Analisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura dan Thailand
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR TELEVISI
INDONESIA KE MALAYSIA, SINGAPURA DAN THAILAND
Oleh :
ISTIANA MUSTIKA H14051463
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(2)
RINGKASAN
ISTIANA MUSTIKA. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI)
Indonesia adalah negara berkembang yang menganut sistem perekonomian terbuka kecil dimana di dalamnya terdapat kegiatan perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor tetapi , Indonesia bukan sebagai pembuat harga (price maker) sehingga tidak terlepas dari interaksi internasional seperti perdagangan luar negeri. Salah satu industri manufaktur yang mempunyai peranan cukup besar terhadap ekspor non-migas adalah industri elektronika.. Televisi sudah menjadi kebutuhan melekat pada masyarakat Indonesia. Pada saat ini Indonesia masih menjadi eksportir televisi terbesar untuk wilayah ASEAN. Produksi domestik televisi di Indonesia pada periode 12 tahun (1996–2007) terakhir menunjukkan adanya peningkatan tiap tahunnya,. Akan tetapi peningkatan produksi domestik ini tidak diikuti oleh peningkatan yang tinggi dari nilai dan volume ekspornya. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi volume penawaran ekspor televisi ke Malaysia, Singapura, dan Thailand antara lain harga ekspor, harga domestik, produksi domestik, konsumsi domestik, nilai tukar, lag ekspor, dan dummy krisis ekonomi. Oleh sebab itu, yang akan menjadi masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perkembangan ekspor televisi dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penawaran ekspor televisi Indonesia di pasar internasional serta bagaimana kondisi daya saingnya secara umum.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik estimasi menggunakan data panel (pooled data) yang merupakan kombinasi antara data time-series dab cross section. Dalam penelitian ini digunakan data time series selama periode waktu tahun 1996-2007, sedangkan komponen cross section yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga negara yang merupakan negara importir televisi terbesar dari Indonesia di kawasan ASEAN. Negara-negara tersebut yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand. Analisis daya saing dilakukan dengan perhitungan indeks RCA untuk melihat keunggulan komparatifnya dan model teori berlian Porter untuk melihat keunggulan komparatifnya.
Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan E-views 5.1. Pengolahan data dilakukan dengan tiga metode yaitu metode pooled ols, metode fixed effect, dan metode random effect. Selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model dan kriteria statistik untuk mengetahui metode mana yang terbaik dalam mengestimasi model. Dari hasil pengolahan data, uji kesesuain model dan kriteria statistik diketahui bahwa metode yang terbaik dalam estimasi model adalah metode fixed effect.
Hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa variabel harga ekspor berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan elastisitas sebesar
(3)
0,80 persen, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor sebesar satu persen, maka akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,80 persen (cateris paribus). Variabel produksi domestik berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia dengan elastisitas sebesar 0,55 persen, artinya jika terjadi kenaikan kenaikan produksi domestik sebesar satu persen, maka akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,55 persen (cateris paribus). Variabel lag ekspor berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia dengan elastisitas sebesar 0,22 persen artinya jika terjadi kenaikan lag ekspor sebesar satu persen, maka akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,22 persen (cateris paribus). Berdasarkan hasil regresi pada panel data, diperoleh hasil koefisien variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar 1,31. Hasil pengujian terhadap koefisien dummy krisis ekonomi ini menunjukkan bahwa volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi adalah berbeda secara signifikan. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Thailand dan Singapura adalah harga domestik, konsumsi domestik, dan nilai tukar.
Hasil analisis daya saing menunjukkan untu analisis keunggulan komparatif dengan nilai perhitungan indeks RCA menunjukkan bahwa komoditi televisi Indonesia cukup berdaya saing.. Namun Indonesia masih dihadapkan dengan pesaing –pesaing berat lainnya seperti China, Mexico, dan Polandia. Analisis kompetitif dengan teori Berlian Poter menunjukkan bahwa komoditi televisi Indonesia berdaya saing lemah karena terdapat berbagai kendala yaitu, kualitas sumber daya manusia yang masih lemah, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung industri televisi di Indonesia, ketergantungan bahan baku yang sebagian besar masih diimpor serta kebijakan pemerintah yang masih belum kondusif.
Pemerintah diharapkan dapat mengurangi intervensinya terhadap mekanisme perdagangan produk televisi. Salah satunya dengan mengkaji ulang mengenai PMK Nomor 620/PMK/.03/2004 tentang pemberlakuan pajak penjualan barang mewah dimana penetapan pajak penjualan untuk televisi masih sangat tinggi dan berbeda-beda untuk setiap jenis dan ukuran. Selain itu pemerintah diharapkan dapat merangsang pertumbuhan industri pendukung, melakukan kebijakan kuota impor untuk produk televisi dari China, menarik para investor untuk menanamkan modal mereka dalam industri televisi, serta meningkatkan distribusi pasar dengan memilih negara-negara tujuan ekspor televisi yang memiliki pertumbuhan impor televisi yang cukup tinggi.
(4)
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR TELEVISI
INDONESIA KE MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND
Oleh :
ISTIANA MUSTIKA H14051463
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(5)
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura dan Thailand
Nama : Istiana Mustika NIM : H14051463
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002 Tanggal Kelulusan:
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Istiana Mustika H14051463
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 25 Mei 1987 di Bandung (Jawa Barat). Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Maman Permana, S.Sos dan Eulis Supatmah, S.Pd. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Polisi V Bogor tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 1 Bogor.
Pada tahun 2005, penulis melanjutkan program belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tempat yang menjadi pilihan penulis adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi tempat bagi penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan pengembangan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi yang berada di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi seperti Forum Silaturahmi Ilmu Ekonomi (FORSIE) dan Syariah Economics Student Club (SES-C).
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ―Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand‖. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :
1. Rina Oktaviani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Bambang Juanda selaku dosen penguji utama atas semua saran dan kritik yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan untuk saran dan kritik dalam teknik penulisan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Ayahanda Maman Permana, S.Sos, dan Ibunda Eulis Supatmah, S.Pd serta
kepada adik-adik penulis Fira dan Ola atas atas doa, semangat, dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Pandi (Badan Pusat Statistik), Pak Poerwoto (Departemen Perindustrian) dan Mbak Tari (Departemen Perdagangan) atas bantuan dan informasi yang diberikan.
6. Teman satu bimbingan skripsi : Dian, Vero, dan Lesty atas kerja sama, motivasi dan kebersamaanya.
(9)
7. Teman-teman IE 42 : Rina, Yuli, Max, Tanjung, Dinta, Rajiv, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat, doa, dan kebersamaan selama ini.
