Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) di KPH Blitar, Perhutani Unit II Jawa Timur.

2

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN
LAHAN PADA TEGAKAN JATI(Tectona grandis)
DI KPH BLITAR, PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

Oleh :
Ma’ruf Hadi
E14102017

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

3

Ma’ruf Hadi, E14102017. Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan
Lahan Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) di KPH Blitar, Perhutani Unit II Jawa
Timur. Dibawah bimbingan Dra. Sri Rahaju, M.Si.
RINGKASAN

Di dunia ini pencemaran udara karena gas-gas emisi terutama
karbondioksida terus meningkat yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini
menjadi salah satu kekhawatiran akan masa depan bumi karena luas hutan yang
ada tidak mampu menyerap gas-gas emisi tersebut. Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang yang memiliki luasan hutan tropis yang tinggi sehingga
kemampuan untuk menyerap karbon juga tinggi. Hutan menyerap karbon melalui
proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Pengukuran terhadap
biomassa dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar simpanan karbon per satuan
luas yang tersimpan dalam hutan. Simpanan

karbon pada

hutan tanaman

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur tanaman, tingkat kesuburan
tanah atau habitat tempat tumbuh, dan jarak tanam atau kerapatannya. Selain itu
potensi karbon juga tersimpan pada tumbuhan bawah, semak, serasah, dan liana.
Karena itu tidak dapat diabaikan karena dapat membuat perhitungan biomassa
total hutan menjadi underestimate. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga
potensi karbon yang tersimpan dalam pengelolaan hutan tanaman


Jati di KPH

Blitar.
Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blitar,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli
sampai Agustus 2006. Obyek dalam penelitian ini adalah tegakan hutan tanaman
Jati (Tectona grandis) mencakup tumbuhan bawah dan serasahnya. Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tarif Volume Lokal, pita ukur, kompas,
timbangan, tali, kantong plastik dan kertas, oven, sabit, gunting, dan alat tulis.
Pengumpulan data dengan cara membuat plot ukur ukuran 20 m x 50 m
sebanyak 3 ulangan untuk masing-masing KU dan bonita. Untuk pengambilan
data tumbuhan bawah dibuat plot ukuran 0,5m x 0,5m sebanyak 10 ulangan. Plot
ini diletakkan didalam plot besar. Data primer tumbuhan bawah yang diperoleh
dihitung berat basahnya dan contoh yang diambil dikeringtanurkan kemudian
dihitung persen kadar air yang digunakan untuk menghitung berat kering total plot

4

per kelas umur. Pengukuran pada tegakan Jati di KU 1 dengan menebang 3 pohon

lalu dicari faktor konversi berat basah ke berat kering. Untuk pendugaan biomassa
pada KU II dan seterusnya diperoleh dari hasil perkalian antara volume rata-rata
pohon dengan berat jenisnya. Volume pohon dicari dengan mengukur keliling
pohon dan menggunakan bantuan tarif volume lokal.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata potensi simpanan karbon
pada hutan Jati dari KU I sampai KU VI berturut-turut adalah 14,95; 37,83; 65,94;
46,12; 63,92; dan125,26 ton/hektar. Simpanan karbon pada tegakan Jati
dipengaruhi umur dan kualitas tempat tumbuh atau bonita. Secara umum
simpanan karbon meningkat sejalan dengan meningkatnya kelas umur dan
semakin baiknya kualitas tempat tumbuh. Sedangkan peningkatan simpanan
karbon tumbuhan bawah dan serasah sangat dipengaruhi oleh umur tegakan dan
penutupan tajuk. Terbukanya areal hutan akibat penjarangan mengakibatkan
penutupan tajuk berkurang dengan semakin bertambahnya kelas umur sehingga
pada kelas umur tua sinar matahari yang mencapai lantai hutan lebih besar
dibandingkan pada kelas umur muda, dalam pertumbuhannya tumbuhan bawah
sangat memerlukan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis maupun
perkecambahan. Potensi simpanan karbon tumbuhan bawah dan serasah terbesar
terdapat pada KU VI yaitu 1,779 ton/hektar dan terendah pada KU I yaitu 0,489
ton/hektar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa potensi

simpanan karbon di atas lahan pada tegakan Jati dipengaruhi oleh umur dan
kondisi tempat tumbuh. Pada umumnya peningkatan

simpanan karbon sejalan

dengan meningkatnya umur dan semakin baiknya (tingkat kesuburan) kondisi
tempat tumbuh. Tumbuhan bawah dan serasah memberi sumbangan yang relative
kecil terhadap total karbon Perbedaan jumlah tumbuhan bawah dipengaruhi umur
tegakan dan penutupan tajuk.

5

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN
LAHAN PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis)
DI KPH BLITAR, PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

Skripsi :
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor


Oleh :
Ma’ruf Hadi
E14102017

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

6

Nama

:PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS
PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN JATI
(Tectona grandis) DI KPH BLITAR, PERHUTANI
UNIT II JAWA TIMUR
: MA’RUF HADI


NRP

: E14102017

Judul Penelitian

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

( Dra. Sri Rahaju, MSi )
NIP . 131 915 303

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan

( Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS )
NIP . 131 430 799


Tanggal lulus : 30 Maret 2007

7

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam tetap tercurahkan
pada suri tauladan kita Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh umatnya yang
senantiasa istiqamah sampai akhir jaman. Penelitian ini dengan judul
” Pendugaan Simpanan Karbon di atas Permukaan Lahan pada Tegakan
Jati (Tectona grandis) di KPH Blitar, Perhutani Unit II Jawa Timur”
bertujuan untuk menduga potensi karbon pada tegakan Jati pada berbagai tingkat
umur dan bonita yang berbeda. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi tentang simpanan karbon pada tegakan Jati .
Penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan informasi yang berguna
dalam pengelolaan hutan. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih
kurang

dari


kesempurnaan

sehingga

perlu

dikembangkan

lagi

untuk

kesempurnaannya. Namun demikian penulis berharap karya kecil ini tidak
mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya. Amien.

Bogor, Maret 2007

Ma’ruf Hadi


8

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Blitar, Jawa Timur pada tanggal 3 Februari
1983. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Suyadi dan Ibu Siti Chorifah.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu TK Darma
Wanita Tulungrejo 1 pada tahun 1989-1990, SD Negeri Tulungrejo 1 tahun 19901996. Kemudian penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Gandusari tahun 19961999 dan SMU Negeri 1 Talun tahun 1999-2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Manajemen hutan,
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tahun 2005 penulis
memilih Inventarisasi Hutan sebagai bidang keahlian.
Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis aktif dalam kepengurusan
Asrama Sylvasari IPB (2003-2005) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fahutan
IPB. Beberapa pengalaman kerja yang penulis dapatkan yaitu pada tahun 2004
mengikuti kegiatan magang di KPH Bojonegoro, tahun 2005 mengikuti Praktek
Pengenalan Hutan di KPH Banyumas Timur dan KPH Banyumas Barat (Jawa
Tengah) serta Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Ngawi (Jawa Timur). Pada
tahun 2006 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di HPH PT. Sarmiento
Parakantja Timber (SARPATIM), Sampit Kalteng.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian
dengan judul : ”Pendugaan Simpanan Karbon di Atas permukaan Lahan
Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) di KPH Blitar, Perhutani Unit II Jawa
Timur” dibawah bimbingan Dra. Sri Rahaju, Msi.

