Pola Makan dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010

(1)

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA PERBUKITAN DAN DI DESA TEPI DANAU

KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh : NIM. 081000209 Harry M. Damanik

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2 0 1 0


(2)

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA PERBUKITAN DAN DI DESA TEPI DANAU

KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

HARRY M. DAMANIK 081000209

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripisi Dengan Judul :

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA PERBUKITAN DAN DI DESA TEPI DANAU

KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

HARRY M. DAMANIK

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 September 2010 dan Dinyatakan telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

081000209

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, Mkes Dr.Ir.Zulhaida Lubis, MKes

NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19620529 198903 2 001

Penguji II Penguji III

Dr.Ir.Albiner Siagian, MSi Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, MSi

NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19680616 199303 1 004

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Perbedaan geografi dan topografi dapat mempengaruhi pola makan

masyarakat. Kelompok anak sekolah (7-13 tahun) merupakan kelompok masyarakat yang membutuhkan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan fisik, intelektual dan aktivitasnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar antara desa perbukitan dan desa tepi danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010 .

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi semua murid SDN No.176384 Sinabulan (desa perbukitan) dan murid SDN No.173745 Buhit (desa tepi danau) berjumlah 204 orang. Sampel adalah seluruh murid kelas IV, V dan VI SDN No.176384 Sinabulan sejumlah 37 orang dan murid SDN No.173745 Buhit sejumlah 54 orang yang diambil secara Purposive Sampling. Untuk menguji perbedaan pola makan dan status gizi digunakan uji statistik t-test

dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat

konsumsi energi dan protein anak sekolah dasar antara desa perbukitan dan desa tepi danau. Rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein anak sekolah dasar di desa perbukitan berada pada kategori kurang dan di desa tepi danau berada pada kategori sedang. Tidak ada perbedaan yang signifikan status gizi berdasarkan TB/U dan IMT/U anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau. Rata-rata status gizi anak sekolah dasar berdasarkan TB/U dikedua desa berada pada kategori pendek dan rata-rata status gizi anak sekolah dasar berdasarkan IMT/U dikedua desa berada pada kategori normal.

Perlu peningkatan konsumsi pangan anak sekolah dasar di desa perbukitan dan tepi danau, sehingga status gizi menjadi normal. Bagi masyarakat di desa tepi danau perlu dilakukan penyuluhan oleh dinas kesehatan setempat tentang manfaat sumber protein yang berasal dari danau, misalnya ikan pora-pora yang kurang dimanfaatkan. Bagi masyarakat desa perbukitan perlu adanya peningkatan suplai bahan pangan sumber energi dan protein.

Kata kunci : pola makan, status gizi, anak sekolah dasar, desa perbukitan dan desa tepi danau.


(5)

ABSTRACT

A different geography and topography can influence the meal pattern of society. A group of the school childrens of 7 – 13 years old is group of society who needs a relatively great amount of nutritious food for their physical growth, intellectual and activity.

The purpose of this descriptive study with cross-sectional design was to analyze the difference between the meal pattern and nutritional status of the primary school children located in a village on the hill and in a village by the lake in

Pangururan Subdistrict, Samosir District in 2010.

The populations of this study were all of the 204 primary students of SDN No.176384 Sinabulan (a village on the hilly area) and of SDN No. 173745 Buhit (a village by the lake). The samples for this study were 37 students of Grade IV, V, and VI of SDN No.176384 Sinabulan and 54 students of Grade IV, V, and VI of SDN No. 173745 Buhit who were selected through purposive sampling technique. The

difference of their meal pattern and nutritional status was statistically tested through t-test with α = 0.05.

The result of this study showed that there was a significant difference between the level of energy and protein consumption of the primary school children located in the village on the hill and that of the primary school children located in the village by the lake. The average level of energy and protein consumption of the primary

schoolchildren located in the village on the hill was on the inadequate category and that of the primary school children located in the village by the lake was on the medium category. Based on Body Height/Age and Body Mass Index/Age, there was no significant difference between the nutritional status of the primary school children in the village on the hill and that of the primary school children in the village by the lake. The average nutritional status Based on Body Height showed that the primary school children in both the villages on the hill and by the lake were in short category and, the average nutritional status Body Mass Index/Age showed that the primary school children in both the villages on the hill and by the lake were in normal category.

It is necessary to increase the food consumption for the primary school children in both the villages on the hill and by the lake that their nutritional status becomes normal. The management of Samosir Health Service is suggested to provide the communities of the villages by the lake with some extensions on the benefit of the protein resources from the lake such as the pora-pora fish which has been less utilized. It is necessary to increase the supply of energy and protein-contained foodstuff for the community in the villages on the hill.

Key words: meal pattern, nutritional status, primary school children, village on the hill, village by the lake.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Harry M. Damanik

Tempat/Tanggal Lahir : Limbong, 22 Maret 1981

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 7 (tujuh) orang

Alamat Rumah : Desa Sarimarrihit Kec. Sianjur Mula-mula Kab. Samosir

Riwayat Pendidikan :

1. SDN No. 175824 Limbong, Tahun 1988-1993

2. SMP N 1 Limbong Sagala, Tahun 1993-1996

3. SMU N 1 Harian Tahun 1996-1999

4. D-III Keperawatan FK-USU Tahun 1999-2003

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan Tahun 2008-2010. Riwayat Pekerjaan :

Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir Tahun 2006 – Sekarang.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Makan

dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia yang memiliki keterbatasan.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr.Drs Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat dan selaku Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr.Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Pembimbing II yang penuh

perhatian membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr.Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Dosen Penguji II.


(8)

secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada

1. Ayahanda M. Damanik dan Ibunda M.Sidabutar yang memberikan kasih

sayang tidak terhingga, bantuan moril , materil dan doa kepada penulis selama ini.

2. Abangku B. Damanik dan adik-adikku Rani, Jenny dan Adi yang memberi

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Manigor Simbolon, SKM selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Samosir yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan ini, kepada Bapak Oberlin Simbolon, Bapak Berman

Situmorang, Bapak Data Simbolon, Apparaku Pittaraman Damanik dan

Ito Evayanty Sagala yang memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Elmina Sinurat selaku Kepala SDN No. 173745 Buhit dan Ibu Poibe Tamba selaku kepala SDN No.176384 Sianbulan yang telah memberikan izin

dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

5. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungannya, kerja sama dan doanya.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun demikian Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Anak Sekolah Dasar ... 7

2.1.1. Pegertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 7

2.1.2. Masalah Gizi Anak Sekolah Dasar ... 7

2.2. Kebutuhan Makan Anak Sekolah ... 9

2.3. Pengertian Status gizi... 10

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 11

2.4.1. Penyebab Langsung ... 11

2.4.2 .Penyebab tidak Langsung ... 11

2.5. Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar ... 12

2.5.1. Penilaian Status gizi secara Antropometri ... 12

2.5.1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 12

2.5.1.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 14

2.5.1.2. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (TB/U) ... 15

2.6. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri ... 16

2.6. Pola Konsumsi ... 17

2.8. Metode Food Recall 24 jam ... 17

2.9. Metode Frekuensi makanan (Food Frequency) ... 19

2.10. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

2.11. Hipotesa Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Lokasi ... 23

3.2.2 Waktu... 24

3.3 Populasi Dan Sampel ... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel ... 24

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25


(10)

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5 Instrumen Penelitian ... 25

3.6 Definisi Operasional ... 26

3.7 Aspek Pengukuran ... 27

3.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 29

3.8.1 Pengolahan Data ... 29

3.8.2 Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 31

4.1 Gambaran umum lokasi penelitian ... 31

4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografi Desa Sinabulan ... 31

4.1.2 Kondisi Geografis dan Demografi Desa Sianting-anting ... 32

4.2 Gambaran Umum Responden ... 34

4.3 Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan ... 35

4.4 Tingkat Konsumsi Energi ... 41

4.5 Tingkat Konsumsi Protein... 42

4.6 Status Gizi Tinggi Badan Menurut Umur ... 43

4.7 Status Gizi Indeks Massa Tubuh Menurut Umur ... 44

BAB V PEMBAHASAN... 45

5.1 Jenis dan Frekuensi Makan Anak Sekolah Dasar di desa perbukitan dan desa tepi danau ... 45

5.2 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau ... 47

5.3 Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

1. Formulir Food Recall 2. Formulir Food Frequency 3. Master data

4. Surat izin survei penelitian 5. Surat keterangan selesai penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan ... 32

Tabel 3.1 Jumlah Anak Sekolah Dasar Perkelas ... 24

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Desa Sinabulan Tahun

2010 ... . 32

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Desa Sianting-anting

Tahun 2010... . 33

Tabel 4.3 Distribusi Anak sekolah Dasar Berdasarkan Umur di Desa

Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... . 34

Tabel 4.4 Distribusi Anak sekolah Dasar Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa

Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... . 34

Tabel 4.5 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makanan

Pokok yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... . 35

Tabel 4.6 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi

Lauk-Pauk yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan

dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... 36

Tabel 4.7 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Sayuran

yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... 37

Tabel 4.8 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi

Buah-buahan yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan

dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... 38

Tabel 4.9 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makanan

Jajanan yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan

dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... 39

Tabel 4.10 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Minuman yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi yang dikonsumsi

Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010... 41 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Protein yang dikonsumsi

Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau

Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Tinggi Badan Menurut Umur

Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010... 43 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Status Gizi Indeks Massa Tubuh Menurut

Umur Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi


(12)

ABSTRAK

Perbedaan geografi dan topografi dapat mempengaruhi pola makan

masyarakat. Kelompok anak sekolah (7-13 tahun) merupakan kelompok masyarakat yang membutuhkan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan fisik, intelektual dan aktivitasnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar antara desa perbukitan dan desa tepi danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010 .

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi semua murid SDN No.176384 Sinabulan (desa perbukitan) dan murid SDN No.173745 Buhit (desa tepi danau) berjumlah 204 orang. Sampel adalah seluruh murid kelas IV, V dan VI SDN No.176384 Sinabulan sejumlah 37 orang dan murid SDN No.173745 Buhit sejumlah 54 orang yang diambil secara Purposive Sampling. Untuk menguji perbedaan pola makan dan status gizi digunakan uji statistik t-test

dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat

konsumsi energi dan protein anak sekolah dasar antara desa perbukitan dan desa tepi danau. Rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein anak sekolah dasar di desa perbukitan berada pada kategori kurang dan di desa tepi danau berada pada kategori sedang. Tidak ada perbedaan yang signifikan status gizi berdasarkan TB/U dan IMT/U anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau. Rata-rata status gizi anak sekolah dasar berdasarkan TB/U dikedua desa berada pada kategori pendek dan rata-rata status gizi anak sekolah dasar berdasarkan IMT/U dikedua desa berada pada kategori normal.

Perlu peningkatan konsumsi pangan anak sekolah dasar di desa perbukitan dan tepi danau, sehingga status gizi menjadi normal. Bagi masyarakat di desa tepi danau perlu dilakukan penyuluhan oleh dinas kesehatan setempat tentang manfaat sumber protein yang berasal dari danau, misalnya ikan pora-pora yang kurang dimanfaatkan. Bagi masyarakat desa perbukitan perlu adanya peningkatan suplai bahan pangan sumber energi dan protein.

Kata kunci : pola makan, status gizi, anak sekolah dasar, desa perbukitan dan desa tepi danau.


(13)

ABSTRACT

A different geography and topography can influence the meal pattern of society. A group of the school childrens of 7 – 13 years old is group of society who needs a relatively great amount of nutritious food for their physical growth, intellectual and activity.

The purpose of this descriptive study with cross-sectional design was to analyze the difference between the meal pattern and nutritional status of the primary school children located in a village on the hill and in a village by the lake in

Pangururan Subdistrict, Samosir District in 2010.

The populations of this study were all of the 204 primary students of SDN No.176384 Sinabulan (a village on the hilly area) and of SDN No. 173745 Buhit (a village by the lake). The samples for this study were 37 students of Grade IV, V, and VI of SDN No.176384 Sinabulan and 54 students of Grade IV, V, and VI of SDN No. 173745 Buhit who were selected through purposive sampling technique. The

difference of their meal pattern and nutritional status was statistically tested through t-test with α = 0.05.

The result of this study showed that there was a significant difference between the level of energy and protein consumption of the primary school children located in the village on the hill and that of the primary school children located in the village by the lake. The average level of energy and protein consumption of the primary

schoolchildren located in the village on the hill was on the inadequate category and that of the primary school children located in the village by the lake was on the medium category. Based on Body Height/Age and Body Mass Index/Age, there was no significant difference between the nutritional status of the primary school children in the village on the hill and that of the primary school children in the village by the lake. The average nutritional status Based on Body Height showed that the primary school children in both the villages on the hill and by the lake were in short category and, the average nutritional status Body Mass Index/Age showed that the primary school children in both the villages on the hill and by the lake were in normal category.

It is necessary to increase the food consumption for the primary school children in both the villages on the hill and by the lake that their nutritional status becomes normal. The management of Samosir Health Service is suggested to provide the communities of the villages by the lake with some extensions on the benefit of the protein resources from the lake such as the pora-pora fish which has been less utilized. It is necessary to increase the supply of energy and protein-contained foodstuff for the community in the villages on the hill.

Key words: meal pattern, nutritional status, primary school children, village on the hill, village by the lake.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,

pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002).


(15)

Kelompok anak sekolah (7-13 tahun) merupakan kelompok rentan gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar (Sediaoetama, 2004).

Anak sebagai aset SDM dan generasi penerus perlu diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Suhardjo, 2003).

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut merupakan generasi penerus bangsa. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto, 2006).

Berbagai masalah kesehatan juga dijumpai dikalangan anak sekolah. Secara langsung keadaan zat gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Kedua faktor tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi pola asuh anak yang tidak memadai.


(16)

Adapun masalah-masalah yang timbul pada kelompok umur usia sekolah, antara lain defesiensi Fe dan seringnya jajan di sekolah sehingga dirumah anak tidak mau makan dan pada umumnya mereka tidak sarapan (makan pagi), makan siang di luar rumah tidak teratur sehingga tidak tercukupi kebutuhan gizinya.

Perhatian terhadap anak termasuk anak usia sekolah dasar semakin ditingkatkan, terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah gizi. Perhatian terhadap kelompok ini perlu, karena kenyataan golongan ini merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial yang perlu diberikan perhatian, pembinaan dan pengawasan yang sedini mungkin agar menghasilkan kualitas yang baik. Pertumbuhan anak yang baik dalam lingkungan yang sehat penting untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan berpotensi (Santoso S, 1999).

Dari beberapa penelitian diketahui sebagian anak sekolah mengalami masalah gizi yang cukup serius. Hasil kegiatan Tinggi Badan Anak Sekolah Baru Masuk (TBASS) Tahun 1998 Menunjukkan bahwa 37,8% anak Sekolah dasar dan Madrasah Ibtidayah yang baru masuk sekolah menderita Kurang Energi Protein (KEP). Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar gondok masih diderita 11,1% anak sekolah dasar dan Madrasah Ibtidayah (2002). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1995 menunjukkan bahwa 47,3% anak usia sekolah menderita anemia gizi.

Disamping menderita menderita gizi kurang diketahui pula bahwa di beberapa daerah perkotaan telah terjadi masalah gizi lebih pada anak sekolah dasar dan Madrasah Ibtidayah. Hasil penelitian Husaini pada anak sekolah dasar dan Madrasah Ibtidayah yang berasal dari keluarga ekonomi menegah keatas di kota


(17)

Bogor (1998) menunjukkan bahwa 10,3% anak laki-laki dan 11,4% anak perempuan kelebihan berat badan.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 di Kabupaten Samosir ditemuka n anak usia 6-14 tahun laki-laki status kurus 16,5% dan berat badan lebih 5,3% dan anak perempuan status gizi kurus 5,3% dan berat badan lebih 3,4%.

Dari hasil Survei Kesehatan Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2006, menurut indeks BB/U diperoleh status gizi usia anak sekolah di Kecamatan Pangururan terdapat gizi buruk sebanyak 12,5%, gizi kurang sebanyak 31%, gizi baik sebanyak 55,4% dan gizi lebih sebanyak 1,1 %. Menurut indeks TB/U diperoleh status gizi anak usia sekolah sangat pendek sebanyak 27,2%, pendek sebanyak 28,3% dan normal sebanyak 44,6%. Menurut indeks BB/TB diperoleh status gizi anak usia sekolah dasar sangat kurus sebanyak 8,7%, kurus sebanyak7,6%, normal sebanyak 76,1% dan gemuk sebanyak 7,6 %.

Secara geografis wilayah Kecamatan Pangururan sebagian terdapat ditepi Danau Toba dan sebagian lagi terdapat di perbukitan. Desa yang terletak di perbukitan termasuk desa sulit ditempuh dengan transportasi roda empat dan penyebaran rumah-rumah penduduk saling berjauhan dan masyarakat terbatas mendapatkan pangan bersumber hewani yang diperoleh dari pasar yang ada di tepi danau sekali dalam seminggu . Selain itu anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya masih berjalan kaki ke sekolah dan mempunyai kebiasaan membantu orang tua ke ladang setelah pulang dari sekolah. Sedangkan desa tepi danau masyarakatnya pada umumnya telah lebih maju keadaan ekonomi dan akses masyarakat untuk


(18)

memperoleh bahan makanan sumber protein hewani seperti ikan yang banyak di desa tepi danau.

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau Kecamatan Pangururan.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang ingin diteliti, yaitu bagaimana perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis makanan yang dimakan anak sekolah dasar di desa

perbukitan dan di desa tepi danau.

2. Untuk mengetahui frekuensi makanan yang dimakan anak sekolah dasar di desa

perbukitan dan di desa tepi danau.

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat konsumsi energi dan protein anak sekolah


(19)

4. Untuk mengetahui perbedaan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan kepada sekolah tentang keadaan gizi dan pola makan

pangan murid-murid di sekolahnya.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah,

khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam upaya penanggulangan masalah gizi anak Sekolah Dasar.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anak Sekolah Dasar

2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi:

1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal). 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. 5. Pertumbuhan lambat.

6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji, 2003). 2.1.2. Masalah Gizi Anak Sekolah Dasar

Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak


(21)

terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan erat dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.

Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah yang lain akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia dan ekonomi (Hadi, 2005).

Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misal berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe, defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).


(22)

2.2. Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah

Awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka (Moehji, 2003).

Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi. Ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak-anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi (Khomsan, 2003).

Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Kandungan zat gizi makanan selingan ditinjau dari besarnya kandungan energi dan protein sebesar 300 kkal dan 5 gram protein. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan tinggi


(23)

badan. Mulai umur 10-12 tahun, Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Adapun jumlah energi dan protein yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi bagi anak umur 7-12 tahun tertera pada tabel 1.

Tabel 3.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) Anak Umur 7 –12 Tahun

Golongan Umur Berat Tinggi Energi Protein

7-9 tahun 25 kg 120 cm 1800 kkal 45 gram

10 –12 tahun (pria) 35 kg 138 cm 2050 kkal 50 gram

10 –12 tahun (wanita) 38 kg 145 cm 2050 kkal 50 gram

Sumber : Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Jakarta 17- 19 Mei 2004.

2.3. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).

Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari

nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gizi kurang merupakan keadaan


(24)

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

2.4.1. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

2.4.2. Penyebab tidak Langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

- Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan

mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

- Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

- Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.


(25)

2.5. Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar

2.5.1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi.

Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah

kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.

2. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.

Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.

Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 1995).

2.5.1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya


(26)

nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status). Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu :

1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.

3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).

Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat oedema.

2. Memerlukan data umur yang akurat.

3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan

anak pada saat penimbangan.

4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).


(27)

2.5.1.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dangan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.

Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan tinggi badan anak pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur. Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila pengukuran dilakukan pada anak yang lebih tua karena pengukuran lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang umur yang lebih panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil kemungkinan kesalahan data umur.

Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :

1. Tidak dapat member gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.

2. Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila


(28)

2.5.1.3. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk., 2001).

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.


(29)

2.6. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut :

Indeks BB/U :

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

c. Sangat Kurang : < -3 SD

Indeks TB/U :

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

c. Sangat pendek : < -3 SD

Indeks IMT/U :

a. Sangat gemuk : > 3 SD

b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD

c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD


(30)

2.7. Pola Makan

Menurut Hong dalam Kardjati (1985) mengemukan bahwa, pola adalah berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan memberikan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi setempat :

a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan yang termasuk

faktor geografis, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi, dan persediaan suatu daerah.

b. Faktor sosio-ekonomi dan kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen yang

memegang peranan penting dalam pola konsumsi peduduk.

c. Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu.

2.8. Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.


(31)

Menurut Sanjur (1997) yang dikutip oleh Supariasa, dkk (2001). Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah sebagai berikut:

1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan

atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu, kemudian petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).

2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau

Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:

1. Mudah melaksanakannya serta tidak membebani responden. Biaya relatif murah

karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas.

2. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

3. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

4. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu

sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangan metode recall 24 jam antara lain:

1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan

recall satu hari.


(32)

3. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk

melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).

4. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih atau terampil dalam

menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian.

Keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif menggambarkan kebiasaan makanan individu (Supariasa, dkk, 2001).

2.9. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

Menurut Supriasa, dkk (2001), secara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.

Metode frekuensi makan adalah untuk memperoleh data tetang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama waktu periode tertentu setiap hari, minggu, bulan atau tahun.


(33)

Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi pengguanaan makanan tersebut pada periode waktu tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.

1. Relatif murah dan sederhana.

Kelebihan metode food frequency :

2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden.

3. Tidak membutuhkan latihan khusus.

4. Dapat untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dengan kebiasaan makan.

1. Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari-hari.

Kekurangan metode food frequency:

2. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.

3. Cukup menjemukan bagi pewawancara.

4. Perlu membuat pencobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan

yang akan masuk kedalam daftar kuesioner.


(34)

2.10. Kerangka Konsep

Untuk melihat pola makan dan status gizi anak sekolah dasar, dapat disajikan dalam kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

Kondisi faktor ekologi desa mempengaruhi pola makan secara kualitatif dan kuantitatif merupakan penyebab tidak langsung masalah status gizi anak sekolah dasar.

Faktor Ekologi :

- Desa Perbukitan

- Desa Tepi Danau

Pola Konsumsi:

- Jenis Makanan

- Frekuensi Makan

- Tingkat Konsumsi

Energi

- Tingkat konsumsi

Protein

Status Gizi Anak Sekolah Dasar (TB/U dan IMT/U)


(35)

2.11. Hipotesa Penelitian

1. Ada perbedaan tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan

di desa tepi danau.

2. Ada perbedaan tingkat konsumsi protein anak sekolah dasar di desa

perbukitan di desa tepi danau.

3. Ada perbedaan status gizi tinggi badan menurut umur anak sekolah dasar di

desa perbukitan di desa tepi danau.

4. Ada perbedaan status gizi indeks massa tubuh menurut umur anak sekolah


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa tepi danau dan di desa perbukitan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pertama dilakukan di dua desa. Desa pertama adalah Desa Sinabulan (yang mewakili desa perbukitan) dan desa yang kedua adalah Desa Sianting anting (yang mewakili desa perbukitan). Desa Sinabulan dipilih karena desa tersebut mewakili desa perbukitan perbukitan yang memiliki karakteristik (terdapat di perbukitan, akses terhadap pangan dari luar sulit, kepasar sekali dalam seminggu,, sulit dilalui kendaraan roda empat karena jalanan menanjak dan belum diaspal, pertanian sawah tadah hujan dan keadaan ekonomi masyarakat masih rendah) sementara itu desa desa sianting anting (akses pangan dari luar mudah, jalan sudah bagus, tersedia protein hewani yang bersumber dari danau dan keadaan ekonomi masyarakat sudah lebih baik).


