Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur

PENYIAPAN DAN PEMBERIAN PAKAN SERTA DUGAAN
KEBUTUHAN BAHAN KERING SAPI PEGON ASAL
JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

KANIPAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyiapan dan
Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa
Tengah dan Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Kanipah
NIM D24100025

ABSTRAK
KANIPAH. Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan
Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dibimbing oleh
ANURAGA JAYANEGARA dan NAHROWI.
Latar belakang penelitian ini yaitu meningkatnya permintaan daging setiap
tahun dan keberhasilan usaha peternakan yang ditentukan oleh faktor manajemen
terutama manajemen pakan. Penelitian ini bertujuan mengkaji pendugaan
kebutuhan bahan kering pada Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Manajemen pakan berkaitan dengan pemberian pakan. Pakan yang diberikan pada
penelitian berupa rumput gajah dan konsentrat starter dan finisher. Analisis yang
digunakan adalah sanalisis regresi linier berganda dan korelasi. Peubah yang
digunakan pada prediksi konsumsi bahan kering terdiri dari metabolism average
body weight (ABW0.75) dan average daily gain (ADG). Hasil prediksi konsumsi
bahan kering pada Jawa Tengah yaitu 4.158 + 0.026ADG - 0.718ABW0.75 dan

Jawa Timur yaitu 4.020 + 0.061ADG - 0.783ABW0.75 dengan adjusted R2 Jawa
Timur lebih tinggi yaitu 59.1% dengan rataan hasil prediksi konsumsi bahan
kering yaitu 2.04%. Nilai korelasi Sapi Pegon asal Jawa Timur antara konsumsi
bahan kering dan nutrien serta antara nutrien dan pertambahan bobot badan lebih
tinggi dibandingkan Jawa Tengah.
Kata Kunci : konsumsi bahan kering, Jawa Tengah, Jawa Timur, korelasi, regresi
linier berganda, Sapi Pegon.

ABSTRACT
KANIPAH. Pendugaan Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah
dan Jawa Timur berdasarkan Pertambahan Bobot Badan dan Bobot Badan
Metabolik. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and NAHROWI.

The background of this research was high demand of the meat and the
success of farm determined by the factor of management, especially feed
management. This research aimed to assess the needs of the drilling program at
the dry ingredients on the Central Java origin Pegon Cows and East Java. The feed
given to the research in the form of an elephant grass and concentrates the starter
and finisher. This research used a multiple linear regression analysis and
correlation. Variables used in prediction of dry matter intake consists of

metabolism average body weight (ABW0.75) and average daily gain (ADG).
Prediction of dry matter intake (DMI) on Central Java 4.158 + 0.026ADG 0.718ABW0.75 and East Java 4020 + 0.061ADG - 0.783ABW0.75 with adjusted R2
of East Java is higher than Central Java, 59.1% with equivalent results prediction
DMI 2.04%. The value of the correlation of Pegon East Java between DMI and
nutrients as well as between nutrients and ADG higher than Central Java.
Keywords : Central Java, correlation, dry matter intake, East Java, multiple linear
regression, Pegon

PENYIAPAN DAN PEMBERIAN PAKAN SERTA DUGAAN
KEBUTUHAN BAHAN KERING SAPI PEGON ASAL
JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR
JAWA TIMUR

KANIPAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan Kebutuhan Bahan
Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur
Nama
: Kanipah
NIM
: D24100025

Disetujui oleh

Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc
Pembimbing I

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini berjudul Penyiapan dan Pemberian Pakan serta Dugaan
Kebutuhan Bahan Kering Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014. Karya ilmiah ini merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan pada Departeman Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulis di masa yang
akan datang. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2014
Kanipah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Materi
Proses Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Koleksi dan Preparasi Data
Data Performa Ternak
Analisis Statistika
Uji Validitas
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lingkungan Pemeliharaan
Penyiapan dan Pemberian Pakan
Performa Ternak
Prediksi Dry Matter Intake (DMI)
Korelasi Nutrien dan DMI serta Nutrien dan ADG
Hubungan Konsumsi Nutrien dan Performa Ternak
Uji Validitas
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMAKASIH

vii
vii
vii
1
1

1
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
6
8
10
11
12
13
13
13

14
16
19
19

DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrien ransum (%BK)
2 Tabel 2 Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Potong berdasarkan Bahan
Kering
3 Tabel Performa Ternak
4 Persamaan regresi dan nilai adjusted R2 pada Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur
5 Persamaan regresi dan nilai adjusted R2 pada Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur
6 Nilai koefisien korelasi antara DMI dengan PK, SK, LK, Beta-n dan
TDN di Jawa Tengah dan Jawa Timur
7 Nilai koefisien korelasi antara ADG dengan BK, PK, SK, LK, Beta-n
dan TDN di Jawa Tengah dan Jawa Timur

5

6
7
8
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Perkandangan PT. Catur Mitra Taruma
Grafik Regresi Linier Heterokedastisitas
Hubungan Konsumsi Nutrien terhadap ADG
Validasi Regresi Linier Berganda Jawa Tengah dan Jawa Timur

4
9

11
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75,
16
ADG dan ADG2 Jawa Tengah
2 Tabel ANOVA Prediksi dengah Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG 16
ADG2 Jawa Tengah
3 Tabel koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG
16
dan ADG2 Jawa Tengah
4 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG 16
Jawa Tengah
5 Tabel ANOVA Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Ja 17
Tengah
6 Tabel koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa 17
Tengah
7 Tabel Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, 17
ADG dan ADG2 Jawa Timur
8 Tabel ANOVA Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG 17
dan ADG2 Jawa Timur
9 Tabel Koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW, ABW0.75, ADG 18
dan ADG2 Jawa Timur
10 Kesimpulan Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa 18
Timur

11 Tabel ANOVA Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG Jawa
Timur
12 Tabel Koefisien Prediksi dengan Peubah Tetap ABW0.75 dan ADG
Jawa Timur

18
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi merupakan penghasil daging utama di Indonesia. Pada tahun 2009
konsumsi daging sapi mencapai 6.60 kg kapita-1 tahun-1 meningkat menjadi 6.85
kg kapita-1 tahun-1 pada tahun 2010 (Dirjen Peternakan 2013). Risaputri (2005)
menyatakan bahwa konsumsi daging sapi yaitu sekitar 1.2 juta ekor setiap tahun
atau meningkat 10.85% per tahun padahal kemampuan peningkatan produksi sapi
hanya sekitar 4-5% per tahun (Parakkasi 1999). Oleh karena itu, meningkatnya
permintaan produk peternakan setiap tahun, seharusnya diikuti dengan program
pengembangan ternak, khususnya ternak potong. Ternak Sapi Pegon merupakan
salah satu nama ternak sapi potong yang merupakan persilangan antara Sapi
Simmental dan Sapi Jawa yang memiliki ciri dominasi warna coklat tua, cingur
hitam, gelambir dari bawah rahang sampai dada dan warna putih pada kaki bagian
dalam.
Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh faktor manajemen
terutama manajemen pakan. Manajemen pakan yang baik harus diperhatikan
mulai dari penyiapan pakan sampai pemberiannya kepada ternak. Selain
pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, biaya pemenuhan pakan
mencapai 70-80% dari total biaya produksi (Badan Litbang Pertanian 2012).
Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek
kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi juga mampu memproduksi pakan yang
ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak.
Haryanti (2009) menyatakan bahwa sistem evaluasi pakan ruminansia
yang dikembangkan di Negara Eropa digunakan di Indonesia, padahal keduanya
memiliki kondisi alam yang berbeda. Keadaan ini menjadikan sistem tersebut
tidak dapat memberikan informasi yang maksimal dalam rangka pengembangan
nutrisi ruminansia. Evaluasi nutrisi yang dapat dikembangkan di Indonesia
sebagai negara tropis dapat mengikuti evaluasi nutrisi yang dikembangkan oleh
negara yang memiliki iklim dan alam yang sama seperti Brazil sehingga dapat
menghasilkan informasi yang lebih akurat. Evaluasi pakan dapat dilakukan
dengan analisis regresi linier berganda dan korelasi. Regresi linier berganda
digunakan untuk evaluasi konsumsi manajemen pemeliharaan terutama pakan dan
prediksi dry matter intake (DMI). Selain prediksi DMI, dapat juga dilakukan
korelasi untuk melihat hubungan antara average daily gain (ADG) dan konsumsi
nutrien pakan serta antara DMI dan konsumsi nutrien pakan. Penelitian ini
menggunakan data Sapi Pegon sesuai penelitian Hardiyanto (2014).
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kebutuhan konsumsi bahan kering
Sapi Pegon yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di “PT. CMT”, Desa Cariu, Jonggol-Bogor.
Analisis pakan dilakukan di laboraturium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB. Analisis data dilakukan di kampus IPB, Dramaga. Penelitian
dilaksanakan pada Mei-Juli 2014.

Materi
Data yang digunakan bersumber dari data pemeliharaan Sapi Pegon dari
Januari sampai Desember 2013 yang dipelihara dari bakalan hingga finish atau
siap jual sebagai data prediksi dan data pemeliharaan tahun 2012 sebagai data uji
validitas asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pakan yang digunakan terdiri dari
dua jenis pakan konsentrat yaitu starter dan finisher serta hijauan rumput gajah
(Pennisetum purpureum) dan terkadang jerami. Bahan baku pakan konsentrat
terdiri dari onggok, jagung, corn gluten meal (CGM), bungkil kelapa, bungkil inti
sawit, dedak atau pollard, molases, premix, DCP, NaCl, dan CaCo3. Data
pemeliharaan Sapi Pegon asal Jawa Tengah (Banjarnegara, Boyolali, Cilacap,
Kebumen, Klaten, Purbalingga dan Wonogiri) 425 ekor dan Jawa Timur (Babat
Lamongan, Bojonegoro, Janggan Magetan, Jombang, Magetan, Panekan Magetan
dan Ponorogo) 368 ekor.

Metode
Proses Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Kandang pemeliharaan di PT. CMT dibagi menjadi beberapa pen yang
masing-masingnya memiliki kapasitas menampung 16 ekor. Masing-masing
ternak didalam pen memilki luasan 1.6 m ekor-1 dengan tipe pemeliharaan head to
head yang dipelihara secara diikat. Ternak yang baru datang akan ditempatkan
dikandang conditioning untuk menyesuaikan kondisi ternak setelah perjalanan.
Pakan konsentrat starter diberikan pada ternak selama 20 hari pertama
setelah ternak mengalami conditioning, selanjutnya diberikan pakan finisher.
Frekuensi pemberian konsentrat tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari
sedangkan hijauan Pennisetum purpureum diberikan selama ternak dipelihara
sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan secara ad
libitum. Demikian juga air minum yang bersumber dari air kolam diberikan secara
ad libitum
Koleksi dan Preparasi Data
Data primer didapatkan melalui wawancara terkait manajemen
pemeliharaan dan pakan kepada manajer pemeliharaan dan pakan serta observasi
lapang. Data sekunder didapatkan dari data pemeliharaan Sapi Pegon tahun 2013
meliputi data penyiapan pakan, pemberian pakan, konsumsi bahan kering, bobot
badan awal, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan harian, lama pemberian

3
pakan Sapi Pegon Asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Data dianalisis regresi
linier berganda dan korelasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
program microsoft excel dan SPSS. Tahap awal dilakukan dengan preparasi data.
Data pakan dikonversi ke 100% bahan kering. Nilai nutrien pakan seperti DMI,
protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), bahan ekstrak tanpa
nitrogen (Beta-N) dan total digestible nutrien (TDN) dihitung dan dikonversi
dalam kilogram. Konsumsi PK, LK, SK, Beta-N dan DMI digunakan untuk
menghitung TDN dengan persamaan Wardeh (1981). Selanjutnya dilakukan
pembuangan outlier (data pencilan) dengan cara membuang residual error (galat)
diatas +3 dan -3 di SPSS.
Data Performa Ternak
Data performa ternak terdiri dari initial body weight (BWi), final body
weight (BWf), average body weight (ABW), metabolism average body weight
(ABW0.75), percentase of dry matter intake (%DMI), average daily gain (ADG)
dan day of feeding (DOF). BWi merupakan data bobot badan awal ternak ketika
masuk dalam peternakan. BWf merupakan data bobot badan akhir ketika ternak
dijual. Rataan bobot badan atau ABW didapatkan dari data bobot badan awal
ditambah bobot badan akhir dibagi 2. Bobot badan metabolik atau ABW0.75
didapatkan dari ABW dipangkat 0.75. Persen konsumsi bahan kering atau %DMI
didapatkan dari jumlah pakan yang dikonsumsi (bahan kering) dalam kilogram
dibagi ABW dikali 100%. Pertambahan bobot badan harian atau ADG didapatkan
dari atau pertambahan bobot badan dibagi DOF. Lama Pemeliharaan atau DOF
merupakan lamanya ternak dipelihara di peternakan.
Analisis Statistika
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda dan korelasi. Sugyono (2008b) menyatakan bahwa analisis regresi
linier berganda memiliki rumus :
=� +�

+�

+ ⋯ + ��



+�

Pada analisis regresi linier berganda untuk prediksi DMI, peubah X
sebagai peubah penjelas dan Y sebagai peubah respon mengikuti metode Azevêdo
et.al. (2010). Peubah Y adalah DMI sedangkan peubah X adalah metabolism
average body weight (ABW0.75), average body weight (ABW), ADG, dan average
daily gain square (ADG2). Selain itu, dilakukan analisis empat persamaan regresi
dengan menggunakan peubah penjelas yang berbeda pada masing-masing
persamaan yaitu ABW0.75 dan ADG, ABW0.75 dan ADG2, ABW dan ADG serta
ABW dan ADG2.
Lima uji asumsi klasik pada regresi linier berganda terdiri dari masalah
normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan linearitas. Uji
normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji multikolinearitas
dilihat dari nilai VIF (Variance Increasing Factor) pada kolom coefficient dari
collinearity statistic. Uji autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW).
Gejala heteroskedastisitas ditunjukkkan oleh koefisien regresi dari masing-masing
peubah penjelas terhadap absolut residualnya (e). Uji linieritas ditunjukkan oleh

4
scatter plot antara nilai residual terstandarisasi dengan nilai prediksi
terstandarisasi yang tidak membentuk pola tertentu atau acak (Widarjono 2010).
Analisis korelasi melihat hubungan antara ADG dan konsumsi nutrien
seperti DMI, PK, SK, LK, BETN dan TDN serta antara DMI dan PK, SK, LK,
BETN dan TDN. Grafik hubungan konsumsi nutrien dan performa
menggambarkan hubungan antara BK, PK, LK, SK, BETN, TDN dan ADG
dilihat melalui scatter plot.
Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menguji seberapa baik instrumen
penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan
dengan cara melihat trendline antara DMI observasi sebagai peubah X dan DMI
prediksi sebagai peubah Y.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lingkungan Pemeliharaan
Lokasi kandang pemeliharaan membujur dari arah timur ke barat dengan
bentuk atap tertutup yang menggunakan bahan seng. Kandang terbuka di bagian
ventilasi sehingga sinar matahari dan udara dapat masuk ke kandang.
Sesuai dengan pernyataan Abidin (2002) bahwa sinar matahari, terutama pada
pagi hari, harus dapat masuk secara langsung ke dalam kandang.

Gambar 1 Perkandangan PT. CMT
Suhu udara dan kelembaban daerah Jonggol, Bogor rata-rata mencapai
25.7°C dan 84.1% (BPS 2014). Abidin (2002) menyatakan bahwa suhu dan
kelembaban ideal pemeliharaan sapi potong yaitu antara 17-270C dan 60-80%.

Penyiapan dan Pemberian Pakan
Hijauan Pennisetum purpureum diperoleh dari kebun rumput PT. CMT
dan dari luar yang dipanen saat umur 40-60 hari. Demikian juga konsentrat,

5
diproduksi sendiri sehingga bahan baku penyusun dan nutrien ransum dipilih
sesuai dengan kebutuhan ternak. Nurdianto (2012) menyatakan bahwa biaya
pakan dapat ditekan dengan memilih bahan pakan untuk menyusun ransum yang
mudah dicari atau tersedia secara kontinyu dan murah harganya akan tetapi dapat
saling melengkapi membentuk formulasi ransum yang serasi dan seimbang.
Bahan konsentrat berasal dari PT. Charoen Pokphand yang diproduksi setiap hari
pada sore hari, sebagian diberikan sore sedangkan sisanya diberikan pada pagi dan
siang hari. Siregar (1996) menyatakan bahwa hijauan di daerah tropis seperti di
wilayah Indonesia mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk
memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut perlu ditambah dengan pemberian pakan
konsentrat. Komposisi nutrien pakan dicantumkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi nutrien ransum (%BK)
Jenis Pakan
Kandungan
Nutrien
Bahan Kering1
Protein Kasar1
Serat Kasar1
Abu1
LK1
Beta-N1
TDN2

Starter
(1-20 hari)*
85.66
16.61
18.31
12.85
02.90
49.33
65.31**

Finisher
(Sisa Pemeliharaan, hari
ke 21-ternak dijual)*
85.67
14.66
19.72
15.08
02.94
47.62
64.05**

Pennisetum
purpureum
15.75
08.78
31.03
12.46
00.07
47.07
54.34***

Sumber: Laboratorium Teknologi Pakan Ternak (2013); 2Sumber: Rumus perhitungan TDN
(Wardeh 1981), TDN (%BK)**sumber energi = 40.2625 + 0.1969 (CP %) + 0.4228 (NFE %) +
1.1903 (EE %) - 0.1379 (CF %). TDN (%BK)***hijauan = -21.7656 + 1.4284 (CP %) + 1.0277
(NFE %) + 1.2321 (EE %) + 0.4867 (CF %). *waktu pemeliharaan
1

Pada Tabel 1 diketahui nutrien pakan hijauan, konsentrat starter dan
finisher yang digunakan. Konsentrat starter memilki PK lebih tinggi dan SK lebih
rendah dibandingkan finisher. Hal ini menunjukkan bahwa saat finisher ternak
sapi tidak membutuhkan PK yang tinggi dibandingkan starter. Hendrawan (2002)
menyatakan bahwa Pennisetum purpureum mengandung 21.2% BK, 13.5% PK,
54% TDN, dan 34.1% SK. Winugroho et al. (1998) yang menyatakan bahwa
ketersediaan hijauan pakan dipengaruhi oleh iklim dan pola pertanian tanaman
pangan, dimana pada musim kemarau produksi hijauan mengalami penurunan dan
bahkan tidak tersedia sama sekali seperti yang dialami peternak di Kabupaten
Gunung kidul. Konsentrat yang digunakan merupakan konsentrat sumber energi.
Agus (2008) menyatakan bahwa kandungan serat kasar lebih dari 18% atau
dinding sel lebih dari 35% dan protein kasar kurang dari 20% merupakan
konsentrat sumber energi.
Palatabilitas pakan hijauan dan konsentrat pada Sapi Pegon dapat dilihat
dari konsumsi DMI. Palatabilitas yang tinggi dikarenakan pakan yang diberikan
pada ternak berupa pakan yang masih segar. Siregar (2003) menyatakan bahwa
sapi yang akan digemukkan dan memperoleh ransum yang terdiri dari hijauan dan
konsentrat harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang memuaskan. Air

6
minum yang bersumber dari kolam air diberikan secara ad libitum. Sulaiman
(2009) menyatakan bahwa sapi dewasa rata-rata membutuhkan air minum 20-30
liter setiap hari.
Tabel 2 Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Potong berdasarkan Bahan Kering
No Jenis Pakan
KA Maks Abu Maks PK Maks LK Maks TDN
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
1
Penggemukan
14
12
13
7
70
2
Induk
14
12
14
6
65
3
Pejantan
14
12
12
6
65
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN)

Pada Tabel 1 dan 2 jika dibandingkan terlihat perbedaan antara nilai
nutrien yang dibutuhkan ternak pada fase penggemukan dan nutrien pakan ternak
yang diberikan pada penelitian. Namun, kedua tabel tidak menunjukkan
perbedaan nilai yang signifikan pada protein kasar (PK) dan total digestible
nutrien (TDN) kecuali nilai lemak kasar (LK). Pada Tabel 2, nilai lemak kasar
maksimal mencapai 6 sedangkan pada Tabel 1 nilai lemak kasar hanya mencapai
sekitar 2. Hartadi et al. (1997) menyatakan bahwa complete feed adalah makanan
yang cukup gizi untuk ternak tertentu, di dalam tingkat fisiologi tertentu, dibentuk
atau dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dan mampu
merawat hidup pokok atau produksi (atau keduanya) tanpa tambahan atau
substansi lain.

Performa Ternak
Performa ternak merupakan gambaran kondisi ternak selama
pemeliharaan. Data performa ternak hasil penenlitian yang meliputi Data
deskriptif statistik DMI, BWi, BWf, ABW, ABW0.75, ADG dan DOF
dicantumkan dalam Tabel 3.
Data rataan %DMI mencapai 2.19% pada Jawa Tengah dan 2.03% pada
Jawa Timur dari ABW. Reza et al. (2009) menyatakan bahwa kemampuan ternak
dalam mengkonsumsi bahan kering (BK) tergantung pada kapasitas fisik lambung
dan saluran pencernaan secara keseluruhan. Kapasitas ini berhubungan erat
dengan bobot badan ternak. Pada keadaan normal bobot badan ternak ini
meningkat sejalan dengan meningkatnya umur ternak. Rata-rata kemampuan
konsumsi bahan kering bagi ruminansia adalah 2-3% dari bobot badan atau 2.53.2% dari bobot badan (Sugeng 2002). Pada data rataan DMI kg-1 antara Jawa
Tengah dan Jawa Timur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, yaitu 8.32
pada Jawa Tengah dan 8.36 kg pada Jawa Timur. Tillman et al. (1991),
kemampuan mengkonsumsi pakan setiap sapi perharinya dalam bentuk bahan
kering sebanyak 3% dari berat badannya. Rerata konsumsi bahan kering sapi yang
diamati selama masa penelitian adalah 8.42 kg ekor-1 hari-1 atau sebesar 2.74%
dari rata-rata bobot badan sapi potong.

7
Tabel 3 Performa Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur
Peubah
Min
Max
Mean Median Modus
SD
Jawa Tengah
DMI, kg d-1
5.72
10.5
8.32
8.31
8.31
0.92
BWi, kg
240
522 344.23
331
324 57.07
BWf, kg
295
654 427.69
419
419 67.93
ABW, kg
270.50
562 385.96
375.5
413.5 58.98
ABW0.75
66.7 115.43
86.89
85.30
91.70
9.88
DMI, %ABW
1.46
2.97
2.19
2.19
2.23
0.32
ADG, kg d-1
0.02
1.72
0.89
0.9
1.06
0.32
DOF, day
21
207
93.70
90
78 33.25
Jawa Timur
DMI, kg d-1
6.18 10.46
8.36
8.39
9.15
0.82
BWi, kg
206
562 368.13
364
391 62.04
BWf, kg
267
699 471.98
463
477 76.53
ABW, kg
254 612.50 420.05
414 417.50 64.26
ABW0.75
63.62 123.12
92.58
91.78
92.36 10.61
DMI, %ABW
1.13
3.22
2.03
2.00
2.09
0.3
ADG, kg d-1
0.01
1.72
0.89
0.91
0.95
0.36
DOF, day
24
224 115.47
114
113 32.33

CV
11.08
16.58
15.88
15.28
11.37
14.51
36.09
34.49
9.81
16.85
16.21
15.29
11.46
18.84
40.45
27.99

Sumber: Data pemeliharaan Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa Timur PT. CMT tahun 2013.
BWi: body weight initial, BWf: body weight final, ABW: average body weight, ABW0.75:
metabolism average body weight, %DMI: percentase of dry matter intake, ADG: verage daily
gain, DOF: day of feeding

BWi berkaitan erat dengan masalah bobot badan ternak bakalan yang akan
digemukan. Data menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki BWi ternak lebih
rendah dibandingkan Jawa Timur yaitu 344.23 dan 471.98 kg. Menurut Sarwono
dan Arianto (2002) prioritas utama untuk memilih sapi bakalan adalah berbadan
kurus, berumur muda (sapi dara) dan sepasang giginya telah tanggal dan lebih
baik sapi jantan (Santoso 2002). Data juga menunjukkan BWf yang berbeda, hal
ini dipengaruhi oleh DOF yang berbeda pada kedua daerah.
ABW dan ABW metabolis merupakan rataan bobot badan maupun bobot
badan metabolis ternak. Jawa Tengah memiliki nilai ABW 385.96 dan ABW0.75
86.89 lebih rendah dibandingkan Jawa Timur yang mencapai 420.05 dan 92.58.
Hal tersebut yang mengakibatkan nilai DMI Jawa Timur lebih tinggi
dibandingkan Jawa Tengah.
ADG kedua provinsi menunjukkan data rata-rata yang sama yaitu 0.89 kg
pada Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sapi SIMPO betina yang diberi pakan limbah
hasil pertanian dan bekatul adalah 0.65 kg (Hasbullah 2003). Hal ini berkaitan
dengan konversi pakan. Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa semakin tinggi
nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan
persatuan bobot badan semakin banyak atau efisiensi pakan rendah. Secara garis
besar data menunjukkan bahwa kondisi ternak yang berasal dari Jawa Timur
memiliki performa yang lebih baik dibandingkan Jawa Tengah. Menurut
Parakkasi (1995), sapi yang memperoleh asupan nutrien kurang dari kebutuhan
tidak dapat menunjukan produktivitas optimal, karena untuk menambah bobot

8
badan sapi harus terpenuhi beberapa kebutuhan seperti kandungan bahan kering,
protein kasar, dan sumber energi.
Pertambahan ADG berkaitan erat dengan lamanya ternak dipelihara
(DOF), antara Jawa Tengah dan Jawa Timur tabel 2 menyajikan bahwa Jawa
Timur memiliki rataan DOF lebih lama dibandingkan Jawa Tengah yang memiliki
rataan 115 hari. Lamanya DOF dipengaruhi oleh tujuan dan performa ternak
dengan manajemen yang dilakukan. Selain itu, dilihat dari sisi ekonomi DOF
dipengaruhi oleh sebaran harga dipasar ternak.
Coeffisient of variation (CV) menunjukkan ukuran persebaran yang
dinormalkan dari suatu probabilitas. CV merupakan ukuran sejauh mana hasil
aktual menyimpang dari nilai yang diharapkan dan hal ini digunakan sebagai
ukuran resiko. Pada Tabel 3, nilai CV pada masing-masing parameter bervariasi.
Koefisien variasi yang lebih rendah menunjukkan resiko yang semakin kecil.

Prediksi Dry Matter Intake (DMI)
Tingkat DMI ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi
bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase
konsumsi bahan kering memiliki grafik meningkat sejalan dengan pertambahan
berat badan sampai tingkat tertentu, kemudian mengalami penurunan. Murtidjo
(1990) menyatakan bahwa kebutuhan nutrien sapi potong dalam praktek
penyusunan diperlukan pedoman standar berdasarkan berat badan dan
pertambahan berat badan. Nilai persamaan regresi linier dan adjusted R2 kedua
provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4 Pendugaan dry matter intake Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa
timur
Provinsi
Adjusted R2
Persamaan Regresi
(%)
Jawa Tengah
DMI = 10.082 + 0.485ADG – 0.299ABW0.7553.4
0.259ADG2 + 0.046ABW
Jawa Timur
DMI = 6.999 + 0.157ADG – 0.152ABW0.7560.7
2
0.059ADG + 0.021ABW
DMI: dry matter intake, ABW: average body weight, ABW0.75: metabolizm average body weight,
ADG: average daily gain, ADG2: average daily gain square

Tabel 4 menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki nilai adjusted R2 lebih
tinggi dibandingkan Jawa Tengah (60.7%). Nilai tersebut menyatakan bahwa
60.7% prediksi dipengaruhi oleh peubah X yaitu average body weight (ABW),
metabolizm average body weight (ABW0.75), average daily gain (ADG), average
daily gain square (ADG2). Sebanyak 39.3% prediksi dipengaruhi faktor diluar X
seperti day of feeding (DOF). Selain itu, dilakukan analisis regresi linear berganda
dengan menggunakan dua peubah penjelas yang menghasilkan empat persamaan
pada masing-masing provinsi. Keempat persamaan tersebut memenuhi uji asumsi
klasik.

9
Tabel 5 Pendugaan dry matter intake Sapi Pegon asal Jawa Tengah dan Jawa
Timur
Provinsi
Jawa Tengah

Jawa Timur

Persamaan regresi
DMI=4.141 + 0.012ADG - 0.023ABW0.75(1)
DMI=4.142 - 0.022ABW0.75 - 0.007ADG2(2)
DMI=3.630 - 0.010ADG - 0.004ABW(3)
DMI=3.634 - 0.004ABW - 0.008ADG2(4)
DMI=4.029 + 0.059ADG - 0.022ABW0.75(1)
DMI=4.050 - 0.022ABW0.75 + 0.028ADG2(2)
DMI=3.506 + 0.058ADG - 0.004ABW(3)
DMI=3.528 - 0.004ABW + 0.028ADG2(4)

Adjusted R2 (%)
48.7
48.7
48.1
48.1
59.1
59.0
58.5
58.4

DMI: dry matter intake, ABW: average body weight, ABW0.75: metabolizm average body weight,
ADG: average daily gain, ADG2: average daily gain square

Pada Tabel 5, persamaan dengan peubah penjelas ADG dan ABW0.75
menunjukan nilai Adjusted R2 yang lebih tinggi dibandingkan tiga persamaan
lainnya pada kedua provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa ADG dan ABW0.75
memiliki pengaruh pada DMI. Jawa Timur memiliki nilai Adjusted R2 lebih tinggi
dibandingkan Jawa Tengah yaitu 59.1%. Prediksi DMI Jawa Timur dengan
menggunakan peubah ADG dan ABW0.75 memiliki rataan 2.04%. Nilai tersebut
lebih rendah jika dibandingkan dengan pernyataan Tillman et al. (1991) yang
menyatakan bahwa kemampuan mengkonsumsi pakan setiap sapi perharinya
dalam bentuk bahan kering sebanyak 3% dari berat badannya.
Kedua persamaan dengan peubah penjelas ADG dan ABW0.75 tersebut
telah memenuhi uji asumsi klasik. Asumsi tersebut antara lain normalitas dengan
nilai Kolmogorof-Smirnov 0.72 pada Jawa Tengah dan 0.186 pada Jawa Timur
lebih besar dari alpha yaitu 0.05, normalitas menunjukkan data terdistribusi
normal. Autokorelasi ditunjukkan dengan nilai Durbin Watson 0.338 pada Jawa
Tengah dan 0.365 pada Jawa Timur berada diantara -2 sampai 2 yang
menggambarkan tidak adanya hubungan antara peubah gangguan satu observasi
dengan peubah observasi lain (tidak autokorelasi). Multikolinieritas dengan nilai
VIF 1.057 pada Jawa Timur dan 1.051 pada Jawa Tengah < 10 menunjukkan
bahwa tidak adanya hubungan linear antara peubah tetap didalam persamaan.

a)

Jawa Tengah

b) Jawa Timur

Gambar 2 persamaan regresi heteroskedastisitas

10
Pada Gambar 2, (a) dan (b) menunjukkan hubungan antara residual
terstandarisasi dengan nilai peubah tetap membentuk pola tertentu. Menurut
Santoso (2002) dalam menyusun ransum harus diusahakan agar kandungan
nutrien di dalam ransum sesuai dengan nutrien yang dibutuhkan ternak untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan bereproduksi.

Korelasi Nutrien dan DMI serta Nutrien dan ADG
Korelasi antara DMI dan konsumsi nutrien menunjukkan hubungan antara
DMI dan konsumsi PK, SK, LK, Beta-N dan TDN. Berdasarkan Tabel 5 korelasi
antara DMI dan konsumsi nutrien seperti PK, SK, LK, Beta-N dan TDN memiliki
korelasi positif yang tinggi pada signifikansi 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan DMI seekor ternak memiliki pengaruh terhadap konsumsi nutrien.
Semakin tinggi nilai DMI maka semakin tinggi pula konsumsi nutrien. Nilai
Korelasi antara DMI dan nutrien pakan seperti PK, SK, LK, Beta-N dan TDN
kedua provinsi ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai korelasi DMI dan PK, SK, LK, Beta-N dan TDN Sapi Pegon asal
Jawa Tengah dan Jawa Timur
DMI
Nutrisi
Jawa Tengah
Jawa Timur
PK (Protein kasar)
0.993
0.995
SK (Serat kasar)
0.995
0.996
LK (Lemak kasar)
0.981
0.980
BETN (Bahan ekstrak tanpa nitrogen)
0.992
0.996
TDN (Total digestible nutrien)
0.998
0.997
Signifikansi pada P