PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN MODEL DIRECTIVE LEARNING DI SD N 2 PERUMNAS WAY HALIM BANDAR LAMPUNG
Oleh
RESA DWI CAHYANI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2015
(2)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 10
II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Pembelajaran ... 14
2.2 Model Pembelajaran ... 19
2.2.1 Model Pembelajaran Directive Learning ... 19
2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Directive Learning ... 23
2.2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Directive Learning ... 24
2.2.4 Penerapan Model Pembelajaran Directive Learning Pada Pembelajaran Seni Tari ... 24
2.3 Seni Tari ... 25
2.3.1 Pengertian Tari ... 27
2.3.2 Jenis Tari ... 27
2.3.3 Fungsi Tari ... 27
2.4 Tari Muli Siger ... 28
2.4.1 Sinopsis Tari Muli Siger ... 28
2.4.2 Unsur dan Bentuk Tari Muli Siger ... 29
2.4.3 Gerak Tari Muli Siger ... 29
2.4.4 Iringan Tari Muli Siger ... 45
(3)
III METODE PENELITIAN ... 48
3.1 Desain Penelitian ... 48
3.2 Sumer Data... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.3.1 Observasi (Pengamatan) ... 49
3.3.2 Wawancara... 50
3.3.3 Dokumentasi ... 51
3.3.4 Tes Praktik (Perbuatan) ... 51
3.3.5 Nontes ... 53
3.4 Instrumen Penelitian ... 59
3.4.1 Panduan Observasi ... 59
3.4.2 Panduan Pencatatan Lapangan... 59
3.4.3 Panduan Dokumentasi ... 59
3.3.4 Lembar Pengamatan Tes Praktik ... 59
3.4.5 Nontes ... 60
3.5 Teknik Analisis Data... 60
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62
4.2 Profil Singkat SD N 2 Perumnas Way Halim ... 62
4.3 Hasil Penelitian Pendahuluan ... 65
4.4 Hasil dan Pembahasan ... 66
4.4.1 Pertemuan Pertama ... 66
4.4.2 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama ... 74
4.4.3 Pertemuan Kedua ... 79
4.4.4 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedua ... 86
4.4.5 Pertemuan Ketiga ... 94
4.4.6 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketiga ... 98
4.4.7 Pertemuan Keempat ... 105
4.4.8 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keempat ... 110
4.4.9 Pertemuan Kelima... 117
4.4.10 Pertemuan Keenam ... 119
4.4.11 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keenam ... 121
4.4.12 Pertemuan Ketujuh ... 130
4.4.13 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketujuh ... 132
4.4.14 Pertemuan Kedelapan ... 142
4.4.15 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedelapan ... 146
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 157
5.2 Saran ... 160
DAFTAR PUSTAKA ... 161 LAMPIRAN...
(4)
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (muslich, 2007: 1),berisikan amanat pemerintah untuk menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Disebutkan dalam pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan mengembangkan potensi dalam dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
(5)
Pendidikan seni diberikan kepada anak dengan berbagai tujuan tetapi semuanya didasari oleh keyakinan bahwa seni membentuk kepekaan anak sejak pertama kali mereka mengalaminya sebagai bentuk dasar ekspresi dan sebagai tanggapan untuk dan dalam kehidupan. Melalui pendidikan seni, peserta didik dilatih untuk mengembangkan bakat kreatif, kemampuan dan ketrampilan yang dapat di transfer pada kehidupan kerja sebagai mata pencaharian maupun untuk rekreasi sebagai hobi atau kesenangan (Sukarya, 2010: 327).
Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama, ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tujuan pembelajaran.
Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Prosesbelajar mengajar melibatkan terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik, agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik, guru diharapkan memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan tujuan, menetapkan materi dan mampu memahami berbagai metode dan model pembelajaran sebagai penunjang proses pembelajaran.
(6)
Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Aspek budaya pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya dan mempunyai 4 sub bagian pelajaran, diantaranya adalah seni musik, seni tari, seni rupa, dan seni teater. Meskipun seni tari hanya dituntut untuk menari, namun sebenarnya tidak semudah itu perlu adanya penguasaan teknik-teknik tertentu untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Tari merupakan ungkapan ekspresi jiwa yang berbentuk gerak tubuh. Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika (Mustika,2013:21). Seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi.
Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil dalam Rusman, 2012: 133).
(7)
Berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru seperti cooperative learning, contextual teaching and learning, directive learning atau pembelajaran langsung dan sebagainya.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menciptakan proses pembelajaran dan pengajaran yang baik. Guru perlu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran serta kemampuan gurunya sendiri. Guru dalam memilih metode dan model pengajaran hendaknya yang dapat mendukung siswa untuk mampu meningkatkan motivasi belajar karena hal tersebut memegang peranan penting dalam pencapaian hasil belajar. Pemilihan model mengajar yang kurang variatif dalam proses pembelajaran akan menimbulkan situasi pembelajaran yang tidak menyenangkan khususnya pembelajaran seni tari.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah Model pembelajaran Directive Learning. Model pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung adalah suatu model mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif berupa pengertian dan makna serta prosedural berupa cara bagaimana melakukan sesuatu yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Istilah lain yang bisa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni di antaranya trainingmodel, active teaching model, mastery teaching, explicit instructions, dan whole-class teaching(Arends dalam
(8)
Husamah, 2013:116). Model Pembelajaran langsung ini dipilih agar dapat menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah (Husamah,2013:117).
Model directive learning atau pembelajaran langsung yang dimaksud adalah model pembelajaran langsung pada pembelajaran tari. Pembelajaran tari menggunakan model directive learning atau pembelajaran langsung digunakan agar peserta didik lebih mudah memahami ketrampilan dasar dalam menari. Model pembelajaran ini juga terstruktur sehingga peserta didik dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas dan dapat memaksimalkan waktu yang ada. Model pembelajaran ini cocok digunakan pada pembelajaran tari karena pola kegiatan pembelajarannya bertahap selangkah demi selangkah khususnya pada ketrampilan dasar. Teknik penyajian pembelajaran tari dengan model directive learning atau pembelajaran langsung yaitu dengan mendemonstrasikan tahap demi tahap bentuk gerak tari, kesesuaian gerakan dengan iringan serta ekspresi wajah. Pembelajaran dilakukan secara betahap selangkah demi selangkah sehingga peserta didik dapat dengan mudah memeragakan tari dengan hafalan dan menguasai teknik hafalan tersebut.
SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung merupakan sekolah yang beralamatJL. Merapi Raya No. 2 Kel. Perumnas Way Halim Kec. Kedaton Kota Bandar Lampung.
(9)
Dipilihnya SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung karena memiliki ketersediaan data yang dapat membantu dan mempermudah jalannya penelitian. SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan pembelajaran seni budaya. Pembelajaran seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung terdiri dari seni rupa, seni musik dan seni tari. Pada tahun pelajaran 2014/2015 semester genap, pembelajaran seni budaya disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Seni tari merupakan salah satu cabang seni budaya yang diajarkan di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung. Pembelajaran tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diadakan pada kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler.Sebagian besar siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari namun tidak semuanya mengikuti, tetapi prestasi yang didapat dalam bidang seni tari di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung ini sudah cukup banyak.Pada penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana proses pembelajaran tari apabila siswi telah memiliki bekal keterampilan tari pada kegiatan ekstrakurikuler apakah berbeda hasilnya dengan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada pembelajaran tari di kelas.
