Hubungan Lama Hemodialisa Dengan Perubahan Indeks Massa Tubuh Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2011

HUBUNGAN LAMA HEMODIALISA DENGAN PERUBAHAN
INDEKS MASSA TUBUH PENDERITA GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUP HAJI
ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2011

Oleh:
VINCENT
080100223

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN LAMA HEMODIALISA DENGAN PERUBAHAN
INDEKS MASSA TUBUH PENDERITA GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUP HAJI
ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2011


KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
VINCENT
080100223

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
A B ST R A K
L atar B elakang: Adanya peningkatan jumlah penderita gagal ginjal kronik yang
pesat dalam beberapa tahun belakangan ini menyebabkan meningkatnya penderita

Universitas Sumatera Utara

yang menjalani hemodialisis. Pada proses hemodialisis terdapat efek samping
yang tidak diharapkan, seperti menimbulnya rasa mual dan berkurangnya nafsu
makan. Hal ini dapat mempengaruhi berat badan penderita yang juga akan
mengubah indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh sendiri terbukti memiliki
peran penting dalam menilai prognosis penderita yang menjalani hemodialisis

sehingga perlu diketahui hubungan antara lama hemodialisis dan perubahan
indeks massa tubuh dari penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
M etode Penelitian: Penelitian ini dilakukan di instalasi hemodialisis Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian ini diambil
dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari seluruh populasi, yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi terdapat 117 penderita yang kemudian
diambil data lama hemodialisis, berat badan dan tinggi badan pertama kali
hemodialisis dan sekarang. Perubahan indeks massa tubuh lalu dihitung dan
dimasukkan ke dalam program SPSS (Statistics Package for Social Science)
untuk diolah dan interpretasi dengan uji korelasi.
H asil Penelitian: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis
dan perubahan indeks massa tubuh berdasarkan hasil analisa data yang
menunjukkan angka Pearson correlation -0,06 yang menunjukkan korelasi yang
sangat lemah dan nilai signifikansi 0,951 yang menunjukkan hasil tersebut tidak
signifikan.
K esimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan
perubahan indeks massa tubuh pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Kata kunci: hemodialisis, perubahan IMT, gagal ginjal kronik (GGK)


Universitas Sumatera Utara

A B ST R A C T
B ackground: There is substantial increase in end stage chronic kidney disease
patients during these past years which cause an increase in patients who is on
hemodialysis. Hemodialysis causes unwanted side-effects, such as nausea and loss
of appetite. These effects cause changes in patient’s body weight which will then
affect the body mass index. Body mass index has been proven important in
predicting the prognosis of patients who are going through hemodialysis, so it is
also important that we are able to acknowledge the relationship between the
length of hemodialysis and the changes in body mass index in chronic kidney
disease patients going through hemodialysis.
M ethods: This study was done in hemodialysis centre in Haji Adam Malik
Medan Hospital. Samples in this study was taken using total sampling. From total
population in hemodialysis centre, 117 patients match the inclusion and exclusion
criteria. Data such as length of hemodialysis, body weight and height (1st dialysis
and current) were taken from all the samples., difference in body mass index is
then calculated. All data was then processed and interpreted using SPSS
(Statistics Package for Social Science).

R esults: There is no significant relationship found between length of
hemodialysis and changes in body mass index presented by the data analysis
results showing Pearson correlation of -0,06 (very weak) and significancy value of
0,951 (insignificant).
Conclusion: There is no significant relationship between length of hemodialysis
and changes in body mass index in end stage chronic kidney disease patients who
are going through hemodialysis in RSUP Haji Adam Malik Medan.
Keywords: hemodialysis, changes in BMI, chronic kidney disease (CKD)

Universitas Sumatera Utara

K A T A PE NG A NT A R

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar
yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, penelitian ini disusun sebagai rangkaian
tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran,
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan penelitian ini,
diantaranya:

1.

Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2.

Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Nelly Elfrida
Samosir, Sp.PK, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu
untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal
penelitian ini.

3.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Yuki Yunanda yang telah
menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


4.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada dosen penguji dr. Hemma Yulfi,
DAP&E, Med.Ed (IMR) dan Ibu Nenni Dwi A. Lubis SP., MSi yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberi saran dan kritik yang membangun dan
kesediaannya menjadi penguji

5.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada dr. Juliandi Harahap, M.Kes dan
dr. Rina Amelia, MARS yang telah bersedia meluangkan waktu intik
membantu penulis memahami metode penelitian bidang kesehatan.

6.

Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dr. Amin Selamat dan Ibunda dr.
Lylys Surjani Sp.M yang telah senantiasa mendukung dan memberikan
dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.


Universitas Sumatera Utara

7.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat penulis,
Epifanus Arie Tanoto, Stefani Susilo, Andi Susilo, Willy Winardi Purnawan,
Patria T. Tarigan dan Juan Carson Marbun yang turut memberikan motivasi
dan dukungan bagi penulis untuk merampungkan proposal ini.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,

dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan
penelitian yang berjudul “Hubungan Lama Hemodialisa dengan Status Indeks
Massa Tubuh Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan” ini. Harapan penulis semoga
penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan
sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu
kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan proposal penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 22 Desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan....…………………………………….………..…… .......

i

Universitas Sumatera Utara

Kata Pengantar …………..................................................................................

ii

Daftar Isi ……………………………………………………………................ iv
Daftar Tabel.......................................................................................................


vii

Daftar Gambar................................................................................................ ... viii
Daftar Lampiran................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1

7.1.1.1. Latar Belakang .........................................................................

1

7.2.1.2. Rumusan Masalah ....................................................................

3

7.3.1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................


3

1.3.1. Tujuan Umum..................................................................

3

1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................

3

7.4.1.4. Manfaat Penelitian....................................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………......... 5
2.1. Anatomi Ginjal .........................................................................

