45
Tabel 4 Rangkuman Uji Linieritas Variabel Data Penelitian Menggunakan Anava
Variabel F
hitung
Sig. Keterangan
Power otot lengan 1,109
0,407 Linier
Panjang lengan 2,024
0,120 Linier
Tinggi badan 2,280
0,123 Linier
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Hasil uji linieritas data antara X
1
, X
2
, dan X
3
dengan Y diperoleh F
hitung
dengan signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka variabel prediktor penelitian yaitu variabel power otot lengan, panjang lengan, dan tinggi badan dengan hasil
forehand smash dinyatakan linier.
4.1.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian yang mengkaji hubungan antara power otot lengan, panjang lengan, dan tinggi badan dengan hasil forehand smash dilakukan dengan
analisis hubungan menggunakan teknik regresi. Perhitungan statistik dilakukan
dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 12. Adapun hasil perhitungan
analisis data tersaji pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5
Ringkasan Hasil Analisis Regresi antara Panjang Lengan, Power Otot Lengan dan Tinggi Badan dengan Hasil Forehand Smash
Sumber variasi R
R Square df 1
df 2 F
hitung
F
tabel
X
1
dengan Y 0,605
0,336 1
28 16,158 4,20
X
2
dengan Y 0,109
0,012 1
28 0,339 4,20
X
3
dengan Y 0,694
0,481 1
28 25,892 4,20
X
123
dengan Y 0,764
0,557 1
26 10,900
2,98 Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian
46
4.1.3.1 Hubungan Power Otot Lengan dengan Hasil Forehand Smash
Hasil analisis korelasi power otot lengan X
1
dengan hasil forehand smash Y diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,605. Keberartian dari koefisien korelasi
tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji r. pada α = 5 dengan n = 30
diperoleh r
tabel
= 0,361. Karena r
hitung
= 0,605 r
tabel
= 0,361, sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang signifikan antara power otot
lengan dengan hasil forehand smash bulutangkis pemain PB RSL Purbalingga
tahun 2007, ditolak”, dan hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara panjang lengan dengan hasil forehand smash
bulutangkis pemain PB RSL Purbalingga tahun 2007, diterima”.
Bentuk hubungan antara power otot lengan dengan hasil forehand smash dapat digambarkan dari persamaan regresi yang diperoleh yaitu : Y = 19,753 +
605X
1
. Uji keberartian persamaan regresi dengan uji F diperoleh F
hitung
= 16,158 F
tabel
= 4,20 yang berarti persamaan tersebut signifikan dan dapat digunakan menggambarkan bentuk hubungan power otot lengan dengan hasil forehand
smash. Adapun bentuk hubungan tersebut adalah setiap terjadi kenaikan power otot lengan sebesar 1 unit skor, maka akan diikuti dengan meningkatnya hasil
forehand smash sebesar 0,605 unit skor pada konstanta 19,753 sebaliknya setiap terjadi penurunan power otot lengan sebesar 1 unit skor, maka akan diikuti dengan
menurunnya hasil forehand smash sebesar 0,605 unit skor pada konstanta 19,753. 4.1.3.2
Hubungan Panjang Lengan dengan Hasil Forehand Smash Hasil analisis korelasi panjang lengan X
2
dengan hasil forehand smash Y diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,109. Keberartian dari koefisien korelasi
47
tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji r. pada α = 5 dengan n = 30
diperoleh r
tabel
= 0,361. Karena r
hitung
= 0,109 r
tabel
= 0,361, sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang signifikan antara panjang
lengan dengan hasil forehand smash bulutangkis pemain PB RSL Purbalingga
tahun 2007, diterima”, dan hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara panjang lengan dengan hasil forehand smash
bulutangkis pemain PB RSL Purbalingga tahun 2007, ditolak”.
Bentuk hubungan antara panjang lengan dengan hasil forehand smash dapat digambarkan dari persamaan regresi yang diperoleh yaitu : Y = 44,535 + 109X
2
. Uji keberartian persamaan regresi dengan uji F diperoleh F
hitung
= 0,339 F
tabel
= 4,20 yang berarti persamaan tersebut tidak signifikan sehingga tidak dapat
digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan panjang lengan dengan hasil forehand smash.
