Faktor-faktor yang Berhubunagn dengan Peran Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan Wilayah Cisarua Kabupaten Bogor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN
DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA
KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI
ERLI YUNEKANTARI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

1

RINGKASAN
ERLI YUNEKANTARI. D34101045. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Peran Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos
Kesehatan Hewan Wilayah Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi
Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

: Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi.
: Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU

Salah satu tindakan nyata yang dilakukan untuk mengembangkan usaha
ternak domba yaitu pembinaan bagi peternak di pedesaan. Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan merupakan salah satu lembaga
penyuluhan yang dapat membantu peternak dalam mengembangkan usahanya
melalui kegiatan penyuluhan. Keberhasilan UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan
Hewan dalam membina peternak tidak terlepas dari kerja keras para penyuluh dan
peran serta aktif peternak. Dari dua sisi inilah UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan
Hewan mendapat masukan-masukan yang merupakan evaluasi untuk memperbaiki
kinerjanya sehingga lembaga dapat lebih meningkatkan peran sertanya memajukan
dunia peternakan.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui faktor internal dan eksternal
peternak domba, 2) mengetahui faktor internal dan eksternal penyuluh,
3) mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peran lembaga penyuluhan,
4) menganalisis hubungan faktor internal dan ekternal peternak dan penyuluh dengan
kelembagaan penyuluhan. Penelitian ini berlangsung sejak tanggal 7 Oktober - 21

November 2005. Sampel diambil secara acak sederhana sebanyak 70 orang peternak
dan tiga orang penyuluh sebagai responden. Penelitian didesain sebagai penelitian
survei deskriptif korelasional. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
data sekunder. Analisis data meliputi analisis desktiptif dan korelasi Rank Spearman.
Responden peternak berusia 37-50 tahun, berpendidikan tamat SD,
pengalaman beternak 6-15 tahun, skala usaha 0-0,49 ST, lahan usaha 0-0,3 Ha,
pekerjaan utama sebagai petani, pekerjaan tambahan sebagai peternak dan
pendapatan Rp. 450.000-800.000/bulan. Responden penyuluh berusia 38, 43 dan 44
tahun, pendidikan tamat Perguruan Tinggi (PT) yaitu Diploma III, dengan
pengalaman menjadi penyuluh dari 11-19 tahun dan pendapatan Rp. 925.0001.400.000/bulan. Faktor internal secara umum berhubungan nyata dengan
kelembagaan penyuluhan, sedangkan faktor eksternal tidak berhubungan nyata
dengan kelembagaan penyuluhan. Fungsi lembaga penyuluhan sebagai
penyelenggara kegiatan penyuluhan dalam menjalankan tugasnya berhubungan nyata
dengan faktor internal dan ekternal peternak juga penyuluh. Penilaian peternak
terhadap peran lembaga menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai sumber
informasi, pendidik, membantu dalam mengambil keputusan dan mencapai tujuan.
Kata-kata kunci : lembaga penyuluhan, peternak, penyuluh.

2


ABSTRACT
Factors Correlated to The Role of Technical Consultant and Husbandary
Health Pos Service in Cisarua Area, Regency of Bogor.
Yunekantari E., W.B. Priatna, D. Susanto
One of a real action to develope the livestock farming is an extension for the
farmers in the rural area.Technical Consultant and Husbandary Health Pos Service is
one of the extension agency which can help the farmers to develop their farm by
extension activity. The Technical Consultant and Husbandary Health Pos Service
success is determined by hard work of extension agents and the farmers roles. From
this side Technical Consultant and Husbandary Health Pos Service gets input to
improve their performance so that the Technical Consultant and Husbandary Health
Pos Service can improve their role in the farm development. The aims of the study
are 1) to know the sheep farmer internal and external factors, 2) to know the
extension agent internal and external factors, 3) to know the factors that correlate to
the role of extension agency, 4) to analyze the internal and external farmer and
extension agent in relationship to extension agency. This study was conducted from
7rd October until 21rd November 2005. The population of the study is all the sheep
farmers and extension agent in subdistrict of Caringin. As many of 70 farmers were
taken as sample using simple random sampling method and three extension agents as
respondents. This study uses primary and secondary data. This study designed as a

descriptive correlation survey. The internal and external farmers and extension
agents relationship to extension agency were analyzed by Rank Spearman. Most of
the farmers are 37-50 years old, graduated from elementary school, have 6-15 years
of farming experience, have 0-0,49 ST of sheeps, 0-0.3 Ha land, farmers have the
main occupation as farmer, has additional occupation as sheep farmer and the income
of farmer is ranging from Rp. 450.000 to Rp. 800.000 per month. The extension
agents are 38, 43, and 44 years old, graduate from Academy and have 11-19 years
experience and also get Rp.925.000-1.400.000 income per month. The sheep farmer
internal factors (age, education level, farming experience, farm land, income,
occupation) have significant correlation to the agency role and intensity of extension,
meanwhile the sheep farmer external factors (economic of scale, the market share
and government policy) have no significant correlation to the agency role and
intensity of extension.
key words : extension agent, extension agency, sheep farmer.

3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN
DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA

KABUPATEN BOGOR

ERLI YUNEKANTARI
D34101045

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN
DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA
KABUPATEN BOGOR


Oleh
ERLI YUNEKANTARI
D34101045

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 10 Maret 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi.
NIP. 131 956 687

Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur. Sc
NIP 131 624 188
5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Juni 1983 di Bogor, Jawa Barat. Penulis
adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muchtadin dan Ibu
Yoyoh.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Babakan Dramaga V.
Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1
Dramaga dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di
SMUN 1 Leuwiliang.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi
Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2001. Selama
mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
Industri Peternakan (HIMASEIP) pada tahun 2002-2003, serta berbagai kegiatan dan
kepanitiaan di dalam maupun di luar kampus IPB.

