Status Gizi Dan Infestasi Cacing Usus Pada Anak Sekolah Dasar

Status Gizi Dan Infestasi Cacing Usus Pada Anak Sekolah Dasar
Elmi
Tiangsa Sembiring
B. Susanti Dewiyani
Endang D. Hamid
Syahril Pasaribu
Chairuddin P. Lubis
Fakultas Kedokteran
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Di Indonesia, penyakit cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah seperti
Ascaris Lumbricoides, Tricus Trichiura dan Cacing Tambang masih merupakan penyakit
rakyat dengan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada masyarakat sosio ekonomi
rendah di pedesaan.
Penyakit ini sering ditemukan secara tunggal maupun campuran yang dapat
menyebabkan gangguan gizi, anemia, gangguan pertumbuhan dan tingkat kecerdasan.
Tingkat pengaruhnya bergantung kepada berat ringannya infestasi, macam cacing serta
endemik tidaknya daerah pemukiman.
Prevalensi pada anak umumnya masih tinggi, di Jakarta Ascariasis pada anak SD
31-86,9 %, Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Tembakau Deli dan Rumah Sakit

Pirngadi Medan Ascariasis 55,8 % Tricuhuriasis 52 % dan Cacing Tambang 7,4 %.
Ascaris Lumbricoides hidup dalam rongga usus manusia dan mengambil makanan
terutama karbohidrat dan protein, 1 ekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14
gram/hari dan protein 0,035 gram/hari.
Akibat adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak yang mengkonsumsi
makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan jatuh kedalam kekurangan gizi
buruk, sedangkan cacing trichuris dan cacing tambang disamping mengambil makanan
juga akan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia.
Masalah gizi anak sekolah adalah masalah kesehatan yang menyangkut masa
depan dan kecerdasan. Astuti 1990 Jakarta mengungkapkan adanya kaitan antara status
gizi dengan index prestasi (IP), sebanyak 58 % murid dengan IP tergolong kurang sampai
buruk terdiri dari 48 % dengan gizi kurang serta buruk dan 10% gizi baik, tentunya ini
sangat memperhatikan.
Studi ini menyajikan kaitan infestasi cacing usus dengan status Gizi murid
Sekolah Dasar Negri di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur batu Kabupaten Deli
Serdang Medan yang mayoritas daerah pertanian.
BAHAN DAN ACARA
Penelitian ini dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri I dan Sekolah Dasar
Negeri II di Desa Tanjung Anom dari bulan September 1995-Maret 1996, Subyek
penelitian adalah murid kelas I sampai VI berumur 6 sampai 15 tahun, sehat dan satu

bulan terakhir tidak makan obat cancing. Pemeriksaan tinja dilakukan dengan
1
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

mikroscopik dengan cara Kato Katz dan cara modifikasi Harada Mori untuk cacing
tambang, Berat dan Tinggi badan diukur dengan Timbangan Beam Balance merek
Detecto yang dilengkapi dengan alat pegukur tinggi. Pengukuran dilakukan di bagian
Parasitologi dan Bagian Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hasilnya
diidentifikasi sesuai dengan nama dan jumlah telur cacing yang ditemukan serta
terdapatnya larva cacing tambang pada biakan tinja. Derajat infestasi ditentukan oleh
Banyaknya Telur/gram tinja (NEPG). Untuk Ascaris ( ringan = < 7000, sedang 700035000. berat = > 35000 ) Trichuris trichiura ( ringan = < 5000, sedang 5000-25000, berat
= > 25000 ) dan cacing tambang ( ringan = < 2000, sedang 2000-7000, berat ± > 7000 ).
Pada infestasi campuran derajat infestasinya tergantung kepada cacing yang lebih
dominan.
Untuk menentukan derajat status gizi murid digunakan parameter Berat menurut
Tinggi Badan yang dibandingkan dengan Baku (median) NCHS WHO Geneva 1983
menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan parameter tersebut derajat status gizi
dikelompokkan sebagai berikut (menurut semi loka antropometri 1991)
Gizi Lebih
+ 1SD - +2 SD dari Median NCHS

Gizi Baik
- 1SD - +1 SD dari Median NCHS
Gizi Sedang - 1SD - -2 SD dari Median NCHS
Gizi Kurang - 2SD - -3 SD dari Median NCHS
Gizi Buruk kecil dari -3 SD dari Median NCHS
Dalam analisa data status gizi baik dan lebih dikelompokkan sebagai gizi baik, sedangkan
gizi sedang dan kurang disebut sebagai gizi sedang.
Anak dengan infestasi tunggal sebahagian diberi pengobatan dengan Vermox 500
mg, oral, dosis tunggal. Sedangkan anak dengan Infestasi campuran oral dosis tunggal
dan sebahagian lagi dengan kombinasi Pirantel Pamoat 10 mg/kg BB dan Mebendazole 2
x 100 mg selama 3 hari. Pada penelitian ini kami tidak membeda pengobatan yang
diberikan. Setelah 6 bulan kemudian status gizi ditentukan kembali.
Izin subyek penelitian dilakukan dengan mengisi formulir yang diberikan oleh
petugas dan ditandatangani oleh orang tua subyek.
Analisa data dilakukan dengan uji Kai-kuadrat dengan tingkat kemaknaan 95% (p
> 0,05).
HASIL PENELITIAN
Dari 542 murid Sekolah Dasar yang tinjanya diperiksa terdapat 469 orang (87%)
yang positif, yang terdiri dari 374 orang (69%) infestasi campuran dan 95 orang (18%)
dengan infestasi tunggal, sisanya 72 orang (13%) tidak ada infestasi. Jika dilihat dari

jenis cacingnya : Trichuris trichiura 440 orang (81,3%) Ascaris Lumbricondes 279 orang
(51,5%) dan cacing Tambang : 299 (55,2%). Prevalensi infestasi cacing dengan umur
anak dapat dilihat dari tabel I.

2
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Hasil pemeriksaan tinja berdasarkan umur Anak Sekolah Dasar Desa Tanjung
Anom
Umur
Tunggal
Campuran
Neg Jumlah
THN TT AL CT AL+TT+CT AL+TT TT+CT AL+CT
6
6
1
2
14
5

11
39
7
16
1
4
27
21
13
1
13
96
8
12
1
1
19
16
15
1

6
71
9
13
2
3
30
13
13
17
91
10
12
1
3
26
9
17
1
7

76
11
4
2
2
37
8
20
11
84
12
7
2
19
6
17
1
3
55
13

1
1
11
3
1
1
4
22
14
3
1
2
6
15
1
1
jumlah 71
8
16
175

91
103
5
72
541
Ket : TT : Trichuris Trichiura. AL : Ascaris Lumbricoides. CT : Cacing Tambang
Pada tabel diatas terlihat semakin besar usia anak infestasi cacing usus semakin
kecil.
Tabel 2. Prevalensi infestasi cacing menurut jenis kelamin, Anak sekolah Dasar Desa
Tanjung Anom
Kel
Tunggal % campuran %
Negatif
% jumlah %
LAKI-LAKI
39
7,2
191
35,5
38

7,0
268
49,5
PEREMPUAN
56
10,4
183
33,8
34
6,2
273
50,5
JUMLAH
95
17,6
374
69,1
72
13,2
541

100
Dari tabel diatas terlihat kejadian infestasi cacing antara laki-laki dan perempuan
hampir sama.
Tabel 3. pendidikan orang tua, anak sekolah dasar Desa Tanjung Anom
Tingkat
Ibu
%
Ayah
%
Pendidikan
Tidak Sekolah
19
3
26
5
Sekolah Dasar
368
68
260
48
SLTP
109
20
150
27
SLTA
41
8
103
19
PT
4
1
2
1
Jumlah
541
100
541
100
Tingkat pendidikan orangtua yang terbanyak adalah Sekolah Dasar, disusul oleh
Sekolah Lanjutan I dan masih ada orangtua yang tidak mengikuti pendidikan formal.

3
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Pekerjaan Orang Tua Laki-laki Anak Sekolah Dasar Desa Tanjung Anom
Jenis Pekerjaan
Buruh/Tani/Nelayan
Wiraswasta
Pegawai Negeri/ABRI
Lain-lain
Supir
Pekerjaan tak tetap
Tukang
Pensiunan
Jumlah

Jumlah
297
128
43
73
31
33
6
3
541

%
55
24
8
13

100

Dari tabel diatas terlihat bahwa mata pencaharian orang tua Murid Sekolah Dasar
di Desa Tanjung Anom yang terbanyak adalah sebagai Buruh/tani/Nelayan yaitu
sebanyak 55% dari 297 orang lain yang terbanyak adalah Petani 282 orang, buruh 13
orang dan nelayan 2 orang.
Tabel 5. Prevalensi Investasi Cacing Berdasarkan Derajat Infestasi Menurut Status Gizi
Anak SD Tanjung Anom
Status
Gizi

Infestasi
Berat

Tanpa
Infestasi

Sedang

Ringan

T

%

C

%

T

%

C

%

T

%

C

%

Buruk

-

-

-

-

-

-

1

1,1

-

-

3

1,2

Sedang

1

50

6

24

1

33

26

27

15

16,6

59

23,3

Baik

1

50

19

76

2

67

69

71

75

83,4

191 75,5

55 76,4

100

3

100 96

100

90

100

253 100

72

JML

2

100 25

Jumlah

%

1

1,4

%

5

16 22,2 124 22,9
412 76,2

100 541

Ket : T = Infestasi tunggal
C = Infestasi campuran
Status gizi pada penderita infestasi tunggal, campuran maupun tanpa infestasi
terbanyak adalah Gizi Baik. Derajat infestasi yang terbanyak adalah ringan (73,1% dari
seluruh yang mengalami infestasi).

4
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

0,9

100

Tabel 6. Hubungan Antara Derajat Infestasi Cacing Tunggal Dengan Status Gizi Pada
Anak SD Tj. Anom
Derajat
Status Gizi
Jumlah
infestasi
Buruk
Sedang
Baik
Berat
1
1
2
Sedang
1
2
3
Ringan
15
75
90
Jumlah
17
78
95
Pada infestasi cacing tunggal, derajat infestasi terbanyak adalah ringan (94%) dengan
status gizi terbanyak adalah gizi baik (82%)
Tabel 7. Hubungan antara derajat Infestasi cacing campuran dengan Status Gizi pada
Anak SD Tj. Anom
Derajat
Status Gizi
Jumlah
Infestasi
Buruk
Sedang
Baik
Berat
6
19
25
Sedang
1
26
69
96
Ringan
3
59
191
253
Pada infestasi cacing campuran derajat infestasi terbanyak adalah ringan 68%, dan status
gizi terbanyak juga gizi baik 74,5%.
Tabel 8. Tingkat Status Gizi Sebelum Dan Sesudah Pengobatan Anak Dengan Infestasi
Tunggal Pada Anak SD Tj. Anom
Pengobatan
Status Gizi
Jumlah
Buruk
Sedang
Baik
Sebelum
17
78
95
Sesudah
9
86
95
DF : 1 , P = 0,9
Tidak tampak perbaikan status gizi yang bermakna sesudah dan sebelum pengobatan.
Tabel 9. Tingkat Status Gizi Sebelum Dan Sesudah Pengobatan Anak Dengan Infestasi
Campuran Pada Anak SD Tj. Anom
Pengobatan
Status Gizi
jumlah
Buruk

Sedang

Baik

Sebelum

4

91

279

374

Sesudah

-

56

315

371

DF : 2 , P = 0,0007
Tiga orang anak pindah sekolah ke tempat yang lain.
Tampak ada perbaikan status gizi yang bermakna sebelum dan sesudah pengobatan.

5
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

Tabel 10. Tingkat Status Gizi pada awal dan setelah 6 bulan Pada anak tanpa Infestasi
Cacing di SD Tj. Anom
Waktu
Status Gizi
Jumlah
Buruk

Sedang

Baik

0 bulan

1

16

55

72

6 bulan

-

12

60

72

DF : 2 , P = 0,4
Tidak ada perbaikan status gizi pada anak tanpa infestasi cacing pada awal dan setelah 6
bulan kemudian.
DISKUSI
Dari 541 orang anak yang tinjanya diperiksa ditemukan infestasi cacing Gelang
(A Lumbricoides) 279 orang (51,5%), cacing cambuk (T Trichuira) 440 orang (81,3%)
dan cacing Tambang 299 orang (55,3%) pada umumnya dalam bentuk infestasi
campuran.
Besaran prevelensi infestasi cacing usus berkaitan dengan umur tampak bahwa
makin tinggi umur murid infestasi makin menurun, kiranya dapat dipahami apabila
meningkatnya umur anak, anak akan mengalami perubahan pola bermain, pola kegiatan,
dan tingkat kebersihan ataupun daya tahan tubuh. Menurut Belding, apabila konsumsi
makanan semakin baik, penggunaan sandal dan sepatu semakin merata dan sanitasi
lingkungan menuju kearah yang lebih baik, maka sejalan dengan bertambahnya umur
anak dalam jangka 16 bulan tanpa pengobatan didaerah endemik cacing, infestasi cacing
usus akan hilang dengan sendirinya.
Kesempatan terserangnya murid laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan
adanya perbedaan sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Enoch Muhammad.
Pada infestasi tunggal gizi baik 82%, sedangkan pada infestasi campuran gizi baik
75%. Hal ini dapat disebabkan karena subyek penelitian status gizi pada umumnya baik
dan derajat infestasi ringan, disamping ini tidak dapat dihindari kemungkinan si anak
telah mendapat pengobatan menjelang satu bulan sebelumnya.
Setelah 6 bulan pengobatan ternyata ada perbaikan status gizi yang bermakna
pada anak dengan infestasi campuran sedangkan infestasi tunggal dan tanpa infestasi
tidak bermakna. Hal ini dapat diterangkan karena pada infestasi tunggal cacing yang
terbanyak trichuris trichiura yang tidak begitu mengganggu intake nutrisi, sehingga
perbaikan derajat status gizinya tidak tampak sebaliknya pada infestasi campuran
beberapa jenis cacing sekaligus dimusnahkan, disamping itu dengan adanya penyuluhan
dan pengobatan yang diberikan secara tidak langsung mempengaruhi pola hidup orang
tua dan anak terutama tentang kebersihan dan kesehatan.

