Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.)

PENGARUH INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sureni Merr.)
SKRIPSI Oleh :
RICKY MARISON SIHOMBING 071202013/BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sureni Merr.)
SKRIPSI
Oleh : RICKY MARISON SIHOMBING 071202013/BUDIDAYA HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.)

Nama


: Ricky Marison Sihombing

NIM : 071202013

Program Studi : Kehutanan

Jurusan

: Budidaya Hutan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing,

Dr. Delvian, SP, MP Ketua

Nelly Anna, S. Hut, M. Si Anggota

Mengetahui,
Siti Latifah, S. Hut, M. Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
RICKY MARISON SIHOMBING. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.). Dibimbing oleh DELVIAN dan NELLY ANNA. Penelitian ini bertujuan untuk menguji respon pertumbuhan bibit suren (Toona sureni Merr.) dengan pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan interval penyiraman. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu dosis mikoriza (0 gr/bibit, 5 gr/bibit, 10 gr/bibit, dan 15 gr/bibit) dan taraf interval penyiraman (1 hari sekali, 3 hari sekali, 5 hari sekali, dan 7 hari sekali). Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, total luas daun, rasio tajuk akar dan bobot kering total tanaman, kecuali serapan P tanaman dan persentase kolonisasi akar. Interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali serapan P tanaman. Interaksi perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap persentase kolonisasi akar. Perlakuan dengan pemberian dosis mikoriza 15 gr/polybag merupakan perlakuan dengan hasil terbaik sedangkan pada perlakuan interval penyiraman, interval penyiraman 3 hari sekali merupakan perlakuan yang terbaik.
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RICKY MARISON SIHOMBING. Effect of arbuscula mycorrhizae fungus (AMF) inoculation and watering interval on growth of seedling suren (Toona sureni Merr.) Supervised by DELVIAN and NELLY ANNA.
The objective of this research was to detemine the growth response of seedling suren (Toona sureni) by adduction Arbuskula Mycorrhizae Fungus (AMF) and the watering interval. The research was done in the greenhouse of Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan. The research used a factorial completely randomized design with two factorials the mycorrhizae dosage (0 g/seedling,5 g/seedling, 10 g/seedling and 15 g/seedling) and the second factor with four rates of watering interval consists of once in a day, once in 3 days, once in 5 days and once in 7 days. The results showed that mycorrhizae inoculation did not significantly affect for height, diameter, leaf area, root crown ratio, and total dry weight of plant except and phosphor plant uptake the percentage of root colonization. Watering interval significantly influenced all parameters except phosphor plant uptake. The interaction between inoculation mychorrhizae and watering interval only significantly affect the percentage of root colonization. Mycorrhizal treatment dose 15 g / polybag is the best treatment and the treatment of watering intervals of 3 days is the best treatment.
ii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lubuk Pakam pada tanggal 24 Maret 1989 dari pasangan R. Sihombing dan Ibunda M. Hutahayan. Penulis merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri No.107955 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Lubuk Pakam dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam dan pada tahun yang sama diterima masuk di Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Taman Nasional Gunung Leuser Aras Napal dan di Pulau Sembilan pada tahun 2009 dan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Banyuwangi Utara pada 28 Desember 2010-28 Januari 2011.
Penulis melaksanakan penelitian dari bulan Maret 2012-Juni 2012 dengan judul “Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.)” di bawah bimbingan Bapak Dr. Delvian, SP,MP dan Ibu Nelly Anna, S.Hut,M.Si.
iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Interval Penyiraman terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.)”.
Pada kesempatan ini Penulis menghaturkan pernyataan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan doa dan materi sejak penulis menempuh pendidikan sarjana di Universitas Sumatera Utara ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Delvian, SP, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Nelly Anna, S.Hut, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga dalam penulisan skripsi ini. Khusus kepada rekan-rekan Departemen Kehutanan Angkatan 2007, penulis menyampaikan terimakasih atas saran yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga segala masukan berupa berupa saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca guna menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang..
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Medan, Februari 2014
Penulis
iv
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ..........................................................................................................i ABSTRACT ..........................................................................................................ii RIWAYAT HIDUP.............................................................................................iii KATA PENGANTAR ........................................................................................iv DAFTAR ISI.......................................................................................................v DAFTAR TABEL...............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x
PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................................1 Tujuan .................................................................................................................2 Hipotesis..............................................................................................................3 Manfaat Penelitian ..............................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Suren .................................................................................4 Deskripsi Pohon ..................................................................................................5 Tanah Ultisol.......................................................................................................6 Cekaman kekeringan dan Ketersediaan Hara .....................................................7 Fungsi Air pada Tanaman ...................................................................................7 Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)..............................................................9 Peranan Candawan Mikoriza Arbuskula (CMA)................................................9
v
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................13 Bahan dan Alat....................................................................................................13 Prosedur Penelitian .............................................................................................13 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................15
Penyiapan Media Tanam ................................................................................15 Pemilihan Bibit Suren ....................................................................................15 Penanaman Bibit Suren dan Inokulasi Mikoriza............................................15 Pemeliharaan ..................................................................................................15 Parameter Penelitian ...........................................................................................16 Tinggi Bibit ....................................................................................................16 Diameter Bibit ................................................................................................16 Total Luas Daun .............................................................................................17 Berat Kering Total..........................................................................................17 Ratio Tajuk Akar ............................................................................................17 Serapan P Tanaman ........................................................................................17 Persentase Kolonisasi Pada Akar ...................................................................17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ....................................................................................................................20
Sifat Kimia Tanah ..........................................................................................20 Tinggi Tanaman .............................................................................................20 Diameter Tanaman .........................................................................................21 Total Luas Daun .............................................................................................22 Rasio Tajuk Akar............................................................................................23

vi
Universitas Sumatera Utara

Bobot Kering Total.........................................................................................24 Serapan P Tanaman ........................................................................................25 Persentase Kolonisasi Akar ............................................................................26 Pembahasan.........................................................................................................27 Pengaruh inokulasi mikoriza terhadap pertumbuhan bibit suren ...................27 Pengaruh interval penyiraman terhadap pertumbuhan bibit suren.................30 Pengaruh inokulasi mikoriza dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan bibit suren.................................................................................32 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .........................................................................................................36 Saran....................................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Analisis Kimia Tanah Ultisol asal Simalingkar B ..........................................20 2. Rataan pertambahan tinggi bibit suren 12 mst................................................21 3. Rataan pertambahan diameter bibit suren 12 mst ...........................................22 4. Rataan total luas daun bibit suren 12 mst........................................................23 5. Rataan rasio tajuk akar bibit suren saat panen ................................................24 6. Rataan bobot kering total bibit suren saat panen ............................................24 7. Rataan serapan P tanaman bibit suren.............................................................25 8. Rataan persentase kolonisasi akar dari setiap perlakuan.................................26
viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Pohon suren (Toona sureni) ............................................................................4 2. Infeksi pada akar bibit suren, (a) terinfeksi spora (b) terinfeksi hifa ..............34
ix
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Rataan pertambahan tinggi dan analisis sidik ragam bibit suren ..................42 2. Rataan pertambahan diameter dan analisis sidik ragam bibit suren .............43 3. Rataan total luas daun dan analisis sidik ragam bibit suren..........................44 4. Rataan rasio tajuk akar dan analisis sidik ragam bibit suren ........................45 5. Rataan bobot kering total dan analisis sidik ragam bibit suren.....................46 6. Rataan serapan P tanaman dan analisis sidik ragam bibit suren ...................47 7. Rataan persentase kolonisasi akar dan analisis sidik ragam bibit suren .......48 8. Hasil analisis tanah ultisol asal Simalingkar B .............................................50 9. Hasil analisis kadar P bibit suren ..................................................................51 10. Perbandingan pertumbuhan bibit suren tiap perlakuan.................................53 11. Kriteria penilaian sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor
(1983) & BPP Medan (1982) .......................................................................54 12. Kriteria persentase kolonisasi akar (Setiadi et al., 1992)..............................54

x
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RICKY MARISON SIHOMBING. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.). Dibimbing oleh DELVIAN dan NELLY ANNA. Penelitian ini bertujuan untuk menguji respon pertumbuhan bibit suren (Toona sureni Merr.) dengan pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan interval penyiraman. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu dosis mikoriza (0 gr/bibit, 5 gr/bibit, 10 gr/bibit, dan 15 gr/bibit) dan taraf interval penyiraman (1 hari sekali, 3 hari sekali, 5 hari sekali, dan 7 hari sekali). Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, total luas daun, rasio tajuk akar dan bobot kering total tanaman, kecuali serapan P tanaman dan persentase kolonisasi akar. Interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali serapan P tanaman. Interaksi perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap persentase kolonisasi akar. Perlakuan dengan pemberian dosis mikoriza 15 gr/polybag merupakan perlakuan dengan hasil terbaik sedangkan pada perlakuan interval penyiraman, interval penyiraman 3 hari sekali merupakan perlakuan yang terbaik.
i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RICKY MARISON SIHOMBING. Effect of arbuscula mycorrhizae fungus (AMF) inoculation and watering interval on growth of seedling suren (Toona sureni Merr.) Supervised by DELVIAN and NELLY ANNA.
The objective of this research was to detemine the growth response of seedling suren (Toona sureni) by adduction Arbuskula Mycorrhizae Fungus (AMF) and the watering interval. The research was done in the greenhouse of Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan. The research used a factorial completely randomized design with two factorials the mycorrhizae dosage (0 g/seedling,5 g/seedling, 10 g/seedling and 15 g/seedling) and the second factor with four rates of watering interval consists of once in a day, once in 3 days, once in 5 days and once in 7 days. The results showed that mycorrhizae inoculation did not significantly affect for height, diameter, leaf area, root crown ratio, and total dry weight of plant except and phosphor plant uptake the percentage of root colonization. Watering interval significantly influenced all parameters except phosphor plant uptake. The interaction between inoculation mychorrhizae and watering interval only significantly affect the percentage of root colonization. Mycorrhizal treatment dose 15 g / polybag is the best treatment and the treatment of watering intervals of 3 days is the best treatment.
ii
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Suren (Toona sureni) merupakan jenis tanaman kehutanan yang memiliki
banyak manfaat. Pohon suren tergolong pohon besar dengan bentuk batang lurus bisa mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang 25 m dan diameter 100 cm. Suren merupakan salah satu komoditi kehutanan yang menghasilkan kayu yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki sifat kayu yang baik. Kayu suren termasuk ke dalam kelas sedang yaitu IV-V (Mandang dan Pandit, 1997). Kebutuhan akan kayu jenis ini semakin meningkat, dikarenakan semakin berkurangnya jenis kayu yang berasal dari hutan alam.
Bagian pohon suren yang dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat, dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan insektisida, sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik).
Setiap makhluk hidup membutuhkan air, air bagi tanaman merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99%, dan yang digunakan untuk hidrasi 1% termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik, Pertumbuhan tanaman suren memerlukan air saat penyiraman contohnya di pembibitan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air di awal pertumbuhan bibit hingga siap untuk penanaman di lapangan.
1

Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan mikoriza akhir-akhir ini sering digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kehutanan. Potensi dari adanya simbiosis Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dengan tanaman sangat penting untuk dimanfaatkan bagi kepentingan budidaya, terutama pada saat pembibitan maupun penanaman di lapangan. Setiadi (1998) menyatakan pengaruh tersebut berupa meningkatkan penyerapan hara tanah dan ketahanan akar terhadap kekeringan, menjaga akar dari serangan penyakit, memasok tambahan hormon tumbuh dan ZPT, serta manfaat dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar.
Sehubungan dengan hal yang diuraikan di atas, air merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman suren. Sehingga apabila kekurangan air akan mengganggu pertumbuhan tanaman suren tersebut. Pembibitan tanaman suren dengan sumber daya air yang terbatas memerlukan suatu alternatif dalam perpanjangan akar untuk memperluas serapan air oleh akar dalam tanah. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) terhadap pertumbuhan bibit suren (Toona sureni) dalam mengefisiensikan penyiraman di pembibitan tanaman suren.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji respon pertumbuhan bibit suren
(Toona sureni) dengan pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan interval penyiraman air.
2
Universitas Sumatera Utara

Hipotesis 1. Adanya interaksi antara taraf pemberian mikoriza dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan bibit suren. 2. Perbedaan taraf pemberian mikoriza memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan bibit suren. 3. Perbedaan interval penyiraman memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit suren.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi cekaman kekeringan pada tanaman suren serta sebagai informasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya suren dengan menggunakan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dalam hal efisiensi penyiraman pada pembibitan.
3
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Tanaman Suren

Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002)


diklasifikasikan ke dalam:

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo

: Sapindales

Famili


: Meliaceae

Genus

: Toona

Spesies : Toona sureni (Blume) Merr.

Gambar 1. Pohon Suren (Toona sureni) Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600-2.700 m dpl dengan temperatur 22ºC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain
4
Universitas Sumatera Utara

kayunya sebagai bahan bangunan, furnitur, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Sering tumbuh pada tanah-tanah yang berlempung dalam, lembab, subur, drainase baik, dan menyenangi tanah yang basa. Suren termasuk jenis tanaman yang cepat tumbuh dan pada umur 12-15 tahun sudah dapat menghasilkan kayu (Sutisna et al., 1998).
Deskripsi Pohon Suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila
bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas. Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40-60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m. Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.
Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober. Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah
5
Universitas Sumatera Utara


akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak berdaun. Warna benih coklat, panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin, dalam 1 kg terdapat 64.000 butir benih (Dephut, 2002).
Tanah Ultisol Ultisol memiliki kelas tekstur yang bervariasi dari berlempung halus
sampai berliat. Reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 4,1-4,8). Kandungan bahan organik di lapisan atas yang tipis umumnya rendah sampai sedang, dan lapisan bawah sangat rendah, dan ratio C/N tergolong rendah. Kandungan P potensial sangat rendah sampai rendah di semua lapisan tanah. Jumlah basa dapat tukar tergolong sangat rendah disemua lapisan. KTK tanah disemua lapisan termasuk rendah dan KB sangat rendah. Dengan demikian potensi kesuburan ultisol dinilai sangat rendah sampai rendah (Damanik et al., 2010).
Jenis tanah ultisol menurut Soepardi (1983) mempunyai kelemahan untuk digunakan sebagai medium pertumbuhan bibit. Pada umumnya tanah ini mengandung bahan organik sedikit. Keadaan ini menyebabkan aerasi tanah kurang baik sehingga perkecambahan akar tanaman kurang sempurna. Sifat kemasaman tanah yang kuat, kurang menguntungkan tanaman karena tanah banyak mengandung Al, Fe, dan Mn yang bersifat racun bagi tanaman.
Cekaman Kekeringan dan Ketersediaan Hara Cekaman air pada tanaman menurut Islami dan Wani (1995) terjadi karena
(1) ketersediaan air dalam media tidak cukup, (2) transpirasi yang berlebihan atau
6
Universitas Sumatera Utara

kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman air. Tanaman yang mengalami cekaman air, secara umum akan mengalami penurunan pertumbuhan yang tidak normal dibandingkan tanaman yang tidak kekurangan air.
Kemampuan akar menyerap hara dipengaruhi oleh daya serap akar, kemampuan mentranslokasikan dari akar ke daun, dan kemampuan memperluas sistem perakarannya. Menurut Marschner (1995), di bawah beberapa kondisi iklim, ketersediaan hara pada lapisan permukaan tanah (top soil) banyak mengalami kemunduran selama musim pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena rendahnya kandungan air tanah yang menjadi faktor penghambat bagi transfer hara ke permukaan akar. Kekeringan tanah menurunkan proses mineralisasi unsur-unsur hara yang terikat secara organik dan menurunkan transfer unsur hara oleh aliran massa dan difusi serta akhirnya dapat mengurangi ketersediaan hara pada permukaan tanah.
Fungsi Air Pada Tanaman Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman. Air berfungsi
sebagai penyusun tubuh tanaman, pelarut dan medium reaksi biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku fotosintesis dan menjaga suhu tanaman supaya konstan, evaporasi air untuk mendinginkan permukaan (Gardner et al., 1991). Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetik atau hereditas) dan intersel (hormon dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya (Gardner et al., 1991).
7
Universitas Sumatera Utara

Tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang, karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air. Setiap kali air menjadi terbatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Jumlah hasil panen ini dipengaruhi oleh genotif yang kekurangan air dan tingkat perkembangan (Gardner et al., 1991). Respon tanaman terhadap kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tanaman yang menghindari kekeringan (drought avoiders) dan tanaman yang mentoleransi kekeringan (drought tolerators). Tanaman yang menghindari kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air tersedia maksimum antara lain dengan meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman yang mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi dehidrasi. Penundaan dehidrasi mencakup peningkatan sensitifitas stomata dan perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian osmotik (Sinaga, 2008).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan, meskipun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi (Haryati, 2003).
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Asosiasi simbiotik antara jamur dan sistem perakaran tanaman tingkat
tinggi memiliki istilah yaitu mikoriza yang secara harfiah berarti akar jamur (Rao, 1994). Mikoriza ditemukan pertama kali oleh Greek, yang disebut akar jamur (fungus root), namun dipublikasikan oleh A. B. Frank 1885 (Richard, 1987).

8
Universitas Sumatera Utara

Mikoriza merupakan suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat tinggi.
CMA adalah salah satu tipe cendawan mikoriza dan termasuk ke dalam golongan endomikoriza. CMA termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2 sub-ordo, yaitu Gigasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Glomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan genus Glomus dan Sclerocystis, famili Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus dan Archaeosporaceae dengan genus Arshaeospora (INVAM, 2004).
Peranan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Peranan mikoriza secara spesifik membantu pertumbuhan tanaman, antara
lain memberi keuntungan bagi inang meliputi peningkatan permukaan efektif akar dengan meningkatkannya keefektifan dalam penyerapan hara (terutama fosfor) dan air, cabang akar berfungsi lebih lama, peningkatan toleransi panas dan kekeringan, membuat hara tanah lebih dapat digunakan, dan menanggulangi infeksi organisme penyakit, dimana keuntungan ini hanya terdapat pada ektomikoriza (Foth, 1994).
Penelitian mengenai pengaruh CMA terhadap pertumbuhan tanaman telah banyak dilakukan, baik tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan dan perkebunan. Menurut hasil penelitian Maryadi (2002) melaporkan bahwa tanaman jati berasosiasi baik dengan CMA. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
9
Universitas Sumatera Utara

beberapa genus di perakaran tanaman jati. Genus yang ditemukan adalah Glomus, Scelerocistys, dan Gigaspora.
Penelitian Widiastuti et al., (2002) menunjukkan bahwa keefektifan pupuk dan serapan P meningkat secara nyata dengan inokulasi CMA pada bibit kelapa sawit di tanah masam. Selain berpengaruh terhadap serapan P, pemberian CMA pada bibit kayu manis menurut Delvian (2006) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, bobot kering, rasio tajuk akar, dan persentase akar terinfeksi. Widyati (2007) menyatakan bahwa CMA mempunyai peran ganda terhadap tanaman inangnya meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan optimasi inokulasi rhizobium dan BPF (bakteri pelarut fosfat) pada bibit A. crassicarpa 4 bulan di persemaian. Pemberian mikoriza pada lahan bekas tambang batubara yang dilakukan Ulfa et al. (2006) menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap pertumbuhan pulai darat (Alstonia sp.) akan tetapi berpengaruh terhadap persentase hidup tanaman untuk hidup.
Peranan agronomis yang paling utama mikoriza yang diterima hingga saat ini adalah kemampuannya untuk meningkatkan serapan hara tanaman. Penyerapan P pada permukaan akar lebih cepat dari pergerakan fosfat ke permukaan akar, sehingga zona terkurasnya fosfat terjadi di sekitar akar. Hifa yang meluas dari permukaan akar membantu tanaman melintasi zona yang tidak dapat dicapai oleh akar yang tidak bermikoriza (Simanungkalit, 2011).
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap pembentukan CMA dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan waktu yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar, jumlah spora/unit volume tanah,
10
Universitas Sumatera Utara

persentase perkecambahan spora dan rata-rata pertumbuhan hifa. Interaksi antara faktor-faktor biotik memiliki efek yang signifikan dalam merespon pertumbuhan tanaman yang diinokulasi. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan CMA dalam hal suplai dan keseimbangan hara, kelembaban dan pH tanah (Rao, 1994 dalam Simorangkir, 2008).
Peningkatan persentase infeksi CMA akibat inokulasi dapat dihubungkan dengan peningkatan jumlah spora di dalam tanah. Infeksi terjadi karena adanya eksudat atau senyawa khas yang dihasilkan dan dikeluarkan oleh akar tanaman yang menyebabkan merangsang perkembangan CMA. Peningkatan persentase infeksi akibat inokulasi ini sangat dipengaruhi oleh rhizobium (Fakuara, 1988 dalam Simorangkir, 2008).

Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bibit bermikoriza memiliki pertumbuhan yang lebih optimal daripada bibit non-mikoriza. Salah satu kelebihan bibit bermikoriza adalah lebih tahan terhadap kekeringan. Bibit yang bermikoriza akarnya diselimuti oleh hifa-hifa eksternal yang menyebar luas disekitar zona rhizosfer. Hifa tersebut memiliki sifat seperti kapas yang memiliki daya absorpsi air yang sangat tinggi. Ukuran diameter hifa sangat kecil sehingga mampu menerobos poripori mikro tanah dan menambah daerah jelajah serapan air di tanah. Dengan demikian bibit bermikoriza mampu menyerap air dalam kapasitas yang tinggi serta efisiensi dalam penyerapannya. Daerah sekitar rhizosfer pada bibit yang bermikoriza biasanya lebih lembab karena banyak eksudat yang dipertukarkan. Lingkungan tersebut memberikan keuntungan bagi mikroorganisme tanah yang bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan tanaman (BPTH, 2006).
11
Universitas Sumatera Utara

Jaringan hifa eksternal dari Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) akan memperluas bidang serapan air, disamping itu ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar yang memungkinkan hifa bias menyerap air pada kondisi air tanah yang sangat rendah (Kilham, 1994 dalam Mariam, 2005). Menurut hasil penelitian Lucia dkk (1998) inokulasi mikoriza memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kakao terlihat pada tinggi tanaman, luas daun, dan bobot kering tajuk dibandingkan dengan kontrol. Inokulasi juga secara nyata menghemat pemberian air 2 sampai 4 kali dibandingkan dengan kontrol dan mempersingkat masa pembibitan sampai satu bulan.
Dari beberapa penelitian juga ditunjukkan bahwa Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan (Kothari et al., 1990; Sylvia et al., 1993, Subramanian, et al., 1995 dalam Simanungkalit, 2011). Perbaikan toleransi tanaman bermikoriza terhadap stress air dapat disebabkan oleh peningkatan konduktivitas hidraulik, laju transpirasi yang lebih kecil per satuan luas, adanya ekstraksi air dari tanah ke potensi yang lebih rendah, pemulihan tanaman yang lebih cepat dari stress air, dan P tanah yang lebih baik.
12
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan April 2012 sampai dengan selesai.
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Biologi Tanah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman Suren
(Toona sureni Merr.) yang berumur 1 bulan, Mikoriza yang berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB Bogor, larutan KOH 10%, lacto glycerol, trypan blue 0,05%, larutan HCl 2%, Pupuk NPK (sebagai pupuk dasar), tanah jenis ultisol asal Simalingkar B dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag ukuran 2 kg, saringan tanah, cangkul, timbangan, kertas label, penggaris/meteran, jangka sorong, alat tulis, kamera digital, pisau cutter, kantong koran, kaca preparat, mikroskop binokuler (20-100×) dan pinset.
Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
dengan 2 faktor yaitu faktor pertama adalah inokulasi mikoriza dengan 4 taraf dosis pemberian mikoriza dan faktor yang kedua adalah interval penyiraman yang terdiri dari 4 taraf interval penyiraman, penelitian ini memiliki 3 ulangan, yaitu:
13
Universitas Sumatera Utara

Faktor I : Taraf Dosis Pemberian Mikoriza M0 = 0 gr / polybag M5 = 5 gr / polybag M10 = 10 gr / polybag M15 = 15 gr / polybag

Faktor II : Interval Penyiraman P1 = Penyiraman 1 hari sekali P3 = Penyiraman 3 hari sekali P5 = Penyiraman 5 hari sekali P7 = Penyiraman 7 hari sekali

Jumlah kombinasi perlakuan tersebut adalah 4 x 4 = 16 perlakuan

Ulangan

= 3 unit

Jumlah unit percobaan = 48 unit

Model rancangan acak lengkap faktorial adalah sebagai berikut ini : Yijk = µ + αi + βj + (αβ) ij + εijk
Dimana: Yijk = Respon tanaman yang diamati µ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor taraf pemberian mikoriza βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor interval penyiraman (αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor taraf pemberian mikoriza dan
taraf ke-j dari faktor interval penyiraman

14
Universitas Sumatera Utara

Εijk = Pengaruh (galad percobaan) taraf ke-i dari faktor taraf pemberian mikoriza dan taraf ke-j dari faktor interval penyiraman pada ulangan yang ke-k
Data dianalisis keragamannya dan apabila terdapat pengaruh yang nyata dilakukan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
Pelaksanaan Penelitian
1. Penyiapan Media Tanam Media yang digunakan tanah ultisol dari beberapa titik pengambilan
sampel tanah pada lokasi tempat yang sama. Kemudian tanah didiamkan selama sehari, dilakukan pengayakan agar kotoran seperti sampah plastik atau batuan tidak terikut. Dilakukan penghomogenan media tanam agar media yang akan digunakan tidak berbeda dalam segi kandungan unsur hara.
2. Pemilihan Bibit Suren Bibit suren yang digunakan berasal dari pembibitan. Bibit yang digunakan
berumur 1 bulan dan diusahakan agar bibit yang digunakan memiliki keseragaman untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan.
3. Penanaman Bibit Suren dan Inokulasi Mikoriza Mikoriza diberikan pada saat pemindahan bibit ke polybag. Pemberian
mikoriza sebanyak 5 gr, 10 gr, 15 gr ke dalam lubang tanam. Teknik inokulasi dilakukan dengan system “Layering Technique” (Setiadi, 1998), yaitu meletakkan/menabur mikoriza ke dalam lubang tanam polybag. Bibit kemudian ditanam ke media yang telah diberi mikoriza. Agar akar diusahakan dekat dengan
15
Universitas Sumatera Utara

CMA yang ditabur. Kemudian lubang tanaman yang telah berisi bibit ditutup dengan tanah dan di tabur di sekelilingnya pupuk NPK sebagai pupuk dasar sebanyak 0,5 gr / polybag.
4. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan pada pagi dan
sore hari secara teratur. Pembebasan tanaman dari rumput dan tanaman lain yang tumbuh pada permukaan media.
Parameter Penelitian
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tinggi Bibit
Pengambilan data tinggi tanaman dilakukan setelah 10 hari penanaman, selanjutnya data diambil seminggu sekali. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan penggaris/meteran. Pada pengukuran pertama diukur mulai dari pangkal batang tanaman sampai titik tumbuh tertinggi, untuk pengukuran berikutnya pengukuran dimulai dari tanda setinggi 1 cm dari atas permukaan tanah yang telah diberi sebagai penanda, dengan demikian kesalahan dapat dihindari.
2. Diameter Bibit Pengambilan data diameter dilakukan setelah 10 hari penanaman,
selanjutnya data diambil seminggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong yang diukur dari tanda yang telah dibuat setinggi 1 cm dari atas permukaan tanah dan untuk selanjutnya pengukuran diameter dilakukan di tempat yang sama.
16
Universitas Sumatera Utara

3. Luas Daun Pengukuran luas daun diambil pada saat pengambilan data terakhir. Daun
digambar pada kertas millimeter, kemudian hasilnya di-scan. Setelah di-scan data daun dimasukkan dalam program Autocad 2006 untuk mendapatkan hasil luasan daunnya.
4. Berat Kering Total Bibit Pengukuran berat kering total dilakukan dengan mengeringkan bagian akar
dan tajuk suren yang telah dipanen dengan suhu 70°C selama 48 jam kemudian ditimbang dan dijumlahkan berat kering tajuk dan berat kering akarnya.
5. Rasio Tajuk Akar Rasio tajuk akar diperoleh pada akhir penelitian dengan cara membagi
berat kering tajuk dengan berat kering akar yaitu: Berat Kering Tajuk
Ratio Tajuk Akar = Berat Kering Akar
6. Serapan P Tanaman Perhitungan serapan P Tanaman dilakukan akhir penelitian yang
didapatkan dengan mengalikan jumlah berat kering total dengan kadar P tanaman.
7. Persentase Kolonisasi pada Akar Pengamatan kolonisasi CMA pada sampel akar tanaman dilakukan melalui
teknik pewarnaan akar (staining). Metode yang digunakan untuk pembersihan dan pewarnaan akar sampel adalah metoda dari Kormanik dan Mc.Graw (1982) yaitu:
1. Langkah pertama adalah memilih akar-akar halus dengan diameter ± 0,5
17
Universitas Sumatera Utara

mm dari masing-masing sampel akar kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih. 2. Akar sampel dimasukkan ke dalam larutan KOH 10% dan dibiarkan selama lebih kurang 24 jam sehingga akar akan berwarna putih atau pucat. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan semua isi sitoplasma dari sel akar sehingga akan memudahkan pengamatan struktur infeksi CMA. Larutan KOH kemudian dibuang dan sampel akar dicuci pada air mengalir selama 510 menit. 3. Selanjutnya sampel akar direndam dalam larutan HCl 2% dan diinapkan selama satu malam. Larutan HCl 2% kemudian dibuang dengan mengalirkannya secara perlahan-lahan. 4. Akar sampel direndam dalam larutan Trypan blue 0,05% untuk proses pewarnaan akar. Kemudian larutan Trypan blue dibuang dan diganti dengan larutan lacto glycerol untuk proses pengurangan warna (destaining). Selanjutnya kegiatan pengamatan siap dilakukan.
Penghitungan persentase kolonisasi akar menggunakan metode panjang akar terkolonisasi (Giovannetti dan Mosse, 1980). Secara acak diambil potongpotongan akar yang telah diwarnai dengan panjang ± 1 cm sebanyak 10 potongan akar dan disusun pada kaca preparat, untuk setiap tanaman sampel dibuat dua preparat akar. Diletakkan kaca penutup (cover glass) di atas potongan-potongan akar tersebut (diusahakan semua potongan akar tertutup, kemudian dengan menggunakan ujung pinset tumpul ditekan hingga potongan-potongan akar tadi menjadi lembaran tipis. Potongan-potongan akar pada kaca preparat diamati untuk setiap bidang pandang. Bidang pandang yang menunjukkan tanda-tanda
18
Universitas Sumatera Utara

kolonisasi (terdapat hifa dan atau arbuskula dan atau vesikula) diberi tanda positif (+), sedangkan yang tidak terdapat tanda-tanda kolonisasi diberi tanda negatif (−). Derajat/persentase kolonisasi akar dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ Bidang pandang bertanda (+)

% Kolonisasi Akar =

x 100%

∑ Bidang pandang keseluruhan

19
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Sifat Kimia Tanah Hasil analisis sifat kimia tanah ultisol asal Simalingkar B menunjukkan
bahwa jenis tanah ultisol yang digunakan sebagai media tanam bibit suren termasuk kedalam kriteria tanah kurang subur. Hal ini dapat dilihat dari sifat kimia tanah untuk pH sebesar 5,46. Kandungan unsur hara dalam tanah ini untuk C-organik sebesar 0,16% dan kandungan unsur hara P hanya 9 ppm, sehingga peranan mikoriza akan berpengaruh terhadap jenis tanah yang termasuk kategori kurang subur.

Tabel 1. Analisis kimia tanah ultisol asal Simalingkar B

Parameter

Satuan

Kisaran Nilai Keterangan

pH (H2O) C-Organik

--- 5,46 Kemasaman Sedang % 0,16 Sangat Rendah

P-Tersedia ppm 9 Rendah

Keterangan : Penilaian sifat-sifat tanah didasarkan pada Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah (Pusat Penelitian Tanah Bogor 1983).

Tinggi Tanaman Salah satu parameter pada pertumbuhan tanaman yang biasa digunakan
adalah tinggi tanaman. Parameter ini digunakan untuk melihat respon tanaman dari perlakuan yang diberikan. Hasil analisis sidik ragam untuk tinggi tanaman, menunjukkan bahwa interaksi dari inokulasi mikoriza dan interval penyiraman serta faktor tunggal dari inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata, namun pada faktor tunggal interval penyiraman menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata

20
Universitas Sumatera Utara

(Lampiran 1). Nilai rata-rata pertambahan tinggi bibit suren dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan tinggi bibit suren 12 mst.

Interval Penyiraman

Dosis Mikoriza

Rata-rata

1 hari sekali 3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali

0g

24,000

21,070

17,200

16,100 19,593

5g

24,267

23,767

21,700

18,133 21,967

10 g

22,533

30,333

22,533

18,000 23,350

15 g

21,433

24,367

21,333

18,500 21,408

Rata-rata

23,058bc

24,884c

20,692ab

17,683a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji

jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Tabel 2 di atas menunjukkan rataan pertambahan tinggi bibit suren dengan interval penyiraman 3 hari sekali (P3) tidak berbeda nyata dengan interval penyiraman 1 hari sekali (P1) namun berbeda nyata dengan interval penyiraman 5 hari sekali (P5) dan 7 hari sekali (P7). Rataan pertambahan tinggi bibit suren pada interval penyiraman 1 hari sekali (P1) tidak berbeda nyata dengan interval penyiraman 5 hari sekali (P5) tetapi berbeda nyata dengan interval penyiraman 7 hari sekali.(P7). Rataan pertambahan tinggi interval penyiraman 5 hari sekali (P5) tidak berbeda nyata dengan interval penyiraman 7 hari sekali (P7).

