Pendugaan Kandungan Karbon pada Tegakan Jati (Tectona Grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di Kph Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
KEBAKARAN PERMUKAAN DI KPH MALANG,
PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
DODDY JULI IRAWAN E44052357
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
KEBAKARAN PERMUKAAN DI KPH MALANG,
PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Doddy Juli Irawan
E44052357
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(3)
Nama : Doddy Juli Irawan
NRP : E44052357
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr.) NIP. 19641110 199002 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
(Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr) NIP. 19611126 198601 1 001
(4)
(5)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pendugaan
Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan
Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 23 Juni 2009
Doddy Juli Irawan NIM. E44052357
(6)
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan kasih sayangNya sehingga skripsi yang berjudul Pendugaan
Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dapat diselesaikan. Mengingat hutan di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK), maka diharapkan kejadian kebakaran hutan dan lahan yang disengaja maupun tidak disengaja dapat berkurang atau tidak terjadi sama sekali.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Penulis berharap karya kecil ini tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, 23 Juni 2009
(7)
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 5 Juli 1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan dr. Irwin Wijaya dan Sri Rahayu, S.Pd. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMAN I Sooko Mojokerto dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dengan memilih mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan sebagai pilihan pertama pada tingkat dua dan selanjutnya menekuni bidang Kebakaran Hutan dan Lahan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Deputy Local Director dan Control Council Local
Committee IAAS (International Association of Students in Agricultural and
related Sciences), anggota IFSA (International Forestry Student Association), ketua divisi BEM E (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB), anggota DPM TPB (Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama), anggota IDC (IPB Debating Community), anggota UVB (UNICEF Volunteer Board) Jakarta, ketua divisi Himpro TGC (Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur), anggota Omda Himasurya Plus serta anggota SEAYEN (South East Asia Youth Environment Networking). Selain itu, Penulis memiliki pengalaman internasional dengan mengikuti seminar maupun symposium di beberapa negara yaitu Jerman, Swiss, Cina, Malaysia, dan Korea.
Penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Cilacap-Baturaden, melakukan kegiatan magang di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Mojokerto serta melaksankan Praktek Kerja Profesi (PKP) di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Malang.
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, Penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Pendugaan Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona
grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.
Bogor, 23 Juni 2009
(8)
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran terselesaikannya penyusunan skripsi, terutama kepada :
1. Papa, Mama, Mbak Cindy, Kang Man yang telah menjadi sumber
inspirasi bagi penulis, serta keluarga besar atas semangat dan doanya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr yang telah menjadi
dosen pembimbing skripsi dan sekaligus memberikan banyak masukan dalam kesempurnaan penyusunan skripsi.
3. Bapak Prof. I. G. K. Tapa Dharma, M.Sc. yang telah menjadi dosen
pembimbing akademik.
4. Bapak Ir. Jajang Suryana, M.Sc selaku dosen penguji dari Departemen
Hasil Hutan, Ibu Dra. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan, serta Bapak Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata atas masukan dalam penyempurnaan skripsi.
5. Komisi Pendidikan Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam pengurusan administrasi.
6. Ir. Prana Indra Jatiharto, MM selaku Bapak Administratur KPH
Malang, beserta seluruh jajaran yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Aki Leander, Bapak Didiet, Bapak Budi, Bapak Sugyono,
Bapak Sukirno, Bapak Nanang, Ibu Tri, Bapak Toha, Bapak Muryono, Bapak Asper Pujon dan Bapak Asper Sengguruh beserta seluruh staff.
8. Teman-teman Departemen Silvikultur 42 serta sahabat terbaikku
Dewangga, Heri, Asep, Fifi, Agus, Rifa, Putri, Deviyanti, Sanchez, Tami, Farah dan Yohana.
9. Teman-teman dan keluarga besar IAAS, IFSA, Omda Himasurya Plus,
(9)
Bogor, 23 Juni 2009
(10)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
RIWAYAT HIDUP... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Manfaat Penelitian ... 2
1.4. Kerangka Pemikiran... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Kebakaran Hutan dan Lahan... 4
2. 1. 1. Pengertian... 4
2. 1. 2. Proses Terjadinya Kebakaran... 4
2. 1. 3. Klasifikasi Kebakaran Hutan ... 5
2. 2. Karbon... 6
2. 3. Pengertian Biomassa ... 6
2. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biomassa... 7
2. 5. Pengukuran dan Pendugaan Biomassa... 8
2. 6. Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon ... 10
2. 7. Tinjauan Umum Jati (Tectona grandis) ... 11
III. METODE PENELITIAN 3. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
3. 2. Alat dan Bahan... 13
3. 3. Metode Pengambilan Data ... 13
3. 4. Metode Penelitian ... 14
3. 5. Analisis Data ... 15
(11)
KEBAKARAN PERMUKAAN DI KPH MALANG,
PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
DODDY JULI IRAWAN E44052357
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
KEBAKARAN PERMUKAAN DI KPH MALANG,
PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Doddy Juli Irawan
E44052357
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(13)
Nama : Doddy Juli Irawan
NRP : E44052357
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr.) NIP. 19641110 199002 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
(Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr) NIP. 19611126 198601 1 001
(14)
(15)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pendugaan
Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan
Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 23 Juni 2009
Doddy Juli Irawan NIM. E44052357
(16)
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan kasih sayangNya sehingga skripsi yang berjudul Pendugaan
Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dapat diselesaikan. Mengingat hutan di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK), maka diharapkan kejadian kebakaran hutan dan lahan yang disengaja maupun tidak disengaja dapat berkurang atau tidak terjadi sama sekali.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Penulis berharap karya kecil ini tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, 23 Juni 2009
(17)
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 5 Juli 1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan dr. Irwin Wijaya dan Sri Rahayu, S.Pd. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMAN I Sooko Mojokerto dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dengan memilih mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan sebagai pilihan pertama pada tingkat dua dan selanjutnya menekuni bidang Kebakaran Hutan dan Lahan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Deputy Local Director dan Control Council Local
Committee IAAS (International Association of Students in Agricultural and
related Sciences), anggota IFSA (International Forestry Student Association), ketua divisi BEM E (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB), anggota DPM TPB (Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama), anggota IDC (IPB Debating Community), anggota UVB (UNICEF Volunteer Board) Jakarta, ketua divisi Himpro TGC (Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur), anggota Omda Himasurya Plus serta anggota SEAYEN (South East Asia Youth Environment Networking). Selain itu, Penulis memiliki pengalaman internasional dengan mengikuti seminar maupun symposium di beberapa negara yaitu Jerman, Swiss, Cina, Malaysia, dan Korea.
Penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Cilacap-Baturaden, melakukan kegiatan magang di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Mojokerto serta melaksankan Praktek Kerja Profesi (PKP) di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Malang.
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, Penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Pendugaan Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona
grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.
Bogor, 23 Juni 2009
(18)
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran terselesaikannya penyusunan skripsi, terutama kepada :
1. Papa, Mama, Mbak Cindy, Kang Man yang telah menjadi sumber
inspirasi bagi penulis, serta keluarga besar atas semangat dan doanya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr yang telah menjadi
dosen pembimbing skripsi dan sekaligus memberikan banyak masukan dalam kesempurnaan penyusunan skripsi.
3. Bapak Prof. I. G. K. Tapa Dharma, M.Sc. yang telah menjadi dosen
pembimbing akademik.
4. Bapak Ir. Jajang Suryana, M.Sc selaku dosen penguji dari Departemen
Hasil Hutan, Ibu Dra. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan, serta Bapak Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata atas masukan dalam penyempurnaan skripsi.
5. Komisi Pendidikan Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam pengurusan administrasi.
6. Ir. Prana Indra Jatiharto, MM selaku Bapak Administratur KPH
Malang, beserta seluruh jajaran yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Aki Leander, Bapak Didiet, Bapak Budi, Bapak Sugyono,
Bapak Sukirno, Bapak Nanang, Ibu Tri, Bapak Toha, Bapak Muryono, Bapak Asper Pujon dan Bapak Asper Sengguruh beserta seluruh staff.
8. Teman-teman Departemen Silvikultur 42 serta sahabat terbaikku
Dewangga, Heri, Asep, Fifi, Agus, Rifa, Putri, Deviyanti, Sanchez, Tami, Farah dan Yohana.
9. Teman-teman dan keluarga besar IAAS, IFSA, Omda Himasurya Plus,
(19)
Bogor, 23 Juni 2009
(20)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
RIWAYAT HIDUP... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Manfaat Penelitian ... 2
1.4. Kerangka Pemikiran... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Kebakaran Hutan dan Lahan... 4
2. 1. 1. Pengertian... 4
2. 1. 2. Proses Terjadinya Kebakaran... 4
2. 1. 3. Klasifikasi Kebakaran Hutan ... 5
2. 2. Karbon... 6
2. 3. Pengertian Biomassa ... 6
2. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biomassa... 7
2. 5. Pengukuran dan Pendugaan Biomassa... 8
2. 6. Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon ... 10
2. 7. Tinjauan Umum Jati (Tectona grandis) ... 11
III. METODE PENELITIAN 3. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
3. 2. Alat dan Bahan... 13
3. 3. Metode Pengambilan Data ... 13
3. 4. Metode Penelitian ... 14
3. 5. Analisis Data ... 15
(21)
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4. 1. Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 19
4. 2. Kondisi Topografi ... 20
4. 3. Tanah dan Geologi ... 20
4. 4. Iklim ... 20
4. 5. Sosial Ekonomi... 21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Hasil ... 23
5. 1. 1. Potensi Volume Tegakan ... 23
5. 1. 2. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tumbuhan Bawah ... 24
5. 1. 3. Potensi Biomassa Tegakan... 26
5. 1. 4. Potensi Biomassa Tumbuhan Bawah ... 27
5. 1. 5. Potensi Biomassa Serasah ... 27
5. 1. 6. Potensi Biomassa Total di Atas Permukaan... 28
5. 1. 7. Potensi Simpanan Karbon Tegakan ... 29
5. 1. 8. Potensi Simpanan Karbon Tumbuhan Bawah... 30
5. 1. 9. Potensi Simpanan Karbon Serasah... 30
5. 1. 10. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan... 31
5. 1. 11. Hasil Analisis Data Simpanan Karbon... 32
5. 2. Pembahasan ... 33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan ... 41
6. 2. Saran... 41
DAFTAR PUSTAKA... 42
(22)
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina... 10
2. Persamaan biomassa bagian-bagian pohon Jati dan biomassa total
Jati di kawasan hutan KPH Cepu... 11
3. Potensi volume tegakan Jati (Tectona grandis) umur 9 tahun di
areal pasca kebakaran dan tidak terbakar, KPH Malang... 23
4. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak pasca
kebakaran permukaan... 24
5. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak tidak
terbakar... 25
6. Kandungan biomassa di atas permukaan lahan (tegakan, tumbuhan
bawah, dan serasah)... 26
7.