8. Aiph, Tidar, Niko, Rifky, Ayu, Devi, Tety, Dhila, Yusda, dll. Atas dukungan, bantuan, doa dan semangatnya.
9. Mbak Rina (Statistic Centre) atas bantuan, semangat dan doa yang diberikan. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menghaturkan maaf yang sebesar- besarnya apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan selama penulisan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan
Bogor, Agustus 2009
Istiana Mustika H14051463
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Tinjauan Teori ... 12
2.1.1. Pengertian Industri ... 12
2.1.2. Pengertian Elektronika ... 12
2.1.2. Pengertian Televisi ... 13
2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13
2.2.1 Teori Perdagangan Internasional... 13
2.2.2 Teori Penawaran Ekspor ... 16
2.2.3 Konsep Daya Saing ... 20
2.2.4 Data Panel ... 24
2.3. Penelitian Terdahulu ... 25
2.4.1 Penelitian tentang Penawaran Ekspor Komoditi Indonesia ... 26
2.4.2 Penelitian tentang Industri Elektronika ... 26
2.4.3 Penelitian tentang Data Panel ... 27
2.4.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 28
(11)
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR TELEVISI
INDONESIA KE MALAYSIA, SINGAPURA DAN THAILAND
Oleh :
ISTIANA MUSTIKA H14051463
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(12)
RINGKASAN
ISTIANA MUSTIKA. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI)
Indonesia adalah negara berkembang yang menganut sistem perekonomian terbuka kecil dimana di dalamnya terdapat kegiatan perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor tetapi , Indonesia bukan sebagai pembuat harga (price maker) sehingga tidak terlepas dari interaksi internasional seperti perdagangan luar negeri. Salah satu industri manufaktur yang mempunyai peranan cukup besar terhadap ekspor non-migas adalah industri elektronika.. Televisi sudah menjadi kebutuhan melekat pada masyarakat Indonesia. Pada saat ini Indonesia masih menjadi eksportir televisi terbesar untuk wilayah ASEAN. Produksi domestik televisi di Indonesia pada periode 12 tahun (1996–2007) terakhir menunjukkan adanya peningkatan tiap tahunnya,. Akan tetapi peningkatan produksi domestik ini tidak diikuti oleh peningkatan yang tinggi dari nilai dan volume ekspornya. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi volume penawaran ekspor televisi ke Malaysia, Singapura, dan Thailand antara lain harga ekspor, harga domestik, produksi domestik, konsumsi domestik, nilai tukar, lag ekspor, dan dummy krisis ekonomi. Oleh sebab itu, yang akan menjadi masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perkembangan ekspor televisi dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penawaran ekspor televisi Indonesia di pasar internasional serta bagaimana kondisi daya saingnya secara umum.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik estimasi menggunakan data panel (pooled data) yang merupakan kombinasi antara data time-series dab cross section. Dalam penelitian ini digunakan data time series selama periode waktu tahun 1996-2007, sedangkan komponen cross section yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga negara yang merupakan negara importir televisi terbesar dari Indonesia di kawasan ASEAN. Negara-negara tersebut yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand. Analisis daya saing dilakukan dengan perhitungan indeks RCA untuk melihat keunggulan komparatifnya dan model teori berlian Porter untuk melihat keunggulan komparatifnya.
Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan E-views 5.1. Pengolahan data dilakukan dengan tiga metode yaitu metode pooled ols, metode fixed effect, dan metode random effect. Selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model dan kriteria statistik untuk mengetahui metode mana yang terbaik dalam mengestimasi model. Dari hasil pengolahan data, uji kesesuain model dan kriteria statistik diketahui bahwa metode yang terbaik dalam estimasi model adalah metode fixed effect.
Hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa variabel harga ekspor berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan elastisitas sebesar
(13)
0,80 persen, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor sebesar satu persen, maka akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,80 persen (cateris paribus). Variabel produksi domestik berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia dengan elastisitas sebesar 0,55 persen, artinya jika terjadi kenaikan kenaikan produksi domestik sebesar satu persen, maka akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,55 persen (cateris paribus). Variabel lag ekspor berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia dengan elastisitas sebesar 0,22 persen artinya jika terjadi kenaikan lag ekspor sebesar satu persen, maka akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,22 persen (cateris paribus). Berdasarkan hasil regresi pada panel data, diperoleh hasil koefisien variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar 1,31. Hasil pengujian terhadap koefisien dummy krisis ekonomi ini menunjukkan bahwa volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi adalah berbeda secara signifikan. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Thailand dan Singapura adalah harga domestik, konsumsi domestik, dan nilai tukar.
Hasil analisis daya saing menunjukkan untu analisis keunggulan komparatif dengan nilai perhitungan indeks RCA menunjukkan bahwa komoditi televisi Indonesia cukup berdaya saing.. Namun Indonesia masih dihadapkan dengan pesaing –pesaing berat lainnya seperti China, Mexico, dan Polandia. Analisis kompetitif dengan teori Berlian Poter menunjukkan bahwa komoditi televisi Indonesia berdaya saing lemah karena terdapat berbagai kendala yaitu, kualitas sumber daya manusia yang masih lemah, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung industri televisi di Indonesia, ketergantungan bahan baku yang sebagian besar masih diimpor serta kebijakan pemerintah yang masih belum kondusif.
Pemerintah diharapkan dapat mengurangi intervensinya terhadap mekanisme perdagangan produk televisi. Salah satunya dengan mengkaji ulang mengenai PMK Nomor 620/PMK/.03/2004 tentang pemberlakuan pajak penjualan barang mewah dimana penetapan pajak penjualan untuk televisi masih sangat tinggi dan berbeda-beda untuk setiap jenis dan ukuran. Selain itu pemerintah diharapkan dapat merangsang pertumbuhan industri pendukung, melakukan kebijakan kuota impor untuk produk televisi dari China, menarik para investor untuk menanamkan modal mereka dalam industri televisi, serta meningkatkan distribusi pasar dengan memilih negara-negara tujuan ekspor televisi yang memiliki pertumbuhan impor televisi yang cukup tinggi.
(14)
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR TELEVISI
INDONESIA KE MALAYSIA, SINGAPURA, DAN THAILAND
Oleh :
ISTIANA MUSTIKA H14051463
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(15)
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura dan Thailand
Nama : Istiana Mustika NIM : H14051463
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002 Tanggal Kelulusan:
(16)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Istiana Mustika H14051463
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 25 Mei 1987 di Bandung (Jawa Barat). Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Maman Permana, S.Sos dan Eulis Supatmah, S.Pd. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Polisi V Bogor tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 1 Bogor.
Pada tahun 2005, penulis melanjutkan program belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tempat yang menjadi pilihan penulis adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi tempat bagi penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan pengembangan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi yang berada di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi seperti Forum Silaturahmi Ilmu Ekonomi (FORSIE) dan Syariah Economics Student Club (SES-C).
(18)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ―Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand‖. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :
1. Rina Oktaviani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Bambang Juanda selaku dosen penguji utama atas semua saran dan kritik yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan untuk saran dan kritik dalam teknik penulisan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Ayahanda Maman Permana, S.Sos, dan Ibunda Eulis Supatmah, S.Pd serta
kepada adik-adik penulis Fira dan Ola atas atas doa, semangat, dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Pandi (Badan Pusat Statistik), Pak Poerwoto (Departemen Perindustrian) dan Mbak Tari (Departemen Perdagangan) atas bantuan dan informasi yang diberikan.
6. Teman satu bimbingan skripsi : Dian, Vero, dan Lesty atas kerja sama, motivasi dan kebersamaanya.
(19)
7. Teman-teman IE 42 : Rina, Yuli, Max, Tanjung, Dinta, Rajiv, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat, doa, dan kebersamaan selama ini.
