Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Siswa Sekolah Dasar (SD) Dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah, Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN USIA

MENARCHE PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SHAFIYYATUL

AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2011

Oleh:

SITI AISHAH BINTI MOD NOOR

080100341

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN USIA

MENARCHE PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SHAFIYYATUL

AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmliah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SITI AISHAH BINTI MOD NOOR

080100341

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Siswa Sekolah Dasar (SD) Dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah, Medan Tahun 2011

Nama : Siti Aishah Binti Mod Noor NIM : 080100341

Pembimbing Penguji I

(dr. Bugis Mardina Lubis, Sp.A) (dr. Tri Widyawati, Msi)

NIP: 140355917 NIP: 197607092003122001

Penguji II

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) NIP: 19606091999032001

Mengetahui:

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran

Dekan


(4)

NIP: 19540220 198011 1 001 ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahawa masa

pubertas pada masa remaja perempuan telah terjadi lebih awal selama 25 tahun belakangan ini. Usia menarche pada remaja perempuan merupakan indikator pubertas yang dipengaruhi oleh banyak faktor.

TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada

siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah yang terletak di Jalan Setia Budi No 191 Medan.

METODE: Studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 20 orang siswa

perempuan yang diambil berdasarkan teknik total sampling dan setelah dipertimbangkan kriteria inklusi bahawa pasien telah menarche dalam 7 bulan terakhir dari tanggal penelitian dilakukan. Subjek penelitian yang sudah menyetujui informed consent, dilakukan pengukuran antropometri dan ditanyakan usia menarche. Data dianalisa dengan uji analisis varians (ANOVA) satu arah.

HASIL: Rata-rata usia menarche pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah

adalah 11,62 tahun dengan 0,73 Standar Deviasi (SD). Berdasarkan hasil uji analisis varian (ANOVA) satu arah terdapat perbedaan rata-rata usia menarche yang signifikan secara statistik antara kelompok status gizi normal, malnutrisi,

overweight dan obesitas (p=0.045). Pada uji Tukey HSD post hoc didapatkan

bahawa usia menarche adalah awal pada siswa yang overweight dan obesitas yaitu 11.27 (SD 0.65) tahun, P = 0.044 di bandingkan dengan siswa yang status gizinya normal yaitu 12.13 (SD 0.64) tahun dan adalah signifikan pada statistik.

KESIMPULAN: Terdapat perbedaan rata-rata usia menarche antara kelompok

status gizi malnutrisi, normal, overweight dan obesitas pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah. Terdapat hubungan antara status gizi dengan usia

menarche pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah.


(5)

ABSTRACT

BACKGROUND: Several recent studies shows that the onset of puberty in female

adolescence has occurred earlier during the last 25 years. Age of menarche in young women is an indicator of puberty. This is influenced by many factors.

OBJECTIVE: To determine the relationship of nutritional status with age of

menarche of in elementary and junior high student of Shafiyyatul Amaliyyah, which is located at No 191 Jalan Setia Budi Medan.

METHODS: Cross sectional study. 20 subject of study were taken based on

inclusion criteria, which is subject had their menarche 7 month from the darte of the research conducted. Subject were taken by total sampling. Subject that agreed to take part in this research sign the informed consent and anthropometric measurements were taken. Subject was also being asked about their age of menarche.Data were analyzed with one way analysis of variance (ANOVA) test.

RESULTS: The average age of menarche in elementary and junior high student

of Shafiyyatul Amaliyyah was 11.62 (SD 0.73) years. Based on ANOVA results (p=0.45), there are differences in the average age of menarche among normal nutritional status, malnutrition , overweight and obesity. A Tukey post hoc test revealed that the age of menarche was statistically significantly earlier in overweight and obese student [11.27 (SD 0.65) years, P = 0.044 ] compared to the normal student, 12.13 (SD 0.64) years.

CONCLUSION: There are differences in the average age of menarche among

normal nutritional status, malnutrition , overweight and obesity. There is a relationship between nutritional status and age of menarche in elementary and junior high school of Shafiyyatul Amaliyyah.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadrat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul “Hubungan Antara Status Gizi

Dengan Usia Menarche Pada Siswa Sekolah Dasar Shafiyyatul Amaliyyah Dan Di Sekolah Menengah Pertama Shafiyyatul Amaliyyah” disusun untuk

melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Bugis Mardina Lubis, Sp. A, selaku pembimbing penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Penguji I, dr. Tri Widyawati, MSi, penguji II, dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

3. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk memberikan dukungan baik moral maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Rudi Sumarto, S.Si, selaku Kepala Sekolah SMP Shafiyyatul Amaliyyah, Bapak Azhar Fauzi, S.Ag, selaku Kepala Sekolah SD Shafiyyatul Amaliyyah, Bapak M. Eka Syahputra, S.Pd, selaku PKS II (Sarana Prasarana) SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan Bapak Mahmud Omar, selaku PKS III (Kesiswaan) SD Shafiyyatul Amaliyyah, yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.


(7)

5. Adik-adik pelajar putri di SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah atas bantuan dan partisipasinya dalam proses pengumpulan data penelitian. 6. Teman-teman mahasiswa Stambuk 2008 Fakultas Kedokteran USU yang

telah sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan dalam proses menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Kepala Batas, 14 Disember 2011

Peneliti,

Siti Aishah binti Mod Noor NIM : 080100341


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ……….. i

Abstrak ………. ii

Abstract ……….. iii

Kata Pengantar ………. iv

Daftar Isi ………... vi

Daftar Gambar ………. viii

Daftar Tabel ……….. ix

Daftar Lampiran ……….. x

BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ……… 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 5

2.1 Definisi Gizi ……… 5

2.2 Status Gizi ………... 5

2.2.1 Definisi Status Gizi ……… 5

2.2.2 Macam-macam Status Gizi ……… 6

2.2.3 Cara Penilaian Status Gizi ……….. 7

2.2.4 Jenis Parameter Status Gizi ……… 9

2.2.5 Indeks Antropometri ……….. 11

2.2.5.1 Indeks Massa Tubuh ……….. 12

2.2.5.2 Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ……….. 13

2.2.5.3 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ……… 14

2.2.5.4 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) 14 2.2.6 Klasifikasi Status Gizi ……… 14


(9)

2.3.1 Mekanisme Menstruasi ……… 15

2.4 Menarche ………. 16

2.5 Faktor Lain yang Mempengaruhi Usia Menarche ……… 17

2.6 Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia Menarche … 19 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ……….. 21 3.1 Kerangka Konsep ……… 21

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ………. 21

3.3 Hipotesa ………... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ……… 24

4.1 Jenis Penelitian ……… 24

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………. 24

4.3 Populasi dan Sampel ………... 24

4.4 Metode Pengumpulan Data ………. 25

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ……….. 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….. 26

5.1 Hasil Penelitian ………... 26

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ……… 26

5.1.2 Deskripsi karakteristik sampel ………... 27

5.2 Hasil Analisis Statistik dan Pembahasan ……… 28

5.2.1 Hasil Analisis Statistik ……… 28

5.2.2 Pembahasan Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche ……… 30 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 33

6.1 Kesimpulan ………. 33

6.2 Saran ……… 33

DAFTAR PUSTAKA ………... 35


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia ………. 13

Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional ……… 21

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan usia ………... 27

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan status gizi ………. 27

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan usia menarche …………. 28

Tabel 5.4 Distribusi Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Usia

Menarche berdasarkan status gizi ……….

28


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Kuiesioner Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Data Induk


(13)

NIP: 19540220 198011 1 001 ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahawa masa

pubertas pada masa remaja perempuan telah terjadi lebih awal selama 25 tahun belakangan ini. Usia menarche pada remaja perempuan merupakan indikator pubertas yang dipengaruhi oleh banyak faktor.

TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada

siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah yang terletak di Jalan Setia Budi No 191 Medan.

METODE: Studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 20 orang siswa

perempuan yang diambil berdasarkan teknik total sampling dan setelah dipertimbangkan kriteria inklusi bahawa pasien telah menarche dalam 7 bulan terakhir dari tanggal penelitian dilakukan. Subjek penelitian yang sudah menyetujui informed consent, dilakukan pengukuran antropometri dan ditanyakan usia menarche. Data dianalisa dengan uji analisis varians (ANOVA) satu arah.

HASIL: Rata-rata usia menarche pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah

adalah 11,62 tahun dengan 0,73 Standar Deviasi (SD). Berdasarkan hasil uji analisis varian (ANOVA) satu arah terdapat perbedaan rata-rata usia menarche yang signifikan secara statistik antara kelompok status gizi normal, malnutrisi,

overweight dan obesitas (p=0.045). Pada uji Tukey HSD post hoc didapatkan

bahawa usia menarche adalah awal pada siswa yang overweight dan obesitas yaitu 11.27 (SD 0.65) tahun, P = 0.044 di bandingkan dengan siswa yang status gizinya normal yaitu 12.13 (SD 0.64) tahun dan adalah signifikan pada statistik.

KESIMPULAN: Terdapat perbedaan rata-rata usia menarche antara kelompok

status gizi malnutrisi, normal, overweight dan obesitas pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah. Terdapat hubungan antara status gizi dengan usia

menarche pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah.


(14)

ABSTRACT

BACKGROUND: Several recent studies shows that the onset of puberty in female

adolescence has occurred earlier during the last 25 years. Age of menarche in young women is an indicator of puberty. This is influenced by many factors.

OBJECTIVE: To determine the relationship of nutritional status with age of

menarche of in elementary and junior high student of Shafiyyatul Amaliyyah, which is located at No 191 Jalan Setia Budi Medan.

METHODS: Cross sectional study. 20 subject of study were taken based on

inclusion criteria, which is subject had their menarche 7 month from the darte of the research conducted. Subject were taken by total sampling. Subject that agreed to take part in this research sign the informed consent and anthropometric measurements were taken. Subject was also being asked about their age of menarche.Data were analyzed with one way analysis of variance (ANOVA) test.

RESULTS: The average age of menarche in elementary and junior high student

of Shafiyyatul Amaliyyah was 11.62 (SD 0.73) years. Based on ANOVA results (p=0.45), there are differences in the average age of menarche among normal nutritional status, malnutrition , overweight and obesity. A Tukey post hoc test revealed that the age of menarche was statistically significantly earlier in overweight and obese student [11.27 (SD 0.65) years, P = 0.044 ] compared to the normal student, 12.13 (SD 0.64) years.

CONCLUSION: There are differences in the average age of menarche among

normal nutritional status, malnutrition , overweight and obesity. There is a relationship between nutritional status and age of menarche in elementary and junior high school of Shafiyyatul Amaliyyah.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Menurut World Health Organization (WHO) (2011), remaja (adolescents) adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun dan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young

people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Seiring dengan usia yang semakin

meningkat akan berlaku pubertas, yang merupakan suatu tahap perkembangan yang sangat penting bagi wanita.

Menarche yaitu usia pertama haid, saat ini cenderung lebih awal bila

dibandingkan dengan generasi sebelumnya dan berlaku pada semua kaum.Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu dan wilayah. Pada penelitian di Amerika Serikat menunjukkan usia menarche rata-rata telah berkurang dari 12.75 tahun kepada 12.54 tahun dalam waktu 25 tahun, dan pada anak-anak kulit hitam usia menarche rata-rata adalah lebih rendah berbanding pada anak-anak kulit putih.Pada penelitian yang lain dilaporkan bahawa pada usia 11 tahun,28% dari anak Afrika-Amerika telah menarche sedangkan hanya 13% dari anak-anak kulit putih Amerika telah menarche. Pada penelitian yang sama di Britain, menunjukkan usia rata-rata menarche adalah 12 tahun 11 bulan,dan pada penelitian lain di Netherlands menunujukkan pada tahun 1985 dan 1997, usia pubertas rata-rata telah berkurang dari 11 tahun kepada 10.7 tahun (Edward, 2007).

Demikian pula di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan terjadi penurunan usia menarche di Indonesia. Di Sumatera Utara, jumlah remaja yang sedang mengalami pubertas berjumlah sekitar 1,5 juta atau 1,2% dari total penduduk pada tahun 2007. Kejadian yang penting pada pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis (Sarwono, 2007).

Namun,dengan menurunnya usia menarche ini, terdapat banyak implikasi negatif terhadap tersehatan anak remaja dan hal ini membimbangkan kerana


(16)

remaja merupakan sumber daya manusia yang penting. Antara implikasinya ialah meningkatnya resiko kanker payu dara. Awalnya usia menarche diobservasi bersamaan dengan obesitas tipe abdominal serta peningkatan insulin, testosterone dan insulin-like growth factor 1, yang bertindak sebagai faktor pertumbuhan untuk proliferasi jaringan kalenjar mama dan mempromosi karsinogenesis kalenjar mama. Implikasi kesehatan yang lainnya ialah penyakit kardiovaskular serta gangguan metabolik atau gangguan psikologi (Karapanou dan Papadimitriou, 2010).

Faktor yang mempengaruhi usia menarche di kalangan anak remaja ialah faktor genetik, etnis, psikologis, lemak tubuh, nutrisi dan aktivitas fisikal. Faktor lingkungan seperti kediaman di kota atau luar kota, pendapatan isi keluarga, besarnya keluarga, tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi perkembangan pubertas pada remaja (Karapanou dan Papadimitriou, 2010).

Membaiknya standar kehidupan dewasa ini juga berpengaruh terhadap perbaikan gizi masyarakat serta menurunya usia menarche. Penurunan usia

menarche mungkin mencerminkan gizi yang lebih baik dan membaiknya

kesehatan umum (Nelson, 2004). Nutrisi mempunyai peranan penting pada usia menarche. Menurut Supariasa dkk (2002), status gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat-zat gizi dalam seluruh tubuh.

Dalam studi longitudinal di Amerika Serikat dan Netherlands menunjukkan hubungan yang kuat antara peningkatan indeks massa tubuh serta lemak tubuh dengan awalnya usia pubertas. Namun, penyebab langsung dari assosiasi ini masih kontroversi (Adair dan Larsen, 2001). Oleh kerana itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan status gizi dengan usia

menarche.

Hal inilah yang menjadikan alasan penulis melakukan penelitian mengenai hubungan status nutrisi dengan usia menarche pada anak remaja perempuan. Tambahan pula, berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa telah berlaku penurunan usia menarche secara global di


(17)

dunia. Status gizi yang akan dinilai adalah berdasarkan Eid Index dengan bantuan grafik dari Centers for Disease Control and Prevention-National Center for

Health Statistics (CDC-NCHS 2000).

Penelitian-penelitian tersebut memperlihat penurunan usia menarche yang berlaku secara global di dunia ini termasuk di Indonesia. Oleh itu pada penelitian pada kali ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan status gizi dengan usia menarche pada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah :

Bagaimana hubungan status gizi dengan usia menarche pada anak-anak di kota medan?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah.

