 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Hadi, Sumandiyo, 2007.Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta

Hamdani, 2011.Srategi Belajar Mengajar.Bandung: Cv Pustaka Setia

Hamalik, Oemar 2011.Kurikulum dan pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta.

Hamid, Moh. Sholeh 2011.Metode Edutrainment. Yogyakarta: Diva Press.

Hamzah, 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Ihsan, H. Fuad. 2008.Dasar-dasar Kependidikan,Rineka Cipta, Jakarta.

Kusnandar, 2011.Aktivitas Pembelajaran. Jakarta

Margono, 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv Pustaka Setia

Mustika, 2012.Tari Muli Siger. Lampung: Universitas Lampung.

Sardiman, 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Silberman, 2013. Pembelajaran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Alami.

Jakarta: Permata Puri Media

Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wetty S, Ni Nyoman 2011.Strategi Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Lampung: Universitas Lampung.

Widaryanto, FX. 2007.Antropologi Tari. Bandung: Sunan Ambu Press.