9

UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak terhormat, Ibu tersayang, Jahid Amarudin, Fuad Shodiq, VeIvana
Pramesti dan seluruh keluarga atas segala curahan kasih sayang dan do’a pada
penulis selama kuliah hingga menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Sri Rahaju, MSi selaku pembimbing, atas kesabaran dan keikhlasan
dalam memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat kepada penulis.
3. Bapak Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil
Hutan dan Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku dosen penguji dari
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak ADM KPH Blitar beserta seluruh jajarannya yang telah membantu
pengambilan data di lapangan maupun di kantor KPH Blitar.
5. Rekan-rekan Ramalita (Tyo, Adit, Agus, Eko, Tayun, Katamsi, Aris, Alfa,
mas Ucup, mas Ambon, mas Awang, Ramalita cewek), serta teman-teman
Departemen Manajemen 39 yang tidak bisa saya sebut satu persatu.
6. Saudara seperjuangan di Asrama Sylvasari IPB (Iman, Agus, Suwilin, Yoga,
Khasbi, Benu, Ferry, Eka, Edi, Hara, Fian, Rinaldo, Asrori, Hery, Ilyas,
Ambar, Dian dan Ulil), kakak-kakakku serta adik-adikku tercinta yang telah
memberi pelangi kehidupan bagi penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikannya. Amien.

Bogor, Maret 2007

Ma’ruf Hadi

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan penelitian ........................................................................................... 3
Hipotesis penelitian ....................................................................................... 3
Manfaat penelitian ......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Biomassa ..................................................................................... 4
Karbon ........................................................................................................... 4
Pendugaan dan pengukuran biomassa........................................................... 5
Faktor – faktor yang mempengaruhi biomassa ............................................. 7
Hasil penelitian sebelumnya ......................................................................... 8
Tinjauan umum Jati ....................................................................................... 13
METODE PENELITIAN
Kerangka pendekatan masalah ...................................................................... 16
Lokasi dan waktu Penelitian ......................................................................... 16
Bahan dan Alat .............................................................................................. 16
Pengumpulan data ......................................................................................... 17
Pengolahan dan pengelompokan data ........................................................... 18
Analisis Data ................................................................................................ 20
KEADAAN UMUM LOKASI
Kondisi fisik ................................................................................................. 22
Keadaan hutan .............................................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskriptif data .............................................................................................. 26
Simpanan karbon tegakan Jati ...................................................................... 27
Simpanan karbon tumbuhan bawah dan serasah .......................................... 34

iii

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 38
Saran ............................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN ......................................................................................................... 41

iv

DAFTAR TABEL
No.

Teks

Hal.

1. Biomassa (Berat kering ton/ha) dari beberapa tipe hutan tropika ..................... 8
2. Potensi Karbon di daerah Nunukan, Kalimantan .............................................. 9
3. Biomassa total dan biomassa komersial berbagai tipe hutan ............................ 10
4. Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina............................... 10
5. Simpanan karbon Jati pada berbagai umur di Terai barat, Nepal ..................... 10
6. Biomassa dan karbon per bagian pohon dari beberapa spesies pohon
di India .............................................................................................................. 11
7. Persamaan biomassa bagian – bagian pohon Jati dan biomassa total Jati di
kawasan hutan KPH Cepu.................................................................................11
8. Persamaan allometrik penduga bagian – bagian pohon di BKPH Bagan
Rokan Hilir, Riau .............................................................................................. 12
9. Rata – rata potensi simpanan karbon pada tegakan Jati di kawasan
KPH Madiun ..................................................................................................... 12
10. Penyebaran luas baku menurut kelas hutan di kawasan hutan KPH Blitar..... 23
11. Penyebaran luas hutan dirinci menurut umur dan bonita ................................ 26
12. Simpanan karbon pada tegakan hutan di kawasan KPH Blitar dirinci
menurut umur dan bonita ................................................................................ 28
13. Biomassa dan karbon tumbuhan bawah.dan serasah pada tegakan Jati .......... 34
14. Persentase karbon tumbuhan bawah dengan karbon total di atas lahan
pada tegakan Jati ............................................................................................ 36

v

DAFTAR GAMBAR
No.

Teks

Hal.

1. Plot ukur ukuran 20x50m dan 0,5x0,5m. .......................................................... 18
2a.Grafik simpanan karbon pada KU II. ............................................................... 29
2b.Grafik simpanan karbon pada KU III............................................................... 29
2c.Grafik simpanan karbon pada KU IV............................................................... 29
2d.Grafik simpanan karbon pada KU I. ................................................................ 30
2e.Grafik simpanan karbon pada KU I. ................................................................ 30
2f.Grafik rata-rata simpanan karbon menurut kelas umur .................................... 30
3. Grafik simpanan karbon tumbuhan bawah dan serasah dan kerapatan
tegakan menurut kelas umur .......................................................................... 35

vi

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Teks

Hal.

1.Analisis berat jenis. ............................................................................................ 42
2. Perhitungan konversi berat basah ke berat kering............................................. 43
3. Perhitungan potensi biomassa dan karbon kelas umur (KU) I.......................... 43
4. Biomassa dan karbon pada KU II .................................................................... 44
5. Biomassa dan karbon pada KU III. ................................................................... 44
6. Biomassa dan karbon pada KU IV. ................................................................... 44
7. Biomassa dan karbon pada KU V. .................................................................... 44
8. Biomassa dan karbon pada KU VI. ................................................................... 44
9. Potensi simpanan karbon serasah dan tumbuhan bawah................................... 45
10. Tarif Volume Lokal KPH Blitar......................................................................46
11. Peta Kerja KPH Blitar......................................................................................47

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perubahan global yang salah satunya ditandai dengan perubahan tata guna
hutan untuk dikonversi menjadi area industri, pemukiman, dan berbagai kepentingan
lain telah mempengaruhi keseimbangan ekosistem di bumi diantaranya perubahan
iklim serta meningkatnya akumulasi karbon di udara. Pencemaran udara terutama
oleh gas-gas emisi seperti Karbon dioksida, Metana, Nitrous oksida, Karbon
monoksida di atmosfer yang merupakan gas limbah industri disertai ketidakmampuan
hutan menyerapnya merupakan penyebab terjadinya pemanasan global. Hal ini
meningkatkan kekhawatiran akan masa depan bumi ini. Karena itu berbagai upaya
untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan
kualitas hutan yang luasannya semakin menurun sehingga tetap mampu
mempertahankan fungsi ekologi hutan sebagai penyangga sistem kehidupan.
Berkaitan dengan itu ada upaya untuk mempertahankan keutuhan dan
kelestarian hutan dengan diadakannya konferensi di Kyoto, Jepang yang terkenal
dengan sebutan protokol Kyoto pada tahun 1997. Di dalam protokol Kyoto telah
disepakati bahwa negara-negara maju (Annex 1) harus mengurangi emisi gas rumah
kaca paling sedikit sebesar 5 persen dari tingkat emisi yang dicapai pada tahun 1990.
Kewajiban negara-negara maju dalam menekan emisi di negaranya dapat dilakukan
melalui mekanisme pembangunan bersih atau CDM (Clean Development
Mechanism). CDM adalah salah satu mekanisme yang dihasilkan dalam protokol
Kyoto yang dapat diimplementasikan atau diwujudkan bersama antara negara –
negara maju yang termasuk di dalam Annex 1 dengan negara – negara berkembang
atau non – Annex 1 atas dasar sukarela. Mekanisme ini memungkinkan negara maju
melakukan investasi di negara berkembang pada berbagai sektor untuk mencapai
target penurunan emisinya. Jadi penerapan CDM ini banyak manfaatnya selain
membantu negara berkembang mencapai pembangunan berkelanjutan, tersedia
peluang baru mendapat dana dan teknologi rendah emisi yang dapat diterapkan pada

2

sektor – sektor yang menjadi sumber Gas Rumah Kaca seperti pembangkit energi,
industri, transportasi, dan pengelolaan limbah organik, juga membantu negara maju
memenuhi target penurunan emisi.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang mempunyai hutan yang
cukup luas sangat berpeluang untuk mendapat hal tersebut karena negara- negara
maju yang termasuk golongan Annex 1 dapat mengganti komitmennya dalam bentuk
proyek finansial. Lalu bagaimana cara menghitung besarnya potensi hutan Indonesia
dalam menyerap gas karbondioksida? Untuk itu perlu dipikirkan studi tentang
kemampuan hutan dalam menghasilkan maupun menyerap karbon.
Keberadaan hutan dengan kualitas baik dan luasan yang cukup mutlak
diperlukan untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca. Mekanisme hutan
dalam menurunkan emisi gas CO2 di udara melalui beberapa cara. Pertama dengan
meningkatkan kapasitas penyerapan karbon melalui kegiatan reboisasi (reforestasi),
penghijauan (aforestasi), dan menyimpan karbon pada kayu dan produk – produk
kayu yang tahan lama. Reboisasi atau reforestasi adalah upaya penanaman kembali
pada kawasan hutan yang sudah gundul atau kritis keadaan vegetasinya. Penghijauan
atau aforestasi adalah penanaman pada lahan – lahan kosong di luar kawasan hutan,
umumnya di perkotaan dilakukan dengan menanam pohon – pohon di pinggir jalan.
Kedua menghindari pengurangan atau menjaga keberadaan karbon dalam vegetasi
hutan dan tanah dengan memperlambat laju deforestasi atau perusakan hutan melalui
kegiatan penebangan secara besar – besaran di luar batas kemampuan hutan untuk
pulih kembali, peningkatan efisiensi pemanenan melalui perencanaan dan aturan
penebangan yang baik untuk mencapai hasil optimal, perlindungan pada kawasan
konservasi, dan pengendalian kebakaran hutan.
Simpanan karbon pada hutan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain umur tanaman, tingkat kesuburan tanah atau habitat tempat tumbuh, dan
jarak tanam atau kerapatannya. Selain itu potensi karbon juga tersimpan pada
tumbuhan bawah, semak, serasah, dan liana. Karena itu tidak dapat diabaikan karena
dapat membuat perhitungan biomassa total hutan menjadi underestimate.

3

Studi biomassa merupakan pendekatan untuk menghitung besarnya potensi
hutan dalam menyimpan karbon, karena hampir 50% dari biomassa vegetasi hutan
tersusun atas unsur karbon, unsur itu dapat dilepas ke atmosfer dalam bentuk CO2
apabila hutan dibakar atau ditebang habis. Penelitian ini untuk menduga besarnya
potensi karbon persatuan luas yang tersimpan dalam hutan tanaman jati di KPH
Blitar.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga potensi karbon yang tersimpan
dalam pengelolaan hutan tanaman Jati.

Hipotesis Penelitian
Keragaman potensi karbon dipengaruhi oleh perbedaan umur tanaman, bonita
atau tingkat kesuburan tanah, kerapatan, sistem pengelolaan, dan intensitas
pemanfaatan.

Manfaat Penelitian
Dengan adanya studi ini diharapkan akan menambah informasi data tentang
simpanan karbon pada hutan tanaman Jati. Sehingga nantinya akan tercapai suatu
keseimbangan antara penambahan dan pengurangan karbon dalam hutan agar
tercapainya pengelolaan hutan berasas kelestarian dan manfaat yang berkelanjutan.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian biomassa
Biomassa didefinisikan sebagai jumlah total berat kering semua bagian
tumbuhan hidup, baik seluruh atau hanya sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas yang dinyatakan dalam berat kering persatuan luas (ton/ha) (Whitten et al.
1984). Sedangkan Brown (1997) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan
organik hidup dalam pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit area.
Cintron dan Novelli (1984) dalam Istomo (2002) menyatakan bahwa
biomassa adalah bobot dari bahan organik per unit luasan, yang ada dalam beberapa
komponen ekosistem pada waktu tertentu yang dinyatakan secara umum dalam istilah
bobot kering atau kadang-kadang ada juga yang memberikan istilah bobot kering
bebas abu.
Biomassa dibedakan menjadi dua kategori yaitu biomassa di atas permukaan
tanah dan biomassa di bawah permukaan tanah. Biomassa di atas permukaan tanah
adalah bobot bahan organik per unit luasan pada waktu tertentu yang dihubungkan ke
suatu fungsi sistem produktivitas, umur tegakan, dan distribusi organik (Kusmana et
al. 1992). Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara
dan mengubah bahan tersebut menjadi zat organik melalui proses fotosintesis. Hal ini
tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu,
dan ciri masing-masing tumbuhan. Lebih lanjut disebutkan bahwa jumlah biomassa
di dalam hutan adalah hasil dari perbedaan antara produksi melalui fotosintesis
dengan konsumsi melalui respirasi dan proses penebangan (Whitten et al.1984)

Karbon
Umumnya karbon menyusun 45 – 50 % dari biomassa tumbuhan sehingga
karbon dapat diduga dari setengah jumlah biomassa. Sejak kandungan karbon di
atmosfer meningkat pesat, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon
yang tersimpan dalam hutan. Hutan tropika mengandung biomassa dalam jumlah

5

yang sangat besar, sehingga hutan tropika merupakan tempat cadangan karbon yang
cukup penting. Selain itu karbon juga tersimpan dalam material yang sudah mati
sebagai serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sebagai material
sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore 1985).

Pendugaan dan pengukuran biomassa
Menurut Brown (1997) ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari
pohon yaitu pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas
cabang yang kemudian dirubah menjadi jumlah biomassa (ton/ha), sedangkan yang
kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa.
Tetapi yang menjadi kelemahan persamaan regresi penduga biomassa terbaru
yang berlaku di daerah tropik yang dibuat Brown tidak menyertakan penduga
biomassa perbagian pohon seperti untuk batang, cabang, daun, dan kulit.
Pendekatan pertama oleh Brown menggunakan persamaan dibawah ini.
Biomassa di atas tanah (ton/ha)= VOB x WD x BEF
Dimana: VOB
WD

= Volume batang bebas cabang dengan kulit (m3/ha)
= Kerapatan kayu (kg/m3)

BEF = Faktor ekspansi (Perbandingan total biomassa pohon kering oven di
atas tanah dengan biomassa kering oven volume inventarisasi
hutan). Nilai BEF untuk Jati sebesar 1,26 (Hendri 2001)
Dalam penelitian ini pendugaan biomassanya pada dasarnya juga
menggunakan pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown, namun dengan
beberapa penyesuaian diantaranya pendugaan volume dengan menggunakan Tarif
Volume Lokal Jati untuk KPH Blitar yang telah mencantumkan keliling (cm) dan
volumenya (m3). Persamaan Regresi yang dibuat oleh KPH Blitar untuk Tarif
Volume Lokal Jati KPH Blitar adalah V = 2,67985434 x 10-5 x K 2,170
Dimana: V = Volume (m3)
K = Keliling pohon yang diukur setinggi dada (cm).
Pada penelitian ini juga tidak memakai faktor ekspansi (BEF).
Pendekatan yang kedua dengan menggunakan persamaan regresi biomassa
yang didasarkan atas diameter batang pohon. Dasar dari persamaan regresi ini adalah

6

hanya mendekati biomassa rata-rata per pohon menurut sebaran diameter,
menggabungkan sejumlah pohon pada setiap kelas diameter, dan menjumlahkan total
seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter.
Brown telah membuat model penduga biomassa di hutan tropika dengan
model pangkat Y = a Db atau dengan model polynomial Y = a + bD + cD2
berdasarkan zona wilayah curah hujan kering, lembab, dan basah. Model yang
diusulkan Brown untuk zona lembab adalah:
Y = 1,242 D2 – 12,8 D + 42,69, nilai R2 = 84% (untuk model polynomial)
Y = 0,118 D2,53, R2 = 97% (untuk model pangkat)
Dimana: Y = Biomassa pohon (kg)
D = Diameter rata-rata pada setiap kelas diameter (cm)
R2 = Nilai koefisien determinasi
a b dan c merupakan konstanta
Menurut Chapman (1976) dalam Ojo (2003) bahwa secara garis besar metode
pendugaan biomassa di atas permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi dua cara
yaitu:
1. Metode pendugaan langsung
A. Metode pemanenan individu tanaman.
Metode ini diterapkan pada kondisi tingkat kerapatan tumbuhan /
pohon cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit.
Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan biomassa
seluruh individu dalam unit area.
B. Metode pemanenan kuadrat
Metode ini mengharuskan memanen semua individu pohon dalam
suatu unit area dan menimbangnya. Nilai total biomassa diperoleh
dengan mengkonversi berat bahan organik yang dipanen dalam suatu
unit area.
C. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang
dasar rata-rata.

7

Metode ini diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran yang
seragam. Pohon yang ditebang ditentukan berdasarkan rata-rata
diameternya dan kemudian menimbangnya. Nilai total biomassa
diperoleh dengan menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon
contoh yang ditebang dengan jumlah individu dalam suatu unit area.
2. Metode pendugaan tidak langsung
A. Metode hubungan allometrik
Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi yang terbaik
antar dimensi pohon (berupa diameter dan atau tinggi) dengan
biomassanya. Sebelum membuat persamaan allometrik tersebut,
pohon-pohon yang mewakili sebaran kelas diameter ditebang dan
ditimbang. Umumnya metode ini mengikuti rumus umum yang dibuat
oleh Brown yaitu Y= aDb untuk model pangkat atau
Y= a + bD + cD2 untuk model polynomial. Nilai total biomassa
diperoleh dengan menjumlahkan semua berat individu pohon dari
suatu unit area.
B. Metode crop meter
Metode ini dengan menggunakan seperangkat elektroda listrik yang
kedua kutubnya diletakkan diatas tanah pada jarak tertentu. Biomassa
tumbuhan yang terletak diantara dua elektroda dipantau dengan
memperhatikan electrical capacitance dari alat tersebut.
Biomassa dapat diukur langsung dari pohon dengan membagi pohon menjadi
beberapa komponen ( kayu dengan ukuran berbeda, daun, buah, dan polong) yang
dicari berat basah dan berat kering dari masing-masing komponen untuk mencari
perbedaan kelembaban air (Stewart et al. 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi biomassa
Biomassa tegakan dipengaruhi oleh faktor iklim seperti curah hujan dan suhu,
selain itu juga dipengaruhi oleh umur tegakan, sejarah perkembangan vegetasi,
komposisi dan struktur tegakan (Kusmana 1993). Suhu berpengaruh terhadap proses

8

biologi dalam pengambilan karbon dan penggunaan karbon dalam aktivitas
dekomposer.
Semakin tinggi suhu akan menyebabkan kelembaban udara relatif semakin
berkurang. Kelembaban udara relatif bisa mempengaruhi laju fotosintesis. Hal ini
disebabkan udara relatif yang tinggi akan memiliki tekanan udara uap air parsial yang
lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara parsial CO2 sehingga memudahkan uap
air berdifusi melalui stomata. Akibat selanjutnya laju fotosintesis akan menurun
(Siringo dan Ginting 1997 dalam Ojo 2003).