(10)
Pembelajaran tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diajarkan kepada siswa sekolah dasar kelas tinggi yaitu pada kelas IV, V dan VI. Namun pada kelas tinggi pembelajaran tari hanya diberikan pada kelas VI sedangkan pada kelas IV dan V hanya diberikan materi-materi dari LKS dan buku cetak tanpa praktik menari.Pada kelas VI pembelajaran tari sudah pada tahap praktik. Sedangkan pada kelas rendah yaitu kelas I, II dan III diberikan materi pelajaran seni rupa dan seni musik. Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga pendidik seni budaya khususnya dibidang seni tari. Guru seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung adalah ibu Rosita Wati, beliau merupakan guru yang memiliki latar belakang pendidikan seni tari dan mengajarkan pembelajaran tari di kelas VI SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
Pada kelas VI semester genap terdapat standar kompetensi yaitu mengekspresikan diri melalui karya seni taridan kompetensi dasaryaitu memeragakan tari daerah setempat secara perorangan atau kelompok yang tercantum dalam silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran seni tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada kelas VI semester genap adalah tari muli sigeryang merupakan salah satu garapan tari kreasi baru daerah Lampung. Tari muli siger ini adalah tari kreasi baru yang digarap menjadi sebuah karya seni dan dapat dinikmati oleh masyarakat Lampung (Mustika, 2012: 23). Dipilihnya tari muli siger oleh guru seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung karena tari ini merupakan tari kreasi baru yang belum banyak dikenal, sehingga dapat membangkitkan spirit baru bagi peserta didik yang akan mempelajarinya.
(11)
Tari ini disesuaikan dengan materi yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kelas VI di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung terdiri dari empat kelas yaitu kelas VI A, VI B, VI C dan VI D. Pada semester ganjil pembelajaran tari pada kelas VI yaitu mempelajari materi praktik tari sigeh
penguten yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi
pada kurikulum. Dan pada semester genap ini guru memberikan materi tari muli siger karena materi ini sesuai dengan kurikulum di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
Peneliti disini akan memfokuskan penelitiannya pada kelas VI C. Dipilihnya kelas VI C sebagai sasaran penelitian karena kelas ini merupakan kelas unggulan dan antusias peserta didik dikelas ini dalam bidang seni tari cukup tinggi dan sebagian besar siswi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari sehingga akan lebih mudah menangkap materi tari muli siger serta direkomendasikan langsung oleh guru seni budaya. Kelas VI C terdiri dari 20 peserta didik laki-laki dan 16peserta didik perempuan. Akan tetapi materi tari muli siger pada kelas VI C hanya diberikan pada peserta didik perempuan sedangkan peserta didik laki-laki mempelajari tari sigeh penguten. Hal ini dikarenakan pada semester ganjil peserta didik laki-laki belum tuntas menghafal ragam gerak tari sigeh penguten sedangkan peserta didik perempuan sudah tuntas. Oleh karena itu peneliti disini akan memfokuskan
(12)
penelitiannya pada peserta didik perempuan kelas VI C yang terdiri dari 16 peserta didik.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, sekolah ini baru menerapkan pembelajaran tari di kelas,sehingga model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran tari yaitu model pembelajaran directive learning atau pembelajaran langsung sebagai tahap awal, karena model ini dianggap memungkinkan mencapai target belajar yang spesifik bagi peserta didik tingkat dasar karena model pembelajrannya terstruktur dan berpola sehingga dapat memudahkan peserta didik untuk memahami materi dan menghafal ragam gerak tarimuli siger.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.“Bagaimanakah pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learningpada Kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015
(13)
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut; 1. Memberi alternatif bahan ajar bagi guru seni budaya dan keterampilan
khususnya seni tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung
2. Menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai bentuk tari Lampung khususnya tarimuli siger
3. Menambah dan memberi pengetahuan kepada peneliti mengenai pembelajaran tarimuli sigermenggunakan modeldirective learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
1.5 Ruang Lingkup penelitian
Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sasaran (subjek)
Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan siswi perempuan kelas VI C yang berjumlah 16 siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
(14)
2. Masalah (objek)
Objek penelitian ini adalah Pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
3. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung yang beralamatkan JL. Merapi Raya No. 2 Kel. Perumnas Way Halim Kec. Kedaton Kota Bandar Lampung.
4. Waktu penelitian
Waktupenelitian ini adalah pada awal semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada bulan Januari–Maret dengan 8 kali pertemuan.
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang model directive learning dan tari muli siger belum ada yang mencatat tentang Pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
Husamah dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Luar Kelas Out Door
Learning” (2013) yang berisi tentang rancangan strategi mengembangkan metode dan model pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan menantang. Salah satu model yang ada di dalam buku tersebut yaitu model pembelajaran directive learning. Model pembelajaran directive learning adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model pembelajaran ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan peserta didik. Selain itu, dengan model pembelajaran langsung guru dapat memaksimalkan waktu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan.
(16)
Hidayat dalam bukunya “Wawasan Seni Tari” (2005) tari sejak awal merupakan sebuah seni kolektif, sebab dalam kerangka wujudnya tempat dibentuk oleh berbagai disiplin seni yang lain misalnya sastra musik, seni rupa, dan seni drama. Tari pada waktu itu masih sebagai bentuk pengungkapan yang bersahaja dan sangat tunduk pada kepentingan adat serta religi. Perkembangan selanjutnya, tari tidak lagi menjadi bagian dari aktivitas adat atau religi, tetapi kehadiran tari menjadi berdiri sendiri sebagai sebuah ekspresi seni yang mandiri.
I Wayan Mustika dalam bukunya berjudul “Tari Muli Siger” yang berisi tentang penggarapan tari muli siger sebagai upaya mempertahankan seni tradisi Lampung. Tari tersebut merupakan garapan tari kreasi baru yang mengadopsi gerak dari gerakan tari tradisi lampung yang telah ada. Tari muli siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang kehormatan. Tari muli siger adalah tari kreasi baru yang bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan.
Tari muli siger ditarikan oleh enam orang penari putri. Keenam penari ini sama-sama menari dengan gerak dan kostum yang sama. Keindahan dan kelincahan gerak tari muli siger ini dapat mencerminkan kemolekan atau kecantikan gadis Lampung. Kehormatannya pun yang terpancar dari siger yang digunakan menandakan adanya cermin keagungan yang sangat tinggi dalam falsafah kehidupan masyarakat Lampung. Antara gadis atau penari dengan siger sebagai lambang kehormatan kebesaran masyarakat Lampung
(17)
terlihat jelas dalam garapan tari muli siger. Tari muli siger mencerminkan karakteristik kecantikan seorang gadis yang sangat terhormat.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas tidak terdapat judul yang sama, oleh karena itu penelitian ini dapat dikatakan masih orisinil.
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide, dan film audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya (Hamalik, 2013: 57).
Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan efektif dan efisien. Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Thobroni dan Mustota,2011:18).
(18)
UU No 20 tahun 2003 pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh lingkungan. Melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, maka siswa memperoleh pengalaman yang selanjutnya memengaruhi perilakunya, sehingga berubah dan berkembang. Lingkungan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut, seperti mempersiapkan program belajar, bahan pelajaran, metode belajar, dan alat pengajar. Proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh pribadi guru, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar sekolah, dan semua lingkungan belajar yang bermakna bagi perkembangan siswa (Susanto, 2013:21).