8. Aiph, Tidar, Niko, Rifky, Ayu, Devi, Tety, Dhila, Yusda, dll. Atas dukungan, bantuan, doa dan semangatnya.
9. Mbak Rina (Statistic Centre) atas bantuan, semangat dan doa yang diberikan. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menghaturkan maaf yang sebesar- besarnya apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan selama penulisan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan
Bogor, Agustus 2009
Istiana Mustika H14051463
(20)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Tinjauan Teori ... 12
2.1.1. Pengertian Industri ... 12
2.1.2. Pengertian Elektronika ... 12
2.1.2. Pengertian Televisi ... 13
2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13
2.2.1 Teori Perdagangan Internasional... 13
2.2.2 Teori Penawaran Ekspor ... 16
2.2.3 Konsep Daya Saing ... 20
2.2.4 Data Panel ... 24
2.3. Penelitian Terdahulu ... 25
2.4.1 Penelitian tentang Penawaran Ekspor Komoditi Indonesia ... 26
2.4.2 Penelitian tentang Industri Elektronika ... 26
2.4.3 Penelitian tentang Data Panel ... 27
2.4.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 28
(21)
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 31
3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data... ... 31
3.3. Model Data Panel ... 32
3.4. Model Penelitian... ... 38
3.4.1 Perumusan Model ... 39
3.4.2 Model Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ... 39
3.4.3 Penjelasan Penggunaan Variabel dalam Model ... 40
3.5. Uji Kesesuaian Model ... 44
3.6. Analisis Keunggulan Komparatif... ... 50
3.7. Analisis Keunggulan Kompetitif... 50
IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN KOMODITI TELEVISI INDONESIA ... 52
4.1. Perkembangan Industri Televisi ... 50
4.2. Kinerja Supply – Demand Industri Televisi... ... 58
4.2.1 Perkembangan Produksi ... 58
4.2.2 Tingkat Permintaan Domestik ... 59
4.3. Kinerja Ekspor – Impor Industri Televisi Indonesia ... 61
4.3.1 Perkembangan Ekspor Televisi ... 61
4.3.2 Perkembangan Impor Televisi ... 62
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64
5.1. Hasil Analisis Data Panel ... 64
5.2. Pengujian Asumsi Model... ... 66
5.3. Pengujian Kritria Statistik... ... 68
5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand ... 70
5.5. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Televisi Indonesia... .... 77
(22)
VI. PENUTUP ... 80 6.1. Kesimpulan ... 87 6.2. Implikasi Kebijakan... ... 88 DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN ... 93
(23)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha,
Atas Dasar Harga Berlaku Periode 1968-2005 (dalam Persen). ... 2 1.2. Peran Ekspor Elektronika Terhadap Sektor Industri di Indonesia
Perumusan Masalah ... 5 1.3. Nilai Ekspor Hasil Industri Elektronika Indonesia periode
1997-2007 (Juta US $) ... 5 1.4. Nilai Produksi dan Ekspor Total Televisi Indonesia Periode 1996 -2007 . 8 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 30 3.2. Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 45 4.1. Daftar Perusahaan Produsen Televisi di Indonesia dan Jumlah
Rata-rata Produksi Tiap Tahun ... 54 4.2. Perkembangan Produksi Televisi Indonesia Periode Tahun 1996-2007.... 59 4.3. Tabel Perkembangan Permintaan Domestik (Konsumsi) Televisi
Indonesia Periode 1996-2007 ... 60 4.4. Perkembangan Ekspor Televisi Indonesia Periode 1996-2008 ... 62 4.5. Perkembangan Impor Televisi Indonesia Periode 1996-2008 ... 62 5.1. Hasil estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Menggunakan Model
Efek Tetap dengan Pembobotan (Cross Section Weights) ... 65 5.2. Harga Ekspor dan Harga Domestik Televisi Indonesia
periode 1996-2007 ... 73 5.3. Nilai RCA Komoditi Televisi Indonesia di Pasar Internasional ... Tahun 2002- 2005 ... 78 5.4. Perkembangan Konsumsi Televisi Indonesia Periode 1996-2008 ... 82
(24)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia,Singapura,
dan Thailand ... 9 2.1. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional ... 16 2.2. Hubungan Antara Harga dengan jumlah Penawaran Ekspor ... 17 2.3. Sistem Teori Berlian Porter ... 24 3.1. Skema Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 37 3.2. Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 45 4.1. Grafik Perkembangan Produksi dan Konsumsi Televisi Indonesia
Periode 1996-2007 ... 61 4.2. Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Televisi Indonesia
(25)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Data untuk Diolah ... 94 2. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia
ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model
Pooled Least Square ... 95 3. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia
ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model
Pooled Least Square dengan pembobotan (Cross Section Weight) ... 96 4. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia
ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model Pooled Least Square dengan pembobotan (Cross Section Weight)
dan White Heteroskedastisitas ... 97 5. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia
ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model
Fixed Effect ... 98 6. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia
ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model
Fixed Effect dengan pembobotan (Cross Section Weight) ... 99 7. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia
ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model Fixed Effect dengan pembobotan (Cross Section Weight)
dan White Heteroskedastisitas ... 100 8. Hasil Uji Chow ... 101 9 Hasil Uji Normalitas ... 102
(26)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era liberalisasi perdagangan dan keterbukaan, negara-negara maju berlomba untuk memenangkan kompetisi pasar dunia, sedangkan negara-negara berkembang masih banyak menghadapi permasalahan dan cenderung mengalami penyusutan kesempatan bermain bila tidak segera melakukan langkah-langkah terobosan. Bagi negara maju dengan tingkat kemampuan spesialisasi yang mereka miliki akan mendatangkan manfaat besar dalam kemajuan industri baik dari segi teknologi maupun segi finansial, karena batasan-batasan yang ada selama ini sebagai perlindungan perdagangan antar bangsa semakin menipis, di mana pertukaran barang atau transaksi barang, jasa dan sumber daya manusia dilakukan secara jauh lebih mudah. Sistem kuota mulai tidak relevan lagi, tarif bea masuk semakin menghilang dan monopoli mulai harus ditinggalkan. Keadaan semacam ini membuat persaingan antar negara akan berkembang semakin keras. Siapa yang mampu memasok produk secara lebih luas akan semakin unggul dalam persaingan tersebut.
Indonesia sebagai negara berkembang yang menganut sistem perekonomian terbuka kecil yang di dalamnya terdapat kegiatan perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor tetapi Indonesia bukan sebagai pembuat harga (price maker) sehingga tidak terlepas dari interaksi internasional seperti perdagangan luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan adanya barang ataupun jasa yang diekspor ataupun impor oleh Indonesia. Dengan adanya perdagangan luar
(27)
negeri, suatu negara mampu meningkatkan pendapatannya dengan adanya ekspor bahan baku mentah, barang setengah jadi maupun barang jadi. Salah satunya adalah melalui kerjasama Asean Free Trade Area (AFTA), dimana Indonesia melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Perdagangan luar negeri yang dilakukan oleh Indonesia dapat dilihat dari ekspor yang didominasi oleh sektor non migas. Ekspor non migas Indonesia berasal dari sektor pertanian, sektor industri dan sektor pertambangan. Salah satu sektor yang penting terhadap pendapatan nasional adalah sektor industri manufaktur (pengolahan) yang sangat berperan penting, Walaupun pada awalnya sektor industri manufaktur tidak memberikan kontribusi terbesar namun dalam perkembangannya sektor ini dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia.
Tabel 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Berlaku Periode 1968-2008 (dalam %)
Lapangan
Usaha Tahun
1968 1978 1988 1993 1998 2000 2005 2006 2007 2008
Pertanian 51 30,5 24,1 17,9 17,4 15,6 13,4 13,1 13,7 14,3 Pertambangan 4,2 17,6 12,1 9,6 8,3 12,1 10,4 10,7 11,2 10,9 dan
penggalian
Industri 8,5 10 18,5 22,3 23,9 27,8 28,1 28,3 27,1 27,8
Manufaktur
Lainnya 1) 36,3 41,9 45,2 50,3 50,3 44,6 48,1 47,9 48,1 47,0
PDB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Catatan: 1) Lainnya terdiri atas sektor listrik, gas dan air minum, konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintah, dan jasa-jasa
Sumber: BPS, 2009
Data dalam Tabel 1.1 menunjukkan bahwa di tahun 1968 sektor pertanian memberi sumbangan sebesar 51 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), artinya sektor pertanian memberikan sumbangan tertinggi
(28)
dibandingkan sumbangan yang diberikan oleh sektor lain, misalnya sektor industri manufaktur hanya menyumbang sebesar 8,5 persen Beberapa tahun berikutnya, fenomena yang terjadi ialah sumbangan sektor pertanian berangsur-angsur mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Selama periode 1988-1993, struktur perekonomian Indonesia mengalami perubahan yang cukup drastis, di mana sumbangan sektor pertanian terhadap PDB berangsur-angsur digeser oleh sumbangan sektor industri manufaktur. Sejak tahun 1993 sumbangan sektor pertanian tidak pernah melebihi sektor industri manufaktur.
Pada saat krisis ekonomi tahun 1998, sektor pertanian hanya berperan sebesar 17,4 persen terhadap PDB, sementara ekspansi pada hampir semua komoditi industri menyebabkan industri manufaktur menyumbang sebesar 23,9 persen terhadap PDB. Singkatnya, sektor industri manufaktur muncul menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian. Pada tahun 2005, sektor pertanian hanya menyumbang sebesar 13,4 persen terhadap PDB, sementara sektor industri pengolahan menyumbang lebih besar yaitu sebesar 28,1 persen terhadap PDB. Sampai dengan tahun 2008 sektor industri pengolahan tetap memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor lain yaitu sebesar 27,8 persen. Hingga saat ini kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB hampir 25 persen dari pendapatan nasional. Besarnya kontribusi sektor industri manufaktur terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional hingga beberapa tahun terakhir didominasi oleh sektor industri manufaktur.