Pertambahan Diameter Tanaman Diameter tanaman merupakan salah satu parameter dalam pertumbuhan
tanaman. Parameter diameter tanaman ini juga memberikan informasi atas respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan. Hasil analisis sidik ragam terhadap nilai rata-rata penambahan diameter tanaman menunjukkan bahwa interaksi dari perlakuan inokulasi mikoriza dan interval penyiraman tidak berpengaruh nyata, sama halnya dengan faktor tunggal inokulasi mikoriza. Faktor tunggal interval

21
Universitas Sumatera Utara

penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit suren (Lampiran 2). Nilai rata-rata pertambahan diameter bibit suren dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata pertambahan diameter bibit suren 12 mst.

Interval Penyiraman

Dosis Mikoriza

Rata-rata

1 hari sekali 3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali

0g

0.377

0.373

0.347

0.307

0.351

5g

0.403

0.393

0.380

0.340

0,379

10 g

0.437

0.433

0.377

0.347

0.399

15 g

0.387

0.417

0.373

0.323

0.375

Rata-rata

0.401b

0.404b

0.369ab

0.329a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji

jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Tabel 3 menunjukkan rataan pertambahan diameter bibit suren dengan interval penyiraman 3 hari sekali (P3) tidak berbeda nyata dengan rataan pertambahan diameter dengan interval penyiraman 1 hari sekali (P1) dan 5 hari sekali (P5), namun berbeda nyata dengan rataan pertambahan diameter bibit dengan interval penyiraman 7 hari sekali (P7). Rataan pertambahan diameter interval penyiraman 5 hari sekali (P5) tidak berbeda nyata dengan rataan pertambahan diameter untuk interval penyiraman 7 hari sekali (P7).

Total Luas Daun Hasil analisis sidik ragam peubah luas daun total (Lampiran 3)
menunjukkan perlakuan masing-masing dari inokulasi mikoriza dan interval penyiraman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun total bibit suren, serta interaksi kedua perlakuan juga tidak berpengaruh nyata terhadap total luas daun bibit suren. Nilai rataan total luas daun dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

22
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Rataan total luas daun bibit suren 12 mst.

Interval Penyiraman Dosis Mikoriza 1 hari sekali 3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali

0 g 529,076 507,359 511,464 447,307

5 g 514,841 609,519 672,244 449,228

10 g 550,196 618,060 534,438 485,179

15 g 565,689 513,384 458,232 513,019

Rata-rata

540,950 562,081 519,094 474,933

Rata-rata
498,801 536,458 546,968 513,831

Rasio Tajuk Akar Hasil sidik ragam untuk peubah rasio tajuk akar bibit suren (Lampiran 4)
menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak memberikan pangaruh nyata terhadap rataan rasio tajuk akar bibit suren, sedangkan interval penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan rasio tajuk akar bibit suren. Interaksi antara inokulasi mikoriza dan interval penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap rataan rasio tajuk akar bibit suren. Nilai rataan dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan rasio tajuk akar bibit suren saat panen

Dosis Mikoriza

Interval Penyiraman

Rata-rata

1 hari sekali 3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali

0g

0,976

0,940

0,890

0,810

0,904

5g

0.996

1,021

0,960

0,812

0,947

10 g

0.962

1,025

0,860

0,982

0,957

15 g

1,002

0,989

0,907

0,870

0,942

Rata-rata

0.984b

0,994b

0,904ab

0,875a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji

jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Tabel 5 di atas menunjukkan rataan rasio tajuk akar dengan interval penyiraman 3 hari sekali (P3) tidak berbeda nyata dengan rataan rasio tajuk akar dengan interval 1 hari sekali (P1) dan 5 hari sekali (P5) namun berbeda nyata dengan rataan rasio tajuk akar dengan interval penyiraman 7 hari sekali (P7).

23
Universitas Sumatera Utara

Rataan rasio tajuk akar dengan interval penyiraman 5 hari sekali (P5) tidak berbeda nyata dengan rataan rasio tajuk akar dengan interval penyiraman 7 hari sekali (P7).
Bobot Kering Total Bibit Hasil sidik ragam untuk peubah bobot kering total bibit suren
menunjukkan bahwa interaksi inokulasi mikoriza dan interval penyiraman serta faktor tunggal inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata, namun pada faktor tunggal interval penyiraman men