1.3.2 Tujuan khusus,

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui usia menarche pada siswa Sekolah Dasar (SD) Shafiyyatul Amaliyyah dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah.

b) Untuk mengetahui status gizi pada siswa Sekolah Dasar (SD) Shafiyyatul Amaliyyah dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah.


(18)

c) Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada Sekolah Dasar (SD) Shafiyyatul Amaliyyah dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah.

1.3 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a) Memberi masukan kepada pusat kesehatan masyarakat untuk melakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja dan status gizi anak masa sekarang berikutan berlakunya pola hidup yang membimbangkan pada hari ini.

b) Mendedahkan kepada ibu bapa bahawa nutrisi seharian mempengaruhi proses tumbuh kembang anak seperti usia menarche.

c) Memberikan penyuluhan kepada remaja bahawa status gizi mempengaruhi usia menarche.

d) Peneliti dapat mengobservasi bagaimana status gizi dapat mempengaruhi usia

menarche pada anak-anak di medan.

e) Memberi masukan kepada pihak pengurusan kantin sekolah supaya menyediakan makanan yang berkhasiat dan bergizi seperti mempelbagaikan cara masakan sayur-mayur, mengurangkan makanan yang berkolesterol tinggi seperti goreng-gorengan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan tenaga (Supariasa dkk, 2002).

Menurut kamus kedokteran Dorland (2009), nutrisi ialah proses pengambilan dan metabolisme nutrien (makanan) oleh organisme agar tetap hidup dan pertumbuhan dapat berlaku. Nutrisi adalah proses sains di mana tubuh menggunakan makanan untuk pemeliharaan energi, dan pertumbuhan (Peckenpaugh,2007).

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral (Wardlaw, 2004).

2.2 Status Gizi

2.2.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi juga merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa dkk, 2002).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009).


(20)

Menurut Hammond (2008), status gizi adalah pengukuran sejauh mana kebutuhan fisiologi seseorang terhadap nutrien terpenuhi.

2.2.2 Macam-macam Status Gizi

a) Status Gizi Normal

Keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh.

b) Malnutrisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).

Menurut Supariasa dkk (2002), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.Ada empat bentuk :

a. Under Nutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut

untuk periode tertentu

b. Specific Defficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

vitamin A, yodium, Fe, dan lain – lain

c. Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu

d. Imbalance: Karena disporposi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena

tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density

Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

c) Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang


(21)

dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO – NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita (Supariasa dkk, 2002).

2.2.3 Cara Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa dkk (2002), penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

a) Antropometri

Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b) Klinis

Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.


(22)

Penilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan secara faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Supariasa dkk, 2002) yaitu :

a) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.


(23)

c) Faktor Ekologi

Menurut Bengoa (1966) dalam Supariasa dkk (2002), mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain – lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.2.4 Jenis Parameter Status Gizi

Dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.

a) Umur

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980) dalam Supariasa dkk (2002), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0 – 2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month). b) Berat Badan

Menurut Hopkin (1993) dalam Hammond (2008), berat badan menggambarkan keseluruhan otot dan lemak yang tersimpan. Pada anak-anak, berat badan adalah lebih sensitif berbanding tinggi badan untuk menggambarkan kecukupan gizi dan mencerminkan pengambilan nutrisi pada saat kini ( Hammond, 2008).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi – balita. Pada masa bayi – balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi (Supariasa dkk, 2002).


(24)

c) Tinggi Badan

Menurut Supariasa dkk (2002), tinggi badan merupakan parameter untuk mengetahui keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Kadar panjang dan tinggi badan mengambarkan kecukupan gizi untuk jangka panjang (Hammond, 2008).

d) Lingkar Lengan Atas

Menurut Hammnond (2008), lingkar lengan atas diukur di pertengahan antara processus olekranon dari scapula dan processus olekranon dari siku. Kombinasi antara pengukuran lingkar lengan atas dan lipat kulit trisep (triceps

skin-fold) dapat menentukan area otot di tangan serta area lemak di tangan secara

tidak langsung.

e) Jaringan Lunak

Pengukuran ketebalan lipatan lemak sub-kutan atau lipatan kulit dapat menilai jumlah lemak di dalam tubuh individu.Tempat lipatan kulit yang mengambarkan lemak tubuh adalah di trisep dan bisep, di bawah scapula, di atas krista iliaka, dan paha atas (Hammond, 2008). Menurut Supariasa dkk (2002),pengukuran pada trisep adalah paling praktis untuk semua umur disebabkan oleh peningkatan dan penurunan penyimpanan lemak di jaringan sub-kutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh.

2.2.5 Indeks Antropometri.

Dalam antropometri gizi digunakan indeks antropometri sebagai dasar penilaian status gizi, beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda (Supariasa dkk, 2002).


(25)

Diantara bermacam – macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot (Supariasa dkk, 2002)

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa dkk, 2002).

Keunggulan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi (Supariasa dkk, 2002) yaitu :

a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat

c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat

d. Metode tepat dan akurat, karena dapat dibakukan

e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas

g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya

h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi yaitu (Supariasa dkk, 2002) :

a) Tidak sensitif karena metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.

b) Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan sensitivitas pengukuran antropometri


(26)

c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

2.2.5.1Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nomor yang di hitung dari berat badan anak dan tinggi badan anak. IMT adalah indikator yang dapat diandalkan kegemukan tubuh untuk kebanyakan anak-anak dan remaja. IMT tidak mengukur lemak anak secara langsung, tetapi penelitian telah menunjukkan bahawa IMT berkorelasi langsung dengan ukuran lemak tubuh, seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA). IMT bisa dianggap sebagai sebuah alternatif untuk pengukuran langsung lemak tubuh. Selain itu, IMT adalah murah dan mudah untuk melakukan metode penyaringan untuk kategori berat tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC,2011).

WHO mengenal pasti bahawa obesitas dan berat badan berlebihan pada anak-anak telah mencapai tahap endemik di kebanyakan negara-negara industri. Indeks Massa Tubuh (IMT) berassosiasi langsung dengan tahap kegemukan, faktor resiko untuk penyakit jantung,masalah social dan psikososial serta meningkatkan faktor resiko obesitas apabila dewasa muda kelak (Gaudineau et

al., 2010).

IMT digunakan sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasikan masalah berat badan yang mungkin bagi anak-anak. CDC dan American of

Pediatric (AAP) merekomendasikan penggunaan BMI untuk penyaringan untuk

kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak mulai dari 2 tahun ( Maqbool,

et al 2008).

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

IMT = Berat Badan (kg)

--- Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)


(27)

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Status Kategori IMT (kg/m2)

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 -18,5

Normal Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

2.2.5.2 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah parameter yang memberikan gambaran massa tubuh, yang sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.Indeks BB/U lebih mengambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

2.2.5.3 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan otot skeletal. Pertumbuhan berat badan realtif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.

2.2.5.4 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan berhubungan linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen terhadap umur.

2.2.6 Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi dilakukan dengan menggunakan Eid Index, yaitu perbandingan dari berat badan actual dengan berat badan ideal dalam persen. Berat badan ideal yang dapat diketahui dengan bantuan grafik CDC-NCHS 2000 yaitu dengan memproyeksikan titik hasil pengukuran tinggi badan ke kurva persentil 50 tinggi badan, lalu ke kurva persentil 50 berat badan.