5

2.2. Penyakit Ginjal Kronik .............................................................


7

2.1.1. Gambaran Umum ............................................................

7

2.1.2. Etiologi ............................................................................

7

2.1.3. Klasifikasi .......................................................................

8

2.1.4. Gambaran Klinis ..............................................................

8

2.1.5. Penatalaksanaan ...............................................................

9

2.3. Hemodialisis .............................................................................

10

2.4. Indeks Massa Tubuh .................................................................

12

Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL……………………………………………...…….. 14
3.1. Kerangka Konsep Penelitian……...……………………………… 14
3.2. Variabel dan Definisi Operasional…..…………………………… 14
3.3. Hipotesis…………………………………………………………. 15

BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………… 16
4.1. Jenis Penelitian .........................................................................

16

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................

16

4.3. Populasi dan Sampel .................................................................

16

4.3.1. Populasi Target ................................................................

16

4.3.2. Kriteria Inklusi.................................................................

16

4.3.3. Kriteria Eksklusi ..............................................................

16

4.3.4. Subjek yang Diteliti .........................................................

16

4.3.5. Besar Sampel ...................................................................

17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

17

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................

17

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 18
5.1. Hasil Penelitian.........................................................................

18

5.1.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian ...................................

18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ........................................

18

Universitas Sumatera Utara

5.2. Hasil Analisis Statistik ..............................................................

21

5.2.1. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT ..................

21

5.2.2. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT Berdasarkan
Penyakit Pendasar ............................................................

21

5.2.2.1. Penyakit Pendasar: Hipertensi ................................

21

5.2.2.2. Penyakit Pendasar: DM ..........................................

22

5.2.2.3. Penyakit Pendasar: Hipertensi & DM .....................

22

5.2.2.4. Penyakit Pendasar: Nephrolithiasis .........................

23

5.2.2.5. Penyakit Pendasar: Penyakit Lain ...........................

23

5.3. Pembahasan ..............................................................................

23

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….… 26
6.1. Kesimpulan……...…………........................…………………… 26
6.2. Saran...........................................…..…………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA ……............................................................................... 27

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1.

Klasifikasi dan Perencanaan Tindakan Penyakit Ginjal.................... 8

Tabel 5.1.

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.......... 19

Tabel 5.2.

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia..........................

19
Tabel 5.3.

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Lama HD................. 20

Tabel 5.4.

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan IMT..........................

20
Tabel 5.5.

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Penyakit Pendasar....

21
Tabel 5.6.

Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT.................................

22
Tabel 5.7.

Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi)............ 22

Tabel 5.8.

Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (DM).......................

23
Tabel 5.9.

Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi & DM).

23
Tabel 5.10.

Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Nephrolithiasis).....

24
Tabel 5.11.

Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Penyakit Lain).......

24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Ginjal, parenkim dan pelvis ginjal terpapar………………...

18

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

LAMPIRAN 3

Formulir Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian

LAMPIRAN 4

Data Sampel

LAMPIRAN 5

Tabel Analisa Statistik

LAMPIRAN 6

Surat Persetujuan Komisi Etik

LAMPIRAN 7

Surat Ijin Studi Pendahuluan

LAMPIRAN 8

Surat Ijin Penelitian

Universitas Sumatera Utara

yang menjalani hemodialisis. Pada proses hemodialisis terdapat efek samping
yang tidak diharapkan, seperti menimbulnya rasa mual dan berkurangnya nafsu
makan. Hal ini dapat mempengaruhi berat badan penderita yang juga akan
mengubah indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh sendiri terbukti memiliki
peran penting dalam menilai prognosis penderita yang menjalani hemodialisis
sehingga perlu diketahui hubungan antara lama hemodialisis dan perubahan
indeks massa tubuh dari penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
M etode Penelitian: Penelitian ini dilakukan di instalasi hemodialisis Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian ini diambil
dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari seluruh populasi, yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi terdapat 117 penderita yang kemudian
diambil data lama hemodialisis, berat badan dan tinggi badan pertama kali
hemodialisis dan sekarang. Perubahan indeks massa tubuh lalu dihitung dan
dimasukkan ke dalam program SPSS (Statistics Package for Social Science)
untuk diolah dan interpretasi dengan uji korelasi.
H asil Penelitian: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis
dan perubahan indeks massa tubuh berdasarkan hasil analisa data yang
menunjukkan angka Pearson correlation -0,06 yang menunjukkan korelasi yang
sangat lemah dan nilai signifikansi 0,951 yang menunjukkan hasil tersebut tidak
signifikan.
K esimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama hemodialisis dan
perubahan indeks massa tubuh pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Kata kunci: hemodialisis, perubahan IMT, gagal ginjal kronik (GGK)

Universitas Sumatera Utara

A B ST R A C T
B ackground: There is substantial increase in end stage chronic kidney disease
patients during these past years which cause an increase in patients who is on
hemodialysis. Hemodialysis causes unwanted side-effects, such as nausea and loss
of appetite. These effects cause changes in patient’s body weight which will then
affect the body mass index. Body mass index has been proven important in
predicting the prognosis of patients who are going through hemodialysis, so it is
also important that we are able to acknowledge the relationship between the
length of hemodialysis and the changes in body mass index in chronic kidney
disease patients going through hemodialysis.
M ethods: This study was done in hemodialysis centre in Haji Adam Malik
Medan Hospital. Samples in this study was taken using total sampling. From total
population in hemodialysis centre, 117 patients match the inclusion and exclusion
criteria. Data such as length of hemodialysis, body weight and height (1st dialysis
and current) were taken from all the samples., difference in body mass index is
then calculated. All data was then processed and interpreted using SPSS
(Statistics Package for Social Science).
R esults: There is no significant relationship found between length of
hemodialysis and changes in body mass index presented by the data analysis
results showing Pearson correlation of -0,06 (very weak) and significancy value of
0,951 (insignificant).
Conclusion: There is no significant relationship between length of hemodialysis
and changes in body mass index in end stage chronic kidney disease patients who
are going through hemodialysis in RSUP Haji Adam Malik Medan.
Keywords: hemodialysis, changes in BMI, chronic kidney disease (CKD)

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PE NDA H UL UA N
1.1.

