Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

(1)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT PESISIR DI DESA PERCUT

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH

SITI NURAINI

040309019

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT PESISIR DI DESA PERCUT

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH

SITI NURAINI

040309019

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

( Ir. Lily Fauziah, MSi ) ( Ir. A. T Hutajulu, MS )

Ketua Anggota

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Evalusi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Nama : Siti Nuraini

Nim : 040309019

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

( Ir. Lily Fauziah, MSi ) ( Ir. A. T Hutajulu, MS )

Ketua Anggota

Mengetahui

(Ir. Luhut Sihombing, MP) Ketua Departemen Agribisnis


(4)

ABSTRAK

Siti Nuraini (040309019) dengan judul skripsi Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi dan Ibu Ir. A T Hutajulu, MS.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juli tahun 2008. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih dengan cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.

Jumlah sampel sebanyak 30 Kepala Keluarga.

Pengambilan sampel dilakukan secara simpel random sampling. Teknik simpel random sampling digunakan karena karakteristik desa yang menjadi tempat tinggal sampel relatif homogen

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari masyarakat pesisir melalui wawancara dan observasi.

Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Nelayan bersikap positif terhadap Program PEMP di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Hambatan-hambatan sosial dan ekonomi nelayan didalam pelaksanaan program PEMP yaitu

a. Awal pelaksanaan program :

- Keharusan tersedianya Kartu Rumah Tangga dan Kartu Tanda Penduduk. - Surat persetujuan istri.

- Masalah ekonomi yang dihadapi nelayan yaitu adanya jaminan surat tanah untuk menjadi peserta program PEMP.

- Nelayan belum mengenal teknologi yaitu berupa kapal bout. b. Pelaksanaan Program :

Pengembalian dana bantuan berupa anggsuran yang cukup besar. Anggsuran yang harus dibayar sebesar 2 pangguh

c. Diakhir pelaksanaan program :

- Ada nelayan peserta PEMP yang tidak menjual tangkapannya kepada lembaga di Program PEMP

- Kapal Bout nelayan PEMP di sewakan kepada nelayan bukan PEMP - Ada anggota PEMP yang menunggak pembayaran utang di koperasi 3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga pelaksana program PEMP

yaitu :

a. Di awal pelaksanan program :

- Nelayan yang tidak mempunyai kartu rumah tangga dapat menggunakan kartu rumah tangga yang masih terikat sebagai anak di dalam keluarga. - Surat persetujuan istri dapat digantikan dengan surat pernyataan dari orang

tua.

- Surat tanah sebagai jaminan diganti dengan kejelasan tempat tingga nelayan.


(5)

b. Pelaksanaan program :

Pengaduan nelayan terhadap pembayaran angsuran yang memberatkan dilakukan mediasi antara nelayan dan lembaga PEMP .

c. Akhir pelasanaan program :

Lembaga PEMP melakukan evaluasi program melalui evaluasi kinerja. 4. Program PEMP yang telah berjalan memberi manfaat dalam peningkatan

pendapatan nelayan dengan pemberian bantuan Dana Ekonomi Produktif (DEP) yang memberdayakan nelayan dan masyarakat pesisir di desa Percut.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Siti Nuraini, penulis dari skripsi yang berjudul Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 24 Nopember 1985, ayah bernama Yus Azwar dan ibu bernama Roslina Lubis. Penulis merupakan putri ke dua dari tiga bersaudara.

Pada tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 060878 Medan, pada tahun 2001 penulis lulus dari SLTP Negeri 11 Medan, pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Swasta Al-Fattah Medan dan pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis memilih program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMSEP) pada tahun 2004-2006 , organisasi Forum Silahturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP), dan organisasi Pemerintahan mahasiswa (PEMA) pada tahun 2006-2007.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Urung Purba Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaiknya.

Adapun judul skripsi ini adalah Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Depatemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ir. Lily Fauziah, MSi selaku ketua komisi pembimbing. 2. Ibu Ir. A T Hutajulu, MS selaku anggota komisi pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh responden dan lembaga-lembaga yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.

Ucapan terima kasih yang setulusnya kepada kedua orang tua tercinta yaitu mama dan papa. Saudara saya yaitu bang sawal, alm adinda tercinta ridho dan bang lodo. Serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan doa. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada seluruh teman di Departemen


(8)

Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2004 yang telah membantu penulis pada masa kuliah dan penyelesaian penulisan skripsi ini


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Identifikasi Masalah 9

Tujuan Penelitian 10

Kegunaan Penelitian 11

TINJAUAN PUSATAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka 12

Landasan Teori 14

Kerangka Pemikiran 21

Hipotesis Penelitian 25

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian 26

Metode Penentuan Sampel 26

Metode Pengumpulan Data .... 27

Metode Analisis Data . 28

Definisi dan Batasan Operasional . 30

Definisi . 30

Batasan Operasional . 32

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian . 33

Letak dan Geografis Desa . 33

Keadaan Penduduk . 34

Penggunaan Tanah . 37

Sarana dan Prasarana . 38

Karakteristik Sampel . 39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyaluran Dana Ekonomi Produktif (DEP) . 43

Sikap Nelayan Terhadap Program PEMP . 49


(10)

Usaha-usaha Yang Dilakukan Pengelola Program PEMP Dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Sosial Ekonomi

Nelayan Dalam Program PEMP 53

Manfaat Program PEMP Dalam Peningkatan Pendapataan

Nelayan 55

Pengembangan Program PEMP Melalui Koperasi 56 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 59

Saran .. 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Pemberian Dana PEMP Kecamatan

Percut Sei Tuan . 6

2. Alokasi penggunaan dana Distribusi

Dana PEMP . 8

3. Populasi dan Sampel di Desa Percut Sei Tuan 27

4. Spesipikasi Pengumpulan Data 27

5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

di Desa Percut Tahun 2006 . .. 34

6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

di Desa Percut Tahun 2006 . 34

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

di Desa Percut Tahun 2006 35

8. Dirtribusi Penduduk Menurut Agama 36

9. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Formal di Desa Percut Tahun 2006 36

10. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Percut

Tahun 2006 . 37

11. Sarana dan Prasarana di Desa Percut

Tahun 2006 . 38

12. Karakteristik Nelayan Sampel di Desa Percut .. 39 13. Karakteristik Nelayan PEMP dan Nelayan Bukan PEMP.. 40 14. Sikap Nelayan Terhadap Program PEMP .. 49 15. Perbedaan Harga Jual Tangkapan Nelayan di

Lembaga PEMP, Tokei Ikan dan Koperasi Bahari .. 50 16. Perbandingan Pendapatan Nelayan Peserta PEMP


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran . 23

2. Unit Usaha Penangkapan Ikan . 44

3. Pengelola PEMP Melakukan Jual Beli Hasil Tangkapan Nelayan PEMP di Unit Usaha

Penangkapan Ikakan . 44

4. Pengelola PEMP Melakukan Pemilihan Terhadap

Setiap Jenis Tangkapan . 45

5. Unit Usaha Simpan Pinjam Swamitra Mina . 45

6. Unit Usaha Kedai Pesisir . 46

7. Skema Penyaluran Dana Ekonomi Produktif (DEP)

Untuk Program PEMP . 47

8. Lokasi SPDN Yang Telah Selesai di Bangun . 58 9. Alat-alat Produksi SPDN Yang Siap Dipergunakan . 58


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Nelayan Sampel di Desa Percut 2. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan 3. Frekuensi Pernyataan Sikap

4. Total Skor Sikap Jawaban Dari Pernyataan Responden di Desa Percut

5. Skor Sikap dan Interpretasinya 6. Harga Jual Hasil Tangkapan per Kg 7. Hasil Tangkapan Nelayan per Trip

8. Biaya Operasional Nelayan per Trip Untuk Melaut 9. Pendapatn Nelayan per Trip di Desa Percut Kecamatan


(14)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Kampus USU

Medan-Indonesian Telp. 061-8223181

BERITA ACARA PELAKSANAAN SUPERVISI LAPANGAN

Pada hari ini tanggal bulan tahun telah dilaksanakan supervisi lapangan dalam rangka Penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) atas nama mahasiswa berikut :

Nama : Siti Nuraini

NIM : 040309019

Prodi/minat studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Judul Skripsi : Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Demikian berita acara di perbuat untuk dapat dipergunakan sesuai kebutuhan

Mahasiswa Dosen Supervisi

( ) ( )

NIM : NIP :

Kepala Desa

( )


(15)

ABSTRAK

Siti Nuraini (040309019) dengan judul skripsi Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi dan Ibu Ir. A T Hutajulu, MS.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juli tahun 2008. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih dengan cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.

Jumlah sampel sebanyak 30 Kepala Keluarga.

Pengambilan sampel dilakukan secara simpel random sampling. Teknik simpel random sampling digunakan karena karakteristik desa yang menjadi tempat tinggal sampel relatif homogen

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari masyarakat pesisir melalui wawancara dan observasi.

Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Nelayan bersikap positif terhadap Program PEMP di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Hambatan-hambatan sosial dan ekonomi nelayan didalam pelaksanaan program PEMP yaitu

a. Awal pelaksanaan program :

- Keharusan tersedianya Kartu Rumah Tangga dan Kartu Tanda Penduduk. - Surat persetujuan istri.

- Masalah ekonomi yang dihadapi nelayan yaitu adanya jaminan surat tanah untuk menjadi peserta program PEMP.

- Nelayan belum mengenal teknologi yaitu berupa kapal bout. b. Pelaksanaan Program :

Pengembalian dana bantuan berupa anggsuran yang cukup besar. Anggsuran yang harus dibayar sebesar 2 pangguh

c. Diakhir pelaksanaan program :

- Ada nelayan peserta PEMP yang tidak menjual tangkapannya kepada lembaga di Program PEMP

- Kapal Bout nelayan PEMP di sewakan kepada nelayan bukan PEMP - Ada anggota PEMP yang menunggak pembayaran utang di koperasi 3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga pelaksana program PEMP

yaitu :

a. Di awal pelaksanan program :

- Nelayan yang tidak mempunyai kartu rumah tangga dapat menggunakan kartu rumah tangga yang masih terikat sebagai anak di dalam keluarga. - Surat persetujuan istri dapat digantikan dengan surat pernyataan dari orang

tua.

- Surat tanah sebagai jaminan diganti dengan kejelasan tempat tingga nelayan.


(16)

b. Pelaksanaan program :

Pengaduan nelayan terhadap pembayaran angsuran yang memberatkan dilakukan mediasi antara nelayan dan lembaga PEMP .

c. Akhir pelasanaan program :

Lembaga PEMP melakukan evaluasi program melalui evaluasi kinerja. 4. Program PEMP yang telah berjalan memberi manfaat dalam peningkatan

pendapatan nelayan dengan pemberian bantuan Dana Ekonomi Produktif (DEP) yang memberdayakan nelayan dan masyarakat pesisir di desa Percut.


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar yang dapat menjadi salah satu andalan pemasok bahan pangan sekaligus sumber pendapatan devisa negara melalui eksport. Meskipun demikian potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Terutama disebabkan olah lemahnya sisi pengolahan dan pemasaran. Pemberdayaan industri pengolahan perikanan menjadi sangat diperlukan untuk menghadapi era globalisasi. Pemberdayaan diharapkan akan memberikan manfaat ganda yakni mendorong peningkatan pemasaran, baik dalam jumlah dan nilai serta sekaligus menghela usaha produksi primer baik dalam jumlah maupun mutu produksi (Hardjamulia, 2001: 86-87).

Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari kelautan dan memiliki potensi kelautan yang cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidup pada potensi kelautan (maritim). Realitanya kehidupan masyarakat nelayan senantiasa dilanda kemiskinan, bahkan kehidupan nelayan sering diidentikkan dengan kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh bebagai pihak (pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta dan luar negeri) untuk dapat memperbaiki kehidupan ekonomi para nelayan, tetapi belum juga menampakkan hasil yang memuaskan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan tarap kehidupan ekonomi nelayan ini yaitu melalui kebijakan yang kita kenal dengan modernisasi perikanan atau revolusi biru. Kebijakan ini direalisasikan dengan melakukan modernisasi penangkapan ikan dan motorisasi perahu. Kebijakan


(18)

modernisasi perikanan yang telah diimplementasikan oleh pemerintah merupakan kebijakan pembangunan yang bersifattop down, yang tidak melibatkan komunitas nelayan dalam memikirkan persoalan-persoalan dan kebutuhan mendesak yang mereka perlukan untuk meningkatkan penghasilan mereka. Dalam paradigma pembangunan yang bersifat top down, ada pemikiran bahwa pemerintah sudah mengetahui semua persoalan nelayan sehingga merekalah yang dapat mencari jalan keluarnya, sedangkan nelayan dianggap sebagai orang yang pasif. Dengan kata lain komunitas nelayan hanya dijadikan sebagai objek dan tidak sebagai subjek pembangunan (Nasution, 2005: 23-26).

Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir dan lautan di Indonesia secara umum antara lain :

1 Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha.

2 Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan laut.

3 Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan.

4 Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilyah pesisir dan lautan.

Sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridiksi nasional dan wawasan nusantara, terciptanya industri kelautan yang kukuh dan maju yang didorong oleh kemitraan usaha yang erat pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber


(19)

daya manusia yang berkualitas, maju dan profesional dengan iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal, serta terpeliharanya fungsi lingkungan hidup

(Mulyadi, 2005: 5-6).

Dalam pembangunan wilayah pesisir semua sumberdaya baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya lembaga bersama-sama untuk lebih ditingkatkan sehingga masyarakat dapat meningkatkan produksi, baik produksi perikanan maupun pertanian.

Meningkatkan produksi pertanian suatu negara adalah suatu tugas yang komplek. Bahkan tidak jarang merupakan tugas yang memusingkan dan kompleks karena sedemikian banyaknya kondisi yang berbeda-beda pula. Memusingkan karena semangat manusia tersangkut didalamnya, teknologi saja tidak cukup. Teknologi harus digabung dan digunakan dengan kecerdasan, imajinasi, percobaan serta dengan kerja keras yang terus-menerus. Tercapainya pembangunan pertanian yaitu bagaimana efektif orang bekerjasama dan sama beratnya dengan pembangunan pertanian pada saat permulaan. Pembangunan petanian terlaksana dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani secara terus-menerus, menerima metode baru, sehingga cara berfikir dapat berubah (Moser,1981:13-16).

Sesuai dengan prioritas pembangunan pertanian bahwa titik berat pembangunan pertanian diarahkan pada bidang ekonomi, seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berarti bahwa setiap pelaksanaan pembangunan ekonomi harus diikuti dengan pembangunan sumberdaya manusia


(20)

dalam satu kiprah yang simultan. Sejarah telah membuktikan bahwa besarnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu bangsa bukan jaminan bagi peningkatan kesejahteraan bangsa tersebut akan tetapi besarnya sumber daya manusia yang handal dengan penerapan teknologi tepat guna maka pembanguan pertanian berjalan dengan baik (Azahari, 2002: 1).

Pembangunan sumber daya manusia adalah upaya meningkatkan kualitas manusia, sehingga mampu melakukan pekerjaan secara produktif, berkualitas. Kemampuan produktif seseorang dipengaruhi oleh kualitas fisik, pengetahuan dan keterampilan kerja, serta sikap dan etos kerja seseorang. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia perlu selalu produktif, tenaga kerja per jam atau tingkat produksi per tenaga kerja selalu meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia diselaraskan dengan persyaratan keterampilan dan profesi yang dibutuhkan dalam semua sektor pembangunan. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Pembangunan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif dan inovatif, berdisiplin serta berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di suatu daerah. Setelah pembangunan desa berjalan dengan baik dan untuk seterusnya dapat ditingkatkan pembangunan daerah suatu desa

(Sinuraya, 2004: 8-9).

Pembangunan desa adalah pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan desa bersifat multisektoral menyangkut semua segi kehidupan masyarakat, sehingga pembangunan desa tidaklah


(21)

pembangunan yang berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional di daerah. Sifat multisektoral yang melekat pada pembangunan desa mengharuskan bahwa pembangunan desa harus dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu. Terpadu dalam perencanaan dan pelaksanaan sehingga optimasi dari pada pembangunan tersebut dapat dicapai, berdaya guna dan berhasil guna (Suwignjo, 1986: 79).

Dengan tujuan untuk membangun desa dan memberdayakan masyarakat maka pada tahun 2000 dibentuklah sebuah program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan salah satu Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) yang bertujuan untuk mereduksi pengaruh kenaikan harga BBM pada masyarakat pesisir baik dari sisi kegiatan produksi (pemakaian sebagai faktor input) maupun konsumsi (pemakaian konsumen). Tujuan ini dicapai melalui tujuan antara lain yaitu:

(1) meningkatkan pendapatan masyarakat,

(2) meningkatkan akses terhadap modal kerja, investasi,

(3) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi secara kolektif serta

(4) memperkuat kelembagaan ekonomi yang ada pada masyarakat.

Pelaksanaan program PEMP pada tahun 2000 dikelola oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) dibantu oleh Departemen Kelautan dan Perikanan di pusat serta Dinas Kelautan dan Perikanan yang ada di daerah. Pada tahun 2001 dan 2002 program PEMP di bawah pengelolaan Departemen Kelautan


(22)

dan Perikanan bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan yang ada di propinsi dan kabupaten/kota (Rahardi, 2008).

Program PEMP dengan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dana kompensasi BBM telah dilaksanakan di 265 kabupaten/kota seluruh Indonesia dan telah menghasilkan LEPP-M3 323 buah. Dalam memperkuat permodalan, melalui program PEMP pada tahun 2001 telah dilaksanakan di 125 kabupaten/kota, tahun 2002, 90 kabupaten/kota, tahun 2003 dilaksanakan di 126 kabupaten/kota, tahun 2004 di 160 kabupaten/kota, dan tahun 2005 sebanyak 111 kab/kota (Anonimous, 2008).

Dari 125 kabupaten/kota pada tahun 2001 termasuk didalamnya Kabupaten Deli Serdang yaitu di Kecamatan Percut Sei Tuan daerah yang termasuk dalam program PEMP memperoleh dana sebesar Rp 632.600.000,-. Desa yang memperoleh dana PEMP dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Pemberian Dana PEMP Kecamatan Percut Sei Tuan

NO Desa/Kelurahan Jumlah Dana (Rp)

1. Tanjung Rejo

200.000.000,-2. Percut

432.600.000,-Sumber : Pedoman Umum Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir T.A 2005 Daerah sasaran PEMP adalah kawasan pesisir, termasuk desa nelayan baik yang ada di pulau-pulau besar (utama) maupun pulau-pulau kecil. Secara khusus daerah sasaran adalah desa nelayan di kecamatan pesisir. Kelompok sasaran adalah masyarakat kecil di kawasan pesisir yang secara langsung ataupun tidak


(23)

langsung secara nyata merasakan dampak kenaikan harga BBM. Sasaran tersebut adalah:

 Nelayan motor tempel dengan ukuran motor maksimum 15 HP (bensin).  Nelayan perahu layar.

 Nelayan pekerja atau anak buah kapal (ABK).  Pedagang skala kecil.

 Pengolah ikan skala kecil.  Pembudidayaan ikan skala kecil.

 Pengelola sarana penunjang, bengkel mesin tempel, kios BBM, kios es. Intervensi program PEMP adalah pemberdayaan masyarakat dalam bentuk :

 Memperkuat modal kerja.

 Membantu pengembangan investasi skala kecil, individu atau kelompok.  Memperbesar ukuran motor dan kapal.

 Mengembangkan usaha budidaya perikanan.

