Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam Skema CEPT-AFTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI
MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND
DALAM SKEMA CEPT-AFTA

OLEH
VERONIKA EKA SITANGGANG
H14052985

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

VERONIKA EKA SITANGGANG. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam
Skema CEPT-AFTA (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

AFTA merupakan wujud kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk

menciptakan suatu kawasan perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN serta menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang
dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat pencapaiannya
menjadi tahun 2002. Melalui pemberlakuan Tarif Efektif Bersama (CEPT- Common
Effective Preferential Tariif) untuk AFTA, diharapkan hambatan-hambatan
perdagangan diantara anggota ASEAN baik berupa hambatan tarif maupun non tarif
dapat dihapuskan sehingga bisa meningkatkan perdagangan diantara negara anggota.
Pemberlakuan skema CEPT mencakup produk-produk industri dan pertanian baik yang
berupa bahan mentah ataupun dalam bentuk olahan.
Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memegang peranan cukup
penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penghasil bahan baku bagi
industri juga merupakan penyerap tenaga kerja serta penghasil devisa bagi negara. Salah
satu produk pertanian yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah biji kakao.
Indonesia merupakan negara penghasil sekaligus pengekspor biji kakao terbesar nomor
tiga di dunia saat ini. Sedangkan di posisi pertama dan kedua ditempati oleh Pantai
Gading dan Ghana. Dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2007, Indonesia telah
mengekspor biji kakao ke negara anggota ASEAN yakni Malaysia, Singapura, dan
Thailand. Perkembangan permintaan ekspor di ketiga negara tersebut mengalami
fluktuasi, kadang meningkat kadang juga menurun. Untuk permintaan ekspor biji kakao
Indonesia di negara Malaysia cenderung meningkat dari tahun 1989 sampai tahun 2007.

Namun, permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Singapura dan Thailand cenderung
menurun dari tahun 1989 sampai tahun 2007. Fluktuasi permintaan ekspor biji kakao ini
diduga disebabkan oleh fluktuasi beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand
dalam skema CEPT-AFTA dan juga mengidentifikasi bagaimana pengaruh skema
CEPT-AFTA terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di ketiga negara tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan analisis regresi data panel dengan metode pooled OLS
untuk melihat faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan pada permintaan ekspor
biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand serta mengetahui pengaruh
skema CEPT-AFTA.
Data dependen yang digunakan adalah volume permintaan ekspor biji kakao
Indonesia di ketiga negara tersebut. Sedangkan untuk data independen yang digunakan
adalah GDP per kapita riil ketiga negara tujuan, populasi ketiga negara tujuan, harga biji
kakao di pasar internasional, harga biji kakao di negara tujuan, nilai tukar riil negara
tujuan, dan ekspor olahan negara tujuan. Dan untuk variabel dummy yang digunakan

adalah implementasi skema CEPT-AFTA. Data-data yang digunakan adalah dari tahun
1989 sampai dengan tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga biji kakao di pasar internasional,

harga biji kakao di negara tujuan, dan ekspor olahan negara tujuan berpengaruh
signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan
Thailand pada taraf lima persen. Sedangkan variabel dummy CEPT-AFTA
menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah implementasi CEPT-AFTA, permintaan
ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand adalah berbeda nyata.
Adjusted R2 pada penelitian ini sebesar 96,45 persen yang berarti bahwa perubahan pada
permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand sebesar
96,45 persen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah dan stake holder
mempertimbangkan potensi volume ekspor produk olahan kakao negara importir dalam
rangka meningkatkan permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura,
dan Thailand. Selain itu faktor mutu dan produktivitas tanama kakao juga perlu
ditingkatkan, karena harga biji kakao terkait erat dengan mutu biji kakao tersebut. Harga
biji kakao di pasar internasional juga perlu diperhaikan sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan volume permintaan ekspor biji kakao Indonesia.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA
DI MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND
DALAM SKEMA CEPT-AFTA


Oleh
VERONIKA EKA SITANGGANG
H14052985

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan
Thailand dalam Skema CEPT-AFTA


Nama Mahasiswa

: Veronika Eka Sitanggang

NRP

: H14052985

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 19641023 198903 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 19641023 198903 2 002


Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Veronika Eka Sitanggang
H14052985

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Veronika Eka Budianita Sitanggang lahir di Jakarta, pada
tanggal 18 April 1987. Penulis adalah anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan
Yudiman Sitanggang dan Regina Situngkir. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan
baik dan tepat waktu. Penulis menjalani pendidikan dasar di SD Katolik Yos Sudarso
Balikpapan dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan di SLTP Katolik Yos

Sudarso Balikpapan dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis menempuh
pendidikan menengah atas di kota Yogyakarta tepatnya di SMU Stella Duce 2
Yogyakarta dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis meninggalkan Yogyakarta untuk melanjutkan
pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) IPB pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB). Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi
pada Fakultas Eknomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
menjadi pengurus pada organisasi KEMAKI.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk semua
berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand
dalam Skema CEPT-AFTA”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan wawasan penulis.
Namun, berkat ijin dari Tuhan Yesus Kristus dan bantuan serta dorongan semangat dari
berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Rina Oktaviani, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah bersedia
memberikan banyak saran dan kritik membangun selama proses penulisan skripsi ini
sehingga saat ini skripsi ini telah dapat terselesaikan dengan optimal.
2. Lukytawati Anggraeni, Ph.D sebagai dosen penguji yang telah memberi banyak
pengetahuan, saran, serta kritik membangun demi perbaikan skripsi ini.
3. Tanti Noviyanti, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang juga
memberikan saran bagi perbaikan penulisan skripsi ini.
4. Kedua orangtua penulis, Bapak Y. Sitanggang dan Ibu Regina Situngkir dan
keempat adik-adik penulis (Stephie, Theres, Lolin, dan David) yang telah
memberikan kasih sayang, doa, dan semangat bagi penulis selama proses penulisan
skrripsi ini.
5. Para dosen Departemen Ilmu Ekonomi yang selama 3 tahun ini membimbing
penulis, sehingga penulis mendapatkan banyak ilmu dan wawasan yang berguna
bagi penulisan skripsi ini dan bagi kehidupan penulis sendiri.
6. Tata usaha dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu penulis dalam
tahap penyelesaian skripsi ini.


7. Dian, Giga, dan Maria yang telah memberikan semangat pantang menyerah dan
masukan yang berguna bagi penulis serta keceriaan selama berjuang menjadi
mahasiswa Ilmu Ekonomi.
8. Bebeh, Mamieh, dan Lesty yang merupakan teman satu bimbingan skripsi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih buat semangat pantang mundur yang telah
diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.
9. Teman-teman di Stevia yang telah memberikan bantuan dan semangat bagi penulis
sampai saat ini.
10. Mbak Rina yang telah membantu proses pengolahan data skripsi ini dan masukanmasukan yang berarti bagi penulis.
11. Teman-teman IE 42 dan semua pihak yang telah membantu penulis selama menjadi
mahasiswa IE dan dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor,

Agustus 2009

Veronika Eka Sitanggang
H14052985


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR............................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

iii

I.

PENDAHULUAN........................................................................

1


1.1. Latar Belakang .......................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...............................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................

7

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................

7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................

8

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

9

2.1. ASEAN Free Trade Area (AFTA) ........................................

9

2.2. Pengertian Komoditi ..............................................................

12

2.3. Pengertian Ekspor ..................................................................

12

2.4. GDP Per Kapita .....................................................................

13

2.5. Populasi .................................................................................

13

2.6. Harga .....................................................................................

13

2.7. Nilai Tukar Riil .....................................................................

14

2.8. Bahan Baku sebagai Input Produk Olahan ............................

15

2.9. Penelitian Terdahulu ..............................................................

16

2.9.1. Penelitian Mengenai Biji Kakao ..................................

16

2.9.2. Penelitian Mengenai Data Panel ..................................

18

2.9.3. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu .....................

19

III. KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................

21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................

21

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional .................................

21

3.1.2. Teori Liberalisasi Perdagangan ...................................

25

3.1.3. Teori Permintaan Ekspor .............................................

27

3.1.4. Model Regresi Panel Data ...........................................

27

II.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI
MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND
DALAM SKEMA CEPT-AFTA

OLEH
VERONIKA EKA SITANGGANG
H14052985

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

VERONIKA EKA SITANGGANG. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam
Skema CEPT-AFTA (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

AFTA merupakan wujud kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk
menciptakan suatu kawasan perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN serta menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang
dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat pencapaiannya
menjadi tahun 2002. Melalui pemberlakuan Tarif Efektif Bersama (CEPT- Common
Effective Preferential Tariif) untuk AFTA, diharapkan hambatan-hambatan
perdagangan diantara anggota ASEAN baik berupa hambatan tarif maupun non tarif
dapat dihapuskan sehingga bisa meningkatkan perdagangan diantara negara anggota.
Pemberlakuan skema CEPT mencakup produk-produk industri dan pertanian baik yang
berupa bahan mentah ataupun dalam bentuk olahan.
Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memegang peranan cukup
penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penghasil bahan baku bagi
industri juga merupakan penyerap tenaga kerja serta penghasil devisa bagi negara. Salah
satu produk pertanian yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah biji kakao.
Indonesia merupakan negara penghasil sekaligus pengekspor biji kakao terbesar nomor
tiga di dunia saat ini. Sedangkan di posisi pertama dan kedua ditempati oleh Pantai
Gading dan Ghana. Dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2007, Indonesia telah
mengekspor biji kakao ke negara anggota ASEAN yakni Malaysia, Singapura, dan
Thailand. Perkembangan permintaan ekspor di ketiga negara tersebut mengalami
fluktuasi, kadang meningkat kadang juga menurun. Untuk permintaan ekspor biji kakao
Indonesia di negara Malaysia cenderung meningkat dari tahun 1989 sampai tahun 2007.
Namun, permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Singapura dan Thailand cenderung
menurun dari tahun 1989 sampai tahun 2007. Fluktuasi permintaan ekspor biji kakao ini
diduga disebabkan oleh fluktuasi beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand
dalam skema CEPT-AFTA dan juga mengidentifikasi bagaimana pengaruh skema
CEPT-AFTA terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di ketiga negara tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan analisis regresi data panel dengan metode pooled OLS
untuk melihat faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan pada permintaan ekspor
biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand serta mengetahui pengaruh
skema CEPT-AFTA.
Data dependen yang digunakan adalah volume permintaan ekspor biji kakao
Indonesia di ketiga negara tersebut. Sedangkan untuk data independen yang digunakan
adalah GDP per kapita riil ketiga negara tujuan, populasi ketiga negara tujuan, harga biji
kakao di pasar internasional, harga biji kakao di negara tujuan, nilai tukar riil negara
tujuan, dan ekspor olahan negara tujuan. Dan untuk variabel dummy yang digunakan

