5. Proses fermentasi batch
Sebelum memulai proses ini, hal yang harus diperhatikan adalah pH medium, suhu, dan waktu inkubasi.
6. Kultivasi
Tahap ini merupakan tahap pemisahan substrat padat dari medium yang dapat dilakukan dengan menggunakan kertas saring dan sentrifugasi.
Pemanfaatan fermentasi batch secara tradisional Holker et al., 2004 dan Pandey,
2000 antara lain sebagai berikut. 1.
Pembuatan minuman beralkohol seperti bir dengan cara sari buah yang diberi Saccaromyces cereviciae kemudian diinkubasikan.
2. Pembuatan Yoghurt dengan cara menfermentasikan air susu dengan bakteri
bukan khamir. Biasanya menggunakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermopillus. Bakteri ini akan mengubah laktosa gula susu
menjadi asam laktat pada kondisi anaerob yang bersifat menggumpalkan kasein.
3. Keju, biasanya menggunakan bakteri dengan spesies Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermopillus. Enzim yang diperlukan untuk menghasilkan keju adalah rennet yang mengandung cymosin yang bersifat menggumpalkan
kasein. Selain aplikasi di atas, masih banyak aplikasi yang menghasilkan produk-produk,
seperti enzim, pigmem, senyawa aromatik, senyawa kimia, antibiotik, agen pengontrol biologis, dan banyak aplikasi penggunaan mikroorganisme dalam
fermentasi batch sebagai bagian dari proses perantara, yaitu pewarnaan zat warna, biobleaching, biopulping, dan bioremediation.
I. Phenylisothiocyanate PITC
Rumus Kimia : C
7
H
5
NS Formulasi Kimia
: C
6
H
5
NCS Massa molar
: 135,18 gmol Kelarutan dalam air
: 20 ˚C tidak larut, penguraian Titik leleh
: - 21 ˚C
Densitas : 1,13 gcm
3
20 ˚C Titik didih
: 221 ˚C Tekanan uap
: 10 hPa 20 ˚C Titik nyala
: 87 ˚C Indeks refraktif
: 1,6497 20 ˚C, 589 nm Anonim, 2014
Gambar 9. Struktur fenil isotiosianat Anonim, 2014
J. Fourier Transform Infrared FTIR
Fourier Transform Infra Red FTIR merupakan suatu teknik spektroskopi
inframerah yang dapat mengidentifikasi kandungan gugus fungsi suatu senyawa termasuk senyawa kalsium fosfat, namun tidak dapat mengidentifikasi unsur-
unsur penyusunnya. Prinsip kerja dari metode ini adalah sinar yang diserap menyebabkan molekul dari senyawa tervibrasi dan energi vibrasi diukur oleh
detektor serta energi vibrasi dari gugus fungsi tertentu akan menghasilkan frekuensi secara spesifik. Ada dua jenis energi vibrasi yaitu vibrasi bending dan
vibrasi stretching. Vibrasi bending yaitu pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut ikatan antara dua ikatan atom atau pergerakan dari seluruh atom
terhadap atom lainnya. Sedangkan vibrasi stretching adalah pergerakan atom yang teratur sepanjang sumbu ikatan antara dua atom sehingga jarak antara dua atom
dapat bertambah atau berkurang Samsiah, 2009. Spektrofotometer FTIR memiliki kesamaan dengan spektrofotometer Infrared
dispersi hanya saja pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar inframerah melewati contoh. Spektrofotometer FTIR memiliki dasar pemikiran
dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh seorang ahli matematika dari Perancis, Jean Baptiste Joseph Fourier 1768-1830. Dari deret Fourier tersebut
intensitas gelombang digambarkan sebagai daerah frekuensi atau daerah waktu. Perubahan gambaran intensitas gelombang radiasi elektromagnetik dari derah
frekuensi ke daerah waktu atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier Fourier Transform. Pada sistem optik peralatan instrumen Fourier Transform Infrared
memiliki dasar daerah waktu yang non dispersif. Secara keseluruhan, analisis menggunakan spektrofotometer ini lebih unggul dibandingkan spektrofotometer
infrared dispersi Hsu, 1994, yaitu: 1.
dapat digunakan untuk semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga dapat dilakukan analisis lebih cepat, dan
2. metode spektrometri FTIR memiliki sensitifitas lebih besar dibandingkan cara
dispersi, karena radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak tanpa harus melalui celah.
Sebagai contoh, senyawa kitin memberikan data serapan IR pada v = 3448,5 cm
-1
yang menunjukan vibrasi ulur NH amida NH amina dan OH; v = 2920-2873,7 cm
-1
yang menunjukan vibrasi ulur CH, CH
2
, dan CH
3
; v = 1450,4 cm
-1
yang menunjukan vibrasi tekuk NH; v = 1153,4 cm
-1
yang menunjukan vibrasi ulur C- N; v = 1033,8 cm
-1
yang menunjukan vibrasi ulur C-O; dan v = 871,8 cm
-1
yang menunjukan vibrasi tekuk keluar bidang N-H Syahmani and Sholahuddin, 2009.
K. Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding Khopkar, 2002. Spektroskopi UV-Vis melibatkan absorpsi radiasi elektromagnetik dari kisaran
200-800 nm dan kemudian eksitasi elektron ke tingkat energi lebih tinggi. Absorpsi cahaya ultraviolettampak oleh molekul organik terbatas hanya untuk
beberapa gugus fungsi kromofor yang mengandung elektron valensi dari energi eksitasi yang rendah. Spektrum UV-Vis merupakan spektrum yang kompleks dan
nampak seperti pita absorpsi berlanjut, hal ini dikarenakan gangguan yang besar dari transisi rotasi dan vibrasi pada transisi elektronik memberikan kombinasi
garis yang tumpang tindih overlapping Hunger and Weitkamp, 2001. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer Dachriyanus,
2004. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen dari
instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik
Rohman, 2007. a.
Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah cahaya tampak visible.
b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-
komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah slit. Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang
gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum.