sekolah, wakil kepala sekolah, dan dewan guru, metode yang digunakan dengan meminta kepada seluruh guru mata pelajaran untuk menyusun
program masing-masing sehingga mendapatkan masukan dan persetujuan dari pimpinan.
Melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara yang telah peneliti lakukan di SMA Al-Hidayah Medan tentang evaluasi konteks kurikulum
membuktikan bahwa SMA Al-Hidayah Medan menggunakan KTSP, meskipun sebelumnya pernah menggunakan kurikulum 2013, hanya saja
tidak berjalan dikarnakan berbagai persiapan belum begitu optimal termasuk sarana dan prasarana dan begitu juga dengan guru, sehingga kembali kepada
KTSP. Mengenai proses yang dilakukan dalam menyusun program pembelajaran, SMA Al-Hidayah melakukan rapat dewan guru yang
diadakan setiap awal semester. Dimana setiap guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
oleh pemerintah, kemudian dikembangkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran pada ranah kognitif, apektif, dan psikomotorik berdasarkan
kebutuhan lokal. Program yang telah disusun oleh masing-masing guru mata pelajaran tersebut dirapatkan melalui rapat dewan guru, dibahas dan
diberikan masukan oleh beberapa rekan kerja dan kepala sekolah, sehingga mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai program pembelajaran.
2. Evaluasi Masukan dalam Program Pembelajaran PAI SMA Al-Hidayah Medan
Masukan dalam program pembelajaran di SMA Al-Hidayah Medan yang dimaksud di sini adalah siapa siswa yang menjadi pesertad didik dalam
program pembelajarn di SMA Al-Hidayah Medan. Bagaimana proses yang dilakukan terkait dengan penerimaan siswa baru sebagai peserta didik si
sekolah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah menjelskan sebagai berikut:
“Penerimaan siswa baru di sekolah ini dimulai dengan sosialisasi yang telah dilakukan beberapa bulan sebelum penerimaan siswa baru
dibuka. Sosialisai yang dilakukan salah satunya adalah membuat beberapa spanduk atau baliho di beberapa tempat strategis untuk
menginformasikan kepada masyarakat luas kemudian ketika waktu pendaftaran telah dibukan, maka hal yang pertama dilakukan adalah
menerima berkas dari para calon siswa baru seperti Ijazah dan lain- lain, kemudian dilakukan seleksi berkas. Setelah semua berkas calon
siswa baru diterima, baru dilakukan ujian seleksi. Salah satu materi yang ditekankan ketika seleksi adalah kemampuan membaca Al-
Qur‟an bagi calon siswa yang muslim terdiri dari kefasihan bacaan dan tajwid makhrojnya juga. Setelah itu baru dinyatakan sebagai
siswa baru di sekolah ini”.
106
Penjelasan kepala sekolah yang disebutkan di atas, menunjukkan bahwa proses penerimaan siswa baru di SMA Al-Hidayah Medan dilakukan
melalui sosialisasi, kemudian dilanjutkan dengan proses seleksi berkas, kemudian dilanjutkan dengan ujian penerimaan siswa baru dengan materi
yang diujikan salah satunya adalah kemampuan membaca Al- Qur‟an. Hal
ini juga diperkuat oleh pernyataan wakil kepala sekolah WKS 1 melalui wawancara sebagai berikut:
“Pertama yang dilakukan adalah pemberkasan, kemudian tes akademik, dan yang paling utama adalah kemampuan membaca Al-
Qur‟an paling tidak sudah tamat Iqra‟ jika siswa tersebut belum tamat Iqra‟ maka dilakukan matrikulasi kepada calon siswa
tersebut”.
107
Berdasarkan penjelasan wakil kepala sekolah di atas, semakin menegaskan bahwa proses penerimaan siswa baru di SMA Al-Hidayah
Medan dilakukan melalui seleksi berkas, dilanjutkan dengan tes akademik dengan materi yang paling utama salah satu adalah kemampuan membaca
Al- Qur‟an dengan indicator minimal telah tamat membaca Iqra‟. Namun
106
Wawancara dengan kepala sekolah SMA Al-Hidayah Medan pada tanggal 25 April 2016.
107
Wawancara dengan wakil kepala sekolah WKS 1 SMA Al-Hidayah Medan pada tanggal 25 April 2016.
perlu menjadi catatan bahwa meskipun calon siswa belum dapat membaca Al-
Qur‟an tamat membaca Iqra‟ bukanlah serta-merta pihak sekolah menggugurkan calon siswa tersebut, melainkan pihak sekolah melalukan
matrikulasi untuk membekali kemampuan calon siswa tersebut dan kemudian baru dinyatakan menjadi siswa baru di sekolah. Hal ini
dibenarkan oleh pernyataan salah seorang siswa melalui wawancara sebagai berikut:
“Saya mendaftar di sekolah ini dua tahun yang lalu, yang saya bawa adalah kelengkapan berkas slah satunya Ijazah. Kemudian saya
mengikuti tes yaitu membaca Al- Qur‟an dan Alhamdulillah saya
mampu dan diterima sebagai siswa baru di sekolah ini”.
108
Kemudian keterangan tambahan juga diperoleh dari salah seorang siswa yang belum tamat membaca Iqra‟ sebagai berikut:
„Saya mendaftar di sekolah ini membawa Ijazah, kemudian mengikuti tes. Salah satu tes yang saya ikuti membaca Al-
Qur‟an, karna saya belum tamat membaca Iqra‟ dan tentunya belum dapat
membaca Al- Qur‟an maka saya diberikan materi matrikulasi.
Dimana matrikulasi yang diberikan berupa bimbingan dan pengajaran dari guru mata pelajaran PAI dengan menargetkan
kepada para calon siswa yang belum tamat Iqra‟ selama 3 minggu minimal telah dapat mengenal huruf hijaiyyah meskipun belum
dapat membaca Al- Qur‟an, dan kemudian baru diterima sebagai
siswa baru di sekolah ini”.
109
Berdasarkan beberapa keterangan yang disampaikan di atas, menunjukkan bahwa proses penerimaan siswa baru di SMA Al-Hidayah
Medan dilakukan dengan tiga tahap. Pertama adalah dengan melalukan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang SMA Al-Hidayah Medan akan
membuka penerimaan siswa baru. Kedua adalah tahap pemberkasan yaitu tentang kelengkapan berkas dari calon siswa baru. Ketiga adalah tes
108
Wawancara dengan siswa SMA Al-Hidayah Medan pada tanggal 25 April 2016.
109
Wawancara dengan siswa SMA Al-Hidayah Medan pada tanggal 25 April 2016.
akademik dengan salah satu materi kemampuan membaca Al- Qur‟an,
namun tidak semata-mata menjadi indikator penentu kelulusan calon siswa, dimana para calon siswa masih diberikan kesempatan untuk mengikuti
materi matrikulasi.
3. Evaluasi Proses Pembelajaran PAI SMA Al-Hidayah Medan