 Mengembangkan usaha perdagangan dan pengolahan ikan.  Membangun kelompok dan lembaga ekonomi masyarakat pesisir.  Mengembangkan jaringan pasar.

 Pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. (Rahardi, 2008).

Di dalam pelaksanaan program PEMP di kabupaten deli serdang pada tahun 2001 tersebut terbentuklah suatu kelembagaan nelayan penerima bantuan yang merupakan kumpulan dari Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP) yang disebut dengan LEPP-M3 sebagai suatu lembaga ekonomi pesisir yang mengelola dana sebesar Rp 632.600.000,-. Pada tahun 2001 pengalokasian dilakukan dengan


(24)

melihat kondisi masyarakat pesisir yang sangat membutuhkan sekali atau miskin dan pengalokasian dana dari program PEMP diberikan kepada 55 KK nelayan. Alokasi penggunaan dana PEMP pada Kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Alokasi Penggunaan dan Distribusi Dana PEMP NO Jenis Alokasi Dana

(Usaha) Jumlah Bantuan(Rp) Keterangan 1 Kapal motor 3-5 GT 420.000.000 Desa Percut

2 Bakulan 2.600.000 Desa Percut

3 BBM 5.000.000 Desa Percut

4 Tambak 200.000.000 Desa Tanjung Rejo

5 Pengelolaan ikan asin 5.000.000 Desa Percut

jumlah 632.600.000 Kabupaten Deli Serdang Sumber : Pedoman Umum Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir T.A 2005

Alokasi penggunaan dana PEMP yaitu motor 3-5 GT sebesar Rp 420.000.000,- dalam bentuk bantuan bakulan sebesar Rp 2.600.000,- dalam bentuk bantuan BBM sebesar Rp 5.000.000,- tambak sebesar Rp 200.000.000,-dan pengelola ikan asin mendapat bantuan sebesar Rp 5.000.000,-. Total keseluruhan dana bantuan program PEMP adalah Rp 632.600.000,- .

Kecamatan Percut Sei Tuan yang terdiri dari 20 desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2004 berjumlah 303.497 jiwa dengan mata pencaharian antara lain pertanian (perikanan) 27.26%, industri 18.35%, bangunan 8.98%,


(25)

penggalian 1.22%, perdagangan 20.09%, angkutan 8.17%, perbankan 1.38%, jasa 13.51 %, gas,listrik dan air minum 0.65 %, lainnya 0.49% (Anonimous, 2006).

Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bermata pencaharian dalam sektor perikanan lebih besar dibandingkan dengan mata pencaharian sektor lainnya. Hal ini juga yang menjadi latar dilaksanankannya program PEMP di kecamatan percut sei tuan. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang dirasakan nelayan terhadap peningkatan pendapatan mereka setelah program PEMP berjalan untuk itu perlu dilakukan penelitian bagi nelayan yang berada di kecamatan percut sei tuan dan pada khususnya nelayan di desa percut karena desa ini lebih banyak mendapat alokasi dana dari program PEMP.

Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Bagaimana sikap nelayan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir ?

2 Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan sosial dan ekonomi nelayan pada awal, proses dan pasca pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir ?

3 Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh pengelola lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina dalam mengatasi hambatan-hambatan pada pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir ?


(26)

4 Apakah program PEMP memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan yang diperoleh nelayan ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Untuk mengetahui sikap nelayan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

2 Untuk mengetahui hambatan-hambatan sosial dan ekonomi nelayan pada awal, proses dan pasca pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

3 Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh pengelola lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina dalam mengatasi hambatan-hambatan pada pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

4 Untuk mengetahui manfaat dalam peningkatan pendapatan yang diperoleh nelaya dalam program PEMP.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan dapat memberi manfaat yaitu : 1 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

mengambil kebijakan yang berkaitan dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(27)

2 Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk mengetahui manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

3 Sebagai bahan masukan bagi lembaga-lembaga yang terkait dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.


(28)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas ketidakberdayaan (disempowerment). Mereka yang tidak berdaya jelas adalah pihak yang tidak memiliki daya atau kehilangan daya. Mereka yang tidak berdaya adalah mereka yang kehilangan kekuatannya. Secara lebih lengkap suatu pemberdayaan memiliki maksud untuk :

1 Pemberdayaan bermakna kedalam, kepada masyarakat berarti suatu usaha untuk mentranspormasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan mereka.

2 Pemberdayaan bermakna keluar sebagai suatu upaya untuk menggerakkan perubahan kebijakan-kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan masyarakat. Pemberdayaan dalam segi ini bermakna sebagai pengendali yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisifasi rakyat

(Pambudi, 2003: 54-58).

Departemen kelautan dan perikanan (DKP) sejak tahun 2000 melalui program PEMP yang menjadi program unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara terencana dan terstruktur melalui pemberdayaan masyarakat dan pendayagunaan sumberdaya pesisir laut secara optimal dan berkelanjutan. Penyaluran dana PEMP disampaikan langsung kepada masyarakat dengan fokus utama pada peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, berbasis pada sumberdaya lokal, berorientasi pada masa depan dan berkelajutan, bertumpu pada pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan


(29)

kelembagaan lokal yang bersifat partisipatif. Program PEMP juga mencakup pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) yaitu semacam SPBU yang sederhana dan diperuntuhkan secara khusus bagi nelayan dengan kapal penangkap ikan bertonase dibawah 30 GT. Menjadi suatu alternative kebijakan pemerintah menaikan harga BBM pada awal januari 2003 (Kusnadi, 2004; 32-33). Periodisasi program PEMP dapat dibagi menjadi 2 periode, pada tahun 2001 2003 sebagai periode inisiasi, tahun 2004-2006 adalah periode institusional. Pada periode institusional yang fokus adalah merevitalisasi LEPP-M3 sehingga menjadi perusahaan milik masyarakat pesisir yang di satu sisi mampu melayani kebutuhan hidup sehari-hari dan di sisi lain dapat memenuhi keperluan usaha seperti modal dan sarana produksi. Tahun pertama periode institusionalisasi telah terlampaui. Hasilnya pun cukup menggembirakan, 160 LEPP-M3 terevitalisasi hingga berbadan hukum koperasi. Di antaranya 142 memiliki LKM Swamitra Mina, 9 buah Pra-Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pesisir, dan 9 buah Unit Simpan Pinjam (USP). Tenaga pengelola Swamitra Mina sebelumnya telah mendapatkan pelatihan untuk operasionalisasi Informasi Teknologi. Hadirnya LKM Swamitra Mina maka secara bertahap peran tengkulak dan rentenir akan berkurang dan LKM dapat memobilisasi dana masyarakat dengan adanya suku bunga tabungan yang menarik. Dengan lancarnya pengelolaan LKM Swamitra Mina maka lambat laun bantuan modal yang disalurkan di masyarakat pesisir bukan lagi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tapi dari LKM Swamitra Mina (Anonimous, 2008).

Upaya untuk mewujudkan Koperasi LEPP-M3 sebagai pengurus mampu berpikiran cerdas yang dapat mengoptimalkan koperasi LEPP-M3. Dengan


(30)

demikian maka diperlukan adanya jaringan nasional yang bisa menjadi penguatan kelembagaan untuk memperkuat permodalan bagi masyarakat pesisir. Untuk itu pada tahun 2004 telah dilaksanakan Musyawarah Nasional Masyarakat Pesisir di Balikpapan yang menyepakati adanya wadah yang bisa menjembatani percepatan terwujudnya kepemimpinan pada Koperasi LEPP-M3. Wadah tersebut yaitu Jaringan Ekonomi Masyarakat Pesisir (JEMPI) (Anonimous, 2008).

Pada tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang ditetapkan kembali sebagai penerima Program PEMP dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai program lanjutan dari PEMP sebelumnya dengan kegiatan penguatan kelembagaan dan Dana Ekonomi Produktif (DEP) dijadikan sebagai jaminan pinjaman pada perbankan sebagai upaya agar masyarakat pesisir dapat mengakses permodalan usaha dari lembaga perbankan dengan cara telebih dahulu LEPP-M3 diarahkan untuk berubah menjadi Koperasi LEPP-M3 yang berbadan hukum. Badan usaha koperasi mitra mina sejahtera ditetapkan di dalam pedoman umum program PEMP pada tahun 2004 (Anonimos, 2006).

Landasan Teori

Evaluasi program yaitu evaluasi yang menaksirkan kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan pada suatu dasar yang kontinyu dan sering melibatkan tawaran-tawaran kurikuler. Evalusi proyek adalah evaluasi yang menaksirkan kegiatan-kegiatan yang menyangkut suatu jangka waktu untuk menyajikan suatu tugas khusus. Satu perbedaan pokok antara program dan proyek adalah bahwa program diharapkan berlangsung untuk jangka waktu yang tidak


(31)

terbatas sedangkan proyek untuk waktu yang singkat. Proyek yang diinstitusionalkan bisa menjadi program. Apa pun bentuk evalusianya, siapa pun yang terlibat dalam dunia evaluasi harus mempertimbangkan dan memikirkan ukuran baku dan bagaimana aplikasinya dalam situasi tertentu, khususnya sesuai cek-poin dalam proses evaluasi meliputi :

1. memutuskan apakah harus mengevaluasi 2. mendefinisikan masalah evaluasi

3. menulis kontrak untuk menutup dan mengontrol sebuah evaluasi 4. membuat design evaluasi

5. merencanakan biaya evaluasi 6. membuat staff evaluasi

7. melakukan dan memonitor operasi evaluasi

8. membuat dan mengkomunikasikan laporan evaluasi 9. mengevaluasikan eavaluasi

10. membuat kebijaksanaan evaluasi 11. memberi training pada evaluator

12. memutuskan apa yang harus dikerjakan dengan hasil evaluasi (Committee, 1991: 9-13).

Pemberdayaan berarti berdaya, mampu, tahu, mengerti, paham termotivasi, berkesempatan, melihat peluang, dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani menghadapi resiko, mampu mencari dan menangkap impormasi, mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan akan menghasilkan


(32)

masyarakat yang dinamis dan progresif secara berkelanjutan sebab didasari oleh adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik sekaligus (Slamet, 2003: 45).

Untuk dapat memotivasi sehingga berdaya berarti mampu, tahu, mengerti paham dan termotivasi maka dasar dari semua itu adalah sikap untuk dapat merubah perilaku.

Sikap adalah determinan perilaku yang berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap merupakan suatu keadaan sikap mental yang terbentuk berdasarkan pengalaman dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek dan merupakan bagian instrinsik dari kepribadian seseorang. Perubahan sikap bergantung dari upaya-upaya untuk mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan

(Winardi, 2004: 211-212).

Menurut para ahli psikologi seperti Luis Thurstore (1928), Rensis Likert (1932) dan Charles Osgood (1934) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap dinyatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sukap timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri indivudu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian membentuk menjadi sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 1998: 4-15).

Untuk mengetahui dampak positif atau negative dari sebuah program, pengertian dampak (impact) adalah akibat dari sebuah kegiatan misalnya kegiatan pembangunan. Damapak dapat berakibat positif maupun negatif yang keduanya


(33)

perlu diantisipasi. Dalam melihat dampak, perlu dilihat terlebih dahulu tentang program (out put, goals, impact). Dampak dari suatu program ataupun kegiatan pembangunan dapat merambah ke semua aspek kehidupan yang ada dimasyarakat mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Suatu program ataupun kegiatan pembangunan selalu ada pihak yang diuntungkan (gainers) dan pihak yang dirugikan (losers) maka penelitian sosial ekonomi juga perlu mengacu pada mereka yang diuntungkan dan yang dirugikan

(Soekatawi, 1994: 141).

Alat penangkapan utama yang dilakukan nelayan dapat menunjukan tingkat ekonomi rumah tangga nelayan. Secara umum nelayan di sumatera utara masih dianggap usaha yang tradisional karena penggunan sarana penangkapan ikan seperti alat penangkapan dan jenis perahu atau kapal yang digunakan lebih dominan menggunakan sarana tradisional yaitu perahu kapal, perahu tak bermotor dan tanpa perahu. Tingkat penggunaan perahu atau kapal yang digunakan nelayan menunjukan keadaan ekonomi rumah tangga nelayan. Keadaan ekonomi suatu rumah tangga lebih nyata ditunjukkan oleh tingkat penghasilan atau pengeluaran rumah tangga dari nelaya (Anonimos, 1991: 19).

Guna mencapai kehidupan yang lebih baik Shardlow (1998) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Kesimpulanya shardlow (1998) mengambarkan bahwa pemberdayan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan ilmu


(34)

kesejahteraan sosial, prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong sasaran untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi, sehingga sasaran mempunyai kesadaran dan mempunyai kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya

(Adi, 2003: 53-55).

Arti pendidikan untuk nelayan adalah pendidikan non formal dimana tidak dibatasi dengan ruang, usia dan tingkatan pendidikan. Hakikat pendidikan di negeri ini adalah berusaha untuk membentuk manusia Indonesia yang pancasilais. Manusia Indonesia perlu diciptakan agar mampu hidup mandiri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu mau dan mampu berjuang untuk tetap bertahan hidup. Itu sebabnya mengapa kita perlu merancang suatu konsep penyuluhan pertanian yang mampu berperan sebagai mediator pendidikan. Ada 2 hal pokok yang mutlak dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Pertama adalah yang menyangkut dengan pendalaman kita terhadap hakikat atau pengertian dasar pendidikan itu sendiri. Kedua adalah yang melibatkan kebutuhan dan perhatian masyarakat desa itu sendiri, artinya kita perlu menggali potensi-potensi yang ada disekitar mereka baik yang merupakan fisik materialnya sendiri atau pun moral spiritualnya (Sastraatmadja, 1993: 22-24).

Pendidikan tidak hanya pada fisik material ataupun moral spiritual saja tetapi koperasi juga mampu menjadi suatu balai pendidikan bagi anggotanya. Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini diadakan oleh orang karena adanya kesaman jenis kebutuhan hidup mereka. Kerjasama yang membentuk suatu perkumpulan bebas seperti ini


(35)

memberikan rasa tanggung jawab dan kepercayaan bahwa orang bisa dengan kerjasama secara sukarela dengan sesamanya dapat memecahkan persoalan-persoalan sebesar apapun (Anoragan, 2003).

Potensi modal sosial dalam lingkungan nelayan berintikan elemen-elemen pokok yaitu

1. Saling percaya (trust) yang meliputi adanya kejujuran, kewajaran, sikap, toleransi dan kemurahan hati.

2. Jaringan sosial (networks) yang meliputi adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama dan keadilan.

3. Pranata (institutions) yang meliputi nilai-nilai, sanki-sanki dan aturan-aturan (Nasution, 2005: 35).

Biaya produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori yaitu ongkos berupa pengeluaran nyata dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata. Pengeluaran-pengeluaran nyata ada yang kontan dan ada yang tidak kontan. Pengeluaran kontan yaitu

1. bahan bakar dan oli

2. bahan pengawet (es dan garam)

3. pengeluaran untuk makanan atau konsumsi awak 4. pengeluaran untuk reparasi

5. pengeluaran untuk retribusi dan pajak

Pengeluaran yang tidak konstan yaitu upah atau gaji awak nelayan pekerja yang umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil dijual. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak nyata ialah penyusutan dari boat, sampan, mesin-mesin dan alat-alat penangkapan (Mulyadi, 2005: 88).


(36)

Pembangunan usaha pertanian terutama di sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran hasil perikanan serta meningkatkan kualitas dan daya saing hasil pertanian di pasaran dalam negeri dan luar negeri. Disamping untuk menciptakan iklim yang mendorong serta meningkatkan investasi swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya lembaga ekonomi dan pemasaran. Kegiatan program ini dikoordinasikan dengan kegiatan program-program terkait antara lain : pengembangan industri rumah tangga dan pedesaan, pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan usaha dan perdagangan, pengembangan koperasi (Soekartawi,1995: 37).

Menumbuh kembangkan wawasan usaha di pedesaan ini antara lain mencakup berbagai aspek seperti lingkungan stategi permintaan, sumber daya an teknologi. Semua itu tidak terlepas betapa besar peranan swasta khususnya perbankan sebagai sumber pemodalan untuk pembangunan usaha di pedesaan (Soekartawi, 2000: 2).

Salah satu sumber permodalan untuk pembangunan di pedesaan yang paling efektif adalah koperasi. Baik koperasi simpan dan koperasi dalam bentuk alat-alat produksi pertanian.dalam membangun usaha dipedesaan koperasi tidak berjalan sendiri. Koperasi juga selalu berupaya untuk lebih kuat sebagai pemodal usaha di pedesaan.

Koperasi bersama dengan LKM-nya, akan merintis pembukaan Kedai Pesisir dan SPBU sederhana yang diperuntuhkan bagi nelayan. Kedua kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi beban masyarakat pesisir. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa rendahnya pendapatan masyarakat pesisir


(37)

antara lain disebabkan oleh besarnya beban pengeluaran yang harus dikeluarkan, baik di waktu melaut maupun untuk kebutuhan sehari-harinya. Kedepan jaringan kedai pesisir akan dikelola secara profesional dengan pendekatan waralaba. Akan tetapi mekanisme pengelolaannya akan ditata sedemikian rupa sehingga keuntungan terbesar kedai pesisir akan kembali kepada masyarakat pesisir melalui koperasi (Anonimous, 2008).

Menurut Dahuri (1999), tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan (nelayan) pada saat ini masih dibawah sektor-sektor lain termasuk sektor pertanian agraris. Dengan kenyataan ini pembangunan pertanian lebih diarahkan pada daerah pedesaan terutama daerah pesisir (Nasution, 2005: 23-26).

Hal ini akan sangat berbeda dengan kehadiran program PEMP yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan koperasi sebagai pemodal di pedesaan akan mendirikan koperasi masyarakat pesisir.

Kerangka Pemikiran

Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir merupakan program unggulan dari Departemen Perikanan dan Kelautan di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2001. Program PEMP secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sisoal ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya perikanandan kelautan secara optimal dan berkelanjutan.


(38)

Daerah penelitian yang berwilayah pesisir dengan panjang pesisir 78 km dan wilayahnya menjadi daerah pemukiman penduduk. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan, baik nelayan tambak dan nelayan penangkap di lautan. Pada umumnya nelayan melakukan usahanya dengan penggunaan teknologi seadanya dan terlihat jelas nelayan belum mampu untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal .

Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan. Dengan semua keterbatasan yang nelayan miliki seperti modal untuk melaut. Nelayan memperoleh modal dengan meminjam kepada tokei ikan tetapi ini tidak menolong nelayan bahkan banyak nelayan yang semakin menderita dalam ekonomi keluarganya dengan semakin mahlanya harga BBM terutama bahan bakar solar untuk mengoperasikan sebuah kapal.

Bukan hanya modal saja yang menjadi faktor penentu terhadap rendahnya pendapatan nelayan, alat penangakapan yang seadaanya juga menjadi penentu jumlah produksi hasil penangkapan yang menjadi penentu pendapatan nelayan.

Pendidikan yang rendah dan budaya yang turun temurun untuk tidak bersekolah tinggi menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya. Untuk itu sangat diperlokan agen perubahan yang dapat membantu nelayan dan keluarganya dalam merubah sikap dan perilaku kearah yang lebih baik.

Disalurkannya program pemerintah melalui departemen perikanan dan kelautan tidak hanya sekedar bantuan belaka yang tanpa kelanjutan. Masyarakat pesisir pada umumnya dan terutama nelayan harus lebih menerima program dengan pernyatan sikap yang ditunjukkan oleh mereka. Dengan adanya program dan anggaran yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat pesisir dapat


(39)

memberikan manfaat dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Masyarakat harus sadar bahwa program ini akan menjadi milik mereka dan anggaran yang diberikan kepada mereka melalui program juga harus dikembalikan kepada pemerintah. Karena pada dasarnya program ini bersifat membantu dan memandirikan masyarakat.