(37)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus Tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh anak sekolah dasar yang ada di Desa Sinabulan (SD Negeri No. 176384) dan Desa Sianting anting (SD Negeri No. 173745). Populasi pada kedua sekolah dasar tersebut berjumlah 204 orang, dengan perincian murid SD Negeri No. 176384 sebanyak 94 orang dan murid SD Negeri No. 173745 sebanyak 110.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah semua murid sekolah dasar yang duduk di kelas empat, lima dan enam yang ada di Desa Sinabulan (SD Negeri No. 176384) dan di Desa Sianting anting (SD Negeri No. 173745). Dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Jumlah Anak Sekolah Dasar Perkelas

Kelas SDN No. 176384 SDN No. 173745

IV 13 17

V 8 21

VI 16 16

Jumlah 37 54

Total Jumlah sampel dari kedua sekolah sejumlah 91 orang.

Sampel diambil secara Purposive Sampling dengan alasan karena murid yang duduk di kelas empat, lima dan enam dianggap mulai mengerti tentang apa yang dimakannya dan bisa mengingat makanan apa yang dimakannya.


(38)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi :

Data tinggi badan diperoleh dengan pengukuran menggunakan Microtoise

dan data berat badan diperoleh dengan penimbangan menggunakan timbangan kamar mandi secara langsung terhadap responden.

Data pola makan didapat melalui food recall 24 jam sebanyak 2 kali

sedangkan frekuensi dan jenis melalui formulir food frequency

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder mencakup gambaran umum Desa Sinabulan dan Desa Sianting anting diperoleh dari kantor kepala desa masing-masing desa tersebut dan data jumlah murid kelas empat, lima dan enam SD Negeri No 176384 Sinabulan dan SD Negeri No 173745 Buhit diperoleh dari masing-masing sekolah tersebut.

3.5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Microtoise

2. Timbangan kamar mandi (bath room scale)

3. Formulir food recall

4. Formulir food frequency

5. Daftar komposisi Bahan Makanan (DKBM).


(39)

3.6. Defenisi Operasional

1. Anak sekolah dasar adalah anak yang duduk di bangku sekolah dasar kelas

satu sampai dengan kelas enam.

2. Pola makan anak sekolah dasar adalah jenis, jumlah dan frekuensi makanan

yang dimakan anak sekolah dasar.

3. Frekuensi makan adalah angka yang menyatakan setiap kali setiap jenis bahan

makanan yang dimakan, misalnya >1x1 hari, 1x1 hari, 4-5x/minggu, 1-3x/minggu, 2x1/bulan, 1x1bulan, tidak pernah.

4. Berat badan anak sekolah dasar adalah ukuran tubuh yang menggambarkan

jumlah massa tubuh diukur dengan timbangan berkapasitas 100 kg, ketelitian 0,1 kg.

5. Tinggi badan anak sekolah dasar adalah ukuran tubuh yang menggambarkan

panjang ruas-ruas tubuh yang meliputi tungkai bawah, tulang panggul, tulang belakang, tulang leher, dan kepala pada posisi tegak sempurna, diukur dengan pengukur tinggi badan mikrotoise dengan ketelitian 0,1 cm.

6. Status gizi anak sekolah dasar adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

konsumsi, penerapan dan penggunaan zat gizi makanan anak sekolah dasar baik laki-laki maupun perempuan yang diukur menurut indeks tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh terhadap umur (IMT/U) kemudian dibandingkan dengan kategori WHO 2007.

7. Desa Perbukitan adalah desa yang terdapat dalam suatu wilayah bentang alam


(40)

sekelilingnya namun dengan ketinggian relatif rendah dibandingkan dengan gunung.

8. Desa tepi danau adalah desa yang terdapat di pinggiran danau dan berbatasan

langsung dengan danau.

3.7. Aspek Pengukuran

1. Tingkat kecukupan gizi diukur dengan melihat tingkat konsumsi Energi dan

Protein yang dikonsumsi, dengan menggunakan rumus: TK =

KC

K

X 100%

Keterangan :

TK = Tingkat kecukupan K = Konsumsi

KC = Kecukupan yang dianjurkan

Setelah itu dihitung rata-rata seharinya dan dibandingkan dengan daftar kecukupan gizi yang dianjurkan.

Tingkat energi dan protein dapat digolongkan atas (Supariasa,dkk, 2002):

− Defisit : < 70% AKG

− Kurang : 70-80% AKG

− Sedang : 80-90% AKG


(41)

2. Untuk melihat status gizi digunakan indikator TB/U dan IMT/U dengan merujuk pada standar baku WHO 2007 dengan kategori sebagai berikut :

Indeks TB/U :

a. Lebih : > 3 SD

b. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 3 SD

c. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

d. Sangat pendek : < -3 SD

Indeks IMT/U :

a. Sangat gemuk : > 3 SD

b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD

c. Normal : ≥ -2 SD s/≤ 2 SD

d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD


(42)

3.8.Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan dengan pengolahan dengan menggunakan komputer, melalui proses editing dan koding. Data berat badan, tinggi badan dan IMT diolah dengan mengunakan Software Anthroplus untuk menentukan status gizi anak sekolah dasar.

Sedangkan untuk jumlah energi dan protein diperoleh dari hasil food recall 2 x 24 jam dihitung dalam gram lalu dikonversikan ke jumlah energi dan protein yang terkandung dalam setiap bahan makanan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau menggunakan Software Food Processor 2005.

3.8.2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara bertahap yaitu dengan analisis Univariat dan Bivariat.

1. Analisis Univariat/deskripsi untuk menggambarkan (mendeskripsikan) variabel

tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, status gizi tinggi badan menurut umur dan status gizi indeks massa tubuh menurut umur di desa perbukitan dan di desa tepi danau menggunakan tabel frekuensi.

2. Analisis Bivariat untuk melihat perbedaan variabel tingkat konsumsi energi,

tingkat konsumsi protein, status gizi tinggi badan menurut umur dan status gizi indeks massa tubuh menurut umur di desa perbukitan dan di desa tepi danau


(43)

dengan menggunakan uji t (t-test) dengan tingkat kepercayaan 95%, menggunakan Program SPSS 10,5.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografis dan Demografi Desa Sinabulan

Desa Sinabulan adalah satu desa yang ada di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Wilayah Desa Sinabulan merupakan daerah perbukitan dengan jarak ± 7 km dari jalan besar kabupaten, dimana desa ini sulit dilalui kendaraan roda empat dan roda dua karena kondisi jalan yang rusak parah dan menanjak, sehingga masyarakat sulit memperoleh bahan pangan yang tidak ada di desa tesebut. Masyarakat hanya sekali dalam seminggu belanja ke pasar yang ada di ibukota kabupaten untuk memperoleh bahan pangan yang berasal dari luar desa tersebut. Masyarakat juga sulit memperoleh air bersih kalau musim kemarau karena di desa tersebut tidak ada mata air, masyarakat hanya menggunakan air hujan sebagai sumber air utama. Luas area Desa Sinabulan ± 400 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:

− Sebelah Utara : Desa Salaon Tonga-tonga

− Sebelah Selatan : Desa Lumban Suhi-suhi Dolok

− Sebelah Barat : Desa Sitolu Huta

− Sebelah Timur : Desa Aek Nauli

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sinabulan terdapat jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebanyak 360 jiwa dengan 92 kepala keluarga.


(45)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Desa Sinabulan Tahun 2010.

No Pekerjaan KK Jumlah Persentase

1 Petani 60 65

2 Pegawai Negeri Sipil 9 10

3 Wiraswata/Pedagang 23 25

Jumlah 92 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan kepala keluarga penduduk Desa Sinabulan mayoritas adalah petani sejumlah 60 orang (65%) dan yang paling sedikit adalah pegawai negeri sipil sejumlah 9 orang (10%).