8.
Potensi simpanan karbon di atas permukaan lahan (tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah)... Tabel sidik ragam simpanan karbon...
29 32
(23)
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Potensi Kandungan Karbon Pada
Tegakan Jati (Tectona grandis) ... 3
2. Prinsip segitiga api... 4
3. Desain petak penelitian... 14
4. Peta wilayah KPH Malang……… 19
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kondisi tegakan Jati pasca kebakaran permukaan (A) dan tegakan Jati tidak terbakar (B)... Potensi volume tegakan Jati pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi biomassa tegakan Jati pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi biomassa tumbuhan bawah pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi biomassa serasah pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi biomassa total di atas permukaan pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi serapan karbon tegakan pada petak pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi serapan karbon tumbuhan bawah pada petak pasca
kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi serapan karbon serasah pada petak pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar... Potensi simpanan total karbon pada petak pasca kebakaran
permukaan dan petak tidak terbakar...
22
24
27
27
28
29
30
30
31
(24)
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Rekapitulasi data petak pasca kebakaran permukaan………... 45
2. Rekapitulasi data petak tidak terbakar……….. 51
3.
4.
5.
6. 7. 8.
Jumlah Biomassa dan Pendugaan Karbon pada Tumbuhan Bawah dan Serasah (Petak Pasca Kebakaran Permukaan)……… Jumlah Biomassa dan Pendugaan Karbon pada Tumbuhan Bawah dan Serasah (Petak Tidak Terbakar)………... Data analisis vegetasi tumbuhan bawah petak pasca kebakaran permukaan………. Tabulasi data untuk uji ANOVA………... Tabel sidik ragam hasil ANOVA……….. Hasil analisa LSD………..
58
60
61 67 68 68
(25)
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Perubahan kehidupan paling signifikan saat ini adalah meningkatnya intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya lapisan atmosfer. Dampak nyata terhadap perubahan alam tersebut adalah terjadinya perubahan iklim akibat dari terakumulasinya gas-gas rumah kaca seperti gas karbon dioksida (CO2) sekitar 50 persen, diikuti chloroflourocarbon
(CFC) 25 persen, gas methan 10 persen, dan sisanya adalah gas lainnya. Gas-gas tersebut merupakan indikasi bagaimana sebuah sistem perubahan iklim terjadi dan mempengaruhi kehidupan di bumi (Sughandy, 2007).
Salah satu fenomena terkait terjadinya perubahan iklim yang berpotensi dalam meningkatkan akumulasi gas rumah kaca adalah peristiwa kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia kini menjadi isu lingkungan yang menarik perhatian dunia internasional karena dampaknya yang semakin dapat dirasakan oleh masyarakat baik di Indonesia maupun di luar negeri. Mengingat pentingnya vegetasi di dalam hutan yang berfungsi sebagai penangkap dan penyimpan karbon (carbon capture and storage), maka kebakaran hutan dan lahan harus dicegah agar tidak menambah jumlah pelepasan karbon ke atmosfer yang dapat menyebabkan pemanasan global (global warming) maupun perubahan iklim global (global climate change).
Kebakaran hutan tersebut mengubah jumlah dan jenis spesies tumbuhan dalam potensinya sebagai sumber biomassa. Perubahan kerapatan biomassa dapat disebabkan oleh suksesi alami ataupun dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan (Brown, 1997). Kebakaran yang terjadi menyebabkan sejumlah biomassa hilang, sedangkan unsur utama pembentuk biomassa adalah karbon. Karbon sebagai unsur terpenting pembentuk organisme pun dapat menjadi gas berbahaya dalam bentuk molekul tertentu (CO2) dalam kondisi berlebihan bagi lingkungan
dan manusia di dalamnya. Pembakaran atau kebakaran yang terjadi dapat mengemisikan sejumlah karbon sehingga simpanan karbon dalam hutan menjadi berkurang. Disamping itu juga dapat menyebabkan terjadinya pelepasan karbon yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi karbon di udara, sehingga
(26)
menimbulkan pemanasan global sebagai akibat dari efek gas rumah kaca (GRK) yang dapat membahayakan kelangsungan hidup di muka bumi (Salim, 2005).
Melihat pentingnya peranan hutan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca serta tantangan terjadinya gangguan hutan berupa kebakaran hutan, maka perlu banyak penelitian yang dapat mendorong terus berkembangnya perhitungan karbon dalam biomassa. Salah satu aspek penelitian yang penting adalah mengetahui potensi kandungan karbon per satuan luas yang tersimpan dalam tegakan Jati (Tectona grandis) tidak terbakar dan pasca kebakaran permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
1. 2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menduga potensi karbon yang tersimpan pada tegakan Jati (Tectona grandis) tidak terbakar dan pasca kebakaran permukaan di KPH Malang, Perhutani Unit II Jawa Timur.
1. 3. Manfaat Penelitian
Dengan adanya studi ini diharapkan akan menambah data dan informasi tentang simpanan karbon pada hutan tanaman Jati (Tectona grandis) dengan membandingkan areal tidak terbakar dan pasca kebakaran permukaan sehingga nantinya akan tercapai suatu keseimbangan antara penambahan dan pengurangan karbon dalam hutan agar tercapainya pengelolaan hutan berasas kelestarian dan manfaat berkelanjutan.
(27)
1. 4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari potensi kandungan karbon pada tegakan Jati (Tectona grandis) di KPH Malang, Perhutani Unit II Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengelolaan Tegakan Jati
Pengikat Karbon
Biomassa di Atas Permukaan
Tegakan Tidak Terbakar Tegakan Pasca Kebakaran Permukaan
Potensi Tegakan, Serasah Potensi Tegakan, Serasah dan Tumbuhan Bawah dan Tumbuhan Bawah
Perbandingan Biomassa Total
Analisis Jumlah Karbon Terikat
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Potensi Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis)
(28)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kebakaran Hutan dan Lahan 2. 1. 1. Pengertian
Pengertian kebakaran secara umum adalah kejadian alam yang bermula dari proses reaksi secara cepat dari oksigen dengan unsur-unsur lainnya yang ditandai dengan panas cahaya secara nyata (Davis, 1959). Kebakaran hutan adalah pembakaran yang tidak tertahan dan menjalar secara bebas, yang mengkonsumsi bahan bakar yang ada di hutan terdiri dari serasah, rumput, cabang pohon yang sudah mati, batang kayu, tunggak, daun-daunan, dan pohon-pohon yang masih hidup (US Forest Service, 1956) dalam (Brown dan Davis, 1973). Ciri penting dari kebakaran hutan adalah sifatnya yang tidak tertekan dan bebas menjalar ke semua arah (free burning).
2. 1. 2. Proses Terjadinya Kebakaran
De Bano et al. (1998) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen utama pembentuk api yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Pertama, tersedianya bahan bakar yang dapat terbakar. Kedua, panas yang cukup untuk meningkatkan temperatur sehingga mencapai titik nyala. Ketiga, suplai oksigen yang cukup untuk menjaga kelangsungan proses pembakaran. Ketiga komponen tersebut membentuk segitiga api atau fire fundamental triangle (Pyne et al. 1996).
Proses kebakaran pada dasarnya sama dengan formasi atau terjadinya kebakaran yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber panas dimana kombinasi dari ketiga elemen tersebut merupakan unsur-unsur yang saling terkait terjadinya api atau yang sering disebut dengan segitiga api (fire triangle) menurut Clar dan Chatten (1954) yang digambarkan sebagai berikut :
Bahan bakar Panas API
Oksigen
(29)
Menurut Brown dan Davis (1973) proses pembakaran dalam kebakaran hutan merupakan kebalikan dari proses fotosintesis yang dapat dijelaskan secara reaksi kimia, sebagai berikut :
Proses fotosintesis :
6CO2 + 6H2O + Energi matahari C6H12O6 + 6O2
Proses Pembakaran :
C6H12O6 + 6O2 + Energi (api) 6CO2 + 6H2O+ panas (Energi)
Menurut Saharjo (2003) pembakaran terjadi melalui dua proses, yaitu proses kimia dan fisika. Proses ini berlangsung cepat memisahkan jaringan-jaringan tanaman menjadi unsur kimia, diiringi dengan pelepasan energi panas. Sebagai salah satu reaksi kimia, proses ini berlawanan dengan proses pembentukan bagian-bagian tanaman melalui proses fotosintesis.
2. 1. 3. Klasifikasi Kebakaran Hutan
Brown dan Davis (1973) mengklasifikasikan kebakaran hutan berdasarkan tipe bahan bakar menurut sebaran vertikal, yaitu :
1. Kebakaran bawah (Ground Fire)
Tipe kebakaran ini biasanya mengkonsumsi bahan bakar berupa material organik yang terdapat di bawah permukaan tanah/lantai hutan. Kebakaran bawah ini sangat sukar dideteksi dan berjalan lambat sekali karena tidak dipengaruhi oleh kecepatan angin. Tanda bahwa areal tersebut terbakar adalah adanya asap putih yang keluar dari bawah permukaan tanah. Karena berada di bawah permukaan tanah, maka banyak pohon mati karena akarnya hangus terbakar. Kebakaran ini biasanya berkombinasi dengan kebakaran permukaan.
2. Kebakaran permukaan (Surface Fire)
Kebakaran tipe ini mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai hutan, baik berupa serasah, jatuhan ranting, dolok-dolok yang bergelimpangan di lantai hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk pohon dan diatas permukaan tanah. Kebakaran tipe ini adalah yang paling sering terjadi di dalam tegakan, hutan sekunder dan hutan alam, terkecuali di daerah rawa gambut. Kebakaran permukaan ini biasanya merupakan langkah awal menuju
(30)
kebakaran tajuk, dengan cara terbakarnya tanaman pemanjat yang menghubungkan sampai ke tajuk pohon atau akibat api loncat yang mencapai tajuk pohon.
3. Kebakaran tajuk (Crown Fire)
Kebakaran tajuk biasanya bergerak dari satu tajuk ke tajuk pohon lainnya dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di tajuk pohon tersebut baik berupa daun, cangkang biji, ranting bagian atas pohon, dan sebagainya. Kebakaran ini biasanya bermula dari adanya api lompat yang berasal dari tajuk tumbuhan bawah/semak yang terbakar atau karena adanya tumbuhan epifit/liana sepanjang batang pohon yang terbakar, kulit pohon yang berminyak atau karena pemanasan permukaan.
2. 2. Karbon
Umumnya karbon menyusun 45-50% dari biomassa tumbuhan sehingga karbon dapat diduga dari setengah jumlah biomassa (Brown dan Gaton 1996 dalam Salim 2005). Sejak kandungan karbon di atmosfer meningkat pesat, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan dalam hutan. Hutan tropika mengandung biomassa dalam jumlah yang sangat besar, sehingga hutan tropika merupakan tempat cadangan karbon yang cukup penting. Selain itu karbon juga tersimpan dalam material yang sudah mati sebagai serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore, 1985) dalam (Hadi, 2007).
2. 3. Pengertian Biomassa
Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown, 1997). Menurut Whitten et al., (1984) biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). Menurut Chapman (1976) biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik umumnya
(31)
dinyatakan dengan satuan berat kering (dry weight) atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu (ash free dry weight).
Biomassa dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu, biomassa tumbuhan di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Lebih jauh dikatakan biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan unsur organik per unit luas pada waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produksi, umur tegakan hutan dan distribusi organik (Kusmana, 1993).
Pendugaan biomassa hutan dibutuhkan untuk mengetahui perubahan cadangan karbon untuk tujuan lain. Pendugaan biomassa diatas permukaan tanah sangat penting untuk mengkaji cadangan karbon dan efek dari deforestasi serta penyimpanan karbon dalam keseimbangan karbon secara global (Ketterings et al. 2001). Karbon tiap tahun biasanya dipindahkan dari atmosfer ke dalam ekosistem muda, seperti hutan tanaman atau hutan baru setelah penebangan, kebakaran atau gangguan lainnya (Hairiah et al. 2000). Sehingga jangka panjang penyimpanan karbon di dalam hutan akan sangat tergantung pada pengelolaan hutannya sendiri termasuk cara mengatasi gangguan yang mungkin terjadi (Murdiyarso, 2003). Selain itu menurut (Hairiah et al. 2000), potensi penyerapan karbon ekosistem dunia tergantung pada tipe dan kondisi ekosistemnya yaitu komposisi jenis, struktur, dan sebaran umur (khusus untuk hutan).
Peningkatan penyerapan cadangan karbon dapat dilakukan dengan (a) meningkatkan pertumbuhan biomasa hutan secara alami, (b) menambah cadangan kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi pemanenan kayu, dan (c) mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat tumbuh Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomassa kayu, sehingga cara yang paling mudah untuk meningkatkan cadangan karbon adalah dengan menanam dan memelihara pohon (Rahayu et al. 2004).
2. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biomassa
Faktor iklim seperti suhu dan curah hujan merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan karbon biomassa pohon (Kusmana, 1993). Selain curah hujan dan suhu yang mempengaruhi besarnya biomassa yang dihasilkan
(32)
adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan, serta kualitas tempat tumbuh (Satoo dan Madgwick, 1982). Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan (Lugo and Snedaker, 1974)
Semakin tinggi suhu akan menyebabkan kelembaban udara relatif semakin berkurang. Kelembaban udara relatif bisa mempengaruhi laju fotosintesis. Hal ini disebabkan udara relatif yang tinggi akan memiliki tekanan udara uap air parsial yang lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara pasial CO2 sehingga
memudahkan uap air berdifusi melalui stomata. Akibat selanjutnya laju fotosintesis akan menurun (Siringo dan Ginting 1997 dalam Ojo 2003).
2. 5. Pengukuran dan Pendugaan Biomassa
Menurut Brown (1997) ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon yaitu pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian dirubah menjadi jumlah biomassa (ton/ha), sedangkan yang kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa.
Tetapi yang menjadi kelemahan persamaan regresi penduga biomassa terbaru yang berlaku di daerah tropik yang dibuat Brown tidak menyertakan penduga biomassa per bagian pohon seperti untuk batang, cabang, daun, dan kulit.
Pendekatan pertama oleh Brown (1997) menggunakan persamaan di bawah ini.
Biomassa di atas tanah (ton/ha) = VOB x WD x BEF
Dimana : VOB = Volume batang bebas cabang dengan kulit (m3/ha) WD = Kerapatan kayu
BEF = Faktor ekspansi (Perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan biomassa kering oven volume inventarisasi hutan). Nilai BEF untuk Jati sebesar 1,26 (Hendri 2001). Dalam penelitian ini pendugaan biomassanya pada dasarnya juga menggunakan pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown (1997), namun dengan beberapa penyesuaian diantaranya pendugaan volume dengan menggunakan Tarif Volume Lokal (TVL) Jati KPH Malang yang telah
(33)
mencantumkan keliling (cm) dan volumenya (m3). Pada penelitian ini juga tidak menggunakan faktor ekspansi.
Pendekatan yang kedua dengan menggunakan persamaan regresi biomassa yang didasarkan atas diameter batang pohon. Dasar dari persamaan regresi ini adalah hanya mendekati biomassa rata-rata per pohon menurut sebaran diameter, menggabungkan sejumlah pohon pada setiap kelas diameter, dan menjumlahkan total seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter.
Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi dan persediaan karbon dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian-bagian tertentu seperti kayu yang sudah diekstraksi. Mengukur biomassa vegetasi pohon tidaklah mudah, khususnya hutan campuran dan tegakan tidak seumur. Pengumpulan data biomassa dapat dikelompokkan dengan cara dekstruktif dan non destruktif tergantung jenis parameter vegetasi yang diukur (Hairiah et al. 2001).
Brown (1997) telah membuat model penduga biomassa di hutan tropika dengan model pangkat Y = a Db atau dengan model polynominal Y = a + bD + cD2 berdasarkan zona wilayah hujan kering, lembab dan basah. Model yang disulkan Brown untuk zona lembab adalah:
Y = 1,242 D2 – 12,8 D + 42,69 nilai R2 = 84% (untuk model polynomial) Y = 0,118 D2,53 nilai R2 = 97% (untuk model pangkat)
Dimana: Y = Biomassa pohon (kg)
D = Diameter rata-rata pada setiap kelas diameter (cm) R2 = Nilai koefisien determinasi
a, b, c merupakan konstanta
Chapman (1976) dalam Ojo (2003) mengelompokkan metode pendugaan biomassa diatas tanah kedalam dua kelompok besar yaitu:
1. Metode destruktif (pemanenan)
a. Metode pemanenan individu tanaman
Metode ini digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit.
(34)
b. Metode pemanenan kuadrat
Metode ini mengharuskan memanen semua individu pohon dalam suatu unit contoh dan menimbangnya.
c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata.
Metode ini biasanya diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran seragam.
2. Metode non destruktif (tidak langsung) a. Metode hubungan allometrik
Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dengan biomassanya. Pembuatan persamaan tersebut dengan cara menebang pohon yang mewakili sebaran kelas diameter dan ditimbang.
b. Crop meter
Penduga biomassa metode ini dengan cara menggunakan seperangkat peralatan elektroda listrik yang kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak tertentu.
2. 6. Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon
Lasco (2006) melakukan penelitian mengenai simpanan karbon pada ekosistem hutan di Asia tenggara salah satunya di Nueva Ecija, Philipina yang hasilnya seperti disajikan pada Tabel 1, namun Lasco mengkonversi karbon dari 45% biomassanya, berbeda dengan Brown yang mengkonversi karbon dari 50% biomassa.
Tabel 1. Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina Spesies Umur
(tahun)
Rata-rata dbh (cm)
Biomassa (ton/ha)
Karbon (ton/ha)
Acacia auriculiformis 9 8,71 32 14,4
Tectona grandis 13 5,5 8,7 3,92
Gmelina arborea 6 7,33 17,22 7,75
Pinus kesiya 13 12,53 107,83 48,52
(35)
Hendri (2001) menduga biomassa bagian-bagian pohon Jati dengan menggunakan metode destruktif (pemanenan individu pohon) yang dilakukan pada 24 pohon contoh pada tegakan Jati KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah memperoleh persamaan biomassa dari bagian-bagian pohon Jati di kawasan tersebut sebagaimana dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persamaan biomassa bagian-bagian pohon Jati dan biomassa total Jati di kawasan hutan KPH Cepu (Hendri, 2001)
Biomassa bagian pohon Persamaan allometrik R2
Batang Y = 0,11246 D2,34 95,2%
Cabang Y = 0,00331 D2,83 92,6%
Ranting Y = 0,00977 D2,24 86,0%
Daun Y = 0,15848 D1,05 60,6%
Tunggak Y = 0,10069 D1,85 84,3%
Total pohon di atas tanah Y = 0,20091 D2,30 95,4%
Akar Y = 0,03199 D2,30 72,9%
Total keseluruhan Y = 0,22029 D2,28 95,3%
Keterangan :
Y = Biomassa (ton/ha) D = Diameter (cm)
R2 = Nilai koefisien determinasi
2. 7. Tinjauan Umum Jati (Tectona grandis)
Tanaman Jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Jati (Tectona grandis Linn. f) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki kayu bernilai ekonomis tinggi dan serbaguna.
Jati termasuk famili Verbenaceae. Di Indonesia Jati dikenal dengan nama yang berbeda-beda, diantaranya deleg, dodokan, jate, jatih, jatos, kiati, dan kuludawa. Sedangkan di negara lain dikenal dengan nama giati (Venezuela), teak (Birma, India, Thailand, USA, Jerman), teck (Perancis), dan tea (Brazil) (Martawijaya et al. 1981).