6


KATA PENGANTAR
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan
merupakan unsur pelaksana operasional Dinas yang bertanggungjawab kepada Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan
Hewan merupakan salah satu lembaga penyuluhan yang keberadaannya sangat
membantu wilayah-wilayah dalam lingkup kerja UPTD Penyuluhan dan Pos
Kesehatan Hewan tersebut untuk mengembangkan potensi yang ada di wilayah
tersebut.
Adanya kegiatan pembinaan di Kecamatan Caringin yang ditujukan kepada
petani-peternak merupakan bukti nyata bahwa lembaga penyuluhan berperan dalam
memajukan usaha peternakan. Salah satu aspek yang dibahas dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan peran UPTD Penyuluhan dan Pos
Kesehatan Hewan wilayah Cisarua sebagai lembaga penyuluhan yang telah
dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2005
Skripsi ini disusun dengan harapan dapat menjadi referensi dan informasi
bagi pemerintah daerah, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
dalam mengambil keputusan maupun kebijakan yang berhubungan dengan
peningkatan sumberdaya manusia peternakan di Kecamatan Caringin, Kabupaten
Bogor. Skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peran Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan Wilayah
Cisarua, Kabupaten Bogor diharapkan dapat memberi manfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa serta memberi wacana baru bagi para pembaca.
Penulisan skripsi ini disusun melalui pengamatan langsung di Kecamatan
Caringin, pencarian informasi pustaka di perpustakaan, diskusi dengan dosen
pembimbing serta melalui seminar hasil di depan mahasiswa. Metode yang
digunakan dalam skripsi ini adalah melalui survey pada peternak domba di
Kecamatan Caringin. Analisis pengolahan data yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan uji korelasi Rank Spearman (rs).
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2006
Penulis
7

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...............................................................................................

i


ABSTRACT ..................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..................................................................................

vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................


x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xi

PENDAHULUAN ........................................................................................

1

Latar Belakang
................................................................................
Perumusan Masalah .............................................................................
Tujuan .................................................................................................
Manfaat ...............................................................................................

1
3
4
4

KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

7

Penyuluhan ........................................................................................ 7
Tujuan dan Sasaran Penyuluhan ....................................................... 9
Lembaga Peyuluhan .......................................................................... 12
Penyuluh ............................................................................................. 13
Usaha Ternak Domba ......................................................................... 15
METODE PENELITIAN ............................................................................ 17
Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Populasi dan Sampel ..........................................................................
Desain .................................................................................................
Data dan Instrumentasi ......................................................................
Validitas dan Realibilitas Instrumen .................................................
Pengumpulan Data ..............................................................................
Analisis Data ......................................................................................
Definisi Istilah ...................................................................................

17
17
18
18
18
19
20
20

KEADAAN UMUM LOKASI ................................................................... 22
Wilayah .............................................................................................. 22
Potensi Sumberdaya Alam ................................................................. 24
Potensi Sumberdaya Manusia ............................................................ 25

8

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 27
Faktor Internal Peternak ....................................................................
Umur ...........................................................................................
Pendidikan ..................................................................................
Pekerjaan Utama .........................................................................
Pengalaman Beternak .................................................................
Skala Usaha .................................................................................
Lahan Usaha ...............................................................................
Pendapatan ..................................................................................
Faktor Internal Penyuluh ..................................................................
Umur ..........................................................................................
Pendidikan Formal .......................................................................
Pengalaman Menjadi Penyuluh ..................................................
Pendapatan .................................................................................
Faktor Eksternal Peternak dan Penyuluh ............................................
Faktor Eksternal Peternak .............................................................
Faktor Eksternal Penyuluh ............................................................
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Peternak dan
Penyuluh dengan Kelembagaan Penyuluhan ...................................
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Peternak dengan
Kelembagaan Penyuluhan .............................................................
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Penyuluh dengan
Kelembagaan Penyuluhan .............................................................

27
28
28
28
29
30
30
31
31
31
31
32
32
32
32
36
38
38
43

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 46
Kesimpulan ........................................................................................ 46
Saran ................................................................................................. 46
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48
LAMPIRAN ................................................................................................. 50

9

DAFTRAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 17

2.

Daftar Luas Kerja UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan
Wilayah Cisarua Kabupaten Bogor .................................................... 23

3.

Sebaran Luas Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Caringin
Tahun 2004 .......................................................................................... 24

4.

Sebaran Jenis Ternak di Kecamatan Caringin Tahun 2004 ................. 25

5.

Persentase Tingkat Penerapan Teknologi Peternakan (%)
di Kecamatan Caringin Tahun 2004
.............................................. 26

6.

Faktor Internal Responden Peternak

7.

Pekerjaan Tambahan Rsponden Peternak

8.

Rataan Skor Peluang Pasar Menurut Tujuan Pemasaran

9.

Rataan Skor Peran Penilaian Responden Peternak Terhadap
Peran Penyuluh
............................................................................. 34

.............................................. 27
...................................... 29
.............. 33

10. Rataan Skor Penilaian Responden Peternak Terhadap
Kebijakan Pemerintah
................................................................... 35
11. Rataan Skor Penilaian Responden Peternak Terhadap
Kegiatan Penyuluhan
..................................................................... 35
12. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Peternak
dengan Kelembagaan Penyuluhan
................................................. 38

10

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Kerangka Pemikiran

......................................................................

6

2.

Desa Pasir Buncir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor ............ 24

3.

Bagan Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan
......................................... 36

11

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Peta Kecamatan Caringin .................................................................. 51

2.