Hasil penelitian sebelumnya
Biomassa (berat kering) dari hutan di dunia memiliki variasi yang sangat
besar seperti pada tabel 1. Di hutan Riverine, Panama memiliki jumlah biomassa
tertinggi karena memiliki kesuburan tinggi dan dataran rendah sepanjang sungainya.
Tabel 1 memperlihatkan perbedaan biomassa antara tipe – tipe hutan dan bagian –
bagian biomassa pohon. Dimana bagian berat batang lebih besar daripada berat akar
dan daun (Whitmore 1985).
Tabel 1. Biomassa (Berat kering ton/ha) dari beberapa tipe hutan tropika
Hutan dan lokasinya

Biomassa (ton/ha)

Sumber

Batang

Daun

Akar

Hutan Riverine (Panama)

1163

11,3

12

Golley et al (1975)

Hutan Banco (Pantai gading)

504

9

49

Huttel dan Bernhard-reversat
(1975)

Hutan Pasoh (Malaysia)

467

8,2

-

Kato et al (1978)

Hutan Hujan (Brasil)

370

10

-

Klinge (1972)

355

11,3

40

Golley et al (1975)

Hutan Mangrove (Panama)

159

3,5

10

Golley et al (1975)

Hutan Tropika (Thailand)

323

7,8

190

Kira et al (1964)

Hutan Hujan San Carlos

317

8,2

31

Jordan (1980)

314

8,4

56

Hozumi et al (1969)

Hutan Hujan Tropika

(

Panama)

(Venezuela)
Hutan Musim Selalu Hijau
(Kamboja)

9

Hutan Hujan (Kolombia)

314

9

32

Las salas (1978)

Hutan Pegunungan Rendah

269

8,1

-

Odum et al (1970)

258

10,5

71

Golley et al (1975)

Hutan Musim(Kamboja)

145

7,7

13

Hozumi et al (1969)

Hutan Kering Gugur Daun

73

5

19

Singh dan Misra (1978)

11

2,1

21

Hozumi et al (1969)

(Puerto Rico)
Hutan

Hujan

Premontane

(Panama)

(India)
Hutan Rawa (Kamboja)

Murdiyarso (2005) mencatat beberapa hasil penelitian perkiraan karbon di
daerah Nunukan pada hutan magrove, gambut, dan hutan tropis seperti disajikan
berikut
Tabel 2. Potensi Karbon di daerah Nunukan, Kalimantan
Daerah Nunukan sebagai kolam/penyimpan karbon
Tipe vegetasi

Luas di daerah

Pendugaan jumlah

Karbon total pada

Nunukan (ha)

karbon per hektar

tipe vegetasi

(ton/ha)

(ton)

Hutan bukit dan pegunungan

407.008

175

71.226.400

Hutan dataran rendah

176.262

200

35.252.400

Hutan berbatuan karang

9.226

100

922.600

Hutan tepian sungai

6.629

200

1.325.800

Hutan rawa gambut

158.262

5.700

902.093.400

54.238

5.700

309.156.600

103.659

1.440

149.268.960

(ketebalan gambut 5 m)
Hutan rawa gambut bervegetasi
jarang sampai sedang
(ketebalan gambut 5 m)
Mangrove
(ketebalan 2 m dari permukaan)
Total

915.284

1.469.246.160

Sumber : Murdiyarso (2005).
Dari tabel 2 tersebut terlihat luasnya areal gambut dan hutan mangrove di
wilayah Nunukan yang menjadi semacam kolam untuk menyimpan karbon yang
efeknya mampu mengurangi dampak perubahan iklim global.

10

Locatelli (1996) dalam artikelnya tentang penelitian FAO mengenai
pendugaan biomassa total dan biomassa kering inventarisasi hutan atau disebut
biomassa komersial pada berbagai tipe hutan tropik.
Tabel 3. Biomassa total dan biomassa komersial berbagai tipe hutan
Tipe vegetasi

Biomassa total

Biomassa

BT/BC

(ton/ha)

komersial (ton/ha)

faktor
ekpansi

Hutan subpegunungan tropik basah

689,7

416,1

1,7

475,3

272,8

1,7

Hutan hujan tropis pegunungan rendah

552,8

385,0

1,4

Hutan pegunungan tropik basah

415,8

269,7

1,5

374,0

269,7

1,4

Tabel 3. (Lanjutan)
Hutan tropik basah

415,2

229,5

1,8

384,0

201,3

1,7

171,7

110,5

1,6

501,3

297,0

1,7

Hutan subtropika basah

271,8

153,3

1,8

Hutan subtropika kering

78,1

55,0

1,4

89,8

29,0

3,1

Sumber : Locatelli (1996).
Lasco melakukan penelitian mengenai simpanan karbon pada ekosistem hutan
di asia tenggara salah satunya di Nueva Ecija, Philipina yang hasilnya seperti
disajikan pada tabel 4. Namun Lasco mengkonversi karbon dari 45% biomassanya,
berbeda dengan Brown yang mengkonversi karbon dari 50% biomassa.
Tabel 4. Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina
Spesies

Umur

Rata-rata dbh

Biomassa

Karbon

(tahun)

(cm)

(ton/ha)

(ton/ha)

Acacia auriculiformis

9

8,71

32

14,4

Tectona grandis

13

5,5

8,7

3,92

Gmelina arborea

6

7,33

17,22

7,75

Pinus kesiya

13

12,53

107,83

48,52

11

Pada penelitian tentang pertumbuhan Jati di Terai barat, Nepal yang dilakukan
oleh Thapa and Gautam menduga simpanan karbon Jati pada berbagai umur seperti
pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Simpanan karbon Jati pada berbagai umur di Terai barat, Nepal
Umur

Karbon (ton/ha)

(tahun)

Kayu

Daun-daunan

Total

7,5

30,32

2,08

33

8,5

36,81

2,41

39,22

9,5

47,60

2,94

50,54

10,5

52,75

3,17

55,92

11,5

58,55

3,43

61,98

Di India, penelitian tentang pendugaan karbon beberapa bagian pohon
meliputi kayu, kulit kayu, dan daun untuk beberapa spesies pohon yang dilakukan
oleh Negi (2003) dari Forest Ecology and Environment Division, Forest Research
Institute, Dehra Dun India yang hasilnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6. Biomassa dan karbon per bagian pohon dari beberapa spesies pohon di
India
Spesies

Biomassa (ton/ha)

Karbon (ton/ha)