L atar B elakang
Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu penyakit kronis yang

memiliki prevalensi tertinggi di dunia. Di Amerika Serikat, penyakit ginjal kronik
merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-9 dan memiliki perkembangan
yang sangat pesat (Arora, 2010). Pada tahun 1990-2001 United States Renal Data
System (USRDS) menyatakan adanya peningkatan penderita gagal ginjal kronik
sebesar 104% (ibid.). Mengingat pentingnya peran ginjal dalam proses
homeostasis tubuh maka penyakit ini perlu mendapat perhatian khusus. Ginjal
berfungsi vital dalam proses ekskresi zat-zat sisa tubuh serta mengatur volume
dan konsentrasi cairan tubuh. Pada penyakit ini, penderita mengalami kerusakan
ginjal yang signifikan; hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah lainnya
seperti asidosis metabolik dan hipertensi.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, maka dilaksanakanlah renal
replacement therapy untuk mengkompensasi fungsi ginjal yang berkurang. Salah
satu renal replacement therapy yang paling sering dilaksanakan oleh penderita
GGK adalah hemodialisis (HD). Pada akhir tahun 2004, sekitar 1.783.000 jiwa di
seluruh dunia menjalani pengobatan E nd Stage Renal Disease (ESRD), 77% di
antaranya menjalani dialisis dan 23% lainnya menjalani transplantasi ginjal
(Grassmann, 2005). Prevalensi penderita ESRD pada seluruh Asia kecuali Jepang
adalah 237.000 jiwa dengan 196.000 di antaranya menjalani dialisis (ibid.).
Dengan 14% dari total pasien dialisis, dapat dikatakan bahwa prevalensi penderita
ESRD yang menjalani terapi tersebut telah mencapai suatu jumlah yang
signifikan.
Proses HD harus dilakukan secara rutin dan berkala oleh pasien dengan
frekuensi yang bervariasi tergantung dengan tingkat keparahan penyakit pasien
dan juga gaya hidupnya. Pelaksanaan HD memiliki banyak efek samping dan
komplikasi. Komplikasi utama HD adalah ketidaknyamanan pasien karena proses
HD memakan waktu yang lama (3-5 jam) dan harus dilakukan secara rutin.

Universitas Sumatera Utara

Masalah lainnya dengan terapi ini adalah masalah finansial, mengingat biaya HD
yang cukup mahal. Namun diluar masalah psikologis dan ekonomis tersebut
ternyata masih terdapat banyak komplikasi medis yang cukup merugikan bagi
penderita.
Beberapa faktor telah terbukti berperan dalam menentukan prognosis
penderita gagal ginjal kronik. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemampuan selsel untuk

mengambil glukosa

menurun

yang

akhirnya

mengakibatkan

berkurangnya nutrisi yang diperoleh sel-sel tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
perubahan pada indeks massa tubuh (IMT) pada penderita dan tampak lebih
signifikan bila penderita menjalani HD. (Liu & Chertow, 2008)
IMT terbukti penting diperhatikan pada penderita penyakit ginjal kronik.
Penderita dengan IMT yang rendah ternyata memiliki resiko mortalitas yang lebih
besar dibanding dengan penderita dengan IMT yang tinggi. Salahudeen pada
tahun 2003 menyatakan bahwa dari 1300 pasien yang diteliti dengan metode
kohort, ditemukan bahwa mereka dengan IMT > 27,5 ternyata memiliki 12 month
survival yang lebih baik daripada mereka dengan IMT normal (20 - 27,5) atau
kurang (< 20).
Berdasarkan hasil penelitian yang didapati di atas maka status IMT pada
penderita yang menjalani HD penting untuk diketahui. Pada RSCM (Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo) didapati hasil 55,55% mengalami peningkatan IMT,
sedangkan 44,44% lainnya mengalami penurunan IMT (Junaidi, 2009).
Mengingat keterbatasan waktu, dana, dan sumberdaya, maka penelitian
difokuskan pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM)
sebagai rumah sakit rujukan utama di provinsi Sumatera Utara. Melalui penelitian
ini diharapkan status IMT pada penderita-penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani HD pada RSUP HAM dapat diketahui dan dikaitkan dengan lamanya
penderita tersebut telah menjalani HD.

Universitas Sumatera Utara

1.2.

R umusan M asalah
Apakah ada hubungan antara perubahan indeks massa tubuh penderita

gagal ginjal kronik dan lama menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada
bulan Juli 2011?

1.3.

T ujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara perubahan indeks massa tubuh
penderita gagal ginjal kronik dengan lama menjalani hemodialisis di RSUP HAM
Medan pada bulan Juli 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
8. Untuk mengetahui lamanya menjalani hemodialisis penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada bulan
Juli 2011.
9. Untuk mengetahui status IMT penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011.
10.

Untuk mengetahui status IMT penderita gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis berdasarkan penyakit yang mendasarinya di
RSUP HAM Medan pada bulan Juli 2011.

1.4.

M anfaat Penelitian

1.4.1. Bidang Akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan di bidang medis
yang diteliti dan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya di
bidang yang sama.
1.4.2. Bidang Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan terapi hemodialisis
agar angka mortalitas penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis
lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

1.4.3. Bidang Penelitian
Hasil penelitian bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan di bidang penelitian dan pengetahuan dalam bidang yang
diteliti.

Universitas Sumatera Utara

BAB 2
T I NJ A UA N PUST A K A
2.1. A natomi G injal
Ginjal terselubungi oleh suatu lapis jaringan fibrosa yang disebut hilum
yang tampak halus akan tetapi kuat. Lapisan ini menyelubungi ginjal dengan
sangat ketat, tetapi dapat terbuka dengan mudah. Di bawah lapisan tersebut maka
dapat terlihat ginjal dengan permukaannya yang halus dan berwarna merah tua. Di
Tengah-tengah ginjal terdapat rongga yang disebut sinus; rongga tersebut juga
terlapisi oleh hilum (Gray, 1995).
Segala benda seperti pembuluh darah dan duktus ekskretorik akan
memasuki ginjal melalui fisura tersebut. Duktus ekskretorik ginjal, ureter setelah
masuk ke dalam ginjal akan melebar seperti sebuah kerucut, struktur ini
dinamakan pelvis. Pelvis akan bercabang menjadi dua atau tiga percabangan yang
akan memisah lagi yang disebut dengan calices atau infundibula; semua struktur
tersebut berada di dalam rongga ginjal (Gray, 1995).
Bagian korteks dari ginjal berwarna merah muda, lunak, granular, dan
mudah terlaserasi. Bagian yang memisah sisi-sisi dari dua piramid dimana arteri
dan nervus masuk, dan dimana vena dan kelenjar limfe keluar dari ginjal disebut
cortical coloumn atau columna Bertini; sementara porsi yang menghubungkan
antara satu cortical coloumn dengan yang lainnya disebut cortical arch dengan
kedalaman yang bervariasi dari 0,8-1,3 cm (Gray, 1995).
Bagian medulla dari ginjal, seperti yang telah ditulis sebelumnya,
berwarna merah, striated, dan memiliki massa berbentuk kerucut, pyramids of
Malpighi; jumlahnya bervariasi dari 8-18 bergantung pada pembentukan lobus
organ pada masa embrional (Gray, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Ginjal, parenkim dan pelvis ginjal terpapar (Netter, 2003 hal. 334)

Tubuli uriniferi yang membentuk sebagian besar dari ginjal mulai dari
korteks ginjal, lalu membentuk suatu sirkuit melalui korteks dan medulla, dan
akhirnya berakhir di apeks Malpighian pyramids dimana cairan yang berada di
dalam tubulus tersebut mengalir ke kaliks yang berada di dalam sinus ginjal. Bila
permukaan dari salah satu papila diamati, maka dapat terlihat bahwa permukaan
papila tersebut bertaburkan dengan depresi-depresi yang berjumlah 16-20, dan
bila sediaan ginjal yang segar diberi tekanan maka dapat terlihat cairan yang
terpancarkan dari depresi-depresi tersebut. Depresi-depresi tersebut bermula di
korteks sebagai Malphigian bodies, Badan-badan tersebut hanya terdapat pada
bagian korteks ginjal. Setiap badan tersebut terbagi atas dua bagian: suatu
gumpalan pembuluh darah, Malphigian tuft; dan suatu membran pembungkus,
Malphigian capsule, atau capsule of Bowman (Gray, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Tubuli

uriniferi

yang

bermula

pada

Malphigian bodies

dalam

perjalanannya melewati korteks dan medulla dari ginjal. Setelah melewati
Malphigian capsule akan ada suatu penyempitan yang disebut neck atau leher dari
tubulus tersebut. Setelah itu maka tubulus akan berbelit pada bagian korteks
membentuk proximal convoluted tubule. Dalam perjalanannya ke daerah medulla
tubulus membentuk suatu spiral yang disebut spiral tube of Schachowa. Pada
daerah medulla, tubulus tiba-tiba mengecil dan melandai ke dalam piramid
dengan kedalaman yang bervariasi membentuk descending limb of Henle’ s loop;
lalu tubulus akan melengkung naik (loop of Henle), membesar membentuk
ascending limb of Henle’ s loop dan kembali memasuki ke korteks. Ascending
limb of Henle lalu membentuk distal convoluted tubule yang menyerupai
proximal convoluted tubule; ini akan berakhir dengan suatu lengkungan yang
memasuki collecting tube (Gray, 1995).

2.2. Penyakit G injal K ronik
2.2.1. Gambaran Umum
Hilangnya fungsi ginjal secara progresif. Pada awalnya ginjal akan
mengkompensasi kerusakan yang telah terjadi dengan cara hiperfiltrasi dengan
nefron-nefron yang tersisa. Seiring dengan waktu, hal ini sendiri dapat
menyebabkan kehilangan fungsi ginjal.
Hilangnya fungsi ginjal secara kronis menyebabkan atropi dan membentuk
jaringan parut secara progresif pada seluruh ginjal. Akan tetapi, gejala-gejala
gagal ginjal hanya akan timbul setelah rusaknya 70% dari total fungsi kedua belah
ginjal (Swierzewski, 2011).

2.2.2. Etiologi
Beberapa kelainan telah dihubungkan dengan penyakit ginjal kronis.
Penyakit ginjal primer (contoh: glomerulonephritis, pyelonephritis, congenital
hypoplasia) atau penyakit sekunder (Contoh: penyakit sistemik seperti diabetes
melitus atau lupus erythematosus) dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis.
Selain daripada itu, sekarang dianggap hiperfiltrasi pada nefron yang normal

Universitas Sumatera Utara

memberi beban lebih dan kerusakan pada jaringan ginjal yang tersisa. Selain
daripada itu, perubahan fisiologi sekunder dari dehidrasi, infeksi, uropati
obstruktif, atau hipertensi dapat menyebabkan penderita borderline menjadi
uremia kronik tidak terkompensasi (Amend & Vincenti, 2008).

