Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

(1)

LAMPIRAN

Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,852 20

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 64,60 36,386 ,285 ,852

p2 64,40 34,455 ,498 ,843

p3 64,53 36,878 ,231 ,854

p4 64,40 35,076 ,461 ,845

p5 64,47 36,740 ,238 ,854

p6 64,40 35,903 ,390 ,847

p7 64,37 33,551 ,616 ,837

p8 64,43 35,564 ,450 ,845

p9 64,33 34,230 ,575 ,840

p10 64,50 35,017 ,494 ,843

p11 64,37 35,826 ,398 ,847

p12 64,47 34,533 ,555 ,841

p13 64,50 35,569 ,412 ,847

p14 64,27 35,306 ,475 ,844

p15 64,40 34,869 ,491 ,843

p16 64,27 35,306 ,475 ,844

p17 64,43 35,702 ,339 ,850

p18 64,37 34,378 ,556 ,840

p19 64,40 34,662 ,520 ,842


(2)

LAMPIRAN

Validitas Kuesioner Penelitian

Divalidkan oleh Evi Karota Bukit,S.Kp,MNS (expert 1), Asrizal,S.Kep,Ns,M.Kep (expert 2), dan Ismayadi,S.Kep,Ns,M.Kes (expert 3).

Penelitian ini menggunakan content validity index dengan 3 judge or expert dengan standar valid 0,8 (polit & Beck, 2006). Adapun rumus CVI yakni : CVI = Number of item expert agreement rated 3 or 4

Total number of item Perhitungan untuk validitas penelitian: N o P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 1 0 P 1 1 P 1 2 P 1 3 P 1 4 P 1 5 P 1 6 P 1 7 P 1 8 P 1 9 P 2 0 T ot al Ex pe rt 1

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 7 7

Ex pe rt 2

4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 7 8 Ex

pe rt 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 0

Expert 1 =

=

0,96 Expert 2 =

=

0.97 Expert 3 =

= 1

CVI = 0,96 + 0,97 + 1 = 0,97 3


(3)

LAMPIRAN

HASIL SPSS KUESIONER

DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN DUKUNGAN KELUARGA

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

perempuan 37 33,9 33,9 33,9

laki-laki 72 66,1 66,1 100,0

Total 109 100,0 100,0

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 7 6,4 6,4 6,4

SLTP/SMP 19 17,4 17,4 23,9

SMA/SMK 62 56,9 56,9 80,7

PT 18 16,5 16,5 97,2

Tidak Sekolah 3 2,8 2,8 100,0

Total 109 100,0 100,0

PENGHASILAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<Rp 2.037.000,00 76 69,7 69,7 69,7

> Rp 2.037.000,00 33 30,3 30,3 100,0


(4)

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak bekerja 36 33,0 33,0 33,0

buruh 15 13,8 13,8 46,8

PNS 12 11,0 11,0 57,8

swasta 19 17,4 17,4 75,2

Petani 27 24,8 24,8 100,0

Total 109 100,0 100,0

STATUS ASURANSI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak asuransi 17 15,6 15,6 15,6

asuransi 92 84,4 84,4 100,0

Total 109 100,0 100,0

STATUS MENIKAH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

belum menikah 16 14,7 14,7 14,7

menikah 93 85,3 85,3 100,0

Total 109 100,0 100,0

KELUARGA YANG SERING MENGANTAR TERAPI HEMODIALISA Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

suami/istri 38 34,9 34,9 34,9

anak/keponakan 26 23,9 23,9 58,7

saudara 21 19,3 19,3 78,0

tidak ada 24 22,0 22,0 100,0


(5)

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

batak 45 41,3 41,3 41,3

jawa 29 26,6 26,6 67,9

aceh 13 11,9 11,9 79,8

padang 22 20,2 20,2 100,0

Total 109 100,0 100,0

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

< 20 tahun 8 7,3 7,3 7,3

> 20 tahun 101 92,7 92,7 100,0

Total 109 100,0 100,0

DUKUNGAN KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

kurang 6 5,5 5,5 5,5

cukup 28 25,7 25,7 31,2

baik 75 68,8 68,8 100,0

Total 109 100,0 100,0


(6)

Lampiran Inform Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, bersedia menjadi

responden dalam penelitian

yang berjudul “ Dukungan Keluarga Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP

Haji Adam Malik.”

Saya sudah membaca semua keterangan tentang tujuan, resiko,

manfaat dan hak-hak sebagai responden penelitian, dan saya mengerti

bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan diri saya sendiri.

Identitas dan jawaban yang akan saya berikan terjamin kerahasiaannya

dan hanya diperlukan sebagai bahan pada penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani secara sadar

dan tanpa suatu paksaan.

Medan, Juni 2016

Responden


(7)

INSTRUMEN DUKUNGAN KELUARGA

Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda chek list pada jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pernyataan

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Dimensi Instrumental

1 Keluarga membantu saya dalam mengatasi masalah

perekonomian dengan memberikan bantuan dana 2 Keluarga menyediakan

makanan dan minuman sesuai diit gagal ginjal kronik

3 Keluarga menemani dan dan mengunjungi saya waktu sakit 4 Keluarga membantu saya

melakukan aktivitas yang tidak bisa saya lakukan

5 Keluarga mengingatkan saya untuk istirahat dan mengurangi kegiatan yang saya lakukan

Dimensi Informasional

1 Keluarga memberikan kekuatan pada saya untuk mengatasi rasa takut saat menjalani terapi hemodialisa

2 Saya dan anggota keluarga lainnya berdiskusi untuk

mengatasi masalah yang timbul karena penyakit

3 Keluarga mengingatkan saya untuk teratur menjalani terapi hemodialisa

4 Keluarga memberi dukungan dalam mengatasi komplikasi akibat terapi hemodialisa 5 Keluarga memberikan nasihat

/informasi efek samping yang timbul akibat hemodialisis.

Dimensi Emosional

6 Keluarga memberikan semangat pada saya untuk tetap mengikuti terapi hemodialisa secara teratur 7 Saya merasa nyaman berada di


(8)

8 Saya merasa senang dan

bahagia tinggal dengan keluarga 9 Keluarga mengijinkan saya

untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar saya.

10 Keluarga memberikan semangat pada saya untuk

mempertahankan pengobatan hemodialisa

Dimensi Penilaian

1 Keluarga meminta pendapat saya terhadap pelaksanaan terapi hemodialisa

2 Keluarga mendukung saya sharing dengan sesame penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. 3 Keluarga mendukung aktivitas

sosial yang saya lakukan dengan sesama penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

4 Keluarga memberikan dorongan pada saya untuk tetap menjalani terapi hemodialisa.

5 Keluarga mengarahkan saya pada orang yang menjalani hemodialisa untuk mendapatkan nasihat dan saran


(9)

Lampiran Kuisioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah dengan teliti setiap item pertanyaan.

2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu yang paling sesuai dengan member tanda check list (฀) pada pilihan yang dipilih.

3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.

A. DEMOGRAFI RESPONDEN

Inisial :……….

Umur :……….

Jenis Kelamin : 1.( ) Perempuan 2.( ) Laki-Laki Tingkat Pendidikan : 1.( ) Tidak Sekolah

2.( ) SD

3.( ) SLTP/SMP 4.( ) SMA/SMK

5.( ) Perguruan Tinggi Penghasilan perbulan :1. ( ) < Rp 2.037.000,00

2.( ) > Rp 2.037.000,00

Pekerjaan : ( ) Tidak Bekerja ( ) Buruh


(10)

( ) PNS ( ) Swasta ( ) Petani

Status Asuransi : ( ) Tidak asuransi ( ) Asuransi

Status perkawinan : ( ) Belum Menikah ( ) Menikah

Yang paling sering mengantar Untuk terapi hemodialisa : ( ) Suami/Istri ( ) Anak/Keponakan ( ) Teman/Sahabat

( ) Tidak Ada


(11)

(12)

No Aktivitas penelitian September Oktober Novembe r

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Pengajuan judul penelitian s

2 Menyusun Bab 1

3 Menyusun Bab 2

4 Menyusun Bab 3

5 Menyusun Bab 4

6 Menyusun Kuesioner

7 Meyerahkan proposal penelitian

8 Ujian sidang proposal

9 Revisi proposal penelitian

10 Uji Validitas & Reliabilitas

11 Pengumpulan data responden

12 Analisa data

13 Pengajuan sidang skripsi


(13)

(14)

Lampiran Taksasi Dana

TAKSASI DANA

1. Proposal dan Perbaikan Proposal

- Kertas dan tinta print Rp 100.000

- Fotocopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000 - Perbanyak proposal dan Penjilidan Rp 50.000

- Konsumsi saat sidang proposal Rp350.000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Penggandaan Kuesioner Rp 50.000

-Transportasi Rp 50.000

- souvenir Rp 210.000

3. Pnyusunan Skripsi

- Kertas dan tinta print Rp 150.000

- Surat Izin Uji Relib RS.DR.Pirngadi Rp 250.000 - Surat Izin Penelitian RS.Adam Malik RP 200.000

- Konsumsi saat sidang skripsi Rp 150.000


(15)

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama : Hezlin Ivana Marbun

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 15 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Topaz raya, perumahan Bumi Serdang damai Riwayat Pendidikan : 1. 2000 – 2006 : SD Negeri 106815 Medan

2. 2006 – 2009 : SMP N 22 Medan

3. 2009 – 2012 : SMA Methodist 7 Medan 4. 2012 – sekarang : Ilmu Keperawatan USU


(16)

(17)

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anggina L., Lestari & Ali Hamzah. (2010). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Melaksanakan Program Diet di Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Anggraeni, M. D. (2009). Dukungan Sosial yang Diterima oleh Orang yang Belum Berhasil dalam Pengobatan Infertilitas. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Anwar, Idochi. (2012). Dasar-Dasar Statistika.Bandung:Alfabeta.

ASKES. (2013). Expanding Health Insurance Membership: A Challenge Towards Universal Corage. Jakarta: PT ASKES.

Baron, R.A., & Byme, D. (2003). Psikologo Sosial. Jakarta: Erlangga. Baughman, C. D. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Bomar, P.J. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Bedah.Jakarta: EGC

Cahyaningsih, Niken D. (2009). Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Mitra Yogyakarta: Cendekia Press.

Chen, CK. (2010). Depresion in Hemodyalisis. Diakses pada tanggal 16 Juli 2016. Cornelia, Dede. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Pasien Gagal Ginjal Kronik. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Danies, Tanjung. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Hemodialisis.Diakses pada tanggal 21 Januari 2016.

Daryani, T. (2011). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Inisiasi Dialisis Pasien Gagal ginjal Tahap Akhir Di RSUP. DR. Klaten: Diakses pada tanggal. 25 Juli 2016.

Daryanto. (2007). Hubungan Karakteristik Klien, Keluarga, dan Stigma dengan Dukungan Keluarga pada Klien Harga Diri Rendah. Diakses pada tanggal 21 Juli 2016.

Faradina. (2005). Pengaruh Hemodialisis Pada Gagal Ginjal Kronik.Diakses pada tanggal 15 Januari 2016.

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktik.Jakarta: EGC


(19)

Geledis. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016

Harword, Wilson, Heidenhem & Lindsay. (2004). Efect Patient Outcomes And Hemodyalisis Unit Team Satisfaction. International Society For Hemodyalisis.

Hasrani. (2009). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

James I. Mc Millan, MD. (20013). Chronic Kidney Disease. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Kartika, P. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsia Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit.Diakses pada tanggal 25 Juli 2016.

Kaustz A.T, Obrador G.T, Arora P, Ruthazer R, Levey A.S, & Perpeira B.J.G. (2010). Late Initiation Of Dialysis Among Women And Etnic Minorities. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016.

Kimmel, P.L. (2001). Phsycososial Factors In Dialysis Patient. Diakses pada tanggal 13 Juli 2016.

Kuntjoro, S. Z. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia. Diakses pada tanggal 22 Juli 2016.

Lita Sari Kartika. (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Ruang Hemodialisis RSUP.Fatmawati Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Liu Z. (2010). Prevalence Of Chronic Complication. Diakses pada tanggal 26 Januari 2016.