(29)
Salah satu industri manufaktur yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam kontribusi terhadap ekspor non-migas adalah industri elektronika. Industri elektronika Indonesia merupakan industri yang strategis untuk dikembangkan karena memiliki potensi untuk berkembang di masa yang akan datang. Menurut Thoha (1996), ada tiga alasan yang mendasari potensi tersebut, yaitu : Pertama, merupakan sarana bagi terlaksananya pengembangan telekomunikasi dan digital. Kedua, teknologi elektronika sangat vital dan strategis bagi kelangsungan hidup bangsa di masa depan. Ketiga, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Beberapa negara di Asia telah memfokuskan pengembangan industri elektronika yang pertumbuhannya tinggi sejak tahun 1996 termasuk Indonesia.
Sebagai salah satu negara anggota ASEAN Indonesia dapat memanfaatkan pasar di kawasan ini. ASEAN yang merupakan satu kesatuan pasar, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di dunia dan penduduk sekitar 500 juta orang diperkirakan sangat ekonomis untuk mengembangkan jenis industri dengan teknologi canggih tertentu. Jenis industri yang didorong perkembangannya, antara lain industri telekomunikasi, industri elektronika yang menunjang informasi dan elektronika, konsumen professional, termasuk semi konduktor. Industri elektronika Indonesia sebenarnya merupakan salah satu industri yang strategis untuk dikembangkan. Ini terlihat dari pertumbuhan ekspor rata-rata industri elektronika, meskipun industri elektronika bukan sebagai industri penyumbang utama dari nilai ekspor non migas., tetapi pertumbuhannya jauh melampaui semua sektor lainnya.
(30)
Tabel 1.2. Peran Ekspor Elektronika Terhadap Sektor Industri di Indonesia
Uraian 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Ekspor Non Migas (US$ juta) 47.908 50.609 56.921 68.377 79.870 90.325 Ekspor Industri (US$ juta) 47.908 40.829 48.677 55.593 65.023 76.460 Ekspor Elektronika (US$ juta) 5.749 6.794 7.969 8.889 7.987 6.226
Share (peranan) ekspor
elektronika terhadap 0,12 0,13 0,14 0,13 0,10 0,07
Ekspor non migas (%)
Share (peranan) ekspor
elektronika terhadap 0,12 0,17 0,16 0,16 0,12 0,08
Ekspor industri (%)
Sumber : BPS, 2009 (diolah oleh Departeman Perdagangan)
Pada Tabel 1.2 menunjukan peranan ekspor elektronika terhadap sektor non migas mempunyai bagian yang cukup besar dengan kecenderungan untuk meningkat. Selain itu peranan ekspor elektronika terhadap ekspor sektor industri juga memiliki peranan yang cukup penting, dengan kecenderungan meningkat walaupun berfluktuatif.
Tabel 1.3. Nilai Ekspor Hasil Industri Elektronika Indonesia periode 1996-2007 (Juta US$)
Tahun Nilai Ekspor Tahun Nilai Ekspor
1996 1.560,10 2002 2.700,10
1997 1.370 60 2003 3.120,50
1998 1.490,80 2004 3.486,10
1999 1.692,00 2005 4.364,10
2000 3.162,00 2006 4.448,70
2001 2.605,00 2007 4.835,90
Sumber : BPS, 2008 (diolah oleh Departemen Perindustrian)
Pada Tabel 1.3 memperlihatkan nilai ekspor industri elektronika yang semakin meningkat, bahkan setelah periode krisis sekalipun. Pada awal terjadinya krisis nilai ekspor industri elektronika adalah sebesar US$ 1.560,6 juta. Kondisi
(31)
ini terus meningkat setiap tahunnya bahkan nilai ekspor industri elektronika pada tahun 2007 telah mencapai US$ 4.835,9 juta.
Pangsa pasar terbesar dari ekspor elektronika Indonesia adalah produk elektronika rumah tangga seperti produk sound system, televisi, recorder, kipas angin, setrika, pompa air, serta radio yang pada umumnya dikonsumsi oleh sebanyak 33 juta keluarga dari masyarakat Indonesia yang berpenghasilan rendah dan sebanyak 23 juta keluarga dari masyarakat Indonesia yang berpenghasilan menengah ke atas mengkonsumsi lemari es, mesin cuci, AC, kamera digital dan komputer. Namun dari semua produk elektronika rumah tangga, yang menjadi konsumsi terbesar oleh masyarakat Indonesia adalah televisi. Karena saat ini televisi bukan lagi barang mewah. Televisi sudah menjadi kebutuhan melekat pada masyarakat Indonesia. Pasar televisi begitu menggiurkan dan industri pun membukukan keuntungan yang cukup besar.
Adanya penyelenggaraan Asian Games pada tahun 1962 di Jakarta menjadi awal mula berkembangnya industri televisi di Indonesia, karena pada saat itu terjadi peningkatan permintaan terhadap televisi. Pada saat itu pemerintah menginginkan masyarakat Indonesia menyaksikan pesta olah raga kebanggaan masyarakat Asia tersebut. Kebutuhan akan televisi yang dapat menyiarkan kegiatan tersebut pada akhirnya mendorong keberadaan industri televisi di Indonesia, sedangkan produksi televisi pada saat itu hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan Asian Games. Namun awal mula perkembangan yang maju bagi industri televisi sendiri baru dimulai pada awal tahun 1990. Para produsen televisi mulai meningkatkan produksi dan memasarkan
(32)
pesawat televisi ke pasar luar negeri. Menyusul pesatnya perkembangan teknologi pada industri televisi, mendorong pertumbuhan kapasitas produksi yang cukup tinggi. Para produsen berlomba meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi seiring dengan kemajuan teknologi. Sebagian besar produsen ini tidak hanya memenuhi pangsa pasar dalam negeri, namun untuk memenuhi pasar internasional melalui kegiatan ekspor.
Televisi merupakan salah satu komoditi industri elektronika di Indonesia yang menjadi komoditi unggulan. Indonesia sangat berperan penting bagi perkembangan industri televisi karena memiliki potensi pasar yang sangat besar, dengan 200 juta lebih penduduk. Oleh karena itu, meskipun pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, tetapi Indonesia masih merupakan fokus nomor satu sebagai eksportir televisi di ASEAN.1
1.2. Perumusan Masalah
Produksi domestik televisi di Indonesia pada periode 13 tahun terakhir ini menunjukkan adanya peningkatan tiap tahunnya, walaupun di masa krisis sempat mengalami penurunan namun setelah krisis produksi domestik televisi mulai meningkat kembali. Peningkatan produksi domestik ini tidak diikuti oleh peningkatan nilai dan volume ekspornya yang tinggi (Tabel 1.4). Akan tetapi kondisi yang terjadi adalah terjadinya fluktuasi nilai dan volume ekspor televisi dalam periode waktu yang sama. Sebagai salah satu negara pengekspor televisi
1
(33)
Indonesia mengalami kesulitan karena adanya negara pesaing seperti Mexico dan China yang memberikan pasokan ekspor televisi yang jauh lebih besar di pasar internasional. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan harga, sehingga diperkirakan akan menjadi penyebab terjadinya fluktuasi nilai dan volume ekspor televisi.
Tabel 1.4. Nilai Produksi dan Ekspor Total Televisi Indonesia Periode 1996 -2007 (ribu kg)
Tahun Volume
Produksi
Volume
Ekspor Tahun
Volume Produksi
Volume Ekspor
1996 36.635 2.554 2002 53.040 43.415
1997 44.093 4.425 2003 75.530 47.546
1998 37.631 4.616 2004 90.148 60.116
1999 36.902 4.544 2005 90.059 48.324
2000 57.081 39.115 2006 86.191 38.151
2001 53.057 44.715 2007 74.647 10.661
Sumber : BPS, 2009 (diolah)
Saat ini Indonesia adalah eksportir utama televisi untuk pasar ASEAN. Negara tujuan utama ekspor televisi Indonesia di ASEAN antara lain Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pada Gambar 1.1 menunjukkan tujuan ekspor televisi Indonesia terbesar adalah Singapura. Volume ekspor televisi ke tiga negara tersebut mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Volume ekspor televisi ke negara Singapura adalah paling besar jika dibandingkan Malaysia dan Thailand. Walaupun produksi domestik televisi telah cukup memberikan kontribusinya terhadap perkembangan ekspor televisi namun belum cukup untuk mengatasi volume ekspor yang cenderung menurun tersebut. Tentunya kondisi tersebut sangat ironis seharusnya dengan jumlah produksi domestik yang besar harus bisa mendorong volume ekspor dalam jumlah yang besar pula, terutama ekspor ke
(34)
wilayah ASEAN khususnya ke Malaysia, Singapura, dan Thailand sebagai negara importir utama untuk produk televisi Indonesia.
Sumber : BPS, 2008 (diolah)
Gambar 1.1. Perkembangan Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand
Peningkatan dalam volume ekspor televisi Indonesia belum mampu untuk memberikan peningkatan yang besar terhadap pendapatan nasional, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan ekspor televisi Indonesia karena melihat pentingnya manfaat yang dapat diberikan oleh produk televisi sebagai salah satu komoditi unggulan industri elektronika dalam sektor non migas, dimana peningkatan ekspornya dapat menggerakkan perekonomian Indonesia ke arah pertumbuhan yang lebih tinggi dan mendorong industrialisasi. Oleh karena itu, para eksportir perlu mengambil langkah antisipasi dengan melakukan perubahan terhadap kebijakan ekspor televisi agar volume ekspor televisi yang cenderung
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
V olu m e E k sp or (r ib u k g) Tahun
(35)
menuru, terutama ekspor ke Malaysia, Singapura, dan Thailand karena Indonesia menjadi fokus nomor satu negara pengekspor televisi terbesar di wilayah ASEAN. Bedasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan industri televisi Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand?
3. Bagaimana kondisi daya saing ekspor televisi Indonesia secara umum? 1.3. Tujuan Penelitian
Bedasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis perkembangan industri televisi Indonesia.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand.
3. Menganalisis kondisi daya saing ekspor televisi Indonesia secara umum. 1.4. Manfaat Penelitian
Penulis berharap adanya kontribusi positif dari penelitian ini dan diharapkan dapat bermanfaat yaitu :
1. Bagi pemerintah, adanya penelitian ini dijadikan sebagai masukan sehingga diharapkan pemerintah sebagai regulator dapat menetapkan strategi kebijakan yang tepat untuk dapat meningkatkan daya saing produk televisi Indonesia di pasar internasional dan mendorong perkembangan
(36)
ekspor televisi Indonesia, khususnya ekspor ke negara Malaysia, Singapura, dan Thailand.
2. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses belajar yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan maupun analisis penulis sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi maupun pihak lain.
3. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai komoditi televisi dengan Harmonized Commodity Description and Coding atau yang lebih dikenal dengan Harmonized System (HS). HS yang digunakan adalah HS sampai level 6 digit yaitu HS 852812. Perumusan model ini dilakukan dengan memfokuskan pada negara importir utama produk televisi Indonesia di wilayah ASEAN yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Sebagai pembanding dalam melihat keunggulan komparatif, pada penelitian ini menggunakan pembanding negara Mexico, China, Polandia, Jepang, dan Amerika Serikat. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan pelaku pasar utama di dunia. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 1996 sampai tahun 2007 karena penggunaan HS 1996 yang baru diberlakukan pada tahun 1996 dan juga karena adanya keterbatasan ketersediaan data yang ada.
(37)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Pengertian Industri
Industri adalah sekumpulan perusahaan yang serupa atau sekelompok dengan produk yang berkaitan erat (Lipsey, 1995). Sedangkan menurut Dumairy (1996), industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan dari beberapa perusahaan sejenis. Kedua, industri dapat diartikan sebagai sebuah sektor ekonomi kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau bahan satengah jadi dengan pengolahan yang bersifat elektrikal atau bahkan manual.
2.1.2. Pengertian Elektronika
Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/ teknik elektronika dan instrumentasi. Alat-alat yang menggunakan dasar kerja elektronika ini biasanya disebut sebagai peralatan elektronik (electronic devices). Contoh peralatan elektronik ini : tabung sinar katoda (cathode ray tube),televisi, perekam DVD, kamera video, kamera digital, komputer pribadi desktop, komputer, laptop, PDA (komputer saku), robot, smart card, dan lain-lain.
(38)
2.1.3. Pengertian Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision : yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda karena mampu mengubah peradaban dunia. Fungsi televisi adalah memberi informasi yang mendidik, menghibur, dan membujuk. Karakteristik televisi yang utama adalah audio visual yaitu dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar. Jadi dari segi pengaruh atau efek kepada masyarakat jelas sedikit lebih kuat dibandingkan efek yang ditimbulkan oleh media massa cetak. Jadi, televisi adalah sistem komunikasi penyiaran dan penerima gambar hidup dan suara dari jauh. Istilah tersebut sudah menyangkut semua aspek program acara televisi dan pemancarannya.
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.2.2. Teori Perdagangan Internasional
Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang tanpak dalam bentuknya yang sudah dikenal serta merupakan suatu interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi konsumen. Terdapat dua hal penting untuk terjadinya perdagangan internasional yaitu spesialisasi produksi dan informasi akan kebutuhan barang yang diperdagangkan. Hal pertama adalah spesialisasi terjadi karena keadaan yang alamiah yakni tumbuhnya atau tersedianya bahan alamiah yang ketersediannya berbeda-beda di berbagai negara. Hal kedua adalah ketersedian informasi yang berkaitan erat dengan tingkat
(39)
kemajuan daya pikir manusia. Informasi diperlukan untuk mengetahui apa yang diperlukan orang lain.
Terdapat dua teori perdagangan yang dikemukakan oleh dua tokoh ekonomi, yakni keunggulan absolut dan dari Adam Smith dan perdagangan bedasarkan keunggulan komparatif David Ricardo. Menurut Adam Smith perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut.
Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Salvatore (1997) menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawarn domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari negara tersebut di lain pihak merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri dan komoditas subtitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik langsung maupun tidak langsung.
(40)
Secara teoritis dampak-dampak yang ditimbulkan dengan adanya pemberlakuan kebijakan perdagangan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pada gambar tersebut misal negara 1 akan mengekspor suatu komoditi ke negara lain yaitu negara 2, apabila harga domestik di negara 1 sebelum terjadinya perdagangan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara 2 struktur harga relatif lebih rendah di negara 1 tersebut disebabkan oleh kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik sebesar segitiga ABE dan dalam hal ini faktor produksi di negara 1 relatif berlimpah. Dengan demikian negara 1 mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, negara 2 mengalami kekurangan penawaran suatu komoditi karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand), sebesar segitiga A’B’E’ sehingga harga menjadi lebih tinggi. Dalam kesempatan ini negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi negara lain yang harganya relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara 1 dan 2 maka akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut.
Dalam hal ini negara 1 akan mengekspor komoditi X ke negara 2 dan penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari P1, sedangkan permintaan di pasar internasional sama dengan P2 maka di
negara 2 terjadi kelebihan permintaan sebesar A’B’E’, sedangkan jika harga
internasional sebesar P2 maka di negara 1 akan terjadi kelebihan suplai sebesar ABE.
(41)
Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara 1 dan kelebihan permintaan di negara 2 akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu sebesar P2 atau dengan kata lain, P2 merupakan harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya kebijakan perdagangan di kedua negara dan merupakan harga yang berlaku di kedua negara (Salvatore, 1997).
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 2.1. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional 2.2.2. Teori Penawaran Ekspor
Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual ke luar negeri. Menurut Salvatore (1997), menyatakan bahwa volume ekspor suatu negara ditentukan oleh harga komoditi tersebut di pasar domestik, harga internasional dan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar (exchange rate), mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa antara harga dan jumlah komoditi yang ditawarkan memiliki hubungan yang positif, yaitu jika harga naik maka jumlah yang akan ditawarkan meningkat pula, begitupun sebaliknya. Lebih jelasnya
Sx Px P2 Ekspor Px Px Sx P1
A A A
P1 Impor Negara I Perdagangan Internasional Negara II P3 B‖ X21 Xint X12 B E Dx Sx
A E’
Dx A’
Dx A‖
O O O
Sx
E‖ B’
(42)
hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan dapat dilihat pada gambar 2.2.
Sumber : Lipsey, 1995
Gambar 2.2. Hubungan Antara Harga dengan jumlah Penawaran Ekspor Penawaran suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah jumlah yang ditawarkan oleh produsen pada konsumen dalam suatu pasar dalam tingkat harga dan waktu tertentu. Penawaran mempengaruhi harga secara negatif jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun karena jumlah komoditis yang ada lebih besar dari yang diinginkan oleh konsumen (Nicholson, 1999).
Penawaran ekspor merupakan selisih antara produksi domestik dikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan persedian atau stok tahun sebelumnya. Secara matematis sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :
Xt = Qt – Ct + St-1 dimana :
P
Q/t S
(43)
Xt = Jumlah ekspor komoditi pada tahun t Qt = Jumlah produksi domestik pada tahun t Ct = Jumlah konsumsi domestik pada tahun t St-1 = Stok tahun sebelumnya
Jika jumlah persediaan tahun sebelumnya diasumsikan nol (0), karena produksi pada tiap tahun semuanya diekspor, dan mengingat permintaan ekspor yang tinggi maka dengan demikian fungsi ekspor dapat dituliskan sebagai berikut:
Xt = Qt – Ct
Faktor- faktor yang memepengaruhi penawaran komoditas adalah harga komoditas tersebut, harga komoditas substitusi, harga faktor produksi, tingkat teknologi, pajak, subsidi, dan nilai tukar (Lipsey, 1995).
1. Harga Komoditas yang Bersangkutan
Suatu teori dasar ekonomi menyatakan bahwa harga sejumlah komoditas mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Hal ini karena peningkatan harga komoditas menyebabkan peningkatan keuntungan yang akan memacu peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya. Dengan demikian perubahan harga suatu komoditas akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva penawaran.
2. Harga Komoditas Substitusi
Perubahan harga komoditas substitusi akan mempengaruhi jumlah penawaran pada komoditas yang bersangkutan. Peningkatan harga komoditas substitusi
(44)
akan menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran komoditas yang bersangkutan.
3. Harga Faktor Produksi
Harga suatu faktor produksi merupakan harga yang harus dikeluarka perusahaan. Dengan meningkatnya harga faktor produksi maka keuntungan yang diterima perusahaan akan berkurang. Hal ini akan berakibat perusahaan produksinya.
4. Tingkat Teknologi
Teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Jika perusahaan menggunakan teknologi baru, fungsi produksi akan bergeser ke bawah yang berarti biaya produksi berkurang. Keuntungan yang akan diperoleh menjadi lebih besar.
5. Pajak dan Subsidi
Pajak mempengaruhi penawaran secara negatif, jika pajak meningkat maka akan diikuti oleh penawaran pajak. Pajak biasanya dikeluarkan dari kebijakan ekonomi pemerintah dalam suatu negara. Subsidi berupa insentif dan bantuan pemerintah yang dikeluarkan untuk melindungi produsen atau konsumen. Kebijakan subsidi dapat mempengaruhi penawaran suatu komoditas.
6. Nilai Tukar
Nilai tukar berkorelasi positif terhadap penawaran ekspor suatu komoditi. Hal ini terjadi karena pada saat nilai tukar mengalami depresiasi, secara teori harga produk dalam negeri relatif lebih murah dibandingkan dengan produk negara lain. Interpretasi lainnya adalah harga jual (ekspor) dari komoditi tersebut
(45)
akan jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan negara eksportir lainnya, sehingga negara-negara importir mau meningkatkan permintaanya. Semakin tinggi nilai tukar akan menyebabkan harga ekspor meningkat, karena ada dorongan dari rupiah tadi, sehingga mendorong peningkatan volume dari ekspor komoditi itu sendiri.
2.2.3 Konsep Daya Saing
a. Konsep Keunggulan Komparatif
Konsep keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage) pertama kali dikemukan oleh David Ricardo pada awal abad ke 19. Konsep keunggulan komparatif Ricardo menyatakan bahwa suatu negara akan cenderung memproduksi dan mengekspor komoditi dengan biaya produksinya secara relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi negara lain dan didasarkan kepada satu produksi saja, yaitu tenaga kerja (Salvatore, 1997). Hukum keunggulan komparatif Ricardo mendasar pada sejumlah asumsi yang disederhanakan, yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, (7) menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima namun asumsi ke tujuh tidak berlaku dan seharusnya tidaj digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif.
Pada tahun 1933 Hecksler dan Olin melakukan pengembangan terhadap Hukum Keunggulan Komparatif Ricardo. Hecksler dan Olin (H-O) menekankan perbedaan tarif faktor pemberian alam (endowment) dan harga faktor-faktor
(46)
produksi antar negara sebagai determinan perdagangan yang paling penting. Teori H-O beranggapan bahwa tiap negara akan mengekspor komoditi yang secara relatif mempunyai faktor produksi yang berlimpah dan murah, serta mengimpor komoditi yang faktor produksinya relatif langka dan mahal (Salvatore,1997). Menurut Tambunan (2001), keunggulan komparatif dapat diukur dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan dapat dihitung nilai dari RCA tersebut.
Indonesia dan negara sedang berkembang lainnya memiliki keunggulan komparatif dalam produksi barang-barang yang faktor-faktor produksi utamanya berlimpah di dalam negeri, seperti tenaga kerja (berpendidikan rendah), tanah dan berbagai macam bahan baku. Namun, pesatnya kemajuan teknologi dan ditambah lagi dengan usaha-usaha yang dilakukan perusahaan-perusahaan selama ini untuk menghemat pemakaian tenaga kerja dan bahan baku dapat mengancam atau bahkan menghilangkan keunggulan komparatif yang dimiliki negara tersebut. Usaha-usaha penghematan tersebut dilakukan dengan cara mengubah proses produksinya, misalnya dengan menerapkan otomatisasi dan menerapkan metode-metode bioteknologi dan pemakaian material-material baru yang menghemat atau tidak sama sekali memerlukan sumber daya alam.
Namun demikian, perlu diakui bahwa kemajuan teknologi tidak hanya perubahan negatif terhadap keunggulan komparatif negara berkembang. Proses teknologi juga dapat meningkatkan keunggulan komparatif dari negara berkembang yang berarti menciptakan kesempatan bagi negara-negara tersebut dengan meningkatkan ekspor mereka. Selain kemajuan teknologi dan usaha
(47)
penghematan tenaga kerja dan input alamiah lainnya, perubahan keunggulan komparatif juga bisa terjadi akibat peningkatan kualitas tenaga kerja. Peningkatan itu membuat tingkat produktivitas tenaga kerja dan efisiensi di dalam proses produksi meningkat serta kualitas produk bertambah baik.
Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif yang dimaksud di atas disebut Revealed Comparative Advantage. Indeks ini menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditas negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia. Dengan kata lain, indeks RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia.
Studi-studi empiris mengenai RCA Indonesia cukup banyak diantaranya dari Aswicahyono (1996), dimana dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Cina, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya, indeks RCA Indonesia paling rendah. Nilai indeks RCA bervariasi antarproduk menurut intensitas faktor produksi yang digunakan. Misalnya, berdasarkan data dari UNIDO untuk periode 1965-1995 menunjukkan bahwa sejak tahun 1983 Indonesia telah memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor produk-produk manufaktur padat sumber daya manusia. Hal itu menunjukkan bahwa daya saing produk-produk manufaktur padat tenaga kerja lebih tinggi dibanding daya saing barang-barang padat modal. Indeks RCA ekspor produk-produk tenaga kerja mencapai 1 sekitar tahun 1990, sedangkan indeks RCA barang-barang padat modal pada tahun yang sama jauh di bawah satu, demikian juga indeks RCA rata-rata untuk ekspor manufaktur.
(48)
b. Konsep Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif suatu negara tergantung pada tingkat sumberdaya relatif yang dimilikinya. Apabila pesaing bertempat di negara-negara lain maka posisi sumber daya yang satu terhadap yang lain beragam sesuai dengan kondisi pasokan sumber daya maing-masing lokasi.
Sumber : Porter, 1990
Gambar 2.3. Sistem Teori Berlian Porter
Penelitian Porter (1990) tentang keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumber daya dan melihat lebih jauh pada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda. Sebagian besar sumber daya yang penting seperti keahlian tenaga kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih melalui investasi oleh orang-orang dan perusahaan. Menurut Porter (1990) ada empat kategori yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional
Peluang
Strategi Perusahaan, Struktur, dan
Persaingan
Kondisi Faktor Sumber Daya :
Alam, Manusia,Teknologi
, Modal, Infrastruktur
Kondisi Permintaan
Industri Terkait
(49)
yaitu faktor-faktor produksi, keadaan permintaan dan tuntutan mutu, industri terkait dan pendukung, faktor struktur, strategi serta persaingan perusahaan. Selain itu faktor eksternal yaitu sistem pemerintahan dan kesempatan kerja. Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut model berlian daya saing internasional (Gambar 2.3).