2.2.3. Klasifikasi
Pada tahun 2003, Perazella dan Reilly menetapkan suatu klasifikasi dari
penyakit ginjal kronis berdasarkan laju filtrasi glomerulus. Dengan adanya suatu
sistem klasifikasi ini, maka diharapkan faktor-faktor yang mempercepat progresi
dari penyakit ginjal kronis, pengobatan yang akan diberikan, efek yang tidak
diinginkan dapat diketahui dan ditetapkan dengan lebih mudah. Selain itu, suatu
klasifikasi juga dapat digunakan untuk pedoman klinis, dan program peningkatan
kualitas (Perazella & Reilly, 2003).
Tabel 2.1. Klasifikasi dan Perencanaan Tindakan Penyakit Ginjal

Sumber: Perazella dan Reilly, 2003.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Gambaran Klinis
Pada penyakit ginjal kronis (PGK) yang ringan, terkadang tidak dapat
ditemukan gejala apapun. Gejala seperti pruritus, malaise, kejenuhan, mudah lupa,
berkurangnya libido, mual, dan mudah lelah merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada penderita PGK. Gagal tumbuh merupakan keluhan utama pada
penderita pra-remaja. Gejala kelainan multi-sistem seperti systemic lupus
erythematosus juga secara kebetulan dapat terlihat. Kebayakan penderita PGK
memiliki tekanan darah yang tinggi yang disebabkan oleh overload cairan atau
hiperreninemia. Akan tetapi beberapa penderita memiliki tekanan darah yang
normal atau rendah; hal ini dapat terjadi bila penderita memiliki kecenderungan
hilagnya garam pada ginjal seperti pada medullary cystic disease. Denyut nadi dan
laju nafas cepat akibat dari anemia dan asidosis metabolik. Pada penderita PGK
stadium V dapat terlihat adanya uremic fetor, pericarditis, asterixis, perubahan
pemikiran, dan neuropati perifer. Apabila ginjal dapat diraba, maka diduga
polycystic disease. Pemeriksaan dengan oftalmoskop dapat menunjukkan adanya
retinopati hipertensif atau diabetik retinopati. Perubahan pada kornea biasanya
dihubungkan dengan penyakit metabolik seperti F abry disease, cystinosis, dan
Alport hereditary nephritis (Amend & Vincenti, 2008).

2.2.5. Penatalaksanaan
Berdasarkan penelitian terbaru beberapa obat dapat memperlambat
kemajuan PGK. Pendekatan ini meliput penggunaan angiotensin-converting
enzyme inhibitors (ACE-inhibitor), angiotensin receptor blocker (ARB), lipidlowering agents, dan aldosterone antagonist. Pasien harus diobservasi dengan
cermat untuk mencegah terjadinya hiperkalemia (Amend & Vincenti, 2008).
Secara umum, manajemen dari PGK harusnya secara konservatif hingga
penderita sudah tidak dapat menjalankan gaya hidup normalnya. Pembatasan diet
protein (0,5 g/kg/hari), kalium, dan fosfor dianjurkan. Sama halnya dengan
keseimbangan natrium dalam diet, sehingga penderita tidak mengalami kelebihan
atau kekurangan natrium; hal ini sebaiknya dilakukan dengan pemantauan berat
badan penderita secara akurat dan sering. Penggunaan bikarbonat secara oral

Universitas Sumatera Utara

dapat membantu pada kasus asidemia sedang. Sedangkan anemia dapat ditangani
dengan pemberian erythropoietin rekombinan secara subkutan (Amend &
Vincenti, 2008).
Bila kegagalan ginjal sudah terjadi maka dapat dilakukan beberapa hal,
seperti dialisis peritoneal kronik, hemodialisis kronik, dan pencangkokkan ginjal.
Pilihan utama dalam renal replacement therapy ini adalah hemodialisis kronik
yang menggunakan membran dialisis semi-permeable. Dialisis peritoneal hanya
akan dilakukan bila pasien memilihnya atau bila tidak ditemukannya akses
vaskular untuk menjalankan hemodialisis. Pencangkokkan ginjal merupakan
pilihan yang relatif karena banyak efek samping yang dapat terjadi.
Pencangkokkan dapat memberi resiko onkogenik dan efek-efek samping dari
obat-obatan yang diberi untuk mengatasi reaksi penolakan tersebut; seperti efek
immunosuppressant yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi dan adanya
supresi sumsum tulang (Amend & Vincenti, 2008).

2.3. H emodialisis
Pelaksanaan HD dilaksanakan bila penderita telah mencapai PGK stadium 5
atau gagal ginjal. Bila laju filtrasi glomerulus (LFG) penderita berkurang hingga
30 atau telah mencapai stadium 4 PGK, maka sebagai seorang dokter harus
menjelaskan pilihan-pilihan terapi untuk PGK (National Kidney Foundation,
2007).
HD akan dapat membantu penderita dengan mempermudah kerja ginjal.
Mengekskresi zat-zat sisa, garam, dan cairan yang berlebih agar tidak
terakumulasi dalam sirkulasi tubuh; menjaga beberapa zat kimia dalam kadar
yang aman bagi tubuh. Selain itu, proses HD juga akan meregulasi tekanan darah
pasien (National Kidney Foundation, 2007).
Mesin dialisis memiliki suatu filter yang disebut dialyser, atau ginjal
artifisial. Untuk dapat menyaring darah melalui dialyser maka harus dibuat suatu
akses pada pembuluh darah; hal ini dapat dilakukan dengan bedah minor,
biasanya pada lengan penderita (National Kidney Foundation, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Akses dapat dilakukan dengan tiga cara: fistula, graft, atau kateter. Fistula
merupakan pilihan pertama karena tidak komplikasinya sedikit dan dapat bertahan
lebih lama. Pembuatan akses fistula harus dilakukan sedikitnya enam bulan
sebelum HD dimulai agar lokasi akses dapat sembuh dengan sempurna. Fistula
dibuat dengan cara menghubungkan arteri dengan vena yang ada di bawah kulit.
Bila fistula tidak dapat dilakukan, maka akan dilakukan proses graft; akses ini
mirip dengan fistula, tetapi arteri dan vena dihubungkan oleh tabung sintetis yang
lembut yang akan diletakkan di bawah kulit (National Kidney Foundation, 2007).
Setelah fistula atau graft sembuh, maka HD dapat dilaksanakan. Dalam
proses HD akan digunakan dua jarum; satu dimasukkan ke sisi arteri dan yang
lainnya di sisi vena pada tempat akses. Kedua jarum tersebut akan disambung ke
tabung plastik dimana satu jarum akan mengalirkan darah ke dialyser dan yang
satunya lagi mengalirkan darah kembali ke tubuh (National Kidney Foundation,
2007).
Cara akses yang terakhir disebut kateter. Kateter ini diinsersi pada vena
leher atau dada. Akses ini biasanya digunakan hanya untuk sementara; dapat juga
digunakan secara permanen tetapi hanya bila fistula dan graft tidak dapat
dilakukan. Kateter dapat langsung disambungkan ke alat dialisis tanpa
penggunaan jarum-jarum (National Kidney Foundation, 2007).
Dialyser terbagi atas dua bagian, darah dan cairan pembersih yang disebut
dialysate dengan suatu membran semi permeabel yang memisahkannya. Sel-sel,
protein dan zat-zat penting lainnya tetap berada dalam darah sedangkan zat-zat
sisa dan semua produk toksik lainnya seperti urea, kreatinin dan cairan yang
berlebih dibuang. Dialysate dapat dibuat sesuai dengan kondisi penderita
(National Kidney Foundation, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 - Diagram hemodialisis (National Kidney Foundation, 2007)

2.4. I ndeks M assa T ubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan suatu satuan penilaian status nutrisi
seseorang. IMT dapat dihitung dari pengukuran berat badan (BB) dalam satuan
kilogram dan tinggi badan (TB) dalam satuan meter dengan rumus BB/TB².
Berdasarkan IMT maka status seseorang dibagi atas empat kelompok yaitu,
underweight (30)
(NHLBI, 2011). PGK dapat menyebabkan penurunan pada status IMT seseorang.
Hal ini dapat terjadi akibat adanya penurunan kemampuan sel-sel tubuh dalam
mengambil glukosa (Liu & Chertow, 2008).
Proses HD sendiri dapat berpengaruh dalam perubahan IMT penderita PGK
karena HD dapat menyebabkan rasa mual, disorientasi dan kegelisahan. Hal
tersebut juga dapat mengurangi nafsu makan (anoreksia), yang akan berakhir
dengan malnutrisi pada penderita yang menjalani HD. Efek-efek samping dari HD
dapat terjadi akibat hipotensi, reaksi alergi, infeksi, dialysis disequilibrium,

Universitas Sumatera Utara

anemia dan dialisis asetat yang dapat terjadi pascaHD. Bila seorang penderita
ternyata mengalami penurunan berat badan melebihi berat kering (berat yang
diprediksi pascaHD), penderita tersebut juga dapat mengalami rasa mual dan lelah
(AAKP, 2011 & Shankar, 2008).
Perbaikan status IMT pada penderita yang menjalani HD terbukti sangat
penting. Dalam suatu penelitian telah disebutkan bahwa penderita PGK yang
menjalani HD dengan status IMT overweight dan obese terbukti memiliki resiko
mortalitas yang lebih rendah. Salahudeen pada tahun 2003 melakukan penelitian
kohort pada 1300 penderita yang menjalani HD dan mendapatkan hasil bahwa
penderita yang overweight dan obese mempunyai 12-month survival yang lebih
baik dibandingkan dengan penderita underweight dan normoweight. Data yang
didapati dalam penelitian itu juga menyatakan bahwa setiap kenaikan unit IMT
mengurangi resiko relatif mortalitas penderita sebanyak 10% (Salahudeen, 2003).

Universitas Sumatera Utara

BAB I I I
K E R A NG K A K ONSE P DA N DE F I NI SI OPE R A SI ONA L
3.1. K erangka K onsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep penelitian
ini adalah sebagai berikut:
V ariabel
I ndependen

Lama Hemodialisa

C onfounding F actor
V ariabel
Dependen

Penyakit Yang Mendasari

Indeks Massa Tubuh

3.2. V ariabel dan Definisi Operasional
Lama hemodialisis
10.1.

Definisi : Jangka waktu sejak penderita didiagnosis dengan

GGK dan menjalani hemodialisis.
10.2.

Cara ukur : Dilihat dari catatan pada rekam medis.

10.3.

Alat ukur : Rekam medis.

11.

Skala pengukuran : Numerik.

Penyakit yang mendasari
a. Definisi : Penyakit yang diduga menyebabkan GGK.
b. Cara ukur : Dilihat dari catatan pada rekam medis.
c. Alat ukur : Rekam medis.
d. Skala pengukuran : Nominal.

Universitas Sumatera Utara

Indeks massa tubuh
a. Definisi : Suatu satuan penilaian status nutrisi seseorang yang dihitung
dari tinggi badan dan berat badan.
b. Cara ukur :
• Ukur tinggi badan (TB) menggunakan staturmeter
• Ukur berat badan (BB) dengan menggunakan timbangan
• Hitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB² dimana satuan
BB adalah kilogram dan satuan TB dalam meter
•Indeks massa tubuh dihitung pada ssat pertama kali hemodialisis
dan pada bulan Juli 2011.
c. Alat ukur : Rekam medis, timbangan, staturmeter.
d. Skala pengukuran : ordinal.

3.3. H ipotesis
Indeks massa tubuh menurun sejalan dengan lamanya menjalani
hemodialisis.

Universitas Sumatera Utara

BAB I V
M E T ODE PE NE L I T I A N
4.1. J enis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross-sectional, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara lama hemodialisis dengan perubahan indeks massa tubuh penderita
dengan cara pengumpulan dan pengukuran data.