(36)
Menurut Sumarna (2001) bahwa dalam sistem taksonomi, tanaman Jati mempunyai penggolongan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonae Ordo : Verbenales Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. f
Jati merupakan tumbuhan asli India, Burma, Thailand, dan Vietnam serta menyebar di Jawa dan beberapa pulau di Indonesia (Departemen Kehutanan, 1991). Ada indikasi Jati dikenal ke pulau Jawa sekitar 400-600 tahun yang lalu. Di Indonesia sendiri sampai tahun 1975 tercatat ada sekitar 774.000 ha tanaman Jati yang menyebar mulai Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Lampung, Bali, hingga NTB (Sumarna, 2003).
Jati tumbuh baik di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C sampai F, jumlah hujan rata-rata 1200-2000 mm/tahun dan ketinggian tempat sampai 700 mdpl. Jati dapat tumbuh pada berbagai macam formasi geologi dan tidak terikat pada satu jenis tanah tertentu, tetapi memerlukan tanah yang berdrainase baik dan beraerasi cukup. Pada tanah-tanah yang dangkal, padat, serta becek pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang hama penyakit (Martawijaya et al. 1981).
Kayu jati memiliki berat jenis rata-rata 0,67 (0,62-0,75) dengan kelas awet I-II, kelas kuat II. Selain itu, kayu jati memiliki warna teras berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah dibedakan dari gubal yang berwarna putih agak keabu-abuan. Kegunaan dari kayu Jati adalah untuk bahan bangunan, rangka pintu dan jendela, panel pintu, bantalan kereta api, perabot rumah tangga, serta vinir yang indah (Mandang dan Pandit 2002).
(37)
III. METODE PENELITIAN
3. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Waktu Penelitian dimulai pada bulan April-Mei 2009.
3. 2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Timbangan
2. Oven
3. Parang/golok 4. Kertas samson 5. Kantung Plastik
6. Tally sheet dan alat tulis 7. Kamera
8. Tali plastik 9. Pita ukur
10.Program Minitab 14 11.Tally sheet dan alat tulis
Adapun bahan yang digunakan adalah areal tidak terbakar pada Petak 111A dan areal pasca kebakaran permukaan tahun 2008 pada petak 112E di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
3. 3. Metode Pengambilan Data
Jenis-jenis data yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini dibagi 2, yaitu : 1. Data primer
Data primer adalah data secara langsung dari lapangan yang meliputi diameter tegakan Jati 1,3 m dari atas tanah, berat basah dan berat kering tumbuhan bawah dan serasah pada setiap petak penelitian.
(38)
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang penelitian berupa kondisi umum lokasi penelitian dan data lain yang diperlukan.
3. 4. Metode Penelitian
Pengambilan data primer dilakukan dengan mengukur diameter tegakan Jati 1,3 m dari atas tanah yang kemudian digunakan pendekatan secara volumetrik untuk menduga potensi biomassa dan simpanan karbon. Sedangkan untuk estimasi biomassa serta simpanan karbon pada tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan mengambil seluruh bagian tumbuhan bawah dan serasah (Hairiah dan Rahayu, 2007). Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penentuan dan Pembuatan Petak Penelitian
Petak yang digunakan untuk penelitian adalah petak pasca kebakaran permukaan pada tahun 2008 dan petak pada areal yang tidak terbakar yang digunakan sebagai kontrol. Pada areal pasca kebakaran permukaan tahun 2008 dan areal tidak terbakar masing-masing dibuat 5 petak dengan ukuran 20 m x 20 m. Di dalam petak-petak tersebut dibuat petak-petak kecil berukuran 2 m x 2 m sebanyak 4 buah yang diletakkan di setiap sudut untuk pengukuran analisis vegetasi tumbuhan bawah dan serasah.
20 m
20 m
2 m
2 m
(39)
2. Pendugaan Biomassa Tegakan
Pendugaan biomassa tegakan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown (1997) namun dengan ada beberapa modifikasi mengenai pendugaan dan pengukuran biomassa. Perhitungan volume pohon rata-rata dengan melalui tahapan berikut :
1. Mengukur diameter tegakan Jati 1,3 m dari atas tanah yang kemudian digunakan pendekatan secara volumetrik dengan Tarif Volume Lokal Jati (TVL) KPH Malang.
2. Untuk mencari biomassa tegakan per hektar dicari dari volume rata-rata per hektar dan kerapatan kayunya.
Yn = volume rata-rata per ha x Berat Jenis (BJ) Yn adalah biomassa per hektar
3. Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah dan Serasah
Pada setiap petak penelitian berukuran 2 m x 2 m dilakukan pengambilan contoh tumbuhan bawah yang meliputi semak belukar dengan diameter batang kurang dari 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomassa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (Hairiah dan Rahayu, 2007). Selain pengambilan tumbuhan bawah, dilakukan pengambilan serasah dalam petak berukuran 2 m x 2 m tersebut.
4. Pengovenan
Pengovenan dilakukan pada suhu 105 º C selama 48 jam. Berat contoh yang dikeringkan adalah sebanyak berat basah contoh, apabila berat basahnya kurang dari 200 gram maka berat tersebut adalah berat basahnya, sedangkan apabila berat basahnya lebih dari 200 gram maka berat basah yang diambil adalah sebanyak 200 gram (Ismail, 2005).
3. 5. Analisis Data
1. Pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah
Data primer tumbuhan bawah yang diperoleh dihitung berat basahnya dan contoh yang diambil dikeringtanurkan untuk mengetahui berat keringnya.
(40)
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kadar air dihitung dengan menggunakan rumus : BBc – BKc
% KA = x 100 % BKc
Keterangan : % KA = persen kadar air BBc = berat basah contoh BKc = berat kering contoh 2. Menghitung berat kering
Berat kering serasah diketahui setelah pengovenan. Selain itu juga, menurut Haygreen dan Bowyer (1982), apabila berat basah diketahui dan kandungan air telah diperoleh dari contoh uji kecil maka berat kering dari masing-masing sampel dapat dihitung dengan rumus :
BB BKT =
1 + % KA 100 Keterangan : BKT = berat kering tanur BB = berat basah % KA = persen kadar air
Berat kering yang dihasilkan setelah pengovenan dinyatakan dalam satuan gram yang kemudian dikonversi ke kilogram per hektar untuk mengetahui biomassa tumbuhan bawah dan serasah yang terdapat pada masing-masing areal. 4. Potensi Karbon
Karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari jumlah biomassa, karena hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown, 1997) yaitu dengan menggunakan rumus:
C = Yn x 0,5 C = Karbon (ton/ha)
Yn = Biomassa tegakan (ton/ha)
(41)
5. Analisis Data secara Statistik
Hasil pendugaan simpanan karbon yang telah diperoleh pada akhirnya akan diuji secara statistik dengan rancangan percobaan yang sesuai. Rancangan percobaan yang dipakai adalah rancangan tersarang (nested design) atau hierarchical design, yaitu rancangan yang memiliki faktor yang tersarang pada faktor lainnya (Montgomery, 1999).
Model linier:
i=1,2 yijk = µ + τi + βj(i) + ε(ij)k j=1,2,3
k=1,2,3,4,5 Keterangan:
yijk = Respon banyaknya kandungan karbon dalam hutan ke-i, vegetasi ke-j,
dan petak (ulangan) ke-k. µ = Rataan umum
τi = Pengaruh faktor hutan jenis ke-i terhadap respon βj(i) =Pengaruh vegetasi ke-j yang tersarang pada hutan ke-i
ε(ij)k = Pengaruh galat acak respon pada hutan ke-i, vegetasi ke-j yang tersarang
pada hutan ke-i dan petak (ulangan) ke-k.
Faktor hutan yang ditetapkan adalah hutan pasca kebakaran permukaan dan hutan tidak terbakar, sedangkan vegetasinya ditetapkan pula tegakan pohon, serasah, dan tanaman bawah. Berdasarkan hasil uji ANOVA (Analysis of Variance), apabila hipotesis pengaruh faktor hutan yang dalam hal ini hipotesis nol ditolak, maka langkah selanjutnya adalah dengan uji lanjut. Uji lanjut yang digunakan adalah Least Significant Difference (Beda Nyata Terkecil), yaitu untuk membandingkan adanya perbedaan dari pengaruh simpanan karbon pada tegakan, serasah, dan tanaman bawah dalam hutan pasca kebakaran permukaan maupun hutan tidak terbakar.