SK Penelitian ..................................................................................... 52

3.

Hasil Uji Korelasi Rank Spearman (rs) untuk Hubungan Faktor
Internal dan Eksternal Peternak dengan Kelembagaan Penyuluhan .. 53

12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Besarnya permintaan pasar (ekspor dan dalam negeri) akan daging
memberikan angin segar bagi para petani-peternak untuk lebih berupaya
mengembangkan jumlah dan mutu ternaknya. Salah satu jenis ternak yang cukup
potensial untuk memenuhi permintaan dalam dan luar negeri adalah ternak domba.
Persoalannya mampukah para petani-peternak memanfaatkan peluang tersebut, untuk
itu perlu diambil langkah-langkah nyata ke arah perbaikan sistem pemeliharaan,
termasuk pembinaan para petani-peternak domba di pedesaan (Mathius, 1991).
Bagi daerah sendiri hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi, apalagi
dengan telah digulirkannya Undang-Undang Otonomi Daerah pada tanggal 1 Januari
1999 dan eforia reformasi yang telah memberikan kewenangan seluas-luasnya bagi
daerah untuk mengembangkan potensi yang terdapat di daerahnya termasuk kegiatan
pengembangan usaha sub sektor peternakan khususnya ternak domba. Potensi ternak
domba di wilayah Kecamatan Caringin cukup baik, selain terdapat sumberdaya
manusia, lingkungan sangat mendukung untuk pengembangan usaha ternak domba di
wilayah tersebut.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pengembangan
usaha ternak domba dibutuhkan suatu lembaga yang dapat membina para petanipeternak agar mereka dapat mengembangkan usaha ternak dombanya dengan baik.
Adapun lembaga yang saat ini ada untuk melakukan pembinaan kepada peternak
domba adalah lembaga penyuluhan. Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD)

Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan merupakan salah satu lembaga penyuluhan
yang keberadaannya sangat membantu wilayah-wilayah dalam lingkup kerjanya
untuk mengembangkan potensi yang ada di wilayah tersebut.
Keberhasilan UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan dalam membina
para petani-peternak domba, tidak terlepas dari kerja keras para penyuluh di
lapangan. Penyuluh memberikan pengaruh yang sangat besar pada lembaga
penyuluhan dalam menjalankan peranannya. Peran aktif dari peternak, melalui
masukan-masukannya, kritik dan saran sangat membantu UPTD Penyuluhan dan Pos
Kesehatan Hewan untuk memperbaiki kinerjanya, sehingga lembaga dapat lebih
meningkatkan peranannya dalam memajukan dunia peternakan. Keberhasilan yang
13

dicapai tidak hanya dinilai dari kesuksesan menjalankan penyuluhan, akan tetapi juga
diperlukan sebuah bukti nyata yang dapat dirasakan oleh para petani-peternak, yakni
meningkatnya usaha ternak domba yang dilakukan oleh para peternak.
Pemilihan Kecamatan Caringin sebagai lokasi penelitian didasari beberapa
hal, pertama bahwa Kecamatan Caringin merupakan salah satu Kecamatan yang
termasuk dalam wilayah kerja UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan Cisarua
yang merupakan kantong ternak, juga mempunyai potensi dibidang pertanian,
perikanan dan perkebunan, karena sebagian produk pertanian di pasar-pasar
tradisional Bogor maupun Jakarta berasal dari Kecamatan Caringin. Kedua, karena
keinginan peternak untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara beternak domba
yang baik melalui kegiatan penyuluhan yang terbagi dalam kelompok-kelompok
ternak, sehingga dapat merasakan ada tidaknya manfaat penyuluhan. Selain itu,
keberadaan penyuluh peternakan, terutama yang mendapat tugas di wilayah tersebut
menjadi pertimbangan penelitian. Dua bagian inilah yaitu terdiri dari para peternak
dan penyuluh diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan dunia
peternakan melalui kegiatan penyuluhan, khususnya di wilayah Kecamatan Caringin.
Mengutip pernyataan Susanto (2001) peran penyuluhan di dalam konteks
otonomi daerah dan desentralisasi perlu jelas dirumuskan sehingga mudah dipahami
berbagai pihak, mudah dioperasionalkan dan keterkaitannya dengan kelembagaan
formal dan tidak formal akan cenderung menguntungkan petani. Selama ini peristiwa
yang sering terjadi di kalangan petani-peternak yaitu petani-peternak merasa
kebingungan harus bertanya kepada siapa ketika mereka mengalami kesulitan dalam
menjalankan usahanya. Tidak adanya petugas atau tempat bertanya bagi para
peternak menyebabkan tujuan usahanya dapat terhambat, untuk itu perlu adanya
kejelasan dari fungsi penyuluh.
Kejelasan fungsi dan potensi penyuluhan pertanian dalam era otonomi daerah
maka sekaligus hendaklah mengundang dukungan berbagai pihak yang terkait
dengan program agribisnis, sehingga keberhasilannya dapat berciri sebagai pedang
bermata majemuk, yakni : meningkatkan kesejahteraan dan status petani, membuat
nama daerah bersangkutan lebih dikenal, memberi kontribusi kepada Pendapatan
Asli Daerah (PAD) lebih besar, mengharumkan nama penyuluh pertanian dan
manfaat lainnya. Pemanfaatan waktu hendaklah lebih dikonsentrasikan pada

