PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

(1)

PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

(Skripsi)

Oleh

WAHYUDI 0514111039

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(2)

PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

Oleh

Wahyudi1, Siti Hudaidah2, Supono2

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan salah satu komoditas ikan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Budidaya C. macropomum terutama pada fase benih, membutuhkan manajemen pakan yang tepat. Kebutuhan protein dalam pakan buatan selama ini bersumber pada tepung ikan dan tepung kedelai yang terus bersaing dengan kebutuhan pakan ternak dan pangan manusia. Salah satu alternatif mengatasi hal tersebut adalah dengan pemanfaatan cacing tanah (Lumbricus sp.) sebagai sumber protein dalam pakan buatan yang diharapkan dapat mengganti tepung ikan dalam komposisi pakan buatan.

Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih C. macropomum yang maksimal yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian meliputi pemberian proporsi protein tepung Lumbricus sp. dalam pakan buatan yakni proporsi 100%, 75%, 50% dan 25% tepung Lumbricus sp. Data pertumbuhan yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis ragam pada selang kepercayaan 99%, dan dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT). Sebagai data pendukung, dilakukan pengamatan kualitas air setiap 7 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. memberikan hasil terbaik dengan pertumbuhan mutlak mencapai 29,50 gram, laju pertumbuhan sebesar 0,7375 gram per hari, SR sebesar 100%, serta FCR sebesar 1,036.

Kata kunci : C. macropomum, Lumbricus sp., pakan buatan, proporsi dan pertumbuhan

Keterangan : 1) Mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian UNILA 2) Dosen Budidaya Perairan Fakultas Pertanian UNILA


(3)

PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

Oleh WAHYUDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2010


(4)

(Colossoma Macropomum)

Nama Mahasiswa : Wahyudi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0514111039

Jurusan / Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Ir. Siti Hudaidah, M. Sc. Supono, S. Pi., M. Si.

NIP. 196402151996032001 NIP. 197010022005011001

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Indra Gumay Yudha, S. Pi, M. Si. NIP. 197008151999031001


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Siti Hudaidah, M. Sc. ...

Sekretaris : Supono, S. Pi., M. Si. ...

Penguji Utama : Moh. Muhaemin, S. Pi., M. Si. ...

2. Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Krui pada 28 Desember 1986, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Pardi dan Ibu Wanti.

Pendidikan Tingkat Kanak-kanak di TK Dharma Wanita Pesisir Tengah Krui diselesaikan pada tahun 1993, Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Pesisir Tengah Krui diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Pesisir Tengah Krui pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Krui pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Penulis aktif dalam organisasi HIMAPERILA (Himpunan Mahasiswa Perikanan Universitas Lampung) yang kini berubah menjadi HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila) sebagai Anggota Bidang Minat dan Bakat periode 2005-2006 dan 2006-2007. Peneliti juga aktif dalam organisasi BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Anggota Muda (Green Force) pada periode 2005-2006 dan sebagai Anggota Bidang Kewirausahaan pada periode 2006-2007.


(7)

Awal Juli 2008, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) selama 40 hari dengan judul “Pembenihan Rajungan (Portunus pelagicus) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Jawa Tengah”.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah ikhtilogi, avertebrata air dan mikrobiologi air pada tahun ajaran 2007/2008, 2008/2009 dan 2009/2010, serta mata kuliah bioper pada tahun ajaran 2008/2009.

Tahun 2010, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul ”Pengaruh Proporsi Tepung Cacing Tanah (Lumbricus sp.) yang Berbeda dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ”.


(8)

Ilmu ibarat sebuah sungai. Sekecil-kecilnya ilmu, itulah anak sungai

yang terus mengalir menyuplai sungai besar sebagai sumber

kehidupan. Alirkan ilmu yang kau peroleh sekecil apapun, kelak akan

berkembang menjadi ilmu yang besar yang mungkin dapat

menyejukkan ”dunia”.

Bukan kecerdasan yang akan mengangkat kehidupan manusia, Tetapi

sikap yang akan memuliakan manusia.


(9)

PERSEMBAHAN

Segala puji Syukur Kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepadaku, kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

 Ayah dan Emak, Mbak, Mas, Adik-adik serta keponakan-keponakanku

tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan semangat, bimbingan, serta doa yang senantiasa mengiringi setiap langkahku untuk kebahagiaan dan kesuksessanku.

 Teman-teman seperjuangan.

 Sely Andriani (Mun), yang tak pernah henti-hentinya memberikan

dukungan dan semangat serta doanya untuk kesuksesanku.  Almamater Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis haturkan atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Proporsi Tepung Cacing Tanah (Lumbricus sp.) yang Berbeda dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian. 2. Bapak Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Budidaya Perairan.

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku pembimbing utama yang tak pernah lelah membimbing, memotivasi serta memberi nasehat dalam proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Supono S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua dan pembimbing akademik yang terus membimbing, mendukung dan memberi saran dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Moh. Muhaemin, S.Pi., M.Si., selaku penguji utama atas masukan, kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Supono, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan nasehat selama kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi.


(11)

7. Ayah, Emak, Mbak Titin, Mas Tono, Adek Ani dan Tari serta seluruh keluargaku tersayang yang terus memberi dukungan baik moril maupun materiil.

8. Keluarga besar Hi. Bambang Sutejo dan Hj. Triyatmi yang terus membimbing dan mengajarkanku betapa indahnya ikatan kekeluargaan serta memotivasiku dalam kuliah hingga penyusunan skripsi.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Tiwi dan Rendy atas kebersamaan dalam perjuangan kuliah dan penyusunan skripsi.

10.Teman-temanku seperjuangan angkatan 2005 yang selalu ceria dan kompak, kebersamaan selama kuliah maupun di luar kuliah. Aku pasti akan selalu merindukan saat-saat bersama kita 2005.

11.Sely Andriani yang selalu memotivasiku untuk terus sukses

12.Kakak-kakakku angkatan 2004 serta adik-adik angakatan 2006, 2007, 2008, dan 2009.

13.Pak “He” dan kawan-kawan futsal atas motivasi semuanya.

14.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih saya yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Dan Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.Amin Ya Robbal Alamin.


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Colossoma macropomum merupakan salah satu komoditas ikan air tawar

yang mempunyai nilai ekonomis tinggi baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias (Kristanto dan Nugraha, 2008). C. macropomum merupakan ikan yang berasal dari benua Amerika yang masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang Amerika. Awalnya C. macropomum diperdagangkan sebagai ikan hias yang buas dan sering disebut sebagai The Predator karena kemiripan morfologis dan tingkah laku dengan ikan piranha. Perlahan tingkat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap C. macropomum tidak hanya sebatas sebagai ikan hias tetapi juga sebagai ikan konsumsi (Djariah, 2001). Petani C. macropomum di Pangkalpinang pada umumnya menjual C. macropomum ukuran konsumsi dengan harga Rp. 20.000-Rp. 25.000 per kg (Annonimous1, 2009). Kebutuhan pasar tersebut mendorong minat petani ikan untuk meningkatkan budidaya C. macropomum.

Budidaya C. macropomum yang produktif membutuhkan persediaan benih yang memadai dan berkesinambungan. Salah satu upaya penyediaan benih yang memadai dan berkesinambungan adalah melalui pemeliharaan benih dengan manajemen pakan yang tepat baik kualitas maupun kuantitasnya (Effendi, 2004).