Program unggulan dari departemen perikanan dan kelauatan ini merupakan jalan keluar atau sebuah langkah awal yang dapat menyelesaikan masalah-masalah nelayan baik masalah sosial maupun masalah ekonomi nelayan. Untuk itu perlu dilakukan evalusi demi terselenggaranya program yang berjalan dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran.


(40)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Ada pengaruh Ada hubungan Evaluasi program

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Nelayan

Menerima (positif)

Hambatan-hambatan sosial ekonomi - Awal pelaksanaan program - Proses pelaksanaan program - Pasca pelaksanaan program

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah

(lembaga) Manfaat bagi

peningkatan pendapatan nelayan

Menolak (negatif) Nelayan

Peserta PEMP

Sikap

Nelayan Bukan peserta PEMP

Evaluasi


(41)

Hipotesis penelitian

1 Nelayan bersikap positif terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

2 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang telah berjalan memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan nelayan.


(42)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

Pemilihan daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu daerah yang dipilih dengan cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Percut Sei Tuan yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, pada kecamatan ini sedang berlangsung program unggulan yaitu program PEMP dari Departemen Perikanan dan Kelautan. Desa yang dipilih adalah Desa Percut yang merupakan salah satu lokasi dari program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir sejak tahun 2001.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan yang memperoleh bantuan PEMP dan nelayan yang tidak memperoleh bantuan PEMP. Pengambilan sampel dilakukan secara simpel random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Teknik simpel random sampling digunakan karena karakteristik desa yang tempat tinggal populasi penelitian relatif homogen (mata pencaharian penduduk, tingkat perkembangan, dan potensi sumber daya alamnya). Penentuan besarnya sampel dilaukan menurut pendapat Bailey bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data statistik ukuran sampel yang paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi (Hasan, 2002: 60). Penentuan sampel dapat dilihat pada tabel 3.


(43)

Tabel 3. Populasi dan Nelayan Sampel di Desa Percut Tahun 2006

NO Golongan Nelayan Populasi

(KK)

Nelayan Sampel (KK)

1. Bukan peserta bantuan PEMP 795 15

2. Peserta batuan PEMP 55 15

Jumlah 850 30

Sumber : Wawancara dan Obsevasi Lapangan Tahun 2008 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari masyarakat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu departemen perikanan dan kelautan, koperasi mitra mina sejahtera kecamatan percut sei tuan, kantor kepala desa di lokasi penelitian serta literature yang berhubungan dengan literatur ini. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Spesipikasi Pengumpulan Data

no Jenis Data Sumber Metode

wawancara observasi

1 Identitas nelayan Nelayan

2 Ketersedian sarana Nelayan

3 Ketersedian modal Nelayan

4 Sikap nelayan Nelayan

5 Masalah yang dihadapi dalam

pelaksanaan program PEMP Nelayan danDepartemen perikanan dan kelautan 6 Upaya yang dilakukan

pemerintah (lembaga) dalam program (PEMP)

Departemen perikanan dan kelautan Sumber : Diolah Dari Daerah Penelitian Tahun 2008


(44)

Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dilapangan terlebih dahulu ditabulasi dan kemudian dianaliasis dengan uji statis yang sesuai dengan hipotesis masing-masing. Identifikasi masalah 1 dan 3 diselesaikan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan hasil pengamatan dari data di daerah penelitian.

Data yang digunakan untuk mengetahui identifikasi masalah 1 adalah kinerja pengelola lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina (usaha-usaha yang dilakukan lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina yang mengurus program PEMP yang telah berjalan).

Data yang digunakan untuk mengetahui identifikasi masalah 3 adalah masalah-masalah sosial ekonomi nelayan pada awal, proses dan pasca pelaksanaan program PEMP.

a. Hipotesis 1 diuji dengan menngunakan analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan bagaimana sikap masyarakat menerima program.

Mengukur sikap tersebut digunakan skala likert. Dalam melakukan perskala, dibuat sejumlah pertanyaan untuk mengetahui pernyataan sikap responden dan responden akan diminta menyatakan pernyataan dalam lima katagori jawaban yaitu :

 Pernyataan positif yaitu

sangat setuju (SS) = 4

setuju (S) = 3

ragu-ragu (RR) = 2

tidak setuju (TS) = 1


(45)

 Pernyataan negatif yaitu

sangat setuju = 0

setuju = 1

ragu-ragu = 2

tidak setuju = 3

sangat tidak setuju = 4

Pengukuran sikap nelayan sampel terhadap program menggunakan rumus :

   

 

 

s x x T 50 10 2 Keterangan :

T = skor standart X = skor responden

S = deviasi standart kelompok Kriteria uji dari hipotesisi 1 adalah

Jika T hitung 50 H0 ditolak (H1diterima) Jika T hitung < 50 H0 diterima (H1 ditolak) Dimana :

H0 adalah masyarakat bersikap negatif terhadap program H1 adalah msyarakat bersikap positif terhadap program (Azwar, 1998).

b. Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan tabulasi sederhana. Tabulasi dalam arti menyusun data ke dalam bentuk tabel merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisis data (Soeratno, 1993: 136).


(46)

Data yang digunakan untuk menguji hipotesis 2 adalah dengan membandingkan pendapatan nelayan sampel yang menjadi peserta bantuan program PEMP dan nelayan sampel yang bukan peserta bantuan program PEMP.

Kriteria uji dari hipotesis 2 adalah

Jika pendapatan nelayan peserta PEMP > dari pendapatan nelayan bukan peserta PEMP maka H0 ditolak (H1 diterima).

Jika pendapatan nelayan peserta PEMP < dari pendapatan nelayan bukan peserta PEMP maka H0 diterima (H1 ditolak).

Dimana :

H0 adalah manfaat terhadap peningkatan pendapatan yang tidak dapat dirasakan nelayan

H1 adalah manfaat terhadap peningkatan pendapatan yang dapat dirasakan nelayan

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

1. Evaluasi program adalah bentuk penilaian dari suatu program yang diharapkan dapat berlangsung dalam jangka waktu lama sesuai dengan situai yang ada.

2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir adalah program unggulan dari departemen perikana dan kelautan untuk dapat memberdayakan masyarakat pesisir.


(47)

3. Pemberdayaan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat sehingga mereka mampu bertindak sesuai dengan situasi.

4. PEMP adalah Pmberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 5. LKM adalah Lembaga Keuangan Mikro

6. LEPP-M3 adalah Lembaga Ekonomi Pengembang Pesisir Mikro Mitra Mina

7. BBM adalah bahan bakar minyak yang digunakan nelayan untuk kegiatan produksi maupun konsumsi.

8. Sampel adalah masyarakat pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan yang menjadi peserta bantuan program PEMP dan nelayan yang bukan peserta bantuan program PEMP.

9. Sikap nelayan adalah pernyataan yang diberikan nelayan terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

10. Hambatan sosial ekonomi adalah masalah-masalah yang timbul pada awal, proses dan pasca pelaksanaan program PEMP.

11. Modal adalah seluruh dana yang dibutuhkan untuk melakukan usaha melaut.

12. Alat penangkapan adalah alat yang digunakan nelayan untuk melaut. 13. Pendapatan adalah penerimaan yang diterima dari usaha melaut nelayan

per trip/bulan.

14. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan (jiwa).


(48)

15. Mitra desa adalah lembaga yang membantu pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir selama program berlangsung baik diawal hingga akhir.

16. Pangguh adalah iuran pembayaran hibah dana PEMP nelayan kepada lembaga PEMP yang disesuaikan dengan upah ABK dalam satu trip/hari melaut.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

2. Sampel yang digunakan adalah masyarakat pesisir yang bermata pecaharian sebagai nelayan


(49)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Penetapan kabupaten sasaran pelaksanaan program PEMP didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang relatif besar. 2. Memiliki masyarakat pesisir yang relatif banyak.

3. Adanya dukungan dan kepedulian dari pemerintah daerah yang bersangkutan kepada pengembangan kelautan dan perikanan

Letak dan Geografis Desa

Desa Percut berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1063 ha. Kondisi dari desa Percut adalah berketinggian 2 m diatas permukaan laut. Dengan curah hujan 0-278 mm/tahun. Topografi desa yaitu dataran rendah dengan suhu udara rata-rata 230C- 300C.

Orbitasi Desa Percut dari pusat pemerintahan kecamatan berjarak + 17 km, dari pusat pemerintahan ibu kota kabupaten berjarak + 50 km dan dari pusat pemerintahan daerah tingkat I/propinsi berjarak + 20 km. Untuk jalur tranportasi sangat baik dimana jalan sudah di aspal.

Adapun batas-batas desa penelitian adalah

 Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka


(50)

 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai dan Desa Pematang

Lalang Keadaan Penduduk

Penduduk desa penelitian berjumlah 11010 jiwa dengan perincian 2607 kepala keluarga (KK). Untuk lebih jelas mengenai keadaan penduduk desa menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5 :

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Percut Tahun 2006

No Jenis kelamin Jumlah

(jiwa) Persentase(%) 1

2 Laki-lakiPerempuan 55755435 50.6449.36

Jumlah 11010 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Percut Tahun 2008

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk pria lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5575 jiwa dengan persentase 50.64 % jumlah penduduk wanita 5435 jiwa dengan persentase 49.36 % . Selanjutnya distibusi penduduk menurut kelompok umur di desa dapat dilihat pada tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Percut Tahun 2006

No Kelompok Umur

(tahun) Jumlah(jiwa) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6

0 - 3 4 - 6 7 - 12 13 - 15 16 - 18 > 19 890 910 833 732 1495 6150 8.08 8.27 7.56 6.65 13.58 55.86

Jumlah 11010 100.00


(51)

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak pada kelompok umur > 19 tahun sebanyak 6150 jiwa dengan persentase 55.86 % sedangakan jumlah penduduk < 19 tahun sebanyak 4860 jiwa dengan persentase 44,14 %.