adalah implementasi skema CEPT-AFTA. Data-data yang digunakan adalah dari tahun
1989 sampai dengan tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga biji kakao di pasar internasional,
harga biji kakao di negara tujuan, dan ekspor olahan negara tujuan berpengaruh
signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan
Thailand pada taraf lima persen. Sedangkan variabel dummy CEPT-AFTA
menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah implementasi CEPT-AFTA, permintaan
ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand adalah berbeda nyata.
Adjusted R2 pada penelitian ini sebesar 96,45 persen yang berarti bahwa perubahan pada
permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand sebesar
96,45 persen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah dan stake holder
mempertimbangkan potensi volume ekspor produk olahan kakao negara importir dalam
rangka meningkatkan permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura,
dan Thailand. Selain itu faktor mutu dan produktivitas tanama kakao juga perlu
ditingkatkan, karena harga biji kakao terkait erat dengan mutu biji kakao tersebut. Harga
biji kakao di pasar internasional juga perlu diperhaikan sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan volume permintaan ekspor biji kakao Indonesia.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA
DI MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND
DALAM SKEMA CEPT-AFTA

Oleh
VERONIKA EKA SITANGGANG
H14052985

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan
Thailand dalam Skema CEPT-AFTA

Nama Mahasiswa

: Veronika Eka Sitanggang

NRP

: H14052985

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 19641023 198903 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 19641023 198903 2 002

Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Veronika Eka Sitanggang
H14052985

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Veronika Eka Budianita Sitanggang lahir di Jakarta, pada
tanggal 18 April 1987. Penulis adalah anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan
Yudiman Sitanggang dan Regina Situngkir. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan
baik dan tepat waktu. Penulis menjalani pendidikan dasar di SD Katolik Yos Sudarso
Balikpapan dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan di SLTP Katolik Yos
Sudarso Balikpapan dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis menempuh
pendidikan menengah atas di kota Yogyakarta tepatnya di SMU Stella Duce 2
Yogyakarta dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis meninggalkan Yogyakarta untuk melanjutkan
pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) IPB pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB). Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi
pada Fakultas Eknomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
menjadi pengurus pada organisasi KEMAKI.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk semua
berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand
dalam Skema CEPT-AFTA”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan wawasan penulis.
Namun, berkat ijin dari Tuhan Yesus Kristus dan bantuan serta dorongan semangat dari
berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Rina Oktaviani, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah bersedia
memberikan banyak saran dan kritik membangun selama proses penulisan skripsi ini
sehingga saat ini skripsi ini telah dapat terselesaikan dengan optimal.
2. Lukytawati Anggraeni, Ph.D sebagai dosen penguji yang telah memberi banyak
pengetahuan, saran, serta kritik membangun demi perbaikan skripsi ini.
3. Tanti Noviyanti, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang juga
memberikan saran bagi perbaikan penulisan skripsi ini.
4. Kedua orangtua penulis, Bapak Y. Sitanggang dan Ibu Regina Situngkir dan
keempat adik-adik penulis (Stephie, Theres, Lolin, dan David) yang telah
memberikan kasih sayang, doa, dan semangat bagi penulis selama proses penulisan
skrripsi ini.
5. Para dosen Departemen Ilmu Ekonomi yang selama 3 tahun ini membimbing
penulis, sehingga penulis mendapatkan banyak ilmu dan wawasan yang berguna
bagi penulisan skripsi ini dan bagi kehidupan penulis sendiri.
6. Tata usaha dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu penulis dalam
tahap penyelesaian skripsi ini.

7. Dian, Giga, dan Maria yang telah memberikan semangat pantang menyerah dan
masukan yang berguna bagi penulis serta keceriaan selama berjuang menjadi
mahasiswa Ilmu Ekonomi.
8. Bebeh, Mamieh, dan Lesty yang merupakan teman satu bimbingan skripsi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih buat semangat pantang mundur yang telah
diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.
9. Teman-teman di Stevia yang telah memberikan bantuan dan semangat bagi penulis
sampai saat ini.
10. Mbak Rina yang telah membantu proses pengolahan data skripsi ini dan masukanmasukan yang berarti bagi penulis.
11. Teman-teman IE 42 dan semua pihak yang telah membantu penulis selama menjadi
mahasiswa IE dan dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor,

Agustus 2009

Veronika Eka Sitanggang
H14052985

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR............................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

iii

I.

PENDAHULUAN........................................................................

1

1.1. Latar Belakang .......................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...............................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................

7

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................

7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................

8

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

9

2.1. ASEAN Free Trade Area (AFTA) ........................................

9

2.2. Pengertian Komoditi ..............................................................

12

2.3. Pengertian Ekspor ..................................................................

12

2.4. GDP Per Kapita .....................................................................

13

2.5. Populasi .................................................................................

13

2.6. Harga .....................................................................................

13

2.7. Nilai Tukar Riil .....................................................................

14

2.8. Bahan Baku sebagai Input Produk Olahan ............................

15

2.9. Penelitian Terdahulu ..............................................................

16

2.9.1. Penelitian Mengenai Biji Kakao ..................................

16

2.9.2. Penelitian Mengenai Data Panel ..................................

18

2.9.3. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu .....................

19

III. KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................

21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................

21

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional .................................

21

3.1.2. Teori Liberalisasi Perdagangan ...................................

25

3.1.3. Teori Permintaan Ekspor .............................................

27

3.1.4. Model Regresi Panel Data ...........................................

27

II.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................

30

3.3. Hipotesis Penelitian ...............................................................

33

IV. METODE PENELITIAN .............................................................

35

4.1. Jenis dan Sumber Data ..........................................................

35

4.2. Metode Analisis .....................................................................

36

4.2.1. Perumusan Model ........................................................

36

4.2.2. Pengujian Kesesuaian Model.......................................

38

4.2.3. Pengujian Asumsi Model.............................................

39

4.3. Pengujian Hipotesis ...............................................................

41

V. GAMBARAN UMUM .................................................................

45

5.1. Gambaran Umum Kakao Indonesia ......................................

45

5.2. Perkembangan Produktivitas, Produksi, dan Luas Areal
Kakao .....................................................................................
... 46
5.3. Perkembangan Ekspor Biji Kakao .........................................

48

5.4. Perkembangan Industri Pengolahan Kakao ...........................

50

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

52

6.1. Pengujian Kesesuaian Model.................................................

52

6.2. Pengujian Asumsi Model.......................................................

53

6.3. Pengujian Hipotesis ...............................................................

55

6.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji
Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand .......
... 56
VII. PENUTUP ..................................................................................

67

7.1. Kesimpulan ...........................................................................

67

7.2. Implikasi Kebijakan ..............................................................

68

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

70

LAMPIRAN .........................................................................................

72

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Distribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap GDP Indonesia
Tahun 2005-2008 ...........................................................................

3

2. Sumbangan Subsektor Pertanian Terhadap GDP Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2004-2008 ...................................................

4

3. Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 2005-2008 .............

4

4. Jenis dan Sumber Data ..................................................................

35

5. Perkembangan Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Kakao
Indonesia tahun 2003-2008 ...........................................................

47

6. Daftar Perusahaan Eksportir Kakao Indonesia ..............................

50

7. Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Ekspor Biji Kakao
Indonesia dengan Data Panel Menggunakan Metode Pooled OLS ...

54

8. Rata-Rata Harga Biji Kakao di Negara Importir dan Jumlah
Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 1989-2007 .........

59

9. Rata-Rata Ekspor Olahan Negara Importir dan Jumlah
Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 1989-2007 .........

60

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Perkembangan Ekspor Biji Kakao Indonesia Ke Malaysia,
Singapura, dan Thailand ................................................................

5

2. Mekanisme Terjadinya Perdagangan Internasional .......................

24

3. Dampak Pemberlakuan Tarif .........................................................

26

4. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................

32

5. Perkembangan Ekspor Biji Kakao Indonesia 2003-2008 ..............

49

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Data Mentah Olahan Untuk Analisis Regresi Data Panel .............

71

2. Hasil Pengolahan Regresi Data Panel Metode PLS ......................

74

3. Hasil Pengolahan Regresi Data Panel Metode Fixed Effect .........

75

4. Data untuk Analisis Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di
Malaysia, Singapura, dan Thailand ...............................................

76

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Asosiasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada awalnya tidak memiliki
sebuah konstitusi ASEAN untuk dijadikan sebagai pedoman pencapaian tujuan ASEAN.
Saat itu, ASEAN hanya berdiri berdasarkan sebuah deklarasi, yakni Deklarasi Bangkok
yang ditandatangani oleh lima negara pelopor, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand,
dan Singapura. Namun demikian, dalam perkembangannya dirasakan perlu untuk
membuat suatu Charter yang berfungsi sebagai konstitusi ASEAN dan menegaskan
legal personality dari ASEAN. Pada November 2007, ASEAN Charter pun disetujui
dan ditandatangani oleh para Kepala Negara atau Pemerintah ASEAN pada Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-13 di Singapura. ASEAN Charter

merupakan

sebuah “Crowning Achievement” dalam memperingati 40 tahun berdirinya ASEAN
yang akan memperkuat semangat kemitraan, solidaritas, dan kesatuan negara-negara
anggotanya dalam mewujudkan Komunitas ASEAN. ASEAN Charter menjadi landasan
konstitusional pencapaian tujuan dan pelaksanaan pinsip-prinsip yang dianut bersama
untuk pencapaian pembangunan Komunitas ASEAN 2015.1
Dalam ASEAN Charter termuat tujuan dan prinsip-prinsip ASEAN yang salah
satunya adalah meningkatkan kesejahteraan negara-negara anggota dengan peningkatan
kerjasama ekonomi, politik, keamanan, dan sosial-kultural. Kehadiran ASEAN Charter
ini tidak terlepas dari semangat untuk membangun kerjasama dibidang ekonomi.
ASEAN Charter diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi negara-negara di
1

http://www.indonesianembassy.it Resume ASEAN Charter [29 Juni 2009]

kawasan itu menuju ASEAN Economic Community (AEC), sehingga kerjasama ekonomi
bisa lebih terintegrasi dan target pelaksanaannya bisa dipenuhi pada tahun 2015. Untuk
itu berbagai kerjasama dibidang ekonomi telah dilakukan dan salah satunya adalah
kerjasama di sektor perdagangan yang dilakukan dengan pembentukan Kawasan
Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) melalui pemberlakuan Tarif Efektif Bersama
(Common Effective Preferential Tariff - CEPT) antara 0-5% atas dasar produk per
produk, baik produk ekspor maupun impor guna menghilangkan hambatan-hambatan
perdagangan di antara negara-negara ASEAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA)
dibentuk pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun
1992. AFTA merupakan wujud kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk
menciptakan suatu kawasan perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN serta menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang
dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat pencapaiannya
menjadi tahun 2002.
Skema Common Effective Preferential Tariff for AFTA ini berlaku bagi
perdagangan komoditas pertanian diantara negara anggota. Sektor pertanian bagi
Indonesia sendiri memiliki peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian, hal
ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia
yang cukup besar yaitu 13,7 persen pada tahun 2008 atau merupakan urutan ketiga
setelah sektor Industri Pengolahan serta Perdagangan, Hotel dan Restoran yang dapat
ditunjukkan pada Tabel 1. Pada saat krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor
yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam
pemulihan perekonomian nasional.

Tabel 1. Distribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap GDP Indonesia Tahun
2005-2008 (%)
Sektor
2005
2006
2007
2008
Pertanian

14,5

14,2

13,8

13,7

9,4

9,1

8,7

8,3

28,1

27,8

27,4

26,8

Listrik, Gas dan Air Bersih

0,7

0,7

0,7

0,7

Bangunan

5,9

6,1

6,2

6,3

16,8

16,9

17,3

17,4

Pengangkutan dan Komunikasi

6,2

6,8

7,3

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa

9,2

9,2

9,4

9,5

Jasa-Jasa

9,2

9,2

9,3

9,3

Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia 2008

Salah satu subsektor pertanian yang cukup besar potensinya adalah subsektor
perkebunan. Meskipun kontribusi subsektor perkebunan terhadap pembentukan GDP
belum terlalu besar yaitu 2,4 persen (data sangat sementara, BPS 2008) pada tahun 2008
atau merupakan urutan ketiga di sektor pertanian setelah subsektor tanaman bahan
makanan dan subsektor perikanan yang dapat ditunjukkan oleh Tabel 2, akan tetapi
subsektor ini memiliki peran sebagai penyedia bahan baku industri, penyerap tenaga
kerja dan penghasil devisa bagi negara.
Tabel 2. Sumbangan Subsektor Pertanian Terhadap GDP Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2004-2008** (%)
Subsektor
2004
2005
2006
2007* 2008**
Tanaman bahan Makanan
7,95
7,4
7,2
7,5
7,86
Tanaman Perkebunan
2,4
2,3
2,1
2,3
2,4
Peternakan dan hasilnya
Kehutanan
Perikanan
Keterangan: *data sementara
**data sangat sementara

1,95
0,97
2,54

1,8
0,92
2,4

1,72
1,01
2,5

1,7
1,01
2,8

1,87
0,90
3,08

Sumber: Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik 2008 (diolah kembali)

Bagi Indonesia, komoditi perkebunan masih merupakan andalan ekapor nasional
saat ini. Beberapa komoditi perkebunan yang masih menjadi andalan ekspor antara lain
adalah kopi, kelapa sawit, dan biji kakao. Berdasarkan data BPS yang diolah
Departemen Perdagangan, ditunjukkan bahwa dari Juni 2007 hingga Juni 2008
pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi pada komoditi biji kakao dan kopi dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 54,99 persen dan 110,3 persen.2
Tabel 3. Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 2005-2008 (Kg)
Negara Tujuan
2005
2006
2007
2008
156.457.029 190.298.041 183.172.144 209.408.495
Malaysia
(42,58)
(38,77)
(48,22)
(55,03)
107.630.513 131.738.530
53.224.395
53.689.650
USA
(29,29)
(26,84)
(14,01)
(14,10)
43.976.494
43.683.484
45.157.536
30.093.945
Singapore
(8,19)
(8,96)
(11,50)
(11,86)
63.799.339
42.087.440
29.917.590
27.600.051
Brazil
(7,51)
(12,99)
(11,08)
(7,86)
15.830.127
18.240.928
20.746.109
15.902.495
China
(4,30)
(3,71)
(5,46)
(4,17)
World
367.425.784 490.777.601 379.829.201 380.512.864
Keterangan: angka dalam kurung merupakan persentase kontribusi terhadap total ekspor biji kakao
Indonesia
Sumber : comtrade.un.org [29 Juni 2009]