14

pengembangan kualitas sumberdaya manusia di daerah yang akan berperan penting
dalam pengembangan otonomi dan pembangunan berbagai bidang, termasuk
pembangunan pertanian.
Daerah pedesaan merupakan sentra perekonomian negara, oleh karena itu
pembangunan di pedesaan harus terus digalakkan. Berdasarkan uraian di atas maka
penting untuk diteliti mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
peran UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan sebagai lembaga penyuluhan
peternakan dalam mengembangkan dunia peternakan, khususnya ternak domba
sebagai wujud keberlanjutan kegiatan penyuluhan.
Perumusan Masalah
Perkembangan peternakan rakyat selama ini masih mengalami berbagai
hambatan, diantaranya adalah pengetahuan dan wawasan peternak yang terbatas serta
kurangnya motivasi untuk mengembangkan pengetahuan dan usahanya. Kondisi ini
mengisyaratkan akan perlunya bantuan dari pemerintah melalui lembaga penyuluhan
maupun pihak lain untuk mengadakan program penyuluhan yang tujuannya adalah
untuk membantu peternak dalam meningkatkan pengetahuan peternak dan
mengembangkan usaha serta meningkatkan motivasi dalam berusaha.
Selama ini penyuluhan yang dilaksanakan oleh pemerintah cenderung
bersifat top down akibatnya program penyuluhan yang diselenggarakan kadang tidak
sesuai dengan kebutuhan peternak. Hal tersebut tentu sangat merugikan sekali, baik
untuk peternak maupun pihak penyelenggara penyuluhan. Keadaan itu seolah
memberikan suatu jawaban bahwa lembaga penyuluhan tidak mampu menjalankan
peranannya dengan baik.
Agar hal tersebut tidak terulang kembali, maka perlu adanya perbaikanperbaikan di tubuh lembaga penyuluhan, sehingga terjadi peningkatan peran lembaga
ke arah yang lebih baik, karena walau bagaimapun penyuluhan masih sangat
dibutuhkan terutama bagi daerah-daerah yang belum tersentuh oleh pembangunan.
Melihat kenyataan tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Bagaimana gambaran faktor internal dan eksternal peternak domba ?
2. Bagaimana gambaran faktor internal dan eksternal penyuluh lapangan
peternakan ?

15

3. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan peran lembaga penyuluhan ?
4. Bagaimana hubungan faktor internal dan eksternal peternak dan penyuluh
dengan kelembagaan penyuluhan ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui faktor internal dan eksternal peternak domba
2. Mengetahui faktor internal dan eksternal penyuluh lapangan
3. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peran lembaga
penyuluhan
4. Mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal peternak dan penyuluh
dengan kelembagaan penyuluhan

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :
1. Tambahan pengetahuan bagi peneliti dan memperluas wawasan mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan peran lembaga penyuluhan.
2. Bahan pertimbangan bagi lembaga penyuluhan maupun instansi yang
berwenang dalam perencanaan program penyuluhan peternakan.
3. Bahan informasi bagi kalangan akademik yang berminat meneliti lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan peran lembaga penyuluhan
di tempat lain.

16

KERANGKA PEMIKIRAN
Organisasi penyuluhan memegang peranan penting dalam membimbing
petani mengorganisasikan diri secara efektif. Organisasi penyuluhan membantu
petani membentuk pendapat dan membuat keputusan, selain itu berperan dalam
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran penyuluh (peternak), juga
memberikan informasi pertanian. Pengetahuan dan informasi pertaniaan ini berguna
untuk menganalisis cara-cara yang mendukung petani karena adanya pengetahuan
dan informasi. Penyuluhan sebagai suatu proses belajar dan proses penyampaian
informasi maupun pesan, tidak hanya sebatas agar informasi atau pesan itu sampai
kepada sasaran, tetapi informasi dan pesan tersebut harus diterima dengan baik dan
dipahami sasaran yang kemudian mampu diterapkan oleh sasaran.
Penelitian yang dilakukan lebih menyoroti faktor penyuluh dan peternaknya.
Karakteristik dari obyek yang diteliti mempunyai pengaruh besar terhadap lembaga
dalam menjalankan perannya. Penyuluh memiliki andil yang sangat besar agar proses
tersebut dapat berjalan dengan baik. Pendidikan, pengalaman, motivasi penyuluh
serta dukungan dari pimpinan dan pemerintah selaku pemegang kebijakan
memberikan pengaruh kepada penyuluh dalam menjalankan tugasnya, karena walau
bagaimanapun sepak terjang seorang penyuluh di lapangan turut mempengaruhi
peran lembaga penyuluhan dan secara tidak langsung meningkatkan peran serta
penyuluh dalam usaha ternak domba.
Peternak yang juga merupakan mitra kerja penyuluh secara langsung
mempengaruhi kinerja seorang penyuluh, dengan latar belakang yang berbeda dari
peternak, penyuluh harus mampu mendampingi mereka dengan baik, sehingga tugas
yang diemban penyuluh yaitu membantu peternak baik dalam penyampaian
informasi, peningkatan pengetahuan, pengambilan keputusan serta pencapaian tujuan
dapat berjalan semaksimal mungkin. Adanya kerjasama antara peternak dengan
penyuluh secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada lembaga dalam
meningkatkan perannya dan secara otomatis apabila hal tersebut berjalan dengan
baik secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan peternak domba.
Peran lembaga diduga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
peternak, selain itu faktor internal dan faktor eksternal penyuluh turut pula
mempengaruhi peran lembaga penyuluhan. Peran lembaga penyuluhan dikatakan
17

baik jika dapat menyelenggarakan penyuluhan secara efektif, karena dari penyuluhan
yang efektif ini diharapkan pada akhirnya dapat membantu peternak meningkatkan
kesejahteraannya. Hubungan antara ciri-ciri peternak, penyuluh dan peran
kelembagaan penyuluhan secara skematis disajikan dalam Gambar 1.
PETERNAK

LEMBAGA PENYULUHAN

Faktor Internal

PENYULUH

Faktor Internal

Karakteristik Peternak :

Peran Lembaga Penyuluhan :

Karakteristik Penyuluh :

• Umur

1.

Memberikan informasi

• Umur

• Pendidikan

2.

Membantu peternak

• Pendidikan

meningkatkan

• Pengalaman menjadi

• Skala usaha

pengetahuan, keterampilan

• Lahan usaha
• Pengalaman Beternak
• Pendapatan
• Pekerjaan utama dan
sampingan

penyuluh
• Motivasi dalam

dan sikap
3.

Membantu peternak dalam

penyuluh

mengambil keputusan.

• Penghasilan

4. Membantu peternak
mencapai tujuannya.

Faktor Eksternal

Faktor Eksternal
Peran lembaga penyuluhan
yang efektif

1.

Peluang pasar

2.

Kebijakan

1.

1) Dinas
2) Pemda

Pemerintah tentang
peternakan

Dukungan pimpinan

2.
Meningkatnya kesejahteraan
peternak

Kebijakan pemerintah
tentang kelembagaan
penyuluhan
peternakan

Keterangan :
: Saling berhubungan dan dikaji (diteliti)
: Saling berhubungan tetapi tidak dikaji (tidak diteliti)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Peran UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan.

18

TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan
Secara harfiah, bahasa “penyuluhan” berasal dari kata “suluh” yang berarti
“obor” atau “pelita” atau pemberi terang. Penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu.
Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu
menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan
meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang diciptakan (Ibrahim, dkk., 2003).
Van den Ban & Hawkins (1999) menekankan penyuluhan lebih kearah
“beratung”, yakni proses untuk membantu petani dalam mengambil keputusan dari
berbagai alternatif pemecahan masalah dan merupakan keterlibatan seseorang untuk
melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar, sedangkan
Kartasapoetra (1991) mendefinisikan bahwa penyuluhan dalam arti umum
merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada
individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai
apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan dengan
demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang bersifat non-formal atau suatu
sistem pendidikan di luar sistem persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan
cara-cara

mencapai

sesuatu

dengan

memuaskan

sambil

orang

itu

tetap

mengerjakannya sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri.
Melihat pengertian diatas maka pengertian penyuluhan pertanian adalah suatu
usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka
mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri
dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat
kehidupannya. Hal senada diungkapkan oleh Samsudin (1977) yakni bahwa
penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non
formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan.

19

Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah untuk
keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Penyuluhan sering
disebut suatu bentuk pendidikan pembangunan karena sifatnya yang selektif, dalam
arti memilih bahan dan metode pendidikannya yang langsung dan segera menunjang
pelaksanaan pembangunan yang dikehendaki (Wiraatmadja, 1983)
Hasil penelitian Wardono (2002) di Tasikmalaya mengenai tanggapan peserta
dan implikasi penyuluhan agribisnis peternakan dalam pekan nasional x agribisnis
menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan dinilai memberikan implikasi yang bagus
terhadap peserta, berupa manfaat bagi usaha, yaitu untuk menghemat biaya,
menambah wawasan, pengalaman dan penghasilan, terutama apabila materi yang
disampaikan penyuluh sesuai untuk diterapkan di daerah masing-masing. Implikasi
juga ditunjukkan oleh ketertarikan peserta untuk menggunakan hasil penyuluhan
dalam usaha mereka.
Kadir (2005) yang mengadakan penelitian di Kecamatan Padang Bolak,
Kabupaten Tapanuli Selatan mengenai efektivitas penyuluhan peternakan sapi
potong rakyat menunjukkan hasil yang sebaliknya. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa kegiatan penyuluhan di Kecamatan Padang Bolak belum efektif, belum
menumbuhkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan beternak dari peternaknya.
Ditemukan ada empat faktor yang menyebabkan tidak efektifnya penyuluhan.
Penyuluhan tidak efektif karena (1) intensitas peyuluhan peternakan yang dilakukan
masih rendah, yaitu hanya satu sampai dua kali dalam sebulan, (2) penyuluhan yang
dilakukan tidak disertai dengan bahan-bahan penunjang yang mendukung keefektifan
belajar seperti: buku, booklet, majalah, dan bahan praktek lain, (3) sumberdaya yang
dimiliki Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sangat minim, dan (4) kesadaran peternak
yang rendah untuk meningkatkan perilaku ditandai dengan jarangnya peternak
mengunjungi BPP guna mencari informasi.

20

Tujuan dan Sasaran Penyuluhan
Tujuan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan modernisasi pertanian. Setiap saat selalu timbul hal-hal baru yang perlu dan
harus disampaikan kepada petani untuk dilaksanakan. Tujuan penyuluhan dibedakan
menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari
penyuluhan pertanian yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih
terarah dalam kegiatan usaha tani di pedesaan, sedangkan tujuan jangka panjangnya
yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani, atau agar kesejahteraan hidup
petani lebih terjamin (Samsudin, 1977)
Menurut Wiriaatmadja (1983), tujuan penyuluhan adalah untuk menambah
kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat
memenuhi keinginan-keinginan mereka. Kartasapoetra (1991) mengemukakan,
bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu
untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha
tani di pedesaan, perubahan-perubahan tersebut hendaknya menyangkut : tingkat
pengetahuan, kecakapan atau kemampuan sikap dan motif tindakan petani,.
sedangkan tujuan jangka panjang dari penyuluhan, yaitu agar tercapai peningkatan
taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan hidup yang lebih terjamin.
Tujuan ini hanya dapat tercapai apabila para petani dalam masyarakat itu, pada
umumnya telah melakukan “better farming, better business and better living”, yang
artinya:
a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya dengan
cara-cara yang lebih baik ;
b. Better business, berusaha yang menguntungkan, misalnya menjauhi para
pengijon, para lintah darat, dsb.
c. Better living, menghemat tidak berpesta-pora setelah melangsungkan panen,
menabung, bekerja sama memperbaiki higiene lingkungan, mendirikan
industri-industri rumah dengan mengikutsertakan keluarganya guna mengisi
kekosongan waktu selama menunggu panen, mendirikan industri kecil