4.2. W aktu dan T empat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2011. Penelitian ini akan
dilakukan pada RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi T arget
Populasi penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis pada RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.
4.3.2. K riteria I nklusi
Penderita penyakit ginjal kronik yang terdiagnosa gagal ginjal yang
sedang menjalani hemodialisis di RSUP HAM, Medan, Sumatera Utara.
4.3.3. K riteria E ksklusi
Penderita hemodialisis karena gagal ginjal akut.
4.3.4. Subjek yang Diteliti
Semua populasi terjangkau yang masuk kriteria inklusi.
4.3.5. B esar Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan metode total
sampling, dimana seluruh penderita gagal ginjal kronik yang sedang
menjalani hemodialisis di RSUP HAM pada bulan Juli 2011.

4.4. T eknik Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data primer
berupa pengukuran langsung dan data sekunder berupa data yang diambil
dari rekam medis. Data primer dan sekunder ini diambil dari RSUP HAM,
Medan, Sumatera Utara.

4.5. Pengolahan dan A nalisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dimasukkan ke dalam
komputer. Data yang diperoleh berupa lama menjalani hemodialisis,
penyakit yang mendasari terjadinya insidensi, dan indeks massa tubuh
penderita; dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package
for Social Science) for windows 17.0. Data tersebut dianalisis menggunakan
uji korelasi.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
H A SI L PE NE L I T I A N DA N PE M B A H A SA N
5.1. H asil Penelitian
5.1.1. G ambaran Umum L okasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP

Haji

Adam

Malik

Medan

yang

berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan
Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai
dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik
Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga
kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga
merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi
Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien
dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji
Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki Instalasi Hemodialisis yang
berada pada gedung C. Instalasi Hemodialisis tersebut merupakan lokasi
pengambilan data pada penelitian ini. Instalasi hemodialisis sendiri buka dari hari
Senin sampai Sabtu mulai pukul 08.00 WIB sampai sore pukul 17.00 WIB.
Dimana pasien menjalani hemodialisis dua kali seminggu yang dibagi dalam 3
kelompok jadwal yaitu: kelompok Senin dan Kamis, kelompok Selasa dan Jumat,
kelompok Rabu dan Sabtu.

5.1.2. Deskripsi K arakteristik Sampel
Sampel yang diperoleh dalam periode Agustus 2011 sebanyak 117 sampel.
Data yang diperoleh diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya.
Data diperoleh dari data primer dan sekunder, yaitu pengukuran langsung dan
rekam medis pasien yang berada pada instalasi hemodialisa RSUP Haji Adam
Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

T abel 5.1. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan J enis K elamin
Jenis Kelamin

Jumlah

Persentasi (%)

Pria

72

61,5%

Wanita

45

38,5%

Total

117

100%

Pada Tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa jumlah sampel pria adalah 72
(61,5%), sedangkan sampel wanita berjumlah 45 (38,5%).

T abel 5.2. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan Usia
Usia

Jumlah

persentasi

< 30

7

6,0%

31-40

30

25,6%

41-50

43

36,8%

51-60

28

23,9%

> 60

9

7,7%

Total

117

100%

Dari Tabel 5.2. di atas dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak
penderita GGK yang menjalani HD di RSUP HAM Medan adalah antara 41-50
tahun (36,8%).

T abel 5.3. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan L ama H D
Lama HD

Jumlah

Persentasi

< 1 Tahun

67

57,3%

1-5 Tahun

46

39,3%

> 5 Tahun

4

3,4%

Total

117

100%

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3. di atas menunjukkan seluruh sampel penelitian berdasarkan
lamanya penderita GGK menjalani HD di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dapat
dilihat bahwa kelompok dengan populasi terbesar adalah yang menjalani HD di
bawah 1 tahun (57,3%), diiringi dengan yang menjalani HD selama 1-5 tahun
(39,3%) dan di atas 5 tahun (3,4%).

T abel 5.4. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan I M T
Golongan IMT

Jumlah

Persentasi

Underweight

22

18,8%

Normoweight

68

58,1%

Overweight

22

18,8%

Obese

5

4,3%

Total

117

100%

Dari seluruh sampel, 58,1% penderita yang menjalani HD di RSUP HAM
Medan memiliki IMT normal. Untuk kelompok underweight dan overweight
masing-masing memiliki persentasi 18,8% dari total sampel, sedangkan kelompok
obese hanya 5 penderita atau 4,3%.

T abel 5.5. K arakteristik Sampel Penelitian B erdasar kan Penyakit Pendasar
Penyakit Pendasar

Jumlah

Persentasi

Hipertensi

48

41,0%

DM

6

5,1%

Hipertensi & DM

13

11,1%

Nefrolitiasis

18

15,4%

Penyakit Lain

32

27,4%

Total

117

100%

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 5.5. di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit
pendasar yang paling banyak ditemui pada penderita GGK yang menjalani HD di
RSUP HAM Medan adalah hipertensi (41,0%). Penyakit nefrolitiasis merupakan
penyakit kedua terbanyak yang menyebabkan GGK dengan persentasi 15,4%,
diiringi oleh penyakit hipertensi & DM (5,1%) dan DM (5,1%); dimana sampel
selebihnya oleh penyakit lain.

5.2. H asil A nalisis Statistik
T abel 5.6. H ubungan L ama H D Dengan Perubahan I M T
Perubahan IMT
Lama HD
(Bulan)

Pearson correlation

-0,06

Sig. (2-tailed)

0,951

Tabel 5.6. menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara lama HD
dengan perubahan IMT pada penderita GGK yang menjalani HD di RSUP HAM
Medan. Hal ini digambarkan oleh nilai korelasi -0,06 (sangat lemah : 0,000-0,199)
dan nilai signifikansi 0,951 (signifikan bila < 0,05).

Tabel 5.7. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi)
Perubahan IMT
Lama HD
(Bulan)

Pearson correlation

0,129

Sig. (2-tailed)

0,384

Dari Tabel 5.7. tersebut, nilai Pearson correlation adalah 0,129 dan nilai
signifikansi adalah 0,384. Nilai tersebut menyatakan korelasi yang sangat lemah
(0,000-0,199) dan tidak signifikan antara lama HD dan perubahan IMT pada

Universitas Sumatera Utara

penderita GGK yang berpenyakit pendasar hipertensi yang menjalani HD di
RSUP HAM Medan.

Tabel 5.8. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (DM)
Perubahan IMT
Lama HD
(Bulan)

Pearson correlation

0,629

Sig. (2-tailed)

0,181

Pada penderita GGK dengan penyakit pendasar DM, dapat terlihat adanya
peningkatan IMT dengan korelasi yang kuat dengan nilai Pearson correlation
0,629 (kuat : 0,600-0,799); tetapi perubahan tersebut tidak signifikan karena nilai
signifikansinya 0,181 (signifikan bila < 0,05).

Tabel 5.9. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Hipertensi & DM)
Perubahan IMT
Lama HD
(Bulan)

Pearson correlation

-0,302

Sig. (2-tailed)

0,316

Tabel 5.9. menunjukkan nilai korelasi -0,302 dan nilai signifikansi 0,316.
Nilai tersebut menunjukkan korelasi yang lemah (0,200-0,399) dan tidak
signifikan antara lama HD dan perubahan IMT pada penderita GGK yang
berpenyakit pendasar hipertensi & DM yang menjalani HD di RSUP HAM
Medan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.10. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Nefrolitiasis)
Perubahan IMT
Lama HD
(Bulan)

Pearson correlation

-0,355

Sig. (2-tailed)

0,148

Pada tabel 5.10. nilai korelasi adalah -0,355 dan nilai signifikansi 0,148
yang menunjukkan korelasi yang lemah (0,200-0,399) dan tidak signifikan antara
lama HD dan perubahan IMT pada penderita GGK dengan penyakit pendasar
nefrolitiasis.

Tabel 5.11. Hubungan Lama HD Dengan Perubahan IMT (Penyakit Lain)
Perubahan IMT
Lama HD
(Bulan)

Pearson correlation

-0,355

Sig. (2-tailed)

0,148

Berdasarkan tabel 5.11. dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara lama HD dan perubahan IMT pada penderita GGK dengan
penyakit pendasar lainnya. -0,355 menunjukkan korelasi yang lemah (0,2000,399) dan nilai signifikansi 0,148 menyatakan hubungan yang tidak signifikan
(signifikan bila < 0,05).

5.3. Pembahasan
Sampel penelitian ini terbagi atas 61,5% pria dan 38,5% wanita, persentasi
dari jenis kelamin ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RS Cipto
Mangunkusumo dimana persentasi pria (57,4%) lebih besar daripada persentasi
wanita (42,6%) (Junaidi, 2009), Kedua persentasi tersebut berbeda dengan yang
terdapat pada National Chronic Kidney Disease Factsheet 2010 oleh CDC dimana
wanita lebih banyak daripada pria. Beberapa faktor resiko terjadinya GGK adalah

Universitas Sumatera Utara

penyakit kardiovaskular, obesitas, kadar kolesterol yang tinggi, dan riwayat GGK
pada keluarga (CDC, 2010).
Penelitian ini menunjukkan bahwa 57,3% sampel masuk dalam rentang
waktu lama HD di bawah 1 tahun. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2009, dimana rata-rata sampel
masuk dalam rentang waktu 2-5 tahun (Junaidi, 2009). Perbedaan rentang waktu
ini dapat disebabkan oleh beberapa komplikasi dari proses HD itu sendiri seperti
anemia, infeksi, penyakit kardiovaskular, malnutrisi protein-kalori maupun
komplikasi lainnya (Himmelfarb, 2005). Persentasi sampel yang masuk ke dalam
rentang waktu di bawah 1 tahun juga dapat menyebabkan hasil yang kurang
akurat akibat tidak cukupnya waktu untuk menimbulkan efek pada IMT akibat
proses HD yang berkepanjangan.
Data IMT sampel yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
58,1% dari sampel masuk dalam golongan normoweight, data ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya dengan IMT rata-rata sampel 22,3 (normoweight) (Junaidi,
2009).
Pada penelitian ini, hasil yang didapat menunjukkan tidak adanya korelasi
yang signifikan antara lamanya penderita GGK menjalani HD dan perubahan IMT
dengan nilai korelasi -0,06 dan signifikansi 0,95. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan pada RS Cipto Mangunkusumo yang menunjukkan
korelasi kuat dengan nilai korelasi Pearson 0,709 dan signifikan dengan nilai
signifikansi 0,000 antara lama HD dan status IMT penderita GGK yang menjalani
HD (Junaidi, 2009).
Hasil yang didapat dari RS Cipto Mangunkusumo tersebut diambil dari
populasi sampel yang dominan berpenyakit pendasar DM, sedangkan hal ini
berbeda dengan populasi penelitian ini dimana sampel yang berpenyakit pendasar
DM hanya 5,1%. Pada penelitian ini, hasil yang didapati dari penderita yang
berpenyakit pendasar DM ini menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai
Pearson correlation 0,629. Tetapi nilai tersebut tidak signifikan (nilai signifikansi
0.181), hal ini mungkin dapat terjadi karena jumlah sampel yang berpenyakit
pendasar DM kurang besar.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian berdasarkan penyakit yang mendasari seperti
hipertensi, DM, hipertensi & DM dan nefrolitiasis maka dapat terlihat bahwa
tidak ada hubungan antara lama HD dan perubahan IMT berdasarkan penyakit
pendasarnya. Dari keseluruhan hasil berdasarkan penyakit pendasar, hanya
penyakit DM yang menunjukkan suatu korelasi yang kuat. Hal ini mungkin dapat
menyatakan bahwa penyakit pendasar GGK memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan IMT pada penderita GGK.
IMT sebagai salah satu cara penilaian status gizi dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti asupan nutrisi, laju metabolisme, katabolisme protein,
glukoneogenesis (Heimburger, 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini rasa mual
yang disebabkan oleh proses HD maupun efek dari sekr