Indonesia merupakan produsen dan eksportir biji kakao nomor tiga terbesar di
dunia saat ini setelah Pantai Gading dan Ghana. Namun, ekspor biji kakao Indonesia ke
dunia dari tahun 2005 sampai tahun 2008 menunjukkan fluktuasi yang cenderung
menurun (Tabel 3). Negara ASEAN yang menjadi tujuan ekspor biji kakao Indonesia
diantaranya adalah Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dilihat dari perkembangan
ekspor biji kakao Indonesia ke tiga negara tersebut, setelah implementasi CEPT-AFTA

2

http://www.wartaekonomi.co.id Ekspor 2009 Dorong Komoditas Perkebunan [14 Agustus 2009]

terjadi fluktuasi dengan kecenderungan meningkat untuk Malaysia. Sedangkan untuk
Singapura dan Thailand terjadi kecenderungan menurun (Gambar 1).

Sumber : comtrade.un.org [29 Juni 2009]

Gambar 1. Perkembangan Ekspor Biji Kakao Indonesia
Ke Malaysia, Singapura, dan Thailand

1.2. Perumusan Masalah
Dengan pembentukan integrasi ekonomi ASEAN, negara-negara anggota
ASEAN termasuk didalamnya Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand akan
memperoleh keuntungan pasar yang semakin luas. Namun peluang pasar tersebut dapat
pula menjadi ancaman yang besar bagi Indonesia jika tidak dapat mengelola pasar,
akses sumber bahan baku, dan para pelaku ekonomi lainnya. Dengan adanya pasar

AFTA, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand akan menghadapi kompetitorkompetitor yang besar pada sektor-sektor produk ekspor masing-masing negara tersebut.
Dalam forum AFTA, skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT)
adalah pedoman pengurangan tarif regional dan menghapus hambatan non-tarif selama
periode 15 tahun yang dimulai pada 1 Januari 1993. Produk CEPT meliputi seluruh
produk industri yang termasuk didalamnya barang modal, produk olahan hasil pertanian
dan produk lainnya. Sedangkan produk pertanian bukan olahan dan jasa, yang tadinya
tidak termasuk dalam kesepakatan ini diatur dalam mekanisme tersendiri didalam forum
ASEAN. Dengan adanya kesepakatan CEPT-AFTA ini membuat produk-produk
pertanian yang termasuk produk-produk tanaman perkebunan Indonesia memiliki
pangsa pasar yang semakin luas.
Pada penelitian ini akan dianalisis permintaan ekspor biji kakao Indonesia di
Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2007,
perkembangan volume permintaan ekspor biji kakao Indonesia di ketiga negara ini
mengalami fluktuasi. Fluktuasi perkembangan volume permintaan ekspor biji kakao
Indonesia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fluktuasi nilai tukar dan fluktuasi
harga komoditi biji kakao.
Berdasarkan latar belakang serta uraian diatas, maka perumusan masalah yang
akan dikaji pada penelitian ini adalah :
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia
di Malaysia, Singapura, dan Thailand?

2. Bagaimanakah implementasi skema (Common Effective Preferential Tariff for
AFTA) CEPT-AFTA mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di
Malaysia, Singapura, dan Thailand?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao
Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand.
2. Mengidentifikasi pengaruh CEPT-AFTA terhadap permintaan ekspor biji kakao
Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai proses belajar yang dapat menambah ilmu dan
pengetahuan baik bagi penulis sendiri maupun bagi kepentingan orang lain. Selain itu
penelitian ini diharapkan mampu:
1. Memberikan gambaran mengenai trade flow diantara Indonesia dengan Malaysia,
Singapura, dan Thailand untuk komoditi biji kakao yang diperdagangkan.
2. Memberikan gambaran mengenai faktor – faktor yang dapat mendukung
peningkatan permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan
Thailand.
3. Memberikan gambaran bagaimana CEPT-AFTA mempengaruhi permintaan ekspor
biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan pada
instansi yang terkait.

5. Dapat dijadikan sebagai salah satu literatur bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan permintaan ekspor komoditi Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian tentang permintaan ekspor biji kakao Indonesia di
Malaysia, Singapura, dan Thailand ini hanya mencakup analisis terhadap komoditi biji
kakao dengan kode HS (Harmonized System) 4-digit yaitu meliputi HS 1996 kode
1801 , HS 1992 kode 1801. Analisis permintaan ekspor komoditi tersebut hanya
dilakukan pada tahun 1989 sampai dengan tahun 2007.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASEAN Free Trade Area (AFTA)
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN
dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi
negara-negara anggota ASEAN melalui skema CEPT-AFTA. Tujuan pembentukan
AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan
meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. AFTA diberlakukan secara penuh
untuk negara ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura
dan Filipina) sejak 1 Januari 2002 dengan fleksibilitas (terhadap produk-produk tertentu
tarifnya masih diperkenankan lebih dari 0-5%). Sedangkan untuk Vietnam AFTA
diberlakukan pada tahun 2006, untuk Laos serta Myanmar diberlakukan pada tahun
2008, dan bagi negara Kamboja diberlakukan pada tahun 2010.

Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan
penurunan tarif bagi produk-produk yang diperdagangkan diantara negara-negara
anggota ASEAN dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh
negara-negara ASEAN. Ada empat klasifikasi produk yang termasuk dalam cakupan
skema CEPT, yakni :3
1. Inclusion List (IL), yaitu daftar yang berisi produk-produk yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a) Jadwal penurunan tarif
b) Tidak ada pembatasan kuantitatif
c) Hambatan non-tarifnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
2. General Exception List (GEL), yaitu daftar produk yang dikecualikan dari skema
CEPT oleh suatu negara karena dianggap penting untuk alasan perlindungan
keamanan nasional, moral masyarakat, kehidupan dan kesehatan dari manusia,
binatang atau tumbuhan, nilai barang-barang seni, bersejarah atau arkeologis.
Ketentuan mengenai General Exceptions dalam perjanjian CEPT konsisten dengan
Artikel X dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Contoh produk
GEL misalnya : senjata dan amunisi, narkotik.
3. Temporary Exclusions List (TEL), yaitu daftar yang berisi produk-produk yang
dikecualikan sementara untuk dimasukkan dalam skema CEPT. Produk-produk TEL
barang manufaktur harus dimasukkan kedalam IL paling lambat 1 Januari 2002.
Produk-produk dalam TEL tidak dapat menikmati konsensi tarif CEPT dari negara

3

http://one.indoskripsi.com Perdagangan Bebas Dalam Perspektif AFTA Serta Implementasinya [21 Juni
2009]

anggota ASEAN lainnya. Produk dalam TEL tidak ada hubungannya sama sekali
dengan produk-produk yang tercakup dalam ketentuan General Exceptions.
4. Sensitive List, yaitu daftar yang berisi produk-produk pertanian bukan olahan
(Unprocessed Agricultural Products = UAP ).
a) Produk-produk pertanian bukan olahan adalah bahan baku pertanian dan
produk-produk bukan olahan yang tercakup dalam pos tarif 1-24 dari
Harmonized System Code (HS), dan bahan baku pertanian yang sejenis serta
produk-produk bukan olahan yang tercakup dalam pos-pos tarif HS;
b) Produk-produk yang telah mengalami perubahan bentuk sedikit dibanding
bentuk asalnya.
Produk dalam SL harus dimasukkan kedalam CEPT dengan jangka waktu untuk
masing-masing negara sebagai berikut: Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Filipina dan Thailand tahun 2003; Vietnam tahun 2013; Laos dan Myanmar tahun 2015;
Kamboja tahun 2017. Contoh dari produk SL adalah beras, gula, produk daging,
gandum, bawang putih, dan cengkeh.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu produk untuk dapat
menikmati konsesi CEPT yakni :
a)

Produk terdapat dalam Inclusion List baik di negara tujuan maupun di negara asal
dengan prinsip timbal balik (reciprocity). Artinya suatu produk dapat menikmati
preferensi tarif di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor
produk tersebut sudah ada dalam IL), maka produk yang sama juga harus sudah
terdapat dalam IL dari negara asal.

b)

Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN
Content lebih besar atau sama dengan 40%. Perhitungan ASEAN Content adalah
sebagai berikut :
Value of Imported
Non-ASEAN Material
Parts or Produce

+

Value of Undetermined
Origin Materials, Parts
or Produce
X 100% < 60%

FOB Price

c)

Produk harus disertai Certificate of Origin Form D, yang dapat diperoleh pada
Kantor Dinas atau Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.

2.2. Pengertian Komoditi
Definisi dari komoditi biji kakao yang akan dianalisis pada penelitian ini
berdasarkan HS 1992 kode 1801 dan HS 1996 kode 1801 yaitu biji kakao, utuh atau
pecah, mentah atau digongseng (Cocoa beans, whole or broken, row or roasted).4
2.3. Pengertian Ekspor
Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor menyatakan
bahwa ekspor adalah kegiatan yang mengeluarkan barang dan jasa dari daerah
kepabeanan suatu negara. Adapun daerah kepabeanan sendiri didefinisikan sebagai
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara yang
berada diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen yang didalamnya berlaku UU No. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. Lebih

4

http://comtrade.un.org [20 Juni 2009]

jelas lagi, Deliarnov (1995) menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan produksi
dalam negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan ke luar negeri.