Mubarak, W, I & Cahyatin, N. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

National Kidney Foundation. (2014). About Chronic Kidney Disease. Diakses pada tanggal 26 Januari 2016.

Nursalam. (2006). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Notoadmodjo.Soekidjo (2007). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Nurchayati, S. (2012). Analisis Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal kronik Yang Menjalani Hemodialisa


(20)

Di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Diakses pada tanggal 27 Januari 2016.

Nurkhayati, D. (2005). Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RS.Sardijo Yogyakarta. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Papastavrou, E, Charalambous, A, Tsangari H. (2019). Exploring The Other Side Of Cancer Care:Informal Care Giver. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Polit, D. F & Hunger,B.P. (1995). Nursing Research: Principlies and Methods (5t

edition).Philadhelpia:J.Blippincott Company.

Purnama.(2008). Dukungan Suami dan Keluarga. Jakarta: Salemba Medika. Puspitasari, E.P. (2009). Peran dan Dukungan Keluarga Dalam Penanganan

Skizofrenia. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Promes ofm. CAP.. (1996). Istilah Batak Pematang Siantar.Diakses pada Tanggal 28 Juli 2016.

Rahayu, S. (2008). Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Raihani, (2012).Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Yang Menjalani Hemodialisa . Diakses pada tanggal 27 Juli 2016.

Ratna. (2010). Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan Ditinjau Dari Ilmu Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Report Of Indonesia Renal Registry. (2011). Konsensus Dialisis. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronik Di Indonesia. Diakses pada tanggal 25 Januari 2016.

Sarafino, EP. (2005). Health Psychology .Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Gramedia Indonesia Suliswati, dkk. (2009). Konsep dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Surmeli. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi.Diakses pada tanggal 28 Juli 2016.

Sumigar, G. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di.RSUP.Kandau Manado.Diakses pada tanggal 24 Juli 2016.


(21)

Taylor, E.S. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana.

USRD (United States Renal Data System). (2013). USRDS Annual Data Report. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Widyaastuti, R. (2011). Pengaruh Dukungan Orang Tua Dan Intensitas Belajar Anak. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

WHO. (2008). Investing In Mental Health. Diakses pada tanggal 13 Juli 2016. WHO. (2013). Annual Data Report. Diakses pada tanggal 17 Januari 2016.

Yetty, K. (2001). Pengaturan Cairan Secara Mandiri Pada Pasien Yang Mengalami Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 16 Januari 2016.

Zulfitri, R. (2006). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lanjut Usia Hipertensi Dalam Mengontrol Kesehatannya.Diakses pada tanggal 20 Juli 2016.


(22)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan yang diberikan oleh keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi penyakit yang membutuhkan pengobatan terus-menerus, berangsur-angsur menurunkan kesehatan, mengubah kebiasaan hidup sehari-hari dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ginjal yang berdampak dari segi fisik maupun psikologis pada pasien yang menjalani hemodialisa tentu sangat membutuhkan dukungan keluarga berupa dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan emosional. Keluarga termasuik sasaran dalam asuhan keperawatan dengan penyakit kronis, keterlibatan keluarga dalam perawatan dapat menjadi sumber dukungan dan motivasi dalam menghadapi penyakit yang diderita pasien.

Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Skema 3.1;

Dukungan Keluarga Pasien

Yang Menjalani Hemodialisa DukunganInstrumental Dukungan Informasional Dukungan Emosional Dukungan Penilaian

Kategori Dukungan Keluarga Baik Cukup Kurang


(23)

3.2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Dukungan

Keluarga

Dukungan keluarga adalah segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diterima pasien yang sedang menjalani hemodialisa dari keluarga dalam penelitian ini adalah suami/istri,

anak/keponakan, saudara, orang tua kandung, mertua yang tinggal serumah atau memiliki kedekatan emosional dan yang sering mengantar pasien untuk hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan yang berupa: 1. Dukungan instrumental

yaitu bantuan dalam hal minum, istirahat, memberikan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu dan mendengarkan anggota keluarga dalam menyampaikan

perasaannya pada pasien

yang menjalani

hemodialisa di

RSUP.H.Adam Malik

Kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari

dukungan instrumental ,informasio nal,emosion al, dan penilaian. sebanyak 20 pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban: 1. Selalu 2. Sering 3. Jarang 4. Tidak

pernah

1) 60-80 = dukungan baik 2) 40-60 =

dukungan cukup 3) 20-40 =

dukungan kurang


(24)

2. Dukungan informasional yang meliputi komunikasi tentang pemberian nasihat, usulan,saran,petunjuk dan pemberian informasi pada pasien yang menjalani

hemodialisa di

RSUP.H.Adam Malik. 3. Dukungan penilaian

(Appraisal) yaitu keluarga memberikan dorongan,

penghargaan dan

perhatian pada pasien

yang menjalani

hemodialisa di

RSUP.H.Adam Malik. 4. Dukungan emosional

yaitu bantuan dalam memberikan rasa aman,

cinta kasih,

membangkitkan semangat dan mengurangi putus asa pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik.


(25)

41

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang dukungan yang diberikan oleh keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2010) Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan pada bulan juni 2016 yang berjumlah 150 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian unsur populasi untuk dijadikan objek penelitian (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani hemodialisa. Jumlah sampel pada penelitian ini memenuhi rumus jumlah sampel menurut Notoatmodjo (2002) adalah sebagai berikut:

n =


(26)

Keterangan: n: besar sampel N: besar populasi

d; tingkat kepercayaan/ketepatan yang digunakan (0,05)

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah

n =

n =

n =

n =

n

= 109

Dengan jumlah populasi (N = 150) dan target kepercayaan yang digunakan 0,05 (d= 0,05) maka jumlah sampel yang diperlukan minimal 109 orang. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan incidental sampling.


(27)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di instalasi hemodialisa RSUP.H.Adam Malik Medan. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 juni sampai dengan 24 juni 2016.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan komisi etik penelitian

kesehatan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis. Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden. Jika responden bersedia maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-hak nya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut. Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti.


(28)

4.5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti mengumpulkan data dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan data dukungan keluarga.

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi : kode responden, usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, asuransi, perkawinan, yang paling sering mengantar hemodialisa, dan suku. Kuesioner dukungan keluarga berisi pernyatan yang meliputi 4 komponen dukungan keluarga yang terdiri dari 20 pernyataan yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep dukungan keluarga, yaitu 5 pernyataan tentang dukungan instrumental (1-5), 5 pernyataan untuk dukungan informasional (6-10), 5 pernyataan untuk dukungan emosional (11-15) dan 5 pernyataan untuk dukungan penilaian (16-20). Penilaian kuesioner ini berdasarkan skala Likert. Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif dengan empat pilihan alternatif jawaban yaitu Selalu, Sering, Jarang, Tidak Pernah. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan adalah 1,2,3, dan 4, dimana jawaban Selalu mendapat nilai 4, Sering mendapat nilai 3, Jarang mendapat nilai 2, dan jawaban Tidak Pernah mendapat nilai 1.

Berdasarkan rumus statistika menurut Anwar (2012)

s banyakkela

g ren


(29)

di mana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai yang terendah). Untuk kuesioner dukungan keluarga nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah adalah 20 maka rentang yang diperoleh adalah 60 dan banyak kelas ada 3 (baik, cukup, dan kurang) maka didapat panjang kelas sebesar 20. Menggunakan panjang kelas sebesar 20 dan nilai terendah 20 maka dukungan keluarga dapat dikategorikan sebagai berikut:

20 – 40 di kategorikan sebagai dukungan kurang 40 – 60 di kategorikan sebagai dukungan cukup 60 - 80 di kategorikan sebagai dukungan baik


(30)

4.6. Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Validitas

Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data (Sugyono 2010). Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh tiga orang dosen keperawatan yang ahli dibidangnya yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 serta dinyatakan valid dengan nilai CVI 0,97.

4.6.2. Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti melakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen (Hasan & Misbahuddin, 2013) . Uji reliabilitas ini dilakukan pada 30 orang responden yang memenuhi kriteria sebelum dilakukan pengumpulan data. Peneliti menggunakan analisa cronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan komputer untuk mengukur reliabilitas instrumen dukungan keluarga. Untuk instrumen yang baru akan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hunger, 1995). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di unit hemodialisa RSUD.DR.Pirngadi Medan pada 2 Juni 2016 dan setelah dilakukan proses penghitungan dengan menggunakan uji cronbach’s Alpha diperoleh hasil 0,85. Instrumen dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah reliabel.


(31)

4.7. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ketempat penelitian ke Badan Penelitian dan Pengembangan RSUP.H.Adam Malik Medan. Setelah itu surat izin penelitian dikirimkan ke Instalasi Hemodialisa RSUP.H.Adam Malik Medan . Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti meminta data calon responden dari status pasien di unit hemodialisa. Setelah peneliti mendapat data calon responden maka peneliti mendatangi calon responden.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan,dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent . Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data telah selesai dilakukan dan selanjutnya dilakukan analisa data.

4.8. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data dan dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat segera diperbaiki, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan data (entry) data kekomputer dan dilakukan pengolahan data dengan


(32)

menggunakan program komputerisasi . Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis univariat untuk mendeskripsikan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demograf yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, status asuransi, status perkawinan, yang sering mengantar terapi hemodialisa, dan suku yang dianalisa dengan skala nominal dan variabel dukungan keluarga yang dianalisa dengan menggunakan skala ordinal ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yang dilakukan pada tanggal 13 juni 2016 sampai dengan 24 juni 2016 di RSUP.H.Adam Malik Medan dengan jumlah responden 109 orang. Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diperoleh dari suami/istri, anak/keponakan, saudara dari responden.

5.1 Karakteristik Responden

Deskriptif karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan perbulan, pekerjaan, status asuransi, status perkawinan, yang paling sering mengantar untuk terapi hemodialisa, dan suku. Responden dalam penelitian ini sebagian besar diantar oleh suami/istri dan anak /keponakan yang memiliki kedekatan secara emosional dengan responden sehingga responden mendapat dukungan dari keluarga. Sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yang menjadi responden berusia >20 tahun (n = 101 atau 92,7%). Sebanyak 72 orang (66,1% ) pasien yang menjalani hemodialisa adalah laki - laki. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan terakhir pasien gagal ginjal kronik yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah SMA ( n = 62 atau 56,9%), sementara sebagian besar pekerjaan pasien gagal ginjal kronik yang menjadi responden penelitian ini adalah tidak bekerja (n = 36, atau 33%), dengan penghasilan perbulan pasien gagal ginjal kronik yang menjadi responden penelitian mayoritas dibawah


(34)

Rp.2.037.000 (n = 76 atau 69,7%) sehingga sebagian besar pasien gagal ginjal kronik menggunakan asuransi kesehatan (n = 92 atau 84,4%). Sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sudah menikah (n= 93 atau 85,3%) sehingga anggota keluarga yang paling sering mengantar pasien untuk terapi hemodialisa adalah suami/istri (n= 38 atau 34,9%). Suku yang paling banyak dianut pasien adalah suku batak (n= 45 atau 41,3%). Untuk lebih jelas mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur

<20 tahun >20 tahun

8 101 7,3 92,7 Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki 37 72 33,9 66,1 Tingkat Pendidikan SD SLTP/SMP SMA/SMK Perguruan Tinggi Tidak Sekolah 7 19 62 18 3 6,4 17,4 56,9 16,5 2,8 Penghasilan Perbulan < Rp.2.037.000,00 >Rp. 2.037.000,00 76 33 69,7 30,3 Pekerjaan Tidak Bekerja Buruh PNS Swasta Petani 36 15 12 19 27 33 13,8 11 17,4 24,8 Status Asuransi Tidak Asuransi Asuransi 17 92 15,6 84,4 Status Perkawinan Belum menikah Menikah 16 93 14,7 85,3


(35)

Yang Sering Mengantar Terapi Hemodialisa Suami/Istri Anak/Keponakan Saudara Tidak Ada 38 26 21 24 34,9 23,9 19,3 22 Suku Aceh Batak Jawa Padang 13 45 29 22 11,9 41,3 26,6 20,2

5.2. Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan keluarga terdapat 20 pernyataan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan instrumental, aspek dukungan informasional, aspek dukungan emosional dan aspek dukungan penilaian. Berikut ini akan peneliti gambarkan distribusi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa (n= 109)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Keluarga Kurang Cukup Baik 6 28 75 5,5 25,7 68,8

Tabel 5.2. menunjukkan dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik (n= 75 atau 68,8%).


