PENYELENGGARAAN IZIN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Fery Purnomo

ABSTRAK

PENYELENGGARAAN IZIN PEMBANGUNAN MENARA
TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Fery Purnomo
Bisnis menara makin berkembang sejak keluarnya Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembangunan dan Penggunaan
Menara Bersama Telekomunikasi, dan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika, serta
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Pedoman Pembangunan dan
Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi. Sesuai ketentuan Peraturan
Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengendalian
Menara Telekomunikasi menyatakan bahwa menara telekomunikasi dapat
beroperasi setelah memiliki izin operasional dari Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu (KPPT) Kabupaten Lampung Timur berdasarkan rekomendasi dari Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lampung Timur. Pada
kenyataannya, masih ada menara telekomunikasi yang belum memiliki izin. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi

dengan permasalahan: 1) Bagaimanakah penyelenggaraan izin pembangunan
menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur? 2) Bagaimanakah
pengawasan terhadap penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi
di Kabupaten Lampung Timur?
Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yuridis
empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan
dan studi lapangan. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian akan diolah
dengan langkah-langkah, yaitu klasifikasi data, editing, dan sistematisasi. Data
yang diolah dianalisis secara kualitatif. Penarikan kesimpulan dengan
menggunakan metode deduktif.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: 1) Penyelenggaraan izin
pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur dilakukan
oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu bersama dengan Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lampung Timur. Perizinan pembangunan
menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur dilakukan secara terpadu.

Fery Purnomo

Ketentuan pembangunan menara telekomunikasi berdasarkan Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011 menentukan
bahwa pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi di seluruh
wilayah wajib mengacu pada Rencana Induk Menara Telekomunikasi Terpadu di
daerah dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Izin yang berkaitan dengan
menara telekomunikasi adalah IMB Menara dan Izin Operasional Menara
Telekomunikasi Terpadu. 2) Pengawasan terhadap penyelenggaraan izin
pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lampung Timur dimulai sejak pengajuan
izin, pelaksanaan izin hingga izin tersebut itu habis masa berlakunya. Pengawasan
sebelum izin tersebut diterbitkan sangat berkaitan dengan kelengkapan
persyaratan permohonan izin. Pengawasan yang dilakukan setelah izin diberikan
bertujuan untuk mengevaluasi apakah izin yang telah diberikan oleh pemerintah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan izin yang diberikan. Segala bentuk
pelanggaran terhadap izin ini akan dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi.
Sanksi administrasi ini juga diperuntukkan bagi menara telekomunikasi yang
tidak memiliki izin. Sanksi administrasi bagi yang memiliki izin terdiri peringatan
tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, pembekuan izin dan pencabutan izin. Sedangkan
sanksi administrasi bagi yang tidak berizin atau tidak memiliki IMB Menara dan
izin operasional menara telekomunikasi terpadu adalah pembongkaran menara
telekomunikasi. Pembongkaran tersebut dilakukan setelah diberikan peringatan

tertulis sebanyak sebanyak 3 (tiga) kali.
Dalam Penelitian ini disarankan: 1) Sebaiknya pemerintah dalam melakukan
pengawasan terhadap pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi
dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan membuat kotak pengaduan
yang ditempatkan di lokasi tertentu, misalnya kantor desa dan kantor kecamatan.
2) Sebaiknya bagi pemilik menara telekomunikasi yang tidak berizin tidak hanya
diberikan sanksi administrasi berupa pembongkaran menara, namun diwajibkan
pula untuk membayar denda.
Kata kunci: Izin, Menara dan Telekomunikasi

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia sampai dengan saat ini berkembang dengan
pesat seiring dengan penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang informasi
dan komunikasi, sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan
teknologi informasi. Perkembangan tersebut, mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat
komunikasi yang searah maupun dua arah (interaktif). Sebagai negara yang sedang berkembang,
Indonesia selalu mengadaptasi berbagai teknologi informasi hingga akhirnya tiba di suatu masa

di mana penggunaan internet mulai menjadi kebutuhan.

Sebelum berkembangnya teknologi, orang-orang Indonesia harus menempuh jarak yang jauh
untuk mengantarkan sebuah surat atau pesan kepada orang lain, tetapi lain dengan zaman
sekarang dan perkembangan itu sendiri di Indonesia dimulai dengan Satelit Palapa yang
memudahkan arus komunikasi dan teknologi, yakni telepon, fax dan lain-lain. Setelah itu
perkembangan dilanjutkan dengan berkembanganya jaringan sellular, yaitu GSM pertama di
Indonesia, yakni sebuah teknologi komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua
(2G), kemudian berkembang kembali ke generasi ketiga atau 3G.
Perkembangan media telekomunikasi yang terus tumbuh dan berkembang pesat menjadi
pendorong pertumbuhan industri menara telekomunikasi di Indonesia. Operator seluler dan
operator penyedia jasa internet membutuhkan jumlah menara transmisi (penyalur) yang cukup
banyak untuk menyediakan kapasitas yang besar bagi layanan telekomunikasi yang canggih dan

dapat mencapai wilayah yang luas. Saat ini terdapat sekitar 54 ribu menara telekomunikasi yang
beroperasi di Indonesia dengan nilai investasi Rp 81,3 triliun, jumlah ini dapat terus bertambah
tergantung dengan jumlah kebutuhan.

Pertumbuhan di sektor telekomunikasi berkembang sangat pesat. Sekarang, hampir semua orang
mempunyai telepon genggam. Saat ini, di Indonesia ada sekitar 170 juta nomor telepon, hampir

95 persen diantaranya telepon seluler. Tak mengherankan jika pertumbuhan menara
telekomunikasi juga cukup tinggi dan berkembang pesat. Sebagai contoh, Excelcomindo kini
memiliki 19.349 unit base transceiver station (BTS) atau menara telekomunikasi, naik dari tahun
sebelumnya 16.729 unit. Data Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi
menunjukkan, pada 2008 menara telekomunikasi di Indonesia sudah sekitar 45 ribu unit, dengan
jumlah BTS mencapai lebih dari 71 ribu.

Bisnis menara makin berkembang sejak keluarnya Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama
Telekomunikasi, dan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan
Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi.
Sejak dua aturan itu muncul, selain operator, banyak perusahaan independen yang menyewakan
menara bersama. Perusahaan independen tersebut antara lain Indonesian Tower, Tower Bersama
Group, Protelindo, Komet Konsorsium, Bali Telecom, Pandu Sarana Global, Telcentec
Indonesia, Wahana Lintas Sentral Telekomunikasi dan Deltacomsel Indonesia.

Setiap

pembangunan,


penyelenggaraan,

pengoperasian

menara

telekomunikasi

harus

memperoleh izin dari pemerintah kabupaten, diantaranya izin pengusahaan, izin prinsip, izin

lokasi, mendirikan menara, izin gangguan, rekomendasi operasional menara. Izin-izin tersebut
telah dijabarkan dalam peraturan daerah yang didukung oleh peraturan bupati, serta petunjuk
pelaksana teknis dari masing-masing satuan kerja yang membidanginya.

Izin tersebut adalah Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler. Izin Pembangunan
Menara Telekomunikasi Seluler merupakan izin yang diberikan untuk kegiatan pendirian
bangunan menara telekomunikasi seluler. Dasar Hukum adalah Peraturan Menteri Kominfo

Nomor 2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara
Bersama Telekomunikasi.

Pada kenyataannya, masih ada menara telekomunikasi yang belum memiliki izin, misalnya di
Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Lampung Timur, jumlah menara atau menara telekomunikasi di Kabupaten
Lampung Timur telah mencapai 151 unit, sedangkan berdasarkan penelusuruan komisi D DPRD
Kabupaten Lampung Timur, jumlah menara atau menara telekomunikasi yang ada di daerah
Kabupaten

Lampung

Timur

telah

mencapai

lebih


dari

(http://www.rakyatlampung.co.id/new/kabupaten/lampung-timur/dewan

200

unit

desak-eksekutif-

tertibkan-menara.html, tanggal 08 Maret 2012, diakses tanggal 26 Juni 2012).

Sesuai ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengendalian Menara Telekomunikasi menyatakan bahwa menara telekomunikasi dapat
beroperasi setelah memiliki izin operasional dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)
Kabupaten Lampung Timur berdasarkan rekomendasi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai perizinan pembangunan menara telekomunikasi yang diberi

judul: “Penyelenggaraan Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Di Kabupaten Lampung

Timur”.

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. 2. 1 Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
a. Bagaimanakah penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten
Lampung Timur?
b. Bagaimanakah

pengawasan

terhadap

penyelenggaraan

izin

pembangunan


menara

telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur?

1. 2. 2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi Negara pada
umumnya dan Hukum Perizinan pada khususnya mengenai penyelenggaraan izin pembangunan
menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten
Lampung Timur dan dilakukan pada tahun 2012.

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. 3. 1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka tujuan dari penelitian ini, adalah:

a. Mengetahui penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten
Lampung Timur.
b. Mengetahui pengawasan penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi di
Kabupaten Lampung Timur.


1. 3. 2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini, yaitu:
a. Kegunaan teoritis, yaitu berguna sebagai upaya pengembangan ilmu hukum di bidang
Hukum Administrasi Negara, khususnya Hukum Perizinan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur.
b. Kegunaan praktis, yaitu masukan terhadap pemerintah Kabupaten Lampung Timur,
menambah pengetahuan masyarakat dan pelaku dunia usaha telekomunikasi, serta sebagai
sumber informasi bagi para pengaji ilmu hukum ataupun rekan-rekan mahasiswa lain yang
ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.

2. 1 Perizinan

2. 1. 1 Pengertian Izin
Izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Izin secara khusus adalah
suatu persetujuan penguasa untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan
larangan peraturan perundang-undangan, sedangkan secara garis besar perizinan adalah prosedur
atau tata cara yang mengatur hubungan masyarakat dengan negara dalam hal adanya masyarakat
yang memohon izin.

Prinsip izin terkait dalam hukum publik oleh karena berkaitan dengan perundang-undangan
pengecualiannya apabila ada aspek perdata yang berupa persetujuan seperti halnya dalam
pemberian izin khusus. Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang
diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan
perundang-undangan.

Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit) berdasarkan
apa yang dikatakan oleh Spelt dan ten Berge, dalam izin dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak
dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan, artinya kemungkinan untuk seseorang atau suatu
pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah mengikatkan
perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan.

Izin menurut Bagir Manan, yaitu merupakan persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk menguraikan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang. Izin khusus yaitu persetujuan terlihat adanya kombinasi antara hukum publik dengan
hukum privat, dengan kata lain izin khusus adalah penyimpangan dari sesuatu yang dilarang.

2. 1. 2 Sifat Izin
Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabat/badan tata usaha negara yang berwenang, yang
isi substansinya mempunyai sifat sebagai berikut:
a. izin bersifat bebas
Izin bersifat bebas adalah izin sebagai Keputusan Tata Usaha Negara yang penerbitannya tidak
terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki
kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin.

b. izin bersifat terikat
Izin bersifat terikat adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya terikat
pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin kadar
kebebasannya dan wewenangnya tergantung pada kadar sejauhmana peraturan perundangundangan mengaturnya. Izin yang bersifat terikat antara lain, yaitu IMB, izin HO, izin usaha
industri dan lain-lain.

Perbedaan antara izin yang bersifat bebas dan terikat adalah penting dalam hal apakah izin dapat
ditarik kembali atau dicabut atau tidak. Pada dasarnya izin yang merupakan Keputusan Tata
Usaha Negara yang bebas dapat ditarik kembali atau dicabut, hal ini karena tidak ada persyaratan
yang bersifat mengikat bahwa izin tidak dapat ditarik kembali atau dicabut (Adrian Sutedi, 2008:
174). Pada izin yang bersifat terikat, pembuat undang-undang memformulasikan syarat-syarat

izin dapat diberikan dan izin dapat ditarik kembali atau dicabut. Hal yang penting dalam
pembedaan di atas adalah dalam hal menentukan kadar luasnya dasar pengujian oleh hakim tata
usaha negara apabila izin tersebut sebagai Keputusan Tata Usaha Negara apabila digugat.

c. Izin yang bersifat menguntungkan
Izin yang bersifat menguntungkan merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan
bagi yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan yang
memberikan anugerah kepada yang bersangkutan (Adrian Sutedi, 2008: 175), dalam arti yang
bersangkutan diberikan hak-hak tertentu atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa
keputusan tersebut. Izin yang bersifat menguntungkan, antara lain SIM, SIUP, SITU dan lainlain.

d. Izin yang bersifat memberatkan
Izin yang bersifat memberatkan merupakan izin yang isinya mengandung unsur-unsur
memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya (Adrian Sutedi,
2008: 175). Di samping itu, izin yang bersifat memberatkan juga merupakan izin yang memberi
beban kepada orang lain atau masyarakat sekitarnya. Izin yang bersifat memberatkan, antara lain
pemberian izin kepada perusahaan tertentu.

2. 1. 3 Asas-Asas Umum Prosedur Penerbitan Izin
Asas-asas umum dalam prosedur penerbitan izin terdiri dari permohonan izin dan acara
persiapan. Pengajuan permohonan merupakan acara permulaan dari acara perizinan, permohonan
ialah permintaan dari yang berkepentingan akan suatu keputusan. Permohonan harus datang dari
pihak yang langsung dengan keputusan. Bila permohonan diajukan oleh pihak lain maka bukan
merupakan keputusan tata usaha negara dan permohonan harus ditolak. Jika dari sudut kepastian

hukum dan sehubungan dengan penentuan jangka waktu bagi keputusan atas permohonan, pada
prinsipnya permohonan perlu diajukan secara tertulis kecuali ditentukan lain oleh undangundang.

Perihal penerbitan izin harus diperhatikan juga adalah mengenai persiapan yang teliti terhadap
suatu keputusan sebelum diterbitkan. Asas ketelitian dalam hukum administrasi negara
mempunyai peran yang penting. Persiapan yang teliti suatu keputusan, termasuk di dalamnya
adalah musyawarah dengan yang berkepentingan. Dari segi perlindungan hukum mendengar
yang berkepentingan adalah penting. Musyawarah yang berkepentingan terutama berfungsi jika
dapat menunjang penetapan fakta yang benar.

2. 1. 4 Izin Sebagai Bentuk Ketetapan
Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga
ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Tugas dan
kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang
sampai pada saat ini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada
pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini
muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu
dalam bentuk ketetapan. Sesuai dengan sifatnya, individual dan konkret, ketetapan ini
merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan (Philipus
M. Hadjon, 1998: 125). Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin.

Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif,
yakni ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang
yang namanya tercantum dari ketetapan itu atau ketetapan yang memperkenankan sesuatu yang

sebelumnya tidak diperbolehkan (C.J.N. Versteden dalam Adrian Sutedi, 2008: 184). Dengan
demikian, izin merupakan instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan
yang digunakan pemerintah untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret. Sebagai
ketetapan, izin itu dibuat dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada
umumnya.