Desa Percut merupakan desa pantai karena disebelah utara berbatasan langsung dengan selat malaka. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7 :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Percut Tahun 2006

No Mata Pencaharian Jumlah

(KK) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Karyawan

a. Pegawai negeri b. ABRI c. Swasta Wiraswasta/pedagang Tani Pertukangan Buruh tani Pensiunan Nelayan Pemulung Jasa 194 14 120 600 300 45 400 60 850 4 20 7.44 0.54 4.60 23.01 11.51 1.73 15.34 2.30 32.61 0.15 0.77

Jumlah 2607 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Percut Tahun 2008

Dari tabel 7 dapat dilihat jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling besar yaitu 850 KK dengan persentase 32.61 % jumlah penduduk yang bermata pencaharian terkecil adalah sebagai pemulung yaitu sebanyak 4 KK dengan persentase 0.15 %. Selanjutnya distribusi penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel 8 :


(52)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah

(jiwa) Persentase(%) 1 2 3 4 Islam Kristen Katholik Budha 9418 839 85 668 85.54 7.62 0.77 6.07

Jumlah 11010 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Percut Tahun 2008

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk di desa menganut agama mayoritas adalah islam yaitu 9418 jiwa dengan persentase 85.54 % penduduk di desa percut yang menganut agama minoritas adalah katholik yaitu 85 jiwa dengan persentase 0.77 %.

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di desa percut dapat dilihat pada tabel 9 :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Percut Tahun 2006

No Pendidikan Jumlah

(jiwa) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6 7 Taman kanak-kanak SD SMP/SLTP SMA/SLTA Akademik (D1-D3) Sarjuana (S1-S3) Pendidikan khusus

a. pondok pesantren b. madrasah

c. pendidikan agama d. kursus/keterampilan 123 1882 1618 3783 25 45 27 450 30 25 1.54 23.51 20.20 47.23 0.31 0.56 0.34 5.62 0.38 0.31

Jumlah 8009 100.00


(53)

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikan formal yang terbesar berpendidikan SMA/SLTA yaitu sebesar 3783 jiwa dengan persentase 47.23 % jumlah penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikan formal yang terkecil berpendidikan akademik (D1-D3) dan pandidikan khusus kursus/keterampilan yaitu sebesar 25 jiwa dengan persentase 0.34 %. Penggunaan Tanah

Luas dan jenis penggunaan tanah di desa dapat dilihat pada tabel 10 :

Tabel 10. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Percut Tahun 2006

No Uraian Luas

(ha) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jalan

Sawah dan ladang Empang

Pemukiman Perkuburan Perkantoran Pekarangan

Lahan yang belum dikelola Lain-lain 14 550 216 110 1.5 0.5 63 105 3 1.31 51.74 20.32 10.35 0.14 0.05 5.93 9.88 0.28

Jumlah 1063 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Percut Tahun 2008

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa lahan terluas sebesar 550 ha dimanfaatkan sebagai lahan persawahan dan perladangan, laus lahan terkecil sebesar 0.5 ha dimanfaatka untuk perkantoran. Dari tabel juga terlihat lahan seluas 105 ha belum dikelola. Lahan ini masih berupa rawa-rawa yang sering banjir apabila air pasang, sebaiknya lahan ini dapat diproduktifkan oleh masyarakat sehingga menjadi lahan ekonomi masyarakat seperti menanam pohon bakau.


(54)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di desa dapat dilihat pada tabel 11 : Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Desa Percut Tahun 2006

No Uraian Jumlah

(Unit) Persentase(%) 1 2 3 4 Sarana peribadatan a. Mesjid b. Mushola c. Gereja d. Vihara Sarana kesehatan a. RSU

b. Balai pelayanan masyarakat Sarana pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Madrasah Sarana olahraga

a. lapangan sepak bola b. lapangan volly c. lapangan bulutangkis d. lapangan tenis meja Perkoperasian 3 10 4 1 2 1 5 5 3 3 1 2 5 2 2 6.12 20.41 8.16 2.04 4.08 2.04 10.21 10.21 6.12 6.12 2.04 4.08 10.21 4.08 4.08

Jumlah 49 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Percut Tahun 2008

Dari tabel dapat dilihat bahwa ada 5 sarana dan prasarana yang ada di desa percut yaitu sarana peribadatan terdiri dari mesjid, mushola, gereja, vihara, sarana kesehatan terdiri dari Rumah Sakit Umum (RSU), Balai Pelayanan Masyarakat, sarana pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), pendidikan khusus, madrasah, sarana olehraga terdiri dari lapangan sepak bola, lapangan voly, lapangan bulutangkis, lapangan tenis meja dan yang terakhir adalaha sarana perkoperasian. Sarana dan prasarana yang paling banyak tersedia adalah sarana peribadatan sebanyak 18 unit


(55)

dengan persentase 36.73 % dan sarana dan prasarana yang paling sedikit adalah perkoperasian sebanyak 2 unit dengan persentase 4.08 %.

Karakteristik Sampel

Adapun karakteristik nelayan sampel secara keseluruhan di desa penelitian dapat dilihat pada tabel 12 :

Tabel 12. Karakteristik Nelayan Sampel di Desa Percut

No Karakteristik Nelayan Satuan Rataan Range

1 2 3 4 5 Umur Tingkat pendidikan Jumlah tanggungan Pengalaman melaut Frekuensi melaut Tahun Tahun Jiwa Tahun kali/bulan 36.9 10.1 5.6 10.7 15.8 27-48 6-12 3-9 4-25 12-20 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat bawah umur dari nelayan sampel berkisar antara 27-48 tahun dengan rataan umur sampel yaitu 36,9 tahun. Data ini menunjukkan bahwa secara umum nelayan sampel di daerah penelitian masih tergolong pada usia produktif sehingga nelayan di derah penelitian memiliki tenaga kerja yang potensial untuk melakukan kegiatan melaut.

Tingkat pendidikan dari nelayan sampel yang dimaksud dalam penelitian adalah tingkat pendidikan formal yang telah didapat nelayan yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Lama pendidikan formal yang diperoleh nelayan berkisar antara 12-6 tahun dengan rataan 10,1 tahun. Data menunjukkan bahwa nelayan secara umum memperoleh pendidikan yang tidak begitu rendah karena dapat dilihat bahwa dari rataan tingkat pendidikan nelayan telah memperoleh


(56)

pendidikan SMA walaupun dari range tingkat pendidikan nelayan masih ada yang hanya memperoleh pendidikan formal sebatas SD.

Jumlah tanggungan nelayan sampel yaitu berkisar antara 3-9 jiwa dengan rataan jumlah tanggungan keluarga adalah 5,6 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan nelayan sampel cukup tinggi.

Pengalaman melaut nelayan sampel berkisar antara 25-4 tahun dengan rataan 10,7 tahun. Data ini menunjukkan bahwa nelayan telah lama melakukan kegiatan melaut di daerah penelitian.

Frekuensi melaut nelayan sampel berkisar antara 12-20 dengan rataan 15,8 trip per bulan. Dari rataan frekuensi melaut nelayan sampel cukup tinggi. Selama sebulan nelayan sampel melaut selama + 15 hari.

Untuk dapat membandingkan karakteristik nelayan peserta PEMP dan nelayan bukan peserta PEMP dapat dilihat pada table 13 :

Tabel 13. Karakteristik Nelayan PEMP dan Nelayan Bukan PEMP

No Karakteristik Nelayan PEMP Bukan PEMP

Rataan Range Rataan Range

1 2 3 4 5 6 Umur (tahun) Tingkat Pendidikan (tahun) Jumlah Tanggungan (jiwa) Pengalaman Melaut (tahun)

Lama Melaut (jam/hari) Frekuensi Melaut (kali/bulan) 37.86 10.2 5.8 12.4 22.4 16.26 27-48 6-12 3-9 4-25 12-48 13-20 35.93 10 5.4 10.06 27.2 15.26 30-45 6-12 4-7 5-21 48-24 12-17 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1


(57)

Dari tabel 13 dapat dilihat perbedaan karakteristik nelayan PEMP dan nelayan bukan PEMP dengan kategori umur yaitu nelayan PEMP memiliki umur dengan rataan 37.86 dan range 27-48 tahun sedangakan nelayan bukan PEMP berumur dengan rataan 35.93 dan range 30-45 tahun menunjukkan bahwa nelayan PEMP terdiri dari usia muda hingga usia tua.

Tingkat pendidikan nelayan PEMP dengan rataan 10.2 dan range 6-12 tahun sedangkan tingkat pendidikan nelayan bukan PEMP dengan rataan 10 dan range 6-12 tahun ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dari nelayan PEMP dan nelayan bukan PEMP memiliki tingkat pendidikan yang sama.

Jumlah tanggungan nelayan PEMP dengan rataan 5.8 dan range 3-9 jiwa sedangkan jumlah tanggungan nelayan bukan PEMP dengan rataan 5.4 dan range 4-7 jiwa menunjukan jumlah tanggungan secara rataan sama tetapi dari range berbeda dimana jumlah tanggungan nelayan PEMP lebih besar ada yang mencapai hingga 9 jiwa.

Pengalaman melaut nelayan PEMP dengan rataan 12.4 dan range 4-25 tahun sedangkan pengalaman melaut nelayan bukan PEMP dengan rataan 10.06 dan range 5-21 tahun ini menunjukkan bahwa pengalaman melaut nelayan PEMP lebih lama.

Lama melaut nelayan PEMP dengan rataan 22.4 dan range 12-48 jam/hari sedangkan nelayan bukan PEMP lama melaut dengan rataan 27.2 dan range 24-48 jam/hari menunjukkan bahwa dalam melaut sehaari-hari nelayan bukan PEMP membutuhkan waktu yang lama hal ini mendukung pengeluaran biaya operasional yang lebih besar.


(58)

Frekuensi melaut nelayan PEMP dengan rataan 16.26 dan range 13-20 hari/bulan sedangkan frekuensi melaut nelayan bukan PEMP dengan rataan 15.26 dan range 12-17 hari/bulan menunjukkan frekuensi melaut nelayan PEMP lebih banyak dan hal ini dapat mendukung penerimaan dan pendapatan yang lebih besar dalam sebulan.


(59)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisisr (PEMP) dimulai sejak tahun 2001, secara umum bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui penguatan permodalan, kelembagaan dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan.

Pada awalnya program PEMP diinisiasi untuk mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap perekonomian masyarakat pesisir, yang difokuskan pada penguatan modal melalui perguliran Dana Ekonomi Produktif (DEP). Pengelolaan DEP dilakukan oleh Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) dibentuk sebagai perusahaan milik masyarakat pesisir. Sumber dana program ini berasal Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM).

Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) diarahkan untuk berubah menjadi Koperasi LEPP-M3 yang berbadan hukum. Badan usaha Koperasi Mitra Mina Sejahtera di tetapkan di dalam Pedoman Umum Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) tahun 2004. Koperasi Mitra Mina sejahtera dengan Badan Hukum Nomor : 518/70/BH/PMK.PKM/VII/2004 tertanda tanggal 1 juli 2004.

Unit-unit usaha Koperasi Mitra Mina Sejahtera Kabupaten Deli Serdang yang telah berjalan sampai saat ini adalah :

1. unit usaha penangkapan ikan


(60)

Gambar 2. Unit Usaha Penangkapan Ikan

Gambar 3. Pengelola PEMP Melakukan Jual Beli Hasil Tangkapan Nelayan PEMP di Unit Usaha Penangkapan Ikan


(61)

Gambar 4. Pengelola PEMP Melakukan Pemilihan Terhadap Setiap Jenis Tangkapan Nelayan


(62)

(63)

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja dan aspek legalitas LEPP-M3 yang dinilai lemah, maka mulai tahun 2004 lembaga ini memiliki badan hukum koperasi. Peningkatan status kelembagaan ini diiringi oleh perubahan sistem penyaluran dan status DEP yang semula berstatus sebagai dana bergulir yang dikelola oleh lembaga LEPP-M3 menjadi dana hibah kepada koperasi yang dijaminkan kepada perbankan.

Selanjutnya dana yang dikeluarkan oleh perbankan berstatus kredit/pinjaman yang dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Swamitra Mina yaitu salah satu unit usaha milik Koperasi LEPP-M3 dibidang keuangan yang pembentukan serta pengelolaannya bekerjasama dengan Bank BUKOPIN. Fungsi utama LKM adalah menjebatani keperluan permodalan masyarakat pesisir dengan lembaga pembiayaan/perbankan. Penyaluran DEP yang semula melalui perguliran berubah menjadi pengaksesan dengan mulai pengembangan bunga dan anggunan. Proses penyaluran DEP dapat dilihat pada skema sebagai berikut :

Gambar 7. Skema Proses Penyaluran DEP

1

4 3

2 5

6

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota Koperasi LEPP-M3

/koperasi perikanan DaerahKPPN


(64)

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa proses penyaluran DEP saling berhubungan disetiap lembaga yang terkait yaitu :

1. Koperasi mengajukan permohonan kepada Dinas selanjutnya Dinas memberikan rekomendasi.

2. Selain mengajukan permohonan kepada Dinas, Koperasi juga mengajukan permohonan pembukaan rekening kepada Bank pelaksana pusat dan menandatangani seluruh dokumen perjanjian yang diperlukan oleh Bank pelaksana pusat.

3. Bank pelaksana pusat bersama-sama dengan Dinas melengkapi kelengkapan permohonan dari Koperasi.

4. Permohonan disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan diketahui oleh Kepala Dinas untuk diajukan ke Bank pelaksana daerah dengan melampirkan :

a. surat perjanjian pemberian DEP antara KPA dengan ketua Koperasi yang diketahui oleh Kepala Dinas

b. surat keputusan dari Dinas tentang penetapan Koperasi c. surat pernyataan penjaminan Koperasi

d. kuitansi tanda terima (dari KPA kepada Koperasi)

5. KPPN (Kantor Pelayanana Pendapatan Negara) daerah mencairkan DEP dan mentranfer ke rekening Koperasi yang permohonannya sudah di sah-kan.

6. Setelah Koperasi melengkapi persyaratan dan telah menandatangani seluruh dokumen yang dipersyaratkan maka Bank pelaksana daerah dapat melakukan pengikatan kredit selama jangka waktu 3 tahun untuk program


(65)

penyaluran DEP yang dijaminkan. Selanjutnya bank Pelaksana daerah dapat mencairkan Koperasi untuk segera dibekukan sebagai pinjaman di unit usaha LKM. Lembaga Ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina (LEPP-M3) diarahkan untuk berubah menjadi koperasi LEPP-M3 Sikap Nelayan Tehadap Program PEMP

Sikap nelayan terhadap pelaksanaan program PEMP dapat diperoleh dari jawaban responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan melalui disrtibusi frekuensi responden terhadap setiap kategori. Pernyataan sikap nelayan terhadap Program PEMP dapat dilihat dari tabel 14 :

Tabel 14. Sikap Nelayan terhadap Program PEMP

No Kategori Nelayan PEMP Nelayan Bukan PEMP

Jumlah

(jiwa) Persentase(%) Jumlah(jiwa) Persentase(%) 1

2 PositifNegatif 132 86.8713.33 96 6040

Jumlah 15 100.00 15 100.00

Sumber : Data primer diolah dari lampiran 5

Berdasarkan table 14 sikap nelayan peserta program PEMP yang bersikap Positif sebesar 86.67 % dan sikap nelayan peserta program PEMP yang bersikap negatif sebesar 13.33 %. Dari tabel dapat dilihat bahwa nelayan peserta PEMP secara keseluruhan bersikap positif. Ada beberapa alasan nelayan bersikap positif terhadap pelaksanaan program yaitu :

1. Nelayan merasa terbantu kehidupan ekonominya dengan dana yang dialokasikan menjadi kapal motor, kegiatan usaha bakulan, BBM, usaha tambak dan pengolahan ikan asin.


(66)

2. Terjalinnya kerjasama yang baik antara lembaga pelaksana dan nelayan peserta hal ini dapat dilihat dengan pengguliran dana yang semula hanya memiliki 14 kapal motor menjadi 21 kapal motor.

3. Dalam lembaga Program PEMP yang kini telah menjadi koperasi mampu mempekerjakan pemuda asli daerah untuk bekerja dalam kelembagaan koperasi.

Berdasarkan table 14 diatas sikap nelayan bukan peserta program PEMP yang bersikap Positif sebesar 60 % dan sikap nelayan bukan peserta program PEMP yang bersikap negatif sebesar 40 %. Dari tabel dapat dilihat bahwa nelayan peserta PEMP bersikap positif. Ada beberapa alasan nelayan bersikap positif terhadap pelaksanaan program yaitu :

1. Bantuan yang diberikan pemerintah memberikan tujuan yang baik untuk membantu nelayan dalam melaut dengan pemberian kapal bout dan alat tangkap.

2. Harga jual hasil tangkapan nelayan didalam lembaga program PEMP cukup tinggi. Perbedaan harga jual hasil tangkapa nelayan di lembaga PEMP, tokei ikan dan Koperasi Bahari dapat dilihat pada tabel 15 :

Tabel 15. Perbedaan Harga Jual Tangkapan Nelayan di Lembaga PEMP, Tokei Ikan dan Koperasi Bahari

No Jenis Tangkapan Harga Jual Tangkapan Nelayan/Kg Lembaga

PEMP Tokei Ikan Koperasi Bahari 1

2 3 4

Udang Kelong Sedang Udang Kelong Kecil Ikan Lidah Tanggung Gurita 36,000.00 26,000.00 4,000.00 9,000.00 33,000.00 22,000.00 3,500.00 8,500.00 35,000.00 25,000.00 3,500.00 8,500.00 Sumber : Data sekunder diolah dari lampiran 6.


(67)

Berdasarkan tabel 15 diatas bahwa dari 21 jenis hasil tangkapan ada 4 jenis hasil tangkapan nelayan dengan harga tertinggi di lembaga PEMP yaitu udang kelong sedang, udang kelong kecil ikan lidah tanggung, dan gurita. Untuk 17 jenis lainnya harga jula tanggkapan nelayan bervariasi walaupun demikian harga yang ditawarkan lembaga PEMP lebih tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nelayan di Desa Percut sebesar 73.34 % bersikap positif terhadap Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan sebesar 26.66 % nelayan bersikap negatif. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa nelayan bersikap positif terhadap Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir diterima.

Hambatan-hambatan Sosial Ekonomi Nelayan Dalam Program PEMP 1. Awal pelaksanaan program

a. Masalah sosial

Masalah sosial yang dihadapi nelayan pada awal pelaksanaan program yaitu :

- Keharusan tersedianya Kartu Rumah Tangga dan Kartu Tanda Penduduk. Bagi nelayan yang belum berumah tangga tidak diperbolehkan menjadi peserta dalam program PEMP

- Surat persetujuan istri. Dalam keluarga nelayan istri juga harus ikut andil penting untuk membuat suatu keputusan. Surat persetujuan ini dibuat sebagai bukti bahwa istri tidak akan menuntut apapun kepada lembaga pelaksana program PEMP.


(68)

b. Masalah ekonomi

Masalah ekonomi yang dihadapi nelayan pada awal pelaksanaan program yaitu adanya jaminan surat tanah untuk menjadi peserta program PEMP.

Masalah lain yang dihadapi oleh nelayan adalah nelayan belum mengenal teknologi yaitu berupa kapal bout. Secara umum pada awal pelaksanaan program, nelayan masih menggunakan sampan dan alat tangkapan yang sederhana dan sering disebut sebagai nelayan tradisional.

2. Pelaksanaan program

Masalah yang dihadapi nelayan setelah berjalannya program yaitu pengembalian dana bantuan berupa anggsuran yang cukup besar. Anggsuran yang harus dibayar sebesar 2 pangguh dan ini sangat memberatkan nelayan.

3. Diakhir pelaksanaan program

Masalah yang dihadapi nelayan diakhir pelaksanaan program yaitu terbatas pada bagaimana mekanisme pelaksanaan program karenan program ini telah menjadi milik mereka yaitu masyarakat pesisir. Program PEMP yang telah berjalan telah menjadi suatu koperasi yang berbadan hukum. Masalah yang dihadapi antara lain :

- Ada nelayan peserta PEMP yang tidak menjual tangkapannya kepada lembaga di Program PEMP (terjadi perdagangan di laut) karena ABK yang berbuat curang.

- Kapal Bout nelayan PEMP di sewakan kepada nelayan bukan PEMP - Ada anggota PEMP yang menunggak pembayaran utang di koperasi


(69)

Usaha-usaha Yang Dilakukan Pengelola Program PEMP Dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Sosial Ekonomi Nelayan

1. Awal pelaksanaan program a. Upaya-upaya sosial

Secara umum Program PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal dan berkelanjutan. Di awal pelaksanaan program ada masalah-masalah yang harus dipecahkan seperti :

- Nelayan yang tidak mempunyai kartu rumah tangga dapat menggunakan kartu rumah tangga yang masih terikat sebagai anak di dalam keluarga dan tidak harus berstatus sebagai kepala rumah tangga.

- Surat persetujuan istri merupakan persyaratan yang harus disetujui apabila nelayan belum menikah, surat persetujuan istri dapat digantikan dengan surat pernyataan dari orang tua yang menyetujui anaknya menjadi anggota PEMP dan tidak menuntut apapun pada lembaga PEMP.

b. Upaya-upaya ekonomi

Menurut Dahuri (1999) bahwa tingkat kesejahteraan nelayan masih dibawah sektor pertanian lainnya, masyarakat pesisir tergolong miskin. Persyaratan menjadi peserta PEMP yaitu adanya jaminan surat tanah sangat memberatkan nelayan. Untuk itu lembaga PEMP memberikan keringanan dengan hanya melihat lokasi tempat tinggal bahwa nelayan merupakan penduduk asli desa tanpa harus melengkapi persyaratan yang telah ditentukan.


(70)

2. Pelaksanaan program

Monitoring program PEMP dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan, kendala dan rencana tindak lanjut yang melibatkan peran serta nelayan,nelayan dapat melakukan pengaduan mengenai pelaksaan program PEMP kepada penanggung jawab operasional ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Pengaduan nelayan mengenai program PEMP merupakan wadah yang berfungsi menampung dan menyelesaikan pengaduan/masukan/kritik mengenai berbagai aspek pelaksanaan program PEMP. Pengaduan nelayan terhadap pembayaran angsuran yang memberatkan yaitu 2 pangguh kemudian ditampung oleh lembaga PEMP. Setelah dilakukan mediasi antara nelayan dan lembaga PEMP maka anggsuran yang harus dibayar nelayan menjadi 1 pangguh. Lembaga PEMP melaukan kegiatan pelatihan kepada nelayan.

3. Akhir pelasanaan program

Akhir pelaksanaan program PEMP, lembaga-lembaga yang terkait dengan program PEMP melakukan evaluasi program melalui evaluasi kinerja. Program PEMP telah mandiri dan menjadi milik nelayan yaitu koperasi yang berbadan hukum. Pengevaluasian kinerja selalu dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada seperti :

- Ada nelayan peserta PEMP yang tidak menjual tangkapannya kepada lembaga PEMP. Upaya yang dilakukan oleh lembaga PEMP yaitu meningkatkan harga jual terhadap hasil tangkapan nelayan.

- Kapal Bout nelayan PEMP di sewakan kepada nelayan bukan PEMP Lembaga PEMP yang telah menjadi koperasi yang berbadan hukum masih melakukan mediasi dengan nelayan dan memberikan surat


(71)

peringatan untuk ditindak lanjuti. Apabila nelayan yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu tidak mentaati akan diberikan sanksi keras. - Ada anggota PEMP yang menunggak pembayaran utang di koperasi.

Lembaga PEMP berupa koperasi melakukan tindakan tegas dengan mendatangi rumah nelayan yang bersangkutan dan menanyakan perihal penunggakan pembayaran utang kemudian mencari pemecahan masalah agar hutang dapat dibayar dan dilunasi.

Manfaat Program PEMP Dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan Manfaat program PEMP dalam peningkatan pendapatan nelayan di rasakan oleh peserta dikarenakan Program PEMP memberikan bantuan kapal bout kepada nelayan peserta. Sebelum berjalannya program PEMP, nelayan masih menggunakan sampan dan alat tangkap tradisional sehingga hasil tangkapan yang diperoleh sangat sedikit, dengan bantuan kapal bout pendapatan nelayan peserta PEMP menjadi meningkat. Peningkatan pendapatan nelayan peserta PEMP dapat diketahui dengan melihat pendapatan nelayan peserta dan nelayan bukan peserta PEMP, dilakukan secara tabulasi sederhanan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


(1)

Tabulasi Sederhana Peserta PEMP dan Non PEMP

No Responden Total Penerimaan Biaya Operasional Pendapatan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Keterangan

Pendapatan = R/C

= Penerimaan / total biaya


(2)

Bukan peserta program PEMP

No Responden Total Penerimaan Biaya Operasional Pendapatan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Keterangan

Pendapatan = R/C

= Penerimaan / total biaya

Pendapatan/bulan = Pendapatan/trip x lama melaut/bulan


(3)

Kuisioner

Untuk Dinas Perikanan dan Kelautan

1 Tahun berapa dimulai dan sampai berapa lama program PEMP di Kabupaten Deli Serdang ?

2 Jumlah penduduk yang dan jumlah nelayan per kecamatan di Kabupaten Deli Serdang pada tahun ?

3 Jumlah penduduk dan jumlah nelayan per desa di kecamatan precut sei tuan tahun ..?

4 Jumlah penduduk yang menerima dana program PEMP per kecamatan di Kabupaten Deli Serdang tahun ..?

5 Alokasi penggunaan dana program PEMP di kabupaten deli serdang (kecamatan dan desa apa saja dan berapa jumlah alokasi dananya) ?


(4)

Pembahas Utama 1 (Julia)

1. hal 5 : paragraph terahir, mengapa alokasi dana semakin berkurang? 2. hal 21 : skema kerangka pemikiran hubungan dengan hipotesis 1 tidak konsisten

3. hal 23 : penentuan sampel jumlah 60 KK ditabel 40 KK mana yang benar?

4. hal 24 : saran, tabel 4 ditambah dengan jenis data berupa manfaat? Pembahas Utama 2 (Adrina)

1. hal 5 : arti dari PKPS-BBM?

2. hal 23 : tabel populasi sampel tahun berapa? 3. hal 25 : editing hipotesis 1

4. hal 26 : editing definisi 1 5. hal 27 : editing definisi 10

Pembahas Utama 3 (Wilson)

1. hal 21 : saran, skema kerangka pemikiran di tambah pendapatan? 2. hal 27 : definisi, sampel yang mana?

Pembahas Utama 4 (Erdina) 1. hal 3 : editing, imajenasi 2. hal 7 : editing, nelayan 3. hal 12 : editing, spasi

4. hal 13 : solar Pocket Dealer apa artinya? 5. hal 14 : holding company apa artinya? 6 hal 16 : editing, koperasi

Pembahas Utama 5 (Jepri)

1. judul : apa alasannya kecamatan percut sei tuan desa precut yang menjadi studi kasus?

tambahkan dengan data dan keterangan kabupaten yang lain 2. hal 24 : tabel 4 poin 2 dengan wawancara dan obserpasi

Pembahas Utama 6 (Jhonriaman)

a. apakah ada pengaruh program denga desa lainnya? b. apakah program pernah dievaluasi?

Pembahas Utama 7 (Siska)

1. hal 6 : tabel 6, apa pertimbangan sehingga hanya 2 desa yang dapat bantuan?

2. hal 9 : paragrap 9 ditabelkan

3. hal 12 : apa maksud dari tidak berdaya? 4. hal 23 : tabel 3 penulisan populasi 5. hal 25 : rumus kutipan dari buku apa? 6. hal 26 : uji hipotesis

7. daftar pustaka husodo tidak tercantum di pendahuluan atau tinjauan pustaka


(5)

Pembahas Utama 8 (Sakti)

1. hal 23 : saran, dibuat rumus mencari sampel

2. hal 23 : kenapa tidak semua populasi dijadikan sampel? Pembahas Bebas (Cut Farhani)

1. kata-kata singkatan lebih konsisten 2. ha14 : editing kata ada

3. hal 15 : simbol (=) tidak ada dalam penulisan ilmiah

4. hal 21 : skema kerangka pemikiran, sikap masyarakat menjadi sikap nelayan

NAMA : SITI NURAINI

NIM : 040309019

DEPARTEMEN : SEP - PEN

JUDUL : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Percut


(6)

LEMBAR PERBAIKAN PROPOSAL

No

Tanggal

Halaman

Uraian

Paraf

1

2 3

29 januari 08

2 februari 08 19 februari 08

5 7 8 20 23 all 8 21 24 8 20 23 24

 Penjelasan tentang PPEMP antar paragraf  Tabel 2 isi diuraikan

 Alasan melakukan penelitian  Perbaikan hipotesis penelitian  Perbaikan metode analisis data  Perbaikan penulisan

 Perbaikan penulisan

 Perbaikan hipotesis penelitian  Perbaikan metode dan analisis data  Perbikan isi tabel 2

 Penjelasan mengenai penyerahan alokasi

dana

 Perbaikn kerangka pemikiran  Perbaikan penulisan pada tabel 4  Membuat penjelasan secara terperinci