(36)

5.3. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik yaitu sebanyak 75 responden (68,8%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surmeli (2015) didapatkan lebih dari separuh dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada responden yang mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi hemodialisis adalah cukup positif yaitu sebanyak 53 orang (50,5%). Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan ( Taylor, 2009). Menurut Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga lazimnya berfungsi sebagai sistem pendukung bagi keluarganya, anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan, selain itu keluarga juga memiliki peranan penting dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta membantu keberhasilan suatu tindakan pengobatan dan meningkatkan rasa nyaman dan sikap positif dari keluarga.

Hasil studi terhadap sejumlah pasien dengan penyakit ginjal kronis, didapat bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan pasien yang sedang hemodialisa yang dipengaruhi oleh faktor geografis, status sosial ekonomi dan kebudayaan serta memberikan perbedaan rata-rata angka kematian pada pasien penyakit ginjal kronis (Kimmel, 2001). Hal yang sama Penelitian menurut Chen (2008) menyatakan bahwa budaya mempengaruhi dukungan keluarga, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan praktik (kebiasaan di keluarga dimana keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai buruh sudah terbiasa untuk membeli


(37)

makanan diluar dibandingkan masak sendiri). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki suku batak sebanyak 45 orang (41,3%) dan rata – rata responden memiliki dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini karena suku batak memegang erat persekutuan, kekerabatan untuk saling membantu dari orang – orang bersaudara, sedarah, seketurunan melalui bapak leluhur lewat marga (Promes, 1996).

Penelitian yang dilakukan Sumigar (2015) dalam menjaga kesehatannya biasanya kaum perempuan yang lebih baik menjaga kesehatannya dibandingkan laki - laki dan sebagian besar laki - laki suka mengkonsumsi minuman beralkohol yang dimana berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena faktor pola makan dan pola hidup responden laki - laki yang suka merokok dan minum kopi (Nurchayati, 2012). Penelitian Zulfitri (2006) menemukan dukungan keluarga mayoritas berjenis kelamin laki - laki sebesar 64,6%, Zulfitri juga membahas bahwa perempuan dan laki-laki memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi masalah, laki - laki cenderung tidak perduli, tidak memperhatikan kesehatannya sedangkan perempuan lebih banyak ditemukan untuk memeriksakan kesehatannya sehingga laki – laki membutuhkan saran, masukan, dan dukungan untuk meningkatkan kesehatannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan jenis kelamin responden paling banyak laki – laki sebanyak 72 orang (66,1%). Hasil penelitian rata – rata responden jenis kelamin laki – laki mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik.

Menurut Ratna (2010) dukungan dari keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan) dan sebagai strategi preventif


(38)

untuk mengurangi stres dan pandangan hidup. Penelitian yang dilakukan Suliswati (2009) mengemukakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana menerima masukan yang dapat membangun dirinya, mampu berpikir rasional dan mampu mengendalikan emosi dan semakin toleransi terhadap orang lain. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor usia, usia yang dianggap optimal dalam menerima nasehat adalah usia yang diatas 20 tahun, usia tersebut mampu menerima dukungan yang diberikan keluarganya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden memiliki usia lebih dari 20 tahun dan mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Daryanto (2007) bahwa seseorang yang berusia 18 tahun keatas dianggap dewasa dan mampu menerima setiap dukungan dari anggota keluarganya.

Menurut teori Bomar (2006), dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu). Keluarga dapat memberikan dukungan instrumental untuk mencegah sakit dengan memberikan bantuan nyata dan bantuan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Papastavrou (2009) yang mengemukakan bahwa faktor ekonomi pasien akan berpengaruh pada dukungan keluarga yang diterima pasien. Pasien yang berpenghasilan tidak menentu akan meningkatkan tingkat dukungan terhadap pasien yang menjalani


(39)

terapi. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan orang untuk berobat maupun dalam hal perawatan. Penderita dengan ekonomi yang rendah akan tidak teratur dalam proses pengobatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penghasilan responden per bulan sebagian besar di bawah Rp.2.037.000 (Upah Minimum Kota Medan) sebesar 76 orang (69,7%). Hasil penelitian rata – rata responden dengan penghasilan di bawah Rp.2.037.000 mendapatakan dukungan keluarga dalam kategori baik.

Salah satu dampak yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa adalah tidak dapat beraktivitas kembali seperti sebelum menjalani dialisis misalnya dalam hal pekerjaan yaitu seringkali kehilangan pekerjaan atau di bebas tugaskan (Hasrini, 2009). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 36 orang (33%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak bekerja mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Widyastuti (2011) mengemukakan bahwa status pekerjaan pasien memberikan dampak langsung pada dukungan keluarga, apabila penghasilan yang didapatkan pasien kurang atau tidak ada, maka akan meningkatkan dukungan instrumental untuk menunjang pemberian dukungan untuk kesembuhan pasien. Penelitian yang dilakukan Harwood et al (2005), menyebutkan bahwa masalah finansial merupakan stresor pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis. Perencanaan strategi untuk pengembangan ekonomi, bekerjasama dengan badan pemerintahan diperlukan untuk meringankan beban pasien (Brenner, 2006). Keterlambatan inisiasi hemodialisis pasien yang tidak mempunyai asuransi lebih besar dibandingkan


(40)

dengan pasien yang mempunyai asuransi (Kausz et al, 2000). Dimana penelitian menurut Daryani (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan inisiasi hemodialisis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan responden sebagian besar menggunakan asuransi sebanyak 92 orang (84,4%) .

Penelitian yang dilakukan Sunaryo (2004) mengatakan bahwa pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi dengan lingkungan baik formal maupun non formal. Proses dan kegiatan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok seperti individu yang berperilaku sarjana akan berbeda dengan yang berpendidikan SMP. Semakin tinggi pendidikan seseorang, dia akan cenderung berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat meletakkan dasar – dasar pengertian dalam diri seseorang (Azwar, 1995). Pendidikan merupakan faktor yang penting pada pasien gagal ginjal kronik untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri dalam membatasi makan dan minum (Liu, 2010). Menurut Purnawan (2008) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dukungan yang diberikan pada keluarga, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin baik dukungan yang diterima. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA sebanyak 62 orang (56,9%) dan hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden yang berpendidikan SMA mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Puspitasari (2009) menyatakan bahwa pendidikan pasien sangat menunjang keluarga untuk memberikan dukungan, pendidikan pasien yang rendah


(41)

akan meningkat keluarga dalam hal memberikan support, masukan, bimbingan, dan saran yang berkualitas.

Penelitian yang di lakukan Nurkhayati (2005) menyatakan bahwa keluarga berperan penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis baik saat pradialisis maupun saat proses dialisis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pasien dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan seperti yang diinginkan. Menurut Friedman (2010) menyatakan bahwa suami atupun istri adalah bagian keluarga yang paling dekat yang senantiasa memberikan nasehat, saran, maupun pemberian informasi tentang kesehatan yang diperoleh dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar anggota keluarga yang paling sering mengantar untuk hemodialisa adalah suami/istri sebanyak 38 orang (34,9%) dan hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden yang mengantar suami/istri mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini didukung juga dengan hasil penelitian sebagian besar responden sudah menikah sebanyak 93 orang (85,3%) dan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Dukungan internal seperti ayah, ibu, suami/istri, saudara kandung kakak ataupun adik mempunyai hubungan dukungan emosional dan instrumental yang cukup erat pada keluarga (Friedman, 2010). Hal yang sama juga menurut WHO (2008) menyatakan bahwa anggota keluarga merupakan pihak utama yang menangggung beban subjektif dan objektif yaitu emosional dan finansial karena adanya salah satu anggota keluarga yang sakit. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lain disekitarnya (Mubarak dan Cahyatin,


(42)

2009). Menurut Sarafino (2005) bahwa dukungan keluarga dapat bermanfaat positif bagi kesehatan bila pasien merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan yang layak dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan pasien akan sembuh lebih cepat bila keluarganya membantunya memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang dimilikinya.


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik (68,8%) atau n = 75. Dukungan keluarga yang baik kepada pasien akan berdampak dalam menjalani terapi hemodialisis sehingga kesehatan pasien dapat meningkat.

6.2. SARAN

6.2.1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan dan masukan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan keluarga sehingga perlu diberikan penekanan materi tentang dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

6.2.2. Bagi pelayanan keperawatan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar keluarga telah memberikan dukungan keluarga yang baik dalam terapi hemodialisis. Walaupun demikian petugas kesehatan agar tetap melibatkan keluarga dalam pelaksanaan hemodialisis dan diharapkan agar petugas kesehatan mensosialisasikan pentingnya pembatasan cairan pada gagal ginjal kronik kepada masyarakat dan menyediakan fasilitas atau akses yang mudah agar masyarakat mengetahui tentang


(44)

gagal ginjal kronis serta memberikan informasi gagal ginjal kronik yang lengkap dan benar. Gagal ginjal kronis bisa juga diajarkan kepada kader kesehatan yang berada di daerah masing – masing agar masyarakat dengan mudah mendapatkan pelayanan tentang terapi hemodialisa.

6.2.3. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

Hasil penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan tambahan tentang dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali tentang dukungan keluarga ini dengan mengkorelasikan tingkat depresi atau konsumsi cairan pasien serta dapat juga dilakukan kembali dengan metode eksperimen.


(45)

16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2010). Setiadi (2008) mengatakan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Friedman (2010) juga menyebutkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Definisi lain dari keluarga menurut U.S Bureau of the Census dalam Friedman (2010) adalah terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama. Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap saling memberikan perhatian, berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarga.


(46)

2.1.1. Tipe-tipe keluarga

Tipe keluarga yang bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan dalam Setiadi (2008) terdiri atas:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. (b) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

b. Secara Modern (berkembangnya peran individu dan berkembangnya rasa individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain diatas adalah: (a) Tradisional Nuclear adalah keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah. (b) Reconstituted Nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan dalam satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah. (c) Niddle Age/ Aging Couple adalah Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir. (d) Dyadic Nuclear adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja diluar rumah. (e) Single Parent adalah satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat


(47)

tinggal dirumah atau diluar rumah. (f) Dual Carrier adalah suami istri atau keduanya orang karir atau tidak mempunyai anak. (g) Commuter Married adalah suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.(h) Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. (i) Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. (j) Institusional Adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. (k) Comunal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaann fasilitas. (l) Group Marriage adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. (m) Unmarried Parent and Child adalah ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi. (n) Cohibing Coiple adalah dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. (o) Gay and Lesbian Family adalah Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

Gambaran tentang bentuk keluarga diatas ini melukiskan banyaknya bentuk sruktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah keluarga harus dipahami dalam konteksnya, label dan jenisnya hanya berfungsi sebagai referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan sebuah kerangka kerja serta setiap upaya perlu memperhatikan keunikan dari setiap keluarga.


(48)

2.1.2. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut: (a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (b) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. (c) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (d) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Fungsi keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994 dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut:

1) Fungsi keagamaan: (a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. (b) Menerjemahkan agama dalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga. (c) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dalam ajaran agama. (d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat. (e) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.


(49)

2) Fungsi budaya: (a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. (b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. (d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan norma Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. (e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

3) Fungsi cinta kasih: (a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus. (b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. (c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan rohani dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina rasa, sikap,dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

4) Fungsi perlindungan: (a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga. (b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. (c) Membina dan


(50)

menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

5) Fungsi reproduksi: (a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga disekitarnya. (b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. (c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. (d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

6) Fungsi sosialisasi: (a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama. (b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan sekolah maupun masyarakat. (c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat. (d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil dan sejahtera.

7) Fungsi ekonomi: (a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. (b) Mengelola ekonomi keluarga


(51)

sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. (c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8) Fungsi pelestarian lingkungan: (a) Membina kesadaran, sikap dan praktik

pelestarian lingkungan keluarga. (b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan keluarga. (c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestrian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. (d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

2.1.3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: 1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan


(52)

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

2.1.4 Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Dalam keluarga individu belajar memperhatikan orang lain dan bekerja sama. beberapa psikolog berpendapat bahwa kesehatan, kebahagiaan dan kestabilan keluarga tergantung pada orang sekitar keluarga dan masyarakat .

Dukungan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang mendukung selalu siap memberikan pertolongan


(53)

dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kemampuan, kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis kehidupan, namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga. Seseorang akan lebih cepat bila keluarganya membantunya memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang dimilikinya (Sarafino, 2005). Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Dukungan yang diterima seseorang dapat mempercepat pemulihan dari sakit, memperkuat kekebalan tubuh, mengurangi respon fisiologis, dan memperkuat fungsi untuk merespon penyakit kronis (Taylor, 2009).

Dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang yang diterima dari orang lain atau kelompok. Dukungan ini dapat bersumber dari suami – istri, anggota keluarga, teman, dan masyarakat (Sarafino, 2005). Dukungan keluarga adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarga lainnya.


(54)

Dukungan keluarga dalah hal yang sangat bermanfaat ketika individu mengalami stres. Dukungan ini merupakan sesuatu yang sangat efektif terlepas dari strategi mana yang digunakan untuk mengatasi stres (Baron & Byrne, 2003).

Menurut Smet (1994) menyatakan dukungan keluarga merupakan informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, saran, atau tindakan yang diperoleh dari orang – orang terdekat, dengan kehadirannya dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga menurut Kuntjoro (2002) adalah keberadaan, keperdulian, serta kesediaaan orang – orang terdekat menghargai dan menyayangi. Dukungan keluarga juga efektif dalam mengatasi tekanan psikologis dalam masa

– masa sulit dan menekan (Taylor, 2009).

Menurut Francis dan Satiadarma (dalam Kartika, 2010) dukungan keluarga merupakan bantuan bantuan sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi yang terdapat didalam sebuah keluarga. Menurut Smet (2010) dukungan keluarga merupakan salah satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial yang mencakup dukungan emosional, adanya ungkapan persaan, pemberian informasi, nasehat, dan bantuan material. Menurut Cohem dan Syme (dalam Anggina, 2010) dukungan keluarga merupakan suatu keaddan yang bermanfaat yang diterima oleh individu dari orang lain, sehingga individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Stanhope dan Canaster (dalam Anggraini, 2009) menerangkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang


(55)

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut invidu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Johnson (dalam Anggraini, 2009) berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan keluarga juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang – orang terdekat yang dapat dipercaya untuk membantu dan menjaga individu.

Menurut Commission on the family (dalam Kartika, 2010) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga , memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarag dalam menghadapi tantangan didalam kehidupan sehari – hari.

Jenis dukungan keluarga dalam Setiadi (2008) ada 4, yaitu;

1) Dukungan instrumental, yaitu keluarga menerapkan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan anggota keluarga menyampaikan perasaanya.

2) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan penyebar informasi yang meliputi pemberian saran, informasi yang bisa digunakan untuk mengungkapkan sebuah masalah. Manfaat dari dukungan ini


(56)

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

3) Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.

4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat dan mengurangi putus asa.

Aspek – aspek dukungan keluarga menurut Sarafino (2005) yaitu:

1) Dukungan emosional, yaitu dukungan yang melibatkan rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap seseorang sehingga memeberikan perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan, dan dicintai.

2) Dukungan Instrumental, yaitu bantuan yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana seseorang yang memberikan atau meminjamkan uang atau menolong langsung teman, kerabat yang sedang membutuhkan pertolongan.

3) Dukungan informasi, yaitu dukungan yang memberikan nasehat, arahan, atau sugesti mengenai bagaimana seseorang melakukan sesuatu.


(57)

Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh seseorang.

4) Dukungan penghargaan, yaitu ungkapan rasa hormat atau penghargaan, penilaian positif seperti adanya pemberian hadiah, pujian terhadap apa yang telah dilakukannya.

2.1.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Rahayu (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah :

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Dukungan ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda – beda.

b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemempuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor – faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.


(58)

c) Faktor Spiritual

Aspek ini terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungn dengan keluarga dan teman, dan kemampuan mencari harapan dalam arti hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi seseorang mendefenisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan dan segera mencari pertolongan .

b) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun beberapa faktor yang memepengaruhi kesehatan keluarga menurut Setiawati (2008) adalah :


(59)

1. .Faktor Fisik

Ross, Mirrowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut anatara lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasa dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri.

2. Faktor Psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan dan dukungan. Suami akan tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.

3. Faktor Sosial

Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.


(60)

4. Faktor Budaya

Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Kekuatan dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi.

2.2. Gagal Ginjal Kronis

2.2.1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh

gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner&Suddarth, 2002). Chronic Kidney Disease merupakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia ( urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak di lakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006). Gagal ginjal kronik adalah penyimpangan progresif fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolitmengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia (Baughman, 2000). 2.2.2. Klasifikasi Gagal Ginjal kronik


(61)

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) Of The National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronik sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversible dan hilangnya nephrons kea rah suatu kemunduran nilai dari GFR. Tahapan penyakit gagal ginjal kronik berlangsung terus-menerus dari waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan gagal ginjal kronik sebagai berikut: (a) Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR>90

ml/min/1.73 ). (b) Stadium 2: ringan (GFR 60-89 ml/min/1.73 ). (c) Stadium 3: sedang (GFR 30-59 ml/min/1.73 ). (d) Stadium 4: gagal berat

(GFR 15-29 ml/min/1.73 ). (e) Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 ml/min/1.73 ).

2.2.3. Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2000), mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia sebagai berikut: glomerulonefritis (46,39%), diabetes mellitus (18,65%), obstruksi dan infeksi (12,85%), hipertensi (8,64%), sebab lain (13,65%). Sebab lain ini dikelompokkan diantaranya: nefritis lupus, nefropati urat, intoksikasi obat, panyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebab yang tidak diketahui.


(62)

2.3. Hemodialisa

2.3.1. Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi permiabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permiabel. Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner & Suddarth, 2002). Tujuan dari hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Cahyaningsih, 2009).

2.3.2. Prinsip-Prinsip Hemodialisa

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi,


(63)

kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Brunner & Suddarth, 2002). Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis.

Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Brunner & Suddarth, 2002). Sistem buffer tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.3. Penatalaksanaan Hemodialisis Pada Pasien

Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal (Wijayakusuma, 2008). Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisamengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan


(64)

toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagaigejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupanprotein, natrium, kalium dan cairan (Brunner & Suddarth, 2002). Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.4. Indikasi Hemodialisa

Beberapa alasan utama dilakukannya hemodialisis pada pasien gagal ginjal adalah kondisi overload cairan yang tidak berespon terhadap pemberian diuretik, pasien menunjukkan tanda dan gejala terjadinya sindrom uremia dengan nilai ureum > 50 dan kreatinin > 1,5, terjadinya mual dan muntah, anorexia berat, LFG kurang dari 10ml/menit per 1,73 serta tanda dan gejala hiperkalemia (Smeltzer & Bare, 2002). Walaupun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tindakan hemodialisis ini tidak akan mengubah perjalanan


(65)

alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan fungsi ginjal. Tetap saja pasien akan mengalami berbagai permasalahan dan komplikasi (Smeltzer &Bare, 2002).

Salah satu masalahnya yang sering dihadapi pasien adalah kelebihan cairan antara dua dialisis. Hemodialisis sebagai salah satu alternatif terapi pengganti telah dibuktikan sangat efektif mengeluarkan cairan dan elektrolit dan sisa-sisa metabolismetubuh.Sesuai dengan carakerjanya,hemodialisis hanya dilakukan dalam 2–3 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialisis, sehingga cairan elektrolit dan sisa metabolisme yang selalu terbentuk dari waktu ke waktu akan tetap berada dalam peredaran darah di luar waktu dialisis sehingga pasien mengalami kelebihan cairan dan hal ini akan menimbulkan berbagai masalah bagi klien (Yetti, 2001).

2.4. Pertimbangan Psikososial

Menurut Brunner&Suddarth (2002), Individu dengan hemodialisis jangka

panjang sering merasa khawatir akan kondisis sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang diperlukan unutk terapi dialisis mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi, rasa bersalah, serta depresi dalam keluarga. Keluarga pasien dan sahabat-sahabatnnya mungkin memandang pasien sebagai orang yang terpinggirkan dengan harapan hidup yang terbatas. Barangkali sulit bagi pasien dan pasangan serta keluarganya untuk mengungkapkan rasa marah serta perasaan negatif. Meskipun perasaan tersebut normal dalam situasi ini,


(66)

namun perasaan tersebut sering meluap sehinnga diperlukan konseling. Keluarga harus terlibat sebanyak mungkin dalam pengambilan keputusan.

Pasien harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan setiap perasaan dan keprihatinan terhadap berbagai pembatasan yang harus dipatuhi akibat penyakit serta terapinya disamping masalah keuangan, ketidakpastian pekerjaan, rasa sakit, dan gangguan rasa nyaman yang mungkin timbul Perasaan kehilangan yang dihadapi pasien jangan diabaikan karena setiap aspek dari kehidupan normal yang pernah dimiliki pasien terganggu. Jika rasa marah tersebut tidak diungkapkan , munkin perasaan ini akan diproyeksikan kedalam diri sendiri dan menimbulkan rasa depresi, putus asa, dan upaya bunuh diri. Pasien memerlukan hubungan yang erat dengan seseorang ataupun keluarga yang bisa dijadikan tempat untuk menumpahkan perasaannya pada saat stress dan kehilangan semangat.


(1)

(2)

(3)

6

ABSTRAK

Nama : Hezlin Ivana Miryam Marbun

Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Judul : Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

Gagal ginjal kronik merupakan penyimpangan progresif fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu keluarga berperan penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis baik saat pradialisis maupun saat proses dialisis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pasien dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan yang diiginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa Penelitian ini dilakukan di instalasi hemodialisa RSUP.H.Adam Malik Medan selama bulan Juni 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan teknik incidental sampling berjumlah 109 orang. Subjek dalam penelitian ini pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 68,8% mendapatkan dukungan keluarga baik , 25,7 % mendapat dukungan keluarga cukup, dan 5,5 % pasien mendapat dukungan keluarga kurang dalam menjalani terapi hemodialisa, jadi dapat disimpulkan pasien gagal ginjal kronik mendapatkan dukungan keluarga yang baik dalam menjalani terapi hemodialisis sehingga dapat meningkatkan kesehatan.


(4)

(5)

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini ditulis dengan judul “Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan”. Isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian kepustakaan dan data- data sekunder yang terkait dengan hal yang diteliti.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik dalam bentuk doa, moril, maupun materil. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas setiap dukungan yang telah diberikan.

1. Bapak Setiawan, MNS., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, M.Kep., Sp.KMB sebagai Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, M.Kep., Sp.Mat sebagai Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Ellyta Aizar,S.Kep,Ns,M.Biomed sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada saya selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Keperawatan.

6. Ibu Nurbaiti S.Kep,Ns,M.Biomed sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberi masukan, saran, dan bimbingan, baik dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

7. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep sebagai Dosen Penguji I saya yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.


(6)

9

8. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep,Ns,M.Kep,Sp.KMB sebagai Dosen Penguji II saya yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberi masukan, saran, dan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.

9. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Administrasi pada Program S-1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10. Ayahanda Ir.Silian Marbun dan Ibunda Hesty Ernawaty,S.Pd tercinta yang selalu memberikan dukungan baik doa, moril, maupun materil yang membuat penulis tetap semangat dalam mengikuti perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada saudara- saudara yang saya kasihi ( Wanty Silitonga, Betsyeba Marbun dan Habel Marbun) yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada sahabat- sahabat yang terbaik dan penyemangat saya (Ita dan Melina), seperjuangan sedoping (Rizki,Nasiha,Intan,dan Vania), dan mahasiswa Keperawatan stambuk 2012 (Fkep_2012) terima kasih untuk semangat, kerja sama, motivasi, serta kebersamaan kita selama ini, sungguh merupakan kenangan yang indah menjadi bagian dari kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat adaptif yang dapat memperbaiki skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2016