4.1.2. Kondisi Geografis dan Demografi Desa Sianting anting

Desa Sianting anting adalah satu desa yang ada di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Wilayah Desa Sianting merupakan daerah yang terdapat di tepi Danau Toba yang tidak jauh dari ibu kota kabupaten, di desa tersebut banyak terdapat ikan yang berasal dari tangkap nelayan, misalnya ikan pora-pora yang harganya sangat murah, selain itu masyarakat juga dapat memperoleh bahan makan dari pasar yang tidak jauh dari desa tersebut dan buka setiap harinya. Adapun luas area Desa Sianting anting ± 180 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

− Sebelah Utara : Desa Parlondut

− Sebelah Selatan : Desa Sait Nihuta

− Sebelah Barat : Danau Toba


(46)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sianting anting terdapat jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebanyak 708 jiwa dengan145 kepala keluarga.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sianting anting Kecamatan Pangururan Tahun 2010.

No Pekerjaan KK Jumlah Persentase

1 Petani 101 70

2 Pegawai Negeri Sipil 15 10

3 Wiraswata/Pedagang 13 9

4 Nelayan 16 11

Jumlah 145 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan kepala keluarga penduduk desa Sianting anting penduduk Desa Siating-anting mayoritas adalah

petani sejumlah 101 orang (70%) dan yang paling sedikit adalah


(47)

4.2. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan kriteria sampel penelitian yang telah ditentukan di dua lokasi peneliatan didapat sampel di Desa Sinabulan (desa perbukitan) sejumlah 37 orang dan Desa Sianting anting (desa tepi danau) sejumlah 54 orang.

Tabel 4.3 Distribusi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Umur di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No Golongan Umur Desa Perbukitan Desa Tepi Danau

Jumlah % Jumlah %

1 7-10 Tahun 17 45,9 25 46,3

2 >10 Tahun 20 54,1 29 53,7

Total 37 100 54 100

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa responden paling banyak pada golongan umur 10-13 tahun di perbukitan adalah sejumlah 20 orang (54,1%) dan di desa tepi danau sejumlah 29 orang (53,7%).

Tabel 4.4 Distribusi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No Golongan Umur Desa Perbukitan Desa Tepi Danau

Jumlah % Jumlah %

1 Laki-laki 14 37,8 26 48,1

2 Perempuan 23 62,2 28 51,9

Total 37 100 54 100

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa responden paling banyak berjenis kelamin perempuan di desa perbukitan adalah sejumlah 23 orang (62,2%) dan di desa tepi danau sejumlah 28 orang (51,9%).


(48)

4.3 Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan

Berdasarkan hasil pengolahan data, frekuensi jenis bahan makanan yang dikonsumsi responden dapat digambarkan pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makanan Pokok yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No

Jenis Makanan

Pokok

Desa

Frekuensi > 1 kali/

hari

1-5 kali/ minggu

< 2 kali/ bulan

Tidak

pernah Total

N % N % N % N % N %

1 Nasi 1 37 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 37 100,0 2 54 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 54 100,0 2 Mie 1 0 0,0 15 40,5 22 59,5 0 0,0 37 100,0 2 4 7,4 23 42,6 27 50,0 0 0,0 54 100,0 3 Roti 1 0 0,0 8 21,6 29 78,4 0 0,0 37 100,0 2 13 24,0 29 53,7 12 22,2 0 0,0 54 100,0 4 Singkong 1 0 0,0 11 5,4 26 70,3 0 0 37 100,0 2 0 0,0 17 31,5 35 64,3 2 3,7 54 100,0 Ket : 1=Perbukitan, 2=Tepi danau

Dari Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa pada umumnya anak sekolah dasar mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi > 1 kali/ hari di desa perbukitan sejumlah 37 orang (100%).


(49)

Tabel 4.6 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Lauk-Pauk yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No Jenis Lauk Pauk

Desa

Frekuensi > 1 kali/

hari

1-5 kali/ minggu

< 2 kali/ bulan

Tidak

pernah Total

N % N % N % N % N %

1 Ayam 1 0 0,0 0 0,0 37 100,0 0 0,0 37 100,0 2 4 7,4 19 35,2 31 57,4 0 0,0 54 100,0 2 Ikan 1 23 62,1 10 27,0 4 10,1 0 0,0 37 100,0 2 40 74,1 9 16,7 5 9,3 0 0,0 54 100,0 3 Babi 1 0 0,0 2 5,4 32 86,5 3 8,1 37 100,0 2 0 0,0 6 11,1 44 81,5 4 7,4 54 100,0 4 Telur 1 0 0,0 2 5,4 30 81,1 5 18, 37 100,0 2 8 14,8 37 68,5 8 14,8 1 1,8 54 100,0 5 Tahu 1 0 0,0 0 0,0 25 67,6 12 32,4 37 100,0 2 5 9,1 23 41,8 25 45,5 2 3,6 55 100,0 6 Tempe 1 0 0,0 0 0,0 25 67,6 12 32,4 37 100,0 2 5 9,1 23 41,8 25 45,5 2 3,6 55 100,0 7 Teri 1 10 27,0 17 45,9 10 27,0 0 0,0 37 100,0 2 16 29,6 32 59,3 6 11,1 0 0,0 54 100,0 Ket : 1=Perbukitan, 2=Tepi danau

Dari Tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa anak sekolah dasar di desa tepi

danau semua mengkonsumsi ikan dengan frekuensi ≥ 1 kali perhari sejumlah 40

orang (74,1%) sedangkan di desa perbukitan sejumlah 23 orang (62,1%). Ayam dikonsumsi di desa perbukitan pada dengan frekuensi < 2 kali/bulan sejumlah 37 orang (100%) sedangkan di desa tepi danau terdapat ayam dikonsumsi dengan frekuensi 1-5 kali/minggu sejumlah 19 orang (35,2%). Tahu dan tempe pada umumnya dikonsumsi di desa perbukitan dan di desa tepi danu dengan frekuensi < 2 kali/bulan.


(50)

Tabel 4.7 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Sayuran yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No Jenis

Sayuran Desa

Frekuensi > 1 kali/

hari

1-5 kali/ minggu

< 2 kali/ bulan

Tidak

Pernah Total

N % N % N % N % N %

1 Daun Singkong

1 2 5,4 24 64,9 10 27,0 1 2,7 37 100,0 2 2 3,7 35 64,8 17 31,5 0 0,0 54 100,0 2 Kacang

Panjang

1 0 0.0 16 43,2 21 56,8 0 0,0 37 100,0 2 1 1,8 26 48,2 27 50,0 0 0,0 54 100,0 3 Kangkung 1 0 0.0 19 51,4 28 75,7 0 0,0 37 100,0 2 0 0.0 34 63,0 18 33,3 2 3,7 54 100,0 4 Mentimun 1 0 0.0 13 35,1 24 64,9 0 0,0 37 100,0 2 3 5,6 28 51,8 15 27,8 8 14,8 54 100,0 5 Bayam 1 0 0.0 15 40,5 22 59,5 0 0,0 37 100,0 2 0 0.0 36 66,7 13 24,1 5 9,3 54 100,0 6 Sawi 1 0 0.0 14 37,8 23 62,2 0 0,0 37 100,0 2 5 9,3 29 53,7 20 37,0 0 0,0 54 100,0 7 Kol 1 3 8,1 15 40,5 19 51,4 0 0,0 37 100,0 2 16 29,6 21 38,9 17 31,5 0 0,0 54 100,0 Ket : 1=Perbukitan, 2=Tepi danau

Dari Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya mengkonsumsi jenis sayuran daun singkong, kacang panjang dan kol dengan frekuensi 1-5 kali/minggu sedangkan mentimun, sawi,

kacang panjang dan bayam jarang dikonsumsi (< 2 kali/bulan) dan di desa tepi danau

anak sekolah dasar pada umumnya mengkonsumsi sayuran jenis daun singkong,

kangkung, kacang panjang, sawi, mentimun dan kol dengan frekuensi 1-5 kali/


(51)

Tabel 4.8 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Buah-buahan yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No Jenis

