Pengerasan tiga-tahap Pengerasan-Kerja 1. Tinjauan teori

Peran struktur kristal penting lihat Gambar 3 karena pada kristal- tunggal-logam heksagonal slip hanya terjadi pada satu kelompok bidang slip, yang sejajar dengan bidang basal, dan jenis logam ini mempunyai laju pengerasan-kerja yang rendah. Bagian plastis dari kurva tegangan-regangan hampir linear dengan kemirinagn yang sangat kecil; kemiringan d d tersebut makin kecil dengan meningkatnya temperatur deformasi. Sebaliknya, kristal kubik berdeformasi dengan cara yang kompleks pada beberapa sistem slip, dan logam ini biasanya mempunyai perilaku pengerasan-kerja yang kuat. Perilaku pengerasan-kerja pada logam berstruktur kubik lebih kompleks dibandingkan struktur lainnya karena keberadaan beragam sistem slip, sehingga terdapat banyak bukti eksperimen berkaitan dengan logam ini, khususnya dengan struktur fcc.

2. Pengerasan tiga-tahap

Kurva tegangan-regangan kristal tunggal fcc tampak pada Gambar 4 dan dari hasil percobaan dapat dibedakan tiga-tahap pengerasan. Tahap I, atau daerah luncur-mudah, berada sesudah titik luluh dan memiliki karakteristik laju pengerasan-kerja  1 yang rendah; daerah dengan panjang beberapa persen luncuran ini bergantung pada orientasi, kemurnian dan ukuran kristal. Besar laju pengerasan  1  ~ 10 -4 dan memiliki orde yan gsama dengan logam heksagonal. Tahap II, atau daerah penguasaan-linear, memperlihatkan peningkatan laju pengerasan-kerja yang cepat. Rasio  11  = dd memiliki besar orde yang sama untuk semua jenis logam fcc, yaitu 1300 meskipun untuk orientasi pada sudut segitiga stereografik adalah  1150. Pada tahap ini tiba- tiba terbentuk garis slip yang pendek selama peregangan, yaitu peningkatan tegangan  yang singkat, dan sesudah itu tidak bertambah panjang atau meningkat intesitasnya. Awal tahap III, atau daerah pengerasan-parabolik, sangat bergantung pada temperatur. Tahap ini mempunyai laju pengerasan- kerja  111 , yang rendah dan memiliki wujud pita slip yang kasar. Tahap ini 5 mulai terbentuk pada regangan yang bertambah dengan berkurangnya temperatur dan mungkin berkaitan dengan lenyapnya dislokasi akibat slip-silang. Karena tegangan alir logam dapat dipengaruhi oleh perubahan temperatur atau laju regangan, untuk kemudahan dianggap bahwa tegangan terdiri dari dua bagian sesuai hubungan berikut:  =  s +  g dimana  s adalah bagian dari tegangan alir yang bergantung pada temperatur selain variasi modulus elastisitas  dengan temperatur, dan  g adalah kontribusi yang yang tidak bergantung pada temperatur. Peran penting  s dan  g dapat dipelajari dengan cermat dengan mengukur kebergantungan tegangan alir pada temperatur atau laju regangan. Daerah luncur-mudah atau tahap I pada kristal kubik, dengan pengerasan- linear yang kecil, mirip dengan pengerasan kristal cph dimana hanya beroperasi satu bidang luncur. Di sini jarak slip besar, ordenya setingkat denagn diameter spesimen, dengan kemungkinan bahwa dislokasi slip keluar meinggalkan kristal. Selain itu diperkirakan bahwa tegangan alir pada luncur-mudah ditentukan oleh mudah-tidaknya sumber beroperasi. Karakteristik deformasi pada tahap II adalah terjadinya slip baik pada sistem slip primer maupun sekunder. Hasilnya, terbentuk beberapa ketidak- teraturan kisi baru mencakup: 1 dislokasi hutan, 2 hambatan Lomer-Cottrell, dan 3 jog yang dihasilkan dislokasi yang bergerak memotong dislokasi-hutan atau jog yang dihasilkan dislokasi hutan yang memotong sumber dislokasi. Oleh karena itu, tegangan alir  dapat diidentifikasi, sebagai tegangan yang cukup besar untuk mengoperasikan sumber dan kemudian menggerakkan dislokasi menentang 1 tegangan elastis internal dari dislokasi hutan, 2 tegangan rentang-jauh dari kelompok tumpukan dislokasi di belakang hambatan, dan 3 tahanan gesekan akibat jog. Semua faktor ini terdapat dalam logam pengerjaan-dingin, akan tetapi karena hukum pengerasan liniear dapat diturunkan dengan menggunakan berbagai faktor pendukung, terdapat beberapa teori 6 mengenai pengerasan-tahap II. Teori tersebut adalah, 1 teori penumpukan, 2 teori dislokasi hutan dan 3 teori jog.

3. Pengerasan-kerja pada polikristal