2. 1. 5 Tujuan Perizinan
Melalui izin, pemerintah terlibat dalam kegiatan warganegara. Dalam hal ini, pemerintah
mengarahkan warganya melalui instrumen yuridis berupa izin. Kadangkala kebijakan pemerintah
untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat, bahkan tidak berhenti pada satu tahap, melainkan
melalui serangkaian kebijakan, setelah izin diproses, masih dilakukan pengawasan, pemegang
izin diwajibkan meyampaikan laporan secara berkala dan sebagainya. Pemerintah melakukan
pengendalian terhadap kegiatan masyarakat dengan melakukan instrumen perizinan. Izin dapat
dimaksudkan untuk mencapai berbagai tujuan tertentu. Menurut Spelt dan ten Berge, motif-motif
untuk menggunakan sistem izin dapat berupa keinginan mengarahkan (mengendalikan atau
sturen) aktivitas-aktivitas tertentu, hendak membagi benda-benda yang sedikit, dan mengarahkan
dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas. Secara lengkap tujuan dari izin adalah
sebagai berikut:
a. Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu;
b. Mencegah bahaya terhadap lingkungan;
c. Keinginan melindungai obyek-obyek tertentu;
d. Membagi benda-benda yang sedikit;
e. Menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas lainnya.

Menurut Spelt dan ten Berge, pada umumnya sistem ini terdiri atas larangan, persetujuan yang
merupakan dasar perkecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan izin,
yaitu sebagai berikut:
a. Larangan;
b. Persetujuan yang merupakan dasar pengecualian (izin); dan
c. Ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan izin.

2. 1. 6 Waktu Penyelesaian dan Biaya Perizinan
Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Waktu penyelesaian
yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan.
Dimensi waktu selalu melekat pada proses perizinan karena adanya tata cara yang harus
ditempuh seseorang dalam mengurus izin tersebut, dengan demikian regulasi dan deregulasi
harus memenuhi kriteria berikut (Adrian Sutedi, 2008: 187):
a. disebutkan dengan jelas;
b. waktu yang ditetapkan sesingkat mungkin; dan
c. diinformasikan secara luas bersama-sama dengan prosedur dan persyaratan.

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian izin.
Penetapan besaran biaya pelayanan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Rincian biaya harus jelas untuk setiap perizinan, khususnya yang memerlukan tindakan
seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan;
b. Ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan atau dan memperhatikan prosedur sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Adrian Sutedi, 2008: 187).

Pembiayaan menjadi hal yang mendasar dari pengurusan perizinan. Namun perizinan sebagai
bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengatur aktivitas masyarakat sudah seharusnya
memenuhi sifat-sifat sebagai pelayanan publik. Dengan demikian, meskipun terdapat
pembiayaan, sesungguhnya bukan untuk alat budgetaire negara. Oleh karena itu, biaya perizinan
harus memenuhi syarat-syarat (Adrian Sutedi, 2008: 188) sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

disebutkan dengan jelas;
mengikuti standar nasional;
tidak ada pengenaan biaya lebih dari sekali untuk setiap obyek (syarat) tertentu;
perhitungan didasarkan pada tingkat real cost (biaya yang sebenarnya); dan
besarnya biaya diinformasikan secara luas.

2. 2 Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi

Dasar Hukum Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi adalah Peraturan Bersama Mendagri,
Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman

Modal

Nomor

19/PER/M.KOMINFO/03/2009

18

Tahun

tentang

2009

Nomor

Pedoman

dan

07/PRT/M/2009
Penggunaan

dan

Nomor

Bersama

Menara

Telekomunikasi. Menara komunikasi merupakan salah satu infrastruktur pendukung yang utama
dalam menyelenggarakan telekomunikasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan,
bangunan dan ruang udara harus memperhatikan efisiensi, keamanan lingkungan dan estetika
lingkungan. Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi diberikan kepada perorangan atau badan
hukum yang menyelenggarakan:
1. Penyelenggara telekumunikasi; dan
2. Penyedia menara dan kontraktor menara.

Persyaratan Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Surat Permohonan;

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Izin Pemanfaatan tata ruang;
Foto copy KTP Pemohon/penanggungjawab;
Rekomendasi dari Lanud;
Izin Mendirikan bangunan;
Izin Gangguan (HO);
Surat keterangan penguasaan tanah atau sertifikat atau surat sewa tanah dan akta jual beli;
Denah lokasi atau gambar situasi bangun tempat usaha;
Persetujuan tetangga atau lingkungan beserta foto copy KTP (legalisir);
Rekomendasi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Lampung Timur;
k. Melampirkan Informasi tentang menara yang meliputi:
a) Struktur menara;
b) Rangka struktur menara;
c) Pondasi menara
d) Ketinggian menara;
e) Tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk penggunaan
bersama.
Sesuai ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengendalian Menara Telekomunikasi menyatakan menara atau menara telekomunikasi dapat
beroperasi setelah mengantongi izin operasional dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) berdasarkan rekomendasi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
(Dishubkominfo) Kabupaten Lampung Timur.

2. 3 Komunikasi dan Telekomunikasi

2. 3. 1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang artinya sama. Sehingga komunikasi
berarti saling berusaha mengadakan suatu kesamaan (commonness) dengan orang lain. Hal ini
berarti bahwa kita sedang berusaha memberikan informasi atau pendapat kepada orang lain. Oleh
karena itu, dalam proses komunikasi diperlukan tiga komponen:
a. Pengirim (komunikator) sebagai sumber;
b. Pesan (informasi); dan

c. Penerima (komunikasi) sebagai sasaran.

2. 3. 2 Pengertian Telekomunikasi
Telekomunikasi adalah sejenis komunikasi elektronik yang menggunakan perangkat-perangkat
telekomunikasi. Telekomunikasi berasal dari kata tele, yang artinya jauh dan komunikasi adalah
penyampaian informasi atau hubungan antara satu simpul dengan simpul yang lainnya.
Telekomunikasi adalah penyampaian informasi atau hubungan antara satu simpul dengan simpul
yang lainnya yang berjarak jauh, sehingga definisi sesungguhnya dari telekomunikasi adalah
penyampaian informasi atau hubungan antara satu simpul dengan simpul yang lainnya dengan
mempergunakan bantuan peralatan khusus, contohnya telepon, televisi dan lain sebagainya.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi mengemukakan definisi
atau pengertian telekomunikasi, bahwa telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman
atau penerimaan tiap jenis tanda gambar, suara dan informasi dalam bentuk apapun melalui
sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetis lainnya, sedangkan alat telekomunikasi
adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

Terlihat di sini bahwa hubungan itu tidak harus jauh (meskipun ada perkataan tele) dekat pun
bisa. Tidak harus berupa peralatan khusus (listrik) lainnya pun bisa contohnya asap, bendera,
genderang dan laen sebagainya. Selain itu, harus pula dapat dibedakan antara telekomunikasi
dengan komunikasi walaupun keduanya saling berhubungan. Masalah-masalah yang timbul pada
telekomunikasi yaitu:
a. Masalah terminal;
b. Masalah transmisi;

c. Bagaimana menyambungkan terminal-terminal tersebut dan bagaimana mengontrol atau
mengendalikan penyambungan dari terminal-terminal tersebut.

Di dalam telekomunikasi terlebih dahulu harus mengenal prinsip dasar dari telekomunikasi.
Prinsip ini yaitu mengenai dua buah terminal yang dihubungkan oleh saluran transmisi.

2. 3. 3 Sistem Telekomunikasi
Sistem telekomunikasi terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang mamancarkan
informasi dari satu tempat ke tempat lain. Sistem ini dapat memancarkan teks, data, grafik, suara,
dokumen, atau video. Komponen utama suatu sistem telekomunikasi meliputi hal-hal berikut:
a. Perangkat keras semua jenis komputer (Desktop, Server, Mainframe) dan pengolah
komunikasi (modems atau komputer kecil yang digunakan untuk komunikasi).
b. Media komunikasi media fisik, dimana sinyal elektronik dialirkan, termasuk media tanpa
kawat (digunakan dengan cell phone dan satelit).
c. Jaringan komunikasi jalur antar komputer dan alat komunikasi perangkat lunak
komunikasi perangkat lunak yang mengendalikan sistem telekomunikasi dan keseluruhan
proses transmisi.
d. Penyedia komunikasi data suatu perusahaan yang menyediakan jasa atau layanan
komunikasi data.
e. Protokol komunikasi aturan untuk mengirimkan informasi pada sistem aplikasi
komunikasi pertukaran data secara elektronik, teleconferencing, videconferencing, email, reproduksi, dan perpindahan data secara elektronik. Untuk memancarkan dan
menerima informasi, suatu sistem telekomunikasi harus melaksanakan sejumlah fungsi
terpisah yang transparant kepada pengguna.

2. 3. 4 Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang
digunakan dalam bertelekomunikasi. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi adalah kegiatan
penyediaan dan atau pelayanan jaringan telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya
kegiatan telekomunikasi.

Penyelenggaraan telekomunikasi harus dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi.
Penyelenggaraan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor
36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi meliputi:
a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. penyelenggaraan jasa telekomunikasi;
c. penyelenggaraan telekomunikasi khusus.

Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggaraan jasa telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan huruf b dapat dilakukan oleh badan hukum
yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu:
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
c. Badan Usaha Swasta; atau
d. Koperasi.
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dapat
dilakukan oleh:
a. perseorangan;

b. instansi pemerintah; atau
c. badan hukum selain penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau
d. penyelenggara jasa telekomunikasi.

Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a,
penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib membangun dan/atau menyediakan jaringan
telekomunikasi.

Penyelenggara

jaringan

telekomunikasi

dalam

membangun

jaringan

telekomunikasi wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggara
jaringan telekomunikasi dalam membangun dan/atau menyediakan jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib mengikuti ketentuan teknis dalam Rencana Dasar
Teknis. Ketentuan mengenai Rencana Dasar Teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur
dengan Keputusan Menteri.

2. 3. 5 Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi
Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya telekomunikasi
melalui jaringan yang diselenggarakannya. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dapat
menyelenggarakan jasa telekomunikasi melalui jaringan yang dimiliki dan disediakannya.
Penyelenggaraan jasa telekomunikasi harus merupakan kegiatan usaha yang terpisah dari
penyelenggaraan jaringan yang sudah ada. Untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi
penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib mendapatkan izin penyelenggaraan jasa
telekomunikasi dari menteri.

2. 3. 6 Hak dan Kewajiban Penyelenggara Jasa Telekomunikasi

Dalam Rangka pembangunan, pengoperasian, dan atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi pihak
penyelenggara jaringan telekomunikasi mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:
a. Penyelenggara telekomunikasi dapat memanfaatkan atau melintasi tanah negara dan atau
bangunan yang dimiliki atau dikuasai pemerintah.
b. Pembangunan,

pengoperasian,

dan

atau

pemeliharaan

jaringan

telekomunikasi

dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari instansi pemerintah yang bertanggung
jawab dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Atas kesalahan dan atau kelalaian penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan
kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak mengajukan tuntutan ganti rugi
kepada penyelenggara telekomunikasi.
d. Setiap

penyelenggara

jaringan

telekomunikasi

dan

atau

penyelenggara

jasa

telekomunikasi wajib memberikan kontribusi dalam pelayanan universal.

Penyelenggara jaringan

telekomunikasi

wajib menyediakan

pelayanan telekomunikasi

berdasarkan prinsip:
a. Peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan telekomunikasi; dan
b. Pemenuhan standar pelayanan serta standar penyediaan sarana dan prasarana.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi,
untuk menyelenggarakan jaringan telekomunikasi, pemohon wajib mengajukan permohonan izin
secara tertulis kepada Menteri. Dalam Pasal 57 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi, dalam mengajukan permohonan izin pemohon wajib
memenuhi persyaratan:
a. Berbentuk badan hukum Indonesia yang bergerak dalam bidang telekomunikasi;

b. Mempunyai kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia di bidang
telekomunikasi.

Sedangkan tata cara pengajuan izin diatur dengan keputusan menteri. Pemberian izin untuk
penyelenggara jaringan telekomunikasi dilakukan melalui evaluasi atau seleksi. Persyaratan
permohonan izin terdiri atas:
a. Profil perusahaan;
b. Rencana pembangunan jaringan atau jasa;
c. Rencana usaha.

2. 4 Pengawasan

2. 4. 1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang
dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
(Nurmayani, 2009: 81). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian yang
menyatakan pengawasan adalah suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 1980: 135).

Menurut Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan
yang semestinya atau tidak (Sujamto, 1983: 17). Pengertian pengawasan tersebut menekankan
pada suatu proses pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang
telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno K. yang menyatakan bahwa

pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa yang
diselenggarakan sejalan dengan rencana (dalam Nurmayani, 2009: 82). Hal ini dipertegas
kembali oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk
menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984:
354).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, penulis sepaham dengan pengertian pengawasan
yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian karena pengawasan merupakan hal penting dalam
menjalankan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

2. 4. 2 Fungsi dan Tujuan Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu badan
dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada aparat
pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa tanggung jawab untuk
mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan (Nurmayani,
2009: 82).

Hakekatnya setiap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan mempunyai fungsi
tertentu yang diharapkan dapat terlaksana, sejalan dengan tujuan kebijaksaan tersebut. Demikian
pula halnya dengan pelaksanaan pengawasan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi
tertentu. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuannya. Mengenai
hal ini, Soerwarno Handayanigrat menyatakan 4 (empat) hal yang terkait dengan fungsi
pengawasan, yaitu:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang
dalam melaksanakan pekerjaannya;
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan;
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi
kerugian yang tidak diinginkan;
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak
mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan (dalam Nurmayani, 2009: 82).

Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna, dan tepat guna sesuai rencana dan
sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Dengan
demikian pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut:
a. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan,
kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak
terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru;
c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana
atau terarah pada sasaran;
d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan
semula;
e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikanperbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Menurut Sujamto, pengawasan diadakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai kenyataan
yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau
tidak (Sujamto, 1986: 115). Suatu pengawasan yang dilakukan oleh suatu pimpinan dari suatu

lingkungan kerja tertentu mempunyai tujuan yang diharapkan tercapai. Soekarno K.
mengungkapkan beberapa hal pokok mengenai tujuan pengawasan, yaitu:
a. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana;
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang dilaksanakan sesuai dengan instruksiinstruksi dan asas-asas yang telah ditetapkan;
c. Untuk mengetahui mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan yang mungkin
timbul dalam pelaksaan pekerjaan;
d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan secara efisien;
e. Untuk mengetahui jalan keluar, jika ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan dan
kelemahan-kelemahan ke arah perbaikan (Soekarno, 1989: 146).

2. 4. 3 Macam-Macam atau Jenis Pengawasan
Pengawasan dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis apabila ditinjau dari beberapa segi, antara
lain:
1. Pengawasan ditinjau dari segi cara pelaksanaannya
Pengawasan apabila ditinjau dari segi cara pelaksanaanya dibedakan atas pengawasan langsung
dan Pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung adalah pangawasan yang dilakukan
dengan cara mendatangi atau melakukan pemeriksaan di tempat terhadap obyek yang diawasi.
Pemeriksaan setempat ini dapat berupa pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik di
lapangan. Kegiatan secara langsung melihat pelaksanaan kegiatan ini bukan saja dilakukan oleh
perangkat pengawas akan tetapi perlu lagi dilakukan oleh pimpinan yang bertanggung jawab atas
pekerjaan tersebut. Dengan demikian dapat melihat bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan dan
bila dianggap perlu dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan instruksi maupun keputusankeputusan yang secara langsung menyangkut dan mempengaruhi jalannya pekerjaan.

Pengawasan tidak langsung adalah kebalikan dari pengawasan langsung, yang dilakukan tanpa
mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi. Pengawasan ini dilakukan
dengan mempelajari dan menganalisa dokumen yang menyangkut obyek yang diawasi yang

disampaikan oleh pelaksana atau pun sumber lain. Pengawasan tidak langsung selain dilakukan
melalui laporan tertulis tersebut di atas, juga dapat dilakukan dengan mempergunakan bahan
yang berupa laporan lisan.

2. Pengawasan ditinjau dari segi hubungan antara subyek pengawasan dan obyek yang diawasi.
Pengawasan apabila ditinjau dari segi hubungan antara subyek pengawasan dan obyek yang
diawasi dibagi atas pengawasan intern dan pengawasan ekstern. Pengawasan intern adalah
pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Artinya bahwa subyek
pengawas yaitu pengawas berasal dari dalam susunan organisasi obyek yang diawasi. Pada
dasarnya pengawasan ini harus dilakukan oleh setiap pimpinan akan tetapi dapat saja dibantu
oleh setiap pimpinan unit sesuai dengan tugas masing-masing. Pengawasan ekstern adalah
pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri, artinya bahan subyek
pengawasan berasal dari luar susunan organisasi yang diawasi dan mempunyai sistem tanggung
jawab tersendiri.

3. Pengawasan ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan
Pengawasan yang ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan dibagi atas pengawasan
preventif dan pengawasan represif. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan
sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap
persiapan rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber
lainnya. Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan
tersebut dilaksanakan, hal ini diketahui melalui audit dengan pemerikasaaan terhadap
pelaksanaan pekerjaan di tempat dan meminta laporan pelaksanaan kegiatan.

3. 1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian hukum yuridis empiris,
yaitu penelitian hukum yang obyek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan perundang-undangan
serta penerapannya pada peristiwa hukum, yaitu mengenai penyelenggaraan izin pembangunan
menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur.

3. 2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
terlibat penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten Lampung
Timur, yaitu:
a. Deni Ardiansyah, S.E.,M.E selaku Kepala Seksi PDE dan Komunikasi Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lampung Timur; dan
b. Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Lampung Timur.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang
terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu meliputi:
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
2) Peraturan

Pemerintah

Telekomonikasi;

Nomor

52

Tahun

2000

tentang

Penyelenggaraan

3) Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi; dan
4) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengendalian Menara Telekomunikasi.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum
dan tulisan-tulisan hukum lainnya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang bersumber dari kamus hukum, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, majalah, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta
bersumber dari bahan-bahan yang didapat melalui internet.

3. 3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3. 3. 1 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan (library research) atau studi dokumen,
Studi kepustakaan dilakukan peneliti dalam rangka memperoleh data sekunder yang
dilaksanakan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip dan merangkum data yang
berasal dari literatur-literatur, jurnal penelitian hukum atau bahan lainnya berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
b. Studi lapangan (field research)
Studi lapangan dilakukan dengan teknik wawancara (interview) yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada informan penelitian dengan
menggunakan pedoman wawancara, sehingga tanya jawab dan diskusi menjadi lebih terarah
sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. 3. 2 Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah data yang dibutuhkan terkumpul, baik berupa dari primer
maupun data sekunder. Adapun prosedur pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa dan mengoreksi data yang masuk, apakah berguna atau tidak,
sehingga data yang terkumpul benar-benar bermanfaat untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini.
b. Sistematisasi, yaitu proses penyusunan data menurut sistem yang telah ditetapkan.
c. Klasifikasi data, yaitu menyusun dan mengelompokkan data berdasarkan jenis data.

3. 4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan secara
terperinci hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas
dari jawaban permasalahan yang dibahas dan kesimpulan atas permasalahan tersebut. Penarikan
kesimpulan dari analisis menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir dalam menarik
kesimpulan dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus yang merupakan jawaban dari
permasalahan berdasarkan hasil penelitian.

1

V. PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di bab
sebelumnya atas permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan izin pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten
Lampung Timur dilakukan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu bersama
dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lampung
Timur. Perizinan pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten
Lampung Timur dilakukan secara terpadu. Ketentuan pembangunan menara
telekomunikasi berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten
Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011 menentukan bahwa pembangunan dan
pengoperasian menara telekomunikasi di seluruh wilayah wajib mengacu pada
Rencana

Induk

Menara

Telekomunikasi

Terpadu

di

daerah

dan

pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Izin yang berkaitan dengan menara
telekomunikasi

adalah

IMB Menara dan

Izin Operasional

Menara

Telekomunikasi Terpadu.
2. Pengawasan

terhadap

penyelenggaraan

izin

pembangunan

menara

telekomunikasi di Kabupaten Lampung Timur yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Lampung Timur dilakukan sejak pengajuan izin,
pelaksanaan izin hingga izin tersebut itu habis masa berlakunya. Pengawasan
sebelum izin tersebut diterbitkan sangat berkaitan dengan kelengkapan

2

persyaratan permohonan izin. Pada saat ini merupakan awal dari pengawasan
yang dilakukan, tujuannya untuk meneliti apakah persyaratan tersebut telah
lengkap, benar dan asli. Apabila ditemukan adanya persyaratan izin yang tidak
lengkap atau tidak benar ataupun dipalsukan, izin tersebut tidak akan
dikeluarkan. Pengawasan yang dilakukan setelah izin diberikan bertujuan
untuk mengevaluasi apakah izin yang telah diberikan oleh pemerintah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan izin yang diberikan. Pengawasan ini
dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Lampung Timur Nomor 23 Tahun 2011. Segala bentuk pelanggaran terhadap
izin ini akan dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi. Sanksi administrasi
ini juga diperuntukkan bagi menara telekomunikasi yang tidak memiliki izin.
Sanksi administrasi bagi yang memiliki izin terdiri peringatan tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali, pembekuan izin dan pencabutan izin. Sedangkan sanksi
administrasi bagi yang tidak berizin atau tidak memiliki IMB Menara dan izin
operasional menara telekomunikasi terpadu adalah pembongkaran menara
telekomunikasi.

Pembongkaran

tersebut

dilakukan

peringatan tertulis sebanyak sebanyak 3 (tiga) kali.

5. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan:

setelah

diberikan

3

1. Sebaiknya pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap pembangunan
dan pengoperasian menara telekomunikasi dengan melibatkan peran serta
masyarakat dengan membuat kotak pengaduan yang ditempatkan di lokasi
tertentu, misalnya kantor desa dan kantor kecamatan.
2. Sebaiknya bagi pemilik menara telekomunikasi yang tidak berizin tidak hanya
diberikan sanksi administrasi berupa pembongkaran menara, namun
diwajibkan pula untuk membayar denda.

PENYELENGGARAAN IZIN PEMBANGUNAN MENARA
TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)

Oleh
Fery Purnomo

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

PENYELENGGARAAN IZIN PEMBANGUNAN MENARA
TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh
Fery Purnomo

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

Judul Skripsi

: PENYELENGGARAAN IZIN PEMBANGUNAN
MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR

Nama Mahasiswa

: Fery Purnomo

NPM

: 0852 011 093

Program Studi

: Hukum Administrasi Negara

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Dr. Yuswanto, S. H., M. H.
NIP 19620514 198703 1 003

Sri Sulastuti, S.H., M.H.
NIP 19620727 198703 2 004

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S. H., M. H.
NIP 19611219 198803 2 002

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua

: Dr. Yuswanto, S. H., M. H.

........................

Sekretaris/Anggota: Sri Sulastuti, S.H., M.H.

........................

Penguji Utama

........................

: Elman Eddy Patra, S.H., M.H.

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S. H., M. S.
NIP 19621109 198703 1 003

Tanggal lulus ujian skripsi: 06 Februari 2013

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15
September 1989, yang merupakan putra ketiga dari empat
bersaudara pasangan Bapak Ir. H. Triyono Arifin, M.M. dan
Ibu Hj. Sudarmi. Penulis menyelesaikan studi di TK PGRI
Bandar Lampung pada tahun 1995, SD Negeri 1 Sukarame
lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan studi di SMP Al-Kautsar lulus pada
tahun 2004, kemudian melanjutkan studi di SMA Negeri 12 Bandar Lampung
lulus pada tahun 2007.

Penulis tahun 2007 diterima dan terdaftar sebagai Mahasiswa Teknik Informatika
STT PLN lulus tahun 2012 Jakarta. Kemudian penulis pada tahun 2008 diterima
dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis
pada tahun 2011 mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Panjang
Selatan, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung.

MOTTO

“Disiplin dalam bertugas, dewasa dalam bertindak, dinamis dalam kegiatan.”
(Bong Chandra)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam tak
hentinya kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Ku persembahkan karya skripsi ini untuk:
Mama dan Papa, serta kakak dan adik-adikku tercinta yang telah senantiasa
memberikan dukungan dan motivasi, serta kasih sayang yang tak terhingga,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan perkuliahan ini.

Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah yang telah
banyak membantu, baik dalam suka maupun duka.

Para dosen pembimbing dan dosen pengajar, terima kasih untuk bantuan dan
dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya

skripsi

ini

dapat

terselesaikan.

Skripsi

dengan

judul

”Penyelenggaraan Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Di Kabupaten
Lampung Timur” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yuswanto, S.