Langkah perencanaan program pengajaran memegang peranan yang sangat penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Adapun 3 langkah pengajaran diantaranya (Thobroni dan Mustofa, 2011:25).
1. Perencanaan pengajaran
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
(19)
keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran
Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada guru tentang bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan bagian-bagian mana pula yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Ibrahim, 2010: 125).
a. Perencanaan Pengajaran
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran (Majid, 2007: 15). Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan motode pengajaran, dan menilai dalam suatu
(20)
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.(Majid, 2007: 17).
b. Pelaksanaan program pengajaran
Ada empat langkah pokok yang biasa dilakukan dalam keseluruhan proses program pengajaran yaitu evaluasi awal, pelaksanaan pengajaran, evaluasi akhir, dan tindak lanjut (Ibrahim, 2010: 130-132).
a) Evaluasi Awal
Evaluasi awal atau pretest dilakukan sebelum pelajaran diberikan. Tujuan atau fungsinya ialah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang bersangkutan.
b) Pelaksanaan pengajaran
Setelah evaluasi awal dilakukan, langkah berikutnya ialah melaksanakan pengajaran sesuai dengan langkah-langkah atau kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan.
c) Evaluasi akhir
Fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa pada akhir pengajaran. Hasil evaluasi akhir kita bandingkan dengan evaluasi awal, akan dapat diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, di samping sekaligus dapat pula kita ketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa. d) Tindak lanjut
(21)
guru dapat merencanakan kegiatan-kegiatan tindak lanjut yang perlu dilakukan, baik berupa upaya perbaikan (remedial) bagi siswa-siswa tertentu, maupun berupa penyempurnaan program pengajaran.
c. Evaluasi Pengajaran
Evluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau mufakat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran (Mudjiono, 2013: 221). Evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan fakta atau bukti-bukti secara sistematis untuk menetapkan apakah telah terjadi perubahan pada diri siswa, dan sampai sejauh mana perubahan yang terjadi. Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas pembelajaran.
Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran, yaitu evaluasi program pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
a) Evaluasi program pembelajaran
Yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas program pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Dengan evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga kemungkinan rekomendasi, yaitu program pembelajaran tidak baik dan tidak boleh digunakan atau laksanakan, program pembelajaran dapat digunakan atau dilaksanakan tapi harus direvisi terlebih dahulu, dan program pembelajaran yang baik dan siap atau dapat digunakan atau dilaksankan.
(22)
b) Evaluasi proses pembelajaran
Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran sedang berlangsung. Artinya, dengan evaluasi proses dapat diketahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran, aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, bagaimana keterampilan guru dalam membuka sampai dengan menutup pembelajaran.
c) Evaluasi hasil belajar
Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil pembelajaran dalam bentuk hasil atau prestasi belajar siswa. Hasil belajar akan nampak pada tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan pengalaman belajar yang dipelajari selama proses pembelajaran. Dengan evaluasi hasil belajar dapat ditetapkan boleh atau tidaknya siswa melanjutkan belajar ke tingkat pembelajaran selanjutnya atau harus mengulang.
2.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (joice & Weil dalam Rusman, 2012:133).
2.2.1 Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung Pembelajaran Directive Learning merupakan model pengajaran yang bersifat teacher center.
(23)
Hal ini mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan langsung kepada seluruh kelas. Model Directive Learning menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung, (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu, (3) materi pembelajaran yang telah terstrukturisasi, (4) lingkungan belajar yang telah terstrukturisasi, dan (5) distrukturisasi oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) (Husamah, 2013: 116- 119).
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan (Rosdiani Dini, 2013: 93) Pengajaran Langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
(24)
yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail ketrampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama. Tujuan pembelajaran dapat dirancang bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik (Kardi dan Nur dalam Husamah, 2013: 123.124)
Pada model Directive Learning terdapat fase langkah pembelajaran yang sangat penting. Fase-fase tersebut diantaranya :
1) Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas dan memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui apa yang harus mereka kerjakan dan menarik perhatian peserta didik pada poin-poin yang dibutuhkan perhatian khusus.
2) Instructing. Guru memberi informasi dan menstrukturisasinya dengan baik.
3) Demonstrating. Guru menunjukan, mendeskripsikan, dan membuat model dengan menggunakan sumber serta display visual yang tepat. 4) Explaining and illustrating. Guru memberikan penjelasan-penjelasan
akurat dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada metode sebelumnya.
(25)
5) Question and Discussing. Guru bertanya dan memastikan seluruh peserta didik ikut ambil bagian. Guru mendengarkan dengan seksama jawaban peserta didik dan merespon secara konstruktif untuk mengembangkan belajar peserta didik.
6) Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan menguatkan dan
mengembangkan apa yang sudah diajarkan melalui berbagai macam kegiatan dikelas. Guru dapat juga memberikan tugas-tugas yang difokuskan dengan baik untuk dikerjakan dirumah. Guru meminta peserta didik bersama pasangan atau kelompoknya melakukan refleksi atau membahas sebuah proses.
7) Evaluating pupil’s responses. Guru mengevaluasi presentasi hasil kerja
peserta didik.
8) Summarizing. Guru merangkum apa yang telah diajarkan dan apa yang
sudah dipelajari peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran. Guru mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahpahaman. Guru mengundang peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan menarik poin-poin serta ide-ide kunci (Muijs dan Reynolds dalam Husamah, 2013: 121-123).
Tujuan dari model pembelajaran Directive Learning ini adalah untuk menilai tingkat pengetahuan siswa. Selain itu, dengan model pembelajaran langsung guru dapat memaksimalkan waktu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan.
(26)
Tindakan dalam pembelajaran langsung dirancang untuk membuat sebuah lingkungan pendidikan yang berorientasi akademik dan terstruktur serta mengharuskan siswa untuk terlibat aktif saat pembelajaran.
2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung
1) Dengan model pembelajaran directive learning, guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai 2) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengerjakan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun
3) Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
4) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas kecil.
5) Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
6) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat 7) Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik
8) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat
9) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model directive learning atau pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
(27)
10) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. 11) Baik digunakan untuk menjelaskan fakta yang spesifik dan keterampilan
dasar.
2.2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung
1) Memerlukan pengorganisasian materi pelajaran dengan baik dan persiapan keterampilan komunikasi yang prima
2) Tiap tahap pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan
3) Materi pelajaran harus dikemas dengan baik sebelum pelaksanaan pembelajaran
4) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran Directive Learning akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran siswa itu sendiri.
2.2.4 Langkah penerapan pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung Pada Pembelajaran Seni Tari
Langkah pembelajaran yang dimaksud adalah langkah pembelajaran pada saat siswa menerima materi dan memperagakannya kembali tari muli siger. Pada tahap pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi apa yang akan dipelajari (tahap directing) dengan adanya tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai maka peserta didik akan memiliki alasan mengapa
(28)
mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar (tahap instructing).
Tahap ketiga yaitu mendemonstrasikan semua gerak-gerak tari muli siger kemudian peserta didik menirukan apa yang diajarkan oleh guru (tahap demonstrating), tahap keempat yaitu eksplaining and ilustrating dilakukan dengan guru memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan materi yang disampaikan. Tahap kelima yaitu tahap question and discussing guru bertanya dan memastikan seluruh peserta didik ikut ambil bagian.
Tahap keenam yaitu consolidating dilakukan dengan guru membagi kelompok sebagai sarana untuk memaksimalkan dan mengembangkan apa yang sudah diajarkan yaitu dengan berlatih bersama kelomok menghafalkan ragam gerak tari yang diberikan oleh guru. Selanjutnya peserta didik bersama kelompoknya mempresentasikan gerak tari muli siger sebagai hasil latihannya, kemudian guru mengevaluasi hasil kinerja pserta didik dan merangkum apa yang telah diajarkan dan mengoreksi kesalah pahaman peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran merupakan bagian dari tahap ketujuh dan kedelapan (tahap evaluating
pupils’s responses dan summarizing).
2.3 Seni Tari 2.3.1 Pengertian tari
Tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis.
(29)
Keindahan, indah bukan hanya hal-hal yang halus dan bagus saja, melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia. Gerak yang kasar, keras, kuat dan lainnya bisa merupakan gerak yang indah. Berjiwa biasa diartikan memberi kekuatan yang bisa menghidupkan jadi, gerak yang telah dibentuk dan berirama tersebut seakan hidup dan dapat memberikan pesan yang dapat kita mengerti dan berarti. Harmonis adalah kesatuan yang selaras dari keindahan yang bergerak, berirama, dan berjiwa tersebut (Kussudiardjo, dalam Wahyudiyanto 2008:11).
Tari menurut (Sedyawati dalam Hidayat 2005:2),yaitu
a. Pengertian tari bersifat terbatas adalah susunan gerak beraturan yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai suatu kesan tertentu.
b. Pengertian tari bersifat umum adalah bentuk upaya untuk mewujudkan keindahahn susunan gerak dan irama yang dibentuk dalam satuan-satuan komposisi.
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono, dalam Hidayat 2005:2). Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia sesuai dengan motivasi tertentu, yang diungkapkan lewat gerak-gerak yang indah dan ritmis.
(30)
2.3.2 Jenis tari
Jenis tari adalah berbagai keragaman wujud tari yang memiliki perbedaan dan atau kesamaan yang dapat dikelompokan berdasarkan: perkembangan, tata cara penyajian dan bentuk koreografinya.
Tari tradisional dapat dipahami sebagai sebuah tata cara yang berlaku di sebuah lingkungan etnik tertentu yang bersifat turun menurun. Tari modern adalah tari yang lepas kaidah-kaidah atau konvensi tradisional (Hidayat 2005:14). Tari kreasi baru ialah tari yang mengarah kepada kebebasan dalam pengungkapan, tidak berpijak kepada pola tradisi lagi (Sudarsono, 2011:29). Tari kreasi baru merupakan ungkapan seni yang tidak berpolakan tradisi, tetapi lebih merupakan garapan baru yang tidak berpijak pada standar yang telah ada (Sudarsono, 2011: 31).
2.3.3 Fungsi Tari
Pengertian tentang fungsi tari kaitannya dengan keberadaan tari dalam masyarakat tidak hanya sekedar aktifitas kreatif, tetapi lebih mengarah pada kegunaan. Artinya keberadaan tari memiliki nilai guna dan hasil guna yang memberikan manfaat pada masyarakat, khususnya dalam mempertahankan kesinambungan kehidupan sosial.selain tari yang dipergunakan sebagai bagian dari upacara penyambutan (ceremonial). Tarian juga difungsikan sebagai pendukung untuk menyemarakkan perhelatan atau hajat pribadi seperti khitan, pernikahan, atau nadar (membayar janji). Perkembangan fungsi tari pada zaman modern lebih mengarah pada bentuk prestasi artistik,
(31)
dengan demikian muncul bentuk-bentuk tari yang berfungsi sebagai hiburan (tontonan). Disamping itu ada fungsi tari yang cukup tua dalam sejarah kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa kegembiraan atau tari suka cita (Hidayat, 2005: 5-7).
Fungsi pertunjukkan tari di masyarakat dapat dibagi kedalam empat jenis yaitu, pertama berfungsi sebagai sarana ritual, kedua berfungsi sebagai sarana hiburan pribadi, ketiga berfungsi sebagai presentasi estetis yaitu sebagai tari tontonan (pertunjukan), dan keempat berfungsi sebagai media pendidikan.
2.4 Tari Muli Siger
2.4.1 Sinopsis Tari Muli Siger
Muli siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang kehormatan. Tari muli siger merupakan tari kreasi baru yang bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. siger saat ini merupakan simbol adat dari masyarakat Lampung. Siger merupakan cermin sikap ulun Lampung sejak lama, bahkan secara turun temurun merupakan bagian dari masyarakat Lampung. Oleh karena itu, tari muli siger ini adalah menggambarkan gadis-gadis Lampung yang sangat cantik serta memiliki kehormatan (Mustika, 2013: 24).
(32)
2.4.2 Unsur dan Bentuk Tari Muli Siger 1. Penari dan Pendukung Lain
Pertunjukan tari muli siger termasuk tarian kreasi baru yang diciptakan sebagai penyajian estetis dan bukan sebagai tarian adat. Tari kreasi baru muli siger termasuk tarian kreasi baru yang berlatar belakang tradisi masyarakat Lampung beradat pepadun.
Tari muli siger memang digarap menjadi tari kreasi baru dengan tujuan untuk dapat mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Di samping itu, untuk menambah jenis tari di Lampung dan sebagai pelestarian seni daerah. Apa yang dapat diungkap dalam gerak, tata rias, busana dan iringan yang terdapat dalam tari muli siger dapat menggambarkan wajah kesenian khususnya seni tari di Lampung (Mustika, 2013: 24)
2.4.3 Gerak Tari Muli Siger
Secara umum gerak tari muli siger mengadopsi dari tarian Lampung lainnya, seperti pada seni cangget dan tari sigeh penguten Lampung. Hanya beberapa saja menggunakan gerak dari para penggarap, karena gerak-gerak tari Lampung lainnya sifatnya masih sederhana. Penekanan dalam gerak tari muli siger ini lebih kepengembangan komposisi tari dan kelincahan gerak sebagai media utama. Di sisi lain juga iringan musiknya memberikan aksen atau tanda-tanda yang sangat luwes.
(33)
Tabel 2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger
1. Lapah ngusung siger
(berjalan membawa siger)
20. Ngelik mit kanan-kiri (kelik atau ukel ke kanan dan kiri)
2. Butakhi (akan menari) 21. Mejong kenui bebayang (duduk
membuka sayap
3. Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
22. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
4. Pungu ngelik kanan (tangan dikelik atau ukel kekanan)
23. Bebalikh kenui bebayang (serong membuka sayap)
5. Ngelik mit kanan (kelik atau diukel kekanan)
24. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
6. Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
25. Kenui bebakhis (bergerak berbaris)
7. Busikhena (berhias) 26. Kenui ngangkat ko kepi (bergerak
mengangkat sayap)
8. Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
27. Ngelik ngehaman (kelik atau ukel diam ditempat)
9. Pungu ngelik kiri (tangan dikelik atau diukel kekiri)
28. Kenui bebakhis (bergerak berbaris)
10.Ngelik mit kiri (kelik atau di ukel ke kiri)
29. Mampam kebelah (membawa
siger dengan tangan sebelag) 11.Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
30. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
12.Busikhena (berhias) 31. Hentak kukut (menghentakkan
kaki) 13. Bebalikh ngelik kanan-kiri
(serong ukel atau kelik kanan dan kiri)
32. Ngelik (di ukel atau kelik)
14.Kanluk (merentangkan selendang)
33. Mutokh (berputar) 15.Ngelik mit kanan-kiri (di
kelik atau ukel kekanan dan kiri)
34. Umbak (bergerak seperti ombak)
16.Mampam siger (membawa
siger)
35. Kenui bebayang khanggal
(bergerak membuka sayap tinggi) 17.Ngelik mejong kanan-kiri
(di ukel atau kelik kanan dan kiri)
36. Mutokh mampam kebelah
(berputar membawa siger dengan tangan sebelah)
18.Ngelik temegi (ukel atau kelik berdiri)
37. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
19.Mampam siger (membawa
siger)
38. Ngeguwai siger (membentuk siger)
(34)
Tabel 2.2. Ragam Gerak Tari Muli Siger
NO. Uraian Gerak Foto
1. Lapah Ngusung Siger
Posisi badan tegak, berjalan ke depan, kedua tangan di rentangkan ke samping 45 sejajar pinggang, telapak tangan di gerakkan membuka dan menutup secara bergantian seperti gambar disamping.
2. Butakhi
Posisi badan level sedang, diam ditempat, dengan posisi kedua tangan ditekuk ke depan (serong kanan kiri), telapak tangan tegak ke arah depan.
(35)
3. Samber Melayang
Posisi badan mendak level sedang, kedua tangan di arahkan ke depan dada 45 hingga jari tengah kedua tangan bertumpu lalu kedua tangan bertemu lalu kedua tangan direntangkan ke samping.
4. Pungu Ngelik Kanan dan Kiri Posisi badan level sedang diam di tempat, kedua tangan diarahkan di depan dada lengan membentuk sudut 45 hingga jari tengah kedua tangan bertumpu lalu tangan kanan direntangkan ke arahsorong kanan atas (lengan lurus ke atas), dan tangan kiri diletakkan di depan dada (lengan ditekuk sejajar badan), kaki kanan di arahkan ke belakang kaki kiri. Posisi telapak tangan membuka dan menutup.
5. Ngelik Mit Kanan dan Kiri Kaki di arahkan ke samping kanan (kaki kanan-kiri secara bergantian dengan telapak tangan membuka dan menutup).
Posisi tanagan serong kanan atas, kedua tangan di arahkan ke lutut dengan posisi badan agak merunduk (tangan kanan menempel di lutut kanan dan tangan kiri di pinggang).
Begitu pula sebaliknya pada gerak Ngelik Mit Kiri.
(36)
6. Busikhena
Posisi badan mendak, kedua kaki di langkahkan ke depan secara bergantian, kedua tangan sejajar dada, lengan lurus ke depan, badan serong kanan dan kiri secara bergantian, telapak tangan membuka dan menutup. Telapak tangan membuka tegak, dan saat menutup posisi telapak tangan menyamping.
Lalu kedua tangan di arahkan ke samping kiri sambil diukel atau ngelik dan bergerak memutar mencari posisi.
(37)
7. Bebalik Ngelik Kanan-Kiri Posisi badan mendak serong kiri, kedua tangan digerakkan memutar di depan dada, diukel atau ngelik dan diletakkan di atas bahu. Posisi kaki kanan lurus ke depan serong kiri, lalu di arahkan ke samping kaki kiri.
Begitu pula sebaliknya pada gerak Bebalik Ngelik Kanan.
8. Kanluk
Posisi badan mendak, gerakkan kaki ke depan secara bergantian, posisi tangan di depan dan gerakkan tangan secara bergantian (letakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan sebaliknya), lalu rentangkan kedua tangan ke samping.
(38)
9.
Ngelik Kanan dan Kiri
Posisi badan tegak, tangan kanan tegak ke atas di ukel atau ngelik ke kanan, tangan kiri sejajar dada, telapak tangan kiri tegak membuka, kaki kiri di buka ke samping.
10. Mampam Siger
Posisi badan mendak, kedua tangan di letakkan di atas bahu, lalu badan memutar, saat proses memutar menggunakan kaki kanan hingga kembali ketempat semula, proses sampai menjadi posisi duduk.
(39)
11. Ngelik Mejong Kanan dan Kiri Posisi badan duduk jongkok, kedua tangan di arahkan ke kanan sambil di ukel atau ngelik, lalu di arahkan ke kiri sambil diukel (serong kanan atas dan serong kiri atas, gerak dilakukan secara bergantian).
(40)
12. Ngelik Temegi
Gambar disamping adalah proses berdiri dengan posisi badan jongkok, kedua tangan serong kanan dan kiri sambil ukel atau ngelik, lalu berdiri dan mencari posisi.
13.
Ngelik Kanan dan Kiri
Posisi badan tegak, tangan kiri tegak ke atas di ukel atau ngelik membuka tangan kanan sejajar dada, telapak tangan kiri tegak membuka, kaki kanan di buka ke samping dengan gerak maju dan mundur. Begitu pula sebaliknya pada gerak Ngelik kanan
(41)
14. Mejong Kenui Bebayang
Posisi badan duduk jongkok, badan menghadap ke depan, posisi tangan diletakkan bersilangan di depan dada sebelah kiri, kedua tangan direntangkan ke samping, letakkan lagi didepan dada lalu rentangkan lagi ke samping. Lakukan dua kali.
(42)
15. Lapah Tabik Pun
Posisi badan mendak, kedua tangan diukel atau ngelik secara bergantian ke kanan dan kiri lalu bergerak lari kecil memutar sambil mencari posisi.
16. Bebalik Kenui Bebayang
Posisi badan mendak serong ke kanan kiri dengan kedua tangan diarahkan serong ke kanan dan kiri secara bergantian, lalu posisi badan diarahkan kekiri diikuti kedua tangan (tangan kanan letakkan di atas tangan kiri dan sebaliknya, kedua tangan di depan lalu rentangkan kedua tangan kesamping).
(43)
17. Kenui Bebakhis
Posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan diukel atau
ngelik di depan dada lalu
berputar ditempat. Setelah itu, kedua tangan proses berputar ke depan lalu diletakkan sejajar pinggang.
18. Kenui Ngangkat ko Kepi
Posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan direntangkan ke samping atas dan bawah secara bergantian.
(44)
19. Ngelik Ngehaman
Posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan di ukel atau ngelik ke arah kanan dan kiri secara bergantian. Lalu kedua tangan proses memutar sampai sejajar pinggang, ada pula yang proses memutar sampai kedua tangan sejajar kepala.
(45)
20. Mampam Kebelah Posisi badan mendak dan berputar, tangan kanan di letakkan di atas bahu dengan telapak tangan membuka ke atas dan tangan kiri direntangkan ke bawah (begitu pula sebaliknya).
21. Hentak Kukut
Posisi badan mendak, kaki kanan dan kiri di hentakkan secara bergantian, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri, lalu kedua tangan diletakkan sejajar kepala, diukel atau ngelik dan direntangkan.