Buah Desa

Frekuensi > kali/

Hari

1-5kali /minggu

< 2 kali/ Bulan

Tidak

Pernah Total

N % N % N % N % N %

1 Pisang 1 2 5,4 16 43,2 19 51,4 0 0,0 37 100,0 2 7 13,0 26 48,2 21 38,9 0 0,0 54 100,0 2 Pepaya 1 0 0,0 24 64,7 13 35,1 0 0,0 37 100,0 2 0 0,0 19 35,2 35 64,8 0 0,0 54 100,0 3 Jeruk 1 0 0,0 10 27,0 25 67,6 2 5,4 37 100,0 2 0 0,0 42 77,8 12 22,2 0 0,0 54 100,0 4 Terong

belanda

1 0 0,0 8 21,6 29 78,4 0 0,0 37 100,0 2 0 0,0 6 11,1 42 77,8 6 0,0 54 100,0 5 Apel 1 0 0,0 5 13,5 28 75,7 4 10,8 37 100,0 2 0 0,0 4 7,4 47 87,0 3 0,0 54 100,0 6 Salak 1 0 0,0 11 29,7 26 70,3 0 0,0 37 100,0 2 0 0,0 36 66,7 18 33,3 0 0,0 54 100,0 7 Jambu 1 0 0,0 15 40,5 22 59,5 0 0,0 37 100,0 2 0 0,0 34 63,0 20 37,0 0 0,0 54 100,0 Ket : 1=Perbukitan, 2=Tepi danau

Dari Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa di desa perbukitan anak sekolah pada umumnya mengkonsumsi buah jenis pisang, pepaya dan jambu dengan frekuensi 1-5 kali/minggu sedangkan apel, jeruk dan terong belanda jarang dikonsumsi, di desa tepi danau anak sekolah dasar paling sering mengkonsumsi buah-buahan jenis pisang jeruk, salak, jambu, papaya dan yang jarang dikonsumsi adalah terong belanda dan apel.


(52)

Tabel 4.9 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makanan Jajanan yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No

Jenis Makanan

Jajanan

Desa

Frekuensi > 1 kali/

hari

1-5 kali/ minggu

< 2 kali/ bulan

Tidak

Pernah Total

N % N % N % N % N %

1 Gorengan 1 4 10,8 20 54,1 13 35,1 0 0,0, 37 100,0 2 12 22,2 33 61,1 9 16,7 0 0,0 54 100,0 2 Mie 1 2 5,4 28 75,7 7 18,9 0 0,0 37 100,0 2 4 7,4 40 74,1 8 14,8 2 3,7 54 100,0 3 Permen 1 15 40,5 22 59,5 0 0,0 0 0,0 37 100,0 2 41 75,9 10 18,5 3 5,6 0 0,0 54 100,0 4 Kerupuk 1 25 67,6 12 32,4 0 0,0 0 0,0 37 100,0 2 38 70,4 12 22,2 4 7,4 0 0,0 54 100,0 Ket : 1=Perbukitan, 2=Tepi danau

Dari Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa anak sekolah dasar di desa

perbukitan pada umumnya mengkonsumsi makanan jajanan dengan frekuensi ≥ 1 kali

perhari seperti kerupuk 25 orang (67,6%), permen 15 orang (40,6%) dan gorengan 4 orang (10,8%), sedangkan di desa tepi danau anak sekolah dasar makanan jajanan

dengan frekuensi ≥ 1 kali perhar i seperti permen 38 orang (75,9%), kerupuk 38


(53)

Tabel 4.10 Distribusi Pola Makan Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Minuman yang Dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No

Jenis Minuman

Jajanan

Desa

Frekuensi > 1 kali/

hari

1-5 kali/ minggu

< 2 kali/ bulan

Tidak

Pernah Total

N % N % N % N % N %

1 Jus 1 0 0,0 5 13,5 26 70,3 6 16,2 37 100,0 2 0 0,0 13 24,1 32 59,3 9 16,7 54 100,0 2 Susu 1 2 5,4 10 27,0 23 62,2 3 8,1 37 100,0 2 5 9,2 32 59,3 14 25,9 3 5,6 54 100,0 3 Teh 1 4 10,8 28 75,7 5 13,5 0 0,0 37 100,0 2 12 22,2 38 70,4 4 7,4 0 0,0 54 100,0 4 Es Krim 1 0 0,0 18 48,6 19 51,4 0 0,0 37 100,0 2 4 7,4 35 64,8 15 27,8 0 0,0 54 100,0 Ket : 1=Perbukitan, 2=Tepi danau

Dari Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa anak sekolah dasar di desa perbukitan mengkonsumsi minuman seperti susu, jus dan es krim dengan frekuensi < 2 kali perbulan dan teh manis dengan frekuensi 1-5 kali perminggu. Sedangkan di desa tepi danau teh manis, susu dan eskrim dikonsumsi pada umumnya dengan


(54)

4.4. Tingkat Konsumsi Energi

Tingkat konsumsi energi pada anak sekolah dasar di desa Perbukitan dan di desa tepi danau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi yang dikonsumsi Anak Sekolah Dasar di Desa Perbukitan dan di Desa Tepi Danau Tahun 2010.

No Tingkat Konsumsi Energi

Desa

Perbukitan Tepi Danau

N % N %

1 Baik 2 5,4 6 11,1

2 Sedang 20 54,1 39 72,2

3 Kurang 12 32,4 6 11,1

4 Defisit 3 8,1 3 5,6

Total 37 100,0 54 100,0

Dari Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya berada dikategori sedang sejumlah 20 orang (54,1%) dan kategori kurang sejumlah 12 orang (32,4%), sedangkan anak sekolah dasar di desa tepi danau pada umumnya berada di kategori sedang yaitu 39 orang (72,2%) dan kategori baik sejumlah 6 orang (11,1%). Rata-rata tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan adalah 77,9% AKG dan anak sekolah dasar di tepi danau adalah 82,7% AKG.

Berdasarkan uji statistik untuk melihat perbedaan tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau yang dilakukan dengan

uji t diperoleh nilai t = 2,521 dengan p=0,013 atau p< α (0,05), artinya ada perbedaan

yang bermakna tingkat konsumsi energi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau.


(1)

T-Test

Group Statistics

54

-2,2070

,76578

,10421

37

-2,4816

,94965

,15612

54

-,0878

,79039

,10756

37

-,2327

1,04987

,17260

54

82,6785

8,49356

1,15583

37

77,8611

9,59356

1,57717

54

83,4602

9,91619

1,34942

37

77,8611

9,59356

1,57717

Desa

desa tepi danau

perbukitan

desa tepi danau

perbukitan

desa tepi danau

perbukitan

desa tepi danau

perbukitan

Tinggi Badan

Menurut Umur

Indeks Masa Tubuh

Menurut Umur

Tingkat konsumsi

Energi M

Tingkat konsumsi

Protein M

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean


(2)

Independent Samples Test

,418

,520

1,523

89

,131

,2746

,18033

-,08373

,63290

1,463

66,288

,148

,2746

,18771

-,10015

,64932

3,622

,060

,751

89

,455

,1449

,19300

-,23857

,52842

,713

62,942

,479

,1449

,20337

-,26148

,55133

,892

,348

2,521

89

,013

4,8174

1,91108

1,02016

8,61471

2,464

71,119

,016

4,8174

1,95535

,91869

8,71619

,004

,952

2,681

89

,009

5,5991

2,08868

1,44895

9,74926

2,697

79,178

,009

5,5991

2,07567

1,46773

9,73048

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Tinggi Badan

Menurut Umur

Indeks Masa Tubuh

Menurut Umur

Tingkat konsumsi

Energi M

Tingkat konsumsi

Protein M

F

Sig.