(42)
3. 6. Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan potensi karbon pada salah satu variabel pengamatan (tegakan, serasah, maupun tumbuhan bawah) yang terdapat pada areal hutan terbakar dan tidak terbakar sehingga dapat memberikan gambaran mengenai kandungan karbon terkait adanya gangguan kebakaran hutan. Hipotesis yang diuji antara lain:
1. Pengaruh Faktor Hutan
H0: τ1 = τ2 = 0 (hutan tidak berpengaruh)
H1: min ada satu τi ≠ 0 , i=1,2
2. Pengaruh Faktor Vegetasi yang tersarang pada Hutan
H0: βj(i) = 0, i,j (vegetasi pada hutan tertentu tidak berpengaruh)
(43)
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4. 1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Wilayah KPH Malang secara geografis terletak pada 50 30’- 600 08’ BT dan 70 44’ 30’’ - 80 27’ 30’’ LS. Total luas KPH Malang adalah 88.848,1 Ha. Secara administratif masuk dalam wilayah Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang, seluas 82.630,3 hektar dan pemerintahan Kota Batu seluas 6.217,8 hektar. Adapun batas wilayah pengelolaan hutan KPH Malang yang diperoleh dari buku Sekilas KPH Malang 2008, antara lain :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan KPH Pasuruan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan KPH Probolinggo 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia 4. Sebelah Barat berbatasan dengan KPH Blitar dan KPH Kediri
4 0 4 Kilometers
N E W
S
P ETA KLA S P ER USA HA A N KP H M A LA N G ska la 1 :2 5 0 .0 0 0
TIRTO YU DO D AM P IT TU REN
SUM BE RM AN J ING W ETAN GE DAN GAN
W AJA K
GO N DANGLEGI PAKISA JI W AG IR
SU MB ERPU CUN G KA LIP AR E
PAGA K
BANTU R DONO M ULYO
TUM PANG PO NC O KUS UM O PA KIS
JABU NG LAW AN G
BULU LA W ANG D AU
KAR ANGPLO SO BATU N GAN TA NG
BH .SEN GGU RU H
BH .TUMPAN G BH .KEPANJ EN
G.A RJ UNO
123 103 203 266 133 93 93 91 79 60 57 120 415 364 440 463 330321 204 225 230 415 617 542 437 471 488 552 617 432 376 511 659 101 0 200 0 198 7 148 0 241 3 114 1 160 6 188 9 570 531 555 888 864 766 106 3 177 8 244 9 233 3 268 8 233 9 211 9 210 9 216 0 152 0 126 6 147 7 139 4 101 2 102 8 158 9 135 9 100 4 905 103 1
SING OSA RI BH .N GANTAN G PUJ ON
NGAJU M KEP AN JEN
Tl.N gliye p Tl.M o don ga n
Te luk Ta mb ak an
Tl.L en gg oso no Te luk Sip elo t
AM PE L G ADIN G
Wd. Lahor
Wd.Kr .Kat es Wd. Sengguruh Waduk
Selorejo
K
.Brantas
TAM AN HU TA N R A YA R . SOE RJO
TAJINAN
dar i Blitar
116 0 112 6 163 3 213 4 194 0 159 8 247 6 240 1 178 1 515 544 437 585 580 582 380 361 78 220 192 240 202 202 45 130 80 140 32 190 39 203 207 168 226 188 154 237 143 91102 251 Su ko sar i
Ka se mb on Ba ye m
Won oa gu ng Pa it
Po nd ok Agu ng Jombo k Wat ur ejo Ka um r ejo
Tu lun gr ejo Su m be rag un g Mu lyorejo Pa nd an sar i
Ba nt ur ejo Pu rw or ejo Ba nja re jo Nga ntr u
Sid od ad i
Pa ge rs ar i Gun un g Ke lud
Ta wan gsa ri Ma nd irdo Nga ba b
Ngr otoWiyu re jo Pu jon lor Pa nd es ari Pu jon kid ul
Su ko mu lyo
PU JON
Be nd os ari
Gun un g K a wi Tu lun gr ejo Su m be rgo nd o Pu nt en Gun un gsa ri Bu luk er to
Sid om u lyo Bu m iaji Su m be rejo Pa nd an re jo So ng go ker to Pe sa ng gra ha n Nga glik
Te ma s Be ji
Mo jor ejo Oro o ro om bo
Girip ur wo Ta wan ga rg o
Don owa rihBo ce k Girim u lyo Pe nd em Am p eld ent o
Ngijo Nge ne p Jun re jo Su m be rse kar Gad ing kulo n
Dad ap rejo Te ga lgon do Mu lyoa gu ng Lan du ng sar i Me rjo sar i Pe tu ng sewu
Ka ra ng wido r Se lor ejo
Ka los on go Pa nd an lan du ng
Ka ra ng be suk i Su m bu l
Gun un gr ejo Kla m po k
Pa ng en tan Ran du agu ng
Be da li To yom er toAr dim u lyo
Los ar iweta n Won or ejo Tu rir ejo Ke tin da n
Su m be rpo ro ng Mu lyorejo
Ka lire jo
Ke pu ha rjo Ta sikm ad u
Wat ug ede Ba nja ra ru m Ta nju ngt irto Pu rw osa ri Lan gla ng
Su m be rge m po h
Sid od ad i
ke
Su
r abaya
Sr iga din g Ba tu re tno Ta ma nh ar jo
Den gko l Sid olu hu r
Won or ejo Gun un gja ti Ke m iri
Sla m pa rejo Ar go pu ro Ke m an tre n Su ko lilo Sid omu lyo Tir tom o yo
Sa pt or eng go As rika to n Bu nu twe tan Ma ng liawa n
Pa kisk em ba r Se ka rp ur o Am p eld ent o
Gad ing kem b ar Pa nd an sar ilor Su ko pu ro Su ko re jo Su ko an yar Wrin gin so ngo Ma lan gsu ko
Jer u Ke no ng o
Nga dir ejo Su m be rke ra de nan Ko re jo Pu ca ng son o
Ba nja re jo Sla m et Su m be rpa sir
Cem or ok and an g Pa nd an ag un g Ka m bin gan Kid al
Ngin git Pu lun gd owo Ar go su ko Pa jaja ra n
Nge br uk Wat esb elu ng Be lun g Tu lusr ejo Bo ko r Be njo r
Duwe t Wrin gin Won or ejo Won om uly o
Gub uk klak ah Gun un gsa ri
Gun un gr on gg o Ka ra ng no ng ko Jam be sa ri
Ka ra ng an yar Lo r Nga won gg o
Nge mb al Tlo go war uSu m be rsu ko
Ran du agu ng Pu rw ose kar Jatis ar i Ta ng kilsa ri
Pa nd an mu lyo Ke bo na gu ng
Ar jow inan gu n Ke nd alp aya k
Se m pla kwad ak Ta mb ak sar i Mu lyor ejo Sid or ah ayu Jed on g
Pa nd an re jo Pa ra ng re jo Su m be rsa ri Ar jos ar i Gon do wan gi Daliso do Su ko da di Pe tu ng sew u
Su m be rsu ko Ku cu r
Tlo go ma s Tu ng gul Wu lun g
Sit ire jo Ma nd alan Wad un g
Gen en ga n Ba les ar i Ba ba da n
Ma gu an Ke bo ba ng
Ke sa mb en Pe rm a nu Ka ra ng pa nd an Kran gg an
Ka ra ng du re n Su to jaya n
Won ok er to Glan gg an g Ba nja rs ari
Mo josa ri Nga dila ngk un g
Jatirejo Cub un gre jo Su ko no lo Kr eb et Lum b ang sa ri
Su ko ha rjo Nga sem Pa laa n
Dilem Ta lan gag un g Ar dir ejo Pla nd i Klu wu t Pa niw en
Kr om e nga n Jatik er to Pla os an Jam bu wer
Su m be rde m Su mbe rte mp ur
Nga dir ejo Pa nd an sari kid ul Dawu ha n
Su m be rejo Kid an gb an g Su ko lilo
Dlayu Pa to kpic is Ku wo lu
Ba ka lan Ka sr i Su dim o ro Tu mp an gr en ten g Pr ing gu Wan da np ur o
Kr eb et sen gg ro ng Gad ing Bu re ng
Pu tu kre jo Gan jar an Bu lup itu Pa na ru kan
Su ko re jo Se du ng Cem po komu lyo Pa ng gu ng re jo Ma ng unrejo Se ng gu ru h Ke m iri
Te ga lsar i Slo ro k Nge br uk
Se ng en gg re ng Sa m big ede
Jen gg olo Gam p inga n Su m be rr ejo
Ka nig or o Ke ta wan g Pa ng gu ng re jo Su ko sar i Ka ra ng suk o
Ba nja re jo Br on gk al Pa ge lar an
Pu ta tkid ul Gon da ng leg i We tan Se pa nja ng Pu ta tlor
Ure k-u re k
Pa ng gu ng Ke do k Ta lan gso ko
Pa ge da ng an Dad ap an
Br ing in Sa na nr ejo Cod o
Sa na mker to Jam ba ng an
Ba m ba ng Ta ma n Sa tr ian
Won oa gu ng Won oa yu
Ta ma ns ari
Mu lyosa ri Ta ma nk unc ar an Amp elg adin g Su ko re jo
Simo jaya n Ta wan g a gu ng
Ar bo yow on o Sid or en gg o Tir tom o yo Tir tom a rto
Pu rw oha rjo Wiro ta ma n Tlo go sar i
Ta ma ns ari Gad un gsa ri
Bu m ire jo Tir toy udo Ba tu re tno
Jog om ulya n Ma jan g Ten ga h
Pa m ota n Am a da nom
Su m be rsu ko Po jok Ta lok
Pr em b un Ged ok kulo n Se da yu Und aa n
Ged ok weta n Wer u
Sa wa han Ke m ula n
Ta wan greje ni Ba lea rjo
Ka de m ang an Sw ar u Clumpr it Won ok er to Rejo so Ka ra ng sar i
Su m be rejo Rejo sar i
Se ng aran
Ring insa ri Ged an ga n
Ar go tir to Harjoku nc ara n
Ring inke mb ar Kle pu
Se ka rb any u Sr imulyo
Su ko do no
Te ga lre jo Sid om u lyo
Ta mb ak sar i Ke pa tih an
Su m be rta ng kil Leb ak Har jo
Pu rw oda di
Pu jiha rjo Ke du ng B an te ng
Ta mb ak rejo Se nd an gb iru
Pu lau Sem p u Sit iar jo Sid od ad i Gaja hr ejo Su m be rag un g Sin du re jo Tu mp ak rejo
Ba lek am ba ng Su m be rbe nin g
Sr igo nc o Won orejo
Pr ing gu an Su m be rke rto
Ba nd un gr ejo Pu tu kre jo
Se m po l
Tlo go sar i
Pa nd an re jo
Tu lun gr ejo Ke du ng sala m
Ba nu re jo Su m be rm an jing Kulo n Pu rw or ejo
Te mp ur sar i Su m be rr oto
Ar jow ilang un Su ko wilan gu n
Su m be rpe tu ng Tlo go re jo Ka lire jo
Ar jos ar i
Ngliye p
Nga da s
Tu mp ak rejo
KPH.PR OBO LING GO KAB.LUMAJ ANG
KPH.PR OBO LING GO KAB.PR OBOLIN GGO KPH.PA SURU AN KAB.PASURUAN KPH.PA SURU AN
KAB.PASU RU AN KPH.PA SUR U AN
KAB.MOJOK ERT O KPH.J OMBAN G KAB.JOMBANG
KPH.KE DIR I KAB.KED IRI
KPH. BLIT AR KAB. MALA NG
S A M U D E R A H I N D I A
KOTA MALAN G dari Kandang an
G.Ge nto ng Go w ak
148 8
Tle kun g
1 2 3 6 5 4 7 8 9 9 6 45 7 8 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 9 8 3 2 1 7 8 6 9 4 5 70 48 49 55 47 46 59 56 71 42 17 4445 61 60 40 43 76 41 27 54 59 60 7375
52 58 50 31 69 62 70 53 66
26 5257 74 32 55 72
72 25 63 63 57 39 77 36 37 53 68 30 69
6164 71 54
87
67 29
18 88
10 58 65 1933 73
62
51 78
24
51 65 35 56 64 203438 74 86
11 1728 66 76
27 79 38
68 67 75 89 26 7785
50 1116
12 80
13 25 78
12
95
90 23 79 84
21
10
24
22 15
23 13 81 8182 94
14 49 83 91 96 14 48 93
80 9798
46 22 15 47 99 45 33 92 44 42 16
21 43 35
40 82 96 20 36 18 19 83 41 9488 37 95 34 38 39 89 93 99 97 84 98 85 32 28 293031 86
87 91 90 92 13 10 15 14 16 11 17 37 18 12 19 20 38 21 39 24 40 46
45 41 42
25
23 43
22
33
27
26 28 44
34 35 31 2930 3647
32 48 49 50 52 51 53 54 56 57 55 58 59 60 61 74 84 62 26 64 65 66 63 7267 6873
7576 717069
81 83 80 79 82
85
78 98 27
30 28 32 77
33 9799 31
87 29 86 34 90 88 96 95 94 91 89 93 92 10 11
12 2122
13 23 35 15 14 24 37 16 25 1718 19 36 20 38 39 87 41 40 45 44 47 43 50 42 75 61 75 62 60 46 62 63 49 96 51 54 74 64 71 71 74
65 5748
59 91 74 93 99 65 72 65 98 65 55 70 98 52 92 65 58 90 66 98 56 98 53 73 67 77 72 72 76 68 94 78 72 80 79 97
89 83 69
84 85 95 81 86 88 82 142 141 112 113 111 116117 140 138 139 115 136 128 114
137 110 118
127 119 108 120 135 126 121 106 107
134 133 104109 125128
124 105 122 103 129 101 132 123 132 102 131 130
131130 137138139140
133135136 100 129 141 134142 143 146 144 127 147 126 148 150 103 145 149 125 124 233 104 151 102 101 232 152
105 231 153
107 230 106 229 100 227228 123 108 109 213 224226 225 110 223 122 111 222 154 218 221220 217 112 214 219 115
114 113 215211216
116 210 117 209 212 208 121 207 118 204 203 205206 120 202201 119 198199 200 155
193 197196 195 191 194 190 194 189 193 188 192 186 177 187 185 179 184183 178 171
180 176 166 163 175 181
170 165 162 167 174173 160 164 172 161 169 182 168 156 159 157 158 108 107 100 101 102 103 104 106 105 117 116115 108 104 109 113 118 114 112 110 103 106 102 107 118 111 100 101 105 EN C L AV E
EN C L AV E HUTAN KONSER VASI HUTAN LINDUN G KL AS PERU SAHAAN JATI KL AS PERU SAHAAN DAMAR KL AS PERU SAHAAN PIN US KETERANGAN :
(44)
Kesatuan Pemangkuan Hutan Malang terdiri dari tiga bagian hutan yaitu Bagian Hutan Sengguruh dengan luas 42887,0 Ha, Bagian Hutan Kepanjen-Tumpang dengan luas 49415,5 Ha dan Bagian Hutan Ngantang-Pujon dengan luas 24814,1 Ha (Perhutani KPH Malang, 2002). Lokasi penelitian terletak pada Bagian Hutan Sengguruh yang merupakan kelas perusahaan Jati.
4. 2. Kondisi Topografi
Pada umumnya Bagian Hutan Sengguruh merupakan hamparan dataran rendah yang miring ke selatan yang diselingi bukit-bukit kapur dengan ketinggian di bawah 600 m dpl. Bukit-bukit kapur tersebut merupakan rangkaian perbukitan yang memanjang dari Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY kemudian memanjang ke arah Pegunungan Seribu di selatan Surakarta terus ke arah Pacitan-Trenggalek-Tulungagung-Blitar dan berakhir di sebelah Selatan Gunung Semeru. Keadaan tanah di daerah Bagian Hutan Sengguruh kurang subur dan kering dengan sumber air yang terdapat jauh di dalam tanah.
4. 3. Tanah dan Geologi
Keadaan tanah wilayah Bagian Hutan Sengguruh menurut Peta Tinjau Tanah yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, dapat digolongkan menjadi kompleks litosol, mediteran dan rensina. Bahan induk berupa campuran batu kapur dan napal dengan fisiografi bukit lipatan.
Berdasarkan hasil pengambilan sample tanah dan analisis tanah diperoleh hasil untuk tekstur tanah (pasir 15%, debu 35%, liat 50%), kandungan bahan organik C 1,8%, bahan organik N 0,13%, dan rasio C/N 14%, sedangkan pH berkisar antara 4-6.
4. 4. Iklim
Wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan kemarau yang jelas. Berdasarkan perbandingan bulan basah dan kering maka Bagian Hutan Sengguruh termasuk tipe iklim D. Dalam hal ini tipe iklim tersebut sesuai untuk pertumbuhan Jati.
(45)
4. 5. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah hutan BH Sengguruh dapat diketahui dari luas wilayah, jumlah penduduk, pola penggunaan lahan, mata pencaharian penduduk, kepemilikan lahan dan lain sebagainya.Mata pencaharian penduduk dalam wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang sebagian besar adalah petani dan buruh tani, hal ini ditunjang oleh keadaan lahan pertanian yang subur dan kegiatan pertanian lainnya di perkebunan-perkebunan sekitarnya.
Jumlah penduduk yang bermukim di wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang seluruhnya berjumlah 414.060 orang, yang terdiri dari laki-laki 205.095 orang dan perempuan sebanyak 208.965 orang. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang terdapat di wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang adalah sebanyak 97.698 Kepala Keluarga (KK). Salah satu tantangan yang ada adalah semakin berkurangnya lahan pengelolaan pertanian. Sehingga dibuat alternatif penyelesaian seperti Pengkajian Desa Secara Partisipatif (PDP), serta Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
(46)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Hasil
Berdasarkan pengambilan data di lapangan, terdapat dua lokasi yang digunakan dalam menduga potensi karbon di tegakan Jati (Tectona grandis) yaitu pada areal tidak terbakar di Petak 111A dan areal pasca kebakaran permukaan tahun 2008 di petak 112E di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH Donomulyo), Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Kedua lokasi tersebut merupakan jenis Jati yang berasal dari Areal Produksi Benih (APB) yang ditanam dengan jarak tanam 3 x 2 m dan merupakan tanaman tahun 2000. Pengambilan contoh untuk masing-masing lokasi adalah seluas 0,2 hektar dengan lima kali pengulangan.
A B
Gambar 5. Kondisi tegakan Jati pasca kebakaran permukaan (A) dan tegakan Jati tidak terbakar (B)
5. 1. 1. Potensi Volume Tegakan
Hasil pengukuran di lapangan berupa keliling pohon (cm) yang kemudian dikonversikan menggunakan Tarif Volume Lokal (TVL) Jati KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang memberikan informasi mengenai potensi volume tegakan Jati baik pada areal pasca kebakaran permukaan maupun areal tidak terbakar. Hasil perhitungan potensi volume tegakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
(47)
Tabel 3. Potensi volume tegakan Jati (Tectona grandis) umur 9 tahun di areal pasca kebakaran dan tidak terbakar, KPH Malang
Umur (tahun)
Jenis Tegakan
Jarak tanam
Luas Petak
Jumlah Pohon
Kerapatan (N/ha)
Volume per hektar (m3/ha)
Volume per pohon
(m3)
Diameter rata-rata
(cm) 9
Tegakan Pasca Kebakaran
3 x 2 0.2 185 925 84.9155 0.0919 14.7454
9
Tegakan Tidak Terbakar
3 x 2 0.2 180 900 69.4850 0.0756 13.6530
Potensi volume yang dimiliki tegakan Jati (Tectona grandis) pada petak pasca kebakaran permukaan berbeda dengan potensi volume Jati petak tidak terbakar. Potensi volume Jati pada petak pasca kebakaran permukaan adalah 84,9155 m3/ha, sedangkan pada petak tidak terbakar volumenya adalah 69,4850 m3/ha. Apabila dilihat dalam Tabel 3, jumlah pohon pada tegakan pasca kebakaran permukaan lebih banyak daripada jumlah pohon pada tegakan tidak terbakar yang masing-masing jumlah pohonnya adalah 185 pohon untuk tegakan pasca kebakaran permukaan dan 180 pohon untuk tegakan tidak terbakar. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kegiatan pengelolaan hutan pada tegakan Jati seperti penjarangan maupun gangguan hutan berupa pencurian kayu yang dapat menyebabkan berkurangnya jumlah pohon dalam suatu tegakan Jati. Faktor lain yang dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah pohon adalah adanya kematian pada pohon akibat serangan hama maupun penyakit.
Perbedaan lain dari adanya perbedaan jumlah pohon tersebut adalah kerapatan pohon pada tegakan pasca kebakaran permukaan lebih besar yaitu 925 pohon/ha sedangkan pada tegakan tidak terbakar kerapatannya 900 pohon/ha. Untuk hasil perhitungan volume per pohon dan diameter rata-rata, pada tegakan pasca kebakaran permukaan memiliki nilai yang lebih besar yaitu berturut-turut 0,0919 m3 dan 14,7454 cm, sedangkan volume per pohon dan diameter rata-rata pada tegakan tidak terbakar berturut-turut adalah 0,0756 m3 dan 13,6530 cm.
(48)
Gambar 6. Potensi volume tegakan Jati pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
5. 1. 2. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tumbuhan Bawah
Pada petak pasca kebakaran permukaan, ditemukan 29 jenis tumbuhan bawah. Pada petak ini, jenis Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan tumbuhan bawah paling banyak ditemukan dengan jumlah tertinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai K sebanyak 9125 ind/ha (29,80% dari total) dan nilai F tertinggi yaitu 0,75 (18,29% dari total) sehingga menghasilkan INP sebesar 48,09% (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak pasca kebakaran permukaan
No Jenis Nama Ilmiah K
(ind/ha)
KR
(%) F
FR (%)
INP (%)
1 Kartok Talinum
paniculatum 750 2.45 0.10 2.44 4.89
2 Oyot-oyotan Cyperus
esculentus 2000 6.53 0.35 8.54 15.07
3 Lamtoro Leucaena
leucocephala 9125 29.80 0.75 18.29 48.09
4 Abul-abul Clinacanthus
nutans 1500 4.90 0.30 7.32 12.22
5 Serut Malphigia
coccigera 250 0.82 0.05 1.22 2.04
6 Akar Gepeng Andrographis
paniculata 375 1.22 0.05 1.22 2.44
7 Porang Amorphophallus
oncophyllus 250 0.82 0.10 2.44 3.26
8 Anggur Hutan Vitis vinivera 250 0.82 0.10 2.44 3.26
9 Pulutan Urena lobata 250 0.82 0.05 1.22 2.04
10 Alang-alang Imperata
cylindrical 1625 5.31 0.25 6.10 11.40
(49)
12 Rayapan Petroselinum
crispum 4625 15.10 0.30 7.32 22.42
13 Gepengan Eupatorium sp 875 2.86 0.05 1.22 4.08
14 Manon Alstonia
angustiloba 375 1.22 0.05 1.22 2.44
15 Ketapang Terminalia
cattapa 375 1.22 0.15 3.66 4.88
16 Mahoni Swietenia
macrophylla 250 0.82 0.10 2.44 3.26
17 Klayu Plumbago
zeylanica 125 0.41 0.05 1.22 1.63
18 Drejet Stachytarpheta
mutabilis 125 0.41 0.05 1.22 1.63
19 Kunyit Curcuma
longae 375 1.22 0.05 1.22 2.44
20 Lulangan Eleusine indica 2125 6.94 0.35 8.54 15.48
21 Udel-udelan Piper betle 375 1.22 0.10 2.44 3.66
22 Nyamplungan Calophyllum
inophyllum 125 0.41 0.05 1.22 1.63
23 Penitian Phyllantus
nirun 125 0.41 0.05 1.22 1.63
24 Sono Pterocarpus
indicus 1375 4.49 0.10 2.44 6.93
25 Jati Tectona grandis 250 0.82 0.05 1.22 2.04
26 Wedusan Ageratum
conyzoides 125 0.41 0.05 1.22 1.63
27 Jaruman Gloriosa
superba 250 0.82 0.05 1.22 2.04
28 Sonokeling Dalbergia
latifolia 625 2.04 0.05 1.22 3.26
29 Patikan Euphorbia hirta 250 0.82 0.05 1.22 2.04
JUMLAH 30625 100.00 4.10 100.00 200.00
Berbeda dengan kondisi petak pasca kebakaran permukaan, pada petak tidak terbakar ditemukan 18 jenis tumbuhan bawah. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah menunjukkan jenis yang paling dominan adalah Abul-abul (Clinacanthus nutans) dengan nilai K sebanyak 29625 ind/ha (63,37% dari total) dan nilai F tertinggi yaitu 0,90 (28,13% dari total) sehingga menghasilkan nilai INP sebesar 91,49% (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada petak tidak terbakar
No Jenis Nama Ilmiah K
(ind/ha)
KR
(%) F
FR
(%) INP (%)
1 Abul-abul Clinacanthus
nutans 29625 63.37 0.9 28.13 91.49
2 Lamtoro Leucaena
(50)
3 Alang-alang
Imperata
cylindrical 625 1.34 0.05 1.56 2.90
4 Rumput
teki
Cymbopogon
winterianus 625 1.34 0.05 1.56 2.90
5
Umbi-umbian
Colocasia
esculenta 500 1.07 0.15 4.69 5.76
6 Patikan Euphorbia hirta 500 1.07 0.05 1.56 2.63
7 Grumabur Guazuma
ulmifolia 125 0.27 0.05 1.56 1.83
8 Bantengan Pluchea indica 125 0.27 0.05 1.56 1.83
9 Kuningan Acalypha indica 2125 4.55 0.15 4.69 9.23
10 Kacangan Arachis
hypogaea 125 0.27 0.05 1.56 1.83
11 Klayu Plumbago
zeylanica 125 0.27 0.05 1.56 1.83
12 Pepeng Colues
amboinicus 125 0.27 0.05 1.56 1.83
13 Pulutan Urena lobata 1500 3.21 0.25 7.81 11.02
14
Udel-udelan Piper betle 2250 4.81 0.3 9.38 14.19
15 Jati Tectona grandis 1500 3.21 0.25 7.81 11.02
16 Gepengan Eupatorium sp 250 0.53 0.05 1.56 2.10
17 Kepikan Physalis
peruvianna 125 0.27 0.05 1.56 1.83
18 Porang Amorphophallus
oncophyllus 125 0.27 0.05 1.56 1.83
JUMLAH 46750 100.00 3.2 100.00 200.00
5. 1. 3. Potensi Biomassa Tegakan
Biomassa yang diukur dalam penelitian ini adalah biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yaitu tumbuhan bawah, serasah, dan tegakan. Kandungan biomassa di atas permukaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Kandungan biomassa di atas permukaan lahan (tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah)
Potensi Biomassa (ton/ha) Jenis Tegakan
Tegakan Tumbuhan Bawah Serasah Total
Tegakan Pasca Kebakaran 0.2845 0.6870 12.1571 13.1286
Tegakan Tidak Terbakar 0.2328 1.2333 8.7057 10.1718
Pada petak pasca kebakaran permukaan potensi tegakan Jati memiliki biomassa yang lebih besar dibandingkan potensi biomassa tegakan Jati pada petak tidak terbakar. Adapun potensi biomassa tegakan pada petak pasca kebakaran
(51)
permukaan adalah 0,2845 ton/ha, sedangkan pada petak tidak terbakar potensi biomassa tegakannya adalah 0,2328 ton/ha.
Gambar 7. Potensi biomassa tegakan Jati pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
5. 1. 4. Potensi Biomassa Tumbuhan Bawah
Berbeda dengan potensi biomassa pada tegakan, untuk potensi biomassa tumbuhan bawah menunjukkan hasil yang berkebalikan. Potensi biomassa tumbuhan bawah pada petak pasca kebakaran permukaan lebih kecil dibandingkan potensi biomassa petak tidak terbakar. Potensi biomassa tumbuhan bawah petak pasca kebakaran permukaan adalah 0,6870 ton/ha, sedangkan potensi biomassa tumbuhan bawah petak tidak terbakar adalah 1,2333 ton/ha.
Gambar 8. Potensi biomassa tumbuhan bawah pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
(52)
5. 1. 5. Potensi Biomassa Serasah
Potensi biomassa serasah pada petak pasca kebakaran permukaan menunjukkan hasil biomassa yang lebih besar dibandingkan potensi biomassa serasah pada petak tidak terbakar. Pada potensi biomassa serasah petak pasca kebakaran permukaan potensi biomassa serasahnya adalah 12,1571 ton/ha, sedangkan potensi biomassa serasah pada petak tidak terbakar adalah 8,7056 ton/ha.
Gambar 9. Potensi biomassa serasah pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
5. 1. 6. Potensi Biomassa Total di Atas Permukaan
Hasil penjumlahan biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yang terdiri dari tumbuhan bawah, serasah, dan tegakan menunjukkan bahwa potensi biomassa total pada petak pasca kebakaran permukaan lebih besar dibandingkan dengan potensi biomassa total pada petak terbakar. Potensi biomassa total petak pasca kebakaran permukaan adalah 13,1286 ton/ha. Sedangkan pada petak tidak terbakar, total potensi biomassanya adalah 10,1718 ton/ha.
(53)
Gambar 10. Potensi biomassa total di atas permukaan pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
5. 1. 7. Potensi Simpanan Karbon Tegakan
Potensi simpanan karbon yang dilakukan dalam penelitian ini adalah potensi simpanan karbon di atas permukaan yaitu pada tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah. Hasil penghitungan di lapangan menggunakan studi tentang biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari jumlah biomassa, dimana hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown, 1997). Potensi simpanan karbon baik dari tegakan, tumbuhan bawah maupun serasah dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Potensi simpanan karbon di atas permukaan lahan (tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah)
Potensi Karbon (ton/ha)
Jenis Tegakan Tegakan Tumbuhan Bawah Serasah Total
Tegakan Pasca
Kebakaran 0.1423 0.3435 6.0786 6.5644
Tegakan Tidak
Terbakar 0.1164 0.6166 4.3529 5.0859
Pada jenis tegakan pasca kebakaran permukaan, potensi simpanan karbon tegakannya adalah 0,1423 ton/ha. Berbeda dengan jenis tegakan yang tidak terbakar potensi simpanan karbon tegakannya adalah 0,1164 ton/ha. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah volume tegakan pada petak pasca kebakaran permukaan lebih besar daripada volume tegakan pada petak tidak terbakar.
(54)
Gambar 11. Potensi serapan karbon tegakan pada petak pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
5. 1. 8. Potensi Simpanan Karbon Tumbuhan Bawah
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap biomassa tumbuhan bawah, maka potensi biomassa pada petak pasca kebakaran permukaan lebih rendah daripada petak tidak terbakar. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap potensi simpanan karbon pada tumbuhan bawah, yaitu potensi simpanan karbon tumbuhan bawah pada petak pasca kebakaran permukaan lebih rendah daripada petak tidak terbakar. Hasil perhitungan simpanan karbon tumbuhan bawah pada petak pasca kebakaran permukaan adalah 0,3435 ton/ha, sedangkan potensi simpanan karbon tumbuhan bawah pada petak tidak terbakar adalah 0,6166 ton/ha.
Gambar 12. Potensi serapan karbon tumbuhan bawah pada petak pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
(55)
5. 1. 9. Potensi Simpanan Karbon Serasah
Selain tegakan dan tumbuhan bawah, potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah juga terdapat pada serasah. Hasil perhitungan potensi karbon serasah pada petak pasca kebakaran adalah 6,0786 ton/ha dan potensi karbon serasah pada petak tidak terbakar adalah sebesar 4,3529 ton/ha. Dapat disimpulkan bahwa potensi simpanan karbon serasah pada petak pasca kebakaran permukaan lebih besar daripada petak tidak terbakar.
Gambar 13. Potensi serapan karbon serasah pada petak pasca kebakaran permukaan dan petak tidak terbakar
5. 1. 10. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan
Keseluruhan hasil perhitungan potensi simpanan karbon berupa simpanan karbon pada tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah merupakan pendugaan terhadap potensi simpanan karbon di atas permukaan (above ground). Berdasarkan perhitungan terhadap simpanan karbon sebelumnya, pada petak pasca kebakaran permukaan, potensi simpanan karbon total lebih besar daripada petak tidak terbakar. Potensi simpanan karbon pada petak pasca kebakaran permukaan adalah 6,5644ton/ha. Sedangkan potensi simpanan karbon pada petak tidak terbakar adalah 5,0859 ton/ha. Hal tersebut disebabkan oleh nilai dari potensi simpanan karbon pada tegakan dan pada serasah menunjukkan nilai yang lebih besar pada petak pasca kebakaran permukaan dengan petak tidak terbakar.
(1)
3
Rayapan
Petroselinum crispum
7
4 Drejet
Stachytarpheta mutabilis
1
1 Alang-alang
Imperata cylindrical
5
2 Kunyit
Curcuma longae
3
3
1
Lamtoro
Leucaena leucocephala
7
1 Ketapang
Terminalia cattapa
1
2 Lulangan
Eleusine indica
2
3 Abul-abul
Clinacanthus nutans
2
4 Udel-udelan
Piper betle
2
5 Nyamplungan
Calophyllum inophyllum
1
6 Mahoni
Swietenia macrophylla
1
7 Penitian
Phyllantus nirun
1
8
2
Lamtoro
Leucaena leucocephala
7
1 Lulangan
Eleusine indica
1
2 Rayapan
Petroselinum crispum
1
3 Ceplikan
Ruellia tuberosa
1
4
3
Lamtoro
Leucaena leucocephala
5
1 Ceplikan
Ruellia tuberosa
3
2 Sono
Pterocarpus indicus
4
3 Udel-udelan
Piper betle
1
4 Lulangan
Eleusine indica
4
5
IV
4
Lamtoro
Leucaena leucocephala
5
1 Ceplikan
Ruellia tuberosa
1
2 Abul-abul
Clinacanthus nutans
2
3 Lulangan
Eleusine indica
7
4 Kartok
Talinum paniculatum
1
5
1
Jati
Tectona grandis
2
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
4
2 Lulangan
Eleusine indica
1
3 Wedusan
Ageratum conyzoides
1
4 Ceplikan
Ruellia tuberosa
2
5 Jaruman
Gloriosa superba
2
6 Lamtoro
Leucaena leucocephala
5
7
2
Rayapan
Petroselinum crispum
10
1 Sonokeling
Dalbergia latifolia
5
2 Lamtoro
Leucaena leucocephala
5
3 Ketapang
Terminalia cattapa
1
4
3
Lulangan
Eleusine indica
1
1 Lulangan
Eleusine indica
1
2 Patikan
Euphorbia hirta
1
3 Abul-abul
Clinacanthus nutans
1
4 Sono
Pterocarpus indicus
7
5
V
4
(2)
Lampiran 6. Data Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Petak Tidak
Terbakar
No. Petak
Sub
Petak
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Jumlah
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
8
2
1
Lamtoro
Leucaena leucocephala
2
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
7
2 Lamtoro
Leucaena leucocephala
2
3
2
Alang-alang
Imperata cylindrical
5
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
8
2 Lamtoro
Leucaena leucocephala
2
3 Rumput
teki
Cymbopogon winterianus
5
4
3
Umbi-umbian
Colocasia esculenta
4
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
11
2 Lamtoro
Leucaena leucocephala
4
3
I
4
Patikan
Euphorbia hirta
1
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
14
2 Grumabur
Guazuma ulmifolia
1
3 Bantengan
Pluchea indica
1
4
1
Lamtoro
Leucaena leucocephala
4
1 Kuningan
Acalypha indica
4
2 Abul-abul
Clinacanthus nutans
5
3 Kacangan
Arachis hypogaea
1
4 Klayu
Plumbago zeylanica
1
5 Lamtoro
Leucaena leucocephala
4
6
2
Pepeng
Colues amboinicus
1
1 Kuningan
Acalypha indica
7
2 Pulutan
Urena lobata
5
3
3
Abul-abul
Clinacanthus nutans
15
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
5
2
II
4
Kuningan
Acalypha indica
6
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
3
2
1
Lamtoro
Leucaena leucocephala
4
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
3
2
2
Lamtoro
Leucaena leucocephala
4
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
8
2 Lamtoro
Leucaena leucocephala
7
3
3
Udel-udelan
Piper betle
1
1 Patikan
Euphorbia hirta
1
2
III
4
Abul-abul
Clinacanthus nutans
68
1 Jati
Tectona grandis
1
2 Abul-abul
Clinacanthus nutans
1
3
IV
1
(3)
1
Abul-abul
Clinacanthus nutans
3
2
2
Lamtoro
Leucaena leucocephala
3
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
14
2 Jati
Tectona grandis
3
3 Kartok
Talinum paniculatum
6
4
3
Patikan
Euphorbia hirta
2
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
38
2 Jati
Tectona grandis
3
3 Udel-udelan
Piper betle
1
4 Gepengan
Eupatorium
sp
2
5
4
Lamtoro
Leucaena leucocephala
4
1 Pulutan
Urena lobata
2
2 Udel-udelan
Piper betle
3
3
1
Kepikan
Physalis peruvianna
1
1 Pulutan
Urena lobata
1
2
2
Udel-udelan
Piper betle
4
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
13
2 Pulutan
Urena lobata
3
3 Jati
Tectona grandis
1
4 Porang
Amorphophallus oncophyllus
1
5
3
Lamtoro
Leucaena leucocephala
7
1 Abul-abul
Clinacanthus nutans
13
2 Udel-udelan
Piper betle
2
3 Jati
Tectona grandis
4
4 Pulutan
Urena lobata
1
5
V
4
(4)
Lampiran 7. Tabulasi data untuk uji ANOVA
Karbon
hutan
vegetasi
Petak
(ton/ha)
0.0299
1
1
1
0.0337
1
1
2
0.0280
1
1
3
0.0249
1
1
4
2.4870
1
1
5
1.1130
1
2
1
1.6570
1
2
2
1.1645
1
2
3
1.4891
1
2
4
1.1463
1
2
5
0.0810
1
3
1
0.0509
1
3
2
0.1124
1
3
3
0.0330
1
3
4
0.0662
1
3
5
0.0200
2
1
1
0.0372
2
1
2
0.0142
2
1
3
0.0203
2
1
4
0.0247
2
1
5
0.4055
2
2
1
1.3196
2
2
2
0.5516
2
2
3
1.0874
2
2
4
0.9888
2
2
5
0.1844
2
3
1
0.0811
2
3
2
0.1069
2
3
3
0.1514
2
3
4
0.0928
2
3
5
Keterangan:
Hutan1= hutan pasca terbakar
Hutan2=hutan tidak terbakar
Vegetasi1= Tegakan Jati
Vegetasi2=Serasah
Vegetasi3=Tanaman Bawah
Petak=ulangan
(5)
Lampiran 8. Tabel sidik ragam hasil ANOVA
ANOVA: ln karbon versus hutan; vegetasi
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Hutan 1 0.002 0.002 0.002 0.01 0.907
Vegetasi(Hutan) 4 71.199 71.199 17.800 145.61 0.000
Error 24 2.934 2.934 0.122
Total 29 74.135
S = 0.349633 R-Sq = 96.04% R-Sq(adj) = 95.22%
Lampiran 9. Hasil analisa LSD
One-way ANOVA: C* versus veg
Source DF SS MS F P veg 5 71.201 14.240 116.49 0.000 Error 24 2.934 0.122
Total 29 74.135
S = 0.3496 R-Sq = 96.04% R-Sq(adj) = 95.22%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev
Level N Mean StDev ----+---+---+---+--- 1 5 -3.5652 0.1210 (-*--)
2 5 -3.8112 0.3523 (-*--)
3 5 0.1895 0.1182 (--*-) 4 5 -0.2295 0.4973 (--*--) 5 5 -2.7606 0.4648 (--*--)
6 5 -2.1407 0.3426 (--*--)
----+---+---+---+--- -3.6 -2.4 -1.2 0.0 Pooled StDev = 0.3496
Fisher 95% Individual Confidence Intervals All Pairwise Comparisons among Levels of veg Simultaneous confidence level = 66.17%
veg = 1 subtracted from:
veg Lower Center Upper ---+---+---+---+- 2 -0.7024 -0.2460 0.2104 (-*-)
3 3.2983 3.7547 4.2111 (-*-) 4 2.8793 3.3357 3.7920 (*-) 5 0.3482 0.8046 1.2609 (-*-)
6 0.9681 1.4245 1.8808 (-*-)
---+---+---+---+- -2.5 0.0 2.5 5.0
(6)
veg = 2 subtracted from:
veg Lower Center Upper ---+---+---+---+- 3 3.5443 4.0007 4.4571 (-*-) 4 3.1253 3.5817 4.0381 (*-) 5 0.5942 1.0506 1.5070 (-*-)
6 1.2141 1.6705 2.1269 (-*-)
---+---+---+---+- -2.5 0.0 2.5 5.0
veg = 3 subtracted from:
veg Lower Center Upper ---+---+---+---+- 4 -0.8754 -0.4190 0.0374 (-*-)
5 -3.4065 -2.9501 -2.4937 (-*-) 6 -2.7866 -2.3302 -1.8738 (-*-)
---+---+---+---+- -2.5 0.0 2.5 5.0
veg = 4 subtracted from:
veg Lower Center Upper ---+---+---+---+- 5 -2.9875 -2.5311 -2.0747 (-*-)
6 -2.3676 -1.9112 -1.4548 (*-)
---+---+---+---+- -2.5 0.0 2.5 5.0
veg = 5 subtracted from:
veg Lower Center Upper ---+---+---+---+- 6 0.1635 0.6199 1.0763 (*-)
---+---+---+---+- -2.5 0.0 2.5 5.0