Kayu

Kulit kayu

Daun

Kayu

Kulit kayu

Daun

Dalbergia sissoo

33,35

6,35

3,33

16,68

3,18

1,67

Araucaria spp

141,71

32,49

5,95

70,86

16,25

2,98

Tectona grandis

67,50

13,71

5,33

33,75

6,86

2,67

Eucalyptus hybrid

161,00

15,90

3,90

80,50

7,95

1,95

Pinus roxburghii

214,93

11,85

7,00

107,47

5,93

3,5

Shorea robusta *

253,90

50,62

8,65

126,95

25,31

4,33

Shorea robusta**

157,42

56,95

5,02

78,71

28,48

2,51

Ket : * dan ** menunjukkan contoh dari dua lokasi berbeda
Hendri (2001) menduga biomassa bagian-bagian pohon jati dengan
menggunakan metode destruktif ( pemanenan individu pohon) yang dilakukan pada
24 pohon contoh pada tegakan Jati KPH Cepu Perum Perhutani unit 1 Jawa Tengah

12

memperoleh persamaan biomassa dari bagian-bagian pohon Jati di kawasan tersebut
sebagaimana dalam tabel 7 berikut.
Tabel 7. Persamaan biomassa bagian – bagian pohon Jati dan biomassa total Jati di
kawasan hutan KPH Cepu
Biomasa bagian pohon
Persamaan allometrik
R2
Batang
Y= 0,11246 D2,34
95,2%
Cabang
Y= 0,00331 D2,83
92,6%
2,24
Ranting
Y= 0,00977 D
86,0%
1,05
Daun
Y= 0,15848 D
60,6%
Tunggak
Y= 0,10069 D1,85
84,3%
2,30
Total pohon diatas
Y= 0,20091 D
95,4%
tanah
Akar
Y= 0,03199 D1,77
72,9%
Total keseluruhan
Y= 0,22029 D2,28
95,3%
Y = Biomassa (ton/ha)
D = Diameter (cm)
R2= Nilai koefisien determinasi
Sumber : Hendri (2001).
Istomo (2002), dengan menggunakan metode pemanenan langsung pohon
berdiameter ≥ 10 cm pada petak contoh seluas 20 m x 20 m di BKPH Bagan
Kabupaten Rokan Hilir, Riau memperoleh persamaan allometrik penduga biomassa
pohon seperti tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Persamaan allometrik penduga bagian – bagian pohon di BKPH Bagan
Rokan Hilir, Riau
R2 (%)

Model

Model pendugaan

Batang

W = 0,7053 D2 – 16,518 D + 147,26
3

2

95

Cabang

W = -0,0142 D + 1,553 D - 31,817 D + 203,74

87

Ranting

W = 0,00021 D3 – 0,1481 D2 + 3,527 D - 21,202

93

3

2

Kulit

W = 0,003 D – 0,1394 D + 21,1887 D

91

Daun

W = - 0,006 D3 + 1,3696 D2 – 12,482

73

Total

3

2

W = 0,0145 D – 0,4659 D + 30,64 D – 263,32

W = Biomassa (ton/ha)
D = Diameter (cm)
R2= Nilai koefisien determinasi
Sumber : Istomo (2002)

96

13

Penelitian tentang potensi karbon pada hutan Jati seperti yang dilakukan oleh
Ojo (2003) yang menduga potensi biomassa di KPH Madiun yang hasilnya seperti
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Rata – rata potensi simpanan karbon pada tegakan Jati di kawasan KPH
Madiun
Kelas hutan

Kerapatan

Diameter

(phn/ha)

rata (cm)

rata-

Simpanan karbon (ton/ha)
Rata-rata

Batas bawah

Batas
atas

KU I

884±95

12,3±0,7

24,48

22,51

26,45

KU II

1016±52

13,1±0,59

35,54

34

37,07

KU III

503±26

19±0,59

39,53

37,92

41,14

KU IV

321±28

24,4±1,08

45,79

42,99

48,6

KU V

188±18

33,6±1,38

53,82

51,25

56,39

KU VI

108±11

43,9±2,23

61,80

57,55

66,04

KU VII

112±31

45,4±2,78

61,11

55,99

64,01

KU VIII

92±35

49,9±7,88

64,39

57,47

71,31

Miskin riap

108±40

36,4±2,4

30,35

28,36

32,34

210±29

20,7±1,69

15,64

14,47

17,1

Tanaman kayu lain

443±135

25,1±5,55

31,06

20,67

41,44

Hutan

47±15

55,2±7,4

48,18

29,68

66,52

597±62

21±1,31

38,30

34,68

41,91

Tanaman jati merana

469±184

12,1±2

13,43

8,37

18,13

Hutan

150

60,8

222

-

-

Tanaman

jati

bertumbuhan kurang

Tabel 9. (Lanjutan)
lindung

terbatas
Tanaman jenis kayu
lain

lindung

campur

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata simpanan karbon pada kelas
hutan produktif berkisar antara 24,48 – 64,39 ton /ha, kelas hutan Jati tidak produktif
berkisar antara 15,64 – 31,06 ton/ha serta kelas hutan bukan untuk produksi kayu Jati
berkisar antara 13,43 – 48,18 ton /ha.

14

Tinjauan umum Jati
Tanaman Jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi.
Jati (Tectona grandis Linn. f ) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki
kayu bernilai ekonomis tinggi dan serbaguna.
Jati termasuk famili Verbenaceae . Di Indonesia Jati dikenal dengan nama
yang berbeda – beda, diantaranya deleg, dodokan, jate, jatih, jatos, kiati, dan
kuludawa. Sedangkan di negara lain dikenal dengan nama giati ( Venezuela), teak
(Birma, India, Thailand, USA, Jerman), teck (Prancis), dan tea (Brazil) (Martawijaya
et al. 1981)
Menurut Sumarna (2001) bahwa dalam sistem taksonomi, tanaman Jati
mempunyai penggolongan sebagai berikut
Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Verbenales

Famili

: Verbenaceae

Genus

: Tectona

Spesies

: Tectona grandis Linn. f

Dengan berkembangnya pengetahuan teknis budidaya Jati (Tectona grandis)
saat ini tanaman Jati telah menyebar luas meliputi Asia Tenggara: Nepal, Pakistan,
Srilanka, Vietnam, Kamboja, Jepang. Di Pasifik: Australia, Fiji.
Afrika: Tanzania, Somalia, Sudan, Zimbabwe, Uganda, Kenya, Senegal, Pantai
Gading, Ghana, Puerto Rico, Panama, Honduras, Jamaika, Kuba.dan di Amerika
meliputi Brazil, Suriname, Colombia, Venezuela, Argentina, Kosta Rika, El Salvador.
Jati merupakan tumbuhan asli India, Burma, Thailand, dan Vietnam serta
menyebar di Jawa dan beberapa pulau di Indonesia (Departemen Kehutanan 1991).
Ada indikasi Jati dikenalkan ke pulau Jawa sekitar 400 – 600 tahun yang lalu.Di
indonesia sendiri sampai tahun 1975 tercatat ada sekitar 774.000 ha tanaman Jati