(28)

Perhitungan rumus Eid Index :

Berat badan aktual (kg) x 100 % Berat badan ideal (kg)

Status gizi ditentukan dengan ketentuan Eid Index dari berat badan/ tinggi badan (BB/TB) :

a) Status gizi obesitas: ≥ 120%

b) Status gizi overweight : ≥110-120% c) Status gizi normal (gizi baik): ≥ 90-110% d) Status gizi malnutrisi ringan: ≥ 80-90% e) Status gizi malnutrisi sedang: ≥ 70-80% f) Status gizi malnutrisi berat: < 70%

2.3 Menstruasi

Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus ( Wiknjosastro H,2008).

Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seseorang wanita, dimana terjadi perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menstruasi adalah siklus yang dipengaruhi secara hormonal yang menyebabkan pelepasan dinding endometrium, berlaku diantara masa pubertas dan menopause dikuti dengan keluarnya cairan yang berdarah dari vagina (Venes D,2005).

2.3.1 Mekanisme menstruasi

Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium. Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi; sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuti oleh pendarahan yang terkenal dengan nama


(29)

menstruasi. Mekanisme menstruasi belum diketahui dengan seluruhnya (Wiknjosastro H,2008).

1. Faktor-faktor enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta meransang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merosakkan bagian-bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan pendarahan.

2. Faktor- faktor vaskular

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya, seperti digambarkan diatas. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena serta saluran – saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.

3. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Disebabkan terjadi disintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada menstruasi.


(30)

2.4. Menarche

Usia menarche, adalah ketika munculnya menstruasi pertama, tahapan dalam pematangan perempuan dan indikator pembangunan fisiologis wanita, kesehatan dan status gizi (Asgharnia M, 2009).

Menarche menurut Manuaba (2007) adalah menstruasi pertama

perempuan yang umumnya terjadi pada sekitar 10-11 tahun. Rangsangan pancaindera dengan diubah di dalam korteksa serebri dan melalui nukleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk gonadotrophic releasing factor (hormon) yang merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan hormone estrogen. Keadaan ini terjadi pada perempuan berusia sekitar 8-9 tahun. Estrogen dengan konsentrasi rendah ini sudah mampu merangsang pertumbuhan payu dara kerana organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada glandulanya. Estrogen juga menimbulkan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya : distribusi rambut, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva, dan akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Pada penelitian dijumpai pengeluaran FSH bersifat plateau atau mendatar sedangkan pengeluaran

luteinizing hormone (LH) jauh lebih rendah sehingga tidak dapat menimbulkan

rangsangan sehingga terjadi ovulasi. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarche.

Menurut Wiknjosastro H (2008), usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke dewasa.

2.5 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Usia Menarche

Menurut Belsky dalam Gaudineau et al (2010), perkembangan pubertas awal dipengaruhi dipicu oleh persekitaran dan sebenarnya merupakan respon


(31)

adaptif terhadap stress lingkungan seperti konflik perkawinan, ketiadaan ayah, didikan yang kurang dari orang tua dan sosio-ekonomi yang rendah.

Usia menarche dipengaruhi oleh keturunan. Menurut para peneliti, lokus baru termasuk empat sebelumnya yang terkait dengan indeks massa tubuh, tiga lokus di atau dekat gen lainnya terlibat dalam homeostasis energi dan regulasi hormonal. Kecerdikan dan analisis set gen telah diidentifikasi koenzim A dan biosintesis asam lemak sebagai proses biologis berkaitan dengan waktu menarche (Boston University Medical Center, 2010).

Menurut Karapanou dan Papadimitriou (2010),bukti untuk pengaruh keturunan didapati usia menarche ibu cenderung dapat memprediksi usia menarche anak. Didapati polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat mengubah aktivitas biologis pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan aksis hipotalamus-pituitari-gonad,yang menentukan bermulanya menarche. Baru-baru ini, polimorfisme pada satu nukleotida dari LIN28B pada kromsom 6 berasosiasi dengan usia menarche awal.

Usia menarche dipengaruhi juga oleh perbedaan geografis yang melibatkan ketinggian, suhu, kelembapan dan pencahayaan.Menurut beberapa penelitian menarche lebih sering pada musim dingin daripada di musim panas, yang menunjukkan efek penghambatan stimulasi cahaya (photostimulation) dimana sinyal pencahayaan pada aksis hipotalamus-pituitari-gonad dimediasi melalui sirkuit melatonin .

Selain itu, usia menarche dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tinggal di kota atau di luar kota, besarnya keluarga, ppendapatan isi keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua. Pada remaja yang orang tuanya mempunyai tingkat pendidikan tinggi, serta tinggal di kota, usia menarche-nya menurun. Usia

menarche juga dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi. Menurut Rokade. S, et al

(2009) dalam penelitiannya, terdapat pola penurunan usia menarche yang jelas setelah mereka berpindah dari kelompok sosio-ekonomik rendah kepada kelompok sosio-ekonomik lebih tinggi.

Faktor psikologi juga berperan terhadap usia menarche. Hal ini dapat dilihat pada anak remaja yang membesar tanpa kehadiran ayah kandung


(32)

mengalami menarche pada usia yang lebih lewat. Hal ini juga berlaku pada anak remaja yang membesar bersama ayah tiri ditambah pula dengan lingkungan keluarga yang stress. Stres akan menekan aksis hipotalamus-pituitari-gonad dan melambatkan pubertas (Karapanou dan Papadimitriou, 2010).

2.6 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche

Usia menarche sangat bervariasi dan sangat tergantung pada status gizi (Boston University Medical Center, 2010). Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda ( Rah. H, et al, 2009). Faktor ukuran tubuh termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh telah lama dibuktikan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Chang, et al, 2000).

Kenaikan berat badan merupakan faktor yang berkait secara konsisten dengan awalnya kematangan seksual pada dewasa muda dan remaja. Beberapa kajian retrospektif telah menunjukkan bahawa remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun adalah lebih berat dan gemuk berbanding dengan remaja yang mengalami menarche kemudiannya. Perbedaan ukuran menyumbang kepada awalnya menarche (Adair dan Larsen, 2001). Nutrisi dan keadaan semasa zaman anak-anak yang lebih baik membuatkan anak-anak lebih sehat dan mengalami pubertas lebih awal. (Pierce dan Leon, 2005) . Assosiasi antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menarche berhubungan dengan adipositas dan sekresi gonadotropin.

Frisch dan Revelle dalam Karapanou dan Papadimitriou (2010) mengusulkan berat badan kritikal dan kenaikan berat badan berperan untuk usia

menarche. Lebih tinggi kadar lemak subkutan dan IMT pada usia prapubertas (5-9

tahun) berassosiasi dengan awal (<11 tahun) usia menarche. Usia menarche berhubungan dengan lingkar pinggang. Saat ini diketahui bahawa

adipocyte-derived hormone Leptin , yakni satu hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan

dihasilkan oleh sel lemak mungkin merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas (Ganong, 2008). Kadar leptin dalam darah juga berkait dengan


(33)

gluteofemoral menunjukkan bahawa leptin menyampaikan informasi tentang distribusi lemak ke hipotalamus semasa pubertas dan mempengaruhi usia awal

menarche. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah dapat menyebabkan

peningkatan kadar LH. Peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estradiol dan awal menarche (Edward, et al, 2007). Jadi, penurunan usia

menarche berkaitan dengan meningkatnya berat badan.

Menurut Ellison dalam Karapanou dan Papadimitriou (2010), usia menarche berhubung dengan tinggi badan berbanding berat badan, menunjukkan kematangan skeletal lebih penting berbanding akumulasi lemak tubuh untuk berlakunya menarche.


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini,hubungan kerangka konsep tentang status gizi dengan usia menarche ini akan diuraikan berdasarkan hasil variabel yaitu pengukuran antropometri dalam bentuk status gizi sebagai variabel bebas dan dihubungkan dengan usia menarche anak remaja tersebut sebagai variabel dependen.

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan status gizi anak dan usia menarche anak.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasinal

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Antropo-metri

BB adalah jumlah massa tubuh yang dihitung dalam kilogram(kg) TB adalah panjang tubuh yang dihitung dari telapak kaki hingga

Penimbang, pengukur tinggi dan tabel indeks Pengukuran TB dan penimbangan BB BB(kg) TB(cm) Rasio


(35)

atas kepala dalam unit sentimeter(cm) Status gizi Adalah

keadaan tubuh akibat

konsumsi zat-zat makanan

Penimbang, pengukur tinggi dan grafik CDC-NCHS 2000

BB(kg) dan TB(cm) menurut umur(tahun) berdasarkan grafik CDC-NCHS 2000

Obesitas (≥120%)

Overweight

(≥ 110-120%) Normal (≥90-110%) Malnutrisi ringan (≥80-90%) Malnutrisi sedang (≥70-80%) Malnutrisi berat(<70%) Ordinal Usia menarche

Usia pertama pasien haid

Kuisioner Wawancara Usia

menarche

Interval

Petunjuk : BB=berat badan TB=tinggi badan

Hasil pengukuran antropometri dan usia menarche merupakan variabel -variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Penentuan hasil pengukuran antropometri dengan menggunakan pengukuran tinggi dan berat badan anak-anak tersebut dan dinilai menggunakan tabel antropometri. Berat badan adalah jumlah massa tubuh anak perempuan yang dihitung dalam kilogram (Kg). Tinggi badan adalah panjang tubuh anak perempuan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Shafiyyatul


(36)

Amaliyyah yang diukur dari telapak kaki hingga ke bagian atas kepala dalam unit sentimeter (cm).

Pengukuran antropometri menurut berat badan ,tinggi badan dan umur anak perempuan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Shafiyyatul Amaliyyah dengan bantuan grafik CDC-NCHS 2000 akan menentukan tingkat status gizi mereka berdasarkan Eid Index.

Usia menarche merupakan hasil wawancara langsung dari siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Shafiyyatul Amaliyyah.

3.3 Hipotesa

Hα: Terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang akan mencari hubungan status gizi dengan usia menarche pada anak remaja di Kota Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, dimana akan


(37)

dilakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan menurut umur pada anak remaja dan menanyakan usia menarche anak remaja melalui wawancara secara langsung.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan bertempat di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah, Jalan Setia Budi No 191 Medan.

Waktu penelitian direncanakan sekitar bulan Juni hingga Agustus 2011 dimana akan dilakukan pengumpulan data di lapangan sehingga penulisan laporan akhir.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Dalam penelitian populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Wahyuni, 2011). Populasi penelitian adalah siswa perempuan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Shafiyyatul Amaliyyah yang berusia 11 hingga 13 tahun.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Wahyuni, 2011). Untuk mengambil sampel pada penelitian ini digunakan tehnik probability sampling dengan cara total

sampling.

Kriteria Inklusi:

a) Siswa usia 11, 12 dan 13 tahun yang telah menarche dalam waktu 7 bulan terakhir.

Kriteria Ekslusi:


(38)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing penelitian, meliputi usia

menarche serta pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan.

Pengumpulan data status gizi dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan prosedur yang telah ditentukan. Sedangkan pengumpulan data usia menarche dilakukan wawancara langsung kepada sampel penelitian. Kemudian data antropometri dan usia menarche yang didapat didokumentasikan.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap pengukuran akan diperiksa silang (cross-checked). Setiap ketidakkonsistenan dan ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Data yang lengkap akan dimasukkan ke dalam computer. Pada proses pemasukan data akan dilakukan analisis tingkat status gizi dengan usia menarche akan dilakukan dengan menggunakan Statistical Product

and Service Solution (SPSS) versi 17. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

tabel dan grafik.

Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji analisis varian (ANOVA) satu arah.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 9 Juni 2011 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah, dan tanggal 10 sampai 22 Juni 2011 di Sekolah Dasar (SD) Shafiyyatul Amaliyyah. Penelitian ini dilakukan secara observasi yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi badan siswa untuk mengetahui status gizi dan mengisi kuesioner ringkas untuk


(39)

mengetahui usia menarche siswa. Sebanyak 169 siswa perempuan, hanya 20 orang siswa yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian.

5.1.1.Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah yang telah diasaskan oleh Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA). Kedua sekolah ini merupakan sekolah bertaraf internasional Mandiri yang terakreditasi A dan merupakan Islamic Full Day School. Secara demografi gambaran lokasi SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah terletak di pusat kota, yaitu di Jalan Setia Budi No. 191. SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah turut dilengkapi dengan kantin sebagai tempat makan siswa. Selain itu, terdapat rumah makan cepat saji Jepang yang menyediakan makanan yang enak lagi mengiurkan serta supermarket yang menjual bermacam-macam barangan termasuklah makanan ringan, biskut, keripik, ice cream, dan minuman berkarbonat yang dapat dibeli oleh siswa semasa waktu istirahat atau setelah waktu persekolahan. Sekolah ini menjadi lokasi pilihan untuk penelitian karena kebanyakan siswa yang bersekolah di situ berasal dari keluarga yang berpendapatan menengah atas yang berpengaruh terhadap status gizi siswa. Disamping itu, SD dan SMP terletak bersebelahan sehingga memudahkan penelitian.

5.1.2.Deskripsi karakteristik sampel

Sampel dalam penelitian ini terdiri daripada 20 orang siswa perempuan yang diambil dengan menggunakan tehnik total sampling. Karakteristik usia dan status gizi dari 20 sampel yang diambil dapat dilihat seperti dalam tabel berikut :

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persen (%)

10 -11 12 60

12 -13 8 40


(40)

Sampel terbanyak adalah yang berusia antara 10 dan 11 tahun yaitu sebanyak 12 orang (60 %), sedangkan sampel yang berumur 12 dan13 tahun adalah sebanyak 8 orang (40 %).

Status gizi menurut Eid Index berdasarkan berat badan/ tinggi badan (BB/TB) terdiri dari obesitas, overweight, normal (gizi baik), malnutrisi ringan, malnutrisi sedang dan malnutrisi berat. Dalam penelitian ini, peneliti mengkelompokkan status gizi sampel kepada 3 kelompok sahaja iaitu overweight dan obesitas, normal, serta malnutrisi. Hal ini kerana sampel yang diperoleh melalui total sampling setelah memenuhi kriteria inklusi adalah tidak mencukupi untuk membolehkan sampel dikelompokkan seperti yang sepatutnya.

Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan status gizi

Status gizi Frekuensi Persen (%)

Overweight dan obesitas 11 55 Normal

Malnutrisi

6 3

30 15

Total 20 100

Menurut data yang terkumpul, jumlah siswa dengan status gizi terbanyak adalah overweight dan obesitas yaitu sebanyak 11 orang (55 %) , sedangkan siswa dengan status gizi malnutrisi adalah paling sedikit yaitu 3 orang (15 %).

Tabel 5.3. Distribusi sampel berdasarkan usia menarche

Usia menarche Frekuensi Persen (%)

10 -11 12 60

12 -13 8 40

Total 20 100

Sampel terbanyak adalah yang usia menarche antara 10 dan 11 tahun yaitu sebanyak 12 orang (60 %), sedangkan sampel yang usia menarche 12 dan13 tahun adalah sebanyak 8 orang (40 %).


(41)

5.2.1 Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.4 Distribusi Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Usia Menarche berdasarkan status gizi

Status gizi Frekuensi Rata-rata

usia menarche

SD

Malnutrisi 3 11.89 0.59

Normal 6 12.13 0.64

Overweight /obesitas 11 11.27 0.65

Total 20 11.62 0.73

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan usia menarche rata-rata pada siswa yang overweight dan obesitas adalah paling awal dibanding kelompok yang lain yaitu pada usia 11.27 (SD 0.65) tahun. Usia menarche rata-rata paling lewat adalah pada kelompok status gizi normal yaitu 12.13 (SD 0.64) tahun

Berdasarkan hasil uji analisis varian (ANOVA) satu arah terdapat perbedaan rata-rata usia menarche yang signifikan secara statistik antara kelompok status gizi normal, malnutrisi, overweight dan obesitas di mana F=3.752, p=0.045.

Tabel 5.5 Hasil Post Hoc Test

Dependent variable: usia menarche

(I)status gizi (J)status gizi Mean differences (I-J)

Std. Error

Sig.

Tukey HSD

Malnutrisi Normal -.24000 .45249 .858

Normal Overweight/obesitas .85303* .32477 .044

Overweight/obesitas Malnutrisi -.61303 .41680 .329 Pada uji Tukey HSD post hoc didapatkan bahawa usia menarche signifikan awal secara statistik pada siswa yang overweight dan obesitas yaitu 11.27 (SD 0.65) tahun, P=0.044 di bandingkan dengan siswa yang status gizinya


(42)

normal yaitu 12.13 (SD 0.64) tahun. Didapati tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan secara statistik antara kelompok siswa yang malnutrisi dengan kelompok siswa normal (P=0.858) dan antara kelompok siswa yang malnutrisi dengan siswa overweight/ obesitas (P=0.329).

5.2.2 Pembahasan Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche

Dari hasil penelitian didapatkan kelompok siswa yang mempunyai status gizi overweight dan obesitas rata-rata usia menarche ialah 11.27 (SD 0.65) tahun, yaitu lebih awal dibandingkan dengan usia rata-rata menarche kelompok siswa yang status gizinya normal yaitu 12.13 (SD 0.64) tahun. Hal ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayatollahi et al (2009) menyatakan bahawa indeks massa tubuh (IMT) berkorelasi dengan usia menarche. Hal ini terjadi karena pada perempuan yang mempunyai status gizi overweight dan obesitas mempunyai lebih banyak kolesterol yang akan berubah androgen berpindah dari sel tekal ke sel granulosa dan dikonversi oleh enzim aromatase menjadi estradiol (E2), yaitu bentuk estrogen yang paling banyak dan paling potent. Aksi dari estradiol ialah menginduksi reseptor FSH yang terdapat di sel granulosa, proliferasi dan sekresi dari sel tekal folikuler, menginduksi reseptor LH pada sel granulosa, dan proliferasi stromal endometrium dan sel epithelial.

Estrogen adalah penting untuk perkembangan antrum dan permatangan folikel Graafian. Estrogen meningkat pada akhir fasa folikuler yang secara langsung merangsang berlakunya ovulasi. Pada kadar yang rendah, estrogen menghasilkan umpan balik negatif terhadap sekresi LH dan FSH, tetapi pada kadar yang tinggi, estrogen menghasilkan umpan balik positif terhadap sekresi LH


(43)

dan FSH. Seterusnya estrogen menginduksi proliferasi dari sel granulosa dan sintesis reseptor estrogen serta menghasilkan lingkaran umpan balik. Pada siklus endometrium di uterus, estrogen merangsang proliferasi kalenjar emdometrium. Selain itu, estrogen merangsang pertumbuhan organ seks sekunder wanita.

Selain itu, menurut Crosignani (2006), pada orang yang overweight dan obesitas, leptin yang disekresi oleh jaringan adiposa adalah meningkat dan mempunyai efek pada endometrium dan ovari. Hal ini menyebabkan berlakunya kematangan reproduksi yang lebih awal pada anak-anak.

Menurut Gaudinea et al (2010), dalam penelitian mereka didapati bahawa

overweight dan obesitas tetap berassosiasi kuat dengan awalnya usia menarche

pada anak-anak (adjusted OR = 7.3 95% CI [3.6-14.9]).

Menurut Gosman, Katcher, dan Legro (2006), kelainan hormon berasosiasi dengan obesitas dan disfungsi reproduksi. Jaringan adiposa yang berlebihan meningkatkan proses aromatisasi androgen perifer ke estrogen. Selain itu, kekurangan sex hormone-binding globulin (SHBG) meningkatkan bioavailabilitas testosteron dan estradiol (E2). Proses umpan balik negatif dari estrogen yang berlebihan menyebabkan berkurangnya sinyal dari hipotalamus dan pituitari. Androgen yang berlebihan mempunyai efek detrimental terhadap oosit, folikel, dan endometrium.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahawa usia menarche rata-rata bagi kelompok siswa yang malnutrisi ialah 11.89 (SD 0.59) tahun, lebih awal dari kelompok siswa yang normal yaitu 12.13 (SD 0.64) tahun. Hal ini mungkin karena pengaruh faktor genetik seperti yang dikatakan oleh Karapanou dan Papadimitriou (2010), bahawa usia menarche ibu cenderung dapat memprediksi usia menarche anak. Didapati polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat mengubah aktivitas biologis pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan aksis hipotalamus-pituitari-gonad,yang menentukan bermulanya menarche. Baru-baru ini, polimorfisme pada satu nukleotida dari LIN28B pada kromsom 6 berasosiasi dengan usia menarche awal. Selain itu, ralat terjadi mungkin karena sampel tidak dapat menigingat dengan tepat tanggal usia menarche.


(44)

Berdasarkan hasil yang didapat, status gizi overweight dan obesitas lebih banyak di dapatkan berikutan dengan perubahan gaya hidup di kota. Hal ini seiring dengan tahap sosioekonomi keluarga siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah yang kebanyakannya adalah menengah ke atas. Menurut Karapanou and Papadimitriou (2004), dalam penelitiaannya didapati remaja perempuan yang sosioekonomi keluarganya tinggi mengalami menstruasi pasda usia yang lebih awal berbanding remaja perempuan yang sosioekonomi keluarganya rendah. Hal ini mungkin disebabkan faktor pemakanan contohnya makanan cepat saji yang menurut Bowman et al (2004) menyebabkan peningkatan berat badan yang berlebihan disebabkan oleh porsi hidangan yang besar, densitas tenaga yang besar, tinggi kandungan garam, gula serta lemak tepu dan lemak trans, tinggi indeks glikemik, dan kurang serat. Dalam penelitiannya didapati anak-anak yang memakan makanan cepat saji mengkonsumsi lebih jumlah tenaga (187 kcal: 95% confidence interval [CI]:109-265), lebih jumlah lemak (9 g; 95% CI: 5.0 –13.0), lebih jumlah karbohidrat (24 g; 95% CI:12.6 –35.4), lebih gula (26 g; 95% CI: 18.2–34.6), lebih pemanis buatan (228 g; 95% CI: 184–272), kurang serat (-1.1 g; 95% CI: -1.8 to -0.4),, kurang susu (-65 g; 95% CI: -95 to -30), dan sedikit sayur dan buah (-45 g; 95% CI: -58.6 to -31.4)

Dengan meningkatnya status sosioekonomi, berbagai alat berteknologi dapat dimiliki sekaligus mengurangkan aktiviti pergerakan dari seseorang yang mendorong kepada obesitas. Contohnya, remaja dan anak-anak yang obses dengan permainan dan televisyen yang menggunakan alat kawalan jauh. Selain itu, tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi turut berassosiasi dengan awalnya usia menarche remaja perempuan (Karapanou and Papadimitriou, 2004).