2.2.4. Data Panel
Data panel atau panel data adalah gabungan dari data time series (antar waktu) dan data cross section (antar individu). Untuk menggambarkan panel data secara singkat, misalkan pada data cross section, nilai dari satu variabel atau lebih dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada suatu waktu waktu. Dalam data panel, unit cross section yang sama di-survey dalam beberapa waktu Regresi dengan menggunakan data panel, memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan standar cross section dan time series (Syahrial, 2004).
Hsiao dalam Syahrial (2004), mencatat bahwa penggunaan data panel dalam penelitian ekonomi memiliki beberapa keuntungan utama dibandingkan data jenis cross section maupun time series. Pertama, dapat memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan degree of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabilitas yang besar dan mengurangi kolinieritas antara variabel penjelas, di mana dapat menghasilkan estimasi ekonometri yang efisien. Kedua, data panel dapat memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat diberikan hanya oleh data cross section atau time series saja. Ketiga, pdata panel dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam inferensi perubahan
(50)
dinamis dibandingkan data cross section. Di samping berbagai keunggulan dimiliki model panel data tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul dalam pemanfaatan data jenis panel, yaitu permasalahan autokorelasi dan heterokedastisitas. Sementara itu ada permasalahan baru yang muncul seperti korelasi silang (cross-correlation) antar unit individu pada periode yang sama.
Estimasi model data panel tergantung kepada asumsi yang dibuat peneliti terhadap konstanta (intercept), koefisien kemiringan (slope coefficients) dan variabel error (error term). Model-model estimasi ini akan ditinjau pada kesempatan lain. Regresi dengan data panel adalah berbeda karena memiliki dua dimensi, yaitu dimensi time series dan dimensi cross-section. Dengan kata lain, regresi data panel merupakan regresi gabungan jangka pendek dan jangka panjang. Ada dua autokorelasi di dalam regresi data panel: autokorelasi residual time series, dan korelasi antar residual. Begitu juga dengan heteroskedastisitas: heteroskedastisitas residual cross-section, heteroskedastisitas antar residual. Analisis data panel merupakan pengembangan dari analisis regresi. Terdapat tiga metode regresi dasar yang ada, yaitu Common Pooled Least Square, Fixed Effect Regression, dan Random Effect.
2.3. Penelitian Terdahulu
2.3.1 Penelitian tentang Penawaran Ekspor Komoditi Indonesia
Penelitian yang dilakukan Rosandi (2007) dalam penelitian yang berjudul
―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi di
Indonesia‖ secara umum bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi di Indonesia. Penulis menggunakan tujuh
(51)
variabel independent, yaitu produksi kopi dalam negeri, konsumsi kopi domestik, harga kopi domestik, harga ekspor kopi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dummy krisis ekonomi dan dummy kebijakan penghapusan kuota ekspor. Variabel produksi kopi dalam negeri berpengaruh nyata dan positif terhadap penawaran ekspor kopi jangka panjang. Variabel konsumsi domestik dan harga kopi domestik dalam jangka panjang berpengaruh nyata dan negatif terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia. Variabel yang pengaruhnya nyata terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang adalah harga ekspor kopi dan nilai tukar (exchange rate).
Untuk periode jangka pendek, penawaran ekspor kopi Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh variabel produksi kopi dalam negeri dan harga kopi domestik dengan pengaruh yang bernilai positif. Variabel konsumsi kopi domestik, harga ekspor kopi dan dummy krisis ekonomi berpengaruh nyata dan positif terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia sedangkan, dummy penghapusan kuota ekspor menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
2.3.2. Penelitian tentang Industri Elektronika
Penelitian Tobing (2008) dalam skripsinya yang berjudul ‖Analisis Daya Saing Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Elektronika di Indonesia‖. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa industri elektronika pra dan pasca modal asing cenderung memiliki struktur pasar yang bersifat oligopoli. Sedangkan bedasarkan penelitian tahun 1990-1999 mengenai analisis struktur, kinerja dan kluster induestri elektronika Indonesia mengasilkan kesimpulan yang sama.
(52)
2.3.3. Penelitian tentang Data Panel
Penelitian Annisa (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ‖Analisis
Daya Saing Teh Hitam Indonesia di Pasar Internasional (Pendekatan Analisis
Data Panel)‖ menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan besarnya pangsa pasar teh hitam Indonesia di Pasar Internasional. Variabel yang digunakan antara lain produksi teh hitam dalam negeri, konsumsi teh hitam di dalam negeri, harga riil teh hitam Indonesia, dan nilai tukar riil. Metode analisis yang digunakan adalah teknik estimasi dengan menggunakan data panel dengan menngunakan data time series selama periode waktu tahun1993-2003 dengan komponen cross section yang digunakan adalah sembilan negara yang menjadi importir terbesar teh hitam dari Indonesia yaitu Inggris, Pakistan, Malaysia, Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Kanada, Jepang dan Selandia Baru.
Bedasarkan pemilihan hasil pengolahan data melalui estimasi model menggunakan data panel dengan metode fixed effect diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia bedasarkan nilai probabilitas yang diperoleh adalah produksi teh hitam dan jumlah konsumsi teh hitam di dalam negeri. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia adalah harga riil teh hitam dan nilai tukar riil.
2.4. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan judul ‖Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan
(53)
time series dengan periode waktu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2007. Variabel bebas yang digunakan antara lain harga ekspor, harga harga domestik, produksi domestik, konsumsi domestik, nilai tukar, lag ekspor dan dummy. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai analisis daya saing komoditi televisi Indonesia secara agrerat, melalui analisis komparatif dan analisis kompetitif. Pada penelitian tentang penawaran ekspor sebelumnya oleh Rosandi (2007) tidak diungkapkan analisis daya saing dari komoditi tersebut dengan melihat bagaimana keunggulan komparatif dan kompetitifnya dan tidak terfokus pada salah satu atau beberapa negara pengimpor dengan menggunakan dummy kebijakan kuota ekspor dan krisis ekonomi sedangkan dalam penelitian ini difokuskan pada tiga negara pengimpor terbesar dengan menggunakan dummy krisis ekonomi.
Pada penelitian tentang elektronika oleh Tobing (2008) objek penelitian masih bersifat agrerat, yaitu semua komoditi dalam industri elektronika secara keseluruhan dan belum spesifikasi untuk produk tertentu, oleh karena itu pada penelitian ini akan difokuskan kepada salah satu komoditi unggulan industri elektronika yaitu televisi. Sedangkan pada penelitian mengenai regresi data panel oleh Anissa (2006) menggunakan data cross section yang jauh lebih banyak yaitu sembilan negara sedangkan pada penelitian ini menggunakan data cross section yang jauh lebih sedikit yaitu hanya tiga negara.