15

yang menyebar mulai Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Lampung,
Bali, hingga NTB (Sumarna 2003).
Jati tumbuh baik di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan
C sampai F, jumlah hujan rata-rata 1200-2000 mm/tahun dan ketinggian tempat
sampai 700 mdpl. Jati dapat tumbuh pada berbagai macam formasi geologi dan tidak
terikat pada satu jenis tanah tertentu, tetapi memerlukan tanah yang berdrainase baik
dan beraerasi cukup. Pada tanah – tanah yang dangkal, padat, serta becek
pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang hama penyakit. Jati memiliki
kombinasi sifat yang baik yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis kayu lainnya seperti
tahan lama dan sangat awet, dapat digunakan untuk tujuan-tujuan kayu pertukangan
karena memiliki penampakan yang cukup baik, kembang susut sedikit, mudah
dikerjakan dan dipaku serta memiliki kemampuan menahan beban yang baik
(Martawijaya et al. 1981).
Secara morfologis Jati dapat mencapai tinggi 30–45 m, dengan tinggi bebas
cabang mencapai 15-20 m, diameter dapat mencapai 220 cm ( umumnya 50 cm) serta
berbentuk tidak teratur dan beralur. Keadaan setempat dimana pohon itu tumbuh
sangat berpengaruh dimana ketika keadaan tegakan Jati yang saling menutup
tajuknya

akan

menyebabkan

pertumbuhan

batang

menjadi

kuat

memulai

percabangannya pada ketinggian 18 – 20 meter. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau
abu-abu dan mudah terkelupas. Secara geografis tanaman Jati tumbuh di tanah
dengan bahan induk berasal dari formasi limestone, granit, gneis, mica shist,
sandstone, guartzise, konglomerat, shale, dan clay. Jati memerlukan solum lahan
yang dalam dan keasaman tanah (pH) optimum berkisar 6,0 (Sumarna 2003).
Kayu Jati termasuk ke dalam kelas kuat II dan kelas awet II, sehingga sangat
baik untuk berbagai jenis keperluan bangunan maupun alat rumah tangga. Kayu ini
sangat praktis dan cocok untuk segala jenis konstruksi seperti tiang, balok dan
gelagar pada bangunan rumah dan jembatan, rangka atap, kusen pintu dan jendela,
tiang dan papan bendungan dalam air tawar, bantalan dan kayu perkakas kereta api,
meubel, kulit dan dek kapal (Martawijaya et al. 1981).

16

Selain itu dengan profil yang ditunjukkan oleh garis lingkar tumbuh yang unik
dan bernilai artistik tinggi, Jati dibutuhkan para seniman pahat dan pengrajin industri
furniture untuk dijadikan berbagai barang jadi misalnya mebel dan berbagai jenis
barang kerajinan rumah tangga. Secara teknis kayu Jati dapat digunakan sebagai
wadah bagi berbagai jenis produk industri kimia karena daya tahannya terhadap
berbagai bahan kimia (Sumarna 2001).

17

METODE PENELITIAN

Kerangka Pendekatan Masalah
Biomassa hutan memiliki simpanan karbon yang cukup potensial karena
hampir 50 % dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon dan unsur
tersebut dapat dilepas ke atmosfer dalam bentuk CO2 apabila hutan dibakar. Biomassa
tumbuhan bertambah karena tumbuhan tersebut menyerap CO2 dari atmosfer dan
mengubah senyawa tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis (
Whitmore, 1985).
Adanya penambahan biomassa pada vegetasi hutan dikarenakan pertumbuhan
dari pohon atau tegakan yang secara langsung dapat dilihat dari pertambahan tinggi
atau diameter batangnya. Sedangkan penurunan biomassa hutan lebih diakibatkan
oleh pengelolaan hutan yang tidak lestari, perubahan tata guna lahan, laju deforestasi
(perusakan hutan) yang tinggi, praktek pembalakan dan pencurian yang tidak
terkendali serta kebakaran hutan. Hal itu lebih menyebabkan jumlah biomassa yang
keluar dari hutan lebih besar daripada penambahan biomassa itu sendiri. Oleh karena
itu pengurangan dan penambahan biomassa pada vegetasi hutan dapat diatur dengan
pengelolaan hutan yang baik, tepat dan memperhatikan aspek kelestarian yang
berkelanjutan.
Studi terhadap pendugaan potensi simpanan biomassa sangat diperlukan untuk
menambah informasi data tentang simpanan karbon dalam hutan tanaman yang
didasarkan pada keragaman umur dan bonitanya.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blitar,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Waktu penelitian dimulai pada pertengahan Juli
sampai Agustus 2006.

Bahan dan Alat

18

Obyek dalam penelitian ini adalah tegakan hutan tanaman Jati (Tectona
grandis) mencakup tumbuhan bawah dan serasahnya. Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pita ukur, kompas, timbangan, tali, kantong plastik dan
kertas, oven, sabit, gunting, dan alat tulis.

Pengumpulan data
Macam data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 macam:
1.Data primer berupa diameter setinggi dada DBH (diameter batang setinggi 130 cm
di atas permukaan tanah atau 20 cm di atas banir) dari tegakan yang diukur
langsung dilapangan. Serta data berat basah dan berat kering dari tumbuhan bawah
dan serasah.
2.Data sekunder untuk menghitung volume berupa Tarif Volume Lokal (TVL), Peta
wilayah kerja KPH Blitar, penyebaran kelas umur (KU) dan penyebaran bonita
serta keadaan umum lokasi penelitian.

Cara pengumpulan data
Data tegakan diambil berdasarkan umur dan bonita. Jumlah kelas bonita
diambil sebanyak yang ada di lokasi penelitian. Sedangkan untuk umur dibagi
berdasarkan kelas umur (KU) yang ada (KU 1 sampai KU VI). Pengumpulan data
dengan cara membuat plot ukur ukuran 20 m x 50 m sebanyak 3 ulangan untuk
masing-masing KU dan bonita
Untuk pengambilan data tumbuhan bawah dibuat plot ukuran 0,5m x 0,5m
sebanyak 10 ulangan. Plot ini diletakkan didalam plot besar (20 x 50m) jadi didalam
setiap plot besar ada 10 plot kecil. Pengambilan contoh tersebut dengan cara dibabat
(tebas habis) semua tumbuhan bawah yang ada dalam plot tersebut, kemudian
dimasukkan kantong bersama serasahnya dan ditimbang untuk mendapatkan berat
basah. Kemudian diambil contoh sebanyak 300 gram ditimbang untuk mendapatkan
berat basah contoh, dikeringkan dengan suhu 800C selama 48 jam untuk mendapatkan
berat kering contoh.