6
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan gambaran infestasi terbanyak adalah cacing Trichuris
trichiura, makin tinggi umur anak maka kejadian infestasi cacing usus makin munurun
dan frevalensi infestasi cacing dalam tubuh murid laki dan perempuan hampir sama.
Kebanyakan merupakan infestasi campuran ataupaun tunggal terbanyak adalah gizi baik
dan derajat infestasi ringan. Tampak ada perbaikan status gizi pada anak dengan infestasi
campuran setelah 6 bulan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Hadidjaja

P,. Masalah Penyakit Kecacingan di Indonesia danpenanggulangannya
Maj. Kedokteran Vol. 44 : 215-216. 1994.

Magdalena LJ. J. Gunawan W. Purnomo, Aydar Efektivitas Antelmintikum Oxantel /
Pyrantel Pamoate Terhadap Cacing Trichuris Trichiura, Medica ; 8 tahun
16 620-622, 1990.
Ernaningsih, Mulyaningsih B. Parasit Usus Pada Pemekrisaan Tinja Penderita Diare dan
Anemia di Laboratorium Parasitologi FK UGM Yogyakarta selama tahun
1987-1990 Berita Kedokteran Masyarakat IV (4) 298-303. 1990.
Sembiring T. Kamelia E. Pasaribu S. Lubis CP. Uji Klinis Acak Tersamar Ganda
Albendazole dengan Gabungan Pyrantel Pamoate Mebendazole. Konika X
1996.
Alisah N.S, Abidin , Rasad R.
Pengobatan infeksi Nematoda Usus dengan Mebendazole 500mg dosis
tunggal. Medika 3 16 192-197, 1990.
Djali D, Depary AA, Adijaya H.
Prevalensi infeksi cacing usus dikalangan karyawan salah satu Bank di
Kota Medan MKN 11 No. 3 83-86, 1981.
Ismid S I, Alisah S.N, Abidin, Margono S.
Dampak pola pengobatan masal terhadap insidens askariasis pada anak
Sekolah Dasar di Jakarta, MKI 44 No.4; 224-227, 1994.
Pasaribu S, Etikasi oxantel-pyrantel pamoate dosis tunggal pada soil transmitted
helminthiasis. Medika 2: 37-40. 1993.
Enoch M. Syafruddin. Suhartati
Status gizi dan infestasi cacing usus dari 8 SD di Pekalongan. Medika : 3.
th 20. 21-25. 1994.

7
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

Wirastari B. Ruspandji T. Sunoto dan Suharjono.
Penyakit Cacing pada anak Medika I Thn 5. 15-17, 1979.
Rukmono B. Pemberantasan penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Medika
3 tahun 6 129-136, 1980.
NOKES L. Paracitic Herlmith Infection dan cognitive function in school children.
Proc R Soc London B. 247. 71-81, 1992.
Enoch M. Hatifa Syafruddin : Berat dan Tinggi Badan Murid dari dua Sekolah dasar di
Depok. Medika 8 thn 16 633-638, 1990.
Hidayat. T. Danusantoso. H
Pengalaman dalam pemeriksaan dan pengobatan penyakit cacing usus
pada murid-murid Sekolah Hang Tuah di Cilincing Jakarta. Medika 3 thn
6 117-121, 1980.
World Health Organization, Guidelines for assessing the Nutritional impact of
supplementary Feeding Programmes for vulnerable groups. WHO Geneva
1983.

8
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara