Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat

STUDI KARAKTER LANSKAP SEJARAH KOMPLEKS
TAMAN NARMADA LOMBOK BARAT

MOHAMMAD FAUZI HADI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Karakter Lanskap
Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Mohammad Fauzi Hadi
NIM A44110079

ABSTRAK
MOHAMMAD FAUZI HADI. Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman
Narmada Lombok Barat. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR.
Kompleks Taman Narmada di Lombok Barat adalah salah satu peninggalan masa
lalu yang memiliki nilai sejarah dan budaya. Kegiatan budaya yang saat ini masih ada di
Taman Narmada adalah ritual keagamaan Hindu. Ritual agama Hindu biasa dilakukan di
salah satu Pura yang terletak di Puncak Taman Narmada. Taman Narmada perlu
dilestarikan karena memiliki nilai sejarah dan budaya yang ada di dalamnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan komponen artefak dan
lanskap pembentuk kompleks Taman Narmada dan fungsinya di masa lalu dan masa
sekarang, mengidentifikasi dan menganalisis sumber daya air di Kompleks Taman
Narmada dan ketergantungan masyarakat akan adanya sumber air tersebut yang
menunjukkan fungsi sosial Taman Narmada, serta memberi rekomendasi berupa rencana
pemanfaatan dan pengelolaan Taman Narmada yang lebih sesuai dan menguntungkan
masyarakat. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu survei lapang,

wawancara, pemetaan budaya, Piagam Burra, dan skoring Likert. Penggunaan Likert
adalah untuk merumuskan rekomendasi pengelolaan lanskap Narmada dengan
menggunakan penilaian untuk menghitung nilai internal dan eksternal untuk mencari nilai
terbesar yang dijadikan rekomendasi alternatif. Hasil penelitian ini adalah berupa
rekomendasi pengelolaan Taman Narmada. Rekomendasi ini diharapkan menjadi
rekomendasi pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan bagi pemerintah Lombok Barat
Kata kunci: Kompleks Taman Narmada, Pemetaan Budaya, Piagam Burra, Rencana
Pengelolaan

ABSTRACT
MOHAMMAD FAUZI HADI. Study of Historical Landscape Character at Narmada
Park Complex, West Lombok. Supervised by ARIS MUNANDAR
Narmada Park Complex in West Lombok is one of the relics of the past which has
historical and cultural value. The cultural activity which is still exist in Narmada Park is
the ritual of Hindu. The ritual of Hindu religion is usually done at Pura that located on
the top of Narmada Park. Narmada Park need to be preserved because of that historical
and cultural value. The purpose of this study is to identify and to map The Narmada Park
Complex and function of the growing values and culture, to identify and analyze the
availability of water for the local community, and give a recommendation for Narmada
Park’s management. This study use several methods: the ground survey, the social

interview, Cultural Mapping, Burra Charter, and Likert scoring. The use of Likert
scoring is to formulate a management recommendation of Narmada landscape by using
an assessment to calculate internal and external value to find biggest value that become
an alternative recommendation. The result of this study are management
recommendation and utilization recommendation of Narmada Park. This
recommendations are expected to become management, preservation, and utilization
recommendation for the government of West Lombok.
Keywords: Narmada Park Complex, Cultural Mapping, Burra Charter, Landscape
Management Plan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

STUDI KARAKTER LANSKAP SEJARAH KOMPLEKS

TAMAN NARMADA LOMBOK BARAT

M FAUZI HADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi : Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman Narmada
Lombok Barat
Nama
: M Fauzi Hadi

NIM
: A44110079

Disetujui oleh

Dr. Ir. Aris Munandar, MS.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu-wa-ta’-ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Studi Karakter Lanskap
Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat” berhasil diselesaikan.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Arsitektur Lanskap dari Institut Pertanian Bogor.
Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah diberikan,
2. Kedua orangtua dan adik, dr. H. Tono Rustiano, MM dan Ati Sulastri,
S.Tr.Keb, M Natsir Ramadhan, dan Afina Syifa Bila Dina yang selalu
memberi dukungan, semangat dan doa.
3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
kritik, dan saran selama pengerjaan skripsi.
4. Ibu Dewi Rezalini Anwar, SP, MAdes. selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan, perhatian, dan arahannya selama penulis menjalani kegiatan
akademik.
5. Drs. Tawalinuddin Haris, MS. selaku arkeolog dan narasumber ahli.
6. Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Barat terkait atas
informasi dan data yang diberikan selama kegiatan penelitian berlangsung.
7. Teman-teman terdekat SYAW17, (Alm.) Dimas, Arief, Dikka, Fiandy,
Norray, Opay, dan Ponco yang selalu memberikan semangat.
8. Putri Ajrina selaku pendamping selama penulis menjalani perkuliahan.
9. Danar, Robby, Rusli, Astrie, Gigih, dan semua teman-teman seperjuangan
ARL 48 yang selalu saling membantu dalam suka maupun duka.

10. Teman-teman kostan Griya Indah yang selalu membuat hari-hari penulis
penuh canda dan tawa.
11. Senior ARL 47 dan 46 yang sudah memberikan bantuan dan masukan selama
proses pengerjaan.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat.
Bogor, Januari 2016

M Fauzi Hadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Sejarah
Lanskap Budaya
Cagar Budaya
Pelestarian, Pengembangan, dan Pengelolaan Lanskap Bersejarah
Nilai Signifikansi Objek Menurut Piagam Burra (ICOMOS)
Cultural Mapping
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Tahapan dan Metode Penelitian
KONDISI UMUM
Administrasi dan Geografis
Kondisi Fisik dan Biofisik
Aspek Sosial
Kondisi Umum Taman Narmada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Sejarah
Identifikasi Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada
Analisis Perubahan Karakter Taman Narmada
Analisis Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

Analisis Sumber Daya Air, Ketergantungan, dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Taman Narmada
Rencana Pelestarian, Pengelolaan, dan Pemanfaatan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
2
4
4
4
5
6

7
8
10
10
10
12
17
17
17
22
22
24
24
30
43
45
48
50
54
54

54
54
56
76

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Langkah Utama Cultural Mapping
Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
Jenis Data, Bentuk Data, dan Sumber Data
Kriteria Penilaian Objek
Skor Penilaian Komponen Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen
Pembentuk Lanskap Taman Narmada
Skor Ideal Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen Pembentuk Lanskap
Taman Narmada
Rating Scale Penilaian Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen
Pembentuk Lanskap Taman Narmada
Indeks Jawaban Masing-masing Kategori Terhadap Elemen
Pembentuk Lanskap Taman Narmada
Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan
Taman Narmada
Luas Wilayah Desa Narmada Menurut Jenis Penggunaan Tanah
Jenis Tanaman di Taman Narmada
Daftar Mata Air di Kecamatan Narmada
Data Iklim Tahun 2014
Jumlah Penduduk Desa Narmada
Pengunjung tahun 2013
Pengunjung tahun 2014
Data Debit Air Bulanan tahun 2014
Taman Narmada Berdasarkan Periode
Hasil Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Objek dan Perbandingan
dengan Fakta Lapangan
Perhitungan Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Rencana
Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada.

8
11
11
13
15
15
16
16
16
18
20
20
22
22
23
23
41
43
45
49

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka Pikir Penelitian
Lokasi Penelitian
Peta Situasi Taman Narmada
Tahapan Penelitian yang Merujuk pada Piagam Burra
Pendekatan Cultural Mapping
Proses Perencanaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada
menurut Piagam Burra

3
10
10
12
12
13

7

Fasilitas (a) Karcis; (b) Tempat sampah di kompleks taman; (c)
Tempat duduk; (d) Flying Fox.
(a) Museum Taman Narmada; (b) Kolam renang; (c) Toilet umum;
(d) Children playground; (e) Food court; (f) Souvernir shop.
Neraca Air Pulau Lombok
Peta situasi Taman Narmada tahun 1899 oleh P De Roo de la faille
Candi Bentar setelah dipugar
Pintu masuk utama saat ini

18

8
9
10
11
12

19
21
26
28
28

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Pancuran Kolam Padmawangi
Peta inventarisasi objek di Komplek Taman Narmada
Candi Bentar
Halaman Jabalkab
Telaga kembar
Halaman Mukedas
Bale Loji
Sanggah (Merajan)
Bale terang
Halaman Pasarean
Halaman Bencingah
(a) Telaga agung tahun 1911; (b) Telaga Agung sekarang
(a) Kolam Putri Duyung tahun 1930; (b) Kolam Renang saat ini
Kolam Padmawangi
Bale Pentirtaan
Pura Kelasa
Sungai Remeneng
Taman Presak
Alur Sumber Air dan Gambar Elevasi
Cultural Mapping Kompleks Taman Narmada
Skema alur sumber daya air
(a) Vandalisme di Candi bentar; (b) Vandalisme di Halaman
Jabalkab; (c) Sampah
Peta jalur interpretasi wisata sejarah Taman Narmada

29
30
31
31
32
33
33
34
35
35
36
37
38
39
40
41
42
42
44
47
48
50
54

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3
4

Format Kuesioner Penilaian Kualitas Lanskap Taman Narmada
Format Kuesioner Persetujuan Masyarakat Mengenai Rencana
Pemanfaatan dan Pengelolaan Kompleks Taman NarmadaSecara
Keseluruhan
Rincian Penilaian Artefak oleh Masyarakat
Rincian Penilaian Persepsi Masyarakat Tentang Rencana Pemanfaatan
dan Pengelolaan Taman Narmada

56
62

64
75

PENDAHULUAN
Latar belakang
Seiring berkembangnya zaman, proses perkembangan lanskap sejarah di
Indonesia dari masa lampau hingga masa kini masih berlangsung. Hal ini terjadi
mengingat indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.487 pulau
besar maupun kecil yang memiliki suku dan budaya beragam dan sejarah yang
sangat banyak. Dalam suatu lanskap dapat memiliki fungsi yang berbeda dari
masa ke masa. Hal ini menjadikan keberadaan tapak lanskap tersebut sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Manfaat dari
keberadaan tapak tersebut antara lain berupa keuntungan ekonomi, spiritual,
rekreasi, maupun wisata.
Untuk menilai manfaat dan pengaruh dari suatu lanskap sejarah diperlukan
sebuah penilaian dan analisis yang dilakukan terhadap tapak tersebut, masyarakat
sekitar, dan budaya yang berkembang. Hal tersebut bertujuan untuk menemukan
perkembangan fungsi dan pengaruh dari tapak tersebut bagi sekitarnya dari masa
lalu hingga sekarang terhadap budaya dan kebiasaan masyarakat sekitar.
Taman Narmada (Istana Musim Kemarau) merupakan salah satu contoh
tapak lanskap sejarah yang memiliki nilai budaya dan nilai sejarah yang tinggi.
Salah satu budaya yang tetap terjaga sampai saat ini adalah masih rutinnya ritual
keagamaan Hindu yang biasa dilakukan di Pura yang terletak di puncak Taman
Narmada. Selain Taman Narmada, terdapat pula Taman Mayura yang disebut
dengan Istana Musim Hujan dan dibangun sebelum Taman Narmada. Taman
Narmada didirikan karena pada saat itu Taman Mayura dilanda kekeringan,
sehingga pada musim paceklik tersebut keluarga raja serta para pengikutnya
pindah ke suatu tempat yang memiliki air berlimpah. Taman Narmada merupakan
suatu kompleks bangunan cagar budaya sesuai dengan UU Cagar Budaya No.11
Tahun 2010 dengan daftar induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbakala
pusat No. 1829. Berdasarkan peraturan yang berlaku, pemerintah harus
melindungi kelestarian Taman Narmada.
Keberadaan Taman Narmada saat ini tidak lebih hanya sebagai sebuah
kawasan taman rekreasi yang didalamnya pengunjung menghabiskan waktunya.
Dan tidak sedikit masyarakat yang tidak mengetahui sejarah terbentuknya
kompleks taman ini, sehingga nilai-nilai yang didalamnya sudah pudar. Ditambah
lagi dengan pemugaran-pemugaran yang tidak sebagaimana mestinya, sehingga
tidak lagi memperlihatkan karakter Taman Narmada yang ada di masa lalu.
Sedangkan untuk sumber daya air di tempat ini memang sudah
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kebutuhan sehari-hari. Baik untuk ritual
keagamaan ataupun kebutuhan lainnya. Sumber daya air di Taman Narmada
berasal dari beberapa mata air dan berujung di beberapa tempat.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi dan memetakan komponen objek dan elemen pembentuk
lanskap kompleks Taman Narmada dan fungsinya di masa lalu dan masa
sekarang.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber daya air di Kompleks Taman
Narmada dan ketergantungan masyarakat akan adanya sumber air tersebut
yang menunjukkan fungsi sosial Taman Narmada.
3. Pemberian rekomendasi berupa rencana pelestarian, pemanfaatan dan
pengelolaan Taman Narmada yang lebih sesuai.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rekomendasi dan informasi
terhadap pemerintah daerah dan masyarakat sekitar agar dapat memanfaatkan,
melindungi dan melestarikan budaya dan nilai yang sudah turun menurun ada di
kompleks Taman Narmada tersebut.
Kerangka Penelitian
Taman Narmada merupakan salah satu peninggalan sejarah yang memiliki
nilai sangat tinggi. Seiring dengan berkembangnya pembangunan di Kabupaten
Lombok Barat dan difungsikannya Kompleks Taman Narmada sebagai taman
rekreasi dapat membuat fungsi asli dan karakter awal dari kompleks tersebut
terlupakan. Hal ini didasarkan pada rekreasi yang ditawarkan kurang mendukung
terjaganya nilai budaya dan sejarah yang ada pada kompleks Taman Narmada.
Pada masalah tersebut maka dilakukan sebuah studi yang menilai perubahan
karakter di kompleks ini dan berakhir pada evaluasi pemanfaatan terhadap
kompleks Taman Narmada. Adapun salah satu contoh pemanfaatan adalah selain
dilestarikan, nilai yang ada pada kompleks tersebut dikembangkan menjadi
sebuah lambang atau identitas masyarakat Lombok. Kerangka pikir penelitian
studi karakter bentukan lanskap sejarah Taman Narmada Lombok Barat sebagai
berikut.

3

Kompleks Taman Narmada

Fisik:
a. Letak tapak
b. Topografi
c. Sirkulasi
d. Landform

Biofisik:
a. Vegetasi
b. Iklim
c. Hidrologi

Aspek sosialbudaya:
a. Sejarah
b. Filosofi
c. Nilai (value)

Tatanan Lanskap Taman Narmada

Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Air Taman
Narmada

Upaya Pelestarian

Rencana Pengelolaan dan Pemanfaatan:
a. Planning with people
b. Sentra pertanian dan pusat
kebudayaan
c. Identitas Lombok

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Pengelolaan saat
ini:
a. Peraturan
(aspek legal/
RTRW)
b. Pengelola
c. Sistem
pengelolaan dan
pelestarian
d. Pemanfaatan
sebagai objek
wisata
e. Penggunaan
lahan di sekitar
f. Sumber daya
air

4

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Sejarah
Lanskap sejarah merupakan lanskap yang berasal dari masa lampau, yang
didalamnya terdapat bukti fisik tentang keberadaan manusia. Lanskap tersebut
berkaitan dengan kontribusi manusia terhadap karakter lahan yang ada (Harvey
dan Buggey, 1988). Lanskap sejarah juga merupakan bentang alam dengan
karakteristik tertentu yang dapat digolongkan sebagai keindahan (beauty) bila
memiliki kesatuan harmoni dalam hubungan antar seluruh komponen
pembentuknya dan dikatakan ugliness apabila tidak terdapat kesatuan (unity)
diantara komponen-komponen pembentuknya (Simonds,1983).
Dalam konteks sejarah, menurut Goodchild (1990) lanskap merupakan
era tertentu yang memiliki karakteristik berupa komposisi beberapa fitur yang
menjadikan area tersebut dapat dikenali dan diakui. Tipe-tipe tersebut antara lain:
1. Lanskap perdesaan, yang mencirikan karakter desa pada periode
waktu tertentu pada masa lalu,
2. Lanskap perkotaan, yang mencirikan karakter kota pada periode
waktu tertentu di masa lalu,
3. Lanskap industry, yang memiliki bukti-bukti fisik sebagai lokasi
penting dalam perkembangan industri,
4. Lanskap yang terkait dengan bangunan atau monument sejarah dari
individu atau sekelompok masyarakat,
5. Taman dan tempat rekreasi bersejarah,
6. Lanskap yang berhubungan dengan seseorang atau peristiwa penting
dalam sejarah,
7. Lokasi yang sejak dulu telah dikenal karena pemandangannya yang
indah.
Goodchild (1990) juga menyatakan bahwa suatu lanskap dikatakan
bernilai sejarah bila mengandung satu atau lebih alasan berikut:
1. Lanskap tersebut merupakan suatu contoh penting dan harus dihargai
dari suatu tipe lanskap atau taman,
2. Mengandung bukti-bukti penting dan menarik untuk mempelajari
sejarah tentang tata guna lahan, lanskap dan taman, atau sikap budaya
terhadap lanskap atau taman,
3. Memiliki keterkaitan dengan seseorang, masyarakat atau peristiwa
sejarah yang penting,
4. Menandung nilai-nilai yang terkait dengan bangunan-bangunan
bersejarah, monumen-monumen atau tapak-tapak bersejarah lainnya.
Lanskap Budaya
Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari
waktu ke waktu (Placther dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa
negara di dunia menonjol sebagai model interaksi antar manusia, sistem sosial,
dan cara manusia mengatur ruang. Lanskap budaya dapat teridentifikasi menjadi
komponen teraba dan tidak teraba.

5

Sedangkan menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001) lanskap budaya
merupakan suatu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu
nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan
sumber daya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini
merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang
merefleksikan adaptasi manusia dan juga perasaan dan ekspresinya dalam
menggunakan dan mengelola sumberdaya alam dan lingkungan yang terkait
dengan kehidupannya. Hal ini diekspresikan kelompok-kelompok masyarakat
dalam bentuk dan pola pemukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan,
sirkulasi, arsitektur, dan struktur bangunan serta yang lainnya.
Tishler dalam Nurisjah dan Pramukanto (2001) menyatakan bahwa
lanskap budaya memiliki hubungan erat dengan aktivitas manusia, performa
budaya dan juga nilai dan tingkat estetika, termasuk kejadian-kejadian
kesejarahan yang dimiliki kelompok tersebut. Dinyatakan bahwa kebudayaan
merupakan agen atau perantara dalam proses pembentukannya dan lanskap
budaya merupakan hasil atau produknya yang dapat dilihat dan dinikmati
keberadaannya baik secara fisik maupun psikis.
Cagar Budaya
Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan disebut
dengan Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 tahun 2010, Bab 3 pasal 5, kriteria
benda, bangunan, atau struktur yang bisa menjadi cagar budaya adalah sebagai
berikut:
1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan; dan
4. Memiliki bilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Pelestarian cagar budaya dijelaskan pada Bab 7 Pasal 53, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan
administratif.
2. Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau
dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan
etika pelestarian.
3. Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan
kemungkinan dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti
sebelum kegiatan pelestarian.
4. Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan
pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya.

6

Sedangkan untuk perlindungan Cagar Budaya tertuang pada Bab 7 Pasal
56 yang menerangkan bahwa setiap orang dapat berperan serta melakukan
perlindungan Cagar Budaya.
Pelestarian, Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap Bersejarah
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001), pelestarian lanskap bersejarah
adalah usaha manusia untuk melindungi peninggalan atau sisa budaya dan sejarah
terdahulu yang bernilai dari berbagai perubahan negative yang merusak
keberadaannya atau nilai yang dimilikinya. Tujuan dari upaya ini adalah untuk
memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasar kekuatan
asset-aset budaya lama dan melakukan pencangkokan program-program yang
menarik dan kreatif, berkelanjutan, pasrtisipatif dengan memperhitungkan
estimasi ekonomi.
Nurisjah dan Pramukanto (2001) juga mengemukakan bahwa tujuan
pelestarian lanskap terkait dengan aspek dan budaya secara lebih spesifik adalah
untuk:
1. Mempertahankan warisan budaya/sejarah yang memiliki karakter
spesifik suatu kawasan.
2. Menjamin terwujudnya ragam dan kontras yang menarik dari suatu
kawasan tertentu yang relatif modern akan memiliki kesan visual dan
sosial yang berbada.
3. Memenuhi kebutuhan psikis manusia, untuk dapat melihat dan
merasakan eksistensi dalam alur kesinambungan masa lampau-masa
kini-masa depan yang tercermin dalam objek/lanskap untuk
selanjutnya dikaitkan dengan harga diri, percaya diri, dan sebagai
identitas diri dari suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu.
4. Menjadikan motivasi ekonomi, dapat mendukung perekonomian
kota/daerah bila dikembangkan sebagai kawasan tujuan wisata.
5. Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dari identitas suatu
masyarakat tertentu.
Sementara Goodchild (1990) mengemukakan beberapa alasan untuk
melestarikan lanskap bersejarah, yaitu sebagai berikut:
1. Lanskap bersejarah merupakan bagian yang penting dan integral dari
warisan budaya (cultural heritage). Lanskap bersejarah dapat menjadi
bukti fisik dan arkeologi dari sejarah suatu lanskap warisan budaya.
2. Lanskap bersejarah memberi kontribusi terhadap keberlanjutan
kehidupan berbudaya, keberadaannya dapat dimanfaatkan sebagai
objek yang dapat dikunjungi dan dipelajari.
3. Lanskap bersejarah dapat memberikan suatu kenyamanan public
(public amenity), karena dapat menjadi tempat bersantai, rileks,
rekreasi, serta dapat membangkitkan semangat dan menemukan
inspirasi.
4. Lanskap bersejarah memiliki nilai ekonomis karena dapat memberikan
keuntungan serta mendorong kepariwisataan.
Ada beberapa tindakan pelestarian yang dapat diterapkan pada suatu
kawasan atau bagiannya, yang terdiri dari suatu tindakan atau campuran dari

7

beberapa tindakan dengan kombinasi yang berbeda (Goodchild, 1990). Beberapa
tindakan pelestarian tersebut diantaranya adalah:
1. Rekonstruksi, yaitu mengembalikan keadaan suatu objek atau tempat
yang pernah ada, tetapi sebagian besar telah hilang atau sama sekali
hilang.
2. Preservasi, yaitu menjaga suatu objek pada kondisi yang ada, dengan
mencegah kerusakan dan perubahan.
3. Pemberian informasi, sebagai pedoman atau saran kepada pengelola,
penghuni, dan pihak yang terkait, seperti pemerintah.
4. Meningkatkan pengelolaan dan perawatan pada tapak.
5. Perbaikan objek, yaitu memperbaiki objek yang telah rusak atau
keadaaannya telah memburuk dengan tidak merubah karakter atau
keutuhan objek.
6. Meningkatkan karakter sejarah pada tapak melalui tindakan perbaikan,
rekonstruksi, atau pembuatan desain baru berdasarkan nilai sejarah.
7. Stabilitas dan konsolidasi, yaitu memperbaiki dan menyelamatkan
suatu objek dari segi struktur tanpa mengubah atau dengan perubahan
yang minimal pada penampakan dan keutuhan sejarahnya.
8. Memperbaiki karakter estetis dari tapak melalui tindakan perbaikan,
pembaharuan, rekonstruksi, atau desain baru berdasarkan nilai sejarah.
9. Adaptasi atau revitalisasi, yaitu menyesuaikan suatu objek pada
kawasan untuk keadaan atau penggunaan baru yang sesuai, yang
dilakukan dengan pemahaman mendalam terhadap karakter sejarah
yang dimiliki objek, sehingga karakter dan keutuhan kawasan asli
dapat tetap dipelihara.
Nilai Signifikansi Objek Menurut Piagam Burra (ICOMOS)
Piagam ICOMOS (International Charter for the Conservation and
Restoration of Monuments and Sites) sebagai panduan untuk konservasi dan
pengelolaan tempat-tempat bersignifikansi budaya (tempat-tempat warisan
budaya) dan disusun berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman para anggota
ICOMOS. Piagam ini dapat diterapkan pada semua jenis tempat yang mempunyai
signifikansi budaya termasuk tempat-tempat alam (natural), asli (indigenous), dan
tempat-tempat bersejarah yang memiliki nilai budaya. Pada Pasal 1,disebutkan
bahwa pada butir ke:
1. Tempat artinya situs, area, lahan, lanskap, bangunan atau konstruksi
sejenis, kelompok bangunan atau konstruksi sejenis, dan dapat juga
termasuk komponen, isi, ruang, dan pemandangan.
2. Signifikansi budaya artinya nilai-nilai estetis, historis, ilmiah, sosial, atau
spiritual untuk generasi dahulu, kini atau masa datang.
Tempat-tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia
seringkali memberikan ikatan rasa romantisme tempat yang dalam dan
inspirasional kepada masyarakat dan lanskapnya. Tempat-tempat tersebut adalah
rekaman sejarah yang penting dijadikan sebagai ekspresi nyata identitas suatu
tempat. Signifikansi budaya tersirat dalam tempat itu sendiri, bahan-bahannya,
tata letaknya, fungsinya, asosiasinya, maknanya, rekamannya, tempat-tempat

8

terkait, dan objek-objek terkait. Signifikansi budaya dapat berubah akibat dari
kontinuitas sejarah suatu tempat. Piagam Burra memberikan panduan untuk
konservasi dan pengelolaan tempat-tempat bersignifikansi budaya dan
menetapkan standar bagi pihak-pihak yang akan memberikan saran, membuat
keputusan, atau menangani pekerjaan pada tempat-tempat tersebut. Tahapan
dalam Piagam Burra adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengenali tapak
2. Menilai makna budaya
3. Mengidentifikasi semua faktor dan masalah
4. Pembuatan kebijakan
5. Persiapan rencana pengelolaan
6. Penerapan rencana pengelolaan
7. Pemantauan hasil dan mengkaji rencana pengelolaan.
Cultural Mapping
Moore dan Borrup (2006) menjelaskan bahwa cultural mapping tidak
hanya merupakan metode katalogisasi atau mapping aset-aset budaya terhadap
suatu komunitas, tetapi juga merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk
keterlibatan masyarakat di dalamnya. Cultural mapping adalah proses identifikasi
semua aset budaya baik berupa benda maupun non-benda dalam satu area
geografis tertentu dan kemudian menyatakannya dalam bentuk data tertulis
maupun data visual. Culture atau budaya yang dimaksud termasuk diantaranya
seni, warisan, kepercayaan, dan lingkungan yang memberikan identitas bagi
masyarakat. Aset dapat berupa fasilitas, organisasi, orang, ide, adat istiadat, dan
hubungan yang berkontribusi terhadap cara hidup di tempat tertentu. Sementara
komunitas atau community yang dimaksud mengacu pada sekelompok masyarakat
dalam suatu wilayah geografis tertentu, misalnya bagian negara, wilayah, kota,
dan ketetanggaan (neighborhoods).
Melibatkan masyarakat dalam proses culture mapping dapat
mengembangkan rasa perbedaan (diversity) dan kesamaan (equality), membangun
identitas masyarakat, dan mendukung keberlanjutan budaya sembari menyusun
daftar aset budaya masyarakat yang dapat dimanfaatkan. Terdapat lima langkah
utama dalam suatu cultural map, yaitu Planning, Mapping Design, Community
Support & Insight, Creating the Map, dan Finalizing the Map (Tabel 1)
Tabel 1 Langkah Utama Cultural Mapping
No Langkah
Deskripsi
1
Planning
- Proses pemetaan budaya harus dimulai dengan
(Perencanaan)
kapasitas internal dan penilaian keterhubungan
masyarakat. Dalam hal ini, pemeriksaan internal
diperlukan untuk memastikan bahwa semua ide,
sumber daya, dan kemitraan yang dibangun dapat
terorganisir.
- Mengajak masyarakat untuk terlibat dalam proses ini
agar dapat membangun rasa kepemilikan. Peta budaya
disini berfungsi menguatkan rasa kepemilikan dari
masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggal mereka
(sense of place).

9

Tabel 1 Langkah Utama Cultural Mapping (lanjutan)
2
Mapping
- Peta budaya dapat berupa bentuk, misalnya data
Design
tertulis, peta GIS (Geographic Information System),
(Mendesain
atau peta yang digambar manual. Desain yang dipilih
Pemetaan)
tidak hanya bergantung pada teknologi dan pendanaan
yang ada, tetapi juga pada kualitas lingkungan
komunitas.
3
Community
- Mengumumkan proyek pemetaan budaya kepada
Support &
komunitas, mengajak masyarakat untuk ikut serta, dan
Insight
mengadakan berbagai pertemuan dan forum kelompok
(Wawasan &
atau focus groups.
Dukungan
- Pengumuman ini adalah sebagai cara untuk
Masyarakat)
menemukan identitas atau karakter unik dari
masyarakat atau untuk mempelajari secara lebih
mendetil mengenai aset-aset budaya yang dimiliki.
4
Creating
the - Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan peta budaya
Map (Membuat
krusial untuk dipertahankan, bahkan hingga proses
Peta)
implementasi kedepannya.
- Transparasi dibutuhkan untuk membangun kepercayaan
di antara organisasi yang menyusun peta dan
masyarakat yang terlibat.
5
Finalizing the - Peta budaya diperkenalkan ke masyarakat umum untuk
Map (Finalisasi
membuat mereka antusias meningkatkan keterlibatan
Peta)
masyarakat secara lebih luas.
Proses cultural mapping yang kolaboratif memberikan kontribusi bagi
pemahaman isu-isu sosial dan lingkungan. Masyarakat pada suatu tempat
diberikan kesempatan untuk mengintegrasikan pengetahuan mereka mengenai
wilayah mereka dengan meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan tersebut
melalui berbagai aksi yang melibatkan mereka sendiri, sesuai dengan konteks
sosial dan kepentingan bersama. Apabila suatu komunitas masyarakat dapat
mengutarakan pemikiran dan merepresentasikan pengetahuan akan wilayah
tempat tinggalnya, komunitas masyarakat itu akan menciptakan media yang
dibutuhkan untuk menetapkan kebijakan, mengelola sistem produksi, menerapkan
konsep pelestarian, dan meningkatkan kualitas hidup (ACT Brazil 2008). Tujuan
utama dari proses ini adalah pengembangan dari nilai objek yang dipetakan, hal
ini juga harus didukung oleh kerjasama dan kolaborasi antar masyarakat.

10

METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kompleks Taman Narmada, Kabupaten
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi berlangsung selama lima bulan yaitu mulai bulan Mei 2015
hingga September 2015.

Gambar 2 Lokasi Penelitian
Sumber : Google Maps 2014

Gambar 3 Peta Situasi Taman Narmada
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2 dan jenis data, bentuk data, dan sumber data yang diperlukan dalam
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

11

Tabel 2 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
Alat dan Bahan
Fungsi
Alat
Kamera Digital
Melakukan survei pengambilan gambar Objek dan
Artefak pada situs
GPS
Menetapkan titik lokasi Objek dan melakukan ground
true check
Laptop
Mengoperasikan berbagai software dan pengolahan
data
Bahan
Peta dasar
Menunjang data spasial
Peta landuse
Menunjang data spasial
Kuesioner
Mendapatkan data responden
Data soft copy
Menunjang data spasial
Tabel 3 Jenis Data, Bentuk Data, dan Sumber Data
Jenis Data
Bentuk Data
Sumber Data
Fisik
Letak Tapak
Bappeda, Studi Pustaka,
Survei Lapang
Topografi
Bapedda, Studi Pustaka
Survei Lapang
Aksesibilitas dan Sirkulasi Bapedda, Survei Lapang

Biofisik

Penutupan dan
Penggunaan Lahan
Vegetasi
Iklim

Citra satelit,Bappeda, Survei
lapang
Studi Pustaka dan Survei
Lapang
BMKG

Hidrologi

Bappeda, Survei Lapang

Kependudukan
Demografi Penduduk
dan Kelembagaan
Lokal
Organisasi Kependudukan
Lokal
Penilaian
Penilaian objek dengan
Preferensi
Menggunakan Kriteria
Masyarakat
Objek menurut Harris dan
Dines (1988):
- Fungsi
- Bentuk Fisik
- Keutuhan
- Pengelolaan
- Integritas Lanskap
- Keragaman dari
Biasanya
- Kualitas Estetik

Masyarakat Setempat,
Pemerintah Daerah
Masyarakat Setempat,
Pemerintah Daerah
Wawancara, Kuisoner, dan
observasi
lapang
dengan
berpedoman pada metode
Piagam Burra

12

Tahapan dan Metode Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4
Persiapan

-

Surat Perizinan
Persiapan alat dan
bahan penelitian

Inventarisasi

-

Survai Tapak dan
Penelusuran Pustaka
Penilaian Kriteria
Objek dan Lanskap
oleh Masyarakat
Pendekatan Cultural
Mapping

-

-

-

Analisis

Hasil

-

Validasi dan verifikasi
peran Taman Narmada
Sumberdaya Air
Penilaian Persepsi
Masyarakat terhadap
Taman Narmada

-

Rekomendasi

Gambar 4 Tahapan Penelitian yang Merujuk pada Piagam Burra
a. Persiapan
Sebelum melakukan penelitian tersebut diperlukan surat izin guna
melancarkan proses penelitian dan juga persiapan alat dan bahan yang
diperlukan. Pada tahap ini, dilakukan juga penelusuran pustaka terkait
guna menunjang hasil dari penelitian ini.
b. Inventarisasi
Dalam proses ini tapak diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan
Cultural Mapping dan penentuan batasan-batasan lanskap sejarah tapak
dengan cara pengamatan langsung. Data yang diperoleh merupakan data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari
pengamatan langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang
didapat dari studi pustaka dan sumber lainnya. Adapun tahapan
pendekatan Cultural Mapping sebagai berikut:
Perencanaan

Desain Pemetaan

Penyelesaian Peta

Pembuatan Peta

Dukungan dan
wawasan
masyarakat

Gambar 5 Pendekatan Cultural Mapping

13

c. Analisis
Setelah melakukan proses inventarisasi maka dilakukan proses analisis
berupa validasi kepada pemerintah perihal fungsi Taman Narmada dan
tahap identifikasi lanjutan. Penelitian ini menggunakan tahap inventarisasi
dari Piagam Burra, adapun tahap inventarisasi dari Piagam Burra sebagai
berikut:
Mengetahui dan mengenali tapak
Menilai makna budaya
Dokumentasi
Wawancara
Dokumentasi
Identifikasi semua faktor dan masalah
Kebutuhan
sumberdaya

Faktor
eksternal

Kondisi
fisik

Kondisi
fisik

Membuat kebijakan
Persiapan rencana pengelolaan
Penerapan rencana pengelolaan
Memantau hasil dan mengkaji rencana
Gambar 6 Proses Perencanaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman
Narmada menurut Piagam Burra
d. Penyusunan Rencana Pengelolaan
Tahap ini merupakan formulasi dari hasil kuisioner maupun hasil
inventarisasi secara langsung dengan menggunakan penilaian yang
diadaptasi dari Harris dan Dines (1988) dan juga pengumpulan data dari
studi pustaka terkait yang kemudian dikembangkan dan menghasilkan
penyelesaian hasil akhir penelitian ini. Adapun kriteria penilaian disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4 Kriteria Penilaian Objek
No

Kriteria

1

Fungsi

Skor
1
Fungsi
100%
berubah

2

3

4

5

Mengalami
perubahan
fungsi
>50%

Mengalami
perubahan
fungsi 2550%

Mengalami
perubahan
fungsi 50%
Pengelolaa
n objek
sejarah
kurang
optimal
sehingga
kurang
terawat dan
mengalami
kerusakan
Elemen
lanskap
sejarah
sedikit
membentuk
kesatuan
lanskap
bersejarah

Elemen
mengalami
asimilasi
struktur,
namun masih
mewakili
gaya dan
arsitektur
masa lalu.

Elemen
mengalami
sedikit
perubahan
struktur dan
masih
mewakili
gaya dan
arsitektur
masa lalu.

Objek sejarah
mengalami
kerusakan
atau terdapat
elemen yang
hilang/penam
bahan elemen
10-50%

Objek
sejarah
mengalami
sedikit
kerusakan
atau terdapat
elemen yang
hilang/pena
mbahan
elemen