(13)

2

Manajemen pakan merupakan faktor penting dalam budidaya C. macropomum. Pemberian pakan untuk C. macropomum perlu memperhatikan

kebutuhan proteinnya. Menurut Pras (1993) dalam Haetami (2004), C. macropomum termasuk ikan pemakan segala (omnivora) yang cenderung

karnivora pada masa benih dengan kebutuhan protein sekitar 35-40% pada fase benih, 25-36% pada fase pembesaran dan 28-32% pada fase induk. Kelengkapan asam-amino yang terdapat dalam protein pakan dan kandungan energi yang siap cerna bagi ikan perlu diperhatikan dalam pemberian pakan ikan

(Ensminger et al., 1990). Benih C. macropomum yang dipelihara selama 1 bulan sejak umur 20 hari memilki laju pertumbuhan sebesar 0,14 gram per hari dengan pemberian pakan buatan pabrik (Prasetiami, 2010).

Sumber protein utama yang sering digunakan dalam pakan buatan adalah tepung ikan dan kedelai, yang keduanya merupakan komponen yang banyak digunakan dalam ransum pakan untuk ternak dan pangan bagi manusia. Tingginya persaingan terhadap kebutuhan tepung ikan dan kedelai terkadang tidak diimbangi dengan stok tepung ikan dan kedelai yang ada (Haetami, 2004). Akibatnya, kebutuhan pakan dalam budidaya ikan pun dapat terhambat. Oleh karena itu, diperlukan alternatif bahan baku pakan yang selama ini belum biasa digunakan, tetapi bernilai gizi tinggi dan tidak bersaing dengan kebutuhan pakan untuk ternak dan kebutuhan pangan untuk manusia. Salah satu alternatif bahan baku tersebut yakni cacing tanah yang hidup pada tumpukan tanah dan sampah organik.


(14)

Cacing tanah (Lumbricus sp) merupakan hewan avertebrata yang banyak ditemui di tempat-tempat lembab seperti tumpukan sampah organik dan lahan pertanian. Lumbricus sp. termasuk hewan yang bermanfaat dalam bidang pertanian sebagai penyubur tanah (Palungkun, 1999). Bidang perikanan,

Lumbricus sp. berpotensi menjadi sumber protein bagi pakan buatan. Kandungan

protein Lumbricus sp. mencapai 72%, lebih besar dibandingkan dengan protein tepung ikan yang berkisar 60 sampai 65% (Annonimous, 2008). Protein yang

tinggi pada Lumbricus sp terdiri dari sembilan macam asam amino esensial dan 4 macam asam amino non-esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain

arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin, dan treonin. Sementara asam amino non-esensialnya ialah sistin, glisin, serin, dan tirosin (Palungkun, 1999).

Mengingat kandungan protein Lumbricus sp. yang tinggi (lebih tinggi dari ikan dan daging), maka diharapkan Lumbricus sp. dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku pakan buatan yang dapat menggantikan ketergantungan terhadap tepung ikan. Sejauh ini belum diketahui komposisi Lumbricus sp. yang efektif yang dapat memacu pertumbuhan C. macropomum. Oleh karena itu, penelitian tentang pengaruh poporsi tepung Lumbricus sp. dalam pakan buatan bagi pertumbuhan benih Colossoma macropomum perlu dilakukan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian pakan dengan proporsi Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih Colossoma macropomum.


(15)

4

C. Kerangka Pikir

Lumbricus sp. merupakan salah satu jenis hewan avertebrata yang

berpotensi sebagai bahan baku pakan buatan yang dapat menggantikan kebutuhan terhadap tepung ikan dan berprotein tinggi (Annonimous, 2008). Kadar protein Lumbricus sp. sangat tinggi, mencapai 72 % dari bobot kering (lebih tinggi

daripada ikan dan daging). Protein pada Lumbricus sp terdiri dari sembilan asam amino esensial dan 4 asam amino non-esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin, dan treonin. Sementara asam amino non-esensialnya ialah sistin, glisin, serin, dan tirosin (Palungkun, 1999).

Mengingat tingginya kandungan protein Lumbricus sp., pemanfaatan Lumbricus sp. sebagai pakan buatan dilakukan oleh Suwindere (2000), yang

meneliti pengaruh pemberian tepung Lumbricus sp. dan tepung ikan terhadap pertumbuhan tikus putih galur wistar dan berhasil meningkatkan pertumbuhan tikus putih galur wistar pada pemberian 9 % tepung Lumbricus sp. dan 3 % tepung ikan dalam ransum pakan. Dinas Perikanan Provinsi DKI Jakarta dalam proyek peningkatan diversifikasi usaha perikanan, membuat pakan alternatif bagi ikan air tawar yang menggunakan bahan baku tepung Lumbricus sp.

(Annonimous, 2008). Sejauh ini belum diketahui secara pasti komposisi tepung Lumbricus sp. yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan C. macropomum.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian tentang pemberian tepung Lumbricus sp. dengan proporsi yang tepat dalam pakan buatan perlu dilakukan


(16)

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :

• Proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan benih C. macropomum

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pembudidaya ikan air tawar dalam upaya pemanfaatan cacing tanah (Lumbricus sp.) sebagai bahan baku pakan buatan untuk meningkatkan


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi C.macropomum

Bryner (1999) mengklasifikasikan C.macropomum ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, sub filum Craniata, kelas Pisces seperti ikan pada umumnya, sub kelas Neoptergii, ordo Cypriniformes, sub ordo Cyprinoidea familia Characidae, genus Colossoma dan spesies Colossoma macropomum.

Morfologi C. macropomum secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.

Sirip caudal Sirip dorsal linea literalis Operculum

Sirip anal Anus Sirip ventral Sirip pektoral Mata Cavum oris (mulut)


(18)

Dari arah samping, bentuk tubuh C. macropomum tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, C. macropomum memiliki bentuk tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan C. macropomum tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil

berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah

berwarna putih. Pada C. macropomum dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus C. macropomum sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red belly pacu. Dibanding dengan badannya, C. macropomum memiliki kepala

kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam (Djariah, 2001).

C. macropomum memiliki 5 buah sirip (pinnae), yaitu sirip punggung,

sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah. Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada C. macropomum agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak (Annonimous2, 2009).


(19)

8

B. Kebiasaan Makan dan Kebutuhan Nutrisi C. macropomum

Menurut Pras (1993) dalam Haetami (2004), C. macropomumtergolong jenis ikan omnivora. Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva dan benih), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai sebagai pakan adalah krustasea, kladosera, kopepoda dan ostrakoda.

Suyanto (1999) mengatakan bahwa dihabitatnya, C. macropomum saat

bergerombol dapat menjadi predator yang ganas, tak jarang ikan yang ukurannya lebih besar menjadi santapan mereka, bahkan C. macropomum dapat memakan sesama jenisnya pada saat kelaparan atau ada salah satu dari mereka yang terluka.

Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, C. macropomum mempunyai potensi tumbuh yang cukup tinggi, karena bagian organ

pencernaannya cukup lengkap. C. macropomum mempunyai gigi yang berfungsi memotong dan menghancurkan pakan, seperti halnya ikan grass carp dan piranha sehingga C. macropomum mampu beradaptasi terhadap segala jenis makanan. Lambung C. macropomum berbentuk U dengan kapasitas cukup besar. Ususnya panjang, dan pada bagian anteriornya dilengkapi dengan piloric saeca yang didalamnya terjadi proses pencernaan enzimatis seperti halnya pada usus dan lambung. Bagian akhir dari usus terjadi diferensiasi usus yang lebih lebar yang disebut rektum. Pada bagian ini tidak lagi terjadi pencernaan, fungsinya selain sebagai alat ekskresi, juga membantu osmoregulasi (Hoar et al., 1979).

C. macropomum membutuhkan pakan dengan kandungan protein berkisar antara 25 % sampai 37% (Bittner, 1989), sedangkan menurut Pras (1993) dalam Haetami (2004), ikan bawal dapat diberikan pellet dengan kandungan protein 27% untuk memenuhi kebutuhannya. Pada umur dua hari setelah menetas, mulut larva


(20)

mulai terbuka, tetapi belum bisa menerima makanan dari luar tubuh, makanannya masih berasal dari kuning telurnya. Umur empat hari, kuning telur yang diserap oleh tubuh sudah habis dan pada saat itulah larva mulai mengonsumsi makanan dari luar berupa Krustasea, Kladosera, Kopepoda dan Ostrakoda. Apabila diamati kebiasaan makannya, C. macropomumtergolong ikan yang lebih suka makan di bagian tengah perairan. Dengan kata lain, C. macropomum bukanlah ikan yang biasa makan di dasar perairan (bottom feeder) atau di permukaan perairan (surface feeder) (Suyanto, 1999).

C. Habitat C. macropomum

C. macropomum berasal dari negara Brazil yang habitatnya berada di

sungai Amazon. Hidup C. macropomumsering bergerombol di daerah yang alirannya deras, namun banyak juga ditemukan di sungai yang tenang. Saat dewasa C. macropomum lebih banyak ditemukan di sungai yang alirannya deras, sedangkan pada saat benih C. macropomum lebih banyak ditemukan di sungai yang alirannya tenang. Sungai yang tenang biasanya banyak terdapat pakan alami yang dapat diperoleh benih C. macropomum (Suyanto, 1999).

Faktor lingkungan dalam budidaya C. macropomum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Menurut Djariah (2001), beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam budidaya C. macropomum antara lain :


(21)

10

1. Suhu

Suhu merupakan faktor lingkungan yang paling penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Peningkatan suhu air sebesar 10 oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh

organisme akuatik sekitar 2 sampai 3 kali lipat (Effendi, 2003). Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat

mengakibatkan kematian pada ikan. Suhu yang optimal untuk budidaya ikan hias air tawar adalah 25 oC sampai 29 oC (Ramshort, 1978). Menurut Eckman (1997) dalam Purwatini (2009), suhu perairan di habitat asli C. macropomum adalah sekitar 27,2 oC sampai 29,2 oC.

2. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Dissolved Oxygen (DO) adalah suatu jenis gas yang larut dalam air

dan dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan metabolisme. DO menjadi faktor kualitas air yang sangat kritis yang dipengaruhi oleh suhu air, stocking dan efektivitas aerasi yang diinstalasi. Oksigen terlarut

diperairan bersumber dari difusi udara, fotosintesis, dan air masuk.

Kandungan DO dalam air cenderung berbanding terbalik dengan kandungan CO2 bebas. Dalam budidaya intensif, untuk memperoleh produksi optimal kandungan oksigen harus dipertahankan diatas 5 ppm. Bila kandungan

oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya (Kordi dan Tancung, 2007) .


(22)

3. Derajat Keasaman ( pH )

Nilai pH dalam suatu perairan merupakan parameter kimia yang cukup penting dalam memantau kualitas air. Semakin tinggi nilai pH, maka semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah konsentrasi

karbondioksida bebas (Effendi, 2003). Nilai pH yang rendah dapat

menghambat enzim pada organisme perairan (Kemmer, 1999). Keadaan pH yang kurang optimal berakibat buruk pada ikan kultur dan menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit, produktivitas dan pertumbuhan rendah. Tingkat keasaman yang baik untuk budidaya ikan adalah 6,5 sampai 9,0 (Boyd, 1982). Sedangkan menurut Zonneveld et al. (1991) pH air yang baik digunakan untuk budidaya di perairan tawar adalah 6,7 sampai 8,2.

D. Benih C. macropomum

Benih merupakan sebutan untuk ikan muda yang sudah tidak memiliki cadangan kuning telur pada tubuhnya, biasanya dimulai pada hari ke-5 setelah telur ikan menetas (Kristanto dan Nugraha, 2008). Fase benih merupakan fase dimana larva sudah menyerap seluruh kuning telurnya, dapat mencari makanan sendiri dan mengkonsumsi pakan hidup (Annonimous3, 2009). Menurut Coche dan Bianchi (1979), ikan memasuki fase benih ketika ikan sudah dapat berenang bebas dan sejak pertama ikan mencari makanan sendiri serta organ somatiknya berkembang. C. macropomum memasuki fase benih sejak umur 2 minggu, hal ini ditandai dengan organ tubuhnya yang semakin lengkap (mirip dengan C. macropomum dewasa) dan sudah merespon pakan buatan (Suyanto,1999).


(23)

12

Kriteria pada pemilihan benih C. macropomum yang baik untuk budidaya yakni ; sehat, ukurannya seragam, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila

ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh (Djariah, 2001).

E. Cacing Tanah (Lumbricus sp.)

Cacing tanah (Lumbricus sp.) merupakan salah satu hewan avertebrata yang unik secara fisik. Ciri-ciri fisik Lumbricus sp. antara lain pada tubuhnya terdapat segmen luar dan dalam, berambut, tidak mempunyai rangka luar, dan tubuhnya dilindungi oleh kutikula (kulit bagian luar). Lumbricus sp. tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan binatang dan tidak memiliki mata. Lumbricus sp. harus menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal

yang melingkari tubuhnya untuk dapat bergerak. Adanya lendir yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dapat mempermudah pergerakannya ditempat yang padat dan kasar. Lendir dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena itu, Lumbricus sp. sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya (Palungkun, 1999).

Pada tubuh Lumbricus sp. terdapat organ yang disebut seta. Seta terdapat pada setiap segmen berupa rambut yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya lekat organ ini sangat kuat sehingga cacing dapat melekat erat pada permukaan benda yang keras dan kasar. Daya lekat akan melemah saat Lumbricus sp. bergerak maju. Selain itu, seta juga dapat membantu Lumbricus sp. saat melakukan perkawinan (Palungkun, 1999).


(24)

F. Kandungan Nutrisi Lumbricus sp.

Lumbricus sp. merupakan hewan yang memilki kandungan nutrisi yang

tinggi pada tubuhnya, terutama protein yang mencapai 64-76%. Selain itu, kandungan nutrisi lain yang terdapat dalam tubuh Lumbricus sp. antara lain; lemak mencapai 7-10%, kalsium 0,55%, fospor 1%, dan serat kasar 1 % serta auxin yang merupakan zat perangsang tumbuh (Palungkun, 1999).

Protein yang tinggi pada Lumbricus sp. terdiri dari 9 macam asam amino esensial dan 4 macam asam amino non-esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain arginin, histidin, leusin, lisin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin, dan treonin. Sementara asam amino non-esensialnya ialah sistin, glisin, serin, dan tirosin. Komposisi asam amino tersebut menurut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kandungan asam amino pada Lumbricus sp.

Asam Amino Komposisi (%)

Asam Amino Esensial : Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin Fenilalanin Treonin Valin 4,13 1,56 2,58 4,84 4,33 2,18 2,25 2,95 3,01 Asam Amino Non-esensial :

Sistin Glisin Serin Tirosin 2,29 2,92 2,88 1,36 (Palungkun, 1999).


(25)

14

G. Pakan Buatan

Pakan buatan merupakan pakan lengkap yang mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan ikan. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan harus memenuhi syarat yakni ; gizinya tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, tidak beracun bagi ikan, harganya relatif murah dan tidak bersaing dengan makanan pokok manusia (Sriharti, 1992). Kandungan gizi dalam pakan buatan yang dibutuhkan ikan meliputi protein, lemak dan karbohidrat. Protein berfungsi

menggantikan jaringan yang rusak dan sebagai sumber energi. Suplai protein yang kontinyu dan banyak dalam pakan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

menggantikan jaringan yang rusak. Lemak berfungsi sebagai sumber energi, perantara dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak. Peran karbohidrat sebagai sumber energi khususnya untuk ikan herbivora (Stickney, 1979).

H. Pertumbuhan

Pertumbuhan secara umum adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, dan ukuran) per satuan waktu baik individu, stok, maupun komunitas. Pertumbuhan dalam individu diperoleh dari penambahan jaringan akibat penambahan sel secara mitosis. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan sejumlah besar intake zat makanan penghasil energi dan asam amino (protein) yang mendorong proses pertumbuhan (Effendie, 1997).

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu : bobot tubuh, seks, umur, kesuburan, kesehatan, pergerakan, aklimasi, aktivitas biomassa, dan konsumsi oksigen. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik terdiri dari tekanan,


(26)

suhu, salinitas, kandungan oksigen air, buangan metabolit (CO2, NH3), pH, cahaya, musim. Faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi ketersediaan pakan, komposisi pakan, kecernaan pakan, dan kompetisi pengambilan pakan. Diantara faktor-faktor tersebut, nutrisi merupakan faktor pengontrol yang mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu (Watanabe, 1988).

I. Survival Rate (SR)

Survival rate (SR) atau kelangsungan hidup merupakan persentase ikan

yang hidup dari jumlah keseluruhan ikan yang dibudidaya dalam suatu wadah. SR ikan dikatakan tinggi bila tingkat kematian (mortalitas) rendah. Mortalitas ikan dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dalam yang mempengaruhi yaitu umur dan kemampuan adaptasi ikan. Sedangkan faktor luar yaitu kompetisi antar spesies, penambahan jumlah populasi, kurangnya pakan, dan kondisi lingkungan yang tidak stabil (Nikolsky, 1969).

J. FCR (Food Convertion Ratio)

FCR adalah nilai rasio jumlah pakan (kg) yang diberikan pada ikan budidaya menghasilkan berat (1 kg) ikan. Nilai FCR pakan dipengaruhi oleh jenis ikan yang dipelihara dan kualitas makanan. Semakin kecil nilai FCR, maka semakin baik pula budidaya yang telah dilakukan (Effendi, 2004). Menurut Djariah (2001), FCR yang baik dalam budidaya bawal sebaiknya tidak lebih dari 1,2.


(27)

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 40 hari pada bulan Agustus hingga September 2009, bertempat di Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu : akuarium 12 buah dengan ukuran 40x30x30 cm3, rak akuarium, perangkat aerator , alat giling pellet, timbangan digital dengan ketelitian 0,05 gram untuk menimbang pakan dan ketelitian 1 gram untuk menimbang berat benih, alat ukur kualitas air (pH, DO dan Suhu) dan alat pendukung seperti baskom, ember, gayung serta scoopnet.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : benih C. macropomum dengan berat ± 2,5 gram serta pakan dengan bahan tepung Lumbricus sp. sebagai sumber protein hewani dan tepung kedelai sebagai sumber protein nabati dengan proporsi yang berbeda.


(28)

C. Desain Penelitian

Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) model tetap. Penelitian dilakukan dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Jenis dan berat ikan diasumsikan homogen. Pakan dibuat berdasarkan komposisi tepung Lumbricus sp. dan tepung kedelai yang terdiri dari 4 proporsi tepung

Lumbricus sp. dalam pakan buatan yaitu 100%, 75%, 50% dan 25%. Bahan lain

yaitu dedak dan tepung tapioka dalam setiap pakan dibuat dengan proporsi yang sama.

Model linear RAL yang digunakan yaitu:

Yij =  + i + ij (Gaspersz, 1991). Keterangan :

i : Perlakuan A, B, C, D dan E dengan proporsi ; A = 100% tepung Lumbricus sp. tanpa kedelai

B = 75% tepung Lumbricus sp. + 25% tepung kedelai C = 50% tepung Lumbricus sp. + 50% tepung kedelai D = 25% tepung Lumbricus sp. + 75% tepung kedelai j : Ulangan 1,2,3

Yij : Nilai pertumbuhan dan SR C. macropomum akibat pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. ke-i dan ulangan ke-j

 : Rataan umum

i : Pengaruh pemberian pakan dengan proporsi Lumbricus sp. ke-i ij : Galat percobaan pada pemberian pakan dengan proporsi tepung


(29)

18

D. Prosedur Penelitian

Mulai

Setting instalasi peralatan

Siap Tidak

Ya

Aklimatisasi benih C. macropomum

Benih hidup Tidak dan sehat

Ya Pelaksanaan penelitian

Benih tumbuh Tidak

Ya

Analisis Data

Selesai


(30)

E. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati meliputi variabel utama dan pendukung. Variabel utama terdiri dari pertumbuhan dan sintasan hidup, sedangkan variabel

pendukung meliputi parameter kualitas air.

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan berat (gram). Pengukuran dilakukan dengan menimbang berat biomassa C. macropomum setiap akuarium pada awal penelitian dan setiap 7 hari hingga akhir penelitian menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram. Menurut Effendi (1997),

pertumbuhan dan laju pertumbuhan dihitung melalui rumus :

G = Wt – Wo Keterangan :

Wm = Pertumbuhan (gram)

Wt = Berat rata-rata benih C. macropomum pada akhir penelitian (gram) Wo = Berat rata-rata benih C. macropomum pada awal penelitian (gram)

a = (Wt – Wo) : t Keterangan :

a = Laju pertumbuhan harian (gram/hari)

Wo = Berat rata-rata benih C. macropomum pada waktu awal (gram/hari) Wt = Berat rata-rata benih C. macropomum pada waktu t (hari) (gram) t = Waktu (hari)


(31)

20

2. Sintasan atau Survival Rate (SR)

Sintasan ikan dihitung melalui rumus :

SR = (Nt : No) x 100 % (Effendi, 1997) Keterangan :

SR : Sintasan ikan

Nt : Jumlah benih C. macropomum yang hidup saat akhir (ekor) No : Jumlah benih C. macropomum yang hidup saat awal (ekor)

3. Food Convertion Ratio

FCR ikan dihitung melalui rumus :

FCR = F : ΣW Keterangan :

FCR : FCR ikan

F : Jumlah pakan yang diberikan (gram)

ΣW : berat ikan yang dihasilkan ( hidup + mati) (gram)

4. Parameter Pendukung

Parameter pendukung yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas air yang meliputi pH, temperatur, dan DO. Pengamatan kualitas air dilakukan setiap 7 hari.


(32)

F. Analisis Statistik

Data berat yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam secara manual dan jika pemberian proporsi tepung lumbricus sp. Berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan C. macropomum, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada selang kepercayaan 99%.


(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1 Pertumbuhan benih C. macropomum

Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pertumbuhan C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari pemeliharaan


(34)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada

benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. sebesar 29,50 gram. Pertumbuhan mutlak benih pada pemberian

pakan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% masing-masing sebesar 10,4 gram, 11,1 gram dan 12,75 gram. Tujuh hari pertama, benih C. macropomum masih dalam fase adaptasi. Kemudian pada 21 hari berikutnya benih C. macropomum memasuki fase pertumbuhan awal, dan pada hari berikutnya hingga hari ke-40 benih memasuki fase pertumbuhan eksponensial.

Hasil Analisis Tabel Sidik Ragam (TSR) (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih C. macropomum pada selang kepercayaan 95%. Nilai koefisien keragaman (kk) sebesar 7%, artinya pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang baik terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Menurut Gaspersz (1991), jika nilai (kk) semakin besar menunjukkan keterandalan suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk tidak melebihi 20%.

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap pertumbuhan benih C. macropomum dilakukan pada selang kepercayaan 99% dengan menganalisa perbandingan nilai BNT dan selisih nilai rataan pertumbuhan mutlak benih C. macropomum (Tabel 2). Nilai BNT yang diperoleh sebesar 3,0479.


(35)

24

Tabel 2. Uji BNT terhadap pertumbuhan benih C. macropomum Proporsi tepung Lumbricus sp.

100% 75% 25% 50%

a a a b

Keterangan : Huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata

Analisa BNT terhadap pertumbuhan mutlak benih C. macropomum

menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100%, proporsi 75% dan proporsi 25%. Sementara, pemberian pakan dengan proporsi 25% tidak berbeda nyata terhadap pemberian pakan terhadap proporsi 100% dan 75%, dan pemberian pakan dengan proporsi 75% tidak berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100%.


(36)

2. Laju pertumbuhan benih C. macropomum

Laju pertumbuhan berat benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Laju pertumbuhan benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan setelah 40 hari masa pemeliharaan.

Histogram laju pertumbuhan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa laju

pertumbuhan tertinggi terjadi pada benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. sebesar 0,7375 gram per hari. Laju pertumbuhan benih pada pemberian pakan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% tepung

Lumbricus sp. berturut-turut sebesar 0,2600 gram per hari, 0,2774 gram per hari dan

0,3189 gram per hari.

0,2600 0,2774

0,7375 0,3189 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

100% 75% 50% 25%

B er a t (g ra m )


(37)

26

Hasil analisa Tabel Sidik Ragam (TSR) (Lampiran 3) laju pertumbuhan benih C. macropomum menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju

pertumbuhan berat benih C. macropomum pada selang kepercayan 99%. Nilai koefisien keragaman (kk) sebesar 7%, artinya pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang baik terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Nilai (kk) yang semakin besar menunjukkan keterandalan suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk tidak melebihi 20%.

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum dilakukan pada SK 99% (Tabel 3). Nilai BNT yang diperoleh

sebesar 0,07619

Tabel 3. Uji BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum Proporsi tepung Lumbricus sp.

100% 75% 25% 50%

a a a b

Keterangan : Huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata

Analisa BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100%, proporsi 75% dan proporsi 25%. Sementara, pemberian pakan dengan proporsi 25% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100% dan proporsi 75%,


(38)

dan pemberian pakan dengan proporsi 75% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda nyata pada pemberian pakan dengan proporsi 100% .

3. Sintasan / Survival Rate

Hasil pengamatan survival rate (SR) benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. SR benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan setelah 40 hari pemeliharaan

SR benih C. macropomum (Gambar 5) menunjukkan bahwa SR tertinggi terdapat pada benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. sebesar 100%. Benih C. macropomum pada pemberian SR pada

60 67

100

53

0 20 40 60 80 100 120

100% 75% 50% 25%

Nilai

S

R

(%

)


(39)

28

pemberian pakan dengan proporsi 100%, 50% dan 25% bertutut-turut sebesar 60%, 67% dan 53%.

Hasil analisa sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan

memberikan pengaruh yang nyata terhadap SR benih C. macropomum pada SK 99%. Nilai koefisien keragaman (kk) sebesar 9%, artinya pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang baik terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Nilai (kk) yang semakin besar menunjukkan keterandalan suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk tidak melebihi 20%.

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap SR benih C. macropomum dilakukan pada SK 99% (Tabel 4). Nilai BNT yang diperoleh sebesar 12,1537.

Tabel 4. Uji BNT terhadap SR benih C. macropomum Proporsi tepung Lumbricus sp.

100% 75% 25% 50%

a a a b

Keterangan : Huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata

Analisa BNT terhadap SR benih C. macropomum menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100%, proporsi 75% dan proporsi 25%. Pemberian pakan dengan proporsi 25% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda nyata terhadap pemberian pakan dengan proporsi 100% dan proporsi 75%, dan pemberian pakan


(40)

dengan proporsi 75% tepung Lumbricus sp. tidak berbeda nyata pada pemberian pakan dengan proporsi 100% .

4. Food Convertion Ratio (FCR)

FCR benih benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. SR benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan setelah 40 hari pemelihara

FCR benih C. macropomum (Gambar 6) menunjukkan bahwa FCR terendah terdapat pada benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. sebesar 1,036. FCR Benih C. macropomum pada pemberian pakan

dengan proporsi 100%, 50% dan 25% bertutut-turut sebesar 1,320, 1,321 dan 1,196.

1,320 1,321

1,036

1,196

0,100 0,300 0,500 0,700 0,900 1,100 1,300 1,500

100% 75% 50% 25%

F

CR


(41)

30

Hasil analisa sidik ragam ( Lampiran 5) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan tidak berpengaruh nyata terhadap FCR benih C. macropomum pada SK 99%. Nilai

koefisien keragaman (kk) sebesar 26,7%, artinya pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. memiliki indeks keterandalan yang kurang baik terhadap pertumbuhan benih C. macropomum. Nilai (kk) yang semakin besar menunjukkan keterandalan suatu percobaan semakin rendah. Percobaan yang cukup terandal memiliki nilai kk tidak melebihi 20%.

5. Kualitas Air

Data kualitas air selama 40 hari pemeliharaan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, derajat keasaman (pH), dan oksigen terlarut (DO).

Tabel 5. Parameter kualitas air selama pemeliharaan benih C. macropomum Parameter Proporsi Tepung Lumbricus sp.

yang diamati 100% 75% 50% 25%

Suhu (oC) 27,29 ± 0,4 27,31 ± 0,37 27,22 ± 0,32 27,20 ± 0,33 pH 6,62 ± 0,04 6,61 ± 0,04 6,62 ± 0,04 6,61 ± 0,04 DO (mg/L) 8,88 ± 0,23 8,97 ± 0,16 9,03 ± 0,14 8,99 ± 0,14

Parameter kualitas air pada media pemeliharaan tidak mengalami perubahan yang ekstrim. Suhu media secara keseluruhan berkisar antara 26,9 oC - 28,2 oC, pH media berkisar antara 6,52 - 6,70 dan DO media berkisar antara 8,33 - 9,74 g/Liter.


(42)

B. Pembahasan

Pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda

menghasilkan penambahan berat benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan. Hasil analisa ragam menunjukkan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan benih C. macropomum pada SK 99%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pakan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuh bahkan berlebih. Kelebihan energi kemudian digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan ikan akan terjadi apabila energi dalam pakan yang dikonsumsi ikan lebih banyak dari pada energi yang diperlukan untuk aktivitas tubuhnya. Pakan yang dikonsumsi pertama kali akan digunakan untuk aktivitas tubuh dan mengganti sel yang rusak, selebihnya akan digunakan untuk pertumbuhan (Sugianto,2007).

Pertumbuhan yang baik disebabkan oleh asupan nutrisi yang tepat yang dikonsumsi oleh ikan, terutama protein. Menurut NRC (1993), Sekitar 65% hingga 75% berat kering tubuh ikan merupakan protein. Protein merupakan kumpulan asam amino (AA) yang membentuk rantai ikatan peptida. Ikan mengkonsumsi protein untuk memperoleh asam-asam amino yang akan digunakan untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Palungkun (1999), asam amino yang terkandung dalam protein Lumbricus sp. terdiri dari asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino essensial merupakan asam amino yang penting untuk pertumbuhan dan tidak dapat disintesa oleh tubuh. Asam amino esensial


(43)

32

treonin dan valin. Asam amino essensial kedelai meliputi arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, valin dan triptofan (Parakkasi, 1990).

