Rumusan Masalah Penelitian Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung Jawab Sosial Masjid Bab 1 Pendahuluan

6 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin di Masjid Yayasan Perjuangan Wahidiyah adalah koperasi. Koperasi di lingkungan pengamal Wahidiyah ini pada umumnya sama dengan koperasi yang ada di tempat lain di wilayah Republik Indonesia ini. Keunikannya terletak pada etos kerja pengurus yang dijiwai oleh nilai-nilai agama khususnya amalan Sholawat Wahidiyah yang dilakukan setiap hari. Semangat kerja untuk ibadah yang dijalankan oleh para pengurus koperasi ini yang menjadikan salah satu faktor pendorong koperasi tersebut tumbuh pesat, khususnya di wilayah Kediri, dan umumnya di seluruh wilayah Indonesia. Menurut pendiri koperasi Wahidiyah yakni Kyai Abdul Latief, koperasi ini telah memiliki cabang tidak kurang dari 700 koperasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan seluruh pengurusnya adalah pengamal Sholawat Wahidiyah Wawancara, 19 Desember 2011. Selain pemahaman konsep dan pemilihan strategi, metode, media serta materi, keberhasilan program pemberdayaan masyarakat juga dipengaruhi oleh kemitraan yang dibangun dengan lembaga-lembaga lain. Penelitian Alcock dan Graig 1998 tentang Monitoring and Evaluation of Local Authority Anti-Poverty Strategies in the UK membuktikan bahwa otoritas lokal ternyata tidak dapat menghilangkan atau bahkan secara signifikan mengurangi kemiskinan lokal, karenanya direkomendasikan kepada otoritas lokal agar membangun jaringan dengan pihak-pihak lain untuk mencapai keberhasilan. Karena itu, secara sadar tiga masjid di atas telah membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga lain untuk mensukseskan program pemberdayaannya. Misalnya pengurus Masjid Nurul Jannah bermitra dengan pengelola program corporate social responsibility PT. Petrokimia, Masjid Jogokaryan bermitra dengan Bank Muamalah dan BMT BIF, dan Masjid Yayasan Perjuangan Wahidiyah bermitra dengan cabang-cabangnya. Sejauh pengamatan awal, Masjid Jogokaryan, Nurul Jannah dan Wahidiyah merupakan tiga masjid yang berhasil melakukan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat miskin yang tinggal di sekitarnya. Keberhasilan itu diduga di antaranya karena masjid memiliki tata kelola dan pemahaman konsep pemberdayaan yang benar, memiliki strategi, metode, materi dan media pemberdayaan yang tepat, serta membangun kemitraan dengan lembaga lain. Ini menarik untuk diteliti, karena hal tersebut belum dilakukan oleh masjid-masjid yang lain.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Wacana mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin melalui pemanfaatan masjid sebenarnya bukan hal baru. Walaupun gagasan ini sudah sering dibicarakan oleh commit to user 7 berbagai kalangan, namun implementasinya masih jauh dari harapan. Kenyataan masih banyak masjid difungsikan hanya untuk kegiatan ritual, sedangkan kegiatan ibadah sosial kemasyarakatan belum banyak dilakukan. Idealnya masjid dijadikan sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat, di samping untuk kegiatan ibadah-ibadah lain, utamanya ibadah mahdoh. Keberhasilan Masjid Nurul Jannah di PT Petrokimia Gresik, Masjid Jogokaryan di Kota Yogyakarta, dan Masjid di Yayasan Perjuangan Wahidiyah Kediri dalam membangun perekonomian masyarakat miskin tentunya tidak terlepas dari gaya kepemimpinan, manajemen dan sistem organisasi para pengelolanya. Pengelola masjid yang berpengetahuan luas dan memiliki pemahaman mengenai konsep pemberdayaan masyarakat khususnya dalam membangun perekonomian masyarakat miskin ternyata mampu menanggulangi kemiskinan. Apalagi pemahaman konsep itu dibarengi dengan pemilihan strategi, metode, media dan materi yang tepat serta melibatkan partisipasi masyarakat dan membangun jalinan kemitraan dengan lembaga lain dalam pelaksanaannya. Karena itu, diperlukan suatu kajian mendalam untuk mengetahui keberhasilan dari tiga masjid tersebut dalam memberdayakan ekonomi masyarakat miskin perkotaan. Kajian difokuskan pada tata kelola, kemitraan dengan lembaga lain, proses pemberdayaan yang dilakukan, model pemberdayaan, dan keunggulan serta kelemahan dari model pemberdayaannya. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tata kelola Masjid Nurul Jannah di Gresik, Masjid Jogokaryan di Yogyakarta, dan Masjid Yayasan Perjuangan Wahidiyah di Kediri dalam melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan ? 2. Bagaimana kemitraan yang dibangun oleh tiga masjid tersebut dengan lembaga lain dalam melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan ? 3. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan yang dilakukan oleh tiga masjid tersebut ? 4. Bagaimana model pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan yang dilakukan oleh tiga masjid tersebut ? 5. Bagaimana kelebihan dan kelemahan model pemberdayaan yang dilakukan oleh tiga masjid tersebut dalam membangun ekonomi masyarakat miskin perkotaan? 6. Bagaimana model pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan yang dapat diadopsi oleh masjid lain ? perpustakaan.uns.ac.id commit to user 8

C. Tujuan Penelitian