19

50 m

20m
= lokasi plot ukuran 0,5m x 0,5 m yang diambil vegetasinya
Gambar 1. Plot ukur ukuran 20x50m dan 0,5x0,5m
Pengolahan dan pengelompokan data
1.Pengukuran biomassa tumbuhan bawah
Data primer tumbuhan bawah yang diperoleh dihitung berat basahnya dan
contoh yang diambil dikeringtanurkan untuk mengetahui berat keringnya. Kemudian
dihitung persen kadar air dengan menggunakan persamaan Haygreen dan Bowyer
(1982) dengan rumus:
%KA =

BBc − BKc
x 100%
BKc

Persen KA yang diperoleh digunakan untuk menghitung berat kering total plot
per kelas umur dengan rumus berat kering berikut:
BK =

Keterangan:

BB
1+ % KA
BK = Berat kering (kg)

BBc = berat basah contoh (kg)

BB = Berat basah (kg)

BKc = berat kering contoh (kg)

% KA = Persen kadar air
Kemudian berat kering total plot dikonversi ke satuan biomassa tumbuhan
bawah ton per hektar. Potensi karbon per hektar dicari dari setengah biomassanya.
2. Pengukuran biomassa tegakan.

20

Pengukuran pada tegakan Jati di KU 1 dengan menebang 3 pohon sebatas
permukaan tanah, dipisahkan batangnya dan ditimbang untuk mengetahui berat
basahnya. Kemudian diambil contoh batang sebanyak 200 gram karena sudah
mencukupi untuk dijadikan sebagai contoh dengan tiga ulangan, ditimbang untuk
mendapat data berat basah contoh (BBc). Setelah itu dikeringtanurkan untuk
mendapat data berat kering contoh (BKc). Biomassa kering tanur dihitung dengan
rumus seperti yang digunakan oleh Istomo (2002) yaitu:
BK = Fk x BB
Fk =
Keterangan:

BKc
x100%
BBc
BK = Berat kering biomassa (kg), BBc = berat basah contoh (kg)
BB = Berat basah biomassa (kg), BKc = berat kering contoh (kg)
Fk = Faktor konversi berat basah ke berat kering

Biomassa pada KU 1 ini dihitung dari hasil kali berat kering biomassa ratarata

ketiga pohon yang sudah ditebang tersebut dengan kerapatan tegakannya

(jumlah pohon per hektar).
Untuk pendugaan biomassa pada KU II dan seterusnya diperoleh dari hasil
perkalian antara volume rata-rata pohon dengan kerapatan kayunya. Kerapatan kayu
diperoleh dari Berat kering tanur dan volume batang kayu contoh dari ketiga pohon
yang sudah ditebang tersebut dengan menggunakan rumus:
Kerapatan kayu =

BKT
Volume awal

Dimana BKT = berat kering tanur contoh (gram)
Volume awal dicari dengan memasukkan batang kayu contoh kedalam gelas
ukur berisi air. Kemudian dihitung selisih volume air dalam gelas ukur sebelum
batang kayu contoh dimasukkan dan setelah batang kayu contoh dimasukkan.
Volume kayu merupakan jumlah air yang dipindahkan atau selisih antara volume air
sebelum dan sesudah batang kayu contoh dimasukkan. Metode ini digunakan karena
batang kayu yang dijadikan sampel berbentuk tidak teratur atau tidak berbentuk
silinder sempurna. Sebelum batang kayu contoh dimasukkan kedalam gelas ukur,

21

terlebih dahulu batang kayu contoh dilapisi lilin untuk mencegah agar air tidak masuk
lewat pori – pori kayu.
Kerapatan kayu ini nantinya akan digunakan untuk mencari biomassanya
sehingga biomassa merupakan keseluruhan berat kering total tegakan.
Pendugaan biomassa menggunakan metode pendekatan volume seperti yang
diusulkan Brown namun dengan ada beberapa modifikasi seperti yang sudah
dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pendugaan dan pengukuran biomassa.
Perhitungan volume pohon rata-rata dengan melalui tahapan berikut:
1. Mengukur diameter untuk mencari volume per pohon dengan bantuan tarif
volume lokal dilanjutkan menghitung rata- rata volume dari tiap plot.
2. Menghitung rata-rata volume dari 3 plot dengan rumus
Vrata-rata =

V1 + V 2 + V 3
3

V1, V2, V3 adalah volume rata-rata pada plot ke1,2, dan3
3.Volume rata-rata tegakan per hektar dihitung dari Volume rata-rata 3 plot
dikalikan 10 karena rata-rata luas tiap plot adalah 0,1 ha, sehingga untuk mencari
volume per hektarnya harus dikalikan 10.
Volume rata-rata per ha = Volume rata-rata plot x 10
4.Untuk mencari biomassa tegakan per hektar dicari dari volume rata-rata per ha dan
kerapatan kayunya.
Yn = Volume rata-rata per ha X berat jenis(BJ)
Yn adalah biomassa per ha.

Perhitungan karbon

Karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari
jumlah biomassa, karena hampir 50 % dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun
atas unsur karbon (Brown 1997) yaitu dengan menggunakan rumus :
C = Yn x 0,5
C = Karbon (ton/ha)
Yn = Biomassa tegakan (ton/ha)

22

0,5 = faktor konversi dari standar Internasional untuk pendugaan karbon.

Analisis data

Analisis

data

dilakukan

setelah

data

dikelompokkan

dan

diolah.

Pengelomp

Dokumen yang terkait

Studi Efisiensi Metoda Tree Sampling dalam Pendugaan Dimensi Tegakan Jati (Tectona grandis) di KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 15 64

Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pada Tegakan Akasia (Acacia mangium Willd.) di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 7 61

Evaluasi Perubahan Kelas Hutan Produktif Tegakan Jati (Tectona grandis L.f.) (Kasus di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

5 55 75

Studi laju degradasi hutan jati (Tectona grandis) KPH Bojonegoro perum perhutani unit II Jawa Timur

0 10 100

Pendugaan Kandungan Karbon pada Tegakan Jati (Tectona Grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di Kph Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 51 91

Pendugaan potensi kandungan karbon pada tegakan jati (Tectona grandis Linn. F) di areal KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

1 16 89

Pendugaan potensi kandungan karbon pada tegakan jati (tectona grandis linn.f) di areal kph cianjur perum perhutani Unit iii jawa barat dan banten

1 6 1

Penggunaan Citra Resolusi Tinggi untuk Pendugaan Sediaan Tegakan Jati (Tectona grandis, Linn.f) dengan Teknik Double Sampling di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 15 152

Pendugaan Nilai Tegakan dan Analisis Nilai Tambah Jati (Tectona grandis L.f.) di KPH Pemalang Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

1 6 33

Pendugaan Potensi Simpanan Biomasa dan Karbon dari Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Indramayu

0 8 28