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp., menghasilkan pertumbuhan mutlak sebesar 29,50 gram dan laju pertumbuhan sebesar 0,7375 gram per hari setelah 40 hari pemeliharaan. Keseimbangan dan kecukupan protein dalam pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. dan 50% tepung kedelai dalam pakan diduga menjadi penyebab

pertumbuhan tertinggi benih C. macropomum. Proporsi asam amino yang tepat dari protein hewani pada tepung Lumbricus sp. dan protein nabati pada tepung kedelai (lampiran 13) diduga dapat saling melengkapi kebutuhan protein yang dibutuhkankan benih C. macropomum untuk pertumbuhan maksimal. Menurut Hoveland (1980) dalam Hetaimi (2005), keragaman antar bahan nabati dan hewani penyusun pelet

menyebabkan adanya efek saling melengkapi antar protein pakan dan meningkatkan metabolisme protein pakan.

Pertumbuhan benih C. macropomum pada pemberian pakan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% tidak berbeda nyata. Penambahan berat berkisar antara 10,40 gram sampai dengan 12,67 gram. Kandungan protein dalam pakan pada proporsi 100%, 75% dan 50% diduga telah mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan benih C. macropomum untuk metabolisme dan pertumbuhan seperti yang diperlihatkan pada pertumbuhan benih C. macropomum (dalam penelitian) meskipun tidak semaksimal pada pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp.


(44)

Menurut Prasetiami (2010), C. macropomum yang diberi pellet buatan buatan pabrik dengan kepadatan 6 ekor per 10 liter dapat menghasilkan pertumbuhan

sebesar 3,46 gram dan laju pertumbuhan sebesar 0,115 gram per hari yang dipelihara selama 1 bulan dengan berat awal 1 gram dan umur 20 hari, sedangkan pada

penelitian, pertumbuhan dan laju pertumbuhan jauh lebih tinggi yang dipelihara selama 40 hari dengan berat awal 2,5 gram dan umur ± 1 bulan (Lampiran 2 dan 3). Selain faktor pakan, faktor umur juga diduga menjadi penyebab berbedanya

pertumbuhan benih C. macropomum tersebut. Suyanto (1999) mengatakan bahwa C. macropomum akan tumbuh sangat cepat pada umur 2-5 bulan, setelah itu

pertumbuhan mulai stabil dan menurun meskipun bobotnya tetap meningkat.

Menurut Effendi (1997), ikan dapat mengalami 5 fase pertumbuhan yakni fase adaptasi, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan eksponensial, fase

pertumbuhan lambat dan fase pertumbuhan statis. Pertumbuhan benih C.

macropomum (Gambar 3) hanya mengalami 3 fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi

yang berlangsung selama 7 hari, fase pertumbuhan lambat selama 21 hari dan fase pertumbuhan eksponensial. Pertumbuhan benih C. macropomum meningkat tajam pada hari ke- 28 yang diduga pertumbuhan benih tersebut dalam fase pertumbuhan eksponensial. Fase pertumbuhan eksponensial ditandai dengan tingginya peningkatan pertumbuhan. Benih C. macropomum yang dipelihara pada penelitian Prasetiami (2010) diduga belum mencapai fase pertumbuhan eksponensial, sehingga


(45)

34

Sintasan atau survival rate (SR) merupakan persentase ikan yang hidup dari jumlah keseluruhan ikan yang dibudidaya dalam suatu wadah pemeliharaan. SR ikan dikatakan tinggi bila tingkat kematian (mortalitas) rendah (Nikolsky, 1969).

Pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap (SR) benih C. macropomum dimana pemberian pakan dengan proporsi 50% menghasilkan sintasan yang paling tinggi sebesar 100%, sebaliknya sintasan yang paling rendah terjadi pada pemberian pakan dengan proporsi 25% dengan sintasan hanya sebesar 53%. Rendahnya sintasan diduga akibat kebutuhan ikan akan protein kurang tercukupi. Jika kebutuhan ikan terhadap yang nutrisi diperlukan tidak tercukupi, maka pertumbuhan akan berhenti dan terjadi penurunan bobot tubuh karena protein pada jaringan tubuh akan dipecah kembali untuk mempertahankan fungsi jaringan tubuh yang lebih penting. Jika hal tersebut berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kematian pada ikan (NRC, 1993). Menurut Prasetiami (2010), SR C. macropomum yang diberi pellet pabrik dengan kepadatan 6 ekor per 10 liter menghasilkan SR sebesar 81%. SR tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan SR pada pemberian proporsi 50% tepung Lumbricus sp., namun lebih tinggi

dibandingkan dengan proporsi 100%, 75% dan 25% tepung Lumbricus sp.

Mortalitas juga diduga disebabkan palatabilitas (rasa) pakan yang diberikan kurang disukai oleh benih C. macropomum. Pakan dengan proporsi 25% tepung Lumbricus sp. yang diberikan banyak mengandung protein nabati dan palatabilitas

pakan mungkin tidak sesuai dengan selera benih C. macropomum yang cenderung karnivora. Palatabilitas pakan yang diberikan sangat menentukan nafsu makan ikan.


(46)

Menurut Halver (1989), palatabilitas yang baik (disukai ikan) dapat menambah nafsu makan ikan dan palatabilitas yang buruk dapat mengurangi nafsu makan ikan. Nafsu makan berkurang dapat mengakibatkan penurunan bobot ikan dan kematian.

Palatabilitas yang buruk menyebabkan benih C. macropomum tidak mau

mengkonsumsi pakan yang diberikan. Dampak dari hal ini, benih C. macropomum yang kelaparan pun menjadi kanibal dan memakan ikan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada kondisi benih yang mati (Lampiran 12), sebagian tubuhnya tercabik dimakan oleh benih C. macropomum lainnya.

SR benih C. macropomum yang diberi pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. 100%, 75% dan 25% berkisar antara 53% sampai dengan 76%.

Menurut Effendi (2004), sintasan hidup yang baik dalam budidaya ikan diatas 80%. Rendahnya SR diduga akibat persaingan yang tinggi antar benih dalam

mengkonsumsi pakan yang diberikan. C. macropomum terkenal sangat rakus. C. macropomum yang berukuran lebih besar, umumnya lebih dominan dalam

persaingan pakan seperti yang terjadi pada penelitian, sehingga C. macropomum yang berukuran lebih kecil sulit memperoleh jumlah pakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Benih C. macropomum yang lebih kecil, akan lebih sulit bersaing dalam perebutan makanan dan hal ini dapat berdampak pertumbuhan dan

mortalitasnya (Djariah, 2001). Hal ini dapat dilihat pada benih C. macropomum mati, ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan benih yang masih hidup.


(47)

36

FCR merupakan rasio jumlah pakan yang diberikan dengan bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai FCR maka budidaya semakin baik (Effendi, 2004). FCR pada penelitian yang paling rendah terdapat pada benih C. macopomum yang diberi pakan dengan proporsi Lumbricus sp. 50% sebesar 1,036, sedangkan FCR benih C. macropomum pada pemberian pakan dengan proporsi 100%, 50% dan 25% bertutut-turut sebesar 1,320, 1,321 dan 1,196. Menurut Djariah (2001), FCR dalam budidaya C. macopomum yang baik adalah tidak lebih dari 1,2, artinya FCR pada pemberian pakan dengan proporsi benih C. macopomum yang diberi pakan dengan proporsi Lumbricus sp. 50% untuk budidaya ikan bawal.

Kualitas air selama pemeliharaan benih C. macopomum tidak mengalami perubahan yang ekstrim baik itu suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO). Suhu pada penelitian berkisar antara 26,9 oC - 28,2 oC. Menurut Djariah (2001), benih bawal dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 26 oC - 30 oC. Menurut Taufik (2005) dalam penelitiannya, laju pertumbuhan benih C. Macropomum tertinggi dicapai pada suhu 32 oC. Kisaran pH dalam penelitian antara 6,52 sampai dengan 6,70. pH yang sedikit asam tersebut disebabkan proses respirasi yang menghasilkan banyak gas CO2 dalam air sehingga air menjadi bersifatasam. Menurut Boyd (1982), kisaran pH yang baik untuk budidaya ikan air tawar adalah 6,5 sampai dengan 9,0. Budidaya intensif membutuhkan DO diatas 5 mg/L untuk memperoleh produksi optimal. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya (Kordi dan Tancung, 2007). Menurut Djariah (2001), batas minimal DO yang baik untuk ikan bawal


(48)

adalah 2,4 mg/L, sedangkan menurut Rostim (2001) dalam penelitiannya tentang tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar, ikan nilem dan ikan tawes

menunjukkan bahwa batas minimum DO yang mematikan kehidupan ikan bawal adalah 1,24 mg/L. DO dalam penelitian berkisar antara 8,33 mg/L sampai dengan 9,74 mg/L, dan cukup baik untuk pemeliharaan benih C. Macropomum.


(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemberian pakan dengan proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

pertumbuhan dan sintasan benih C. macropomum dengan perlakuan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. yang paling memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan SR benih C. macropomum. Pemberian pakan dengan proporsi 50% tepung Lumbricus sp. menghasilkan pertumbuhan tertinggi dengan

pertumbuhan mutlak sebesar 29,50 gram dan laju pertumbuhan sebesar 0,7375 gram per hari serta SR sebesar 100%.

B. Saran

Benih C. macropomum sebaiknya tidak diberi pakan dengan kandungan protein nabati yang tinggi, karena pada masa benih C. macropomum cenderung bersifat karnivora agar pellet yang diberikan mendapat respon yang baik dari ikan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan benih C. macropomum dan menekan angka mortalitas.


(50)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kerangka Pikir ... 4

D. Hipotesis ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Klasifikasi dan Morfologi C. macropomum ... 6

B. Kebiasaan Makan dan Kebutuhan Nutrisi C. macropomum ... 8

C. Media Hidup C. macropomum ... 9

1. Suhu ... 10

2. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) ... 10

3. Derajat Keasaman (pH) ... 11

D. Benih C. macropomum ... 11

E. Cacing Tanah (Lumbricus sp) ... 12

F. Kandungan Nutrisi Lumbricus sp ... 13

G. Pakan Buatan ... 14

H. Pertumbuhan ... 14

I. Survival Rate (SR) ... 15

J. Food Convertion Rate (FCR)... 15

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ... 16

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 16

1. Alat ... 16

2. Bahan ... 16

C. Desain Penelitian ... 16


(51)

xii

E. Parameter yang Diamati ... 19

1. Pertumbuhan ... 19

2. Sintasan (SR) ... 20

3. Food Convertion Rate (FCR) ... 20

4. Parameter Pendukung ... 20

G. Analisis Statistik ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Hasil ... 22

1. Pertumbuhan benih C. Macropomum ... 22

2. Laju Pertumbuhan benih C. Macropomum ... 24

3. Sintasan / Survival Rate ... 26

4. Food Convertion Rate (FCR) ... 28

5. Kualitas Air ... 29

B. Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(52)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Komposisi kandungan asam amino pada Lumbricus sp ... 13 2. Uji BNT terhadap pertumbuhan benih C. macropomum ... 24

3. Uji BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum ... 26 4. Uji BNT terhadap SR benih C. macropomum ... 28 5. Kualitas Air ... 30


(53)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi C. macropomum ... 6 2. Prosedur penelitian ... 18 3. Pertumbuhan C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari

pemeliharaan ... 21 4. Laju pertumbuhan benih C. macropomum dengan pemberian proporsi

tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan ... 24 5. SR benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari

pemeliharaan ... 26 6. FCR benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari


(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Berat rata-rata benih C. macropomum ... 42

2. Pertumbuhan benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan .... 43

3. Laju Pertumbuhan benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 45

4. SR benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 47

4. FCR benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 49

5. Kualitas Air ... 52

6. Langkah Kerja ... 54

7. Cara membuat proporsi pakan (Formulasi pakan) ... 55

8. Cara membuat tepung cacing ... 60

9. Proses pembuatan pakan ... 61

10. Benih C. macropomum yang mengalami kematian dalam penelitian .. 62


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Evi, L. 2005. Pakan Ikan (Pembuatan, penyimpanan, pengujian dan pengembangan). Kanisius. Yogyakarta

Annonimous. 2008. Pembuatan Pakan Ikan Alternatif dari Bahan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Dikutip dari;

http//www.radmanblog.cn/12/Pembuatan-Pakan-Ikan-Alternatif.-dari-Bahan-Cacing-Tanah-Lumbricus-Rubellus. Akses pada tanggal 28 Februari 2009

Annonimous1. 2009. Harga Ikan Air Tawar di Pangkalpinang Naik. Dikutip dari : http://news.id.finroll.com/news/14-latest/5623.pdf. Akses pada tanggal 3 Mei 2010

Annonimous2. 2009. Mengenal Ikan Bawal. Dikutip dari :

http://tumbronx.blogspot.com/2009/05/ikan-bawal.html. Akses pada tanggal 15 Februari 2009

Annonimous3. 2009. Spawn (Biology). dikutip dari :

http://en.wikipedia.org/wiki/Spawn_%28biology%29. Akses pada tanggal 17 Mei 2010

Bittner, A. 1989. Budidaya Air. Jakarta : Yayasan Bogor Indonesia

Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn Univ. Elsevier Science. Publishing Company Inc. New York

Bryner (1999). Klasifikasi Ikan Bawal. Dikutip dari :

http://www.Guzfir.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-ikan-bawal.html. Akses pada 15 Februari 2010.

Coche, A. G. and Bianchi, G., 1979. Present status of mass rearing of fry and fingerlings in the EIFAC region. FAO -EIFAC Tech. Pap. 35 (1): 7 – 31. Djariah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta


(56)

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Eldesar, M. Y. 1992. Pengaruh Pemberian Daphnia sp., Pakan Buatan dan Campurannya terhadap pertumbuhan benih Gold Saum [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan IPB

Ensminger, M.E., Oldfield, J.E. dan Heinemann, W.W. 1990. Feed and Nutrition. Second Edition. The Ensminger Publishing, Co.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu Teknik dan Biologi. CV. Armico. Bandung

Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academy Press Inc, New York

Haetami, K., Junianto dan Y. Andriani. 2004. Tingkat Penggunaan Gulma Air Azzolla pinnata dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Bawal Air Tawar [Laporan Penelitian]. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran

Hoar, W.S., D.J. Randall, dan J.R. Brett. 1979. Fish Physiology. Vol VIII. Ed. Bioenergetic and Growth. Inc : Academic Press

Kemmer, F. N. 1999. The Nalco Water Handbook. Mc Graw-Hill. Inc

Kordi, M. G. dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta

Kristanto, A. H. dan Nugraha, E. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta

Nikolsky, V.G. 1969. Fish Populations Dynamic. Edinburg : Oliver and Bod Ltd.

National Research Council. 1993. Nutrien Requirement of Fish. National Academy Press, Washington DC

Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak Cacing. Jakarta: Penebar Swadaya


(57)

41

Prasetiami, A. 2010. Pengaruh Kepadatan Tebar Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Bawal (Colossoma macropomum) dalam Sistem Resirkulasi [Skripsi]. Pertanian. Universitas Lampung

Purwatini, S. 2009. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Bawal Air Tawar [Skripsi]. Pertanian.