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Menurut uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

a. Usia menarche rata-rata pada anak SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah ialah 11.62 (SD 0.72) tahun.

b. Kelompok usia terbanyak pada anak SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah mulai menarche adalah pada usia 11.42 tahun.

c. Status gizi rata-rata pada anak SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah ialah 2.4, yaitu antara normal hingga ke overweight.

d. Terdapat perbedaan rata-rata usia menarche antara kelompok status gizi malnutrisi, normal, overweight dan obesitas pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah.

e. Terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada siswa SD dan SMP Shafiyyatul Amaliyyah.

6.2 Saran

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijalankan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini yaitu :

a. Bagi pihak sekolah dan guru dapat membuat program tentang kesehatan reproduksi remaja dalam upaya membendung kejadian yang melibatkan


(46)

remaja pada saat ini seperti pergaulan bebas yang banyak melibatkan remaja. Selain itu, pihak sekolah dapat menyediakan fasilitas untuk membuang pembalut wanita dalam upaya menjaga kebersihan diri remaja serta alam sekitar.

b. Bagi petugas kesehatan, dapat dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja contohnya menjaga kebersihan alat kelamin wanita supaya tidak terjadi infeksi sekaligus melakukan observasi tentang usia

menarche dan status gizi remaja dari tahun per tahun berikutan dengan

berlakunya perubahan gaya hidup dari semasa ke semasa.

c. Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian pada masa akan datang, dapat dilakukan pada populasi yang lebih besar dan menyeluruh serta melakukan pertanyaan yang lebih mendalam seperti riwayat usia

menarche awal dalam keluarga. Selain itu, peneliti juga dapat meneliti

lebih lanjut tentang overweight dan obesitas yang semakin meningkat dikalangan remaja.

d. Bagi pihak orang tua, seharusnya lebih peka terhadap anak usia remaja karena pada usia ini anak remaja lebih terpengaruh dengan teman sebaya dibanding keluarga. Sehingga, dapat dilakukan pemantauan terhadap tingkah laku anak yang diluar kebiasaan atau memberi lebih perhatian dan kasih sayang pada anak usia remaja.

e. Bagi responden seharusnya menjalani gaya hidup yang lebih sehat dalam upaya mencegah obesitas yang merupakan fenomena gunung es karena didapatkan dalam penelitian lebih banyak anak overweight dan obesitas.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adair, L.S., and Gordon-Larsen, P., 2001. Maturational Timing and Overweight Prevalence in US Adolescent Girls. American Journal of Public Health 91 (

4).

Asgharnia, M., Faraji, R., Sharami, H., Yadak, M., and Oudi, M., 2009. A Study of Menarcheal Age in Northern Iran (Rasht). Oman Medical Journal 24(2) :95-98.

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., and Jenson, H.B., 2004. Nelson Textbook of

Pediatrics. 17th ed. USA: Saunders Elsevier.

Boston University Medical Center, 2010.Genes link puberty timing and body fat

in women. Available from

http://www.sciencenewsline.com/medicine/2010112112000008.html.

[Accessed 26 March 2011].

Bowman, S.A., Gortmaker, S.L., Ebbeling, C.B., Pereira, M.A., and Ludwig, D.S., 2004 Effects of Fast-Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household Survey. Pediatrics 2004;113;112.

http://pediatrics.aappublications.org/content/113/1/112.full.html

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2011. Available from:

http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childr

ens_bmi.html. [Accessed 29 March 2011].

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2011. Available from:


(48)

Chang, S., Tzeng, S., Cheng, J., and Chie, W., 2000. Height and Weight Change Across Menarche of Schoolgirls With Early Menarche. Arch Pediatr Adolesc

Med 154. Available from: www.archpediatrics.com.

Crosignani, P. G., 2006. Nutrition And Reproduction In Women. Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Milano. The ESHRE Capri Workshop Group.Human Reproduction Update 12(3): 193-207.

Dorland’s Medical Dictionary, 2007. USA: Saunders Elsevier.

Edward, et al., 2007. Mean Age of Menarche in Trinidad and Its Relationship to Body Mass Index, Ethinicity and Mothers Age of Menarche. Anatomy Unit, Faculty of Medical Sciences University of the West Indies. Online Journal of

Biological Sciences 7(2): 66-71.

Gosman, G.G, Katcher, H.I., and Legro, R.S., 2006. Obesity and The Role of Gut and Adipose Hormones in Female Reproduction. Oxford University Press.

Human Reproduction Update 12(5): 585-601.

Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gaudineau, A., et al., 2010. Factors associated with early menarche: results from the French Health Behaviour in School-aged Children (HBSC) study. BMC

Public Health 10:175. Available from:

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/175.

Hammond, K.,12th ed. Assessment: Dietary and Clinical Data. In: Mahan, L.K., and Escott-Stump, S., 2008. Krause’s Food & Nutrition Therapy. US : Saunders Elsevier: Page 383-407.

Karapanou, O., and Papadimitriou, P., 2010. Determinants of menarche.

Reproductive Biology and Endocrinology 8(115). Available from:


(49)

Manuaba, LB.G., Manuaba, L.A.C., dan Manuaba, I.B.G.F., 2007. Pengantar

Kuliah Obstetri. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC : Hlm 78. Maqbool, A., Olsen, I.E., and Stallings, V.A., 2008. Clinical Assessment of

Nutritional Status. Available from:

http://anhi.org/learning/pdfs/bcdecker/Clinical_Assessment_of_Nutritional_S

tatus.pdf.

Martin M.A., 2007. Oxford Concise Colour Medical Dictionary. 4th ed. USA: Oxford University Press

Peckenpaugh, J.N., 2007. Nutrition Essentials And Diet Therapy. 10th ed. USA: Saunders Elsevier.

Pierce, M.B., and Leon, D.A., 2005. Age of menarche and adult BMI in the Aberdeen Children of the 1950s Cohort Study. The American Journal of

Clinical Nutrition 89:733-9.

Rah, J.H., et al, 2009. Age of Onset, Nutritional Determinants, and Seasonal Variations in Menarche in Rural Bangladesh. Journal of Health, Population

and Nutrition 27(6): 802-807.

Rokade, S., and Mane, A., 2009. A Study Of Age At Menarche, The Secular Trend And Factors Associated With It. The Internet Journal of Biological

Anthropology 3(2). Available from:

http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_biological_anthropolo

gy/volume_3_number_2_59/article/a-study-of-age-at-menarche-the-secular-trend-and-factors-associated-with-it.html.

Sarwono, 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Penerbit Tridasa Printer.

Shanthy A. Bowman, Steven L. Gortmaker, Cara B. Ebbeling, Mark A. Pereira and


(50)

Sunita Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Supariasa, D.N., Bakri, B., dan Fajar, I., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Venes, D., et al., 2005. Taber’s Cyclopedic Medical Dictionary. 20th ed. New Delhi, India: Jaypee Brothers.

Wahyuni, A.S., 2011. Statistika Kedokteran. Bamboedoea Communication, Jakarta Timur.

Wardlaw, G.M., Hampl, J.S., and DiSilvestro, 2004. Perspective in Nutrition. 6th ed. New York: McGraw Hill.

WHO (World Health Organiztion), 2011. Available from:

http://www.searo.who.int/EN/Section13/Section1245_4980.htm. [Accessed 4

April 2011].

Wiknjosastro, H.S., Rachimhadhi, A.B., 2008 . Ilmu kandungan. 2nd ed. Jakarta:PT Bina Pustaka


(51)

Nama : Siti Aishah binti Mod Noor

Tempat/ Tanggal Lahir : Kedah, Malaysia/ 14 April 1989

Agama : Islam

Alamat : No 33, Kampung Kubang Bongor, Alor Janggus,

06250 Alor Setar, Kedah Darul Aman, Malaysia

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Kebangsaan Alor Janggus (1996)

2. Sekolah Menengah Sains Pokok Sena (2002)

3. Allianze University College of Medical Sciences (AUCMS) (2007)

Riwayat Organisasi :

1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM)

2. Ahli Persatuan Mahasiswa Malaysia Universitas Sumatera Utara (PM-USU)

LEMBAR PENJELASAN


(52)

Saya, Siti Aishah binti Mod Noor, mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini tengah melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah”. Bersama ini saya mohon izin kepada Bapak/Ibu Orang tua/Wali dari :

Nama :_____________________________________________________-__________

untuk melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak Bapak/Ibu, melakukan pemeriksaan Berat Badan dan Tinggi Badan, dan mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil pemeriksaan dan jawaban tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Apabila selama menjalani penelitian ini anak Bapak/Ibu memiliki keluhan, Ibu dapat menghubungi saya, Siti Aishah binti Mod Noor (HP: 083197763855).

Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2011

Mengetahui : Hormat Saya,

Kepala Sekolah Peneliti

……….

Siti Aishah binti Mod Noor

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN


(1)

Nama

:

...

Alamat

:

...

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan pertanyaan yang

berkaitan dengan perkembangan seksual terhadap :

Nama : _________________________________________

Umur : _________________________________________

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang

penelitian,

Judul Penelitian : Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia Menarche

Pada Siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah

Menengah

Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyyah

Nama Peneliti

: Siti Aishah binti Mod Noor

Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan.

Medan, Juni 2011

Yang memberikan

Yang membuat pernyataan

penjelasan

persetujuan

( Siti Aishah binti Mod Noor ) (___________________________

)

Nama dan Tanda Tangan


(2)

“HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE

PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA (SMP) SHAFIYYATUL AMALIYYAH, MEDAN PADA

TAHUN 2011”

I.

Identitas Responden

Kode Responden :

Nama Responden:

Kelas Responden:

Umur Responden :

Berat Badan Responden(kg):

Tinggi Badan Responden(cm):

II. Pertanyaan Inklusi dan Eksklusi Penelitian

1.

Apakah Anda sudah mengalami menstruasi/haid (perdarahan selama

beberapa hari yang keluar dari alat kelamin) ?

a. Ya, sudah pernah mengalami menstruasi

b. Tidak, belum pernah mengalami menstruasi

III. Pertanyaan Penelitian

1.

Usia menarche adalah usia Anda saat mengalami menstruasi/haid yang

pertama sekali Anda alami.

a)

Kapan Anda mengalami menstruasi/haid pertama kalinya?

Jawab: ... bulan ……… tahun

b)

Berapakah usia Anda saat mengalami menstruasi/haid yang

pertama kalinya (menarche)?


(3)

Data Induk

Sampe

l

Berat

Badan(Kg

)

Tinggi

Badan(cm)

Usia

Sekarang

(Tahun)

Usia

Menarche

(Tahun)

Status Gizi

Status

Gizi%

1

46.0

143.0

11.50

11.42

Overweight

/

Obesitas

121.05

2

43.0

146.0

11.75

11.00

Overweight

/

Obesitas

113.16

3

44.0

148.0

11.50

11.42

Overweight

/

Obesitas

112.82

4

66.0

145.5

11.75

11.42

Overweight

/

Obesitas

173.68

5

51.0

146.5

10.50

10.17

Overweight

/

Obesitas

130.77

6

37.0

149.5

11.00

10.92

Normal

90.24

7

51.0

153.5

10.75

10.67

Overweight

/

Obesitas

118.6

8

55.0

157.0

12.92

12.58

Overweight

/

Obesitas

119.57

9

45.5

158.0

12.42

12.42

Normal

97.85

10

40.0

158.0

12.58

12.00

Normal

96.77

11

51.0

149.5

12.67

12.00

Overweight

/

Obesitas

124.39

12

41.0

155.5

12.67

12.58

Normal

103.8

13

46.0

160.0

12.67

12.67

Normal

93.84

14

34.0

148.5

11.92

11.33

malnutrisi

85.00

15

36.0

156.0

13.00

12.50

malnutrisi

81.81

16

49.0

147.0

11.33

10.83

Overweight

/

Obesitas

125.64

17

53.0

153.0

11.67

11.08

Overweight

/

Obesitas

123.26

18

35.0

151.5

12.50

11.83

malnutrisi

83.34

19

45.0

161.0

12.80

12.17

Normal

90.00

20

49.0

150.0

11.42

11.42

Overweight

/

Obesitas


(4)

Data SPSS

Tests of Normality

statgizi

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

usia menarche thn bln malnutrisi .205 3 . .993 3 .840

normal .255 6 .200* .833 6 .114

overweight .229 11 .111 .957 11 .737

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Statistics

statgizi

N Valid 20

Missing 0

Mean 2.4000

Median 3.0000

Mode 3.00

Skewness -.851

Std. Error of Skewness .512


(5)

usia menarche

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

malnutrisi 3 11.8867 .58705 .33894 10.4283 13.3450 11.33 12.50

normal 6 12.1267 .64199 .26209 11.4529 12.8004 10.92 12.67

overweight 11 11.2736 .64896 .19567 10.8377 11.7096 10.17 12.58

Total 20 11.6215 .72673 .16250 11.2814 11.9616 10.17 12.67

Test of Homogeneity of Variances

usia menarche

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.036 2 17 .964

ANOVA

usia menarche

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.073 2 1.537 3.752 .045

Within Groups 6.961 17 .409


(6)

Multiple Comparisons

Dependent Variable:usia menarche

(I) status gizi

(J) status gizi

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Tukey HSD

malnutrisi normal -.24000 .45249 .858 -1.4008 .9208

overweight .61303 .41680 .329 -.4562 1.6823

normal malnutrisi .24000 .45249 .858 -.9208 1.4008

overweight .85303* .32477 .044 .0199 1.6862

overweight malnutrisi -.61303 .41680 .329 -1.6823 .4562

normal -.85303* .32477 .044 -1.6862 -.0199

Bonferroni malnutrisi normal -.24000 .45249 1.000 -1.4414 .9614

overweight .61303 .41680 .479 -.4936 1.7196

normal malnutrisi .24000 .45249 1.000 -.9614 1.4414

overweight .85303 .32477 .053 -.0092 1.7153

overweight malnutrisi -.61303 .41680 .479 -1.7196 .4936

normal -.85303 .32477 .053 -1.7153 .0092

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

usia menarche

status gizi N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa,,b overweight 11 11.2736

malnutrisi 3 11.8867

normal 6 12.1267

Sig. .115

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.077.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.