(46)
22. Ngelik
Posisi badan mendak, kaki kiri ke belakang kaki kanan, tangan di arahkan ke sebelah kanan dengan posisi serong ke atas, telapak tangan tegak ke atas, kaki
mengarah ke samping kiri diikuti oleh tangan mengukel atau ngelik.
23. Mutokh
Posisi badan level sedang, kedua tangan diukel atau ngelik serong depan, telapak tangan tegak membuka ke arah depan, tangan mengukel atau ngelik lalu berputar mencari posisi.
(47)
24. Umbak
Posisi badan mendak dan serong kanan kiri, tangan di letakkan ke arah serong kanan dan kiri sambil kedua tangan diputar. Lakukan gerakan secara bergantian
25. Kenui Bebayang Khanggal Posisi badan mendak, kedua kaki diarahkan ke samping kanan dan kiri, tangan di letakkan di depan dada secara bersilangan lalu kedua tangan direntangkan dengan posisi telapak tangan menutup ke bawah.
(48)
(Foto, Nurul Kartika Setiana, 2014)
2.4.4 Iringan Tari Muli Siger
Proses penyusunan tari muli siger dari awal sampai selesai diiringi oleh alat musik tradisional Lampung yang disebut dengan talo balak atau tala balak. Ritme atau pola pada irama tari muli siger tenang dan kadangkala ada dinamisnya. Ada beberapa tekanan dari tempo tabuhannya, tergantung pada gerak tari yang disusun atau disesuaikan dengan iringannya (Mustika, 2013: 77).
26. Mutokh Mampam Kebelah Posisi badan mendak sambil berputar ditempat, kedua tangan direntangkan ke samping dengan salah satu tangan level rendah dan level tinggi, telapak tangan menutup, kaki kakan berada di belakang kaki kiri untuk membantu berputar 360.
27. Ngeguwai Siger
Para penari membentuk pose seperti siger.
(49)
2.4.5 Busana Tari Muli Siger
Tabel 2.3. Busana dan Aksesoris Penari Tari Muli Siger
NO Nama Busana dan Aksesoris Gambar
1 Siger atau Makuto
2 Gaharu
3 Sanggul
4 Kalung Papan Jajar
5
Gelang Kano, Gelang duri dan Gelang burung
(50)
6 Anting
7 Peneken
8 Kain Tapis
9 Selendang Tapis
10 Pending
11 Kain Selendang Putih
(51)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti akan mengamati fakta, gejala-gejala dan objek secara naturalistik yang kemudian menjadi hasil penelitian adalah sebuah kesimpulan tindakan tanpa adanya rekayasa data (manipulasi data). Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2013: 14).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sistematis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2010: 6).
Penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah menggambarkan dan menjabarkan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim
(52)
Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Adapun rencana atau desain penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengamati pelaksanaan pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan model directive learning pada setiap pertemuan.
2. Mengamati aktivitas guru dan siswi serta kondisi yang terjadi pada pelaksaan pembelajaran setiap pertemuan berdasarkan review kegiatan berupa foto, video, serta catatan lapangan.
3. Menganalisis pembelajaran tari muli siger setiap pertemuan serta tes praktik tari muli siger
3.2 Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru seni budaya, dan siswi kelas VI C yang berjumlah 16 siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012:224).
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,wawancara, dokumentasi, test praktik dan nontes.
3.3.1 Observasi
Pengamatan adalah alat pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2010: 158).
(53)
Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengamat pada kelasVI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap pembelajaran seni tari pada siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung. Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran seni tari pada siswi kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampungsesuai dengan tujuan penelitian.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Penelitian ini menggunakan wawancara tak terstuktur. Metode ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri tiap informan. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-katanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara (Moleong, 2010:190).Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai penerapan model directive learning dalam pembelajaran tari muli siger pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Wawancara dilakukan pada guru seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
(54)
3.3.3 Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan dokumentasi berbentuk video, catatan lapangan dan foto-foto selama proses pembelajaran dan pada saat penilaian praktik dalam rangka untuk mereview kegiatan pembelajaran untuk memperoleh data yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswi. Dokumentasi pada penelitian ini yaitu foto, video, serta catatan lapangan yang diambil pada saat pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan directive learning dari setiap pertemuan.
3.3.4 Tes Praktik (perbuatan)
Perolehan data tentang hasil belajar tari muli siger pada siswi yang mengikuti pembelajaran tari digunakan tes praktik perbuatan atau produk gerak-gerak tari muli siger yang dilakukan siswi sebagai hasil belajar individu di dalam kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan test praktik, seperti di bawah ini.
Tabel 3.4. Lembar Pengamatan Tes Praktik Tari Muli Siger
No Aspek Deskriptor Skor kriteria
1 Hafalan urutan gerak
a. Siswi memeragakan gerak tari muli siger dengan hafalan 27 motif ragam gerak tanpa kesalahan.
5 Baik sekali
b. Siswi memeragakan gerak tari muli siger dengan hafalan 22 motif ragam gerak
4 Baik
c. Siswi memeragakan
(55)
dengan hafalan 17 motif ragam gerak.
d. Siswi memeragakan gerak tari muli siger dengan hafalan 12 motif ragam gerak.
2
Kurang
e. Siswi memeragakan gerak tari muli siger dengan hafalan 7 motif ragam gerak.
1 Gagal
2 Ketepatan Gerak dengan Musik
a. Siswi memeragakan gerak tari muli siger dengan tepat hitungan
gerak dan musik. 5 Baik sekali a. Siswi memeragakan
gerak tari muli siger 1-2 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak
4 Baik
b. Siswi memeragakan gerak tari muli siger 3-4 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak
3 Cukup
d. Siswi memeragakan gerak tari muli siger 5-6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak
(56)
e. Siswi memeragakan gerak tari muli siger lebih dari 6 kali terlambat atau
mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak
1 Gagal
Jumlah maksimum 10
Hasil belajar gerak tari muli siger siswi dapat diukur dengan lembar pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 10 sehingga hasil belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan nilai untuk Skala lima, sebagai berikut.
Tabel 3.5. Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan
80-100 66-79 56-65 40-55 30-39 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal (Arikunto, 2013: 246).
Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan dua aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik yang memiliki skor maksimal 10. Selanjutnya setelah skor siswi diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.
(57)
3.3.5 Nontest
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswi dalam pembelajaran tari muli siger dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas dengan penggunaan model directive learning . Untuk memperoleh data tentang penggunaan model directive learning pada pembelajaran tari muli siger yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas siswi, sebagai berikut.
Tabel 3.6. Lembar Penilaian Aktivitas Siswi
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria 1 Listening
Activities
a. Siswi yang mendengarkan penjelasan guru pada saat pemberian materi tari muli siger ada 15-16 siswi.
5 Baik
Sekali
b. Siswi yang mendengarkan penjelasan guru pada saat pemberian materi tari muli siger ada 12-13 siswi.
4 Baik
c. Siswi yang mendengarkan penjelasan guru pada saat pemberian materi tari muli siger ada 9-10 siswi.
3 Cukup
d. Siswi yang mendengarkan penjelasan guru pada saat pemberian materi tari muli siger ada 6-7 siswi.
2 Kurang
e. Siswi yang mendengarkan penjelasan guru pada saat pemberian materi tari muli siger ada 3-4 siswi.
1 Gagal
2. Visual Activities
a. Siswi yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran tari muli siger ada 15-16 siswi.
5 Baik
Sekali
b. Siswi yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran tari muli siger ada 12-13 siswi.
(58)
c. Siswi yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran tari muli siger ada 9-10 siswi.
3 Cukup
d. Siswi yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran tari muli siger ada 6-7 siswi.
2 Kurang
e. Siswi yang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran tari muli siger ada 3-4 siswi.
1 Gagal
3. Motor Activities
a. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 15-16 siswi.
5 Baik
Sekali
b. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 12-13 siswi.
4 Baik
c. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 9-10 siswi.
3 Cukup
d. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 6-7 siswi.
2 Kurang
e. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 3-4 siswi.
1 Gagal
Total skor maksimum 15
Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas siswi yaitu listening activities, visual activities dan motora ctivities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel yaitu lembar penilaian
(59)
aktivitas siswi yang memilikiskor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswi diperoleh makadiolah menjadi nilai dengan rumus berikut.
Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model directive learning pada pembelajaran tarimuli siger.
Tabel 3.7. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Menggunakan Model Directive Learning
NO Instrumen Kegiatan Penelitian
P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 1 Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi yang akan dipelajari (tahap directing)
2 Guru memberi informasi tentang materi dan
menstruktusisasinya kepada siswi (tahap instructing)
3 Mendemostrasikan materi baik secara langsung atau melalui audio visual seperti film, video atau gambar (tahap demostrating)
4 Guru memberikan penjelasan terkait materi yang telah didemonstrasikan (eksplaining and illustrating)
5 Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan melakukan tanya jawab
(60)
dan diskusi terkait materi yang telah disampaikan (question and discussing)
6 Guru membagi siswi menjadi 2 kelompok untuk memaksimalkan belajar melalui kegiatan dikelas (consolidating)
7 Guru mengevaluasi presentasi hasil kerja siswi (evaluating
pupil’s responses)
8 Guru menyimpulkan dan merangkum hasil belajar (summarizing)
(Husamah, 2013:121-123)
Keterangan:
P.1 = Pertemuan pertama P.5 = Pertemuam kelima P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuam ketujuh P.4 = Pertemuan keempat P.8= Pertemuan kedelapan
Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru dalam penggunaan model directive learningpada saat pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi check list sebagai penanda.
(61)
Tabel 3.8. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru NO Instrumen Kegiatan
Penelitian
P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 1 Guru membuka pelajaran
dengan mengucap salam.
2 Guru mengecek kehadiran
siswa.
3 Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
4 Kesesuaian rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pelaksanaannya 5 Kejelasan langkah-langkah
pembelajaran : awal, inti dan penutup
6 Kejelasan model pembelajaran yang digunakan
7 Kerincian penggunaan tahap dalam model pembelajaran directive learning dalam tari muli siger
8 Memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran
Keterangan:
P.1 = Pertemuan pertama P.5 = Pertemuam kelima P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuam ketujuh P.4 = Pertemuan keempat P.8= Pertemuan kedelapan
Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi check list sebagai penanda.
(62)
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan dokumentasi, catatan harian, tes praktik, dan nontes.
3.4.1 Panduan Observasi
Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan, tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung.
3.4.2 Panduan Pencatatan Lapangan
Panduanpencatatan lapangan berisi catatan harian yang akan memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana rencana penelitian dengan peroleh data yang dikumpulkan.
3.4.3 Panduan Dokumentasi
Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto catatan resmi, dan catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera foto.
3.4.4 Lembar Pengamatan Tes Praktik
Lembar pengamatan tes praktik digunkaan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar tari muli sigerdengan menggunakan model directive learning. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.
(63)
3.4.5 Nontes
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswi dalam pembelajaran tari muli siger melalui penggunaan model directive learning.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013:244).Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
3.5.1 Mengamati proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung
3.5.2 Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan model directive learning;
3.5.3 Mengamati aktivitas guru dan siswi serta kondisi yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan;
3.5.4 Menganalisis hasil tes tari muli siger dengan menggunakan model pembelajaran directive learning yang dianalisis menggunakan lembar
(64)
pengamatan tes praktik dengan baik dan benar yang dilakukan oleh guru;
3.5.6 Memberi nilai hasil tes praktik siswi yang dilakukan oleh guru , dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
4 Menentukan nilai hasil tes praktik yang dilakukan oleh guru kemudian diakumulasikan, selanjutnya diukur hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari muli siger menggunakan tolakukur sebagai berikut.
Tabel 3.9. Penentuan Patokan Nilai Untuk Skala Lima IntervalNilai Tingkat
Kemampuan
Keterangan 80-100
66-79 56-65 40-55 30-39
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Gagal (Arikunto, 2013: 246).
5 Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-halyang pokok yang sesuai untuk dianalisis;
6 Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data-data padasaat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta aktivitassiswi dan guru.
(65)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diikuti oleh siswi perempuan kelas VI C. Pelaksanaan model directive learning ini terbagi menjadi 8 tahapan. Tahapan yang pertama yaitu directing, dimana guru menyiapkan materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran berupa materi tentang makna tarimuli sigerdan nama ragam gerak tari muli siger. Ketika guru menjelaskan siswi memperhatikan dan mendengarkan, kemudian salah satu siswi yang berinisial CC menyebutkan nama ragam gerak tari muli siger dan siswi yang lain mendengarkan. Tahap pertama directingini dilakukan pada setiap pertemuan.
Tahap kedua yang dilakukan pada setiap pertemuan yaitu instructing, dimana guru memberikan informasi maupun arahan kepada siswi sebelum melakukan praktik, pada tahap ini siswi berbaris secara zigzag dengan arah hadap yang sama menghadap guru dan memfokuskan pandangan ke arah guru. Tahap ketiga yaitu
demonstrating, merupakan pemberian 27 ragam gerak tari muli siger yang
diperagakan langsung oleh guru dan kemudian 16 siswi mengikuti ragam gerak yang diberikan oleh guru.
(66)
Tahap keempat yaitu eksplaining and illustrating, dimana guru menjelaskan dan menggambarkan kembali ragam gerak yang telah didemonstrasikan oleh guru. Namun pada penelitian yang telah dilakukan, tahap keempat eksplaining and illustrating ini tidak dilaksanakan oleh guru pada pertemuan ketiga, keempat, kelima dan keenam. Hal ini dikarenakan pada tahap demonstrating guru telah memeragakan ragam gerak dengan jelas sehingga apabila tahap eksplaining and illustratingtidak dilakukan oleh guru tidak berdampak pada materi yang dipelajari dan ditangkap oleh siswi.
Tahap kelima yaituquestion and discussin, dimana guru memberikan kesempatan bagi siswi untuk bertanya ataupun guru yang bertanya terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Tahap keenam yaitu consolidating, dimana guru membagi siswi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, hal ini bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah diberikan melalui kegiatan dikelas seperti latihan dibawah bimbingan guru. Tahap consolidating ini berlangsung dengan kelompok A dan Kelompok B berbaris secara rapih dan berhadapan antara kelompok A dan kelompok B kemudian bersama-sama menghafal tari muli siger dibawah bimbingan guru.Tahap ketujuh yaitu evaluating pupil’s responses, pada tahap ini siswi mempresentasikan hasil kerja berupa hafalan gerak bersama kelompok yang telah dibagi dan guru melakukan evaluasi hasil kerja mereka. Tahap kedelapan yaitu, summarizing dimana guru menarik dan memberi kesimpulan hasil belajar siswi serta memberikan kesempatan latihan lanjutan kemudian menutup pembelajaran.