Universitas Lampung

Rostim, A. 2001. Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum), Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Tawes

(Puntius javanicus) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB

Sriharti. 1992. Pakan Ikan. Dalam Laporan Pelaksanaan Pelatihan

Kewiraswastaan bagi PNS yang memasuki MPP. Kerjasama LIPI dan Pemda Tingkat I Jawa Barat. Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI. Subang

Stickney, R. 1979. Prinsiples of Warmwater Aquaculture. New York : John Willey and Sons, Inc.

Sugianto, G. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Maggot Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (Osphronemus

gouramy) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB

Suwindere, W. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Cacing Tanah dan Tepung Ikan Terhadap Pertumbuhan Tikus Putih Galur Wistar [Tesis S2]. Perpustakaan Universitas Indonesia. UI. Abstrak

Suyanto, S. R. 1999. Bawal. Penebar Swadaya. Jakarta

Taufik, E. 2005. Peranan Suhu Media Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macopomum) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor

Watanabe, T. 1988. In Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciense. Tokyo University of Fisheries

Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


(1)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Komposisi kandungan asam amino pada Lumbricus sp ... 13

2. Uji BNT terhadap pertumbuhan benih C. macropomum ... 24

3. Uji BNT terhadap laju pertumbuhan benih C. macropomum ... 26

4. Uji BNT terhadap SR benih C. macropomum ... 28


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi C. macropomum ... 6

2. Prosedur penelitian ... 18

3. Pertumbuhan C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari

pemeliharaan ... 21

4. Laju pertumbuhan benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan ... 24

5. SR benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari

pemeliharaan ... 26

6. FCR benih C. macropomum dengan pemberian proporsi tepung

Lumbricus sp. yang berbeda dalam pakan buatan selama 40 hari


(3)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Berat rata-rata benih C. macropomum ... 42

2. Pertumbuhan benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan .... 43

3. Laju Pertumbuhan benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 45

4. SR benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 47

4. FCR benih C. macropomum selama 40 hari pemeliharaan ... 49

5. Kualitas Air ... 52

6. Langkah Kerja ... 54

7. Cara membuat proporsi pakan(Formulasi pakan) ... 55

8. Cara membuat tepung cacing ... 60

9. Proses pembuatan pakan ... 61

10. Benih C. macropomum yang mengalami kematian dalam penelitian .. 62


(4)

Afrianto, E dan Evi, L. 2005. Pakan Ikan (Pembuatan, penyimpanan, pengujian

dan pengembangan). Kanisius. Yogyakarta

Annonimous. 2008. Pembuatan Pakan Ikan Alternatif dari Bahan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Dikutip dari;

http//www.radmanblog.cn/12/Pembuatan-Pakan-Ikan-Alternatif.-dari-Bahan-Cacing-Tanah-Lumbricus-Rubellus. Akses pada tanggal 28 Februari 2009

Annonimous1. 2009. Harga Ikan Air Tawar di Pangkalpinang Naik. Dikutip dari : http://news.id.finroll.com/news/14-latest/5623.pdf. Akses pada tanggal 3 Mei 2010

Annonimous2. 2009. Mengenal Ikan Bawal. Dikutip dari :

http://tumbronx.blogspot.com/2009/05/ikan-bawal.html. Akses pada tanggal 15 Februari 2009

Annonimous3. 2009. Spawn (Biology). dikutip dari :

http://en.wikipedia.org/wiki/Spawn_%28biology%29. Akses pada tanggal 17 Mei 2010

Bittner, A. 1989. Budidaya Air. Jakarta : Yayasan Bogor Indonesia

Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn Univ. Elsevier Science. Publishing Company Inc. New York

Bryner (1999). Klasifikasi Ikan Bawal. Dikutip dari :

http://www.Guzfir.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-ikan-bawal.html. Akses pada 15 Februari 2010.

Coche, A. G. and Bianchi, G., 1979. Present status of mass rearing of fry and fingerlings in the EIFAC region. FAO -EIFAC Tech. Pap. 35 (1): 7 – 31. Djariah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta


(5)

40

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Eldesar, M. Y. 1992. Pengaruh Pemberian Daphnia sp., Pakan Buatan dan

Campurannya terhadap pertumbuhan benih GoldSaum [Skripsi].

Bogor : Fakultas Perikanan IPB

Ensminger, M.E., Oldfield, J.E. dan Heinemann, W.W. 1990. Feed and Nutrition. Second Edition. The Ensminger Publishing, Co.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian,

Ilmu Teknik dan Biologi. CV. Armico. Bandung

Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academy Press Inc, New York

Haetami, K., Junianto dan Y. Andriani. 2004. Tingkat Penggunaan Gulma Air Azzolla pinnata dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Bawal Air Tawar [Laporan Penelitian]. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran

Hoar, W.S., D.J. Randall, dan J.R. Brett. 1979. Fish Physiology. Vol VIII. Ed. Bioenergetic and Growth. Inc : Academic Press

Kemmer, F. N. 1999. The Nalco Water Handbook. Mc Graw-Hill. Inc

Kordi, M. G. dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta

Kristanto, A. H. dan Nugraha, E. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air

Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta

Nikolsky, V.G. 1969. Fish Populations Dynamic. Edinburg : Oliver and Bod Ltd.

National Research Council. 1993. Nutrien Requirement of Fish. National Academy Press, Washington DC

Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak Cacing. Jakarta: Penebar Swadaya


(6)

Prasetiami, A. 2010. Pengaruh Kepadatan Tebar Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Bawal (Colossoma macropomum) dalam Sistem Resirkulasi [Skripsi]. Pertanian. Universitas Lampung

Purwatini, S. 2009. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Bawal Air Tawar [Skripsi]. Pertanian.

Universitas Lampung

Rostim, A. 2001. Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum), Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Tawes

(Puntius javanicus) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB

Sriharti. 1992. Pakan Ikan. Dalam Laporan Pelaksanaan Pelatihan

Kewiraswastaan bagi PNS yang memasuki MPP. Kerjasama LIPI dan Pemda Tingkat I Jawa Barat. Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI. Subang

Stickney, R. 1979. Prinsiples of Warmwater Aquaculture. New York : John Willey and Sons, Inc.

Sugianto, G. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Maggot Terhadap Pertumbuhan

dan Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (Osphronemus

gouramy) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB

Suwindere, W. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Cacing Tanah dan Tepung

Ikan Terhadap Pertumbuhan Tikus Putih Galur Wistar [Tesis S2].

Perpustakaan Universitas Indonesia. UI. Abstrak

Suyanto, S. R. 1999. Bawal. Penebar Swadaya. Jakarta

Taufik, E. 2005. Peranan Suhu Media Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal

Air Tawar (Colossoma macopomum) [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan

Kelautan. IPB. Bogor

Watanabe, T. 1988. In Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciense. Tokyo University of Fisheries

Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


Dokumen yang terkait

Laju Pertumbuhan Populasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum) Dengan Pemberian Pakan Alami Dan Buatan Serta Kombinasinya

5 55 49

PENGARUH PROPORSI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus sp) YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

0 5 17

PENGARUH TEPUNG BIJI KARET SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE (SR) BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

0 9 9

Pengaruh Kadar Asam Lemak -o6 Tetap dalam pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

0 7 75

Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio energi Protein yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

0 11 98

Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Pakan Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

0 14 6

Peran Salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum

0 15 53

Pengaruh Kadar Asam Lemak o6 Tetap dalam pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

0 3 65

Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio energi Protein yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

0 2 88

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) - PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA ( Daphnia sp . , cacing Tubifex, dan Artemia salina ) TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL (Colossoma macropomum) - repository perpustakaa

0 1 12