Levene's Test for

Equality of Variances

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Lower

Upper

95% Confidence

Interval of the

Difference

t-test for Equality of Means


(3)

MASTER DATA ANAK SD NO. 173745 BUHIT DESA SIANTING-ANTING

No Nama Tanggal

lahir Umur Jenis Kelamin

BB TB

TB/U Status IMT/U Status Konsumsi Persen AKG

Tingkat Konsumsi

(Kg) (Cm) Gizi Gizi E P E P E P

1

Lasmaria

Sitanggang 11/01/2001 9,6 Perempuan 23 122,00 -1,85 Normal -0,79 Normal 1450 38 80,56 84,44 sedang sedang 2 Freddy Simbolon 08/01/2001 9,6 Laki-laki 24,4 123,00 -1,98 Normal -0,23 Normal 1453 39 80,72 86,67 sedang sedang 3

Horas

Sitanggang 19/12/2002 7,6 Laki-laki 22,2 120,00 -0,90 Normal -0,24 Normal 1819 44 101,06 97,78 baik baik 4

Nurcahaya

Nainggolan 24/04/2001 9,2 Perempuan 25,6 122,00 -1,92 Normal 0,60 Normal 1825 46 101,39 102,22 baik baik 5 Pitri Nainggolan 31/12/2001 8,6 Perempuan 25,8 121,50 -2,06 Pendek 0,64 Normal 1820 45 101,11 100,00 baik baik 6 Rinto Sitanggang 18/04/2001 9,3 Laki-laki 23,2 123,50 -1,70 Normal -0,71 Normal 1510 38 83,89 84,44 sedang sedang 7

Botlunton

Sitanggang 09/07/2000 10 Laki-laki 26,4 126,00 -1,86 Normal -0,04 Normal 1520 36 84,44 80,00 sedang sedang 8

Darwin

Pandiangan 11/10/2000 9,9 Laki-laki 22,4 120,00 -2,63 Pendek -0,68 Normal 1498 34 83,22 75,56 sedang kurang 9

Pryanto

Sitanggang 01/11/2001 8,8 Laki-laki 23 121,00 -2,44 Pendek -0,38 Normal 1472 36 81,78 80,00 sedang sedang 10 Josua Simbolon 07/10/2000 9,9 Laki-laki 28,4 121,00 -1,42 Normal 1,32 Normal 1847 47 102,61 104,44 baik baik 11 Putri 18/05/2001 9,2 Perempuan 20,6 111,00 -3,65

Sangat

Pendek 0,42 Normal 1322 35 73,44 77,78 kurang kurang 12 Audi Nainggolan 29/09/2002 7,9 Perempuan 19,6 115,00 -1,81 Normal -0,29 Normal 1611 38 89,50 84,44 sedang sedang 13 Lasro Sitanggang 10/10/2001 8,9 Laki-laki 21 119,50 -2,00 Normal -0,89 Normal 1553 38 86,28 84,44 sedang sedang 14 Meli Sinurat 04/06/2001 9,1 Perempuan 23,8 124,30 -1,45 Normal -0,34 Normal 1412 32 78,44 71,11 kurang kurang 15 Domma Nadeak 28/09/2001 8,9 Laki-laki 20,6 115,00 -2,78 Pendek -0,07 Normal 1528 37 84,89 82,22 sedang sedang 16 Riski Sinurat 07/08/2001 8,11 Laki-laki 24 125,00 -1,21 Normal -0,44 Normal 1211 29 67,28 64,44 defisit defisit 17 Ardian Saputra 12/11/1999 10,8 Laki-laki 26 126,00 -2,00 Normal -0,55 Normal 1533 29 74,78 64,44 kurang kurang 18

Fungki Y.

Nadeak 08/01/2001 8,11 Perempuan 22,2 123,00 -2,00 Normal -1,60 Normal 1492 28 72,78 62,22 kurang kurang 19 Irfan Sirait 04/10/2000 10,3 Laki-laki 35,2 129,00 -1,22 Normal 1,95 Normal 1798 42 87,71 93,33 sedang sedang 20

Tasya A.

Simbolon 07/01/2000 10 Perempuan 23,2 120,00 -3,36 Sangat

Pendek -0,49 Normal 1280 30 62,44 66,67 defisit defisit 21

Jabontan

Sitanggang 18/01/1999 11,5 Laki-laki 28 128,00 -2,60 Pendek -0,07 Normal 1532 35 74,73 77,78 kurang sedang 22 Devi Nadeak 22/08/1999 10,10 Perempuan 24,2 127,00 -2,62 Pendek -2,62 Kurus 1668 36 81,37 80,00 sedang sedang 23 Lidia Simbolon 14/01/2000 10,6 Perempuan 27,2 129,00 -1,97 Normal -0,34 Normal 1656 38 80,78 84,44 sedang sedang 24 Selvi Theresia 02/02/2000 10,5 Perempuan 26,6 128,00 -2,00 Normal -0,26 Normal 1684 38 82,15 84,44 sedang sedang 25 Kinto D. Sinurat 12/12/2000 9,7 Laki-laki 27,2 127,00 -1,39 Normal 0,27 Normal 1490 37 82,78 82,22 sedang sedang 26

Astina M.

Nainggolan 12/02/2001 9,5 Perempuan 24 125,50 -1,62 Normal -0,52 Normal 1495 36 83,06 80,00 sedang sedang 27

Arjuna

Sitanggang 15/05/2000 10,2 Laki-laki 22 120,00 -2,90 Pendek -0,79 Normal 1698 40 82,83 88,89 sedang sedang 28

Enjelika

Sitanggang 10/01/2000 10,6 Perempuan 29,4 131,00 -1,67 Normal 0,10 Normal 1818 39 88,68 86,67 sedang sedang 29 Wiska Sinurat 07/02/2000 10,5 Perempuan 23 123,00 -2,83 Pendek -0,90 Normal 1670 36 81,46 80,00 sedang sedang 30

Hot Asi

Nainggolan 06/09/2000 9,1 Laki-laki 25,2 127,00 -1,59 Normal -0,47 Normal 1650 37 80,49 82,22 sedang sedang 31 Ester Gultom 09/05/2000 10,2 Perempuan 29 135,50 -0,67 Normal -0,48 Normal 1651 37 80,54 82,22 sedang sedang 32

Hot Rimbun

Sitanggang 08/06/2000 10,1 Laki-laki 22,6 128,00 -1,53 Normal -2,07 Kurus 1646 36 80,29 80,00 sedang sedang 33

Wendy


(4)

34 Agnes Simbolon 04/09/2000 9,1 Perempuan 36,6 126,00 -1,86 Normal 2,14 Gemuk 2110 46 102,93 102,22 Baik baik 35 Leo Gurning 19/07/2000 9,11 Laki-laki 24 128,00 -1,53 Normal -1,21 Normal 1452 34 70,83 75,56 kurang kurang 36 Estri Malau 02/06/2000 10,1 Perempuan 26 126,60 -1,99 Normal -0,23 Normal 1670 36 81,46 80,00 sedang sedang 37

Mangumbang

Simbolon 11/06/2000 10,1 Laki-laki 22,6 125,00 -2,00 Normal -1,39 Normal 1675 37 81,71 82,22 sedang sedang 38 Anita Nainggolan 30/03/1999 11,3 Perempuan 32 133,00 -2 Normal 0,27 Normal 1662 36 81,07 80,00 sedang sedang 39 Yopi Malau 06/01/2000 10,6 Laki-laki 25,8 130,00 -1,61 Normal -0,89 Normal 1523 38 74,29 84,44 sedang sedang 40 Melpa Sinurat 04/12/1999 10,7 Perempuan 23 130,00 -1,98 Normal -2,02 Kurus 1650 37 80,49 82,22 sedang sedang 41 Elia P. Nadeak 14/06/1999 11,1 Perempuan 25 132,00 -2,00 Normal -1,69 Normal 1698 36 82,83 80,00 sedang sedang 42 Elda Simbolon 17/01/1999 11,6 Perempuan 33,6 140,00 -1,21 Normal -0,21 Normal 1730 44 84,39 97,78 sedang sedang 43 Elisa P. Nadeak 14/06/1999 11,1 Perempuan 23,6 126,00 -2,94 Pendek -1,33 Normal 1550 39 75,61 86,67 sedang sedang 44 Sentia 22/11/2000 9,7 Perempuan 28,8 126,00 -1,66 Normal 0,76 Normal 1410 27 68,78 60,00 defisit defisit 45 Maria Sitanggang 15/04/1999 11,3 Perempuan 32,2 136,00 -1,59 Normal -0,01 Normal 1795 47 87,56 94,00 sedang sedang 46 Lasmaria N. 12/08/1997 12,11 Perempuan 36,6 145,00 -1,60 Normal -0,58 Normal 1710 51 83,41 102,00 sedang baik 47 Erwarnda Sitinjak 21/07/1999 10,11 Perempuan 40,2 138,00 -0,75 Normal 1,65 Normal 2055 50 100,24 100,00 Baik baik 48 Firnando Sinaga 23/08/1998 11,1 Laki-laki 33,4 139,00 -1,34 Normal -0,09 Normal 1785 42 87,07 84,00 sedang sedang 49