2.4. Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita
Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja
pembangunan suatu negara adalah GDP per kapita. GDP per kapita adalah
perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi atau ukuran banyaknya pendapatan
yang diperoleh setiap individu. Pengertian lain mengenai GDP per kapita adalah jumlah
yang tersedia bagi perusahaan dan rumah tangga untuk melakukan pengeluaran. Oleh
karena itu GDP per kapita dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk melakukan
pembelian barang dan jasa. Jika GDP per kapita suatu negara cukup tinggi, maka negara
tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan pembelian sehingga merupakan
pasar yang potensial bagi pemasaran suatu komoditi (Mankiw, 2003).
2.5. Populasi
Populasi dapat mempengaruhi ekspor melalui dua sisi yakni sisi penawaran dan
permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat diartikan sebagai
penambahan tenaga kerja untuk memproduksi komoditi ekspor. Sedangkan penambahan
populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan konsumsi domestik yang berarti
meningkatkan jumlah permintaan domestik akan suatu komoditi (Salvatore, 1997).
2.6. Harga

Suatu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan
komoditi, harga komoditi dengan kuantitas yang ditawarkan berhubungan secara positif
dan harga komoditi dengan kuantitas yang diminta berhubungan secara negatif dengan
semua faktor lainnya adalah konstan. Semakin tinggi harga suatu komoditi maka akan
semakin besar jumlah komoditi yang ditawarkan dan semakin kecil jumlah yang
diminta. Sebaliknya jika harga suatu komoditi semakin rendah maka jumlah yang
ditawarkan akan semakin kecil dan jumlah yang diminta akan semakin besar (Lipsey,
1995).
2.7. Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Nilai
tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari
suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil kadang-kadang
disebut sebagai terms of trade. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai
tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Nilai tukar nominal sendiri adalah
harga relatif dari mata uang dua negara. Jika nilai tukar riil di negara importir tinggi,
barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik relatif lebih
mahal. Maka penduduk domestik berkeinginan membeli banyak barang impor dan
orang-orang asing akan membeli sedikit barang hasil produksi negara tersebut.
Sebaliknya jika nilai tukar riil negara importir rendah, barang-barang luar negeri relatif
lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah. Maka penduduk domestik
hanya akan membeli sedikit barang impor dan orang-orang asing akan membeli banyak
hasil produksi negara tersebut (Mankiw, 2003).

2.8. Bahan Baku Sebagai Input Produk Akhir
Sumber daya suatu masyarakat terdiri dari anugerah alam seperti tanah, hutan,
tambang ; sumber daya manusia, baik mental maupun fisik; dan alat bantu buatan untuk
memproduksi seperti peralatan, mesin, dan bangunan. Para ahli ekonomi menamakan
semua sumber daya itu sebagai faktor produksi, karena sumber daya ini digunakan
untuk memproduksi barang yang dibutuhkan orang. Lebih jelas lagi, Mankiw (2003)
menjelaskan bahwa jumlah input atau faktor produksi merupakan penentu dari besarnya
produksi barang atau jasa.
Dalam suatu sistem ekonomi pasar, jutaan konsumen mengambil keputusan
tentang komoditi apa yang akan dibeli dan dalam jumlah berapa, sejumlah perusahaan
memproduksi komoditi-komoditi tersebut dan membeli input yang dibutuhkan untuk
menghasilkannya (Lipsey, et al. 1995). Salah satu input yang digunakan adalah bahan
baku. Bahan baku (misalnya biji kakao) dibutuhkan untuk dapat menghasilkan produk
akhir (misalnya coklat) yang dapat memberikan nilai penjualan yang lebih tinggi bagi
produsen. Sehingga semakin tinggi permintaan jutaan konsumen terhadap coklat, maka
kebutuhan dan permintaan akan biji kakao sebagai bahan baku akan semakin tinggi pula.
Demikian juga berdasarkan Nicholson (1991), dikatakan bahwa hubungan antara
masukan dan keluaran yang diformulasikan ke dalam model fungsi produksi dimana
keluaran perusahaan (coklat) merupakan fungsi dari modal (mesin), jam masuk tenaga
kerja, dan bahan baku (biji kakao).

2.9. Penelitian Terdahulu
2.9.1. Penelitian Mengenai Kakao
Pada tahun 2006, Yunita melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
aliran perdagangan biji kakao Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder
berupa data cross section tahun 2004. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif
untuk melihat karakteristik negara-negara tujuan ekspor biji kakao Indonesia, sedangkan
metode kuantitatif dengan gravity model digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi aliran perdagangan biji kakao Indonesia ke negara-negara tujuan
ekspor. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor biji kakao Indonesia
menurut negara tujuan. Variabel independen meliputi GDP per kapita negara tujuan,
populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga biji
kakao Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dollar
Amerika, dan kualitas biji kakao Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh
koefisien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj) sebesar 69,1 persen yang berarti
bahwa perubahan pada variabel volume ekspor biji kakao Indonesia dapat dijelaskan
oleh variabel independen (GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak
antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga biji kakao Indo