1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemerintahan di era reformasi telah mengalami perubahan yang fundamental di dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan adanya
undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dengan sistem pemerintahan yang bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi di masa
pelaksanaan yang secara luas, nyata dan bertanggung jawab yang dititik beratkan di daerah KabupatenKota. Untuk melaksanakan penyelenggaran
otonomi daerah perlu dilaksanakan penataan kewenangan, kelembagaan, pegawai,
pembiayaan, perlengkapan
dan dokumentasi
sehingga implementasi otonomi daerah dapat dilaksananakan secara efektif dan
efisien. Sistem
sentralisasi yang
diterapkan di
Indonesia sebelum
diterapkannya otonomi daerah, menimbulkan pendapatan asli daerah PAD di setiap daerah sangat kecil karena dana tersebut harus terlebih dahulu
diserahkan kepada pemerintah pusat. Sistem sentralisasi yang diterapkan menyebabkan aparatur pemerintah pusat kurang dapat mengelola sumber
daya yang dimiliki kurang baik, sehingga banyak merugikan sebagai besar masyarakat Indonesia. Besarnya sumber daya Indonesia tidak diiringi oleh
moral aparatur pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan kekayaan negara. Banyak sekali aparatur pemerintahan
melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang hanya mementingkan diri sendiri.
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan
Dunn 2000: 51-52 menjelaskan bahwa secara etimologis, istilah kebijakan policy berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin. Akar
kata dalam bahasa Yunani dan Sansekerta polis negara-kota dan pur kota yang dikembangkan dalam bahasa Latin menjadi politia negara
dan akhirnya dalam bahasa Inggris policie, yang berarti menangani masalah - masalah publik atau administrasi pemerintahan. Lasswell dan
Kaplan dalam Thoha, 1999:71 memberikan definisi tentang kebijakan yaitu sebagai program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek yang
terarah projected program of goal, value and practices . Menurut Anderson 1979 dalam Winarno 2002:16 menyatakan
bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh suatu aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi
suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini mempunyai implikasi yaitu : 1 titik perhatian dalam membicarakan kebijakan berorientasi
pada maksud dan tujuan, bukan sesuatu yang terjadi begitu saja melainkan sudah direncanakan oleh aktor-aktor yang terlibat dalam sistem politik,
2 suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan lainnya dalam masyarakat, 3 kebijakan adalah apa yang
sebenarnya dilakukan oleh pemerintah bukan yang diinginkan oleh pemerintah.
23
37
BAB III OBYEK LAPORAN KKL