pH 8 sebesar 81.33 dan terendah pada perlakuan B
1
pH 5 sebesar 78.67 . Hal ini berarti pada pH tanah 6.5 netral jamur lebih cepat menginfeksi.
Untuk melihat perbedaan mortalitas pupa S. asigna antara pH tanah pada setiap waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Histogram pengaruh pH tanah terhadap mortalitas pupa S. asigna
pada setiap waktu pengamatan.
3. Pengaruh interaksi aplikasi jamur dan pH tanah terhadap mortalitas pupa S. asigna
Data pengamatan mortalitas dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 2 – 9. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi antara
aplikasi jamur dan pH tanah pada pengamatan 1 msa tidak nyata sedangkan pengamatan 2 – 8 msa berpengaruh nyata terhadap mortalitas pupa S. asigna.
Hasil beda uji rataan interaksi antara aplikasi jamur dan pH tanah terhadap mortalitas pupa dapat dilihat pada Tabel 5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Beda uji rataan interaksi aplikasi jamur dan pH tanah terhadap mortalitas S. asigna pada pengamatan 1 - 8 msa
Perlakuan Pengamatan
1msa 2msa 3msa
4msa 5msa
6msa 7msa
8msa R0 B1
0.00 0.00
0.00 c 0.00 d
6.67 c 16.67 d
30.00 c 36.67 c
R1 B1 0.00
0.00 3.33 c
20.00 c 40.00 b
53.33 c 66.67 b
86.67 b
R2 B1 0.00
3.33 16.67 b
36.6 7 b 43.33 b
60.00 b 73.33 b
90.00 b
R3 B1 0.00
3.33 13.33 b
33.33 b 46.67 b
56.67 b 70.00 b
90.00 b
R4 B1 0.00
10.00 30.00 a
43.33 a 53.33 a
66.67 b 80.00 a
90.00 b
R0 B2 0.00
0.00 0.00 c
0.00 d 3.33 c
10.00 d 23.33 c
30.00 c
R1 B2
0.00 6.67
26.67 a 40.00 b
53.33 a 66.67 b
80.00 a 93.33 b
R2 B2 0.00
10.00 33.33 a
46.67 a 60.00 a
76.67 a 83.33 a
100.00 a
R3 B2 0.00
6.67 30.00 a
43.33 a 56.67 a
70.00 a 83.33 a
96.67 a
R4 B2 0.00
13.33 36.67 a
50.00 a 63.33 a
80.00 a 86.67 a
100.00 a
R0 B3
0.00 0.00
0.00 c 0.00 d
10.00 c 16.67 d
26.67 c 36.67 c
R1 B3 0.00
6.67 16.67 b
33.33 b 43.33 b
60.00 b 70.00 b
90.00 b
R2 B3 0.00
6.67 30.00 a
43.33 a 53.33 a
66.67 b 76.67 b
93.33 b
R3 B3 0.00
6.67 26.67 a
40.00 b 50.00 a
63.33 b 73.33 b
90.00 b
R4 B3 0.00
10.00 33.33 a
46.67 a 56.67 a
70.00 a 83.33 a
96.67 a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5.
msa : minggu setelah aplikasi Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa, pada pengamatan 8 msa mortalitas
pupa tertinggi terdapat pada perlakuan R
2
B
2
jamur C. militaris dari lapangan disemprotkan 20 gr 100 ml airm
2
pada pH 6.5 dan R
4
B
2
jamur C. militaris media jagung giling disemprotkan 20 gr100 ml airm
2
pada pH 6.5 sebesar 100 , dan terendah pada perlakuan R
1
B
1
jamur C. militaris dari lapangan ditaburkan 20 grm
2
pada pH 5 sebesar 86.76 . Hal ini disebabkan karena jamur yang digunakan pada perlakuan R
2
B
2
jamur C. militaris dari lapangan disemprotkan 20 gr 100 ml airm
2
pada pH 6.5 dan R
4
B
2
jamur C. militaris media jagung giling disemprotkan 20 gr100 ml airm
2
pada pH 6.5 sudah dibiakkan pada media jagung, dimana
jumlah konidia dan persentase daya kecambah konidia lebih tinggi sehingga lebih cepat untuk menginfeksi.
Hasil
Universitas Sumatera Utara
pengamatan ini sesuai dengan pernyataan Prayogo dkk 2005 yang menyatakan
jamur entomopatogen membutuhkan media dengan kandungan gula yang tinggi di samping protein. Media dengan kadar gula yang tinggi akan meningkatkan
virulensi jamur entomopatogen. Media dari jagung manis atau jagung lokal + gula 1 menghasilkan jumlah konidia dan persentase daya kecambah konidia yang
lebih tinggi dibandingkan media yang lain. Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa jamur mulai menginfeksi mulai
pengamatan 2 – 3 msa, infeksi ini mulai terjadi saat larva turun ke tanah untuk berkepompong. Hal ini sesuai pernyataan Wibowo dkk 1994 yang menyatakan
secara umum infeksi jamur terjadi pada hari ke-21 setelah perlakuan yang mana kepompong masih dalam tahap pra kepompong, dan kecepatan laju infeksi
terbesar pada hari ke 21 – 37. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, jamur C. militaris dapat
menyerang pra-pupa maupun pupa yang ditandai dengan munculnya miselium berwarna putih dan pupa mengalami mumifikasi Gambar 11.
Hasil pengamatan ini sesuai dengan pernyataan
Purba dkk 1986 yang menyatakan kepompong
yang terinfeksi menjadi keras mummifikasi, berwarna krem sampai coklat muda, miselium berwarna putih membalut tubuh kepompong di dalam kokon.
Gambar 11. Pra-pupa kiri dan pupa kanan terserang jamur C. militaris
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas pupa S. asigna pada interaksi perlakuan aplikasi jamur dengan pH tanah pada setiap
waktu pengamatan selalu mengalami kenaikan secara bertahap dari pengamatan 1-8 msa. Untuk melihat persentase mortalitas pupa S. asigna dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 12. Histogram pengaruh interaksi aplikasi jamur dan pH tanah terhadap
mortalitas pupa S. asigna pada setiap waktu pengamatan.
Jumlah Pupa Menjadi Imago 1. Pengaruh aplikasi jamur terhadap jumlah pupa S. asigna yang menjadi
Imago
Data pengamatan pupa menjadi imago dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan aplikasi jamur berpengaruh sangat nyata terhadap terbentuknya imago S. asigna. Hasil beda uji rataan pengaruh aplikasi jamur terhadap terbentuknya
imago dapat dilihat pada Tabel 6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Beda uji rataan pengaruh aplikasi jamur terhadap jumlah pupa S. asigna yang menjadi imago.
Perlakuan Imago Hidup
R0 6.56 a
R1 1.00 b
R2 0.56 c
R3 0.78 b
R4 0.44 c
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5.
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa perlakuan R kontrol berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, perlakuan R
1
jamur C. militaris dari lapangan ditaburkan 20 grm
2
dan R
3
jamur C. militaris media jagung giling ditaburkan 20 grm
2
tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, perlakuan R
2
jamur C. militaris dari lapangan disemprotkan 20 gr100 ml airm
2
dan R
4
jamur C. militaris media jagung giling disemprotkan 20 gr100 ml airm
2
tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa, pupa yang menjadi imago tertinggi
terdapat pada perlakuan R
1
jamur C. militaris dari lapangan ditaburkan 20 grm
2
sebesar 1.00 dan terendah pada perlakuan R
4
jamur C. militaris media jagung giling disemprotkan 20 gr100 ml airm
2
sebesar 0.44.
2. Pengaruh pH tanah terhadap jumlah pupa S. asigna yang menjadi