(54)
2.5. Kerangka Pemikiran Operasional
Keterangan :
= Alur Penelitian
= Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 2.5. Alur Kerangka Pemikiran Perdagangan Internasional Negara ASEAN (AFTA) Indonesia Berpotensi untuk Mengembangkan Ekspor Televisi Keunggulan Komparatif dan
Kompetitif Analisis Daya
Saing
Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia,
Singapura, Thailand
Perumusan Model dan Analisis Regresi Panel Data
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Televisi
Indonesia ke Malaysia, Singapura dan Thailand
Saran dan Rekomendasi Kebijakan
Faktor-Faktor :
Harga Domestik
Harga Ekspor
Konsumsi
Produksi
Nilai Tukar
Lag Ekspor
Dummy krisis ekonomi Ekonomi Terbuka
(55)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series) dan antar individu (cross section). Data deret waktu meliputi data tahunan selama 12 tahun yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian (Depperin), Departemen Perdagangan (Depdag), dan Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel). Selain itu pengumpulan data juga dilakukan dari studi kepustakaan dan internet (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian
No. Jenis Data Sumber Data
1. Nilai (US$) dan volume (kg) ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand
BPS, Depperin, Depdag, Comtrade, ITC Comtrade 2. Harga ekspor televisi ke Malaysia,
Singapura, dan Malaysia (US$/kg)
Depdag
3. Harga domestik televisi (US$/kg) Depdag
4. Produksi domestik televisi Indonesia (Kg) BPS, Depperin 5. Konsumsi domestik televisi Indonesia (kg) BPS, Depperin
6. Harga domestik televisi (US$/kg) Depdag
7. Nilai tukar rupiah riil terhadap dollar Amerika (Rp/ US$)
Bank Indonesia 8. Lag ekspor televisi Indonesia ke Malaysia,
Singapura, dan Thailand (kg)
BPS, Depperin, Depdag, Comtrade, ITC Comtrade
(56)
3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriftif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perkembangan industri televisi Indonesia, mengevaluasi kebijakan ekspor televisi Indonesia dan menganalisis keunggulan kompetitf melalui Porter Diamond. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis peningkatan ekspor televisi melalui penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand adalah dengan menggunakan metode data panel serta menganalisis keunggulan komparatif melalui perhitungan indeks RCA. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor televisi ke Malaysia, Singapura, dan Thailand dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini akan diketahui apakah kedua faktor tersebut akan berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran ekspor televisi ke Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang diperoleh merupakan data kuantitatif, sehingga diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Eviews 5.1. Sementara untuk data kualitatif yang diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk narasi. Program Microsoft Excel 2007 digunakan untuk menganalisis plot data volume ekspor televisi Indonesia. Program Eviews 5.1 digunakan untuk mengolah dengan menggunakan model time series dan model cross section. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan data panel.
(1)
Lampiran 4. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke
Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan
Model
Pooled Least Square
dengan pembobotan
(Cross Section Weight)
dan
white Heteroskedastisitas
Dependent Variable: LN_VEX?Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 08/28/09 Time: 05:46
Sample: 1996 2007 Included observations: 12 Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 36
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_PEX? 1.697244 0.651627 2.604623 0.0144 LN_PD? -0.421256 1.057243 -0.398448 0.6932 LN_PROD? 0.493348 0.185462 2.660098 0.0126 LN_KON? -0.305660 0.243206 -1.256791 0.2189 LN_ER? 0.035164 0.249581 0.140890 0.8889 LN_LEX? 0.508031 0.139258 3.648142 0.0010 DUMMY? 0.913579 0.369504 2.472448 0.0195
Weighted Statistics
R-squared 0.905433 Mean dependent var 15.06517 Adjusted R-squared 0.885867 S.D. dependent var 3.050490 S.E. of regression 0.300458 Sum squared resid 2.617981 Durbin-Watson stat 1.653892
Unweighted Statistics
R-squared 0.899408 Mean dependent var 14.47994 Sum squared resid 2.784764 Durbin-Watson stat 1.663065
(2)
Lampiran 5. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke
Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan Model
Fixed Effect
Dependent Variable: LN_VEX? Method: Pooled Least Squares Date: 08/28/09 Time: 05:47 Sample: 1996 2007Included observations: 12 Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.194413 5.012096 1.834445 0.0781 LN_PEX? 0.805493 0.424538 1.897338 0.0689 LN_PD? -1.286627 0.863369 -1.490241 0.1482 LN_PROD? 0.390821 0.197360 1.980243 0.0584 LN_KON? -0.307801 0.280192 -1.098539 0.2820 LN_ER? -0.095507 0.261082 -0.365814 0.7175 LN_LEX? 0.292774 0.099896 2.930777 0.0070 DUMMY? 1.386649 0.276720 5.011010 0.0000 Fixed Effects (Cross)
_MALAYSIA--C -0.167830 _SINGAPURA--C 0.346757 _THAILAND--C -0.178927
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.945298 Mean dependent var 14.47994 Adjusted R-squared 0.926362 S.D. dependent var 0.841378 S.E. of regression 0.228318 Akaike info criterion 0.113982 Sum squared resid 1.355362 Schwarz criterion 0.553848 Log likelihood 7.948322 F-statistic 49.92228 Durbin-Watson stat 1.538710 Prob(F-statistic) 0.000000
(3)
Lampiran 6. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke
Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan
Model
Fixed Effect
dengan pembobotan
(Cross Section Weight)
Dependent Variable: LN_VEX?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 08/28/09 Time: 05:48
Sample: 1996 2007 Included observations: 12 Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 36
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.098244 3.434094 1.484597 0.1497 LN_PEX? 0.802645 0.376291 2.133041 0.0425 LN_PD? -1.013612 0.571158 -1.774662 0.0877 LN_PROD? 0.552719 0.137899 4.008157 0.0005 LN_KON? -0.229316 0.179792 -1.275450 0.2134 LN_ER? -0.073744 0.167043 -0.441469 0.6625 LN_LEX? 0.236056 0.080184 2.943925 0.0067 DUMMY? 1.314605 0.179568 7.320930 0.0000 Fixed Effects (Cross)
_MALAYSIA--C -0.191400 _SINGAPURA--C 0.378752 _THAILAND--C -0.187352
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.973985 Mean dependent var 19.31101 Adjusted R-squared 0.964980 S.D. dependent var 10.50193 S.E. of regression 0.217419 Sum squared resid 1.229043 F-statistic 108.1591 Durbin-Watson stat 1.819202 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.969985 Mean dependent var 14.47994 Sum squared resid 1.418016 Durbin-Watson stat 1.482207
(4)
Lampiran 7. Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke
Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan menggunakan
Model
Fixed Effect
dengan pembobotan
(Cross Section Weight)
dan
white
Heteroskedastisitas
Dependent Variable: LN_VEX?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 08/28/09 Time: 05:48
Sample: 1996 2007 Included observations: 12 Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 36
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.098244 3.650300 1.396665 0.1743
LN_PEX? 0.802645 0.477392 1.681311 0.1047 LN_PD? -1.013612 0.578164 -1.753156 0.0914 LN_PROD? 0.552719 0.156368 3.534736 0.0016 LN_KON? -0.229316 0.184775 -1.241051 0.2257 LN_ER? -0.073744 0.132382 -0.557056 0.5823 LN_LEX? 0.236056 0.126124 1.871621 0.0726 DUMMY? 1.314605 0.142683 9.213449 0.0000 Fixed Effects (Cross)
_MALAYSIA--C -0.191400 _SINGAPURA--C 0.378752 _THAILAND--C -0.187352
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.973985 Mean dependent var 19.31101 Adjusted R-squared 0.964980 S.D. dependent var 10.50193 S.E. of regression 0.217419 Sum squared resid 1.229043 F-statistic 108.1591 Durbin-Watson stat 1.819202 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.969985 Mean dependent var 14.47994 Sum squared resid 1.418016 Durbin-Watson stat 1.482207
(5)
Lampiran 8. Hasil Uji Chow
(Chow Test)
Redundant Fixed Effects TestsPool: VOLEX
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 18.390113 (2,26) 0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LN_VEX?
Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 08/28/09 Time: 05:49
Sample: 1996 2007 Included observations: 12 Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 36 Use pre-specified GLS weights
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.418529 6.453484 1.149539 0.2601 LN_PEX? 1.501318 0.616288 2.436063 0.0215 LN_PD? -0.638355 1.000052 -0.638322 0.5285 LN_PROD? 0.385325 0.181292 2.125443 0.0425 LN_KON? -0.506670 0.324279 -1.562451 0.1294 LN_ER? -0.164023 0.170453 -0.962277 0.3441 LN_LEX? 0.534501 0.120211 4.446350 0.0001 DUMMY? 1.209250 0.367994 3.286059 0.0027
Weighted Statistics
R-squared 0.937184 Mean dependent var 19.31101 Adjusted R-squared 0.921480 S.D. dependent var 10.50193 S.E. of regression 0.325559 Akaike info criterion 3.319970 Sum squared resid 2.967677 Schwarz criterion 3.671864 Log likelihood -51.75947 F-statistic 59.67813 Durbin-Watson stat 1.515220 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.939689 Mean dependent var 14.47994 Sum squared resid 2.849325 Durbin-Watson stat 1.300945
(6)