4.1.3.3 Hubungan Tinggi Badan dengan Hasil Forehand Smash
Hasil analisis korelasi tinggi badan X
2
dengan hasil forehand smash Y diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,694. Keberartian dari koefisien korelasi
tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji r. pada α = 5 dengan n = 30
diperoleh r
tabel
= 0,361. Karena r
hitung
= 0,694 r
tabel
= 0,361, sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan
dengan hasil forehand smash bulutangkis pemain PB RSL Purbalingga tahun
2007, ditolak”. dan hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara panjang lengan dengan hasil forehand smash bulutangkis
pemain PB RSL Purbalingga tahun 2007, diterima”.
48
Bentuk hubungan antara tinggi badan dengan hasil forehand smash dapat digambarkan dari persamaan regresi yang diperoleh yaitu : Y = 15,304 + 694X
1
. Uji keberartian persamaan regresi dengan uji F diperoleh F
hitung
= 25,982 F
tabel
= 4,20 yang berarti persamaan tersebut signifikan dan dapat digunakan menggambarkan bentuk hubungan tinggi badan dengan hasil forehand smash.
Adapun bentuk hubungan tersebut adalah setiap terjadi kenaikan tinggi badan sebesar 1 unit skor, maka akan diikuti dengan meningkatnya hasil forehand smash
sebesar 0,694 unit skor pada konstanta 15,304 sebaliknya setiap terjadi penurunan tinggi badan sebesar 1 unit skor, maka akan diikuti dengan menurunnya hasil
forehand smash sebesar 0,694 unit skor pada konstanta 15,304. 4.1.3.4
Hubungan Power Otot Lengan, Panjang Lengan, dan Tinggi Badan dengan Hasil Forehand Smash
Hasil analisis regresi ganda antara power otot lengan, panjang lengan dan tinggi badan dengan hasil forehand smash diperoleh koefisien korelasi sebesar
0,764. Uji keberartian koefisien korelasi ganda dengan uji F diperoleh F
hitung
= 10,900 F
tabel
= 2,98 untuk α = 5 dengan dk 3:26, sehingga hipotesis nihil
yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang signifikan antara power otot lengan, panjang lengan, dan tinggi badan dengan hasil forehand smash bulutangkis
pemain PB RSL Purbalingga tahun 2007, ditolak”, dan hipotesis alternatif yang
mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara panjang lengan dengan hasil forehand smash bulutangkis pemain PB RSL Purbalingga tahun 2007,
diterima”.
Bentuk hubungan antara power otot lengan, panjang lengan dan tinggi badan dengan hasil forehand smash dapat digambarkan dari persamaan regresi
49
yang diperoleh yaitu : Y = 11,906 + 316X
1
- 0,097X
2
+ 0,543X
3
. Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap terjadi kenaikan power otot lengan,
panjang lengan dan tinggi badan secara bersama-sama sebesar 1 unit skor, maka akan diikuti dengan meningkatnya hasil forehand smash sebesar 0,316-
0,097+0,543 unit skor pada konstanta 11,906 dan sebaliknya setiap terjadi penurunan power otot lengan, panjang lengan dan tinggi badan secara bersama-
sama sebesar 1 unit skor, maka akan diikuti dengan menurunnya hasil forehand smash sebesar 0,316-0,097+0,543 unit skor pada konstanta 11,906.
Besarnya sumbangan dari power otot lengan X
1
, panjang lengan X
2
dan tinggi badan X
2
terhadap hasil forehand smash Y secara bersama-sama atau secara simultan dapat diketahui dari koefisien determinasi ganda. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh harga koefisien determinasi sebesar 0,557. Dengan demikian besarnya sumbangan power otot lengan X
1
, panjang lengan X
2
dan tinggi badan X
2
terhadap hasil forehand smash Y adalah 55,7 dan selebihnya yaitu 44,3 dari hasil forehand smash Y dipengaruhi faktor lain
yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Besarnya sumbangan dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat
dapat diketahui dari sumbangan efektif setiap variabel bebas. Berdasarkan hasil analisis diperoleh sumbangan efektif power otot lengan X
1
terhadap hasil forehand smash Y sebesar 18,4, sumbangan efektif panjang lengan X
2
terhadap hasil forehand smash Y sebesar 1,0 dan sumbangan efektif tinggi badan X
3
terhadap hasil forehand smash Y sebesar 36,3. Dengan demikian
50
terlihat bahwa tinggi badan memberikan kontribusi lebih besar terhadap hasil forehand smash dibandingkan power otot lengan dan panjang lengan.
4.2 Pembahasan