atau jari-jari atom yang lebih kecil yaitu sebesar 219 pm jika dibandingkan dengan Ba 253 pm
sedangkan pada Ca sebesar 194 pm memiliki ukuran nilai hampir sama dengan Co 152 pm
[15]. Selain itu struktur spinel ferit pada senyawa kobalt ferit jika disubtitusikan oleh ion rare
earth dapat menginduksi struktur distrorsi dan tegangan yang dapat memodifikasi sifat listrik
magnet secara signifikan [16] [17]. Pada penelitan ini dilakukan dalam variasi
mol bahan doping di suhu 1000ºC. Selanjutnya sampel dari variasi di karakterisasi Fourier
Transform Infra-Red FTIR pada sampel untuk
mengetahui gugus oksida dari sampel. karakterisasi
X-Ray Diffraction
untuk mengetahui
sifat struktur
kristal. Dan
karakterisasi Vibrating Sample Magnetometer untuk mengetahui sifat magnetik nanopartikel
kobalt ferit doping stronsium yang dihasilkan oksida dari sampel. Nanopartikel kobalt ferit
doping stronsium yang dihasilkan dikarakterisasi.
II. METODOLOGI PENELITIAN
CoNO
3 2
.6H
2
O, sebanyak 2,94 gram, bahan FeNO
3 3
.9H
2
O sebanyak 8,07 gram. Ditambahkan dengan SrNO
3 2
dalam variasi mol x = 0,0 dan 0,1 dilarutkan dengan 200 ml
aquades melalui proses pengadukkan diatas hot plate selama 15 menit. Selanjutnya proses titrasi
dilakukan menggunakan larutan NaOH 4.8 M sebanyak 100 ml pada suhu sintesis 85
o
C keadaan
ini berlangsung
dalam proses
pengadukkan menggunakan magnetic stirrer diatas hot plate dengan dijaga suhu sintesis di
85
o
C. Dilakukan proses pengendapan dilakukan selama 24 jam. Proses hidrolisis dengan suhu 100
o
C selama 12 jam sebagai proses pengeringan dan proses penumbukkan sampel yang diperoleh
dilakukan selama 1 jam. Selanjutnya proses annealing pada suhu 1000ºC selama 5 jam. dan
dilakukan penumbukan
selama 2
jam. Selanjutnya sampel yang dihasilkan dapat
dianalisa dengan menggunakan FTIR, XRD, dan VSM.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisa FTIR
Gambar 3.1. menunjukkan spektrum FTIR dari sampel nanopartikel kobalt ferit tanpa
doping dan dengan doping sebesar 0,1 mol. karakterisasi gugus oksida teramati dari spektrum
pada Skema a untuk kobalt ferit tanpa stronsium dan Skema b dengan doping stronsium 0,1 mol
spektrum hadir pada angka gelombang k dikisaran 1046
–900 cm
-1
. Hasil ini teridentifikasi adanya gugus C-O ini terkait adanya korelasi
vibrasi bounding dan stretching dalam sebuah ikatan karbon logam yang disinyalir terjadi akibat
proses reaksi kimia dalam sintesis. Karakteristik spektrum teramati kobalt
ferit doping stronsium terbentuk spektrum yang lebih kuat atau tajam di angka gelombang
593,14 −363,60 cm
-1
jika dibandingkan tanpa doping stronsium 591,21
−402,18 cm
-1
. Hasil ini menunjukkan
sedikit pergeseran
angka
1000 2000
3000 4000
50 100
150 200
b T
ra n
sm it
a n
si a
.u
Angka gelombang, k 1cm
400 500
600 700
800
a b
a
gelombang dengan penambahan bahan doping
stronsium.
Gambar 3.1. Kurva karakterisasi spektrum FTIR. Skema a kobalt ferit tanpa doping
stronsium dan Skema b kobalt ferit dengan doping stronsium 0,1 mol
disuhu annealing 1000ºC.
Hasil karakteristik menunjukkan bahwa spektrum yang hadir pada sampel kobalt ferit
sebelum dan sesudah didoping stronsium terjadi di angka gelombang k sebesar 400-600 cm
-1
. Teramati pada nilai k = 590 cm
-1
merupakan ciri dari struktur spinel oksida ferit ditunjukkan
akibat vibrasi instrinstik dari ikatan antara ion oksigen dengan ion logam tetrahedral site.
Sedangkan nilai k = 400 cm
-1
berupa vibrasi bending dari kompleks logam di oktahedral site
yang terdiri dari ikatan antara ion oksigen dan ion logam oktahedral site [6]. Sehingga hasil
karakteristik kurva dari sampel setelah didoping dapat dinyatakan bahwa penambahan bahan
doping dengan variasi mol stronsium tidak menghilangkan ikatan kobalt ferit hanya saja
mengalami sedikit pergeseran angka gelombang akibat penambahan doping oleh stronsium yang
menekan atom
kobalt ferit.
Selain itu
penambahan doping
dengan stronsium
menunjukkan adanya besar tegangan yang terjadi di tetrahedral site dan oktahedral site yang
dihasilkan berupa nilai force constant dikedua kisi tersebut dengan perbedaan subtitusi bahan
atau doping [17]. Nilai force constant dapat dihasilkan dengan menggunakan persamaan
[19] sebagai berikut: �
= , � �
�
−7
� �
�
= ,
�
2
� � �
−7
� Dimana kt adalah konstanta gaya
tetrahedral site, ko adalah konstanta gaya oktahedral site.
dan adalah massa molekul
dari kation di tetrahedral dan oktahedral site. �
dan �
adalah angka gelombang yang teridentifikasi kobalt dan ferit. Hasil nilai kt dan
ko ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 . Hasil karakteristik FTIR nilai spektrum
� ,
� , kt dan ko sebagai berikut:
Dari hasil karakteristik FTIR ditunjukkan bahwa nilai force contstant untuk kt dihasilkan
sedikit lebih besar dengan penambahan bahan doping stronsium yaitu dari sebesar 14,91
menjadi 15,01 Nm. Sedangkan nilai ko dihasilkan semakin menurun dari 10,56 menjadi
8,63 Nm. Sehingga hasil ini menunjukkan bahwa nilai ko berubah sangat signifikan dibandingkan
dengan nilai kt . Dari hasil ini dapat diasumsikan bahwa
material stronsium lebih menekan di oktahedral site
dibandingkan oktahedral
site. Dan
penambahan bahan doping yang semakin besar menyebabkan tegangan kisi yang semakin
meningkat. Karakterisasi ini menunjukkan bahwa sifat magnetik dapat bergantung pada komposisi
kimia [17].
3.2. Analisa XRD