Hasil belajar siswi berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive
(67)
learning pada kelas VI C di SDN 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung berdasarkan 2 aspek penilaian yaitu hafalan urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik secara keseluruhan memeroleh kriteria baik sekali dengan nilai 88, dan aktivitas siswi berdasarkan 3 aspek penilaian yaitu listening activities,visual activities, danmotor activitiesmemeroleh kriteria baik sekali dengan nilai 84.
Hasil pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive lerning ini terlaksana dengan baik, tidak hanya dikarenakan guru memahami isi materi namun juga dikarenakan siswi kelas VI C sebagian besar telah memiliki bekal yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari sehingga ketika siswi mendapatkan materi tari baru mereka tidak mengalami kesulitan saat menghafal. Hal ini juga dikarenakan ragam gerak yang dipelajari mengadopsi dari ragam gerak tari sigeh penguten yang telah mereka pelajari. Namun ada 5 siswi yaitu SN, WT, RH, MH, ML yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari terlihat berbeda ketika menangkap materi gerak yang didemonstrasikan oleh guru. 5 siswi ini terkesan sedikit lebih lambat untuk memahami gerakan yang dipelajari. Namun dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru seluruh siswi mampu mempelajari tari muli siger baik dari segi hafalan urutan gerak dan menggunakan musik pengiring.
(68)
5.2 Saran
1. Dalam pemberian ragam gerak tari yang diajarkan guru sebaiknya juga memberikan teknik gerak seperti sikap badan, tangan, kaki dan ekspresi wajah sehingga siswi dapat terbiasa untuk malakukannya.
2. Siswi diharapkan lebih serius dan bersemangat dalam pembelajaran tari agar memeroleh hasil yang maksimal.
3. Kendala yang menghambat pembelajaran tari muli siger adalah kurang luasnya ruangan praktik tari. Disarankan kepada kepala sekolah untuk memberi fasilitas tambahan berupa ruang latihan agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diikuti oleh siswi perempuan kelas VI C. Pelaksanaan model directive learning ini terbagi menjadi 8 tahapan. Tahapan yang pertama yaitu directing, dimana guru menyiapkan materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran berupa materi tentang makna tarimuli sigerdan nama ragam gerak tari muli siger. Ketika guru menjelaskan siswi memperhatikan dan mendengarkan, kemudian salah satu siswi yang berinisial CC menyebutkan nama ragam gerak tari muli siger dan siswi yang lain mendengarkan. Tahap pertama directingini dilakukan pada setiap pertemuan.
Tahap kedua yang dilakukan pada setiap pertemuan yaitu instructing, dimana guru memberikan informasi maupun arahan kepada siswi sebelum melakukan praktik, pada tahap ini siswi berbaris secara zigzag dengan arah hadap yang sama menghadap guru dan memfokuskan pandangan ke arah guru. Tahap ketiga yaitu demonstrating, merupakan pemberian 27 ragam gerak tari muli siger yang diperagakan langsung oleh guru dan kemudian 16 siswi mengikuti ragam gerak yang diberikan oleh guru.
(2)
8
Tahap keempat yaitu eksplaining and illustrating, dimana guru menjelaskan dan menggambarkan kembali ragam gerak yang telah didemonstrasikan oleh guru. Namun pada penelitian yang telah dilakukan, tahap keempat eksplaining and illustrating ini tidak dilaksanakan oleh guru pada pertemuan ketiga, keempat, kelima dan keenam. Hal ini dikarenakan pada tahap demonstrating guru telah memeragakan ragam gerak dengan jelas sehingga apabila tahap eksplaining and illustratingtidak dilakukan oleh guru tidak berdampak pada materi yang dipelajari dan ditangkap oleh siswi.
Tahap kelima yaituquestion and discussin, dimana guru memberikan kesempatan bagi siswi untuk bertanya ataupun guru yang bertanya terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Tahap keenam yaitu consolidating, dimana guru membagi siswi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, hal ini bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah diberikan melalui kegiatan dikelas seperti latihan dibawah bimbingan guru. Tahap consolidating ini berlangsung dengan kelompok A dan Kelompok B berbaris secara rapih dan berhadapan antara kelompok A dan kelompok B kemudian bersama-sama menghafal tari muli siger dibawah bimbingan guru.Tahap ketujuh yaitu evaluating pupil’s responses, pada tahap ini siswi mempresentasikan hasil kerja berupa hafalan gerak bersama kelompok yang telah dibagi dan guru melakukan evaluasi hasil kerja mereka. Tahap kedelapan yaitu, summarizing dimana guru menarik dan memberi kesimpulan hasil belajar siswi serta memberikan kesempatan latihan lanjutan kemudian menutup pembelajaran.
Hasil belajar siswi berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive
(3)
learning pada kelas VI C di SDN 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung berdasarkan 2 aspek penilaian yaitu hafalan urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik secara keseluruhan memeroleh kriteria baik sekali dengan nilai 88, dan aktivitas siswi berdasarkan 3 aspek penilaian yaitu listening activities,visual activities, danmotor activitiesmemeroleh kriteria baik sekali dengan nilai 84.
Hasil pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive lerning ini terlaksana dengan baik, tidak hanya dikarenakan guru memahami isi materi namun juga dikarenakan siswi kelas VI C sebagian besar telah memiliki bekal yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari sehingga ketika siswi mendapatkan materi tari baru mereka tidak mengalami kesulitan saat menghafal. Hal ini juga dikarenakan ragam gerak yang dipelajari mengadopsi dari ragam gerak tari sigeh penguten yang telah mereka pelajari. Namun ada 5 siswi yaitu SN, WT, RH, MH, ML yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari terlihat berbeda ketika menangkap materi gerak yang didemonstrasikan oleh guru. 5 siswi ini terkesan sedikit lebih lambat untuk memahami gerakan yang dipelajari. Namun dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru seluruh siswi mampu mempelajari tari muli siger baik dari segi hafalan urutan gerak dan menggunakan musik pengiring.
(4)
60
5.2 Saran
1. Dalam pemberian ragam gerak tari yang diajarkan guru sebaiknya juga memberikan teknik gerak seperti sikap badan, tangan, kaki dan ekspresi wajah sehingga siswi dapat terbiasa untuk malakukannya.
2. Siswi diharapkan lebih serius dan bersemangat dalam pembelajaran tari agar memeroleh hasil yang maksimal.
3. Kendala yang menghambat pembelajaran tari muli siger adalah kurang luasnya ruangan praktik tari. Disarankan kepada kepala sekolah untuk memberi fasilitas tambahan berupa ruang latihan agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2014.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hidayat, Robby. 2005.Wawasan Seni Tari. Malang: Perpustakaan Nasional Husamah. 2013.Outdoor learning. Jakarta: Prestasi Pustaka
Ibrahim,R. 2010.Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Majid, Abdul. 2011.Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Margono, S. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Mudjiono, Dimyati. 2013.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Mustika, I Wayan. 2013.Tari Muli Siger. Bandar Lampung: AURA
Rosdiani, Dini. 2013. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Rusman. 2012.Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sudarsono. 2011. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryosubroto. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
(6)
62
Thubroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media