R. Dillo

Nainggolan 22/07/1999 10,11 Laki-laki 26,2 133,00 -1,49 Normal -1,37 Normal 1640 42 80,00 84,00 sedang sedang 50

Maradong

Gurning 09/07/1999 11 Laki-laki 22,2 130,00 -1,97 Normal -0,87 Normal 1640 41 80,00 82,00 sedang sedang 51 Gusti G. Nadeak 24/08/1999 10,1 Perempuan 26,4 131,50 -1,94 Normal -1,01 Normal 1686 41 82,24 82,00 sedang sedang 52 Leriyana Malau 28/08/1998 11,1 Perempuan 25,4 133,30 -2,53 Pendek -2,03 Kurus 1673 42 81,61 84,00 sedang sedang 53 Marice Nadeak 09/04/1999 11,3 Perempuan 27,2 134,00 -1,90 Normal -1,22 Normal 1642 40 80,10 80,00 sedang sedang 54

Marulitua


(5)

MASTER DATA ANAK SEKOLAH DASAR DESA SINABULAN

No Nama Tanggal lahir Umur Kelamin Jenis

BB TB

TB/U Status

IMT/U Status

Konsumsi Persen AKG Tingkat Konsumsi (Kg)

(Cm) Gizi Gizi E P E P E P

1 Petra 06/10/2001 8,9 Laki-laki 24,8 121 -1,75 Normal 0,56 Normal 1490 36 82,78 80,00 Sedang Sedang

2 Pita 02/10/2002 7,9 Perempuan 28,2 127 0,29 Normal 0,94 Normal 1420 25 78,89 55,56 Kurang Kurang

3 Diana 04/07/2001 9 Perempuan 24,2 125 -1,26 Normal -0,34 Normal 1485 36 82,50 80,00 Sedang Sedang

4 Lina 04/07/2001 9 Perempuan 27,2 124 -1,42 Normal 0,74 Normal 1519 37 84,39 82,22 Sedang Sedang

5 Paskah 02/06/2000 10,1 Perempuan 20,6 123 -2,84 Pendek -2,02 Kurus 1480 36 72,20 72,00 Kurang Kurang

6 Esra 16/09/2001 8,9 Perempuan 18,6 122 -3,05 sangat

pendek -0,87 Normal 1090 27 60,56 60,00 Defisit Defisit

7 Tetty 28/11/2001 8,7 Perempuan 23 125 -0,88 Normal -0,72 Normal 1460 36 81,11 80,00 Sedang Sedang

8 Juwita 01/11/2001 8,8 Perempuan 24,6 117 -2,28 Pendek 0,93 Normal 1278 32 71,00 71,11 Kurang Kurang

9 Lisnawati 13/11/2001 8,8 Perempuan 23,6 122 -1,42 Normal -0,05 Normal 1280 32 71,11 71,11 Kurang Kurang

10 Putri 04/07/2001 9 Perempuan 24,4 121 -1,91 Normal 0,28 Normal 1295 32 71,94 71,11 Kurang Kurang

11 Evi 16/02/2001 9,4 Perempuan 24 118 -2,73 Pendek 0,57 Normal 1350 33 75,00 73,33 Kurang Kurang

12 Ingot 06/04/2001 9,3 Laki-laki 23 20,8 -1,64 Normal -2,02 Kurus 1385 32 76,94 71,11 Kurang Kurang

13 Darwin 16/10/1999 10,8 Laki-laki 23,4 126 -2,37 Pendek -1,35 Normal 1465 35 71,46 70,00 Kurang Kurang

14

Cipto Hari

Stg 25/02/2000 10,4 Laki-laki 20,9 123 -2,58 Pendek -2,03 Kurus 1462 36 71,32 72,00 Sedang Kurang

15 Ahmad 01/11/2000 9,8 Laki-laki 26,2 125 -1,79 Normal 0,26 Normal 1450 35 80,56 77,78 Sedang Kurang

16 Novita 23/11/2000 9,7 Perempuan 23 120 -2,61 Normal -0,23 Normal 1469 34 81,61 75,56 Sedang Kurang

17 Fransiska 11/03/2000 10,4 Perempuan 26,2 122 -2,9 Pendek 0,35 Normal 1650 41 80,49 82,00 Sedang Sedang

18 Yanti Sinurat 12/07/1999 11 Perempuan 24,2 124 -3,47 sangat

pendek -0,49 Normal 1536 36 74,93 72,00 Sedang Sedang

19 Friska

Sitanggang 25/07/1999 11 Perempuan 18 122 -3,89 sangat

pendek -3,01 Kurus 1210 32 59,02 64,00 Defisit Defisit

20 Fio

Situmorang 20/08/2000 9,10 Perempuan 24,2 124 -2,36 Pendek -0,29 Normal 1480 36 82,22 80,00 Sedang Sedang

21 Rio 11/03/2000 10,4 Laki-laki 30,8 124 -2,55 Pendek 1,59 Normal 2053 51 100,15 102,00 Baik Baik

22 Valentino 20/11/1999 10,7 Laki-laki 23,2 117 -3,66 sangat

pendek 0,1 Normal 1690 41 82,44 82,00 Sedang Sedang

23 Elfrida 14/10/2001 8,9 Perempuan 22,6 114 -2,82 Pendek 0,68 Normal 1450 36 80,56 80,00 Sedang Sedang

24 Lupanta 14/10/2000 9,9 Perempuan 24,6 120,5 -2,62 Pendek 0,22 Normal 1455 38 80,83 84,44 Sedang Sedang

25 Restu 25/01/2000 10,5 Perempuan 18,1 117 -3,78 sangat

pendek -2,36 Kurus 1440 35 70,24 70,00 Sedang Sedang

26 Yesi 22/07/2000 9,11 Perempuan 20,4 116 -3,68 sangat

pendek -0,63 Normal 1090 35 60,56 70,00 Defisit Kurang

27 Subur 11/04/1999 11,3 Laki-laki 28,4 126 -2,73 Pendek 0,39 Normal 1480 42 72,20 84,00 Kurang Sedang

28 Jani Parlin 21/11/1999 10,7 Laki-laki 27,4 125 -2,45 Pendek 0,40 Normal 1470 39 71,71 78,00 Kurang Kurang

29 Bukti 11/11/1999 10,8 Laki-laki 31,8 137 -0,66 Normal 0,09 Normal 1712 43 83,51 86,00 Sedang Sedang

30 Ari 19/09/1998 11,9 Laki-laki 28,2 130 -2,56 Pendek -0,39 Normal 1680 40 81,95 80,00 Sedang Sedang

31 Henri 13/04/1999 11,3 Laki-laki 24,4 125 -2,87 Pendek -0,87 Normal 1495 35 72,93 70,00 Kurang Kurang

32 Franki 21/04/1999 11,2 Laki-laki 29 127 -2,56 Pendek 0,44 Normal 1640 41 80,00 82,00 Sedang Sedang


(6)

34 Lusiana 17/04/1999 11,2 Perempuan 22,2 127 -2,92 Pendek -2,19 Kurus 1645 40 80,24 80,00 Sedang Sedang

35 Norprin 08/04/1998 12,3 Perempuan 26,2 127 -2,06 Pendek -0,26 Normal 1670 38 81,46 76,00 Sedang Sedang

36 Endang

Kristiani 18/03/1999 11,3 Perempuan 35,4 131,5 -2,32 Pendek 1,10 Normal 2242 51 109,37 102,00 Baik Baik

37 Ros Melati 17/06/1999 11 Perempuan 26,2 126 -3,23 sangat