21

dengan melibatkan kegotongroyongan para petani/ibu-ibu petani/tarunataruni petani untuk meningkatkan kualitas produk dan lain-lain.
Selain dapat ditinjau dari aspek waktunya, tujuan penyuluhan pertanian dapat
juga ditinjau dari aspek ruang lingkupnya, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu tujuan
nasional, tujuan regional, tujuan usahatani dan tujuan khusus. Tujuan nasional
penyuluhan pertanian pada umumnya tidak berbeda dengan tujuan regional. Tujuan
nasional atau regional penyuluhan pertanian, yaitu untuk meningkatkan produksi,
meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan devisa,
memperbaiki gizi masyarakat melalui diversifikasi pangan, serta mempertahankan
atau memperbaiki sumber alam dan air.
Tujuan usahatani pada hakekatnya merupakan tujuan yang diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan petani. Tujuan usahatani ini berupa peningkatan produksi
usahatani, peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidup petani. Tujuan
khusus penyuluhan pertanian memperbaiki perilaku petani melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasinya
Ada tiga faktor yang sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan khusus ini,
yaitu : faktor pendorong, faktor penghambat dan faktor pengganggu. Faktor
pendorong menyebabkan petani lebih aktif mengikuti penyuluhan dengan harapan
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan termotivasi ke arah yang
lebih baik. Faktor pendorong ini antara lain berupa : 1). Perasaan belum puas,
sehingga petani berkeinginan untuk menjadi yang lebih baik ; 2). Perasaan terhadap
tingkat produksi yang masih rendah, sehingga petani berusaha meningkatkan
produksi lagi ; 3). Adanya permintaan yang semakin besar terhadap produk-produk
usahataninya ; dan 4). Adanya aktualisasi diri pada petani sehingga petani berusaha
meningkatkan pengetahuannya dengan cara membaca koran dan majalah, mendengar
radio, melihat televisi dan lain-lain. Sebaliknya, faktor penghambat dan faktor
pengganggu menyebabkan petani sasaran enggan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan motivasi ke arah yang lebih baik (Ibrahim, dkk., 2003).

22

Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan pertanian yaitu siapa sebenarnya yang disuluh atau
ditunjukkan kepada siapa penyuluhan pertanian tersebut. Jadi bukan berarti tujuan
yang hendak di capai oleh penyuluhan pertanian. Kita dapat menyatakan dengan
tegas bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah para petani beserta keluarganya
(Kartasapoetra, 1991).
Samsudin (1977) menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian
ditujukan kepada keluarga tani dipedesaan yang terdiri dari bapak tani, ibu tani, dan
pemuda-pemudi tani atau ditujukan untuk masyarakat tani dipedesaan, yang
merupakan kesatuan petani dan keluarganya, sedangkan Ibrahim, dkk. (2003)
menyatakan bahwa sasaran penyuluhan pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu sasaran utama, sasaran penentu dan sasaran penunjang.
1. Sasaran utama
Sasaran utama dalam penyuluhan meliputi petani dan nelayan berserta
para anggota keluarganya, yang terdiri dari bapak tani, ibu tani, pemuda
tani dan pemudi tani.
2. Sasaran penentu
Sasaran penentu dalam penyuluhan pertanian adalah terdiri dari :
1) Pejabat pemerintah di pusat dan daerah. Pejabat selain membuat
keputusan dan peraturan-peraturan, juga dapat menggerakkan
masyarakat yang dipimpinnya, sehingga target petani sasaran yang
diharapkan tercapai;
2) Peneliti dari lingkungan lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Peneliti ini dapat berperan sebagai sumber teknologi. Dalam kondisi
yang demikian ini, maka penyuluh dapat berfungsi sebagai jembatan
antara lembaga penelitian dengan petani, artinya penyuluh dapat
menyampaikan teknologi apa saja yang terdapat di lembaga penelitian
kepada petani dan penyuluh juga dapat menyampaikan teknologi apa
saja yang dibutuhkan;
3) Lembaga perkreditan pertanian. Salah satu kendala petani adalah
permodalan dan salah satu sumber modal usahatani dapat berasal dari
lembaga perkreditan;
23

4) Produsen dan penyalur sarana produksi, alat-alat dan mesin pertanian;
5) Produsen pengolahan hasil pertanian dan lembaga pemasaran.
3. Sasaran penunjang
Sasaran penunjang ini meliputi segenap lapisan masyarakat yang
dapat berperan sebagai pelancar atau penghambat kegiatan penyuluhan.
Sasaran penunjang terdiri dari : 1). Anggota organisasi sosial, organisasi
profesi dan organisasi politik. Sasaran ini pada umumnya dapat
memberikan masukan, yang berupa saran dan kritik kepada pemerintah
maupun pembuat kebijakan lainnya; 2). Seniman. Pada umumnya
seniman menjadi tokoh idola (public figure) yang perilakunya pada
umumnya ditiru oleh penggemarnya. Bila perilaku seniman itu
menunjang tujuan proses penyuluhan berarti dapat mendukung proses
penyuluhan; 3). Pemuka agama, adat dan kepercayaan. Mereka
merupakan pemimpin informal yang mampu menggerakkan masyarakat
di sekitarnya; dan 4). Konsumen hasil-hasil pertanian. Konsumen hasilhasil pertanian dapat bertindak sebagai penentu arah proses produksi
pertanian khususnya pada usahatani komersil.

Lembaga Penyuluhan
Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) merupakan lembaga baru
penyuluhan pertanian di Indonesia sejak diberlakukannya SKB Mendagri-Mentan
1996. Pembentukan organisasi, dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan pada Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor sesuai dengan keputusan Bupati nomor 40 tahun 2004.
Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1990) melihat lembaga kemasyarakatan
berdasarkan ciri yang dimiliki bahwa lembaga kemasyarakatan adalah organisasi
pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya, mempunyai satu tingkat kekekalan tertentu,
mempunyai beberapa tujuan, mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencapai
tujuan, mempunyai lambang-lambang dan mempunyai tradisi tertulis maupun tidak
tertulis yang merupakan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain-lain.

24

Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu
kesatuan fungsional (Soekanto, 1990). Organisasi penyuluhan memegang peranan
penting dalam membimbing petani mengorganisasikan diri secara efektif, selain itu
organisasi penyuluhanpun membantu petani melalui komunikasi, yang berarti
pemberian jasa menghendaki komunikasi ke dalam yang efisien. Dinas penyuluhan
membantu petani membentuk pendapat dan membuat keputusan, selain itu dinas
berperan dalam sistem pengetahuan dan informasi pertanian, konsep sistem
pengetahuan dan informasi pertaniaan ini berguna untuk menganalisis cara-cara yang
mendukung petani karena adanya pengetahuan dan informasi. Sistem tersebut dapat
didefinisikan sebagai : “Orang-orang, jaringan-jaringan kerja, dan lembaga-lembaga
beserta penyatuan dan hubungan diantara mereka yang mengikutsertakan atau
mengatur pembangkitan, transformasi, transmisi, penyimpanan, pemanggilan,
integrasi, difusi serta pemanfaatan pengetahuan dan informasi, dan yang secara
petensial bekerja secara sinergis untuk peningkatan keserasian antara pengetahuan
dan lingkungan, dan teknologi yang digunakan dalam pertanian (Van den Ban &
Hawkins, 1999).

Penyuluh
Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan
dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara
hidupnya yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan
zaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju (Kartasapoetra, 1991).
Menurut Samsudin (1977) yang disebut dengan penyuluh pertanian adalah;
1). Penyuluh yang langsung berhubungan dengan petani, yang sifatnya dikenal oleh
para petani di pedesaan ; misalnya di sini termasuk Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) ataupun Penyuluh Pertanian Media (PPM); 2). Penyuluh yang tidak langsung
berhubungan dengan petani yang umumnya berstatus sebagai pegawai suatu instansi
yang ada hubungannya dengan kegiatan pertanian; misalnya petugas dari Dinas
Pertanian, Pembangunan Masyarakat Desa, Koperasi, dan sebagainya. Dengan
demikian seorang penyuluh pertanian dalam kegiatan tugasnya yang diemban akan
mempunyai tiga peranan yang erat, yaitu :

25

1. berperan sebagai pendidik, yaitu memberikan pengetahuan atau cara-cara
baru dalam budidaya tanaman, agar para petani lebih terarah dalam usaha
taninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usaha
taninya itu;
2. berperan sebagai pemimpin, yaitu dapat membimbing dan memotivasi para
petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerjanya agar timbul
keterbukaan dan mau menerapkan cara-cara bertani baru yang lebih berdayaguna dan berhasil-guna, sehingga tingkat hidupnya akan lebih sejahtera
3. berperan sebagai penasihat, yaitu yang dapat melayani, memberi petunjukpetunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan atau memberikan
contoh-contoh kerja dalam usaha tani dalam memecahkan segala masalah
yang dihadapi para petani.
Selain petugas penyuluh pertanian yang dibawahi oleh pemerintah, juga
terdapat penyuluh pertanian profesional dari pihak swasta seperti dari perusahaan
pupuk, obat-obatan untuk tanaman, alat-alat pertanian, benih, bibit dan lain-lain.
Disamping itu juga terdapat penyuluh pertanian sukarela yang berbentuk kontak tani
di pedesaan yang secara sukarela membantu dinas pertanian dalam usaha
menyebarluaskan teknologi baru
Syarat-syarat yang harus diperhatikan untuk dapat menjadi seorang penyuluh
pertanian yang baik adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengadakan hubungan atau komunikasi yang lancar dengan
sasaran dan diterima sebagai teman sekerja (partner) oleh mereka.
2. Para penyuluh pertanian harus menguasai ilmu dan teknik pertanian
(produksi, pengolahan dan pemasaran) yang lebih maju, sehingga tahu
apa yang akan disuluhkannya itu. Dengan demikian akan menarik dan
menimbulkan rasa percaya pada pihak sasaran.
3. Para penyuluh harus menguasai pula ilmu dan teknik berkomunikasi
sehingga dapat memilih dan menggunakan cara dan alat yang tepat pada
waktunya.
4. Harus mengenal sasaran dan daerah kerja sehingga mengetahui masalahmasalah dan dapat memotivasi bagi kegiatan-kegiatan perubahan yang
dirasakan perlu oleh sasaran.

26

5. Para penyuluh harus menyadari azas-azas penyuluhan untuk dijadikan
pegangan untuk bertindak selanjutnya.
6. Penyuluh pertanian mempunyai kawan-kawan (kawan sejawat dan para
petani) dalam pekerjaannya, oleh sebab itu baik secara peseorangan
maupun kelompok harus bisa menjalankan peranan-peranannya.
Selain mempunyai budi pekerti yang luhur, seorang penyuluh pertanian akan
memperlihatkan sikap terhadap sasaran dan pekerjaannya sebagai berikut :
1. Merasa sebagai sahabat dan bukan sebagai pemimpin,
2. Penuh perhatian pada sasaran dan permasalahan-permasalahannya,
3. Menghargai pendapat orang lain,
4. Penuh pengabdian dan pengorbanan,
5. Selalu mawas diri dan minta maaf untuk kelalaian dan kekhilafan, serta,
6. Sopan santun dan ramah (Wiriaatmadja, 1983)

Usaha Ternak Domba
Peternakan adalah suatu proses biologis yang dikendalikan oleh manusia.
Banyak unsur yang terkait didalamnya dan dapat dikatakan suatu sistem, dimana
manusia sebagai subjek dan ternak sebagai objeknya, sedangkan penerapan teknologi
adalah alat untuk mencapai tujuan.
Setiana dan Abdullah (1994) mengemukakan bahwa pengembangan ternak
ruminansia kecil dalam hal ini ternak domba di pedesaan merupakan upaya yang
sedang digalakkan. Salah satu tujuan upaya tersebut untuk meningkatkan populasi
ternak secara umum dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi
masyarakat. Pemeliharaan ternak ruminansia kecil untuk dikembangkan di pedesaan
dipandang cukup memadai, karena di samping mudah dalam pemeliharaannya juga
di pedesaan masih banyak terdapat sumber hijauan alami yang dapat digunakan
untuk pakan ternak. Pemeliharaan skala kecil diusahakan hanya menggunakan tenaga
kerja keluarga dengan tujuan untuk menabung dan ternak dapat dijual sewaktu-waktu
Beberapa hal yang membuat domba menjadi ternak yang banyak dipelihara
antara lain : 1). Beternak domba tidak memerlukan modal yang terlalu tinggi, 2).
Cara pemeliharaan yang sudah banyak dikenal oleh peternak, 3). Tersedianya cukup
pakan domba di daerah pedesaan, 4). Pertumbuhan yang cepat sehingga dapat
27

menghasilkan uang, 5). Tersedianya tenaga kerja untuk beternak, 6). Pemasaran
ternak domba tidak terlalu sulit karena permintaan akan daging domba cukup tinggi
dan stabil, serta 7). Daya adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungan dan iklim
setempat (Pangestu dan Supraptini, 1996).
Hasil

penelitian

Triyono

(1990)

mengenai

pengaruh

aspek

sosial

pemeliharaan pada pencurahan jam kerja pemeliharaan kambing dan domba
menunjukkan bahwa usaha ternak domba merupakan usaha yang saling menunjang
dengan usahatani tanaman pangan. Didapatkannya kotoran ternak kambing dan
domba yang berfungsi sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah bagi usahatani
tanaman pangan. Sebaliknya, ternak domba memperoleh limbah pertanian, misalnya
daun kacang-kacangan sebagai bahan makanan tambahan.
Sumoprastowo (1993) menyatakan bahwa ternak domba selain sebagai
sumber pangan yang berkualitas tinggi dan penghasil wol, ternak domba juga
mempunyai peranan sebagai objek parawisata bagi daerah tertentu, yaitu berupa
atraksi ketangkasan yang sangat menarik perhatian para wisatawan lokal maupun
mancanegara. Usaha ternak domba sebagai usaha sambilan memberikan tambahan
pendapatan yang cukup membantu dalam menopang penghasilan utama rumah
tangga. Kontribusi yang diberikannya bervariasi diantara berbagai daerah. Hasil
penelitian Lina (1998) di Desa Sukawangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut
menunjukkan bahwa kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga
petani peternak sebesar 21,31 %. Rustam (2001) yang mengadakan penelitian di
daerah Darmaga Bogor mengenai evaluasi dampak program hibah ternak domba
terhadap pendapatan petani memberikan nilai kontribusi sebesar 1,56%.

28

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan wilayah Cisarua dan desa-desa yang
termasuk dalam wilayah Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi
ini dilakukan melalui konsultasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor. Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan yaitu pada tanggal
7 Oktober sampai 21 November 2005.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi penelitian terdiri dari dua kelompok: kelompok pertama adalah
peternak domba yang berada di wilayah Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor,
yang tergabung dalam kelompok ternak domba. Kelompok kedua adalah penyuluh
yang bertanggungjawab di wilayah Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Sampel
Sampel dalam pene

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Bidan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat

3 52 193

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN CONVENIENCE GOODS (Studi Kasus Pada Pegawai Kantor Dinas Pendapatan Unit Pelaksana Teknis Dinas Surabaya 1 di Surabaya)

0 2 82

HUBUNGAN MOTIVASI PEGAWAI DENGAN KINERJA PEGAWAI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENDIDIKAN KECAMATAN TAMANAN KABUPATEN BONDOWOSO

0 7 17

Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran unit pelaksana teknis dinas(UPTD) penyuluhan dan pos kesehatan hewan wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor

0 9 65

EVALUASI KINERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SRAGEN

7 66 139

KINERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PERPARKIRAN DALAM PENATAAN PARKIR DI KOTA SURAKARTA

0 7 107

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPT PSLU (UNIT PELAKSANA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

0 0 16

IMPLEMENTASI TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) KECAMATAN KARANGDOWO KLATEN.

0 16 147

PENGARUH DISIPLIN KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PASAR BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

0 0 8

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI BIDAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS ( UPTD ) PUSKESMAS DI KABUPATEN ACEH BARAT TESIS

0 1 19